RANCANGAN DASAR ALAT PEMANEN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SKRIPSI SARAH INTAN MUNTE F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN DASAR ALAT PEMANEN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SKRIPSI SARAH INTAN MUNTE F"

Transkripsi

1 RANCANGAN DASAR ALAT PEMANEN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SKRIPSI SARAH INTAN MUNTE F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 BASIC DESIGN OF JATROPHA HARVESTER (Jatropha curcas Linn) Sarah Intan Munte Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB ABSTRACT Quality and quality of jatropha fruits production is mainly determined by cultivation processes. One of these processes that influences jatropha fruits quality is the harvesting. Nowadays, jatropha harvesting technique in Indonesia is still manually handled, whether by direct picking or by using conventional tools to help pick the fruits. The existing problem in harvesting jatropha fruits is uniformity in the ripeness of the fruits, fruit spread along the ramification, plant height (1-7 m after 2-3 years) and canopy diameter. For the design of the jatropha harvester, one of the factors considered was that jatropha fruits grow on terminal branches which are located around the main trunk. Another factor was the diameter of its canopy, which is m after 1 year. Due to the flexibility of the branches, the harvesting method chosen was with a combing mechanism. By combing through the branches of the jatropha plant, jatropha fruits will detach then fall, thus allowing them to be collected. The combing mechanism for the jatropha harvester was designed at both sides of the harvester (left and right) with a 45 o slope and a 2.5 cm distance between each tooth, considering the diameter of ripe fruits are between cm. By using this method, most of the jatropha harvested were the yellow fruits (ripe) and the brown-to-black fruits (over-ripe). From the preliminary research using a harvester model constructed from bamboo, the fruits harvested consisted of as much as 91.2% of brown and black fruits, 90% of yellow fruits, and 33.4% of green fruits. Keywords: harvester, jatropha, fruits

3 SARAH INTAN MUNTE. F Rancang Dasar Alat Pemanen Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn). Di bawah bimbingan: Tineke Mandang RINGKASAN Tanaman jarak (Jatropha curcas Linn) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati untuk pembuatan biodiesel sebagai sumber energi alternatif terbarukan (reneweble energy) dan non edible oil. Potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis memberikan harapan baru pengembangan agribisnis. Sehingga diperlukan serangkaian kegiatan budidaya yang dapat menghasilkan biji jarak dengan kualitas yang baik. Salah satu kegiatan budidaya yang menentukan kualitas biji jarak adalah pemanenan buah. Tanaman jarak pagar yang ditanam atau tumbuh secara alami yang berasal dari biji mempunyai karakter (1) secara alamiah percabangan (tajuk) yang terbentuk tidak teratur dan tidak produktif, (2) cabang umumnya terbentuk setelah bunga atau buah pertama terbentuk (memiliki daun), (3) tinggi pohon mencapai 5-7 m, (4) tunas cabang umumnya terbentuk bersamaan dengan perkembangan reproduktif, (5) bunga muncul pada ujung-ujung pucuk (bunga terminal). Sudut rata-rata cabang primer tanaman jarak pagar adalah o. Teknik pemanenan buah jarak yang dilakukan selama ini adalah dengan mengguncang atau memukul dahan berulang-ulang hingga buah terlepas dari dahan atau dengan memetik buah secara langsung dari dahan. Karena tingkat kemasakan buah dalam satu malai (tros) tidak bersamaan sehingga pemanenan yang dilakukan perbuah menjadi tidak efektif untuk luasan panen yang besar. Besarnya gaya yang dibutuhkan untuk melepas buah dari dahan/cabang sebesar 8.26 N untuk buah yang mentah (berwarna hijau) dan 0.76 N untuk buah yang matang (bewarna cokelat dan hitam). Kelenturan batang jarak yang berumur 4-5 tahun pada batang pucuk sebesar x10 6 N/m 2, pada percabangan atas sebesar x10 6 N/m 2, percabangan bawah sebesar x10 6 N/m 2, batang tengah sebesar x10 6 N/m 2 dan batang bawah sebesar x10 6 N/m 2. Pada pengujian simulasi dengan model alat pemanen buah jarak yang terbuat dari bambu dengan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm diperoleh persentase pemanenan yang baik adalah dengan kemiringan 45 o dimana rata-rata jumlah buah yang terpanen sebesar 91.2% untuk buah berwarna cokelat dan hitam dan 90% untuk buah berwarna kuning, sedangkan buah yang berwarna hijau (mentah) sebanyak 33.4%. Banyaknya buah berwarna kuning yang terpanen disebabkan karena lebar jari-jari bambu yang dapat menyisir dan memberikan guncangan yang lebih besar ditambah jarak antar jari-jari sisir yang sesuai dengan diameter buah jarak yaitu cm,apabila buah jarak yang sudah matang. Alat pemanen yang dirancang dalam penelitian ini ditujukan untuk memanen buah jarak yang sudah matang (bewarna kuning dan hitam) untuk mendapatkan hasil minyak yang bagus. Alat yang dirancang dapat meyisir buah jarak sampai ketinggian pohon 2 m dan diameter kanopi (percabangan) 2-3 m. Sisir yang digunakan terbuat dari bahan batangan nylon putih yang memiliki kelenturan tinggi sehingga dapat menyisir tanpa merusak alat dan tanaman. Pengoperasian alat pemanen dilakukan dengan menggandeng alat pada sisi kanan traktor. Dari hasil pengujian kecepatan yang sesuai untuk pemanenan adalah 0.9 km/jam.alat pemanen jarak pagar memiliki berat kg, yang terbuat dari bahan alumunium agar ringan dan memiliki keseimbangan saat dioperasikan pada topografi yang miring maupun lahan yang tidak rata.

4 RANCANGAN DASAR ALAT PEMANEN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh : SARAH INTAN MUNTE F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Rancangan Dasar Alat Pemanen Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) : Sarah Intan Munte : F Menyetujui, Pembimbing, (Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS.) NIP Mengetahui, Ketua Departemen, (Dr. Ir. Desrial, M. Eng.) NIP Tanggal Lulus : 10 Maret 2011

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Rancangan Dasar Alat Pemanen Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2011 Yang membuat pernyataan Sarah Intan Munte F

7 Hak cipta milik Sarah Intan Munte, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya.

8 BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Medan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 27 Mei 1987 sebagai anak pertama dari Ir. Sopan Ginting Munte dan Alm Naekta Surbakti. Tahun 1999 penulis lulus dari SD RK Katolik Suka Maju, Deli Serdang dan menyelesaikan studi di SMPN 1 Sunggal, Deli Serdang pada tahun Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 5 Binjai pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian IPB. Selama di IPB penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian IPB ( ) sebagai pengurus departemen PSDM dan menjadi koordinator Komisi Pelayanan Khusus di Persekutuan Mahasiswa Kristen ( ). Dalam menyelesaikan studi, penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum mata kuliah seperti Praktikum Terpadu Mekanika dan Bahan Teknik ( ). Tahun 2008 penulis melakukan praktek lapangan di Dinas Pertanian Deli Serdang dengan judul Aspek Keteknikan Pertanian di Wilayah Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Rancangan Dasar Alat Pemanen Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) dilasanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian sejak bulan Februari 2009 sampai Juli Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dalam penelitian dan penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Desrial, M. Eng selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan penulisan skripsi. 3. Ir. Sri Mudiastuti. M.Eng selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan penulisan skripsi. 4. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS yang telah memberikan bimbingan dalam perbaikan penulisan skripsi. 5. Bapak Parma dan Bapak Wana yang telah membantu selama di Leuwikopo dan memberkan saran. 6. Keluarga tercinta Bapak, adikku Sofia Nesia Putri dan Christin Uli untuk doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan. 7. Teman-teman Teknik Pertanian 42, khususnya Annisa, Dian, Pramuditya, Ruly, Hernandi, Cininta, Jamhuri dan Fandra atas segala bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan penelitian. 8. Teman-teman Arini dan kopelhu, khususnya Isti, Indah, Lia, Nova, Dina, Esther, Tere, Efrat, Mei Yu, Diana, Tui, Bang Benardo, Bang Maryo dan Bang Agus dan sepupuku Reka yang telah memberi dorongan moril selama penyelesaian skripsi. 9. Adik kelompok kecilku (Fitri, Natalina, Septi dan Vera) yang tetap mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Teman-teman 7VIP (Rini, Uni, Surya, Mega, Shavreni dan Purnama) yang selalu mengingatkan agar memberi yang terbaik untuk orang-orang disekitar kita. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik pertanian. Bogor, Maret 2011 Sarah Intan Munte

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. JARAK PAGAR (Jatropha Curcas Linn)... 3 B. PERCABANGAN JARAK PAGAR... 4 C. SIFAT MEKANIK KAYU... 6 D. PEMANENAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT C. PENDEKATAN RANCANGAN DAN KONSTRUKSI ALAT D. UJI KINERJA ALAT E. TAHAPAN PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH PEMBATASAN MASALAH PENELITIAN PENDAHULUAN ANALISIS RANCANGAN DESAIN MODEL ALAT PEMANENAN PEMBUATAN MODEL ALAT PEMANENAN UJI FUNGSIONAL DAN MEKANISME MODEL ALAT PEMANENAN KONSTRUKSI ALAT PEMANEN PROTYPE ALAT PEMANEN UJI PERFORMANSI ALAT PEMANEN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN PENGUJIAN KUAT TARIK DAHAN BUAH JARAK PAGAR PENGUJIAN KELENTURAN TANAMAN JARAK PAGAR PENGUJIAN PARAMETER DESAIN MODEL ALAT PEMANEN JARAK PAGAR B. ANALISIS TEKNIK... 25

11 1. ANALISIS PENGATURAN JARAK ANTAR SISIR ANALISIS PUSAT MASSA ANALISIS MOMEN DAN TEGANGAN PADA ALAT PEMANEN C. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI DESKRIPSI ALAT RANCANGAN FUNGSIONAL RANCANGAN STRUKTURAL D. UJI KINERJA ALAT PEMANEN V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 40

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Hasil pengukuran kuat tarik dahan buah jarak pagar Tabel 2. Modulus elastisitas batang jarak Tabel 3. Analisis koordinat pusat massa alat pemanen buah jarak pagar... 26

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Pohon jarak pagar dan jarak tanam pohon jarak... 3 Gambar 2. Buah jarak siap panen... 4 Gambar 3. Pembungaan dan buah pada tanaman jarak pagar dan ilustrasi pembentukan bunga dan cabang pada tanaman jarak pagar... 5 Gambar 4. Proyeksi posisi cabang jarak pagar... 5 Gambar 5. Model tajuk jarak pagar... 6 Gambar 6. Balok yang diberi beban mengalami kompresi dan tegangan... 7 Gambar 7. Penampang balok yang mengalami lenturan... 7 Gambar 8. Balok yang diberi beban (W) tepat di tengah balok... 8 Gambar 9. Balok yang diberi beban (P) pada sistem kantilever... 9 Gambar 10. Grafik hubungan tegangan dan regangan dari baja dengan karbon medium... 9 Gambar 11. Cara panen konvensional dan alat panen konvensional Gambar 12. Alat panen alpukat di Meksiko (elevator) Gambar 13. Alat panen apel di Eropa dan alat panen ceri di Kanada Gambar 14. Alat panen jeruk di Amerika Gambar 15. Alat panen jarak yang telah dikembangkan di Amerika Gambar 16. UTM Instron dan neraca pegas Gambar 17. Diagram alir desain alat pemanen buah jarak pagar Gambar 18. Pengujian kuat tarik dahan buah jarak pagar Gambar 19. Bagian tanaman jarak yang digunakan sebagai sample pengujian kelenturan Gambar 20. Grafik pengujian kuat lentur tanaman jarak pagar Gambar 21. Model alat pemanen simulasi berbentuk sisir dengan arah aplikasi ke atas atau vertikal, dimana alat dalam posisi horizontal dan sketsa alat yang menunjukan arah aplikasi Gambar 22. Model alat pemanen simulasi berbentuk sisir dengan arah aplikasi ke depan atau horizontal, dimana alat dalam posisi vertikal dan sketsa alat yang menunjukan arah aplikasi Gambar 23. Model alat pemanen simulasi berbentuk sisir dengan arah aplikasi ke depan atau horizontal namun alat dimiringkan sebesar 45 o dan sketsa alat yang menunjukan arah aplikasi Gambar 24. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm Gambar 25. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm... 23

14 Gambar 26. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm Gambar 27. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm Gambar 28. Rancangan dengan acuan titik koordinat (0,0,0) Gambar 29. Posisi pusat massa pada tampak samping kiri Gambar 30. Skema perhitungan tegangan pada rangka atas Gambar 31. Defleksi tanaman jarak pagar Gambar 32. Analisis momen dan tegangan pada alat pemanen Gambar 33. Alat pemanen buah jarak pagar Gambar 34. Komponen alat pemanen buah jarak pagar Gambar 35. Rangka utama Gambar 36. Sisir Gambar 37. Pengatur jarak sisir Gambar 38. Gandengan depan dan gandengan belakang Gambar 39. Kondisi tanaman jarak pagar setelah dipanen Gambar 40. Buah jarak pagar yang terpanen dan daun jarak pagar yang gugur... 36

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Gambar alat panen buah jarak pagar Lampiran 2. Gambar persiapan lahan untuk penanaman jarak pagar Lampiran 3. Gambar pengujian kuat lentur batang jarak Lampiran 4. Perhitungan modulus elastisitas dan grafik pembebanan batang jarak pagar Lampiran 5. Hasil pengujian persentase terpanen buah jarak pagar pada lebar jari-jari sisir bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir bambu 2 cm Lampiran 6. Hasil pengujian persentase terpanen buah jarak pagar pada lebar jari-jari sisir bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir bambu 2.5 cm Lampiran 7. Hasil pengujian persentase terpanen buah jarak pagar pada lebar jari-jari sisir bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir bambu 2 cm Lampiran 8. Hasil pengujian persentase terpanen buah jarak pagar pada lebar jari-jari sisir bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir bambu 2.5 cm... 63

16 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan energi di Indonesia sangat penting untuk menunjang pembangunan sedangkan ketersediaan energi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin menipis. Cadangan energi Indonesia hanya dapat memenuhi kebutuhan energi nasional sebelum tahun Hal ini dapat dilihat dari cadangan minyak Indonesia yang hanya cukup untuk memenuhi konsumsi 18 tahun untuk minyak bumi, sekitar 50 tahun untuk gas bumi dan sekitar 150 tahun untuk batu bara. Dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri, telah dikeluarkan Peraturan Presiden RI tentang Kebijakan Energi Nasional No. 5 Tahun Dalam Perpres tersebut disebutkan bahwa penyediaan biofuel pada tahun 2025 minimal 5% dari kebutuhan energi nasional. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Tanaman jarak (Jatropha curcas Linn) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati untuk pembuatan biodiesel sebagai sumber energi alternatif terbarukan (reneweble energy) dan non edible oil. Secara agronomis, tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia bahkan tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan <500 mm per tahun) maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal dan lahan kritis). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2006 mengidentifikasi kesesuaian lahan untuk jarak pagar di berbagai propinsi di Indonesia dengan luas lahan sebesar juta ha. Lahan yang sesuai untuk pengembangan jarak pagar, yaitu berupa lahan alang-alang atau lahan tidur, sehingga perluasan lahan untuk pengembangan jarak pagar tidak berkompetisi dengan penggunaan lahan untuk pangan (Kusumayanti, 2008). Potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis memberikan harapan baru pengembangan agribisnis. Sehingga diperlukan serangkaian kegiatan budidaya yang dapat menghasilkan biji jarak dengan kualitas yang baik. Salah satu kegiatan budidaya yang menentukan kualitas biji jarak adalah pemanenan buah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan buah jarak pagar, antara lain kriteria panen, teknik pemanenan, pengeringan dan penyimpanan biji (Hambali, 2006). Dalam skripsi ini lebih menekankan pada teknik pemanenan dan alat panen yang digunakan. Teknik pemanenan buah jarak yang sudah ada adalah dengan mengguncang atau memukul dahan berulang-ulang hingga buah terlepas dari dahan atau dengan memetik buah secara langsung dari dahan. Karena tingkat kemasakan buah dalam satu malai (tros) tidak bersamaan sehingga pemanenan yang dilakukan perbuah menjadi tidak efektif. Umumnya panen dilakukan per malai dengan syarat minimal 50% buah per malai sudah mengering (masak fisiologis) (Hambali, 2006). Alat panen jarak di Indonesia saat ini masih manual (memetik langsung dari dahan menggunakan tangan). Namun untuk dahan yang tinggi atau tidak terjangkau oleh tangan menggunakan galah, yaitu tongkat panjang yang bagian ujungnya terikat kantong kecil.

17 B. Tujuan Penelitian ini bertujuan membuat rancangan dasar alat pemanen buah jarak (Jatropha curcas Linn) yang efektif dan efesien.

18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) Jarak pagar diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Jepang pada tahun Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica ), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas). Diantara jenis tanaman jarak tersebut yang memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar (biofuel) adalah jarak pagar (Jatropha curcas) Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae. Sebelum diperkenalkan sebagai salah satu tanaman penghasil biodiesel, jarak hanya ditanam di sekitar perkarangan rumah. Umumnya dalam kegiatan budidaya untuk skala usaha, penanaman dilakukan dengan jarak tanam 2 m x 2 m (populasinya 2500 pohon/ ha). 2m 2m (a) (b) Gambar 1. Pohon jarak pagar (a) dan jarak tanam pohon jarak pagar (b) Tanaman jarak berupa perdu dengan tinggi tanaman 1-7 m dan memiliki cabang yang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris bila terluka mengeluarkan getah. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut tiga atau lima, tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunganya berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berkelamin tunggal. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm dan panjang buah 2 cm berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika matang. Buah jarak terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang diisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong, bewarna coklat kehitaman dan beracun. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 35-45% (Hambali, 2006). Buah jarak yang sudah matang (berwarna kuning) memiliki bulk density, kebundaran (sphericity) dan porositas masing-masing sebesar 0.47 g/cm 3, 0.95 dan 50.53%. Koefisien gesek statik buah jarak pada kayu lapis (ply wood) sebesar 0.50, pada baja (steel) 0.64 dan pada stainless steel sebesar Sudut diam (angle of repose) merupakan karakteristik dari material yang berupa bulk yang mengindikasikan kohesi (tarik-menarik) antar unit dari material tersebut, buah jarak memiliki angle of repose sebesar o. (Sirisomboon et al, 2007).

19 Gambar 2. Buah jarak siap panen (sumber: Pembentukan buah membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah matang tidak serentak dalam artian di suatu rangkaian akan terdapat bunga, buah muda serta buah yang sudah kering (Prihandana, 2006). Biji masak dicirikan dengan kulit buah berubah warna dari hijau muda menjadi kuning kecokelatan atau hitam dan mengering. Ciri lainnya yaitu kulit buah terbuka sebagian secara alami. Ketika kulit buah membuka berarti biji di bagian dalam telah masak. Buah jarak yang sudah mengering memiliki kandungan minyak yang tinggi. Menurut Silip (2008), tingkat kematangan setiap buah jarak pagar ditentukan oleh perbedaan warna kulit buah. Tingkat kematangan dibagi dalam 8 tingkat warna. Kematangan pada tingkat 1 (buah muda), tingkat 2 (hijau tua), tingkat 3 (lebih hijau dari kuning), tingkat 4 (lebih kuning dari hijau), tingkat 5 (kuning), tingkat 6 (lebih kuning dari cokelat), tingkat 7 (lebih cokelat dari kuning) dan tingkat 8 (cokelat atau hitam). Menurut Hariyadi (2006), tanaman jarak pagar adalah tanaman yang cukup adaptif terhadap lingkungan tumbuhnya. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase yang baik, tidak tergenang dan ph Jarak pagar dapat tumbuh pada ketinggian m dpl, suhu berkisar antara o C. Pada suhu rendah (<18 o C) akan menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (>35 o C) akan menyebabkan daun dan bunga berguguran serta buah kering sehingga menurunkan produktivitasnya. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik disertai produksi dan mutu yang tinggi, jarak pagar harus ditanam pada daerah yang relatif kering dengan intensitas radiasi matahari yang tinggi karena kondisi yang kering dapat meningkatkan kadar minyak biji (Raden, 2008). Curah hujan yang sesuai untuk jarak pagar adalah 625 mm/tahun. Meskipun demikian, jarak pagar tetap dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan yang lebih rendah yaitu 300 mm/tahun. Tanaman jarak pagar mempunyai sistem perkaran yang mampu menahan air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman penahan erosi. Jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur dan jenis tanah, baik tanah berbatu, tanah berpasir, maupun tanah berlempung atau tanah liat. B. Percabangan Jarak Pagar Raden (2008) mengemukakan tanaman jarak pagar yang ditanam atau tumbuh secara alami yang berasal dari biji mempunyai karakter (1) secara alamiah percabangan (tajuk) yang terbentuk tidak teratur dan tidak produktif, (2) cabang umumnya terbentuk setelah bunga atau buah pertama terbentuk (memiliki daun), (3) tinggi pohon mencapai 5-7 m, (4) tunas cabang umumnya terbentuk bersamaan dengan perkembangan reproduktif, (5) bunga muncul pada ujung-ujung pucuk (bunga terminal). Tajuk pohon yang merupakan tempat munculnya buah terbagi menjadi sistem percabangan, daun, batang dan struktur reproduktifnya, yaitu bunga dan buah. Antar bagian

20 dan antar sub bagiannya saling berhubungan satu dengan yang lainnya melalui pembuluh kayu (xylem) serta pembuluh tapis (floem). Jumlah cabang akan menentukan jumlah bunga, buah dan biji jarak pagar. Sudut rata-rata cabang primer tanaman jarak pagar adalah o, hal ini menunjukkan bahwa arah tumbuh atau sifat percabangan jarak pagar condong ke atas (patens) dengan jumlah cabang sekunder yang terbentuk 1-3 cabang. Percabangan jarak pagar terdiri atas cabang primer, cabang sekunder dan cabang terminal. Cabang sekunder adalah cabang yang terbentuk pada cabang primer, sedangkan cabang terminal adalah cabang yang terbentuk pada cabang sekunder yang merupakan tempat tumbuhnya daun, bunga dan buah. Jumlah cabang terminal sangat ditentukan oleh jumlah cabang primer dan sekunder yang terbentuk (Putri, 2009). Tinggi cabang pertama dari permukaan tanah adalah cm. Skematis posisi buah dapat dilihat pada Gambar cm (a) (b) Gambar 3. Pembungaan dan buah pada tanaman jarak pagar (a) dan ilustrasi pembentukan bunga dan cabang pada tanaman jarak pagar (b). Tanda bulatan ( ) menunjukkan letak buah. Menurut Raden (2008), posisi cabang yang tumbuh dan berkembang pada tanaman jarak pagar berbentuk spiral dan cabang yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan bunga tumbuh secara dikotom. Proyeksi cabang dapat dilihat pada Gambar Gambar 4. Proyeksi posisi cabang jarak pagar. Angka menunjukkan nomor cabang tampak atas dan garis putus-putus menunjukkan arah utara, selatan, timur dan barat Model tajuk jarak pagar ditentukan berdasarkan panjang cabang relatif dan posisi cabang dari apeks batang utama. Cabang terbentuk sebelum tanaman berbunga dan sesudah tanaman berbunga. Untuk model tajuk tanaman jarak pagar yang tumbuh secara alami lebih kerucut, sedangkan tanaman jarak pagar yang yang dipangkas batang utamanya lebih mendekati kolumnar. Bunga jarak pagar terletak pada bagian terminal, selama perkembangan bunga terjadi pula

21 pemebentukan cabang sekunder. Model tajuk tanaman jarak pagar pada umur 2-3 tahun dapat dilihat pada Gambar 5. (1 ( (6 133 (2) 28 ( ( (1 ( (4 ( ( (3 ( (1 120 (4 71 Gambar 5. Model tajuk jarak pagar, angka (...) menyatakan nomor cabang dan nilai selain dalam kurung menyatakan panjang cabang dan tinggi tanaman dari permukaan tanah dalam cm Daun jarak pagar dapat bertahan sampai umur 14 minggu dengan posisi dan penyebaran daun yang memiliki filotaksi (pola penyebaran daun) 5/13 yang artinya terdapat 5 garis spiral yang melingkar cabang atau batang dan melewati 13 daun untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan dengan sudut antar daun 138 o. C. Sifat Mekanik Kayu Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat). Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperllihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon. Menurut Haygreen dan Bowyer (1982) diacu dalam Sulistiawan (2010) sifat kekuatan kayu terhadap perubahan bentuk akibat beban atau gaya luar yang mengenainya sangat ditentukan oleh sifat mekanis kayu. Gaya luar atau beban tersebut dapat berupa tekanan, tarikan atau geseran. Gaya yang timbul oleh gaya luar disebut tegangan (stress) dan gaya ini menimbulkan regangan yang bertendensi untuk merubah bentuk dan ukuran dari benda bersangkutan. Beberapa sifat mekanik kayu adalah sebagai berikut: (1) keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu, (2) keteguhan tekan (kompresi) adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban, (3) keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya, (4) keteguhan lengkung (lentur) adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan, (5) kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan, kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas, (6) keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutankejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian, (7) kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi) dan

22 (8) keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok : a. faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu. b. faktor dalam (internal): berat jenis, cacat mata kayu dan serat miring. Tegangan Lentur Tegangan yang disebabkan oleh momen lentur disebut sebagai tegangan lentur dapat dilihat dari Gambar 6. Gambar 6. Balok yang diberi beban mengalami kompresi dan tegangan (sumber: Dapat dilihat bahwa efek dari momen lentur pada balok menyebabkan lengkungan serat balok pada jarak y dari sumbu netral, serat yang direntangkan sebesar cd. Semakin kecil lengkungann dari balok, maka bcd sama dengan segitiga Oba. Sehingga regangan pada serat ini dapat dirumuskan menjadi: (1) dimana hukum Hooke, ε = σ/ E, sehingga ; (2) yang menunjukkan bahwa tegangan sebanding dengan jarak y dari sumbu netral. Gambar 7. Penampang balok yang mengalami lenturan (sumber: Besarnya gaya yang terjadi pada penampang balok merupakan turunan luas permukaan pada jarak y dari sumbu netral. (3)

23 Resultan dari semua momen yang terjadi pada sumbu netral harus seimbang dengan momen lentur pada penampang ini. (4) (5) dimana, sehingga: subtitusi, sehingga: atau diperoleh (6) (7) Sehingga tegangan maksimum merupakan, Keterangan : E = Modulus Young (modulus elastisitas) (N/m 2 ) M = momen lentur (Nm) I = momen Inersia (untuk balok berpenampang lingkaran c = jarak dari sumbu netral ke serat terluar (permukaan netral) (m) ρ = jari-jari kelengkungan balok (m) ε = regangan (m/m) σ = f b = tegangan (N/m 2 ) ) (m 4 ) (8) Momen Lentur Penentuan gaya geseran dan aksila pada sebuah irisan balok melengkapi dua syarat statika yang harus dipenuhi oleh segmen. Gaya-gaya ini memenuhi persamaan Σ F x = 0 dan Σ F y = 0. Syarat keseimbangan statik yang tinggal untuk persoalan planar adalah Σ M z = 0. Pada umumnya ini dipenuhi hanya dengan membentuk sebuah kopel atau momen perlawanan dalam (internal resisting moment) pada luas penampang dari irisan untuk menghadapi momen yang disebabkan oleh gaya-gaya luar. Momen perlawanan dalam tersebut haruslah bekerja dalam arah yang berlawanan dengan momen luar untuk memenuhi persamaan Σ M z = 0. Demikian pula dari persamaan yang sama diperoleh bahwa besar momen perlawanan dalam adalah sama dengan momen luar. Momen-momen ini cenderung untuk melenturkan balok dalam bidang beban-beban dan yang biasanya diartikan sebagai momen lentur (bending moment) dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Balok yang diberi beban (W) tepat di tengah balok (sumber:

24 Dari gambar di atas besarnya momen lentur yang terjadi pada titik tengah balok tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut: (9) dimana, M, momen lentur (Nm); W, beban/gaya yang diberikan (N); l, panjang balok (m) Gaya-gaya yang bekerja pada sistem kantilever dapat dilihat pada Gambar 9. Besarnya momen yang terjadi dapat diperoleh dengan rumus berikut: (10) Gambar 9. Balok yang diberi beban (P) pada sistem kantilever. (sumber: Modulus Elastisitas Modulus elastisitas merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan di bawah batas elastis sehingga benda akan kembali ke bentuk semula apabila dilepaskan, grafik perbandingan dan regangan dapat dlihat pada Gambar 10. Kayu merupakan benda orthotropis yang memiliki tiga buah modulus elastisitas, yang dilambangkan dengan E L, E R, dan E T. Lambang E L, E R, dan E T berturut- turut merupakan modulus elastistas sepanjang arah longitudinal, radial dan tangensial kayu. Ketiga konstanta modulus elastistas ini diperoleh melalui pengujian tekan, namun khusus E L yang diperoleh dari pengujian lentur. E L yang diperoleh melalui pengujian lentur sederhana dengan beban tunggal di tengah bentang (one point loading) masih mengandung defleksi sebesar ± 10% untuk memperoleh E L murni (Green et al. 1999). Menurut Mardikanto (2009), modulus elastisitas merepresentasikan kekakuan material dalam menahan lenturan yang terjadi akibat beban. Nilai modulus elatisitas yang besar menggambarkan sifat kekakuan yang besar, dimana kayu tidak mudah berubah bentuk akibat pembebanan. Gambar 10. Grafik hubungan tegangan dan regangan dari baja dengan karbon medium (sumber:

25 Pada balok yang diberikan beban (load) pada titik tengah terjadi defleksi dari balok dimana besarnya defleksi maksimum yang terjadi pada pusat balok diperoleh dengan rumus: (11) Sedangkan pada balok dengan sistem kantilever menghasilkan defleksi maksimum dengan rumus berikut : (12) D. Pemanenan Dalam pemanenan buah-buahan terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu, waktu panen, metode pemanenan dan kualitas pemanenan karena umumnya buah-buahan yang dipanen diharapkan memiliki penampilan yang menarik dan tingkat kematangan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tanaman jarak pagar sudah dapat dipanen mulai umur 4-5 bulan setelah tanam dan dapat dipanen terus-menerus sampai umur 50 tahun. Jika ditanam pada kondisi optimal jarak pagar dapat dipanen 3 sampai 4 kali dalam setahun. Kriteria buah yang dapat dipanen sangat tergantung pada jenis pemanfaatannya. Untuk pemanfaatan sebagai benih, buah jarak pagar yang dipanen harus sudah matang dengan kulit buah berwarna kuning. Sedangkan untuk bahan pembuat biodiesel, buahnya dipilih yang bewarna cokelat kehitaman. Ciri lainnya yaitu kulit buah terbuka secara alami, karena ketika kulit buah terbuka menunjukkan bahwa biji dibagian dalam telah masak. Menurut Srivastava (1993), kerja fungsional yang dibutuhkan untuk sebuah alat panen adalah proses pelepasan, pengontrolan, penyeleksian dan transportasi. Pada pemanenan buah-buahan diperlukan mekanisme untuk melepaskan buah dari batang utama. Mekanisme pelepasan ini dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu: 1) Melepaskan buah secara langsung dari cabang dengan menggunakan tangan, gunting atau alat pemetik yang dapat memotong dan memetik, hal ini merupakan cara konvensional dalam pemanenan namun cara ini didahului dengan proses penyeleksian sehingga pemanenan sesuai dengan yang diinginkan (Gambar 11). Metode ini sulit dilakukan untuk tanaman yang memiliki ketinggian lebih dari tinggi manusia sehingga memerlukan alat bantu seperti galah pemetik atau menggunakan elevator untuk mengangkat tubuh pemanen (Gambar 12); 2) Menggetarkan batang utama sehingga buah lepas dan ditampung, umumnya cara ini digunakan untuk memanen buah dari tanaman yang berbentuk pohon misalnya apel dan ceri (Gambar 13). Pemanenan dengan mekanisme ini memiliki kecenderungan untuk merusak tanaman; 3) Mengoncangkan cabang-cabang tanaman sehingga buah akan terlepas dan kemudian ditampung. Mekanisme ini lebih efektif karena tidak merusak tanaman dan dapat menyeleksi buah yang dipanen, selain itu dapat digunakan untuk memanen buah dari tanaman yang berupa perdu, semak belukar dan pohon. Pemanenan buah jeruk di Amerika menggunakan mekanisme tersebut. (a) (b) Gambar 11. Cara panen konvensional (a) dan alat panen konvensional (b) (sumber: dan

26 Gambar 12. Alat panen alpukat di Meksiko (elevator) (sumber: (a) (b) Gambar 13. Alat panen apel di Eropa (a) dan alat panen ceri di Kanada (sumber: dan Gambar 14. Alat panen jeruk di Amerika (sumber: Mekanisme dengan menggoncangkan cabang-cabang tanaman dapat juga disebut dengan metode penyisiran. Metode ini dapat diaplikasikan dari satu sisi tanaman atau dari dua sisi dimana tanaman akan dilewati oleh alat panen dapat dilihat pada Gambar 14. Saat ini telah dikembangkan alat panen buah jarak dengan mekanisme ini dimana tanaman jarak akan dilewati oleh alat panen ini. Dengan pertimbangan tinggi tanaman tertentu dan tetap (Gambar 15). Jarak pagar memiliki persentase berat kernel rata-rata 65% dan sisanya merupakan berat kulit dengan kisaran 35%. Buah jarak memiliki berat rata-rata 2.1 gr, sementara biji jarak memiliki berat gram (Makkar et al diacu dalam Kusumayanti 2008). Di Indonesia, cara pemanenan buah jarak dilakukan secara manual dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting. Produktivitas penuh tanaman jarak terjadi pada umur 5 tahun dengan kemampuan menghasilkan 5-6 kg biji/ tanaman/ tahun. Produksi akan stabil setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 pohon/ ha,

27 maka tingkat produktivitas antara 5-10 ton biji/ ha. Jika rendemen minyak sebesar 35% maka setiap ha lahan dapat diperoleh ton minyak/ ha/ tahun (Hambali, 2006). Gambar 15. Alat panen jarak yang telah dikembangkan di Amerika (sumber: dan

28 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan perancangan desain yang dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada Februari 2009 sampai Juli B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Plat besi dengan ketebalan 4 mm sebagai bahan konstruksi gandengan alat ke traktor. 2. Besi kotak berongga dengan ketebalan 3 mm sebagai bahan kontruksi gandengan alat ke traktor 3. Plat Alumunium dengan ketebalan 3 mm sebagai komponen tempat menyambung rangka alat. 4. Alumunium siku dengan ukuran 30 x 10 x 2 mm sebagai rangka alat untuk menyokong penyisir. 5. Lembaran nylon putih dengan ukuran 450 x 15 x 8 mm sebagai sisir. 6. Mur dan baut yang digunakan untuk merangkai komponen yang memiliki hubungan tidak permanen. 7. Elektroda yang digunakan untuk merangkai komponen yang memiliki hubungan permanen. 8. Bambu 9. Tali rafia Alat dan mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gergaji mesin 2. Gergaji alumunium 3. Gerinda 4. Las listrik 5. Bor 6. Neraca pegas, 7. Rivet 8. dan pelengkapan bengkel lainnya. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat Alat yang dirancang akan terdiri dari empat bagian utama yang berperan penting dalam pengoperasian alat, yaitu: sisir, pengatur jarak sisir, rangka, gandengan. 1. Sisir Rancangan sisir yang akan digunakan adalah dengan menggunakan lembaran nylon putih. Nylon putih dipilih karena kelenturannya tidak akan menyebabkan kerusakan pada tanaman jarak. Ukuran sisir adalah 450 x 15 x 8 mm sehingga dapat menyisir buah jarak yang berada di cabang terdalam.

29 2. Pengatur jarak sisir Pengatur jarak sisir dibuat agar dapat mengatur jarak antar sisir sesuai dengan diameter percabangan dan diameter batang utama tanaman. Beda setup alat pada desain adalah sebesar 5 cm, sehingga desain akan memiliki lebar jarak pemanenan dengan perbedaan sebesar 5 cm. 3. Rangka Rangka merupakan bagian utama yang akan menopang sebagian besar berat dari komponen. Selain itu, rangka yang akan memberi bentuk pada desain yang dibuat. Rangka akan dibuat cukup ringan sehingga tidak membuat gandengan rusak/patah. Oleh karena itu dipilih alumunium sebagai bahan rangka. 4. Gandengan Gandengan adalah komponen yang akan menopang keseluruhan alat dan menghubungkannya dengan traktor. Sehingga alat dapat dioperasikan oleh traktor. D. Uji Kinerja Alat Parameter-parameter pengujian yang di ukur pada operasi alat pemanen tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) perlu ditentukan agar keberhasilan perancangan dapat diketahui. Pada pengujian skala laboratorium besaran yang akan diukur: a. Berat alat pemanen b. Titik berat alat pemanen yang dirancang Pada pengujian di lapang, besaran yang akan diamati dan diukur : a. Kecepatan maju traktor yang sesuai b. Jumlah buah yang terpanen E. Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu identifikasi masalah, pembatasan masalah, penelitian pendahuluan, analisis rancangan, desain alat, pembuatan alat simulasi, uji fungsional alat simulasi, konstruksi alat dan analisis data. Adapun tahapan penelitian yang dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar Identifikasi Masalah Buah jarak yang sesuai untuk pembuatan biodiesel berwarna kuning, cokelat kehitaman dan hitam sedangkan tingkat kematangan buah jarak dalam satu malai tidak seragam, jika buah yang dipanen masih mentah akan menurunkan kualitas biodiesel. Posisi buah jarak mengikuti percabangan dari rantingnya dan tersebar. Hal ini mengakibatkan pemanenan hanya dapat dilakukan secara manual menggunakan tangan (manual) untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Jika diterapkan untuk suatu wilayah dengan luasan panen yang besar cara pemanenan tersebut sangat tidak efektif dan efesien. Sehingga dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat melakukan pekerjaan tersebut lebih cepat dibandingkan cara manual para pemanen.

30 2. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada perancangan ini adalah mengenai perancangan alat pemanen jarak pagar sehingga dapat memanen buah yang telah matang (buah jarak berwarna kuning, coklat kehitaman dan hitam). Perancangan tersebut meliputi desain pemetikan buah, sudut pemanenan dan jarak optimal untuk pemetik buah jarak pagar. Sedangkan sumber tenaga dan mekanisme penyaluran daya tidak dibahas. 3. Penelitian Pendahuluan Sebelum melakukan perancangan alat panen dilakukan terlebih dahulu penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan ini berupa uji kelenturan dari batang jarak dan pengukuran besarnya gaya untuk melepas buah jarak dari malainya. Uji kelenturan batang jarak dilakukan dengan alat UTM Instron di Laboratorium Terpadu Hasil Hutan sedangkan pengukuran besarnya gaya untuk melepas buah jarak dari malainya menggunakan neraca pegas. Alat uji kelenturan dan neraca pegas dapat dilihat pada Gambar Analisis Rancangan (a) (b) Gambar 16. UTM Instron (a) dan neraca pegas (b) Analisis perancangan dilakukan untuk menggunakan kebutuhan komponen-komponen yang akan digunakan untuk membuat alat pemanen buah jarak pagar. Analisis ini terdiri dari analisis fungsional dan struktural yang dilengkapi dengan analisis teknik. Analisis fungsional dilakukan penentuan komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat alat panen jarak pagar. Dalam analisis struktural menentukan bentuk dan ukuran dari komponen yang sesuai dengan kebutuhan. 5. Desain Model Alat Pemanenan Desain alat pemanen buah jarak pagar didasarkan pada analisis perancangan dan hasil penelitian pendahuluan sehingga dihasilkan beberapa konsep desain yang fungsional maupun struktural. Konsep desain yang paling memenuhi kebutuhan secara fungsional dan struktural serta mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait dibuatkan gambar tekniknya.

31 6. Pembuatan Model Alat Pemanenan Pada tahap ini dilakukan pembuatan alat simulasi pemanenan jarak pagar untuk melihat optimalisasi rancangan fungsional alat ini. Rancangan yang dibuat adalah pemetik buah jarak pagar. Simulasi pemetik yang dibuat berupa sisir dari bambu. 7. Uji Fungsional dan Mekanisme Model Alat Pemanenan Metode pengujian yang dilakukan adalah metode uji fungsioanal. Pengujian ini bertujuan untuk melihat mekanisme kerja alat sesuai dengan rancangan, jika tidak sesuai maka perlu dilakukan perubahan-perubahan jika memungkinkan. Langkap pertama pengujian yaitu melihat sudut dan arah pemanenan yang dapat mengoptimalkan pemanenan buah jarak. Selanjutnya jarak antar sisir yang sesuai dan antar jarijari sisir serta kelenturan dan lebar jari-jari sisir. Langkah terakhir adalah pengujian kecepatan pemanenan yang sesuai. 8. Konstruksi Alat Pemanen Parameter-parameter dari lahan yang sudah diketahui, kemudian digunakan untuk mendesain komponen-komponen penyusun alat pemanen tanaman jarak pagar. Setiap komponen, maupun antar komponen akan didesain sehingga akan dihasilkan fungsionalitas dari desain terpenuhi. Komponen penyusunnya, diantaranya adalah penyisir, pengatur jarak antar sisir, rangka dan gandengan. 9. Prototype Alat Pemanen Proses konstruksi ini akan menghasilkan sebuah prototype berupa alat pemanen, yang seluruh mekanismenya dapat berjalan dengan baik, sehingga secara fungsional proses desain sudah dapat dikatakan berhasil. Apabila rancangan belum mampu berjalan secara baik, maka akan dilakukan proses iterasi sehingga dihasilkan desain yang dapat berjalan secara fungsi dan secara struktur. 10. Uji Performansi Alat Pemanen Proses konstruksi yang telah dilakukan kemudian akan dilanjutkan dengan pengujian kinerja. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kinerja dari alat pemanen tanaman jarak pagar. Pengujian dan pengukuran dilakukan di bengkel dan di lahan percobaan. Pengukuran yang dilakukan di bengkel bertujuan untuk mengetahui berat mesin. Sedangkan pengujian yang dilakukan di lahan percobaan bertujuan untuk mengetahui kecepatan operasi alat di lahan. Pengukuran berat alat dilakukan secara langsung di bengkel leuwikoppo dengan menggunakan timbangan. Pengukuran dilakukan beberapa ulangan pada desain yang diukur. Selain pengukuran massa, akan dilakukan analisis massa untuk menentukkan titik pusat massa alat pemanen yang telah dirancang. Pengujian berikutnya adalah untuk mengetahui kecepatan maju traktor yang optimal dalam pemanenan di lahan. Hal terakhir yang dilakukan adalah mengitung jumlah buah terpanen dan tertinggal di tanaman sehingga dapat melihat optimalisasi hasil kinerja alat dalam pemanenan.

32 Mulai Identifikasi masalah Pembatasan masalah Penelitian pendahuluan Analisis rancangan Desain alat Pembuatan model alat pemanenan Uji fungsi dan mekanisme Tidak Ya Konstruksi alat pemanen Prototype alat pemanen Uji Performansi Tidak Ya Selesai Gambar 17. Diagram alir desain alat pemanen buah jarak pagar.

33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan 1. Pengujian Kuat Tarik Dahan Buah Jarak Pagar Pengujian kuat tarik dahan dilakukan di kebun lapangan Leuwikopo dimana dilakukan pengujian dengan menggunakan neraca pegas. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menarik buah agar terlepas dari dahan dibaca pada skala yang tertera di neraca pegas. Hasil pengukuran kuat tarik dahan buah jarak pagar setelah 10 kali ulangan dapat dilihat pada Table 1. Tabel 1. Hasil pengukuran kuat tarik dahan buah jarak pagar Ulangan Gaya tarik buah berwarna hijau (N) Gaya tarik buah berwarna cokelat dan hitam (N) Rata-rata Hasil menunjukan bahwa besarnya gaya yang diperlukan melepas buah jarak dari dahan sebesar 8.26 N untuk buah yang mentah (berwarna hijau) dan 0.76 N untuk buah yang matang (berwarna cokelat dan hitam). Ini menunjukan kisaran gaya yang dihasilkan alat panen untuk melepas buah jarak dengan cara menariknya. Buah yang sudah matang atau yang bewarna cokelat kehitaman sangat mudah untuk dilepaskan dari cabang yang mengikatnya. Cara pengujian yang dilakukan dapat dilihat dari Gambar 18. Gambar 18. Pengujian kuat tarik dahan buah jarak pagar

34 2. Pengujian Kelenturan Tanaman Jarak Pagar Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan lima bagian tanaman jarak pagar, yaitu pucuk, percabangan atas, percabangan bawah, batang tengah dan batang bawah. Bagian-bagian yang digunakan dalam pengujian kekuatan lentur dapat dilihat pada Gambar 19. A B D C E Gambar 19. Bagian tanaman jarak yang digunakan sebagai sample pengujian kelenturan Kelenturan tanaman jarak dilakukan dengan menguji kekuatan lentur dengan pembebanan satu titik (one point loading). Efek pertama yang terjadi akibat tekanan tegak lurus serat kayu adalah terjadinya pemadatan sel karena dinding bagian atas dan bagian bawah sel akan menyatu (berimpit). Oleh karena itu, kekuatan kayu seolah-olah meningkat, yang sebenarnya sudah terjadi kerusakan. Maka, hasil pengujian kekuatan tegak lurus serat bukan diambil dari nilai maksimum tetapi hanya dari nilai tegangan serat pada batas proporsional (fibre stress at proportional limit), dimana kayu masih bersifat elastis (Mardikanto, 2009). Grafik hasil pengujian kuat lentur tanaman jarak dapat dilihat pada Gambar 20. Gaya P (kgf) Sample A defleksi (mm) Sample A2 Gambar 20. Grafik pengujian kuat lentur tanaman jarak pagar

35 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perubahan bentuk yang terjadi pada tanaman jarak akibat perubahan beban yang menimpanya sampai dengan batas proporsi maka bentuk grafiknya dilihat secara keseluruhan berupa garis lurus. Sifat tanaman jarak pagar sebelum batas proporsi bersifat plastis, dimana tanaman dapat kembali ke bentuk semula apabila dilepas. Ketika melewati batas proporsi, grafiknya berubah menjadi bentuk parabolik dan terjadi perubahan bentuk tanaman jarak pagar sebelum benda mengalami kerusakan. Grafik yang berupa garis lurus akan membentuk sudut kemiringan (slope) terhadap sumbu horizontal. Nilai kemiringan (slope) menunjukan sifat mudah tidaknya benda tersebut berubah bentuk akibat pembebanan. Semakin mudah benda tersebut berubah bentuk akibat beban yang sama, maka akan semakin kecil slope-nya, yang berarti semakin tidak kaku (elastis) benda tersebut Dari pengujian kelenturan diperoleh nilai modulus elastisitas dari tanaman jarak pagar, dimana kelenturan batang jarak pucuk (sample A) sebesar x10 6 N/m 2, pada percabangan atas (sample B) sebesar x10 6 N/m 2, percabangan bawah (sample C) sebesar x10 6 N/m 2, batang tengah (sample D) sebesar x10 6 N/m 2 dan batang bawah (sample E) sebesar x10 6 N/m 2. Modulus elastisitas pada batang jarak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Modulus elastisitas batang jarak pagar Sample E (kgf/cm²) Rataan E (kgf/cm²) Rataan E (10 6 N/m 2 ) A A A A A B B B B B C C C C C D D D D D E E E Dalam Dian 2009, kekuatan batang jarak secara struktur kolomnya adalah sebesar kgf/cm 2, merupakan kombinasi dari kekuatan tekan batang sebesar kgf/cm 2 dan kekuatan lentur batang sebesar kgf/cm 2.

36 3. Pengujian Parameter Desain Model Alat Pemanen Jarak Pagar Metode pemanenan yang digunakan adalah metode penyisiran untuk itu diperlukan parameter desain seperti bentuk alat panen, arah pemenenan, jarak antar sisir dan jarak antar jarijari sisir. Untuk mendapatkan data ini diperlukan pengujian dengan melakukan simulasi dengan model alat panen. Dimana model alat pemanen jarak dibuat dari bahan bambu yang memiliki kelenturan N/mm 2 untuk bambu kering dan N/mm 2 (Dransfield, 1995). Buah jarak berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm dan panjang buah 2 cm berwarna hijau ketika masih muda dan kuning kecokelatan jika matang. Berdasarkan pengamatan dilapangan buah jarak yang sudah matang mengalami penyusutan diameter menjadi cm. Berdasarkan hal ini, jarak antar sisir dirancang agar dapat dilalui buah ketika terpetik ataupun terguncang. Alat panen yang akan didesain berupa sisir dari dua sisi (kiri dan kanan) untuk mencapai keseluruhan cabang tanaman (lihat Gambar 21). Alat pemanen didesain agar dapat menyisir tanaman jarak sampai ke batang utama, maka untuk memudahkan penyisiran dirancang lebar sisir yang dapat mengumpulkan keseluruhan cabang tanaman jarak. Lebar sisir ditentukan berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap diameter kanopi/percabangan tanaman jarak sebesar m. Dari hasil pengujian di laboratorium, batang jarak memiliki kelenturan batang jarak pucuk sebesar x10 6 N/m 2, pada percabangan atas sebesar x10 6 N/m 2, percabangan bawah sebesar x10 6 N/m 2, batang tengah sebesar x10 6 N/m 2 dan batang bawah sebesar x10 6 N/m 2 Hal ini menujukkan batang jarak memiliki kelenturan yang tinggi untuk dikumpulkan dan dapat melewati celah sisir. Metode penyisiran dilakukan dengan tiga arah simulasi yaitu vertikal, horizontal dan horizontal dengan kemiringan. Arah simulasi vertikal dilakukan dengan menyisir tanaman jarak dari batang bawah hingga ke pucuk. Arah simulasi vertikal dapat dilihat pada Gambar 21. Metode penyisiran dengan arah simulasi horizontal dilakukan dengan memposisikan sisir secara tegak dan digerakkan dari sisi tanaman jarak, dapat dilihat pada Gambar 22. Sedangkan simulasi terakhir menggunakan arah horizontal namun model alat panen diposisikan dengan kemiringan tertentu (lihat Gambar 23). Tinggi ataupun panjang alat yang digunakan berdasarkan tinggi tanaman jarak pagar, dengan asumsi tanaman akan dirawat/dipangkas maka diberikan batasan tinggi tanaman yang dapat terpanen adalah 2 m. Untuk buah yang diluar jangkauan alat dapat terpanen dengan guncangan yang dihasilkan alat pemanen. (a) (b) Gambar 21. Model alat pemanen berbentuk sisir dengan arah aplikasi ke atas atau vertikal, dimana alat dalam posisi horizontal (a) dan sketsa alat yang menunjukan arah aplikasi (b)

37 (a) (b) Gambar 22. Model alat pemanen berbentuk sisir dengan arah aplikasi ke depan atau horizontal, dimana alat dalam posisi vertikal (a) dan sketsa alat yang menunjukan arah aplikasi (b) 45 (a) (b) Gambar 23. Model alat pemanen berbentuk sisir dengan arah aplikasi ke depan atau horizontal namun alat dimiringkan sebesar 45 o (a) dan sketsa alat yang menunjukan arah aplikasi (b) Hasil pengujian di atas pada lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm diperoleh persentase pemanenan yang baik adalah dengan kemiringan 45 o dimana rata-rata jumlah buah yang terpanen sebesar 56.1% untuk buah bewarna cokelat dan hitam dan 22.7% untuk buah bewarna kuning, sedangkan buah yang berwarna hijau (muda) sebanyak 2.5%. Untuk persentase pemanenan dengan lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm dapat dilihat pada Gambar 24. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 5. Persentase Buah Terpanen (%) Lebar jari jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari jari sisir 2 cm Vertikal Horizontal Miring (α=30o) Miring (α=45o) Miring (α=60o) Miring (α=75o) Arah Uji Simulasi Buah warna cokelat dan hitam Buah warna kuning Buah warna hijau Gambar 24. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm

38 Pada lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm, diperoleh persentase pemanenan yang baik pada kemiringan 45 o dimana rata-rata jumlah buah yang terpanen sebesar 58.4% untuk buah bewarna cokelat dan hitam dan 16.7% untuk buah bewarna kuning, sedangkan buah yang berwarna hijau (muda) sebanyak 1.9%. Pada pengujian ini buah jarak pagar yang berwarna cokelat dan hitam lebih sedikit terpanen karena jarak antar jari-jari sisir lebih besar menyebabkan buah yang bewarna cokelat dan hitam lolos (tidak terpanen). Karena lebar jari-jari bambu yang kecil tidak dapat memberikan gaya tarik pada dahan buah dan kurang membuat guncangan.untuk persentase pemanenan dengan lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jarijari sisir sebesar 2.5 cm dapat dilihat pada Gambar 25. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 6. Persentase Buah Terpanen (%) Lebar jari jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari jari sisir 2.5 cm Vertikal Horizontal Miring (α=30o)miring (α=45o)miring (α=60o)miring (α=75o) Arah Uji Simulasi Buah warna cokelat dan hitam Buah warna kuning Buah warna hijau Gambar 25. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 0.7 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm Pada lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm, diperoleh persentase pemanenan yang baik adalah dengan kemiringan 45 o dimana rata-rata jumlah buah yang terpanen sebesar 86.4% untuk buah bewarna cokelat dan hitam dan 66.7% untuk buah bewarna kuning, sedangkan buah yang berwarna hijau (muda) tidak terpanen. Pada kemiringan 30 o dan kemiringan 60 o merupakan persentase pemanenan yang tertinggi kedua. Dimana buah yang terpanen pada kemiringan 30 o berwarna cokelat dan hitam sebanyak 52.3% dan buah berwana kuning sebanyak 10% sedangkan buah yang berwarna hijau sebanyak 10%. Pada kemiringan 60 o, persentase buah yang terpanen berwarna cokelat dan hitam sebanyak 52.2% dan buah berwana kuning sebanyak 33.4% sedangkan buah yang berwarna hijau sebanyak 1.7%. Banyaknya buah berwarna cokelat dan hitam yang terpanen disebabkan karena lebar jarijari bambu yang dapat memberikan gaya tarik pada dahan buah jarak dan guncangan yang lebih besar, namun karena jarak antar jari-jari sisir yang kecil menyebabkan buah lolos melewati jarak antar sisir. Untuk persentase pemanenan dengan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jarijari sisir sebesar 2cm dapat dilihat pada Gambar 26. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 7.

39 Persentase Buah Terpanen (%) Lebar jari jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari jari sisir 2 cm Vertikal Horizontal Miring (α=30o) Miring (α=45o) 66.7 Arah Uji Simulasi Miring (α=60o) Miring (α=75o) Buah warna cokelat dan hitam Buah warna kuning Buah warna hijau 1.3 Gambar 26. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2 cm Hasil pengujian pada lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm diperoleh persentase pemanenan yang baik adalah dengan kemiringan 45 o dimana rata-rata jumlah buah yang terpanen sebesar 91.2% untuk buah bewarna cokelat dan hitam dan 90% untuk buah bewarna kuning, sedangkan buah yang berwarna hijau (muda) sebanyak 33.4%. Pada kemiringan 30 o merupakan persentase pemanenan yang tertinggi kedua dimana buah yang terpanen berwarna cokelat dan hitam sebanyak 73.8% dan buah berwana kuning sebanyak 77.8% sedangkan buah yang berwarna hijau sebanyak 14.9%. Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model alat pemanen jarak dari bambu dengan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm menghasilkan persentase terbesar dibandingkan dengan tiga pengujian dari parameter sebelumnya. Banyaknya buah berwarna cokelat dan hitam yang terpanen disebabkan karena lebar jari-jari bambu yang dapat memberikan gaya tarik pada dahan buah dan guncangan yang lebih besar ditambah jarak antar jari-jari sisir yang sesuai dengan diameter buah jarak yaitu cm, apabila buah jarak yang sudah matang. Untuk persentase pemanenan dengan lebar jarijari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5cm dapat dilihat pada Gambar 27. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase Buah Terpanen (%) Lebar jari jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari jari sisir 2.5 cm Vertikal Horizontal Miring (α=30o) Miring (α=45o) Arah Uji Simulasi 33.4 Miring (α=60o) Miring (α=75o) Buah warna cokelat dan hitam Buah warna kuning Buah warna hijau 25 0 Gambar 27. Persentase pemanenan lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm

40 B. Analisis Teknik 1. Analisis Pengaturan Jarak Antar Sisir Komponen pengatur jarak antar sisir didesain dengan prinsip awal untuk mengatur jarak antara sisir-sisir yang memanen buah, sehingga dapat dilalui oleh batang utama dan cabangcabang tanaman. Jarak antar sisir diperoleh dengan memperhatikan ciri-ciri tanaman jarak seperti, diameter rata-rata batang utama dan diameter kanopi. Pada desain dilengkapi dengan lima setup jarak yang berbeda dimulai dari jarak 95 cm sampai jarak 120 cm, masing-masing dengan beda sebesar 5 cm. Mekanisme pengaturan jarak antar sisir tergolong sederhana yaitu menggunakan sistem mur baut, dengan jarak masing-masing lubang sebesar 5 cm. Pada desain terdapat pengatur jarak antar sisir untuk mengatur sisir kiri dan kanan, sehingga diletakkan pada bagian penyangga depan dan belakang. 2. Analisis Pusat Massa Analisis pusat massa alat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui titik pusat beban utama yang dapat mewakili seluruh komponen massa dari desain yang dibuat. Dalam analisis ini dipergunakan bantuan program AutoCAD untuk menentukkan titik pusat massa tiap komponen yang menyusun desain mesin. Langkah analisis pusat massa diawali dengan menentukkan koordinat pusat (0,0,0) pada desain yang sudah digambarkan. Koordinat pusat ini akan digunakan sebagai acuan untuk menetukkan pusat massa komponen penyusun pada desain yang telah dibuat. Pada analisis ini ditentukkan koordinat pusat (0,0,0) berada pada titik sudut sisi kanan belakang alat. Langkah berikutnya adalah menentukan pusat massa setiap komponen yang membentuk desain. Gambar pictorial alat dengan koordinat pusat (0,0,0) dapat dilihat pada Gambar 28. A Gambar 28. Rancangan dengan acuan titik koordinat (0,0,0)

41 Analisis pusat massa menggunakan persamaan sebagai berikut (Meriam dan Kraige, 2003): X Y Z Keterangan: X koordinat x pada pusat massa keseluruhan desain Y koordinat y pada pusat massa keseluruhan desain Z koordinat z pada pusat massa keseluruhan desain m massa komponen yang dianalisis X koordinat pusat massa pada arah x Y koordinat pusat massa pada arah y Z koordinat pusat massa pada arah z Analisis untuk mencari pusat massa kemudian dibantu dengan program CAD tertentu untuk lebih mempermudah penentuan jarak pusat massa. Hasil perhitungan tersedia pada Tabel 3. Dengan koordinat pusat massa setiap komponen, dan koordinat pusat massa satu kesatuan desain. Berdasarkan pada perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus kesetimbangan, dimana massa setiap komponen dikalikan dengan koordinat pusat massa setiap komponen. Sehingga dapat diketahui bahwa pusat massa alat pemanen buah jarak pagar yang telah dirancang terletak pada koordinat (0.732; 0.466; 0.303) jika digunakan acuan koordinat pusat (0; 0; 0) yang terletak pada titik sudut sisi kanan belakang alat. Tabel 3. Analisis koordinat pusat massa alat pemanen buah jarak pagar Komponen Massa Massa Z m m mz kg (m) (m) (m) (kg.m) (kg.m) (kg.m) Rangka kanan Rangka kiri Sisir kanan Sisir kiri Pengatur jarak depan Pengatur jarak belakang Gandengan depan Gandengan belakang Total Koordinat pusat masa keseluruhan Titik yang menjadi pusat massa dari alat pemanen akan terletak diantara sisir kanan dan sisir kiri. Letak pusat massa dapat dilihat lebih jelas terlihat pada Gambar 29.

42 A Gambar 29. Posisi pusat massa pada tampak samping kiri 3. Analisis Momen dan Tegangan pada Alat Pemanen Selain analisa mengenai pusat massa alat, juga diperlukan analisa gaya yang dialami oleh alat pemanen buah jarak. Hal ini bertujuan agar dapat diketahui apakah alat akan rusak atau patah saat diam maupun saat bertabrakan dengan tanaman jarak pagar. Hal ini ditinjau dari tegangan yang terjadi pada beberapa titik penting di alat seperti yang terlihat pada Gambar 30 yang merupakan tampak depan dari alat pemanen buah jarak. Gambar 30. Skema perhitungan tegangan pada rangka atas Tegangan yang terjadi pada titik A, B dan C dapat dihitung dengan menggunakan rumus: dimana, σ, tegangan (MPa); M, momen gaya (Nm); I, momen inersia pada penampang (m 4 )

43 Pada titik A a. Analisis Tegangan dengan Momen Vertikal Penampang alumunium siku yang berukuran 100 x 300 mm dengan ketebalan 20 mm, sehingga titik pusat geser (X G = c) berada pada: c mm Momen inersia pada penampang adalah I 1 3 bh x10 mm I I XG A c x 10 7 = I XG (120.53) 2 I XG = 6.98 x 10 7 mm 4, Momen yang terjadi pada titik A ditopang oleh dua rangka atas dimana beban yang ada berasal dari berat rangka kiri (rki), sisir kiri (s) dan rangka atas (ra). Sehingga besarnya momen yang terjadi adalah sebagai berikut: ΣM = Mrki + Ms + Mra = (Wrki x drki) + (Ws x ds) + (Wra x dra) Dimana, Wrki = Gaya berat pada rangka kiri (N) Ws = Gaya berat pada sisir (N) Wra = Gaya berat pada rangka atas (N) drki = Panjang lengan momen rangka kiri (m) ds = Panjang lengan momen sisir (m) dra = Panjang lengan momen rangka atas (m) Diketahui, Wrki = N Ws = N Wra = N drki = m ds = m dra = 0.5 m Maka momen pada titik A ΣM = (18.44 x ) + (25.51 x 0.775) + (11.38 x 0.5) = Nm = x 10 3 Nmm Karena ditopang oleh dua rangka maka dalam keadaan ideal masing-masing rangka menanggung momen sebesar M A1,2 = ΣM = x 103 Nmm, Sehingga menghasilkan tegangan pada masing-masing rangka sebesar: σ, M c I x x x 10 N/m

44 Jadi, tegangan yang terjadi pada titik A saat diam sebesar x 10 3 N/m 2. Menurut Beer (2002), tegangan izin untuk alumunium 99% sebesar 95 x 10 6 N/m 2 dan mengunakan nilai faktor keamanan sebesar 2 karena alat diaplikasikan dengan beban kerja relatif kecil dan pada kecepatan rendah. Ini menunjukkan bahwa tidak akan terjadi kerusakan pada komponen pengatur jarak (rangka atas) yang terbuat dari alumunium siku karena masih berada dibawah tegangan izin 47.5 x 10 6 N/m 2. b. Analisis Tegangan dengan Gaya Horizontal Pada saat alat dioperasikan maka alat akan mendapat tambahan beban/hambatan dari tanaman jarak. Gaya yang dihasilkan tanaman jarak saat dilalui oleh alat tidak memperhitungkan hambatan berupa guludan tanah dan puntiran yang dialami oleh pohon jarak maupun alat. Diasumsikan besarnya gaya yang terjadi diakumulasikan pada batang utama dimana hambatan yang terjadi disebabkan oleh buah, daun dan cabang dari tanaman jarak pagar. Adapun analisis gaya yang terjadi menggunakan pendekatan sistem kantilever. Dari pengujuan kelenturan pohon jarak diketahui bahwa modulus elatisitas (E) dari batang bawah tanaman jarak sebesar x 10 6 N/m 2 dan momen inersia (I) sebesar x 10-8 m 4. Dalam kondisi ideal, saat pohon jarak dilalui oleh alat terjadi lentingan pada pohon jarak yang mengakibatkan defleksi. Dimana defleksi maksimum yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 31. Gambar 31. Defleksi tanaman jarak pagar Besarnya defleksi yang tejadi pada tanaman jarak: Δ maks = dimana, sehingga, 3 3 diperoleh besarnya gaya sebesar:

45 Tanaman jarak memberikan gaya (P) sebesar N saat dilalui oleh tanaman jarak. Dengan gaya tersebut dapat dihitung besarnya momen dan tegangan yang terjadi pada rangka atas. Terlebih dahulu dilakukan perhitungan momen inersia pada rangka atas secara struktur. I = (5000)(300)3 - (4800)(300)3 - (2)(80)(280)3 I = x mm 4 Analisis momen dan tegangan yang terjadi pada rangka atas secara struktur dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Analisis momen dan tegangan pada alat pemanen Besarnya momen yang terjadi pada alat pemanen jarak: M = P x drka Dimana, P = Gaya yang diberikan oleh tanaman jarak (N), drka = panjang lengan momen rangka atas (m), sehingga: M = x 0.5 = Nm = x 10 3 Nmm Sehingga tegangan yang terjadi pada struktur rangka atas: σ M c I x x x 10 N/m Tegangan yang terjadi pada titik A (struktur rangka atas) saat alat diaplikasikan melewati tanaman jarak sebesar x 10 3 N/m 2. Hal ini menunjukkan bahwa tidak akan terjadi kerusakan pada komponen pengatur jarak (rangka atas) yang terbuat dari alumunium siku karena masih berada dibawah tegangan izin 47.5 x 10 6 N/m 2.

46 C. Hasil Rancangan dan Konstruksi 1. Deskripsi Alat a. Sumber Tenaga Penggerak Gambar 33. Alat pemanen buah jarak pagar Sumber tenaga yang digunakan pada alat pemanen buah jarak berasal dari tenaga yang dihasilkan oleh traktor roda empat. Alat pemanen buah jarak digandengkan pada rangka samping kanan traktor sehingga alat akan bergerak mengikuti gerak traktor yang dalam hal ini akan bergerak sepanjang jalur tanaman jarak. Selanjutnya alat pemanen buah akan menabrak pohon jarak dan batang utama pohon jarak akan melewati celah yang berada di tengah alat pemanen sedangkan cabang-cabang pohon jarak akan disisir. Traktor yang digunakan adalah Kubota B6100 dengan tenaga 14 hp dan kecepatan putaran 1500 rpm sehingga menghasilkan kecepatan maju sebesar 0.9 km/jam. b. Batasan dalam Perancangan Alat Perancangan alat mempertimbangkan beberapa faktor langsung di lapangan. Faktor yang dipertimbangkan adalah jarak tanam, diameter percabangan, diameter pohon jarak pagar, tinggi tanaman dan topografi tanah. Faktor-faktor tersebut menentukan dimensi alat yang dirancang. Alat pemanenan menggunakan rangka siku yang terbuat dari alumunium karena memiliki kelebihan seperti ringan, keras, tahan karat dan penyambungan yang dilakukan menggunakan mur dan baut sehingga ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan penyisir menggunakan nylon putih yang memiliki elastisitas yang tinggi sehingga dapat menyisir tanpa merusak daun atau melukai pohon jarak. c. Cara Kerja Alat Alat pemanen buah jarak pagar dirancang untuk digandengkan pada traktor yang dioperasikan oleh seorang operator. Hal ini untuk memudahkan transportasi alat dan untuk memberikan gaya dorong yang dibutuhkan untuk menyisir pohon jarak pagar. Sumber tenaga dorong diperoleh dari kecepatan maju traktor yang menggandeng alat pemanen. Penyisir akan menyentuh cabang-cabang pada pohon jarak untuk melepaskan buah jarak pagar. Alat pemenen dilengkapi dengan pengatur jarak sisir yang dibuat agar dapat mengatur jarak antar sisir sesuai dengan diameter percabangan dan diameter batang utama tanaman. Unit pengatur

47 jarak sisir ini memiliki jarak dari 0 cm sampai 25 cm. Unit pengatur jarak sisir ini terbuat dari alumunium siku yang sekaligus berfungsi sebagai rangka untuk menghubungkan kedua sisir. Unit pengatur jarak sisir didesain menjadi dua bagian, satu unit di bagian depan dan satu unit di belakang. Masing-masing unit di atur terpisah. d. Bentuk Alat Rancangan alat pemanen akan terdiri dari beberapa komponen seperti diperlihatkan pada Gambar 34. Gambar 34. Komponen alat pemenen buah jarak pagar 2. Rancangan Fungsional Alat yang dirancang terdiri dari beberapa komponen utama, seperti: 1) Sisir, yang terbuat dari nylon putih berfungsi untuk memanen buah jarak. 2) Rangka, terbuat dari alumunium siku memiliki fungsi untuk menegakkan berdirinya alat pemanen. 3) Pengatur jarak sisir, terbuat dari alumunium siku yang berfungsi untuk mengatur jarak antar sisir. 4) Gandengan, terbuat dari besi kotak yang berfungsi menghubungkan alat pemanen ke traktor.

48 3. Rancangan Struktural a. Rangka Utama Buah jarak merupakan salah satu buah klimaterik dimana proses perubahan warna buah terjadi selama proses pematangan buah. Pematangan buah jarak tidak terjadi secara seragam oleh karena itu dilakukan perancangan awal. Dimana memperhitungkan sudut percabangan pohon jarak, letak munculnya buah pada pohon dan diameter kanopi pohon jarak. Gambar 35. Rangka utama Rancangan alat panen masih tahap dasar sehingga hanya memperhitungkan proses pemanenan, tidak termasuk pengumpulan buah setelah dipanen. Rangka dibuat agar dapat menyesuaikan lebar kanopi dan dapat menyangga sisir yang akan melewati pohon jarak. Karena alat panen akan di gandengkan dengan traktor maka alat di buat seringan mungkin namun tetap memperhatikan kekuatan bahan sehingga rangka tidak akan rusak ketika betabrakan dengan cabang-cabang pohon jarak. Rangka yang dirancang dapat mengumpulkan cabang-cabang pohon jarak yang memiliki diameter kanopi sekitar dua meter menjadi satu meter sehingga memudahkan penyisiran saat memanen. Rangka dibuat memiliki ketinggian sekitar 50 cm dari permukaan tanah karena rata-rata buah akan muncul setelah ketinggian tersebut atau dimulainya cabang primer pohon jarak. Dengan ketinggian alat panen sebesar satu meter maka tinggi pemanenan dapat mencapai sekitar 1-2 m tinggi pohon, karena batang jarak memiliki elastisitas yang tinggi. Rangka utama dari alat ini terdiri atas dua bagian yaitu kiri dan kanan yang hanya dihubungkan dengan pengatur sisir yang terdapat di atas rangka. Agar sisir tidak bergoncang saat menabrak percabangan maka diberi penyangga tambahan yang mencapai titik tengah sisir. b. Sisir Buah jarak pada umumnya muncul pada pangkal percabangan (cabang terminal). Untuk memperoleh hasil panen yang baik (buah yang berwarna kuning dan hitam), perlu dilakukan perancangan sudut pemanenan sehingga dapat menjangkau buah jarak baik di ujung cabang maupun di pangkal cabang. Untuk sudut pemanenan diperoleh terlebih dahulu dengan melakukan

49 pengujian simulasi alat sehingga diperoleh sudut yang optimal pemanenanya adalah 45 o, dimana sudut percangan pohon jarak berkisar antara 40 o -45 o. 2.5 cm 1.5 cm 45 cm Gambar 36. Sisir Sisir dirancang dengan panjang 45 cm, lebar 1.5 cm dan tebal 0.8 cm, sehingga menyerupai bentuk balok. Jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm. Bahan dari sisir yang terbuah dari lembaran nylon putih memiliki kelenturan 2-4x10 9 N/m 2. Cukup lentur untuk melewati cabang pohon jarak dan tidak merusak daun. Jarak antar anak sisir sebesar dua sentimeter sehingga member celah agar dapat dilewati cabang-cabang pohon jarak. Pada awal perancangan nylon yang digunakan ditempelkan ke rangka menggunakan rivet, namun setelah di uji ternyata nylon tersebut lepas dari rangka. Perbaikan yang dilakukan dengan mengunakan sistem baut dan mur efektif menempelkan nylon ke rangka. Namun terdapat kelemahan dimana apabila alat panen sering digunakan maka baut dan mur dapat longgar. Antisipasi yang dilakukan untuk mengurangi besarnya kelonggaran pada baut dan mur dengan menambahkan ring diantara kepala baut dan mur. c. Pengatur jarak sisir Untuk dapat menjangkau diameter kanopi dan diameter batang utama dari pohon jarak maka diperlukan pengatur jarak antar sisir yang terdapat di kiri dan kanan. Pengatur sisir terdapat pada bagian depan dan belakang, sehingga selain mengatur jarak sisir, penggatur ini juga berfungsi sebagai rangka. Gambar 37. Pengatur jarak sisir Jarak setup yang diberikan pada pengatur sisir sebesar lima sentimeter agar memudahkan pengaplikasian alat. Dengan pengaturan setup, alat panen dapat melewati batang utama pohon jarak yang berdiameter 20 cm dan lebar diameter kanopi 2-3 m. Pada perancangan awal untuk pengatur jarak sisir hanya mengunakan satu lapis alumunium siku namun ternyata tidak cukup kuat untuk menyangga sisir sehingga ditambahkan satu lapis alumunium lagi. Pengatur ini juga di tempelkan ke rangga utama dengan menggunkan sistem baut dan mur.

50 d. Gandengan Traktor merupakan sumber tenaga penggerak alat pemanen jarak pagar sehingga alat harus digandengkan dengan traktor. Pada alat ini terdapat dua gandengan yaitu bagian depan dan belakang yang terbuat dari besi kotak. Gandengan depan memiliki panjang 75 cm sedangkan gandengan belakang sebesar 52 cm. Pada gandengan bagian belakang terdapat tiang penyangga setinggi 63 cm dan 36 cm membentuk sudut 146 o guna menyokong rangka atas. (a) (b) Gambar 38. Gandengan depan (a) dan gandengan belakang (b) Gandengan ini ditempelkan dengan menggunakan sistem baut baik ke traktor maupun ke alat. Pada gandengan terdapat tahap pengelasan terlebih dahulu untuk membuat landasan dan sambungan. Gandengan yang digunakan pada alat pemanen tidak standar yang ada sehingga hanya dapat digunakan untuk traktor jenis Kubota B6100, agar memudahkan untuk pengujian di lapangan karena alat pemanen ini masih merupakan rancangan dasar. D. Uji Kinerja Alat Pemanen Pada saat pengoperasian alat di lapangan, alat dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan dengan kecepatan maju traktor berkisar 0.9 km/jam dimana traktor yang digunakan beroperasi pada transmisi L1 dan rpm Buah yang dipanen secara keseluruhan berwarna cokelat dan hitam serta kuning. Namun setelah alat dijalankan sejauh 10 m, alat pemenen mengalami kerusakan pada bagian rangka atas karena tidak dapat menerima beban yang besar saat tersangkut pada cabang tanaman jarak yang sudah tumbang yang disebabkan oleh busuk akar. Hasil uji kinerja alat pemanen buah jarak pagar tidak dapat disajikan secara kuantitatif karena masalah teknis yang terjadi di lapangan. Secara kualitatif, kualitas pemanenan dapat dikatakan baik. Hal ini ditinjau dari kualitas buah yang terpanen, kerusakan buah yang dipanen, kerusakan pada daun dan batang tanaman jarak pagar. Buah jarak yang terpanen merupakan buah yang sudah matang (buah berwarna cokelat dan hitam serta kuning). Hal ini menunjukan bahwa alat pemanen dapat bekerja efektif dalam memanen buah jarak pagar. Sedangkan kualitas buah yang terpanen, buah tidak mengalami kerusakan. Setelah tanaman dilalui/ disisir oleh alat pemanen, dilakukan pengamatan secara visual terhadap tanaman jarak pagar. Tanaman jarak pagar tidak mengalami kerusakan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari tanaman jarak pagar dapat tumbuh dengan baik setelah dipanen. Batang maupun cabang-cabang tanaman jarak pagar tidak mengalami kerusakan berupa patahan ataupun

51 goresan. Kondisi tanaman jarak pagar setelah dipanen dapat dilihat pada Gambar 39. Jumlah daun yang gugur akibat pengaplikasian alat juga relatif kecil (lihat Gambar 40) sehingga dapat diabaikan dan tidak membuat kerusakan pada tanaman jarak. Namun pemanenan yang dilakukan saat terjadi pembunggaan menyebabkan bunga gugur. Hal ini dapat mengurangi produktivitas dari tanaman jarak. Secara umum, kerusakan pada tanaman jarak yang telah dipanen tidak tampak sehingga apabila masalah teknis yang terjadi dapat diatasi, indikator yang menunjukkan kinerja alat berdasarkan kualitas pemanenan (jumlah buah terpanen, jumlah daun yang gugur, kapasitas pemanenan) dapat ditunjukkan. Gambar 39. Kondisi tanaman jarak pagar setelah dipanen daun buah Gambar 40. Buah jarak pagar yang terpanen dan daun jarak pagar yang gugur Tidak terjadinya kerusakan yang signifikan pada tanaman jarak disebabkan karena kelenturan tanaman jarak pagar yang tinggi dan kelenturan sisir yang terbuat dari nylon lebih besar dari tanaman jarak pagar itu sendiri. Sehingga saat tanaman jarak disisir, sisir pada alat panen memberikan gaya untuk menarik/melepas buah dari dahan dan kelenturan sisir menghasilkan guncangan pada cabang-cabang tanaman jarak. Hal inilah yang menyebabkan buah terlepas dari dahan dan terpanen.

52 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Alat pemanen buah jarak pagar berhasil dirancang dengan dimensi 1 m x 1 m x 1 m. Alat tersebut memiliki berat sebesar kg dengan titik berat berada pada koordinat (0.732; 0.466; 0.303) jika digunakan acuan koordinat pusat (0; 0; 0) yang terletak pada titik sudut sisi kanan belakang alat. 2. Rancangan dasar pemanen dapat menjalankan fungsi utamanya untuk melakukan pemanenan dengan kualitas pemanenan yang baik. Buah yang terpanen adalah buah yang sudah matang (bewarna kuning dan hitam) 3. Gandengan dan rangka dapat menahan beban alat pada saat traktor dijalankan dan cukup stabil. Namun dalam pengaplikasian operator harus lebih hati-hati saat melakukan maneuver karena rangka atas dari alat pemanen tidak dapat menerima beban yang besar. 4. Hasil pengujian dengan model alat pemanen pada lebar jari-jari bambu 1.5 cm dan jarak antar jari-jari sisir sebesar 2.5 cm diperoleh persentase pemanenan yang baik adalah dengan kemiringan 45 o dimana rata-rata jumlah buah yang terpanen sebesar 91.2% untuk buah bewarna hitam dan 90% untuk buah bewarna kuning, sedangkan buah yang berwarna hijau (mentah) sebanyak 33.4%. 5. Pengaplikasian alat pemanen pada tanaman jarak pagar tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan karena tanaman jarak dapat tumbuh dengan baik setelah dipanen. B. Saran 1. Bahan rangka utama yang dipergunakan dalam rancangan selain mempertimbangkan keringanan juga perlu memepertimbangan kekokohan yang diperlukan untuk mengatasi benturan dengan pohon jarak. 2. Rancangan komponen pengatur jarak sisir perlu untuk disempurnakan, sehingga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu panjang. 3. Diperlukan sistem penyambungan anak-anak sisir ke tiang sisir yang kuat dan permanen sehingga anak-anak sisir tidak lepas ataupun bergeser saat pengoperasian alat. 4. Diperlukan sistem penggandengan yang standar sehingga alat pemanen dapat digunakan/ digandengkan dengan segala jenis traktor.

53 DAFTAR PUSTAKA Anonim Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda. Diktat Kekuatan Bahan. [20 Oktober 2010] Anonim Modulus Young. [20 Oktober 2010] Beer, P. Ferdinand, F. Russel Johnstons, Jr, dan John T. Dewolf Mechanics of Material. USA: McGraw-Hill International. Cargill, B. F and G. E. Rossmiller Fruit and Vegetable Harvest Mechanization Technological Implications. Michigan: Rural Manpower Center. Dransfield, S and E. A. Widjaja (ed) Plant Resources of South-East Asia 7 Bamboos. Leiden: Backhuys Publishers. Green, D.W., J. E. Winandy, dan D. E Kretschmann Wood Handbook: Wood as an Engineering Material. Mechanical Properties. USA: FPL USDA. Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardjojo, M. Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja, T. Prawitasari, T. Prakoso, W. Purnama Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya. J. J., Silip dan Armansyah, H. T Physical Postharvest Characteristics at Harvest of Jatropha curcas L. Di dalam Lokakarya Nasional IV Jarak Pagar. 6 November Malang Kusumayanti, Diah Kelayakan Pengusahaan Jarak Pagar Pada Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Mardikanto, TR, Lina Karlinasari, dan Efendi Tri Bahtiar Sifat Mekanis Kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Meriam, J. L. dan L. G. Kraige Mekanika Teknik Statika Volume 1. Jakarta: Erlangga. Nash, William A. dan C. E. N. Sturgess Schaum s Outline of Theory and Problems of Stength of Materials. Birmingham: Schaum s Outline Series. Prihandana, R, Erliza hambali, Siti Mudjalipah, dan Roy Hendroko Meraup Untung dari Jarak pagar. Jakarta: Agromedia Pustaka

54 Putri, Diajeng Sagita Pengaruh Pemangkasan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Raden, Ince Hubungan Arsitektur Tajuk dengan Fotosintesis, Produksi, dan Kandungan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) [desertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sirisomboon, P., P. Kitchaiya, T. Pholpho, W. Mahuttanyavanitch Physical and Mechanical Properties of Jatropha curcas L. Fruits, Nuts and Kernels. Journal of Biosystems Engineering 97: Srivastava, Ajit K., Carroll E. Goering, Roger P. Rohrbach Engineering Principles of Agricultural Machines. Michigan: American Society of Agricultural Engineers. Sulistiawan, Dian Rancang Bangun Mesin Pemangkas Jarak (Jatropha Curcas Linn) [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

55 LAMPIRAN

56 Lampiran 1. Gambar alat panen buah jarak pagar

57 Lampiran 1. Gambar alat panen buah jarak pagar lanjutan

58 Lampiran 1. Gambar alat panen buah jarak pagar lanjutan

59 Lampiran 1. Gambar alat panen buah jarak pagar lanjutan

60 Lampiran 2. Gambar persiapan lahan untuk penanaman jarak pagar Kegiatan Pembajakan Kegiatan penggaruan Pembuatan jarak tanam Pembuatan lubang tanam Pemberian pupuk kandanng Lubang tanam setelah diberi pupuk

61 Lampiran 3. Gambar pengujian kuat lentur batang jarak UTM Instron 3369 Batang Jarak yang akan diuji Pengujian Kelenturan Batang Jarak Tampilan Hasil Pembebanan Batang Jarak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) Jarak pagar diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan perancangan desain yang dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

1. Pengujian Kuat Tarik Dahan Buah Jarak Pagar

1. Pengujian Kuat Tarik Dahan Buah Jarak Pagar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan 1. Pengujian Kuat Tarik Dahan Buah Jarak Pagar Pengujian kuat tarik dahan dilakukan di kebun lapangan Leuwikopo dimana dilakukan pengujian dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan 3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUNGKIL JARAK PAGAR

PEMANFAATAN BUNGKIL JARAK PAGAR PEMANFAATAN BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIO BRIKET : SUATU UPAYA MENGURANGI LIMBAH JARAK PAGAR SEKALIGUS PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN Fibria Kaswinarni *) *) Dosen

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F KAYU LAMINASI Oleh : Yudi.K. Mowemba F 111 12 040 Pendahuluan Kayu merupakan bahan konstruksi tertua yang dapat diperbaharui dan merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang penting. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5 2002 DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spesifikasi Biji Jarak Pagar Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) dikenal sebagai jarak pagar. Menurut Hambali et al. (2007), tanaman jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran

Lebih terperinci

STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL. Oleh : JONATHAN ALFARADO NPM :

STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL. Oleh : JONATHAN ALFARADO NPM : STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : JONATHAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin- KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin- Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan panganyang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 21 Oktober 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA (Studi Literatur) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : ADVENT HUTAGALUNG

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman DASAR-DASAR STRUKTUR KAYU A. MENGENAL KAYU 1. Pengertian kayu Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (dalam) alam dan termasuk vegetasi hutan. Tumbuh-tumbuhan yang dimaksud disini adalah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

III. TEGANGAN DALAM BALOK

III. TEGANGAN DALAM BALOK . TEGANGAN DALA BALOK.. Pengertian Balok elentur Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK

PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU Fengky Satria Yoresta 1, Muhammad Irsyad Sidiq 2 ABSTRAK Tulangan besi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE III BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan dari bulan Februari hingga Agustus 2009, dan dilaksanakan di IPB yaitu di laboratorium lapangan Departemen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) mulai banyak dibicarakan di Indonesia pada tahun 2005 dan dikenal dengan sebutan jarak pagar, karena umumnya tanaman jarak ditanam dipagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Sifat fisis dari panel CLT yang diuji yaitu, kerapatan (ρ), kadar air (KA), pengembangan volume (KV) dan penyusutan volume (SV). Hasil pengujian sifat fisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berkaitan dengan Modulus Young adalah elastisitas. tersebut berubah.untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan

PENDAHULUAN. berkaitan dengan Modulus Young adalah elastisitas. tersebut berubah.untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan bahan-bahan teknik secara tepat dan efisien membutuhkan pengetahuan yang luas akan sifat-sifat mekanisnya. Diantara sifat ini yang berkaitan dengan Modulus Young

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010 di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium

Lebih terperinci

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER I. TEGNGN NORML DN TEGNGN GESER.. Tegangan Normal (Normal Stress) Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. ada umumnya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR. Modulus Elastisitas. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR. Modulus Elastisitas. Disusun Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Modulus Elastisitas Disusun Oleh : Nama : Rosaria Puspasari NPM : 240210120119 Kelompok/Shift : 4/B2 Hari/tanggal praktikum : Kamis/11 Oktober 2012 Waktu : 15.00-17.00 Asisten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom lentur. Kolom merupakan elemen struktur yang menahan gaya aksial dan momen 2.1.1. Pengertian dan prinsip dasar kolom Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame)

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pada umumnya kayu yang memiliki kadar

Lebih terperinci

II. PASCA PANEN KAYU MANIS

II. PASCA PANEN KAYU MANIS 1 I. PENDAHULUAN Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan komoditas perkebunan yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia sebagai bumbu penyedap masakan (Anonim, 2010). Di Indonesia, produk kayu manis

Lebih terperinci

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) SIFAT KEKUATAN KAYU MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) 1 A. Sifat yang banyak dilakukan pengujian : 1. Kekuatan Lentur Statis (Static Bending Strength) Adalah kapasitas/kemampuan kayu dalam menerima beban

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan menurut kekuatan lentur paku serta pembenaman paku ke dalam balok terhadap empat jenis kayu dilakukan selama kurang lebih tiga

Lebih terperinci

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu :

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu : SIFAT MEKANIK KAYU Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu : Sumbu axial (sejajar arah serat ) Sumbu radial ( menuju arah pusat ) Sumbu tangensial (menurut arah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c) BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu dan bambu merupakan bahan bangunan yang digunakan sejak jaman dahulu sampai sekarang. Kayu berkualitas saat ini sulit didapatkan, kalaupun ada harganya sangat

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh

Lebih terperinci

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan 4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI 4.1. Pendahuluan Dalam bidang konstruksi secara garis besar ada dua jenis konstruksi rangka, yaitu konstruksi portal (frame) dan konstruksi rangka batang (truss). Pada konstruksi

Lebih terperinci

PENGUJIAN BAJA-TULANGAN

PENGUJIAN BAJA-TULANGAN PENGUJIAN BAJA-TULANGAN 5.1. Umum Besi baja atau sering disebut dengan baja saja merupakan paduan antara abesi dan karbon, dengan kandungan karbon yang lebih sedikit dibandingkan pada besi tuang, tetapi

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

Struktur Baja 2. Kolom

Struktur Baja 2. Kolom Struktur Baja 2 Kolom Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design) fr n Q i i R n = Kekuatan nominal Q = Beban nominal f = Faktor reduksi kekuatan = Faktor beban Kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR Oleh: GINA AGUSTINA F14102037 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DESAIN RODA

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Bambu Bahan Uji

5 PEMBAHASAN 5.1 Bambu Bahan Uji 5 PEMBAHASAN 5.1 Bambu Bahan Uji Bambu betung (Dendrocalamus asper) merupakan satu dari empat macam bambu yang dianggap paling penting dan sering digunakan oleh masyarakat Indonesia, serta umum dipasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031

Lebih terperinci

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh : ARI SEMBODO F14101098 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA

ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci