STUDI PERBANDINGAN PERFORMA TOWER SST KAKI TIGA DENGAN TOWER SST KAKI EMPAT SEBAGAI PILIHAN DALAM PERENCANAAN TOWER BERSAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PERBANDINGAN PERFORMA TOWER SST KAKI TIGA DENGAN TOWER SST KAKI EMPAT SEBAGAI PILIHAN DALAM PERENCANAAN TOWER BERSAMA"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR - RC STUDI PERBANDINGAN PERFORMA TOWER SST KAKI TIGA DENGAN TOWER SST KAKI EMPAT SEBAGAI PILIHAN DALAM PERENCANAAN TOWER BERSAMA MASCA INDRA TRIANA NRP Dosen Pembimbing : Ir. R. Soewardojo, MSc. Ir. Isdarmanu, MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

2 STUDI PERBANDINGAN PERFORMA TOWER SST KAKI TIGA DENGAN TOWER SST KAKI EMPAT SEBAGAI PILIHAN DALAM PERENCANAAN TOWER BERSAMA Nama Mahasiswa : Masca Indra Triana NRP : Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. R. Soewardojo, MSc Ir. Isdarmanu, MSc ABSTRAK Meningkatnya kebutuhan terhadap teknologi komunikasi yang murah dan mudah, memaksa penyedia layanan telepon seluler untuk memperbaiki sinyal jaringan telepon seluler. Sebagai konsekuensi dari perkembangan ini, maka harus diiringi dengan bertambahnya jumlah konstruksi menara di daerah pemukiman dan perkotaan. Dengan bertambahnya jumlah menara di pemukiman dan perkotaan berakibat buruk terhadap keindahan kota dan mengganggu sinyal dari radio dan televisi. Dan dengan keluarnya peraturan menteri mengenai kebijaksanaan perencanaan menara bersama, diharapkan adanya solusi untuk pemilihan mode menara secara struktural dan ekonomis.studi ini dilakukan dengan cara membandingkan performa dari Tower SST kaki tiga dengan Tower SST kaki empat yang memiliki ketinggian yang sama yaitu 72 meter dan memiliki beban angin yang sama terhadap struktur tower. Untuk analisis struktur digunakan program bantu SACS 5.2 dan untuk kontrol tekan dan tarik pada elemen struktur menggunakan LRFD dibantu dengan fasilitas design pada program SACS 5.2. Beban yang bekerja pada struktur ini terdiri dari beban mati yang berupa berat menara sendiri, berat antena dan berat perangkat.beban angin dihitung berdasarkan TIA/EIA-222-F Standard : Structural Standard forsteel Antenna Towers and Antenna Supporting Structure. Tujuan akhir dari studi perbandingan ini adalah, adanya kejelasan dalam pemilihan konstruksi menara/tower secara struktural dalam pemilihan konstruksi menara bersama. Dan dari hasil perhitungan beban mati, beban perangkat dan beban angin didapatkan sebuah hasil defleksi dari tiap jenis struktur tower. Untuk tower dengan kaki tiga didapatkan defleksi makimum hingga cm dan pada tower kaki empat didapatkan defleksi maksimum sebesar cm. Dari hasil perhitungan beban struktur didapatkan beban berat sebesar 14526,04 Kg untuk tower kaki tiga dan 18156,3 Kg untuk tower kaki empat.dari hasil yang didapat maka tower kaki tiga lebih mampu menahan beban angin yang ada dengan defleksi mkasimum dan memiliki beban yang lebih ringan sehingga tower kaki tiga lebih ekonomis dan berperforma baik dalam perencanaaan tower bersama. Kata Kunci : Tower, SST, Sway, Displacement, Kaki Tiga, Kaki Empat, Circular, Rectangular 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi komunikasi saat ini di Indonesia berkembang dengan pesat. Beberapa vendor telepon seluler berlomba-lomba untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan tersebut diantaranya dengan memperluas jaringan sinyal telepon seluler hingga ke pelosok daerah dan kecamatan. Selain meningkatkan jaringan sinyal, vendor telepon seluler juga meningkatkan teknologi telekomunikasi seluler. Salah satu cara untuk meningkatkan jaringan sinyal telepon seluler adalah dengan memperluas coverage area. Dalam memperluas coverage area, tower telekomunikasi seluler / 1 tower BTS (Base Transceiver Station) adalah alat yang berfungsi untuk menempatkan antena pemancar sinyal (jaringan akses) untuk memberikan layanan kepada pelanggan di sekitar tower. Selain itu penggunaan tower juga berfungsi untuk penempatan antena pemancar sinyal transmisi untuk menghubungkan pelanggan di daerah tersebut melalui BSC (Base Station Controller). Sebagai akibat dari peningkatan teknologi telekomuniksi seluler ini terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Tower telekomunikasi seluler ini semakin mempunyai jarak antar tower yang relatif dekat yaitu dengan sekitar radius antar tower 20 km. Oleh karena itu untuk daerah perkotaan pembangunan tower sedikit terkendala oleh beberapa faktor, diantaranya adalah masalah lahan yang berdekatan dengan pemukiman warga, masalah mengurangi keindahan lingkungan kota, masalah terganggunya siaran radio dan televisi. Pada akhir tahun 2009 ini, pemerintah daerah juga telah mengeluarkan regulasi baru tentang perencanaan dan pelaksanaan tower BTS

3 di dalam kota,dikarenakan semakin maraknya tower BTS di dalam kota dan itu memberi dampak buruk terhadap lingkungan sekitar. Dan tak lama lagi pemerintah daerah akan mengeluarkan peraturan mengenai cell coverage planning atau perencanaan cakupan seluler, yang mengatur juga lokasi dan jumlah tower. Regulasi baru ini berisi tentang penggunaan tower bersama yang mengharuskan adanya kerjasama dari beberapa vendor telepon untuk menggunakan satu tower. Tower telekomunikasi dapat dibedakan dari bentuk dan jenis konstruksi. Ada empat macam bentuk tower : 1. Tower MT (Mini Tower) 2. Tower SST ( Self Supporting Tower) 3. Tower Minipole 4. Tower Monopole Dari keempat bentuk tower diatas yang paling sering dan umum digunakan untuk perencanaan tower BTS adalah tower SST. Karena tower SST merupakan tower yang memiliki pola batang yang disusun dan disambung sehingga membentuk rangka yang berdiri sendiri tanpa adanya sokongan lainnya. Sehingga didesain mampu menerima beban-beban yang berat seperti beban antena, kabel dan tangga (mati), manusia (hidup),gempa dan angin. Ketinggian tower BTS berkisar pada meter berdasarkan rencana penggelaran jaringan oleh pihak vendor seluler terkait, menyangkut kepada coverage jaringan dan sistem transmisi, dua hal ini pun terkait kepada kondisi lingkungan sekitar (terrain,interferrence, fresnel zone dll). Dan jika melihat berdasarkan jenis lokasinya, tower dapat diklasifikasikan kepada dua jenis, yaitu rooftop (tower yang berdiri diatas atap sebuah gedung) dan greenfield (tower yang berdiri langsung diatas tanah). Dalam tulisan ini akan dikaji perbandingan performance melalui analisa struktur dari jenis konstruksi tower SST tipe kaki tiga dengan tower SST tipe kaki empat. Apa saja keunggulan dan kekurangan dari kedua sistem itu dalam memenuhi kriteria sebagai tower bersama. Karena dua jenis konstruksi ini yang sering dipakai di lapangan dan hingga sekarang masih ada ketidakpahaman secara struktural dalam pemilihan sistem konstruksi untuk perencanaan tower bersama. Sehingga didapatkan pilihan secara ekonomis dan struktural terhadap perencanaan tower bersama dan masyarakat bisa memilih dengan tepat tower SST yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 1.2 Perumusan Permasalahan 1. Survey dan data apa saja yang diperlukan dalam perencanaan tower SST? 2. Dasar apa saja yang digunakan dalam perencanaan tower SST? 3. Kriteria apa saja yang dibutuhkan dalam perencanaan tower Bersama? 4. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari sistem kaki tiga dibandingkan dengan keunggulan dan kelemahan dari sistem kaki empat? 1.3 Tujuan Tugas Akhir 1. Didapatkan data yang akurat dalam perencanaan tower SST. 2. Bisa merencanakan tower SST yang memenuhi standart berdasarkan data dan peraturan yang ada. 3. Didapatkannya dasar,syarat dan ketentuan dalam perencanaan tower bersama. 4. Kita bisa mendapatkan data secara detail dari keunggulan dan kelemahan kedua sistem tersebut. 1.4 Pembatasan Masalah Untuk lebih fokus pada masalah yang akan dibahas, maka pambahasan pada tulisan ini akan dibatasi sebagai berikut: 1. Jenis tower yang dikaji dalam penulisan ini adalah tower SST (Self Supporting Tower). 2. Jenis tower yang ditinjau dalam penulisan ini adalah tower SST kaki tiga dan tower SST kaki empat. Untuk jenis pole ( tower one leg ) tidak dibahas. 3. Perencanaan tower SST ini dengan ketinggian 72 meter yang berfungsi sebagai tower BTS dan jenis tower Greenfield ( tower yang berdiri langsung di atas tanah). Untuk pondasi tidak dibahas. 4. Beban yang bekerja hanya beban hidup,mati dan angin.beban gempa tidak berpengaruh kepada tower SST berdasarkan hasil studi yang dilakukan Sumargo (2007) 5. Beban angin yang digunakan adalah sebesar KpH (no ice) berdasarkan beban angin yang mengacu pada TIA/EIA-222-F Standard : Structural Standard forsteel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures. 6. Dalam perencanaan analisis struktur ini efek adanya baut dan las tidak diperhitungkan begitu juga dengan sambungan. 2

4 1.5 Manfaat Manfaat yang dapat diberikan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Didapatkan pilihan baik secara ekonomis dan structural terhadap pemilihan sistem kaki pada tower SST sebagai tower bersama. 2. Masyarakat bisa mengetahui perencanaan tower SST secara structural dan bisa memilih dengan tepat tower SST yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 3. Menambah ilmu dan wawasan baru bagi bidang studi struktur, sehingga kedepannya akan dikembangkan lagi menjadi lebih baik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tentang Tower Pemancar Menara pemancar yang digunakan secara umum dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu: a) Self - Supporting Tower, sesuai dengan Gambar 1 adalah menara yang memiliki pola batang yang disusun dan disambung sehingga membentuk rangka yang berdiri sendiri tanpa adanya sokongan lainnya. b) Guyed Tower, sesuai dengan Gambar 2 adalah jenis menara yang disokong dengn kabel-kabel yang diangkurkan pada landasan tanah, menara ini juga disusun atas pola batang sama halnya dengan selfsupporting tower, akan tetapi menara jenis guyed tower memiliki jenis dimensi batang yang lebih kecil dari pada jenis menara self-supporting tower. Gambar 2.2 Guyed Tower (Sumargo,2007) c) Monopole menara ini adalah jenis menara yang hanya terdiri dari satu batang atau satu tiang yang didirikan atau ditancapkan langsung pada tanah. Dari penampangnya menara tipe monopole ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Cilcular-pole seperti Gambar 3 adalah jenis monopole ini memiliki diameter penampang /panel yang seragam dari bawah sampai atas. 2) Tapered-pole seperti Gambar 4 adalah jenis monopole ini memiliki ukuran diameter penampang yang bervariasi yaitu diameter yang digunakan semakin keatas akan semakin kecil. Jenis menara Guyed Tower dan Monopole biasanya memiliki ketinggian menara lebih rendah dari menara pemancar jenis self-supporting tower dan dirancang untuk menerima beban-beban yang lebih ringan dari pada jenis menara pemancar selfsupporting tower, sehingga kedua jenis menara pemancar ini tidak dapat menerima beban seperti beban antena yang memiliki dimensi dan berat yang besar. (Sumargo,2007) Gambar 2.1 Self - Supporting Tower (Sumargo,2007) Gambar 2.3 Cilcular-pole (Sumargo,2007) 3

5 Gambar 2.5 jenis antenna Microwave( andrews,2008 ) Sectoral antenna ( grid ) Gambar 2.4 Tapered-pole (Sumargo,2007) Ketinggian suatu menara pemancar biasanya mulai dari meter ketinggian dari menara pemancar tersebut didasarkan atas kebutuhannya serta jangkauan dalam menerima sinyal, menara pemancar komunikasi mempunyai beberapa macam kegunaan yaitu menara pemancar untuk radio AM (Amplitudo Modulasi), radio FM ( Frekuensi Modulasi ), dan BTS (Base Transmite Satelite). Selain itu juga lokasi dimana menara pemancar itu berada sangat mempengaruhi terhadap terhadap struktur menara tersebut. Hasil studi yang dilakukan oleh Sumargo (2007) menunjukkan bahwa menara komunikasi tipe SST E-60 dan super heavy 120 tidak berpengaruh oleh beban gempa sehingga hasil perancangan dapat ditempatkan diseluruh zona gempa di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan gempa bukanlah kombinasi yang menentukan untuk jenis struktur menara telekomunikasi. Gambar 2.6 Gambar jenis antenna Sectoral(andrews,2008 ) Antenna yang berbentuk persegi panjang, terpasang pada tower dengan ketinggian tertentu berfungsi sebagai penghubung antara BTS dengan Handphone. 2.2 Antena Pemancar Secara umum antena pemancar (Gambar 5) yang dipakai untuk menara komunikasi ada dua macam yaitu antenna jenis solid ( microwave ) dan jenis grid, untuk ukuran diameter yang sama antena jenis sectoral memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan dengan antena jenis solid. Antena yang digunakan juga memiliki bentuk yang beragam seperti bentuk lingkaran dan persegi, namun biasanya antena yang digunakan memiliki bentuk standar berupa lingkaran. Selain itu juga antena memiliki ukuran diameter dan panjang yang beragam, seperti 80 cm, 100 cm, 120 cm, 150 cm, 180 cm, dan lainnya, berat antenna juga beragam tergantung pada ukuran diameter lingkarannya. Ini adalah beberapa jenis antenna yang dipakai dalam perencanaan tower BTS: Microwave antenna Antenna yang berbentuk seperti genderang rebana yang berfungsi sebagai alat yang menerima dan memancarkan gelombang dari radio BTS ke BSC atau dari BTS ke BTS lainnya. 4 Gambar 2.7 Jangkauan dari sebuah antenna sectoral ( andrews,2008 ) Tiap antenna memiliki spesifikasi yang berbeda, yang dipakai dalam perencanaan tower bersama adalah jenis antenna multisektoral dan multiband. Antenna multisektoral adalah antenna yang memiliki jangkauan frekwensi lebih dari satu polarisasi sehingga mampu mencakup daerah yang lebih luas. Untuk antenna multiband adalah antenna yang mampu menerima sinyal lebih dari satu frekwensi. 2.3 Bagian Utama Struktur Pada struktur tower SST terdapat banyak jenis metode perencanaan dan pemodelan struktur dalam pelaksanaannya. Dibawah ini adalah beberapa metode perencanaan yang banyak digunakan : Jenis profil pada leg / kaki tower :

6 2.5 Toleransi Desain a. Allowable stress ratio : 1 b. Slendernees ratio leg 150 Bracing 200 Redudant 250 c. Allowable sway : 0.5 d. Allowable horizontal displacement : H/200 Gambar 2.8 Tower dengan tubular leg(pipa) (Rohn,2009) BAB III METODOLOGI Dalam penyusunan tugas akhir diperlukan adanya pendalaman untuk mempelajari materi-materi yang terkait dengan judul tugas akhir. Hal tersebut diperoleh dengan mempelajari bukubuku, data lapangan, peraturan-peraturan perencanaan dan informasi dari internet. 3.1 Bagan Alir Metodologi Gambar 2.9 Tower dengan angle leg (siku) (Dok.pribadi) 2.4 Pembebanan pada tower SST Kombinasi beban yang ditinjau didasarkan pada pasal TIA/ EIA-222-F berdasarkan bebanbeban yang terjadi, memberikan beberapa kombinasi pembebanan sebagai berikut: D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen pada tower, termasuk beban tangga, bordes, antena dan peralatan layan tetap. Dg = adalah beban mati dari struktur tambahan seperti antenna dan kabel. Wo = adalah beban angin tanpa es. Wi = adalah beban angin yang dikalikan dengan faktor es. 5

7 z = height above average ground level to midpoint of panel of the structure and apputtenances (m) = gust response factor ( ) = /(h/10 for h in meters = Structure force coefficient = (for square cross section) = (for triangular cross section) e = solidity ratio = Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi 3.2 Penjelasan sistematika bagan alir metodologi : 1. Data yang dikumpulkan untuk perencanaan yaitu : Gambar (Denah, tampak samping dan detail-detail) Data material yang dipakai Data pembebanan (Kecepatan angin, berat profil, berat tangga dll) Data model dan berat antena rencana 2. Mempelajari standard peraturan yang dipakai dalam mendesain SST yang meliputi: TIA/EIA-222-F-1996 STANDARD : Structural Standarad for Steel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures ANSI/AISC : American Institute of Steel Construction SNI Peraturan perencanaan tower bersama 3. Pembebanan yang digunakan yaitu : Beban mati Beban mati meliputi berat sendiri dari struktur,berat antenna dan aksesoris tower. Beban angin Dihitung berdasarkan standard TIA/EIA-222- F1996 STANDARD : qz = Velocity Pressure (Pa) = 613 Kz for V in m/s Kz = Exposure Coefficient = for z in meters 1.00 Kz 2.58 (1) V = basic wind speed for the structure location( ) = projected area of flat structural component in one face of the section = gross area of one tower face = projected area of round structural component in one face of the section = effective projected area of structural component in one face = (Note : For tubular steel pole structure, AE shall be the actual projected area based on diameter or overall width. ) = = The reduction factor for round structural component = Wind direction factor 1; for square cross section and normal wind direction 1+0,75e; for square cross section and 45 normal wind direction ( 1.2 max ) = Wind direction factor for round structural components 1; for square cross section and normal wind direction 1+0,75e; for square cross section and 45 normal wind direction ( 1.2 max ) = Linear or discrete appurtance force coefficient is depended on Aspect ratio Aspect ratio = Overall length/width ratio in plane normal to wind direction = project area of a linear appurtance Beban Antenna Beban antenna diperhitungkan berdasarkan rumus yang ada pada TIA/EIA-222-F-1996 STANDARD dan koefisien angin berdasarkan tabel C1 C4, Annex C. = x x Qz x = x x Qz x = x D x x Qz x 6

8 L = ( x X) + ( x Y) + = Jarak axis antenna ke frame joint = Faktor respon hembusan ( dengan h = tinggi total dari tower ) = / (h/10 untuk h dalam meter ( ) A = Outside aperture area of parabolic reflector, grid, or horn antenna = Plate area of passive reflector ( ) D = Outside diameter of parabolic reflector, grid, or horn antenna ( m ) = Width or length of passive reflector ( ) V = basic wind speed ( m.p.h ) from Kz = Koefisien terlindung / tidak terhadap udara = untuk z dalam meter (1.00 Kz 2.58) M = axial force (Kg ) = side force ( Kg ) = Twisting moment (Kgm),, = Koefisien beban angin terhadap sudut arah angin berdasarkan tabel C1 sampai C4 Ha = resultant of FA and FS ( Kg ) Mt = Total twisting moment ( Kgm ) X = The offset of the mounting pipe ( m ) Y = The distance on the reflector axis from the reflector vertex to the center of the mounting pipe ( m ). 4. Kombinasi pembebanan yang dipakai sesuai dengan TIA/EIA-222-F-1996 STANDARD : Digunakan kombinasi beban pada nomer dua pada pasal TIA/EIA-222-F-1996 yang ditentukan sebagai kombinasi pembebanan pada saat cek struktur pada tower Self Supporting Tower. Dan pada saat pengecekan batas sway dan horizontal displacement. Maka digunakan kombinasi beban pada saat beban servis yaitu pada pasal TIA/EIA-222-F-1996 yaitu : 3.3 Analisa Perbandingan Desain Pada tahap analisa perbandingan desain ini, akan dibandingkan kedua sistem tower antara kaki tiga dengan kaki empat bedasarkan: 1. Berat total Dari perbandingan berat total keseluruhan dari tiap sampel akan didapat tower jenis mana yang memiliki berat teringan dan dari hasil perbandingan ini akan didapat tower mana yang ekonomis. Karena pada perencanaan tower bersama dibutuhkan tower yang kuat dan ekonomis. 2. Sway / goyangan Salah satu syarat untuk memenuhi bahwa struktuk kuat menahan beban angin adalah sway yang diijinkan tidak boleh lebih dari 0.5 berdasarkan TIA/EIA-222-F1996 STANDARD pada saat beban servis. Sehingga tower yang memenuhi sway tidak lebih dari 0.5 adalah tower yang memenuhi kriteria tower bersama. 3. Horizontal displacement Horizontal displacement adalah jarak horizontal sebuah struktur dari posisi belum ada beban ke posisi dalam keadaan beban servis. Syarat yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari H/ Analisa Pembebanan BAB IV DESAIN STRUKTUR UTAMA Umum Di dalam analisa struktur, struktur utama merupakan komponen utama dimana kekakuannya mempengaruhi perilaku dari tower tersebut. Struktur utama ini berfungsi untuk menahan pembebanan yang berasal dari beban gravitasi dan beban lateral berupa beban angin. Komponen strtuktur utama ini terdiri dari kolom, bracing, dan siku horizontal. Di dalam analisa struktur utama dari beberapa tower ini, pemodelan mengacu pada peraturan TIA/ EIA-222-F Standard : Structural Standard for Steel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures. dan perencanaan struktur baja untuk bangunan baja menggunakan netode LRFD. 7

9 Permodelan Struktur Perencanaan tower ini dimodelkan dengan mengacu pada beberapa model tower milik Indosat dan Telkomsel, juga dengan standart ketinggiannya setinggi 72 meter Perhitungan Beban Angin untuk Tower Kaki Empat dengan Kaki Siku dengan kecepatan angin operasional ( 84 Kph ) Elemen angin untuk elevasi 0.00 ~ meter akan dijadikan acuan untuk contoh urutan perhitungan beban angin, dan kecepatan angin dipakai kecepatan opersional 84 kph ( m/s). Berdasarkan rata rata kecepatan operasional. Lebar antara kaki bawah tower = m Lebar antara kaki tower elv = m Tinggi elemen yang ditinjau = 5.00 m Horizontal Luas Segmen Tower = lebar x panjang x jumlah 1. Horisontal Tower ( L70.7 ) = 0.07 x x 1 = Bracing Tower ( L70.7 ) = 0.07 x x 2 = Sub Bracing 1( L60.6 ) = 0.06 x x 2 = Sub Bracing 2( L50.5 ) = 0.05 x x 2 = Redudant 1 ( L50.5 ) = 0.05 x x 2 = Redudant 2 ( L40.4 ) = 0.04 x x 2 = Leg ( L ) = 0.15 x x 2 = Kz 2.58) Qz Jumlah total ( ) =3.359 = Luas bruto untuk permukaan satu sisi tower yang ditinjau (m2) = Luas trapesium = ½ x ( lebar bawah + lebar atas ) x tinggi = ½ x ( ) x 5.00 = = Koefisien terlindung / tidak terhadap udara = untuk z dalam meter (1.00 Kz = = dipakai Kz = 1.00 = Tekanan percepatan (Pa) = 0,613 x Kz x untuk V dalam m/s = x 1.00 x = Pa = 33.3 kg/ Sub bracing Redudant Leg = Faktor respon hembusan ( dengan h = tinggi total dari tower ) = / (h/10 untuk h dalam meter ( ) = / ( 72/10 = Bracing bracing e = rasio kepadatan = = ( ) / = Meter = Koefisien gaya struktur = ( untuk struktur dengan cross section persegi ) = ( 4 x ( ) ( 5.9 x ( ) ) + 4 = 3.39 = faktor arah angin untuk komponen flat pada kaki empat( Tabel 2. TIA/ EIA-222-F.Gambar 4.2) = 1 untuk arah angin normal = e (1.2max) untuk arah angin ± 45º = meter Meter Gambar 4.1 Penampang tower kaki empat pada segmen W Gambar 4.2 Tabel 2.TIA/ EIA-222-F = Luasan bersih untuk permukaan segmen satu sisi tower yang ditinjau ( ) 8

10 Dan didapatkan gaya angin sebesar Kg pada segmen W. Gambar 4.3 Arah angin untuk faktor arah angin = Luas proyeksi efektif pada satu sisi komponen struktural (m2) dengan kecepatan angin normal = = ( 1 x ) = = luas proyeksi linier dari perangkat tower = jumlah luasan x tinggi penampang = 4 x 0.25 x 5 = 0.5 = Tergantung pada aspek rasio ( tabel 3.TIA/ EIA- 222-F.Gambar 4.4) = Aspek rasio adalah perbandingan tinggi struktur dengan `diameter penampang leg = Pada tabel 3 didapatkan sebesar 2 Grafik 4.1 Elevasi dengan Beban F pada tower kaki Empat Gambar 4.4 Table 3. TIA/ EIA-222-F = x x [ ( x ) + ( 2 x 0.5 ) ] = Kg 9

11 Grafik 4.4 Elevasi dengan Beban Qz pada tower Kaki Empat Grafik 4.2 E levasi dengan Beban F pada tower kaki Tiga Tabel 4.1 Spesifikasi antenna yang dibutuhkan pada satu jenis tower BTS sisi tinggi antenna berat m Kg triband 18.6kg 62.5 triband 18.6 kg 60 dual band 22 kg 45 microwave 36 kg 50 microwave 36 kg triband 18.6kg 62.5 triband 18.6 kg 60 dual band 22 kg 45 microwave 36 kg 50 microwave 36 kg triband 18.6kg 62.5 triband 18.6 kg 60 dual band 22 kg 45 microwave 36 kg 50 microwave 36 kg Jenis antenna yang akan digunakan dalam perancangan menara tower ini adalah antenna jenis multiband/dualpol yang memiliki jangkauan frekwensi antara 750Mhz 1900Mhz. Kapasitas antenna ini mampu mencakup hingga 3 band. Untuk letak dan instalasi pemasangan antenna pada tubuh tower biasanya terletak pada ketinggian antara 45 meter hingga 65 meter. Dan setiap provider memiliki standart untuk elevasi antenna sesuai dengan kebutuhan. Dalam studi ini akan dilakukan beberapa kombinasi elevasi peletakan antenna Grafik 4.3 Elevasi dengan Beban Qz pada tower Kaki sehingga nantinya akan didapatkan parameter kondisi peletakkan elevasi antenna yang sesuai. tiga METODE PEMODELAN STRUKTUR Pemodelan struktur jacket dilakukan dengan bantuan software SACS 5.2. Semua data yang digunakan pada pemodelan struktur jacket dalam tugas akhir ini, baik

12 berupa data beban, data lingkungan, maupun data struktur merupakan data asli sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan dan berdasarkan pada hasil perhitungan pembebanan Data pembebanan Berikut adalah hasil dari data pembebanan terhadap struktur, baik beban vertikal ( gravitasi maupun beban lateral. A. Data beban mati Beban mati / Self weight dari tower terdiri dari beban profil,tangga,bordes,dan perangkat kabel.pada beban mati dibagi menjadi beban: Gambar 4.5 Hasil pemodelan struktur 3D dari tower kaki empat Berat sendiri 2. Struktur tower Kaki Tiga Tabel 4.3 Total berat sendiri Tower Beban Tower Kaki Tiga Jetis Kg Tower Kaki Empat Sukorame kg Berat perangkat dan antenna Tabel 4.3 Total Berat antenna sisi antenna berat Kg 1 triband 18.6 triband 18.6 dual band 22 microwave 36 microwave 36 2 triband 18.6 triband 18.6 dual band 22 microwave 36 microwave 36 3 triband 18.6 triband 18.6 dual band 22 microwave 36 microwave 36 Total Gambar 4.6 Hasil pemodelan struktur 3D dari tower kaki tiga B. Data beban angin Beban angin yang diterima oleh struktur dan antenna ditentukan di kecepatan 84 Kph 120 Kph atau sekitar 23.3 m/s 33.3 m/s. Pada kecepatan 84 Kph adalah kecepatan untuk operasional sedangkan untuk 120 Kph untuk kecepatan maksimum. Pada pembeban angin dibagi menjadi : Beban angin terhadap struktur Karena pada studi ini dilakukan perbandingan maka akan ada dua jenis struktur yang akan menerima beban angin. 1. Struktur tower Kaki Empat 11

13 Pembebanan angin pada antenna MW Struktur kaki tiga Jenis antenna : with cylindrical shroud Sudut datang angin : 0 ( normal ) Determined from table 2 (TIA/EIA-222-F) Koefisien beban angin : Determined from table C3 (TIA/EIA-222-F) Sisi 1 ( arah -60 ) Sisi 2 ( arah 60 ) Sisi 3 ( arah 180 ) Ca : Ca : Ca : Cs : Cs : Cs : 0 Cm : Cm : Cm : Diameter penampang : 1 m 2 Luasan penampang antenna : m2 sisi tinggi antenna berat A Kz Qz Gh Fa Fs Mm m Kg m2 Kg/m2 faktor R Kg Kg Kgm triband 18.6kg triband 18.6 kg dual band 22 kg microwave 36 kg microwave 36 kg triband 18.6kg triband 18.6 kg dual band 22 kg microwave 36 kg microwave 36 kg triband 18.6kg triband 18.6 kg dual band 22 kg microwave 36 kg microwave 36 kg Gambar 4.2 Arah datang angin pada struktur tower kaki empat Pembebanan angin pada antenna MW Struktur kaki empat Jenis antenna : with cylindrical shroud Sudut datang angin : 0 ( normal ) Determined from table 2 (TIA/EIA-222-F) Koefisien beban angin : Determined from table C3 (TIA/EIA-222-F) Sisi 1 ( arah 45 ) Sisi 2 ( arah 315 ) Sisi 3 ( arah 225 ) Ca : Ca : Ca : Cs : Cs : Cs : Cm : Cm : Cm : Diameter penampang : 1 m Luasan penampang antenna : m2 sisi tinggi antenna berat A Kz Qz Gh Fa Fs Mm m Kg m2 Kg/m2 faktor R Kg Kg Kgm triband 18.6kg triband 18.6 kg dual band 22 kg microwave 36 kg microwave 36 kg triband 18.6kg triband 18.6 kg dual band 22 kg microwave 36 kg microwave 36 kg triband 18.6kg triband 18.6 kg dual band 22 kg microwave 36 kg microwave 36 kg Tabel 4.4 Analisa perhitungan beban angin terhadap Arah angin normal Struktur antenna MW Dibagi menjadi arah normal dan arah ± 45. Karena arah yang berbeda maka memiliki koefisien yang berbeda. Dari hasil perhitungan beban yang diterima oleh segmen struktur terbawah,dengan koefisien arah angin normal didapat sebesar Kg. Beban tersebut akan didistribusikan melalui joint joint yang ada pada segmen tersebut. Dibawah adalah penggambaran pendistribusian beban pada elemen struktur Kg Gambar 4.1 Konsep pembebanan pada struktur Pada pembebanan struktur, beban angin yang diterima oleh komponen struktur akan disalurkan pada joint joint yang ada pada tiap segmen. Sehingga beban angin akan terbagi bagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan elevasi struktur. Pada tower kaki tiga dan kaki empat memiliki beberapa tata cara dan peraturan pembebanan yang berbeda.dibawah akan dijelaskan konsep pembebanan untuk tiap jenis tower : 1. Pembebanan angin pada struktur tower kaki empat Pada tower Kaki Empat, arah datang angin dibagi menjadi dua arah yaitu : Kg Segmen W Gambar 4.3 Pendistribusian beban untuk arah angin normal Perhitungan kemampuan beban servis (sway dan Horizontal displacement) Sway dan horizontal displacement untuk elevasi ± 0.00 ~ akan dijadikan acuan untuk contoh urutan perhitungan, digunakan kecepatan angin operasional sebesar 84 Kph (23.3 m/s). Pada saat memntukan kemapuan beban servis dipakai kombinasi beban : 12

14 1. Struktur tower Kaki tiga Sway Tinggi elemen = 6.0 m Displacement elv = 0.00 cm Displacement elv = cm D = Disp. elv.6.00 Disp. elv = cm H = Tinggi elv tinggi elv = 6.00 m Tan β = D/ H = /( 100 x 6.00 ) = = < 0.5..( OK ) Horizontal Displacement Tinggi keseluruhan struktur = 72 m Standart maksimum = H/200 = 72/200 = 0.36m = 36 cm Displacement maksimum = cm cm < 36 cm ( OK ) Dari perhitungan keseluruhan didapatkan: Sway maksimum sebesar : < 0.5..( OK ) Horizontal Displacement Tinggi keseluruhan struktur = 72 m Standart maksimum = H/200 = 72/200 = 0.36m = 36 cm Displacement maksimum = cm cm < 36 cm ( OK ) 2. Struktur tower Kaki empat Sway Tinggi elemen = 5.0 m Displacement elv = 0.00 cm Displacement elv = cm D = Disp. elv.0.00 Disp. elv = cm H = Tinggi elv tinggi elv = 5.00 m Tan β = D/ H = /( 100 x 5.00 ) = = Dari perhitungan keseluruhan didapatkan: Sway maksimum sebesar :

15 Grafik 4.1 Elevasi dengan sway pada tower kaki Tiga Tabel sway sruktur Dengan kondisi service load : 1.0 D Dg Wo Determined from (TIA/EIA-222-F) Tower Kaki tiga dengan nilai displacement maksimum pada output combo 1001 Grafik 4.2 Elevasi dengan sway pada tower kaki Empat Tabel sway sruktur Dengan kondisi service load : 1.0 D Dg Wo Determined from (TIA/EIA-222-F) Tower Kaki Empat dengan nilai displacement maksimum pada output combo 1002 Kaki tiga Kaki 3.comb 1001(kritis dan maks) Level Height joint Length ( H ) Displacement 1 Displacement 2 D Tg β Sway m m cm cm cm D/ H Derajat I 6 A H G 18 B F 24 1I E 30 2M D2 33 3Q D1 36 4V C4 39 5Z C3 42 6U C2 45 6L C1 48 6R B N B Q A A Kaki empat Kaki 3.comb 1001(kritis dan maks) Level Height joint Length ( H ) Displacement 1 Displacement 2 D Tg β Sway m m cm cm cm D/ H Derajat W 5 B V U T S 25 3Y R 30 4Y Q,P 37 6I O,N S M,L J K,J I,H X G,F 62.5 AT E,D,C C B,A 72 4U

16 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Dari hasil perhitungan dan analisa pada bab bab sebelumnya, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Dalam studi ini dilakukan perbandingan dua jenis tower SST yaitu Tower SST Kaki Tiga dan Tower SST Kaki Empat, kedua jenis tower ini sangat sering digunakan dalam perencanaan tower telekomunikasi. Berdasarkan data perhitungan perencanaan tower SST didapatkan beberapa data yaitu: ukuran profil yang dipakai, berat sendiri dari tower, berat dari perangkat,luasan permukaan beban angin, beban per satuan luas untuk tiap segmen,beban angin untuk struktur dan perangkat antenna. Dari semua data yang didapat dari seluruh perhitungan akan digunakan sebagai input beban dalam perencanaan tower SST.. 2. Dalam studi perbandingan ini dipakai peraturan dari TIA/EIA yaitu TIA/EIA-222-F Standard : Structural Standard forsteel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures yang digunakan sebagai acuan dalam metode desain perencanaan Tower SST. Selain itu metode perencanaan dipengaruhi juga oleh kondisi di lapangan, kecepatan angin dan beban perangkat. Dari data yang didapatkan pada saat perhitungan perencanaan dan dengan berdasarkan peraturan yang ada, bisa dihasilkan perencanaan tower yang kuat dan memenuhi standart. Syarat sebuah tower adalah besarnya horizontal displacement tidak boleh melebihi dari H/200 dan sway dari tower tidak melebihi dari 0.5. Dalam menentukan arah beban angin terhadap tower, tower kaki tiga memiliki 3 jenis arah angin yaitu arah normal,arah 60 dan arah 90. Sedangkan untuk tower kaki empat dibagi menjadi 2 jenis yaitu arah normal dan arah 45. Dan setiap jenis arah pembebanan angin juga berpengaruh pada pembebanan angin di antenna. Pada pembebanan antenna arah angin berpengaruh juga pada koefisien arah angin. 3. Dalam perencanaan tower bersama perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu: Kondisi pembebanan perangkat tower, arah polarisasi dari antenna, jumlah dan jenis antenna yang berada pada tower, pembagian frekwensi tiap provider dan arah datang angin.dikarenakan tower bersama adalah tower telekomunikasi yang berisi lebih dari 1 provider, sehingga tiap operator harus bisa berbagi dan menyesuaikan dengan standart tower 15 bersama. Tower bersama biasanya berisi 3 hingga 4 provider itu pun tergantung dengan bagaimana sistem kontrak dan perjanjian antar provider. Dalam pengaplikasian antenna tiap provider memiliki jenis dan kemampuan yang berbeda, yang sering dijumpai adalah tiap provider membutuhkan 3cell( sektor ) dan tiap sector berisi dengan 3 jenis antenna, yaitu : GSM 900, DCS 1800, CDMA 800 dan beberapa antenna microwave. Jika diwakilkan dalam jenis antenna maka akan didapatkan 2 jenis antenna dualpol/triband, 1 jenis antenna dualpol/dualband dan 2 jenis antenna microwave. Diharapkan dalam penambahan beban ini, sruktur mampu menahan lebih maksimal tanpa harus melanggar peraturan pembebanan tower, sehingga akan meminimalisir biaya pembuatan tower baru. 4. Dari studi yang dilakukan didapatkan beberapa data pembanding untuk mengetahui performa dari kedua jenis tower ini sebagai pilihan dalam perencanaan tower bersama. Hasil yang didapatkan adalah dari berat tower itu sendiri, pada tower Kaki Tiga didapatkan beban total sebesar ± Kg sedangkan untuk tower Kaki Empat didapatkan berkisar ± Kg sehingga bisa disimpulkan bahwa tower kaki lebih ekonomis dalam perencanaannya karena memiliki berat beban yang lebih ringan dari tower Kaki Empat. Lalu dilihat dari hasil displacement dikarenakan beban servis pada struktur, didapatkan displacement maksimum sebesar cm dan pada tower Kaki Empat didapatkan displacement maksimum sebesar 16,83 cm, syarat dari tower dengan ketinggian 72 meter adalah displacement tidak boleh melebihi dari 36 cm sehingga dapat disimpulkan bahwa tower kaki tiga lebih mampu menahan beban perangkat secara maksimal daripada tower kaki Empat. Dengan mempertimbangkan keekonomisan dari sebuah struktur dan syarat yang harus dipenuhi dari sebuah tower telekomunikasi maka tower Kaki Tiga lebih berperforma dengan baik dibandingkan dengan Tower Kaki Empat. 5.2 Saran 1. Diharapkan adanya kerjasama antara pihak penyelenggara tower bersama dengan pihak provider, sehingga terjadi kerjasama dalam penyelenggaraan frekwensi, dan pembagian elevasi antenna. 2. Perlu diperhatikan untuk masalah besarnya kecepatan angin, bila disesuaikan dengan hasil riset kondisi besarnya kecepatan angin di suatu lokasi tertentu maka akan mempermudah dalam mencari nilai keekonomisan dalam mendesain tower. 3. Perlu diperhatikan dalam penggunaan antenna,

17 diharapkan tiap provider tidak hanya berbagi tower tetapi berbagi frekwensi dan antenna. Dengan konsep seperti itu diharapkan dapat menekan biaya operasional. 4. Perlu adanya green tower, yaitu tower yang didesain dan dibentuk sehingga sedap di pandang mata dan tidak mengganggu pemandangan. 16

Judul: Masca Indra Triana

Judul: Masca Indra Triana Masca Indra Triana 3106 100 039 Judul: Studi Perbandingan Performa Tower SST Kaki Tiga dengan Tower SST Kaki Empat Sebagai Pilihan dalam Perencanaan Tower Bersama Latar Belakang Semakin menjamurnya tower-tower

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tower yang tinggi sering dipakai di dunia untuk sistem komunikasi serta viewing

BAB II LANDASAN TEORI. Tower yang tinggi sering dipakai di dunia untuk sistem komunikasi serta viewing BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Tower Pemancar Tower merupakan salah satu infrastruktur yang umumnya digunakan dalam sistem komunikasi, transmisi tenaga listrik, jaringan distribusi

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TOWER BTS BERDASARKAN HASIL RE VERTICALITY MENGGUNAKAN STAAD PRO ABSTRAK

ANALISA STRUKTUR TOWER BTS BERDASARKAN HASIL RE VERTICALITY MENGGUNAKAN STAAD PRO ABSTRAK ANALISA STRUKTUR TOWER BTS BERDASARKAN HASIL RE VERTICALITY MENGGUNAKAN STAAD PRO ABSTRAK Meningkatnya kebutuhan terhadap teknologi komunikasi yang murah dan mudah, memaksa penyedia layanan telepon seluler

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR TOWER BTS TIPE SST KAKI 4, SST KAKI 3, DAN MONOPOLE DENGAN KETINGGIAN 40 M YANG PALING EFISIEN

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR TOWER BTS TIPE SST KAKI 4, SST KAKI 3, DAN MONOPOLE DENGAN KETINGGIAN 40 M YANG PALING EFISIEN STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR TOWER BTS TIPE SST KAKI 4, SST KAKI 3, DAN MONOPOLE DENGAN KETINGGIAN 40 M YANG PALING EFISIEN Oleh: Sony Arjanggi 3107 100 037 Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST, MSc, Ph.D.

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN ANGIN TERHADAP STRUKTUR ROOF TOP TOWER TELEPON SELULER

PENGARUH BEBAN ANGIN TERHADAP STRUKTUR ROOF TOP TOWER TELEPON SELULER Mahmud Kori E. dan Triono Subagio, Pengaruh Beban Angin terhadap Struktur Roof Top. 69 PENGARUH BEBAN ANGIN TERHADAP STRUKTUR ROOF TOP TOWER TELEPON SELULER Mahmud Kori Effendi dan Triono Subagio Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konstruksi Tower BTS (Base Transmission Station)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konstruksi Tower BTS (Base Transmission Station) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Tower BTS (Base Transmission Station) Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segitiga, dan dapat berupa pipa panjang

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Struktur Tower BTS Tipe SST Kaki 4, SST Kaki 3 dan Monopole Dengan Ketinggian 40m yang Paling Effisien

Studi Perbandingan Struktur Tower BTS Tipe SST Kaki 4, SST Kaki 3 dan Monopole Dengan Ketinggian 40m yang Paling Effisien JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Studi Perbandingan Struktur Tower BTS Tipe SST Kaki 4, SST Kaki 3 dan Monopole Dengan Ketinggian 40m yang Paling Effisien Sony Arjanggi 1), Endah Wahyuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standart yang dipakai dalam analisa struktur bangunan lattice tower BTS

BAB I PENDAHULUAN. Standart yang dipakai dalam analisa struktur bangunan lattice tower BTS BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tower adalah struktur bangunan yang menggunakan baja sebagai bahan material konstruksi. Tower telekomunikasi adalah menara pemancar signal yang merupakan perangkat

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225 M, 300 M) DENGAN BEBAN ANGIN RENCANA PERIODE ULANG 20 TAHUNAN BMKG SURABAYA

PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225 M, 300 M) DENGAN BEBAN ANGIN RENCANA PERIODE ULANG 20 TAHUNAN BMKG SURABAYA PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225 M, 300 M) DENGAN BEBAN ANGIN RENCANA PERIODE ULANG 20 TAHUNAN BMKG SURABAYA PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KONSEP PEMODELAN PENAMBAHAN TINGGI MENARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KONSEP PEMODELAN PENAMBAHAN TINGGI MENARA BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KONSEP PEMODELAN PENAMBAHAN TINGGI MENARA Gambar 3.1KonsepPemodelanPenambahanTinggidariketinggian 45 m menjadi 48 m 3-1 3.2 BAGAN ALIR METODOLOGI Mulai DesainStandar Data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBEBANAN. 1. Peraturan pembebanan untuk Tower. (EIA Standard Structural

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBEBANAN. 1. Peraturan pembebanan untuk Tower. (EIA Standard Structural BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBEBANAN 4.1 Desain Menara 4.1.1 Peraturan Perencanaan Menara Didalam analisa struktur tower pemodelan mengacu pada peraturan Perencanaan struktur baja dan konstruksi tower,

Lebih terperinci

PERKUATAN ANTENA TOWER TELEKOMUNIKASI (BTS) AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN

PERKUATAN ANTENA TOWER TELEKOMUNIKASI (BTS) AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN TUGAS AKHIR PS 1380 PERKUATAN ANTENA TOWER TELEKOMUNIKASI (BTS) AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN FRILIANTON BENY SAPUTRO 3107 100 520 Dosen Pembimbing Ir. Isdarmanu, MSc Ir. R Soewardojo, MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI Tedy Ferdian 1, Yosafat Aji Pranata 2, Ronald Simatupang 3 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2, 3 Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225 M, 300 M) DENGAN BEBAN ANGIN RENCANA PERIODE ULANG 20 TAHUNAN BMKG SURABAYA

PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225 M, 300 M) DENGAN BEBAN ANGIN RENCANA PERIODE ULANG 20 TAHUNAN BMKG SURABAYA PERENCANAAN STRUKTUR TOWER SST TELEKOMUNIKASI (75 M, 150 M, 225 M, 300 M) DENGAN BEBAN ANGIN RENCANA PERIODE ULANG 20 TAHUNAN BMKG SURABAYA Disampaikan di : RUANG SIDANG JURUSAN TEKNIK SIPIL 04 JULI 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Konstruksi Baja 1. Sejarah perkembangan Secara historis, keberadaan menara telekomunikasi sudah ada di Amerika Utara sejak akhir abad ke-19 yang dibangun oleh

Lebih terperinci

DESAIN TOWER BASE TRANSCEIVER STATION KAKI 4 DENGAN TINGGI 42 M MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK

DESAIN TOWER BASE TRANSCEIVER STATION KAKI 4 DENGAN TINGGI 42 M MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK DESAIN TOWER BASE TRANSCEIVER STATION KAKI 4 DENGAN TINGGI 42 M MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK TOWER BASE TRANSCEIVER STATION DESIGN OF 4 FEET WITH HEIGHT 42 M USING SOFTWARE Laporan ini disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PERKUATAN TOWER SITE GREENFIELD JENIS SELF SUPPORT TOWER (SST) TUGAS AKHIR

ANALISIS PERKUATAN TOWER SITE GREENFIELD JENIS SELF SUPPORT TOWER (SST) TUGAS AKHIR ANALISIS PERKUATAN TOWER SITE GREENFIELD JENIS SELF SUPPORT TOWER (SST) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON OLEH: RAKA STEVEN CHRISTIAN JUNIOR 3107100015 DOSEN PEMBIMBING: Ir. ISDARMANU, M.Sc

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS STRUKTUR MENARA LATTICE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 100 Kw DI DESA TAMANJAYA, SUKABUMI, JAWA BARAT

DESAIN DAN ANALISIS STRUKTUR MENARA LATTICE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 100 Kw DI DESA TAMANJAYA, SUKABUMI, JAWA BARAT Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21-32 P-ISSN 1978-2365 E-ISSN 2528-1917 DESAIN DAN ANALISIS STRUKTUR MENARA LATTICE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 100 Kw DI DESA TAMANJAYA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menara Telekomunikasi (Tower) Dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Klasifikasi Tower Berdasarkan Letak Berdirinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menara Telekomunikasi (Tower) Dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Klasifikasi Tower Berdasarkan Letak Berdirinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menara Telekomunikasi (Tower) Menara Telekomunikasi (Tower) Dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Klasifikasi Tower Berdasarkan Letak Berdirinya Jika melihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tempat ke tempat lain (http://www.satriakurnia.com/telecomunication.php). Dalam

BAB III LANDASAN TEORI. tempat ke tempat lain (http://www.satriakurnia.com/telecomunication.php). Dalam BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Telekomunikasi 3.1.1 Pengertian Telekomunikasi Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian informasi dari suatu tempat ke tempat lain (http://www.satriakurnia.com/telecomunication.php).

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : YOGA C. V. TETHOOL 3107100057 Dosen Pembimbing : ENDAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota yang meliputi kepadatan penduduk, lahan yang semakin sempit serta perkembangan gaya hidup dan

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1 Bab 1 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam mineral di Indonesia memilik potensi yang cukup besar untuk dieksplorasi, terutama untuk jenis minyak dan gas bumi. Sumber mineral di Indonesia sebagian

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Jenis Tower BTS Pada tower BTS atau biasa disebut menara pemancar sinyal bisa dibagi ke beberapa jenis. Ini diklasifikasikan dari bentuk material maupun bentuk menara itu sendiri.

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26750 2500 8375 5000 8375 2500 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Permodelan Struktur Panjang ( L ) : 61.4 m ( 201 ft ) Lebar ( B) : 26.75 m ( 88 ft ) Tinggi Bangunan ( h ) : 222 m ( 728 ft ) Kolom Balok Core

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN Oleh : 1. AGUNG HADI SUPRAPTO 3111 030 114 2.RINTIH PRASTIANING ATAS KASIH 3111

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO MAHASISWA : WAHYU PRATOMO WIBOWO NRP. 3108 100 643 DOSEN PEMBIMBING:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Bangunan Bangunan yang terletak di Kampung Blimbing Bengkong ini adalah bangunan yang berfungsi sebagai rumah toko pada atap bangunan terpasang mini tower 3 kaki dengan

Lebih terperinci

Analisa Defleksi Struktur Tower Transmisi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisa Defleksi Struktur Tower Transmisi Menggunakan Metode Elemen Hingga Analisa Defleksi Struktur Tower Transmisi Menggunakan Metode Elemen Hingga Erinofiardi, Hendra Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu Telepon (0736)

Lebih terperinci

Oleh : Irsyad Septian B. ( ) Dosen Pembimbing II : Budi Suswanto ST., MT., Ph.D. Hidayat Soegihardjo., Ir., MS., Dr.

Oleh : Irsyad Septian B. ( ) Dosen Pembimbing II : Budi Suswanto ST., MT., Ph.D. Hidayat Soegihardjo., Ir., MS., Dr. TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN BEBERAPA BENTUK PENAMPANG BRESING ANTI TEKUK PADA STRUKTUR BANGUNAN BAJA AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MIDAS FEA Oleh : Irsyad Septian B. (3111105010) Dosen

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR

STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR Budiman 1*, Heri Khoeri 1 1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27

Lebih terperinci

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj PRESENTASI TUGAS AKHIR June, 21 th 2014 STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME SISTEM VIERENDEEL DAN SISTEM BRESING-X PADA STRUKTUR BANGUNAN BAJA DENGAN MENGGUNAKAN PUSH OVER ANALYSIS Presented

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Kriteria dan Tujuan Perancangan Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah melakukan perhitungan struktur baik struktur baja maupun sipil

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT Dosen Pembimbing : Ir. Heppy Kristijanto, MS Oleh : Fahmi Rakhman

Lebih terperinci

KOMPARASI PERENCANAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA MENGACU PADA TIA/EIA-222-F DAN TIA/EIA-222-G

KOMPARASI PERENCANAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA MENGACU PADA TIA/EIA-222-F DAN TIA/EIA-222-G KOMPARASI PERENCANAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA MENGACU PADA TIA/EIA--F DAN TIA/EIA--G Oleh : Fisca Igustiany Instutisi : Politeknik Negeri Bandung Alamat Institusi : Jalan Gegerkalong Hilir,

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi,

BAB III LANDASAN TEORI. Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Telekomunikasi 3.1.1 Pengertian Telekomunikasi Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kaitannya dengan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsep Desain Desain struktur harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya Kekuatan (strength), kemampuan layan (serviceability), ekonomis (economy) dan Kemudahan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP 3105 100 080 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java )

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java ) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java ) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis Dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Lapangan terhadap Perancangan Menara Komunikasi Tipe Standar SST E-60

Pengaruh Kondisi Lapangan terhadap Perancangan Menara Komunikasi Tipe Standar SST E-60 Forum Teknik Vol. 30, No. 3 September 2006 158 Pengaruh Kondisi Lapangan terhadap Perancangan Menara Komunikasi Tipe Standar SST E-60 Sumargo*) Syamsul Basri*), Irwan**) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BPS PROVINSI JAWA TENGAH MENGUNAKAN BETON PRACETAK (Design of Structure of BPS Building Central Java Province using Precast Concrete) Diajukan

Lebih terperinci

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam laut di Indonesia, khususnya minyak dan gas, memiliki potensi bagi Indonesia. Dalam usaha mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan pemanfaatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG OFFICE BLOCK PEMERINTAHAN KOTA BATU MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON AMANDA KHOIRUNNISA 3109 100 082 DOSEN PEMBIMBING IR. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik Penelitian mengenai sistem rangka bracing tipe v terbalik sudah pernah dilakukan oleh Fauzi (2015) mengenai perencanaan ulang menggunakan

Lebih terperinci

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit C588 Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit Yhona Yuliana, Data Iranata, dan Endah Wahyuni Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

GABRIEL FAKRIMAR

GABRIEL FAKRIMAR STUDI PERILAKU KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PORTAL BAMBU AKIBAT BEBAN HORIZONTAL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA GABRIEL FAKRIMAR 3105

Lebih terperinci

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN 3107100619 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Gedung RSUD Kepanjen Malang berlokasi di Jalan Panggung No. 1 Kepanjen, dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA Yonatan Tua Pandapotan NRP 0521017 Pembimbing :Ir Daud Rachmat W.,M.Sc ABSTRAK Sistem struktur pada gedung bertingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) START ANALISIS. ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kv : MODELING INPUT DATA

Lebih terperinci

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM Edwin Dwi Chandra, Mudji Irmawan dan Murdjito Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN Giovanni Loogiss, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME

STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME 1 STUDI PERBANDINGAN SPECIAL TRUSS MOMENT FRAME SISTEM VIERENDEEL DAN SISTEM BRESING-X PADA STRUKTUR BANGUNAN BAJA DENGAN MENGGUNAKAN PUSH OVER ANALYSIS SembrilianaKaruniaAlelang, Budi Suswanto, ST.,MT.,Ph.D;

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS TUGAS AKHIR RC09 1380 PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS Oleh : RANGGA PRADIKA 3107.100.032

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH DAN PETA GEMPA INDONESIA Ivan William Susanto, Patrik Rantetana, Ima Muljati ABSTRAK : Direct Displacement Based Design (DDBD) merupakan sebuah metode

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN)

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN) PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN) Nama Mahasiswa : Andyka Dwi Irmayani NIM : 03114021 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk satu kesatuan dengan menggunakan berbagai macam teknik penyambungan. Sambungan pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Mulai Studi Literatur Konstruksi Baja Untuk Struktur Atas bangunan Spesifikasi Bangunan - Pembebanan - Data-data fisik - Data-data struktur Konfigurasi

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas)

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas) Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas) Nur Azizah 1*, Muhamad Ari 2, Ruddianto 3 1 Program Studi Teknik Desain dan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG NGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT JA BETON Oleh : Insan Wiseso 3105 100 097 Dosen Pembimbing : Ir. R. Soewardojo, MSc Ir. Isdarmanu,

Lebih terperinci

Kita akan menyelesaikan permasalahan struktur kuda-kuda berikut, Panjang Bentang = 10 meter; Tinggi = 3m.

Kita akan menyelesaikan permasalahan struktur kuda-kuda berikut, Panjang Bentang = 10 meter; Tinggi = 3m. BELAJAR SAP 2000 (Ref : Struktur 2D & 3D dengan SAP 2000, Handi Pramono, disadur ulang dengan penambahan keterangan oleh penyusun dengan menggunakan SAP 2000 ver 9,03 untuk latihan) Penyusun : MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : Firdaus Maulana J S 3105 100 031 Dosen Pembimbing : Ir. R. Soewardojo,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA Helmi Kusuma NRP : 0321021 Pembimbing : Daud Rachmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangunan bentang panjang merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar biasanya digolongkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS ULANG STRUKTUR RUKO BETON BERTULANG AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN MINI TOWER DAN BTS (STUDI KASUS SITE KAMPUNG BELIMBING BENGKONG).

TUGAS AKHIR ANALISIS ULANG STRUKTUR RUKO BETON BERTULANG AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN MINI TOWER DAN BTS (STUDI KASUS SITE KAMPUNG BELIMBING BENGKONG). TUGAS AKHIR ANALISIS ULANG STRUKTUR RUKO BETON BERTULANG AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN MINI TOWER DAN BTS (STUDI KASUS SITE KAMPUNG BELIMBING BENGKONG). Disusun untuk melengkapi persyaratan kurikulum Program

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2 Perencanaan Material Baja Perlu ditetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum Biaya minimum Berat minimum Bahan minimum Waktu konstruksi

Lebih terperinci

Pertemuan 4 DEFINE, ASSIGN & ANALYZE

Pertemuan 4 DEFINE, ASSIGN & ANALYZE Halaman 1 dari Pertemuan 4 Pertemuan 4 DEFINE, ASSIGN & ANALYZE 4.1 Define Material & Section Define material bertujuan untuk menentukan karakteristik material yang digunakan dalam analisis struktur. Karakteristik

Lebih terperinci

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA (Studi Literatur) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : ADVENT HUTAGALUNG

Lebih terperinci

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri. Latar Belakang Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri. Untuk menjamin struktur bersifat daktail, maka selain daktilitas material (

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : ELVAN GIRIWANA 3107100026 1 Dosen Pembimbing : TAVIO, ST. MT. Ph.D Ir. IMAN WIMBADI, MS 2 I. PENDAHULUAN I.1 LATAR

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 TUGAS AKHIR (RC 09-1380 ) STUDI SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK DENGAN PROGRAM BANTU LUSAS (LONDON UNIVERSITY STRESS ANALYSIS SYSTEM) Charles Arista Pugoh 3106 100 129 DOSEN PEMBIMBING Tavio, ST,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bawahnya dari panas,hujan, angin, dan benda-benda lain yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bawahnya dari panas,hujan, angin, dan benda-benda lain yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atap merupakan salah satu bagian paling atas dari bangunan hunian, gudang, dan masih banyak lainnya yang berfungsi sebagai pelindung ruangan yang ada di bawahnya dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Data primer yang digunakan dalam penyusunan laporan yang baik berupa data objektif berdasarkan kondisi lapangan guna mendukung analisis dan sebagai penjelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai kota besar di dunia, diantaranya adalah akibat bertambahnya permintaan dan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 Citra Bahrin Syah 3106100725 Dosen Pembimbing : Bambang Piscesa, ST. MT. Ir. Djoko Irawan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC OLEH : ADE SHOLEH H. ( )

TUGAS AKHIR RC OLEH : ADE SHOLEH H. ( ) TUGAS AKHIR RC09-1830 OLEH : ADE SHOLEH H. (3107 100 129) LATAR BELAKANG Banyaknya kebutuhan akan gedung bertingkat Struktur gedung yang dibandingkan adalah beton bertulang (RC) dan baja berintikan beton

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda TUGAS AKHIR RC09 1380 Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda Kharisma Riesya Dirgantara 3110 100 149 Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST., MSc.,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PERKUATAN TOWER SST 45 M + 3 M AKIBAT PENAMBAHAN TINGGI DAN BEBAN

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PERKUATAN TOWER SST 45 M + 3 M AKIBAT PENAMBAHAN TINGGI DAN BEBAN TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PERKUATAN TOWER SST 45 M + 3 M AKIBAT PENAMBAHAN TINGGI DAN BEBAN Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : Nama : Indah Septiani NIM

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012 Rencana Teknis kriteria lokasi menara telekomunikasi: 1. Struktur bangunan 1) Menara mandiri (self supporting tower) Menara mandiri merupakan menara dengan struktur rangka baja yang berdiri sendiri dan

Lebih terperinci

Susunan Lengkap Laporan Perancangan

Susunan Lengkap Laporan Perancangan 1 Susunan Lengkap Laporan Perancangan Susunan lengkap Laporan Perancangan harus mengikuti outline sebagaimana di bawah ini: Halaman Judul Lembar Pengesahan Ringkasan (Summary) Daftar Isi Daftar Lampiran

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci