PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM OTOMATISASI DI PT. MADHARA ADITAMA UTAMABOX

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM OTOMATISASI DI PT. MADHARA ADITAMA UTAMABOX"

Transkripsi

1 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM OTOMATISASI DI PT. MADHARA ADITAMA UTAMABOX Yusup Tanudjaja 1), Hadi Santosa 2), Julius Mulyono 2) approdite99@yahoo.com ABSTRAK PT. Madara Adhitama Utamabox merupakan sebuah badan usaha yang bergerak dalam bidang pemotongan, dan percetakan kardus. Perusahaan ini membeli lembaran kardus dari pihak luar, dan hanya mencetak, dan memotong lembaran kardus sesuai dengan pesanan konsumen. Hal yang menjadi permasalahan di PT.Madara Adhitama Utamabox adalah masalah peletakan sheet pada mesin long way. Seorang operator harus menjatuhkan kardus secara tepat di atas line yang ada di mesin long way, sehingga kait yang terus berputar pada line tersebut dapat mendorong lembaran kardus masuk ke dalam mesin long way. Oleh karena dilakukan secara manual pada proses ini, operator yang melakukan pekerjaan ini sering merasa keletihan dan tidak fokus dalam meletakkan lembaran kardus tersebut. Hal ini menyebabkan seringnya lembaran kardus yang terbuang (waste) dikarenakan waktu saat meletakkan lembaran kardus sering tidak sama dengan posisi kait yang tepat saat mendorong lembaran kardus ke mesin long way. Maka dilakukan analisis dengan cara pembagian kuesioner dan mengukur denyut jantung para pekerja. Sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan untuk para pekerja. Agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan tidak lagi mengalami kesakitan. Selain itu, kalori maupun energi para pekerja juga tidak terbuang banyak ketika bekerja sehingga kelelahan pekerja bisa diminimalkan. Kata kunci: alat bantu, pemotongan kardus, peletakan sheet, otomatisasi PENDAHULUAN Pengembangan produk merupakan sekumpulan aktivitas yang dimulai dengan mengidentifikasi peluang pasar, dan diakhiri dengan kegiatan produksi, penjualan dan pengiriman produk [1]. Dalam pengembangan sebuah produk perlu diperhatikan karakteristik produk, yaitu kualitas produk, biaya produk, waktu pengembangan, biaya pengembangan, dan kapabilitas pengembangan. Salah satu aspek terpenting agar perusahaan dapat tetap bertahan tidak hanya dengan mengembangkan produk, tetapi perlu meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ulrich dan Eppinger (2001), menunjukan bahwa dengan perancangan alat bantu dalam proses produksi menghasilkan manfaat yang cukup signifikan dalam proses produksi [1]. Perancangan produk yang telah dilakukan bermanfaat dalam peningkatan kapasitas produksi, dan peningkatan dalam kualitas produk. PT. Madara Adhitama Utamabox merupakan sebuah badan usaha yang bergerak dalam bidang pemotongan, dan percetakan kardus. Perusahaan ini membeli lembaran kardus dari pihak luar, dan hanya mencetak, dan memotong lembaran kardus sesuai dengan pesanan konsumen. Hal yang menjadi permasalahan di PT. Madara Adhitama Utamabox adalah masalah peletakan sheet pada mesin long way. Seorang operator harus menjatuhkan kardus secara tepat diatas line yang ada di mesin long way, sehingga kait yang terus berputar pada line tersebut dapat mendorong lembaran kardus masuk ke dalam mesin long way. Oleh karena pada proses ini dilakukan secara manual, maka operator yang melakukan pekerjaan sering merasa keletihan, dan tidak fokus dalam meletakkan lembaran kardus tersebut. Hal ini menyebabkan seringnya lembaran kardus yang terbuang (waste) dikarenakan waktu saat meletakkan lembaran kardus sering tidak sama dengan posisi kait yang tepat saat mendorong lembaran kardus ke mesin long way. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada penelitian kali ini akan dirancang alat bantu sistem otomatisasi peletakan sheet pada mesin long way. Diharapkan dengan adanya alat bantu ini dapat mengurangi waste, dan dapat menyelesaikan permasalahan keletihan pegawai pada PT. Madara Adhitama Utamabox. TINJAUAN PUSTAKA Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan produk merupakan suatu metode pengembangan produk yang jelas, dan terperinci, di dalam tahapannya melibatkan fungsi-fungsi pemasaran, perancangan dan 1) Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2) Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

2 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) manufaktur. Empat tipe proyek pengembangan produk sebagai berikut: a. Platform produk baru Proyek ini melibatkan usaha pengembangan utama untuk merancang suatu keluarga produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum; b. Turunan dari platform produk yang telah ada Proyek ini memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru; c. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada Proyek ini hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa detail produk dari produk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produk yang ada pesaingnya; d. Produk baru Proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau teknologi produksi, dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal dan baru. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk. Sebelum merancang suatu produk yang nantinya akan digunakan oleh masyarakat, seorang ahli teknik ataupun perancang harus berinteraksi dengan pelanggan, dan memiliki pengalaman dengan lingkungan penggunanya. Aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui keinginan dari pelanggan, dan secara efektif mengkomunikasikan pada tim pengembang. Tujuan dari identifikasi pelanggan adalah: 1. Meyakinkan bahwa produk berfokus pada keinginan pelanggan; 2 Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi selain yang eksplisit; 3. Menjadi dasar untuk menyusun spesifikasi produk; 4. Memastikan bahwa tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan; 5. Mengembangkan pemahaman umum keinginan pelanggan di antara anggota tim. Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap sebagaimana dijelaskan berikut ini. Mengumpulkan Data Mentah dari Pelanggan Dalam pengumpulan data mentah digunakan tiga metode yaitu: a. Wawancara Satu atau lebih anggota tim pengembang berdiskusi mengenai kebutuhan dengan seorang pelanggan. Wawancara dilakukan di lingkungan pelanggan; b. Kelompok fokus Diskusi dalam suatu kelompok yang beranggotakan 8 sampai 12 orang pelanggan; c. Mengobservasi produk dalam penggunaan Mengamati pelanggan yang menggunakan produk. Observasi merupakan proses yang pasif, tanpa ada interaksi langsung ataupun kerja sama dalam menggunakan produk dengan pelanggan. Pelanggan bisa dipilih dari pelanggan utama. Pelanggan ini sering disebut sebagai sumber penting, karena mereka sering dapat menyatakan keinginan yang baru (muncul). Beberapa panduan yang sering digunakan untuk wawancara, seperti : 1. Apa yang anda sukai dari produk yang ada saat ini? 2. Apa keluhan anda dari produk yang ada saat ini? 3. Apa perbaikan yang ingin anda buat pada produk ini? Menginterpretasikan Data Mentah menjadi Kebutuhan Pelanggan Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis, dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Berikut merupakan petunjuk untuk menulis pernyataan kebutuhan pelanggan, yaitu: 1. Nyatakan kebutuhan sebagai Apa yang harus dilakukan produk bukan Bagaimana melakukannya ; 2. Nyatakan kebutuhan seperti halnya data mentah; 3. Gunakan pernyataan positif, bukan negatif; 4. Nyatakan keinginan sebagai atribut produk. 5. Hindari kata harus dan seharusnya. Mengorganisasikan Kebutuhan Menjadi Hierarki Kebutuhan-kebutuhan yang ada diorganisasikan menjadi beberapa hierarki. Tahap-tahap yang dapat dilalui adalah: 104

3 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM Cetak atau tulis masing-masing pernyataan keinginan pada kartu terpisah atau kertas berperekat; 2. Hilangkan pernyataan yang berlebihan, gabungkan yang serupa; 3. Kelompokkan kartu-kartu menurut kesamaan kebutuhan yang dinyatakan; 4. Untuk setiap kelompok diberikan label; 5. Pertimbangkan untuk membuat grup yang ada menjadi super grup yang terdiri dari dua hingga lima grup; 6. Periksa kembali pernyataan kebutuhan yang telah dibuat. Menetapkan Kepentingan Relatif Setiap Kebutuhan Daftar hierarki tidak memberikan informasi tentang tingkat kepentingan relatif yang dirasakan pelanggan terhadap kebutuhan yang berbeda-beda. Tingkat kepentingan relatif bermacam-macam kebutuhan adalah penting untuk membuat prioritas pilihan tidak salah. Langkah ini menghasilkan tingkat kepentingan secara numerik. Dua pendekatan yang biasanya digunakan adalah berdasarkan konsensus tim yang didasarkan pada pengalaman mereka dengan pelanggan, dan berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan. Merefleksikan Hasil dan Proses Langkah terakhir pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. Beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk kajian: a. Apakah telah berinteraksi dengan semua tipe penting pelanggan dalam target pasar? b. Apakah dapat melihat keinginan tersembunyi pelanggan? c. Apakah pelanggan yang diwawancarai merupakan partisipan yang baik, yang dapat membantu dalam pengembangan selanjutnya? d. Apa yang diketahui sekarang, namun belum diketahui waktu memulai proses? Spesifikasi produk Daftar kebutuhan pelanggan yang sudah didapatkan melalui tahap-tahap identifikasi kebutuhan konsumen masih mengandung banyak interpretasi yang subyektif. Untuk itu, kita melangkah pada detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan pada produk. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari empat langkah, yaitu: 1. Menyiapkan daftar metrik-metrik kebutuhan, metrik hendaknya merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan, dan metrik merupakan inti dari proses penetapan spesifikasi. Cara membuat daftar metrik adalah mengamati setiap kebutuhan satu persatu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat, dan terukur dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Metrik kebutuhan memperlihatkan hubungan antara kebutuhan, dan metrik. Baris matrik berhubungan dengan kebutuhan pelanggan, dan kolom dari matriks berhubungan dengan metrik; 2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing; 3. Menetapkan nilai target ideal, dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metric; 4. Merefleksikan hasil dan proses. Penyusunan Konsep Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan, dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terpilihnya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir. Penyusunan konsep mempunyai lima langkah metode penyusunan yang dijelaskan berikut ini. Memperjelas Masalah Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah masalah menjadi sub masalah. Sebuah masalah tunggal dapat dibagi menjadi beberapa sub masalah yang lebih sederhana. Pernyataan misi untuk proyek, daftar kebutuhan pelanggan, dan spesifikasi produk awal merupakan input yang ideal untuk proses penyusunan konsep, meskipun seringkali bagian-bagian ini masih diperbaiki pada saat tahapan penyusunan konsep dimulai. Pencarian Secara Eksternal Pencarian eksternal menghasilkan solusi yang pada pokoknya merupakan proses pengumpulan informasi. Ada lima cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber eksternal, yaitu mengadakan wawancara dengan pengguna utama, konsultasi dengan pakar, pencarian paten, pencarian literatur, dan menganalisis (benchmarking) pesaing. 105

4 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) Pencarian Secara Internal Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreativitas dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Semua pemikiran yang timbul berasal dari pemikiran orang-orang yang berada di dalam tim. Menggali Secara Sistematis Sebagai hasil dari pencarian eksternal, dan internal, tim telah mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep. Penggalian sistematik ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur, dan mengumpulkan penggalan solusi. Ada dua alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim yakni: 1. Pohon Klasifikasi Konsep Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan yang mungkin ke dalam beberapa grup atau beberapa alternatif tertentu. Pohon klasifikasi memberikan empat manfaat penting seperti: a. Memangkas cabang yang hanya sedikit memberikan harapan. Pada tahap ini, pendekatan solusi yang kurang bernilai akan dipangkas dan tim dapat lebih memusatkan perhatian pada alternatif solusi yang terpilih. b. Mengidentifikasi pendekatan yang terpisah terhadap masalah. Dari setiap cabang alternatif dapat dipertimbangkan sebuah pendekatan yang berbeda untuk memecahkan keseluruhan masalah. c. Mengidentifikasi perhatian yang tidak merata pada cabang-cabang tertentu. Tim dapat segera melihat apakah usaha pada tiap-tiap cabang telah ditempatkan secara tepat. d. Perbaikan dekomposisi masalah untuk cabang tertentu. Suatu perbaikan fungsi diagram jika tim membuat banyak asumsi tentang pendekatan. 2. Tabel Kombinasi Konsep Tabel ini merupakan cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis, sehingga dapat mendorong pemikiran kreatif yang lebih jauh. Merefleksikan hasil dan proses Tahapan ini merupakan pengevaluasian kembali mengenai konsep yang telah dihasilkan saat ini serta mengidentifikasi peluang perbaikan pada interaksi berikutnya. Seleksi konsep Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan, dan kriteria lain, membandingkan kekuatan, dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian, dan pengembangan selanjutnya. Dua tahapan metode seleksi konsep yaitu penyaringan konsep, dan penilaian konsep. Proses penyaringan konsep meliputi enam tahapan, yaitu: a. Menyiapkan matriks seleksi Merupakan suatu tabel yang berisi konsepkonsep yang dipertimbangkan dengan kriteria seleksinya. Semua konsep dibandingkan dengan konsep referensi. Referensi biasanya merupakan standar industri atau konsep terdahulu yang dikenal dengan baik oleh tim. Konsep referensi ini juga dapat berupa sebuah produk komersial yang tersedia. b. Menilai konsep lebih baik diberi nilai (+) sama dengan diberi nilai (0) lebih buruk diberi nilai (-) c. Me-ranking konsep-konsep Setelah proses pe-ranking-an dilakukan, maka nilai (+), (0), (-) dijumlahkan pada tiap kriteria. Setelah itu, nilai akhir dapat diperoleh dengan mengurangkan jumlah nilai lebih baik dengan jumlah nilai lebih buruk. Konsep dengan nilai positif lebih banyak dan nilai minus yang sedikit memiliki tingkatan yang lebih tinggi. d. Menggabungkan dan memperbaiki konsepkonsep Jika memungkinkan ada dua konsep yang dapat digabungkan, sehingga akan menambah keunggulan dari produk, maka dapat dipertimbangkan. e. Memilih satu atau lebih konsep Tim memutuskan konsep mana yang harus dipilih untuk perbaikan, dan analisis lebih jauh. f. Merefleksikan hasil dan proses. Semua anggota setuju untuk dilakukan pengembangan selanjutnya. Proses penilaian konsep digunakan agar peningkatan jumlah alternatif penyelesaian dapat dibedakan lebih baik di antara konsep yang bersaing. Proses penilaian konsep meliputi enam tahapan, yaitu: a. Menyiapkan matriks seleksi b. Menilai konsep Penilaian konsep dilakukan dengan menggunakan skala dari 1 sampai

5 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM... Tabel penilaian kinerja disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Penilaian Kinerja Kinerja relatif Nilai Sangat buruk dibandingkan referensi 1 Buruk dibandingkan referensi 2 Sama seperti referensi 3 Lebih baik dari referensi 4 Sangat baik dari referensi 5 c. Me-ranking konsep Total nilai dapat dihitung dengan persamaan: (1) dengan: : Nilai konsep j untuk kriteria i : Bobot untuk kriteria i : Jumlah kriteria : Total nilai untuk konsep j d. Menggabungkan dan memperbaiki konsep Tim mencari pengganti atau kombinasi yang memperbaiki konsep. e. Memilih satu atau lebih konsep Memilih dan mempertimbangkan konsep yang memiliki peringkat tertinggi setelah melewati proses. f. Merefleksikan hasil dan proses Sebagai langkah akhir, tim merefleksikan pada konsep yang terpilih dan proses seleksi konsep. Pengujian Konsep Ada tujuh tahap untuk melaksanakan pengujian konsep, yaitu: a. Mendefinisikan maksud pengujian konsep Anggota tim merumuskan apa yang ingin dijawab melalui pengujian konsep ini. b. Memilih populasi survei Asumsi yang mendasari pengujian konsep adalah populasi pelanggan potensial yang disurvei mencerminkan target pasar dari sebuah produk. c. Memilih format survei Format survei yang biasa digunakan dalam pengujian konsep adalah interaksi langsung, telepon, surat yang dikirimkan melalui jasa pos, surat elektronik, dan internet. d. Mengkomunikasikan konsep Konsep dapat dikomunikasikan dalam bentuk salah satu dari cara-cara seperti uraian verbal, sketsa, foto, dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik, dan prototipe yang dioperasikan. e. Mengukur respon pelanggan Respons pelanggan biasanya diukur dengan meminta pelanggan untuk memilih salah satu dari dua atau lebih konsep alternatif. f. Menginterpretasikan hasil Jika tim tertarik untuk membandingkan dua atau lebih konsep, interpretasi dapat dilakukan secara langsung. Apabila salah satu konsep mendominasi yang lain dan tim percaya bahwa responden mengerti kunci perbedaan di antara konsep tersebut, maka tim dapat dengan mudah memilih konsep yang diinginkan. Jika hasil tidak terbatas, tim bisa memutuskan untuk memilih konsep berdasarkan biaya/pertimbangan lain, atau menawarkan beberapa versi dari sebuah produk. g. Merefleksikan hasil dan proses Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial. Dengan merefleksikan hasil pengujian konsep, tim sebaiknya mengajukan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama, apakah konsep sudah dikomunikasikan dengan benar, sehingga menghasilkan respon yang sesuai dengan yang dituju. Kedua, apakah hasil prediksi konsisten dengan hasil pengamatan tingkat penjualan terhadap produk yang sama. Kuesioner Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan reliability, dan validitas setinggi mungkin. Kelelahan Lelah pada umumnya diartikan dengan menurunnya efisiensi, dan berkurangnya kekuatan bertahan. Karakteristik utama dari kondisi ini adalah pengurangan dalam kapasitas maupun penurunan kinerja. Kelelahan merupakan akibat dari perpanjangan kerja, dan konsekuensi kehabisan persediaan energi tubuh. Kelelahan mental dapat bersumber dari overload ataupun underload dari suatu pekerjaan yang menghasilkan kebutuhan yang berlebihan dari pekerjaan yang kurang menarik, dan mudah tersebut. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan stres. Penurunan kewaspadaan berhubungan dengan penurunan 107

6 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) progresif dalam bekerja. Hal ini biasanya muncul sesudah satu setengah jam bekerja. Pada pekerjaan yang berulang-ulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus kerja. Beberapa tipe kelelahan, antara lain: a. Lelah visual yaitu lelah disebabkan oleh ketegangan pada organ visual; b. Lelah fisik umum yaitu lelah karena ketegangan fisik di semua organ; c. Lelah mental yaitu lelah karena disebabkan oleh kerja mental; d. Lelah saraf yaitu lelah karena tegangan lewat satu sisi dari fungsi psikomotor; e. Lelah dikarenakan kerja yang monoton atau lingkungan kerja yang menjemukan. Lelah disebabkan oleh sejumlah faktor yang terus-menerus membuat lelah (lelah kronis). Kelelahan kronis merupakan kumulatif respons non spesifik terhadap perpanjangan stres. Kelelahan kronis memberikan gejala tertentu yang berhubungan dengan sakit kepala, pusing, jantung berdebar, diare, gangguan lambung, dan lain-lain. Gangguan tidur menunjukkan gejala hyperarousal kronis yang berhubungan dengan kondisi kehabisan tenaga yang meningkat, dan merupakan gejala umum penyakit jantung. Pengukuran tingkat kelelahan Menurut Suma mur (1989), salah satu cara untuk mengukur tingkat kelelahan pada tenaga kerja dalam pekerjaannya adalah pengukuran denyut nadi. Denyut nadi atau detak jantung dapat dibedakan menjadi dua, yaitu denyut nadi kerja, dan denyut nadi istirahat [2]. Denyut nadi kerja adalah denyut nadi rata-rata selama bekerja sedangkan denyut nadi istirahat adalah denyut nadi tenaga kerja pada saat istirahat sebelum melakukan pekerjaan. Adapun denyut nadi akibat kerja adalah perbedaan denyut nadi kerja, dan denyut nadi istirahat. Denyut nadi kerja seorang tenaga kerja ditentukan oleh besarnya beban langsung pekerjaan, beban tambahan dan kapasitas kerja. Pengaruh-pengaruh yang bersifat fisik, dan psikologi tercermin di dalam denyut nadi kerja. Denyut nadi kerja yang dimaksud sebaiknya denyut nadi rata-rata selama tenaga kerja bekerja, dan salah satu cara untuk menentukannya adalah dengan mengukur denyut nadi setiap menit. Untuk menilai besarnya beban kerja dapatlah dipakai nilai denyut nadi dalam tabel Christensen berikut ini [2] : Tabel 2. Hubungan beban kerja terhadap denyut nadi Denyut Nadi (per No. Beban Kerja menit) 1 Sangat ringan < 75 2 Ringan Agak berat Berat Sangat berat Luar biasa berat > 175 METODE PENELITIAN Tahapan metode penelitian yang dilakukan dapat dilihat dalam bentuk diagram alir pada Gambar 1 di bawah ini. Langkahlangkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini meliputi: Identifikasi masalah Pengamatan Awal Pada tahap ini diawali dengan pengamatan awal yang dilakukan pada saat dimulainya penelitian. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan kunjungan langsung ke pabrik untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang segala sesuatu mengenai situasi dan kondisi perusahaan. Pengamatan dilakukan dengan melakukan survei, dan melakukan wawancara. Selain melihat secara langsung juga perlu dilakukan wawancara dengan pekerja bagian pengemasan. Di dalam wawancara ini juga dapat diketahui kebutuhan dari para pekerja akan penyelesaian dari masalahmasalah yang terjadi, hal tersebut dapat memberi masukan kepada penulis Perumusan Masalah Tahap ini adalah tahap lanjutan dari tahapan pengamatan awal yang telah dilakukan, sehingga diketahui bahwa masih sering terjadi salah peletakan posisi sheet sehingga banyak sheet yang terbuang. Studi Literatur Pada tahap ini akan dilakukan untuk melandasi cara berpikir, dan menentukan metode-metode yang tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Studi literatur ini dimulai sejak awal penelitian, dan akan terus berjalan selama penelitian ini berlangsung untuk mendukung tercapainya kesimpulan akhir yang diinginkan. Masukanmasukan dari studi literatur ini juga akan 108

7 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM... Pengumpulan Data Pada tahap ini data dikumpulkan agar dapat diketahui keluhan-keluhan dari para pekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Pengolahan Data Pada tahap ini data-data yang sudah diperoleh diolah agar dapat mengetahui keluhan-keluhan dari para pekerja. Pengolahan data dilakukan dengan berpedoman pada teori yang telah ada. Pengolahan data mengolah konsep-konsep dalam pembuatan alat tersebut. Tahap Perancangan Konsep Dengan data yang telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah perancangan konsep Alat otomatisasi Peletakkan shet pada Mesin Long Way. Perancangan konsep alat ini bertujuan agar mengurangi sheet yang terbuang, dan menghilangkan keletihan operator. Oleh karena itu diperlukan beberapa tahap yang sistematis, sebagaimana dijelaskan berikut ini. Identifikasi Kebutuhan Tahap ini memastikan alat bantu yang dibuat fokus pada kebutuhan pekerja. Penyusunan Konsep Dalam penyusunan konsep produk dilakukan pembuatan pohon klasifikasi konsep untuk menentukan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang terjadi dalam proses perakitan alat otomatisasi peletakan sheet pada mesin long way. Gambar 1. Diagram alir langkah-langkah penelitian digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Dari studi pustaka diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Mendapatkan gambaran tentang teori yang telah dikembangkan berkaitan dengan masalah yang ada; 2. Mendapatkan gambaran tentang metode yang dipakai untuk memecahkan masalah. Pada langkah ini dilakukan studi pustaka dengan mempelajari literatur- literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan untuk memecahkan masalah yang terjadi, seperti teori gaya, teori perencanaan, dan pengembangan produk, teori ergonomi, dan teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Penyeleksian Konsep Dalam tahap penyeleksian konsep dilakukan penyaringan konsep, dan penilaian konsep dari konsep-konsep yang telah dibuat sebelumnya untuk alat otomatisasi peletakan sheet pada mesin long way. Tahap ini bertujuan agar konsep yang dibuat tetap berfokus pada perencanaan awal, sehingga tiap konsep yang dipakai benar-benar konsep yang berguna serta bermanfaat untuk mendukung tujuan yang ingin dicapai. Pembuatan Alat Bantu Kerja Setelah dilakukan tahapan perancangan, alat bantu kerja tersebut akan dibuat. Pada tahapan ini, alat bantu dibuat berdasarkan data yang sudah dikumpulkan. Analisis Data Alat bantu kerja yang telah dibuat akan diimplementasikan pada mesin potong untuk 109

8 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) membandingkan kondisi kerja yang baru dengan kondisi kerja yang lama dalam rangka pencapaian tujuan dari penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan perbandingan apakah penggunaan fasilitas kerja yang baru dapat mengurangi terjadinya kesalahan cetak sheet sehingga dapat meminimalkan waste. Selain itu juga, apakah keluhan para pekerja sudah berkurang ketika menggunakan alat otomatisasi tersebut. Analisis Implementasi meliputi banyaknya long way yang tidak jadi terbuang, dan perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan. Kesimpulan Tahap ini merupakan tahap akhir dari metode penelitian. Hasil yang didapat dari analisis data disimpulkan, dan diharapkan dapat diterapkan oleh perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Denyut Nadi Pekerja Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja ketika melakukan suatu pekerjaan pada rentang waktu tertentu. Pengukuran denyut nadi merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja yang lebih efektif daripada kuesioner karena pengukuran denyut nadi bersifat obyektif sedangkan kuesioner bersifat subyektif. Data denyut nadi pekerja disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata Denyut Nadi Tanpa Menggunakan Alat Bantu Hari ke- Rata-rata denyut Pekerja setelah bekerja ,33 110,00 Data Konsumsi Energi Pekerja Pada saat bekerja konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolok ukur penentu beratnya suatu pekerjaan. Energi yang terbuang setara dengan beban kerja yang dilakukan, semakin berat beban kerja, maka energi yang terbuang juga semakin besar, dan sebaliknya. Semakin besar energi yang terbuang, maka semakin banyak konsumsi oksigen dalam tubuh yang menyebabkan nadi berdenyut dengan cepat. Untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja, maka perlu dilakukan pengukuran hasil kerja melalui hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Persamaan yang berhubungan dengan konsumsi energi dengan kecepatan bekerja, dan denyut jantung pada saat bekerja adalah sebagai berikut: Y=1, , x + 4, x 2 (2) KE=Et Ei (3) dengan: Y : Energi (Kkal/menit) X : Kecepatan denyut jantung (denyut/menit) KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal) Et : Pengeluaran energi pada saat sesudah bekerja (Kkal) Ei : Pengeluaran energi pada saat sebelum bekerja (Kkal) Hasil pengukuran denyut nadi sebelum, dan sesudah bekerja pada Tabel 4 dapat diketahui konsumsi energi untuk proses printing dengan menggunakan persamaan di atas. Berikut ini merupakan hasil perhitungan konsumsi energi para pekerja tanpa menggunakan alat bantu. Tabel 4. Konsumsi Energi (Tanpa Menggunakan Alat Bantu) Pengeluaran Denyut Jantung Pekerja Energi Konsumsi Sebe- lum Sesudah Sebelum Sesudah energi ,67 73,00 111,33 110,00 2,724 2,646 5,101 4,993 2,377 2,347 Total konsumsi energi 4,724 Data konsumsi oksigen Pada saat bekerja konsumsi oksigen merupakan faktor utama yang dijadikan tolok ukur penentu beratnya suatu pekerjaan. Semakin banyak oksigen yang terbuang, maka pekerjaan yang dilakukan juga semakin berat. Persamaan yang berhubungan dengan konsumsi oksigen dengan kecepatan jantung bekerja adalah sebagai berikut: (4) dengan: X : Kecepatan denyut jantung (denyut/menit) Hasil pengukuran denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja pada Tabel 3 dapat diketahui 110

9 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM... konsumsi oksigen untuk proses printing dengan menggunakan persamaan di atas. Berikut ini merupakan hasil perhitungan konsumsi oksigen para pekerja dengan menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan tersebut antara lain adalah faktor manusia, faktor lingkungan kerja, dan faktor dari mesin itu sendiri. Faktor manusia disebabkan karena menurunnya akurasi kerja yang disebabkan terlalu lama bekerja, kurangnya konsentrasi saat bekerja (melamun, berbicara dengan orang di sekitar, terlalu banyak bergurau), sehingga operator lalai untuk meletakkan sheet di atas lintasan conveyor pada mesin long way. Faktor lingkungan kerja yang ada juga mempengaruhi proses kerja di dalam suatu industri. Keadaan lingkungan yang dimaksudkan seperti: sirkulasi udara yang kurang baik, panas, dan keadaan lainnya yang dapat menghambat proses kerja dan konsentrasi operator dalam melakukan proses produksi. Pada faktor mesin Tabel 5. Konsumsi Oksigen (Tanpa Menggunakan Alat Bantu) Denyut Pengeluaran Konsumsi Pe- Jantung Oksigen ker- Sebeludaludagen Sesu- Sebe- Sesu- oksi- ja ,67 73,00 111,33 110,00 0,493 0,460 1,227 1,200 0,733 0,740 Total konsumsi oksigen 1,473 Tabel 6. Tabel analisis kecelakaan kerja pada mesin long way Analisis keterangan Permasalahan yang saat peletakkan sheet di lintasan sering terjadinya kesalahan pada terjadi conveyor Faktor penyebab kurangnya konsentrasi pekerja (melamun, kebanyakan mengobrol, terlalu banyak bergurau) Menurunnya akurasi dari pekerja yang diakibatkan oleh bekerja terlalu lama. Keadaan lingkungan (sirkulasi udara yang kurang baik, panas, kebisingan suara mesin-mesin kayu, dan keadaan lainnya) dapat menghambat proses kerja dan konsentrasi. Tabel 6. Tabel analisis kecelakaan kerja pada mesin long way (lanjutan) Sheet tidak tercetak dengan sempurna Produktivitas perusahaan menurun akibat Pegawai banyak mengalami kelelahan fisik dan mental dikarenakan bekerja hal yang sama dan dalam jangka waktu yang lama solusi merancang alat peletakkan sheet dengan sistem otomatisasi rancangan alat di desain sedemikian rupa sehingga mudah untuk dioperasikan dan perawatannya, menjadikan manusia hanya rancangan sebagai operator rancangan menggunakan material besi dan kayuagar tahan lama dapat meningkatkan produktivitas perusahaan itu sendiri adalah kegagalan proses printing. Kegagalan proses ini disebabkan oleh beberapa faktor, contohnya adalah tersangkutnya sheet di dalam mesin long way. Analisis kecelakaan kerja pada mesin long way disajikan pada Tabel 6. Mengumpulkan Data dari pekerja Pengumpulan data ini dilakukan melalui pengamatan aktivitas para perkerja pada saat proses printing sheet. Permasalahan yang dialami oleh pekerja yaitu selalu melakukan proses peletakkan sheet di atas lintasan conveyor pada mesin long way secara manual. Proses ini sangat membutuhkan konsentrasi, dan posisi yang cukup melelahkan untuk dilakukan dalam waktu yang lama, dikarenakan proses ini membutuhkan konsentrasi tinggi, maka tidak banyak pada saat peletakan sheet sering terjadi kesalahan yang mengakibatkan sheet tidak tercetak dengan benar. Dari permasalahan tersebut, maka dicari solusi dengan cara pengamatan langsung, mengumpulkan data dan proses wawancara yang bertujuan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam perancangan alat otomatisasi yang sesuai untuk permasalahan ini. Berikut tabel wawancara kepada para pekerja di bagian proses printing sebagaimana disajikan pada Tabel

10 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) Tabel 7. Tabel Hasil Wawancara operator long way Pertanyaan Pernyataan Kesulitan apa yang di- Kelelahan tangan dan hadapi saat melakukan punggung saat proses proses peletakkan sheet peletakkan sheet (proses printing) saat Harus meletakkan sheet ini? secara manual Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk alat otomatisasi yang akan dibuat? Perawatannya mudah Kuat Tahan lama Dapat digunakan untuk semua ukuran lebar sheet Menginterpretasikan Data Mentah ke Dalam Kebutuhan Pekerja Dari hasil pengamatan dan hasil dari wawancara para pekerja. Kemudian menginterpretasikan dari pernyataan para pekerja tersebut. Berikut adalah tampilan dari hasil interpretasi tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Interpretasi kebutuhan Pernyataan kebutuhan pekerja 1. Alat harus kuat 2. Tahan Lama 3. Perawatannya mudah 4. Dapat digunakan untuk semua ukuran shet 5. Menghilangkan fungsi pekerja (hanya sebagai operator) 6. Meningkatkan produktivitas perusahaan Berikut merupakan penjelasan dari daftar kebutuhan pekerja di atas: 1. Alat harus kuat Kebutuhan ini muncul karena pekerja ingin alat tersebut terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang sheet dalam jumlah yang cukup banyak; 2. Tahan Lama Pekerja ingin alat tersebut tidak mudah rusak jika digunakan dalam jangka waktu lama. 3. Pengoperasiannya mudah Pekerja ingin alat tersebut nantinya mudah dalam proses perawatannya; 4. Dapat digunakan untuk semua ukuran sheet Alat ini diharapkan nantinya dapat digunakan untuk semua ukuran sheet. Daftar metrik untuk alat Daftar metrik memperlihatkan hubungan antara kebutuhan, dan metrik. Metrik ini merupakan elemen kunci dari rumah kualitas, suatu teknis grafis yang digunakan dalam pengembangan fungsi kualitas (quality function deployment). Berikut Tabel 9 daftar metrik untuk alat: Tabel 9. Tabel daftar metrik No Kebutuhan Matrik Kepentingan 1 1,2 jenis bahan yang digunakan 3 2 3,4 tinggi alat 4 3 3,4 lebar alat 4 4 3,4 panjang alat 4 Spesifikasi Produk dengan Metrik Kebutuhan Tabel metrik ini digunakan untuk menentukan kebutuhan para pekerja pada proses printing (peletakan sheet) terhadap alat otomatisasi peletakan sheet yang sesuai dengan kebutuhan para pekerja. Matrik kebutuhan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Matrik kebutuhan alat otomatisasi peletakkan sheet yang sesuai dengan kebutuhan Need Metrik jenis bahan yang digunakan tinggi alat lebar alat panjang alat 1. Kekuatan 2. Tahan Lama 3. Perawatannya mudah 4. Dapat digunakan untuk semua ukuran shet Berikut ini merupakan penjelasan tentang tabel matrik kebutuhan alat otomatisasi peletakan sheet 1. Kekuatan Memperhatikan dari jenis bahan yang digunakan. Diharapkan terbuat dari bahan yang cukup kuat. 2. Tahan lama Diperhatikan juga dari jenis bahan yang digunakan. Diharapkan mesin ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan termakan oleh zaman. 3. Perawatannya mudah 112

11 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM... Memperhatikan antara lain tinggi, lebar dan panjang mesin ini diharapkan tidak susah untuk proses perawatannya. 4. Dapat digunakan untuk semua ukuran sheet Memperhatikan tinggi lebar dan panjang, mesin ini diharapkan dapat digunakan untuk semua ukuran sheet. Penyusunan Konsep Pada tahap penyusunan konsep ini, diberikan beberapa konsep yang sesuai dengan kebutuhan para pekerja terhadap alat otomatisasi peletakan sheet ini. Alternatifalternatif konsep produk dapat dikembangkan melalui tabel kombinasi konsep sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Tabel Kombinasi Konsep terhadap Alat otomatisasi peletakkan sheet alat bentuk alat peletakkan alat otomatisasi dengan sistem mekanis dengan sistem sensor menggunakan conveyor menggunakan roller diatas lintasan conveyor mesin long way Tabel 11 menjelaskan tentang tabel kombinasi konsep pada alat otomatisasi peletakkan sheet. Berikut adalah penjelasan dari Tabel Kombinasi Konsep di atas. Alat Otomatisasi dengan sistem mekanis dan menggunakan roller yang diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Konsep alat otomatisasi ini menggunakan dinamo sebagai penggerak roller. Rangka dari alat ini terbuat dari besi dan kayu. Cara kerja alat ini adalah roller yang berputar akan mendorong tumpukan sheet agar dapat jatuh tepat diatas lintasan conveyor. Alat ini juga dilengkapi dengan sekat pembatas yang dapat diatur-atur sesuai dengan lebar sheet. Alat ini diletakkan diatas lintasan conveyor mesin long way. Alat Otomatisasi dengan sistem sensor dan menggunakan roller di atas lintasan conveyor mesin long way. Konsep alat otomatisasi ini menggunakan dinamo sebagai penggerak roller. Rangka dari alat terbuat dari kayu. Cara kerja alat ini adalah roller yang berputar mendorong tumpukan sheet agar dapat jatuh tepat di atas lintasan conveyor. Alat ini menggunakan sensor yang disesuaikan dengan putaran kait di lintasan conveyor pada mesin long way. Pada saat kait berada di posisi tertentu, sensor akan memerintahkan dinamo untuk berputar, sehingga roller dapat mendorong maju sheet menuju lintasan conveyor. Alat ini juga dilengkapi dengan sekat pembatas yang dapat mengatur lebar sheet. Alat ini diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Alat otomatisasi dengan sistem sensor dan menggunakan conveyor yang diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Konsep alat otomatisasi ini menggunakan dinamo sebagai penggerak dari conveyornya. Cara kerja alat ini adalah sensor akan memberikan perintah pada dinamo untuk memutar conveyor, jika kait pada conveyor pada mesin long way mencapai posisi tertentu. Alat ini diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Alat otomatisasi dengan sistem mekanis dan menggunakan conveyor yang diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Konsep alat otomatisasi ini menggunakan dinamo sebagai penggerak dari conveyor. Cara kerja alat ini adalah dinamo akan menggerakkan conveyor agar dapat menjatuhkan sheet tepat di atas lintasan conveyor pada mesin long way. Rangka alat ini terbuat dari kayu, dan besi. Alat ini diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Penyaringan Konsep Penyaringan konsep adalah proses yang evaluasinya masih berupa dugaan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif. Selama penyaringan konsep, beberapa konsep awal di evaluasi dengan membandingkan sebuah konsep referensi yang menggunakan matriks penyaringan. Pada tahap awal ini perbandingan kuantitatif secara rinci sulit untuk dihasilkan, sehingga digunakan sebuah sistem komparatif yang masih kasar. Penyaringan konsep ini bertujuan agar dapat mengurangi konsep-konsep yang ada dan memberikan alternatif dari konsep-konsep tersebut. Kriteria-kriteria dalam penyaringan konsep yaitu: Nilai + : Lebih baik dari konsep produk acuan Nilai 0 : Sama dengan konsep produk acuan Nilai - : Lebih buruk dari konsep produk acuan 113

12 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) Setelah dilakukan penentuan kriteria, maka dilakukan penilaian pada masing masing konsep sebagaimana disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Penyaringan Konsep Alat otomatisasi peletakkan sheet Konsep Konsep A (referensi) sep C Konsep B Kon- Kriteria D Kekuatan Tahan Lama Kriteria Konsep A Konsep B (referensi) Konsep C Konsep D Mudah perawatannya dapat digunakan untuk semua ukuran sheet Sum +'s Sum 0's Sum -'s Nilai akhir Ranking Hasil Akhir ya tidak tidak ya Ranking 1 : Konsep A Ranking 2 : Konsep D Ranking 3 : Konsep B Ranking 4 : Konsep C Konsep B yang menjadi acuan karena menggunakan roller yang lebih mudah perawatannya dan sudah menggunakan sistem sensor. Penilaian Konsep Penilaian konsep digunakan untuk peningkatan jumlah alternatif penyelesaian dengan membedakan diantara konsep yang bersaing. Dengan adanya penilaian konsep ini akan ditentukan konsep mana yang akan dikembangkan (nilai tertinggi). Dari penyaringan konsep yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh konsep yang layak untuk dilanjutkan dan diberi penilaian adalah konsep A dan konsep D. Maka untuk penilaian konsep B dan konsep D dapat dilihat di Tabel 13 di bawah ini Tabel 13. Penilaian Konsep untuk Alat Konsep A Konsep D Rating Nilai beban Rating Nilai beban Kekuatan 0, , ,9332 Tahan Lama 0,2 4 0,8 4 0,8 Mudah perawatannya 0, , ,7332 dapat digunakan untuk 0,216 semua ukuran 4 0, ,8668 shet Total nilai 3,516 3,3332 Ranking 1 2 Keterangan : Konsep A adalah Alat Otomatisasi dengan sistem mekanis dan menggunakan roller yang diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Konsep D adalah Alat otomatisasi dengan sistem mekanis dan menggunakan conveyor yang diletakkan di atas lintasan conveyor mesin long way. Penjelasan penilaian : 1. Konsep A memiliki sistem kerja yang lebih baik dikarenakan menggunakan sistem roller, maka konsep sistem kerja yang lebih baik dan lebih mudah dilakukan perawatan daripada konsep D. 2. Konsep D memiliki sistem kerja yang kurang baik karena menggunakan sistem conveyor. Selain itu konsep ini cukup susah untuk dilakukan perawatan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan data kuesioner setelah menggunakan alat bantu Untuk memperoleh data apakah alat bantu mengurangi tingkat kelelahan dari para pekerja maka disusunlah suatu kuesioner. Hasil dari kuesioner dapat dilihat di Tabel 14. No Pertanyaan Tabel 14. Hasil dari Kuesioner Jumlah Jawaban Pilihan Pemilih secara yang (Orang) tertulis tersedia (Keterangan) <20tahun 2 20<- - 30tahun - Ya 2 Tidak - - Ya 2 Tidak - - Ya 2 Tidak

13 Tanudjaja: PERANCANGAN ALAT BANTU PELETAKAN SHEET DENGAN SISTEM... No Pertanyaan Tabel 14. Hasil dari Kuesioner (lanjutan) Pilihan yang tersedia Jumlah Pemilih (Orang) Jawaban secara tertulis (Keterangan) diberikan inverter agar dapat mengatur cepat lamanya putaran dinamo Kuesioner dibagikan kepada 2 orang karyawan yang mengoperasikan mesin Longway. Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa kelelahan, dan sakit yang dialami sebelum menggunakan alat bantu sudah dapat teratasi dengan adanya alat bantu tersebut. Hasil penelitian dan pembahasan data pengukuran denyut jantung Dengan melakukan pengukuran denyut nadi, maka dapat diketahui apakah terdapat penurunan tingkat kelelahan jika menggunakan alat bantu tersebut. Hal ini dapat dilihat perbandingan antara selisih denyut nadi (sebelum dan sesudah bekerja) tanpa menggunakan alat bantu dengan menggunakan alat bantu. Apabila selisih denyut nadi dengan menggunakan alat bantu lebih rendah dibandingkan dengan tanpa menggunakan alat bantu, maka dapat diketahui bahwa alat bantu tersebut terbukti dapat mengurangi kelelahan pekerja. Data ini diperoleh melalui pengukuran denyut nadi terhadap dua orang pekerja pada bagian proses printing. Denyut nadi ini diambil pada saat sebelum dan sesudah bekerja. Pengambilan data ini dilakukan pada pukul sampai dan data diambil selama 3 hari. Pengukuran denyut nadi ini dilakukan total selama 3 hari kerja untuk membandingkan selisih pengukuran denyut nadi (sebelum dan sesudah bekerja) dengan menggunakan alat bantu dengan tanpa menggunakan alat bantu. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui apakah alat bantu tersebut berpengaruh dalam mengurangi tingkat kelelahan pekerja. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan rata-rata denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja dengan menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu sebagaimana disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-Rata Denyut Nadi Menggunakan Alat Bantu Hari ke- Rata-rata denyut Pekerja sebelum bekerja , ,67 Hari ke- Rata-rata Pekerja denyut setelah bekerja , ,67 Analisis data konsumsi energi Data konsumsi energi pekerja disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Konsumsi Energi (Menggunakan Alat Bantu) Peker ja Denyut Jantung Pengeluaran Energi Konsumsi Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah energi 1 73,00 103,67 2,646 4,500 1, ,67 104,67 2,724 4,575 1,851 Total konsumsi energi 3,705 Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi energi pada Tabel 4 dan Tabel 16 dapat dibandingkan perbedaan konsumsi energi dengan menggunakan alat bantu dengan tanpa menggunakan alat bantu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa alat bantu tersebut terbukti dapat mengurangi kelelahan pekerja. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan total konsumsi energi dimana total konsumsi energi dengan menggunakan alat bantu lebih rendah (3,705 Kkal) daripada tanpa menggunakan alat bantu (4,724 Kkal). Oleh karena itu, penggunaan alat bantu terbukti dapat mengurangi kelelahan pekerja dalam proses printing pada mesin Long Way. Total penghematan energinya adalah 1,021 Kkal. Analisis data komsumsi oksigen Data konsumsi oksigen disajikan pada Tabel

14 WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 ( ) Analisis data berdasarkan produktivitas Berikut adalah tabel yang menunjukkan produktivitas perusahaan sebelum dan sesudah menggunakan alat bantu sebagaimana disajikan pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Hasil analisis sebelum menggunakan alat bantu Ujicoba Jumlah Tabel 19. Hasil analisis setelah menggunakan alat bantu Ujicoba Jumlah Uji coba dilakukan selama 10 menit. Uji coba dilakukan selama 5 (lima) kali. Dari hasil uji coba dapat terlihat bahwa alat bantu membantu meningkatkan produktivitas perusahaan yang cukup signifikan. Analisis biaya Analisis biaya ditujukan dengan menganalisis besar dan kecilnya biaya operasional dalam pembuatan alat otomatisasi tersebut. Biaya langsung dari pembuatan alat tersebut meliputi biaya bahan-bahan yang digunakan dan biaya ongkos pembuatan dan disajikan pada Tabel 20. Tabel 17. Konsumsi Oksigen (Menggunakan Alat Bantu) Pengeluaran Peker- Denyut Jantung Energi Konsumsi Sebeludaludah Sesu- Sebe- Sesu- oksigen ja 1 73,00 103,67 0,460 1,073 0, ,67 104,67 0,493 1,093 0,600 Total konsumsi energi 1,213 Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi energi pada Tabel 5 dan Tabel 17 dapat dibandingkan perbedaan konsumsi oksigen dengan menggunakan alat bantu dengan tanpa menggunakan alat bantu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa alat bantu tersebut terbukti dapat mengurangi kelelahan pekerja. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan total konsumsi oksigen dimana total konsumsi oksigen pada dengan menggunakan alat bantu lebih rendah (1,213 liter) daripada tanpa menggunakan alat bantu (1,473 liter). Oleh karena itu, penggunaan alat bantu terbukti dapat mengurangi kelelahan pekerja dalam proses printing pada mesin Long way. Total penghematan oksigennya adalah 0,26 liter. Tabel 20. Biaya untuk pembuatan alat bantu No Komponen Keterangan: Bahan Jumlah Harga tebal (mm) x panjang (cm) x diameter (cm) 1 paking 3x100x- karet karet 2 pipa 1x110x7,3 besi baja 3 besi as -x600x0,2 besi baja 4 gear -x-x pipa - besi x600x4,125 baja 6 bearing -x-x2,22 besi baja 7 pillow -x-x2,22 besi block baja 8 plat -x120x0,3 besi besi baja 9 sproket -x-x per -x-x ongkos -x-x bubut 12 Dinamo dan gear box -x-x Total Dari tabel di atas dapat dilihat pembuatan alat otomatisasi tersebut adalah Rp KESIMPULAN Kesimpulan dari perancangan alat otomatisasi peletakan sheet pada mesin long Way adalah sebagai berikut: 1. Keluhan sakit di beberapa bagian-bagian tubuh pekerja dapat berkurang sehingga pekerja dapat bekerja lebih nyaman; 2. Denyut nadi pekerja menjadi lebih rendah setelah menggunakan alat tersebut; 3. Energi yang dikerluarkan pekerja juga dapat berkurang sehingga kelelahan pekerja dapat berkurang; 4. Pekerjaan menjadi lebih ringan karena tidak perlu meletakkan sheet di atas lintasan conveyor melainkan hanya menumpuk sheet diatas alat bantu; 5. Alat bantu dapat disesuaikan dengan lebar sheet. DAFTAR PUSTAKA [1] Ulrich, K.T., dan Eppinger, Perancangan dan Pengembangan Produk (Terjemahan), Edisi pertama, Hlm. 77, 81-86, , McGraw-Hill Book Co., Singapore, 2001 [2] Suma mur, P.K., Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Hlm , Penerbit Haji Masagung, Jakarta,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016

PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016 PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016 TAHAP PERANCANGAN PRODUK DEFINISI KONSEP PRODUK Sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP

BAB I PENGEMBANGAN KONSEP BAB I PENGEMBANGAN KONSEP Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sehingga perlu dimunculkan konsep untuk memperbarui mekanisme produk meja setrika yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan Pengembangan Produk karangan

Lebih terperinci

MESIN UNTUK HOME INDUSTRY KACANG TELUR

MESIN UNTUK HOME INDUSTRY KACANG TELUR 80 Yohanes: PERANCANGAN MESIN UNTUK HOME INDUSTRY KACANG TELUR MESIN UNTUK HOME INDUSTRY KACANG TELUR Yoan Yohanes 1), Hadi Santosa 2), Julius Mulyono 2) E-mail: yohanzo@ymail.com ABSTRAK Home industry

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam proses pengembangan produk ada tiga Departement yang ada diperusahaan, yang diperlukan kontribusinya dan peranannya dalam menjalankan suatu proyek atau proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENYUSUNAN KONSEP

AKTIVITAS PENYUSUNAN KONSEP Amalia, S.T., M.T. AKTIVITAS PENYUSUNAN KONSEP Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM Studi pendahuluan Studi kepustakaan Pengumpulan data: * kuesioner *wawancara *observasi lapangan Data cukup, data reliabel, data valid? Ya tidak Identifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KERETA BELANJA PADA SUPERMARKET

PERANCANGAN KERETA BELANJA PADA SUPERMARKET Handrian: PERANCANGAN KERETA BELANJA PADA SUPERMARKET 75 PERANCANGAN KERETA BELANJA PADA SUPERMARKET Hadi Handrian 1), Dini Endah Setyo Rahaju ), Martinus Edy Sianto ) E-mail: Andre_nyo_nyo@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGANGKUT KACANG KEDELAI

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGANGKUT KACANG KEDELAI SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGANGKUT KACANG KEDELAI Disusun Oleh : LUIZINHO ANTONIO XIMENES MOREIRA 5303013022 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PROSES PEWARNAAN ROOSTER

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PROSES PEWARNAAN ROOSTER Santosa L.: PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PROSES PEWARNAAN ROOSTER 203 PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PROSES PEWARNAAN ROOSTER Hadi Santosa L. 1), Martinus Edy Sianto 1), Evanda Fabyola 2) E-mail: hadi_s@mail.wima.ac.id,

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di BAB II LANDASAN TEORI Perdagangan Internasional Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis

Lebih terperinci

Ir. Erlinda Muslim, MEE

Ir. Erlinda Muslim, MEE 1 2 3 4 5 Identifying Customer Needs Memastikan bahwa produk terfokus pada kebutuhan customer Mengidentifikasikan kebutuhan laten/tersembunyi dan kebutuhan eksplisitnya Memberikan dasar fakta untuk membenarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PENGISIAN LARUTAN (Studi kasus : PT.X) Disusun Oleh: Andreas Jonathan ( )

SKRIPSI. PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PENGISIAN LARUTAN (Studi kasus : PT.X) Disusun Oleh: Andreas Jonathan ( ) SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK PENGISIAN LARUTAN (Studi kasus : PT.X) Disusun Oleh: Andreas Jonathan (5303012020) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci : Perancangan, Pembuat es Puter, Metode QFD, Aspek Ergonomi

Kata Kunci : Perancangan, Pembuat es Puter, Metode QFD, Aspek Ergonomi ABSTRAK Proses produksi pembuatan es puter adanya suatu keluhan diantaranya sakit pinggang, punggung, hal ini karena tempat duduk atau kursi yang lebih tinggi dari benda kerja dan para pekerja pembuat

Lebih terperinci

Ir. Erlinda Muslim, MEE

Ir. Erlinda Muslim, MEE 1 2 3 Concept Testing Pengujian konsep dilakukan untuk mengetahui respon pelanggan terhadap konsep yang dimiliki untuk memutuskan apakah usaha pengembangan ini dapat dilanjutkan dan dapat memberikan keuntungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 4 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 6/10/2014 Perancangan Produk - Gasal

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENGGANTIAN RODA TRUK

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENGGANTIAN RODA TRUK SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENGGANTIAN RODA TRUK DISUSUN OLEH : ERWIN KURNIAWAN MULIA 5303010032 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2015 i ii

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI Rosleini Ria PZ 1), Erni Suparti 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI METODE KERJA PADA PROSES PENGIKATAN KANTONG PLASTIK DI CV. X

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI METODE KERJA PADA PROSES PENGIKATAN KANTONG PLASTIK DI CV. X SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI METODE KERJA PADA PROSES PENGIKATAN KANTONG PLASTIK DI CV. X Disusun Oleh : FITO VENESIA RUSDIANTO (5303012019) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING Oleh: I Wayan Sukania iwayansukania@tarumanagara.ac.id iwayansukania@yahoo.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka Perancangan dan pengembangan produk secara garis besar adalah rangkaian aktivitas yang dimulai dengan analisis dan peluang dan kemudian diakhiri dengan tahap produksi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR LIMBAH BATU MERAH DAN GENTENG (Studi kasus : Perusahaan Genteng ATIN Karanggeneng Boyolali)

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR LIMBAH BATU MERAH DAN GENTENG (Studi kasus : Perusahaan Genteng ATIN Karanggeneng Boyolali) PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR LIMBAH BATU MERAH DAN GENTENG (Studi kasus : Perusahaan Genteng ATIN Karanggeneng Boyolali) Hafidh Munawir, Ratnanto Fitriadi, Ibnu Satoto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti yang ditunjukkan dalam gambar

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN PERANGKAT LIPAT UNTUK KOTAK MAKANAN. Disusun Oleh : Oki Saputra

SKRIPSI DESAIN PERANGKAT LIPAT UNTUK KOTAK MAKANAN. Disusun Oleh : Oki Saputra SKRIPSI DESAIN PERANGKAT LIPAT UNTUK KOTAK MAKANAN Disusun Oleh : Oki Saputra 5303012018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2016 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENGANGKUTAN MILKCAN

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENGANGKUTAN MILKCAN SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENGANGKUTAN MILKCAN Oleh: Nikodemus Steven Widjaya 5303013008 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2017 ii iii iv v

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Alat Bantu Pemotong Tahu Yang Ergonomis Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 (PENGUJIAN KONSEP) Senin, 7 November 2016

PERTEMUAN 5 (PENGUJIAN KONSEP) Senin, 7 November 2016 PERTEMUAN 5 (PENGUJIAN KONSEP) Senin, 7 November 2016 PENGUJIAN KONSEP Pernyataan Misi Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Menetapkan Spesifikasi & Targetnya Mendesain Konsep Produk Memilih Konsep Produk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Percetakan (printing) merupakan teknologi atau seni yang memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Percetakan (printing) merupakan teknologi atau seni yang memproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percetakan (printing) merupakan teknologi atau seni yang memproduksi salinan dari sebuah gambar dengan sangat cepat, seperti kata-kata atau gambargambar (image)

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Produk Penjernih Air dengan Metode QFD (Quality Function Deployment) di Kecamatan Pancoran Mas Depok

Perancangan dan Implementasi Produk Penjernih Air dengan Metode QFD (Quality Function Deployment) di Kecamatan Pancoran Mas Depok Perancangan dan Implementasi Produk Penjernih Air dengan Metode QFD (Quality Function Deployment) di Kecamatan Pancoran Mas Depok Elitria Wiratmani Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK LAMPU BELAJAR Like Lanita

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK MEJA SETERIKA Yunus Armanto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

KONSEP PRODUK PENURUNAN KONSEP PRODUK 15/11/2015

KONSEP PRODUK PENURUNAN KONSEP PRODUK 15/11/2015 PENURUNAN KONSEP PRODUK -Apakah sudah ada konsep yang seide? Jika ada, dapatkah diadopsi? -Konsep baru apa yang mungkin dapat memuaskan keinginan dan spesifikasi yang telah ditetapkan? -Metoda apa yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP

PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP 48 PERANCANGAN ALAT PENGEPRESS TAHU UNTUK TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN GOOGLE SKETCHUP Erni Suparti 1*), Petrus Darmawan 2*) 1*) Progdi Teknik Industri Universitas Setia Budi 2*) Progdi Analis

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Karya Kita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Jalan Pasir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK PERENCANAAN PRODUK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK ENAM FASE PROSES PENGEMBANGAN GENERIK Fase 0 Perencanaan Fase 1 Pengembangan Konsep Fase 2 Perancangan tingkat Sistem Fase 3 Perancangan rinci Fase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nugraheni (2009), Perkembangan teknologi yang pesat, baik di bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya cara baru dalam menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi yang yang diangkat dalam penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT

PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT Hery Murnawan 1 *, Wiwin Widiasih 2, Sherly Tandriana 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Karakteristik dan Proses Perancangan Karakteristik Perancangan Model Perancangan Produk

Karakteristik dan Proses Perancangan Karakteristik Perancangan Model Perancangan Produk Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik secara fisik maupun nonfisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU ANGKAT CABAI PADA INDUSTRI SAMBAL

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU ANGKAT CABAI PADA INDUSTRI SAMBAL SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU ANGKAT CABAI PADA INDUSTRI SAMBAL DISUSUN OLEH: CINDY CLAUDIA LEMAN 5303013001 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2017 KATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 70 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (lanjutan) 71 2 Penentuan spesifikasi target Penyusunan dan Seleksi Konsep Pembuatan

Lebih terperinci

Proses Kebutuhan Pelanggan

Proses Kebutuhan Pelanggan Materi #3 TIN305 Perancangan dan Pengembangan Produk Proses Kebutuhan Pelanggan 2 Define the scope. Mission statement. Gather raw data. Interviews. Focus Group. Observation. Interpretation raw data. Need

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vise merupakan bentuk yang mendasar dan sederhana dari alat pencekam benda kerja. Dilihat dari kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, dan ekonomi secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

meja dan kursi pada proses memahat untuk memperbaiki postur kerja di Java Art Stone Yogyakarta adalah Problem-Solving Research.

meja dan kursi pada proses memahat untuk memperbaiki postur kerja di Java Art Stone Yogyakarta adalah Problem-Solving Research. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Perancangan ulang meja dan kursi pada proses memahat untuk memperbaiki postur kerja di Java Art Stone Yogyakarta diharapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga konsistensi kualitas produk merupakan aktivitas yang wajib dilakukan setiap perusahaan dalam rangka bertahan dalam persaingan bisnis yang ketat. Pengendalian

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E124402/ Perancangan Produk Revisi 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 16 Juli 2015 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

4. Kriteria IDE PRODUK :

4. Kriteria IDE PRODUK : 1. Tugas Besar Perpro dikerjakan secara berkelompok (4-5 orang) sesuai daftar. 2. Tugas Besar dilaksanakan selama 2 bulan sesuai dengan Jadwal Pelaksanaan. 3. Ide produk di-submit ke : http://tinyurl.com/q4699a4

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

Bab 10. Pengembangan Sistem Multimedia. Pokok Bahasan : Tujuan Belajar : Pengembangan sistem multimedia Siklus pengembangan sistem multimedia

Bab 10. Pengembangan Sistem Multimedia. Pokok Bahasan : Tujuan Belajar : Pengembangan sistem multimedia Siklus pengembangan sistem multimedia Bab 10 Pengembangan Sistem Multimedia Pokok Bahasan : Pengembangan sistem multimedia Siklus pengembangan sistem multimedia Tujuan Belajar : Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat : Memahami

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat kesehatan karyawan dan kenyamanan kerja dapat mencerminkan keseriusan suatu perusahaan dalam memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Ditinjau dari sisi ergonomi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

INDUSTRIAL DESIGN. Chapter 12

INDUSTRIAL DESIGN. Chapter 12 1 INDUSTRIAL DESIGN Chapter 12 2 Desain Industri (Industrial Design/ID) Jasa profesional dalam menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai, dan penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD Oleh: Hot Pangihutan Sianturi NRP: 9108.201.416

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan usaha yang harus dilakukan dalam penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD Perancangan Alat Perajang Umbi-umbian dengan Metode Quality (Nuning Artati dkk.) PERANCANGAN ALAT PERAJANG UMBI-UMBIAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT (QFD) Nuning Artati*, Sutarno, Nugrah Rekto

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu tahapan yang dicapai dalam menulis sebuah karya ilmiah. Metodologi penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat ditulis secara

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Gultom: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INSDUTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK... 169 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Peniel Immanuel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Menurut Wikipedia Indonesia, fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kelurahan Karanggeneng, Boyolali. Wilayah tersebut merupakan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kelurahan Karanggeneng, Boyolali. Wilayah tersebut merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri sekarang ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Disamping industri berdampak positif pada perekonomian, tapi kebanyakan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN BAB III METODOLOGI PENELITAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA ) Priscilla Tamara, 2) Peniel I. Gultom, 3) Erni Junita Sinaga,3) Program Studi Teknik Industri D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting didalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Es Puter, QFD, Industri kecil

ABSTRAK. Keywords: Es Puter, QFD, Industri kecil ABSTRAK Perancangan teknologi alat pembuat es puter (hard ice cream) telah berkembang dari manual sampai yang otomatis. Dalam merancang sebuah alat tidak hanya mempertimbangkan aspek teknologi namun juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw-

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw- BAB LANDASAN TEORI.1. Jabaran Pekerjaan Dalam mendefinisikan pekerjaan yang dilakukan maka perlu ditentukan apa yang dilakukan diurutkan menjadi kesatuan yang disusun secara sistematis. Hal ini juga tentu

Lebih terperinci

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA LOGO Pengukuran konsumsi energi Kemampuan manusia utk melaksanakan kegiatan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bekerja merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Multimedia

Pengembangan Sistem Multimedia Pengembangan Sistem Multimedia Siklus Pengembangan Multimedia Pengembangan sistem multimedia harus mengikuti tahapan pengembangan sistem multimedi, yaitu mendefinisikan masalah, studi kelayakan, melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Alur Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Alur Pemecahan Masalah 87 Studi kepustakaan dilakukan yakni dengan mempelajari pengetahuan teoritis dan non teoritis yang berkaitan

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci