BAB I PENDAHULUAN. Refleksi merupakan proses metakognitif yang dilakukan dengan penuh

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Refleksi merupakan proses metakognitif yang dilakukan dengan penuh pertimbangan, baik sebelum, selama atau setelah situasi tertentu, dengan tujuan untuk mengambil pelajaran dan sebagai bekal untuk menghadapi situasi yang sama di masa mendatang (Sandars, 2009). Keterampilan refleksi berkaitan dengan kemampuan belajar sepanjang hayat, dan menjadi salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter Indonesia (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012). Kemampuan melakukan refleksi perlu dikuasai mahasiswa agar kelak menjadi dokter yang profesional dan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat (World Federation for Medical Education, 2012; Ladhani et al., 2012; Driessen et al., 2008). Keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui pengalaman nyata, misalnya melalui program pendidikan berbasis komunitas sebagai stimulus (Beylefeld et al., 2005). Mahasiswa kedokteran yang mampu dan terbiasa melakukan refleksi, diharapkan setelah menjadi dokter akan terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak disadari, sehingga meningkatkan layanan dan keamanan pasien (Chaffey et al., 2012). Ada berbagai teknik refleksi telah diterapkan di berbagai penelitian, salah satu yang sering digunakan adalah reflective writing (Morrow, 2009). Penelitian yang menganalisis tulisan refleksi kebanyakan hanya menganalisis tema-tema pada berbagai latar belakang, baik pada tingkat undergraduate maupun residensi (Svenberg et al., 2007; Braun et al., 2013; Oswald et al., 2014; Levine et al., 1

2 2 2008). Dari beberapa penelitian yang menganalisis tulisan refleksi disimpulkan bahwa mahasiswa mampu mengartikulasi hasil pembelajaran yang ditempuh dalam tulisan refleksinya, yaitu, antara lain berkaitan dengan profesionalisme (Driessen et al., 2008), empati (Chen & Forbes, 2014), kemampuan komunikasi (Fitriana, 2016) dan capaian tujuan pembelajaran (Puvanendran et al, 2012). Mahasiswa juga mendapat manfaat dari menulis refleksi, antara lain dapat meningkatkan kemampuan refleksi, self-awareness, motivasi untuk berkembang, dan mengetahui kemajuan yang dicapai (Levine et al., 2008). Bagi penyelenggara pendidikan, refleksi mahasiswa dapat meningkatkan pengembangan kurikulum melalui pemberian umpan balik terhadap kualitas dan intensitas pengalaman belajar yang dialami mahasiswa (Beylefeld et al., 2005). Berbagai teori tentang model refleksi telah banyak dikemukan oleh para ahli sehingga cara untuk menginterpretasikan assessmen refleksi juga bermacammacam mengikuti berbagai model tersebut (Korthagen et al., 2006; Driessen et al., 2008; Koole et al., 2011). Secara umum, ada empat pendekatan dalam penilaian refleksi mahasiswa, yaitu skala penilaian oleh responden, koding tematik pada narasi refleksi mahasiswa, analisis kualitatif (lebih teliti dan mendalam menganalisis hingga di luar tema), dan rubrik instruksional analitik (Wald et al., 2012). Body of knowledge penelitian tentang refleksi yang lain fokus pada pengembangan instrumen untuk mengasses kemampuan refleksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Mann et al., 2009). Kember et al. (2008) membuat kategori dan kriteria penilaian kedalaman refleksi yang dikelompokkan dalam

3 3 empat level, yaitu Habitual action, Understanding, Reflection, dan Critical reflection. Wallman et al. (2008) melakukan penelitian untuk menguji reliabilitas, feasibilitas, dan responsiveness dari skema kategorisasi level refleksi Kember yang dimodifikasi ( interrater reliability sebesar κ=0,63). Kemudian, Wald et al. (2012) mengadopsi skema Kember untuk membuat rubrik penilaian refleksi, yang diberi nama REFLECT (Reflection Evaluation for Learners Enhanced Competencies Tool). Carr & Carmody (2006) me nganalisis level refleksi mahasiswa kedokteran dari tulisan naratif mahasiswa dan mengelompokkan level refleksi ke dalam empat tingkatan yaitu listing, describing, appliying, integrating. Namun, mereka tidak menggunakan instrumen yang terstandar dalam pengelompokannya. Dari literature review, Morrow (2009) membagi refleksi mahasiswa kedalam empat area atau domain, yaitu: personal (pikiran dan tindakan), interpersonal (interaksi dengan orang lain), contextual (konsep, teori dan metode), dan critical (masalah politik, etika atau sosial/evaluasi program). Penelitian yang menilai kemampuan menulis refleksi mahasiswa kedokteran undergraduate di Indonesia masih jarang, padahal kemampuan refleksi sangat penting untuk proses pembelajaran sepanjang hayat sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012 (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012). Laboratorium Keterampilan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada telah memberikan tugas menulis refleksi kepada mahasiswa kedokteran tahun ketiga setelah mengikuti pembelajaran komunikasi di komunitas, namun belum pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui

4 4 kemampuan reflective writing mahasiswa. Sehingga, untuk mengetahui apakah mahasiswa telah menguasai keterampilan menulis refleksi dan dapat menangkap pelajaran dari pengalaman belajar yang dialaminya, perlu dilakukan penelitian terhadap tulisan refleksi mahasiswa. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan reflective writing mahasiswa kedokteran di Indonesia, baik dari sisi kedalaman level refleksi maupun domain yang direfleksikan. Rumusan masalah yang akan diteliti adalah : Bagaimana kemampuan reflective writing pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kemampuan reflective writing pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter. a. Mengetahui kedalaman level refleksi yang mampu dicapai mahasiswa b. Mengetahui domain apa saja yang ditulis mahasiswa dalam refleksinya I.4. Keaslian Penelitian Penelitian yang menganalisis dokumen refleksi mahasiswa kedokteran pada pembelajaran experiential untuk menilai kedalaman level refleksi pernah dilakukan oleh Carr & Carmody (2006). Hasil tulisan refleksi mahasiswa dikelompokkan kedalam 4 kategori sesuai kedalamannya, yaitu listing, describing, applying, dan integrating.

5 5 Adapun penelitian Castleberry et al. (2016) juga menggunakan analisis dokumen refleksi untuk menilai kedalaman dan tema yang direfleksikan. Kedalaman level refleksi dikelompokkan dengan kategori Kember et al. yang dimodifikasi menjadi lima kategori, namun dengan subjek penelitian dosen farmasi yang mengikuti program sertifikasi pengajar. Pada penelitian ini, perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada penggunaan kriteria REFLECT untuk menilai writing spectrum kedalaman level refleksi (Wald et al., 2012). Selain itu, penelitian ini juga me ngevaluasi domain apa saja yang ditulis mahasiswa dalam refleksinya berdasarkan empat kelompok domain, yakni personal, interpersonal, contextual dan critical/program evaluation (Morrow, 2009). I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Pembaca dan Institusi Pendidikan Kedokteran. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran mengenai bagaimana kemampuan reflective writing mahasiswa kedokteran tahun ketiga. 2. Memberikan gambaran mengenai domain apa saja yang dituliskan mahasiswa dalam refleksinya. 3. Sebagai bukti ilmiah dan bahan evaluasi dalam pengembangan kurikulum pembelajaran reflektif untuk mahasiswa S1 Program Studi Kedokteran.