ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN KONSEP GREEN DEVELOPMENT PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA SURABAYA
|
|
- Sonny Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN KONSEP GREEN DEVELOPMENT PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA SURABAYA Eka Nirmala 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) Program Magister Manajemen Proyek Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 1) malarch2014@gmail.com 2) artama@ce.its.ac.id ABSTRAK Konsep Green Development merupakan praktek pembangunan konstruksi secara total dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga operasional yang mengutamakan kesehatan dan kenyamanan beraktifitas bagi manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan inovatif demi kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Konsep ini juga bermanfaat secara jangka panjang dalam aspek ekonomi dan sosial jika berhasil diterapkan secara maksimal. Namun pada kenyataannya, terdapat beberapa permasalahan yang menghambat penerapan konsep ini pada proyek konstruksi gedung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa permasalahan utama yang menghambat penerapan konsep Green Development pada proyek konstruksi gedung di Surabaya. Setelah diperoleh 21 variabel penghambat penerapan konsep Green Development melalui studi literatur, maka dilakukan metode pengumpulan data melalui survey menggunakan kuisioner dan wawancara pada manajer proyek pada perusahaan pengembang. Hasil dari analisa deskriptif terhadap sampel yang ada, menunjukkan bahwa terdapat 8 variabel terpenting yang menghambat konsep Green Development, di antaranya yaitu biaya investasi yang tinggi, prosedur penerapan yang memakan waktu, keterbatasan ketersediaan produk hijau, kesulitan pelaksanaan teknis, dan lain-lain. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai permasalahan utama yang menghambat pelaksanaan konsep Green Development di kota Surabaya sehingga dapat memunculkan strategi-strategi yang tidak hanya berorientasi pada penyelamatan lingkungan namun juga menguntungkan bagi perusahaan konstruksi yang menerapkannya. Kata kunci: Green Development, Penghambat, Proyek Konstruksi Gedung. PENDAHULUAN Ketidaktepatan proses pembangunan fisik, berujung pada isu pemanasan global akibat tingginya emisi gas CO2 di atmosfer (efek rumah kaca berlebih) yang disebabkan karena 50% penggunaan bahan bakar fosil oleh pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan energi bangunan menurut Roaf et al (2005). Karyono (2011) men ambahkan bahwa ketidaktepatan pembangunan fisik juga memunculkan resiko penurunan jumlah area terbuka hijau dan berbagai polusi pada lingkungan. Resiko tertinggi yaitu penurunan jumlah sumber daya alam yang tak terbarukan (batubara dan minyak bumi) sebagai akibat dari konsumsi energi listrik berlebih sehingga cadangan minyak bumi di dunia semakin mengalami penipisan dari tahun ke tahun. (Roaf et al, 2005). Ketidaktepatan proses pembangunan fisik dari awal tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi hingga operasional, selain mengancam kelestarian lingkungan di masa depan juga berdampak pada masalah sosial dan ekonomi. Sehingga dibentuklah konsep Green B-3-1
2 Development yang merupakan praktek pembangunan konstruksi secara total dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga operasional yang mengutamakan kesehatan dan kenyamanan beraktifitas bagi manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan inovatif demi kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Adapun penerapan konsep ini diuraikan oleh GBCI Indonesia berupa kriteria-kriteria yang mencakup pelaksanaan tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, sumber dan siklus material, kualitas ruang dan kenyamanan udara serta manajemen lingkungan bangunan. Dengan kualitas proses pembangunan yang diharapkan menguntungkan dalam segala aspek, konsep Green Development pada kenyataannya kurang diterapkan bahkan di negara maju sekalipun (Dair, 2006; Yudelson, 2008; Abidin, 2010). Sedangkan di Indonesia, rendahnya pelaksaan konsep Green Development disebutkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang menyatakan bahwa baru terdapat sekitar 8 bangunan yang menerapkan green building hingga saat ini. Untuk itulah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa hambatan terpenting dalam pelaksanaan konsep Green Development di Surabaya. Adapun hasil dari penelitian ini dapat menjadi suatu masukan bagi pemerintah dan lembaga sertifikasi bangunan hijau atau Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk melakukan upaya pengendalian hambatan melalui pembentukan strategistrategi yang tidak hanya berorientasi pada penyelamatan lingkungan namun juga menguntungkan bagi perusahaan konstruksi yang menerapkannya. METODE Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian literatur pada penelitian terdahulu sehingga diperoleh 21 variabel penghambat penerapan konsep Green Development. Kemudian untuk mengetahui tingkat persetujuan terhadap variabel yang ada, dilakukan pengumpulan data primer melalui metode survey menggunakan kuisioner dan wawancara pada manajer proyek yang telah ditentukan. Skala yang digunakan untuk mengukur persepsi responden adalah skala Likert 1-5 yang dirancang untuk memungkinkan responden memberikan penilaian dalam berbagai tingkatan atas setiap pertanyaan dalam kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah proyek gedung hunian bertingkat di kota Surabaya yang disebutkan oleh manajer proyek pada perusahaan pengembang dengan menyertakan persepsi tingkat persetujuannya pada hambatan yang terjadi ketika menerapkan konsep Green Development pada proyek-proyek yang ditanganinya. Dari 22 proyek yang diperoleh sebagai sampel, kemudian dilakukan analisa data secara deskriptif dengan menggunakan nilai mean dan standart deviasi sebagai acuan dalam menentukan variabel yang terpenting. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1 tampak bahwa nilai mean tertinggi dari 21 variabel penghambat terletak pada variabel X1 yaitu Biaya investasi yang tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,82. Kemudian posisi tertinggi ke-dua dengan nilai sebesar 3,45 yang dimiliki oleh variabel X15 yaitu Prosedur penerapan yang memakan waktu. Namun demikian, nilai rata-rata yang tinggi belum dapat menunjukkan bahwa variabel itulah yang terpenting dalam terhambatnya penerapan konsep Green Development. Perlu ditinjau adanya keseragaman nilai melalui simpangan baku yang ada di dalam sampel yang diteliti. Semakin seragam maka semakin menunjukkan bahwa tingkat persetujuan pada variabel tersebut semakin kuat. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai penyebaran dominasi variabel-variabel berdasarkan nilai rata-rata persepsi responden terhadap variabel yang menghambat penerapan konsep Green Development pada proyek konstruksi gedung dengan memperbandingkan nilai sebarannya atau nilai standar deviasinya. Hasil akhir yang didapatkan adalah faktor-faktor B-3-2
3 dominan atau urutan kepentingan dari masing-masing faktor tersebut, sehingga dalam diagram pemetaan nilai rata-rata dan standar deviasi dapat diketahui faktor-faktor yang tergolong penting dan tidak penting. Sumbu X pada Tabel 1 di bawah ini merupakan nilai rata-rata dari variabel yang menghambat penerapan konsep Green Development dimana semakin besar nilai rata-ratanya, maka persepsi tingkat persetujuan responden semakin kuat. Sedangkan sumbu Y merupakan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel tersebut, semakin kecil nilai standar deviasinya, maka responden sepakat dengan jawaban tersebut dan sebaliknya. Tabel 1. Tabel Nilai rata-rata dan Standart Deviasi VARIABEL Mean (X) SD (Y) Nilai Rank Nilai Rank X1 Biaya investasi yang tinggi 3,82 1 0,50 1 X2 Sumber pembiayaan dari bank yang sulit diperoleh 2, ,92 12 X3 Terbatasnya dukungan dari manajemen teratas 2, ,01 19 X4 Rendahnya permintaan pasar 3, ,82 7 X5 Resiko pada kontrak 2, ,96 14 X6 Minimnya informasi tentang bangunan hijau 3,14 8 0,83 8 X7 Kesadaran stakeholder yang rendah 2, ,04 20 X8 Kurangnya keahlian 3, ,84 9 X9 Kesulitan komunikasi antar stakeholder 2, ,98 16 X10 Konflik kepentingan di antara stakeholder 2, ,99 17 X11 Minimnya kebijakan pemerintah 3,36 6 0,95 13 X12 Perencanaan yang rumit 3,09 9 0,75 4 X13 Nilai estetika bangunan tidak diutamakan 2, ,00 18 X14 Perubahan kebiasaan yang sulit diterima 2, ,76 5 X15 Prosedur penerapan yang memakan waktu 3,45 2 0,67 2 X16 Kesulitan pelaksanaan teknis 3,41 4 0,85 10 X17 Kinerja produk hijau yang belum teruji 3,23 7 0,87 11 X18 Keterbatasan ketersediaan produk hijau 3,41 3 0,67 3 X19 Lokasi proyek yang tidak memungkinkan 1, ,81 6 X20 Harga jual atau sewa properti menjadi lebih tinggi 3,41 5 0,96 15 X21 Sertifikat bangunan hijau hanyalah sebuah alat promosi 2, ,13 21 NILAI TITIK BAGI 2,96 0,87 Grafik hubungan antara nilai rata-rata ( mean) dan standar deviasi dari penilaian responden terhadap seluruh variabel disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Kartesius Analisis Mean dan SD B-3-3
4 Berdasarkan Gambar 1, persepsi tingkat persetujuan responden yang paling kuat adalah variabel - variabel yang terletak pada kuadran IV dengan kumpulan nilai mean yang terbesar dan nilai standart deviasi yang terkecil. Adapun variabel-variabel yang dianggap penting sehingga berpengaruh besar pada terhambatnya penerapan konsep Green Development ini adalah 8 variabel yaitu X1, X15, X18, X12, X4, X6, X8 dan X16. Berikut ini adalah Tabel rangkuman hasil akhir variabel yang penting dalam terhambatnya penerapan konsep Green Development: Tabel 2. Tabel Hasil Akhir Variabel Penghambat VARIABEL MEAN SD 1 Biaya investasi yang tinggi X1 3,82 0,50 2 Prosedur penerapan yang memakan waktu X15 3,45 0,67 3 Keterbatasan ketersediaan produk hijau X18 3,41 0,67 4 Kesulitan pelaksanaan teknis X16 3,41 0,85 5 Minimnya informasi tentang bangunan hijau X6 3,14 0,83 6 Perencanaan yang rumit X12 3,09 0,75 7 Kurangnya keahlian X8 3,05 0,84 8 Rendahnya permintaan pasar X4 3,00 0,82 Pada Tabel 2, didapatkan 8 variabel yang memiliki pengaruh penting dalam terhambatnya penerapan konsep Green Development pada sampel proyek gedung hunian bertingkat di Surabaya. Berikut ini adalah pembahasannya: 1. Biaya investasi yang tinggi (X1) Biaya investasi merupakan penghambat utama yang disebabkan oleh kecanggihan teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Kecanggihan teknologi yang dimaksudkan tersebut, dapat diterapkan dengan adanya sistem sel surya, teknologi smart home dan sebagainya menurut seorang manajer proyek. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa apabila konsep bangunan hijau yang diterapkan berbasis pada kecanggihan teknologi hijau dengan melibatkan keseluruhan kinerja sistem Mekanikal- Elektrikal gedung yang bahkan dapat memproduksi on-site energy (Priatman,2002), maka biaya investasi dapat menjadi sangat tinggi (Zhang,2011 ; Hwang,2012). Sedangkan beberapa manajer proyek yang menyatakan kurang setuju pada variabel ini menyatakan bahwa perencanaan konsep bangunan hijau yang berbasis pada strategi desain pasif tidaklah memerlukan biaya tinggi meskipun tidak mendukung efisiensi energi sepenuhnya bahkan tidak menghasilkan energi baru yang merupakan inovasi terpenting dalam pembangunan hijau. 2. Prosedur penerapan yang memakan waktu (X15) Dominasi jawaban responden pada perusahaan pengembang di Surabaya sesuai dengan pernyataan Hwang (2012) dan Choi (2009) yang menyebutkan bahwa alokasi waktu yang lebih panjang diperlukan untuk menjalankan rumitnya pengawasan, pengendalian dan proses persetujuan pada tiap tahapan pekerjaan dimana terdapat cukup banyak metode dan teknologi baru yang belum cukup dikenal, sehingga konsep ini masih perlu dipelajari dan didiskusikan dalam beberapa saat sebelum diterapkan. U.S EPA (2007) juga menambahkan bahwa pemenuhan kebutuhan perencanaan yang lebih detail dan komprehensif menuntut keterlibatan dan interaksi berbagai stakeholder sehingga memperlambat prosedur penerapan yang ada. Sedangkan sebagian kecil pendapat responden yang berlawanan, mengarah pada keunggulan elemen konstruksi hijau seperti B-3-4
5 yang dicontohkan Ervianto (2012) diantaranya adalah pemasangan sistem modular beton pracetak yang ternyata mempersingkat durasi proyek karena pelaksanaannya yang tidak terpengaruh cuaca sehingga meminimalkan terjadinya keterlambatan. 3. Keterbatasan ketersediaan produk hijau (X18) Pengalaman dari beberapa perusahaan pengembang di kota Surabaya yaitu seringkali material hijau hanya dapat diperoleh dari segelintir pemasok saja sehingga mau tidak mau material tersebut harus diterima bagaimanapun adanya tanpa dapat membandingkan harga maupun kualitas dengan material sejenis dari pemasok lain. Kendala keterbatasan ketersediaan material dan peralatan bersertifikasi hijau yang disediakan oleh supplier menurut Dair (2006) dan Lam et al (2009) ini disebabkan karena material dan peralatan bersertifikasi hijau seringkali berada di luar standar umum rantai pasok proyek konstruksi sehingga berdampak pada resiko ketidakpastian persediaan pasokan dan minimnya jenis alternatif pengganti. Hwang (2012) pun menambahkan ketersediaan material hijau tidak mudah didapat karena tidak tersedia secara lokal sehingga sebagian besar harus diperoleh secara import. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya demand yang ada menurut Landman (1999). 4. Kesulitan pelaksanaan teknis (X16) Terdapat cukup banyak komponen sistem pada proyek pembangunan hijau yang terbentuk oleh adanya teknologi yang masih tergolong baru, sehingga muncullah kesulitan teknis pada masa konstruksi (Marchman,2011). Suatu contoh yang disebutkan oleh seorang responden bahwa terdapat kesulitan dalam pemasangan sistem sistem ventilasi pengalihan udara untuk perbaikan kenyamanan termal dan kualitas udara ruang pada gedung. Sistem ini menyalurkan 100% udara luar ke dalam ruangan melewati bagian bawah lantai atau dinding bawah, kemudian secara perlahan hawa panas pun terserap ke arah saluran pemipaan pada plafond tanpa memindahkan debu dan kotoran dari lantai. Pelaksanaan sistem ini tampak cukup rumit karena sulitnya integrasi sistem ini dengan sistem lain yang ada pada lantai, dinding dan plafond sesuai dengan pernyataan Brownstone et al (2004). 5. Minimnya informasi tentang bangunan hijau (X6) Menurut Yudelson (2008), hal -hal yang perlu diinformasikan tentang bangunan hijau adalah bagaimana aplikasi konsep hijau yang harus dilakukan secara tepat, serta berbagai keuntungan sosial dan ekonomi yang penting untuk dijadikan motivasi bagi stakeholder. Bahkan menurut salah seorang responden, informasi yang ada tentang bangunan hijau sebenarnya telah cukup tersedia dan mudah ditemui di Surabaya yang notabene merupakan sebuah kota besar, namun di antara cukup banyaknya informasi tersebut yang paling penting namun sulit diperoleh adalah informasi aplikasi teknologi hijau pada bangunan dengan gambaran nyata mengenai nilai manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan keseluruhan biaya yang telah diinvestasikan. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa informasi detail mengenai perbandingan biaya dan manfaat (cost-benefit) yang ada pada konsep pembangunan hijau masih sangatlah rendah karena minimnya penerapan yang ada menurut Tomkiewicks (2011). 6. Perencanaan yang rumit (X12) Perencanaan pada proses konstruksi di dalam proyek pembangunan hijau memerlukan peran semua pihak secara terintegrasi di sepanjang proses perencanaan (Ervianto, 2012). Hal ini disebabkan oleh karena cukup banyaknya komponen pada sistem bangunan hijau yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi, sehingga kesalahan rencana instalasi dapat berdampak terhadap gangguan teknis pada elemen bangunan lain menurut Choi (2009). Bahkan tanpa berbasis pada instalasi teknologi hijau, perencanaan bangunan hijau dengan desain pasif pun tidak sesederhana perencanaan bangunan biasa menurut salah B-3-5
6 seorang responden yang merupakan manajer proyek perusahaan pengembang. Sedangkan perencanaan bangunan hijau yang dikatakan sederhana oleh sebagian kecil responden pada penelitian ini, dikatakan oleh Petersen (2008) sebagai proses desain yang hanya mengandalkan trial and error sehingga pencapaian konsep bangunan hijau dapat berpotensi tidak tepat pada sasarannya. 7. Kurangnya keahlian (X8) Proyek pembangunan hijau adalah proyek yang memerlukan pengetahuan dan skill yang berbeda dengan proyek biasa berdasarkan pernyataan Hwang (2012). Sehingga minimnya keahlian yang mendetail tentang bagaimana penerapan, metode dan spesifikasi teknis teknologi hijau menyebabkan konsep ini menjadi sulit diterapkan secara maksimal (Robichaud et al, 2011). Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada seorang manajer proyek, ahli yang kompeten dalam konsep Green Development pada proyek konstruksi gedung di Surabaya seringkali hanya terlibat pada saat tahap pelaksanaan konstruksi saja, contohnya yaitu pada proses pemasangan sistem balok pracetak yang seringkali hanya dikuasai oleh subkontraktor beton ready-mix. Robichaud (2011) dan Dair (2006) menyebutkan bahwa terlambatnya keterlibatan konsultan yang ahli dalam konsep bangunan hijau tidak akan memberi pengaruh yang signifikan pada kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan hijau. 8. Rendahnya permintaan pasar (X4) Menurut Abidin (2010), perusahaan pengembang sangat berorientasi pada pengembangan properti yang mudah laku terjual, sehingga penerapan konsep pembangunan hijau ini akan secara total dilaksanakan apabila terdapat dorongan dari permintaan pasar. Yudelson (2008) menyatakan bahwa permintaan pasar dapat didorong oleh semakin bertambahnya tingkat pertumbuhan proyek-proyek pembangunan hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang responden yang mengatakan bahwa rendahnya permintaan pasar bukan lagi menjadi suatu penghambat yang berarti, namun justru dapat menjadi suatu pendorong yang dipicu oleh perilaku sektor industri dalam memproduksi material ataupun komponen hijau secara besar-besaran untuk menarik konsumen. Adapun respon tidak setuju pada rendahnya permintaan pasar yang ada pada saat ini, didukung oleh pernyataan Mc Graw Hill Construction (2006) yaitu terdapat sebuah kecenderungan bahwa kemungkinan besar kondisi pasar saat ini telah lebih tinggi dari beberapa tahun lalu. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa deskriptif yang mengacu pada analisis nilai mean dan nilai standart deviasi terhadap data sampel yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa dari 21 variabel penghambat penerapan konsep green development yang diperoleh melalui kajian literatur, diperoleh 8 variabel dengan tingkat persetujuan terkuat yang menghambat penerapan konsep green development. Variabel penghambat yang dimaksud adalah biaya investasi yang tinggi, prosedur penerapan yang memakan waktu, keterbatasan ketersediaan produk hijau, kesulitan pelaksanaan teknis, minimnya informasi tentang bangunan hijau, perencanaan yang rumit, kurangnya keahlian serta rendahnya permintaan pasar. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya menganalisa secara deskriptif dari data primer yang telah diperoleh dikarenakan adanya keterbatasan waktu penelitian serta kesulitan dalam mengumpulkan sampel proyek konstruksi gedung dengan jumlah yang memenuhi syarat untuk pengolahan data statistik inferensial. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan analisa faktor penghambat penerapan konsep green development pada pelaksanaan proyek konstruksi dapat dianalisa menggunakan metode statistik inferensial sehingga hasil penelitian dapat digenaralisir dan mampu mengungkap fenomena B-3-6
7 terhambatnya penerapan konsep green development pada proyek konstruksi gedung di kota Surabaya. DAFTAR PUSTAKA Abidin, N. Z. (2010), Investigating the awareness and application of sustainable construction concept by Malaysian developers, Habitat International, Vol.34, hal Brownstone, R. (2004), Preliminery Information and Design Concepts, Proposed Western Engineering Green Building, School of Engineering, The University of Western Ontario, London. Choi, C. (2009), Removing Market Barriers to Green Development: Principles and Action Projects to Promote Widespread Adoption of Green Development Practices. Journal of Sustainable Real Estate (JOSRE), Vol. 1, Dair, C. dan Williams, K. (2006), What Is Stopping Sustainable Building in England? Barriers Experienced by Stakeholders in Delivering Sustainable Developments, Wiley InterScience. Ervianto, W. I. (2012), Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Greenship New Building V1.1, (2012), Perangkat Penilaian Greenship, Departemen Rating Development. GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA. Hwang, B. G. dan Ng, W. J. (2012), Project management knowledge and skills for green construction: Overcoming challenges, Sciverse Science Direct. Lam, P. T. I., Chan, E. H. W., Chau, C.K., Poon, C. S. dan Chun, K. P. (2009), Integrating Green Specifications in Construction and Overcoming Barriers in Their Use, American Society of Civil Engineers. Landman, M. (1999), Breaking through the Barriers to Sustainable Building: Insights from Building Professionals on Government Initiatives to Promote Environmentally Sound Practices, Tesis Ph.D., TUFTS University, Medford. Karyono, T. H, (2011), Green Architecture Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia, Edisi 1, Rajawali Pers, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta. Marchman, M. dan Clarke, S. N. (2011), Overcoming the Barriers to Sustainable Construction and Design Through a Cross-Reference of West Coast Practices, 47th ASC Annual International Conference Proceedings. Petersen S, Svendsen S. (2008). Method for integrated design of low energy buildings with high quality indoor environment. Brinellvägen 34, Stockholm, Sweden: Royal Institute of Technology. Priatman, Jimmy. (2002). Energy-Efficient Architecture: Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 2, Desember 2002: Roaf, S., Chrichton, D., Nicol, F., (2005), Adapting Buildings and Cities for Climate Change, 2 nd edition, Elsevier, Ltd., Burlington. B-3-7
8 Robichaud, L. B. dan Anantatmula, V. S. (2011), Greening Project Management Practices for Sustainable Construction, Journal Of Management In Engineering, Vol. 27, hal Tomkiewicz, H. S. (2011), Barriers to Implementation of Sustainable Construction Practices in the Homebuilding Industry: A Case Study of Rochester, NY, Tesis Ph.D., University of Nebraska Lincoln, Nebraska. U.S.EPA, Yudelson, J., (2008), The Green Building Revolution, Island Press, Washington. Zhang, Xiaoling., Shen, Liyin. and Platten, Andrew., (2011), Green Property Development Practice in China: Costs and Barriers, Building and Environment 46 (2011) , Elsevier, Science Direct. B-3-8
TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA
TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA Diah Sari Pardina 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program
Lebih terperinciTANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU
TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU Jimantoro 1, Billie Jaya 2, Herry P. Chandra 3 ABSTRAK : Pemanasan global dan perubahan iklim
Lebih terperinciJalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEMUDAHAN PELAKSANAAN DAN HAMBATAN DALAM PENERAPAN KRITERIA GREEN CONSTRUCTION DI SURAKARTA Abdjad Agung Artanto 1), Widi Hartono 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap
Lebih terperinciANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU
ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU Gregorius Kevin 1, Iwan Anggalimanto 2, Herry P. Chandra 3, Soehendro Ratnawidjaja 4 ABSTRAK : Konsep Bangunan Hijau atau Green Building muncul sebagai cara
Lebih terperinciKONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA
KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK
PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK Edwin S Wiyono 1, Enry L Dusia 2, Ratna S Alifen 3, Jani Rahardjo 4 ABSTRAK: Konsep bangunan hijau akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan
Lebih terperinciKRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Rezky Anggunmulia 1, Denny S. Widyanto 2, Herry P. Chandra 3 dan Soehendro Ratnawidjaja 4 ABSTRAK : Sektor bangunan memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan
Lebih terperinciANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA
ANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA Aris Windarko Saputro dan I Putu Artama W Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut
Lebih terperinciFAKTOR KRITIS KESUKSESAN ANTARA KONTRAKTOR DAN OWNER PADA PROYEK PAKUWON CITY SURABAYA
OWNER PADA PROYEK PAKUWON CITY SURABAYA Surya Agung Wibawa, I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Tekologi Sepuluh Nopember Jl Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia
Lebih terperinciKEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR
KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral
Lebih terperinciKINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)
KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai
Lebih terperinciTANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA
TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai
Lebih terperinciANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institute Teknologi Sepuluh Nopember MAKALAH TUGAS AKHIR ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Mada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pusaka Asawidya dkk (2011) menjelaskan bahwa peralatan merupakan kriteria yang paling dominan dalam penerapan green construction pada proyek konstruksi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciSURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok
Lebih terperinciANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO
ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO Kukuh Rahardjo dan I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: kukuhrah@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno
Lebih terperinciKEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN
KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN Enry L. Dusia 1, Edwin S. Wiyono 2, Ratna S. Alifen 3, Jani Rahardjo 4 ABSTRAK: Green building
Lebih terperinciANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA
ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA Rizky Aulia 1), Happy R. Santosa, dan Ima Defiana 2) 1) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciSEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING
SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Disusun Oleh : M. ROFIQI ATHOILLAH (2409 105 033) Pembimbing
Lebih terperinciIDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:
IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Sustainable Architecture (Materi pertemuan 6) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Sustainable
Lebih terperinciMada Asawidya [ ] Yusronia Eka Putri, ST, MT Christiono Utomo, ST, MT, Ph.D
Oleh : Mada Asawidya [31.07.100.051] Dosen Pembimbing : Yusronia Eka Putri, ST, MT Christiono Utomo, ST, MT, Ph.D ABSTRAK konsep mengenai pembangunan suatu gedung maupun bangunan lainnya mengacu pada konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim meningkat pesat akhir-akhir ini. Berbagai gerakan hijau dilakukan untuk
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. Perkembangan proyek konstruksi
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TURNOVER PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA. Ana Rakhmawati Christiono Utomo, ST, MT, Phd ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TURNOVER PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Ana Rakhmawati Christiono Utomo, ST, MT, Phd ABSTRAK Pekerja merupakan salah satu elemen dominan dalam sebuah proyek.
Lebih terperinciSTUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA
STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA Austin Vincentius Mastan 1, Hans Pratama Haliman 2, Paul Nugraha 3 ABSTRAK: Perlu ditemukan suatu cara yang dapat secara signifikan mengurangi dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya
Lebih terperinciANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA
ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA Soelistyono 1) Program Studi Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Kampus ITS Sukolilo,
Lebih terperinciDESKRIPSI PENYEBAB TURNOVER PEKERJA KONSTRUKSI DI SURABAYA DARI SUDUT PANDANG MANAJER
DESKRIPSI PENYEBAB TURNOVER PEKERJA KONSTRUKSI DI SURABAYA DARI SUDUT PANDANG MANAJER Syahrul Labib 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Pascasarjana Manajemen Proyek Konstruksi Teknik Sipil FTSP ITS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMANFAATAN ENERGI DI INDONESIA
Surat Perjanjian: III/LPPM/2015-02/4-P LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMANFAATAN ENERGI DI INDONESIA Disusun Oleh: Dr. Carles Sitompul Alfian, ST., MT. Kinley Aritonang Ph.D (Pembina) Lembaga
Lebih terperinciFAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL
FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL Nugroho Artursuwignyo 1) *), Christiono Utomo 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jalan Cokroaminoto
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL
PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah
Lebih terperinciUntuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA KONTRAKTOR DI SURABAYA
ANALISIS PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA KONTRAKTOR DI SURABAYA Cecep Pribadi Program Studi Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek
Lebih terperinciAnalisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya
1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciSURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI
SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Analisa rantai pasok proyek pembangunan perumahan di Jambi dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada 5 proyek perumahan
Lebih terperinciArsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.
BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Universitas Mercu Buana merupaan salah satu universitas swasta di Jakarta yang saat ini banyak diminati oleh murid-murid yang baru lulus SMA/SMK maupun oleh
Lebih terperinciLAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 05/PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar
Lebih terperinciGedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini
Lebih terperinciANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA
ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Bagus Prasetyo Budi 3108100042 Dosen Pembimbing Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciaktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi
Lebih terperinciPENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)
PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota
Lebih terperinciSebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia.
Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia. Dian Fitria Green Building Senior Engineer, Sustainability Division, PT Asdi Swasatya Berdasarkan Badan Pusat Statistik Nasional dalam Proyeksi
Lebih terperinciPERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009
PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 Antonius Gatot Yudo Pratomo, Aris Tjahyanto Magister Manajemen Teknologi,
Lebih terperinciGreen Building Concepts
Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau
Lebih terperinciBEDZED: BANGUNAN TANPA ENERGI FOSIL
INDONESIA design September 2010 BEDZED: BANGUNAN TANPA ENERGI FOSIL Oleh Tri Harso Karyono Go straight forward for about ten minutes; look to the left hand side, you will see some funny buildings over
Lebih terperinciPenerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya
Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya Thomas Albertus 1, Windrik Tomy 2, Paulus Nugraha 3, dan Herry P. Chandra, ABSTRAK : Constructability adalah penggunaan optimal
Lebih terperinciPERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009
Makalah Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV MMT-ITS PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 ANTONIUS GATOT
Lebih terperinciPENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pembangunan struktur maupun infrastruktur meningkat pesat. Seiring dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi ini maka tantangan terbesar
Lebih terperinciPenilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE
BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber
Lebih terperinciANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD )
ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) TUGAS AKHIR (TNR, capital, font 14, bold) Oleh : I Wayan Agus Saputra 0919151010 (TNR,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinciPENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X
PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2
PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Proyek Konstruksi 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA
IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M 1), Udisubakti Ciptomulyono 2) dan I K Gunarta 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciEVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3
EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN Patricia 1, David 2 and Andi 3 ABSTRAK : Perkembangan dunia properti menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciAnalisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya Bagus Prasetyo Budi dan I Putu Artama Wiguna Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Frekuensi risiko yang paling dominan terjadi dalam pembangunan proyekproyek. konstruksi di Yogyakarta, yaitu:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Frekuensi risiko yang paling dominan terjadi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan dari pembangunan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂).
Lebih terperinciBAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green
BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua
benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua Pusat Bahasa di Yogyakarta BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam perkembangan zaman saat ini, manusia
Lebih terperinciPP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah
Lebih terperinciAudit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan
Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi
TEMU ILMIAH IPLBI 06 Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi Tri Amartha Wiranata Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Abstrak Saat ini, isu penggunaan energi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Kelayakan Proyek Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal ini membuat tingkat kebutuhannya juga semakin bertambah, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidup. Kebutuhan akan rumah tinggal terus meningkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di
Lebih terperinci