BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana"

Transkripsi

1 223 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana penulis sampaikan pada bab sebelumnya, kesimpulan tentang makna-makna reflective teaching yang terkandung dalam pengalaman mengajar guru-guru berprestasi dapat penulis ungkapkan sebagaimana berikut ini. Pertama, perhatian-perhatian yang luas dan besar sekali terhadap persoalan nilai-nilai dalam kegiatan belajar-mengajar. Perhatian-perhatian tersebut mengandung komitmen yang kuat terhadap semangat pendidikan yang tidak hanya memandang penting proses transfer of knowledge tapi juga proses transfer of values. Hal ini mencerminkan praktik-praktik reflektif dalam mengajar. Kedua, pengetahuan-pengetahuan berbasis-pengalaman atau pengetahuanpengetahuan personal yang mendasari praktik mengajar guru-guru berprestasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut memperkaya khasanah pengetahuan profesional dan mendukung profesionalisme mengajar. Guru-guru berprestasi tidak hanya semata-mata membutuhkan pengetahuan teoretik umum tentang mengajar, dan tidak pula menggantungkan efektifitas mengajar pada penerapan pengetahuanpengetahuan seperti ini. Terkait dengan ini, pentingnya komitmen yang kuat untuk mengembangkan pengetahuan dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar, yang didukung oleh kemandirian dan motivasi yang tinggi. Komitmen tersebut terwujud dalam upaya-upaya kreatif guru-guru berprestasi untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan. Upaya-upaya kreatif ini didasari

2 224 tujuan dan minat tertentu, serta menunjukkan karakter kemandirian belajar dan motivasi belajar yang kuat. Ketiga, pengalaman-pengalaman mengajar yang lampau mendukung upaya guru-guru berprestasi dalam merefleksikan kembali pengalaman mengajar, sehingga mereka menemukan banyak pengetahuan atau wawasan berharga. Pengetahuan atau wawasan ini berharga bagi perkembangan guru-guru berprestasi itu sendiri dan bagi perkembangan belajar siswa-siswa. Keempat, sikap-sikap yang ditunjukkan guru-guru berprestasi menunjukkan komitmen profesional terhadap pekerjaan, terutama mengajar. Hal tersebut mencerminkan sifat-sifat individu reflektif. Guru-guru berprestasi memiliki sikapsikap profesional reflektif terhadap tugas-tugas/pekerjaan, yakni berpikiran terbuka, tanggungjawab, dan kesungguhan hati dalam menyelesaikan tugas/pekerjaan. Kelima, tindakan-tindakan yang diambil guru-guru berprestasi untuk menghadapi masalah-masalah, baik pada saat membingkai masalah, memecahkan masalah, maupun mencegah masalah, bersifat reflektif atau merupakan praktik reflektif, berkaitan dengan: pembingkaian masalah yang mengandung elemenelemen praktik reflektif, yaitu mengetahui karakteristik masalah dan klarifikasi masalah; pemecahan masalah yang mengandung refleksi-refleksi dan proses reflection-in-action, yaitu proses uji coba solusi dan pengujian kritis tindakantindakan; keputusan-keputusan etis yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu keputusan yang rasional-objektif, tidak emosional atau tendensius, dan mendorong proses perubahan kondisi yang sesuai dengan norma; dan perhatian penuh atau fokus, sebagai wujud tanggungjawab moral pendidikan, kepada tujuan-tujuan kegiatan belajar-mengajar yang harus dicapai, disertai pertimbangan yang matang tentang konsekuensi-konsekuensi apa saja dari tindakan-tindakan yang diambil saat

3 225 menyikapi keadaan, baik konsekuensi yang menguntungkan maupun konsekuensi yang merugikan. Keenam, upaya-upaya guru-guru partisipan yang aktif dan kreatif dalam mendayagunakan informasi atau wawasan yang banyak bersumber dari lingkungan yang luas. Guru-guru berprestasi bertindak reflektif-kreatif dalam pengertian tidak hanya sekedar mempertimbangkan lingkungan kelas dan sekolah serta lingkungan luar sekolah, tapi tergerak secara aktif dan kreatif memanfaatkan sebanyakbanyaknya informasi atau wawasan dari banyak sumber lingkungan, dan mengelola lingkungan sekolah secara kolektif-kolegial bersama-sama dengan semua warga sekolah. Hal ini menegaskan karakter praktik reflektif guru-guru berprestasi, dan menegaskan bahwa mereka berperan sebagai agen perubahan. Ketujuh, pengalaman kolegialitas guru-guru berprestasi mengandung nilai keterlibatan aktivitas reflektif, yang didorong oleh nilai-nilai budaya kolaboratif maupun otoritas, kooptasi atau regulasi administratif. Kolaborasi kolegialitas yang reflektif ini juga melibatkan lebih banyak kolega, tidak hanya dari kalangan guruguru sendiri tapi juga dari kalangan luar sekolah. Sebagian besar hubunganhubungan kolegial yang terjalin diantara guru-guru berprestasi dengan kolegakolega merupakan bentuk kerja bersama-sama (joint work) yang bervariasi dan kreatif, tidak hanya dalam konteks agenda pengembangan sekolah tapi juga pengembangan profesionalisme guru. Kolegialitas tersebut didukung oleh faktorfaktor intrinsik motivasional yang kuat, dan sikap-sikap reflektif seperti keterbukaan pikiran dan kerendahan hati. Kedelapan, terdapat upaya-upaya pengujian gagasan atau keyakinan yang merefleksikan praktik reflektif yang sebenarnya, dan yang menunjukkan semangat atau kesungguhan dalam penyelidikan atas dasar prinsip keterbukaan (sikap

4 226 reflektif). Representasi praktik reflektif guru-guru berprestasi merupakan bagian pokok reflective teaching yang bertujuan untuk dan memberi manfaat meningkatkan kompetensi guru, menambah wawasan atau pengetahuan, dan memperbaiki ide atau gagasan. Dengan tujuan-tujuan dan manfaat-manfaat seperti itu, perubahan ke arah yang lebih baik bisa diwujudkan. Kesembilan, praktik-praktik refleksi esensial yang guru-guru berprestasi lakukan menunjukkan bahwa mereka itu termasuk praktisi-praktisi reflektif yang kritis. Refleksi kritis yang guru-guru berprestasi lakukan mementingkan tindakan praktis berkenaan dengan rancangan instruksional (metode atau perencanaan mengajar); dan memperhatikan atau mempertimbangkan aspek-aspek normatif dari kegiatan belajar-mengajar di kelas dan asumsi-asumsi tentang potensi manusia dan belajar, berkaitan dengan performa belajar, pemahaman, permasalahan, dan bakat siswa. Guru-guru berprestasi mempraktikkan refleksi-refleksi kritis yang memiliki tujuan-tujuan (membenahi pembelajaran, mengembangkan pengalaman belajar siswa, dan membantu dan menjaga perkembangan belajar siswa). B. Saran Berdasarkan proses penelitian ini, hasil-hasil penelitian dan kesimpulankesimpulan yang penulis capai tentang makna reflective teaching yang terkandung dalam pengalaman mengajar guru-guru berprestasi, penulis disini menyampaikan saran-saran. Pertama, saran untuk penelitian-penelitian berikutnya. Penelitian ini mengungkap makna reflective teaching dari pengalaman mengajar guru-guru berprestasi yang dideskripsikan secara luas, berdasarkan kerangka perspektif yang mencakup sembilan aspek atau fokus utama, yaitu berkaitan dengan: nilai, pengetahuan, pengalaman, penyelesaian tugas/pekerjaan, masalah dan

5 227 keputusan/tindakan, lingkungan, kolegialitas, pengujian dan penyelidikan, dan refleksi. Penelitian berikutnya bisa memperdalam lebih lanjut aspek-aspek itu untuk memperoleh gambaran pengalaman mengajar yang lebih detail, serta mengungkap makna-makna reflective teaching yang lebih kaya. Dengan kata lain, peneliti-peneliti berikutnya bisa secara spesifik memfokuskan penelitian pada satu aspek pengalaman mengajar guru-guru berprestasi, untuk menangkap makna reflective teaching yang lebih spesifik dan mendalam. Saran yang lain berkaitan dengan partisipan dan hasil penelitian ini. Penulis melibatkan empat orang guru berprestasi dari empat satuan pendidikan yang berbeda (TK, SD, SMP, dan SMA). Pengalaman-pengalaman mengajar dari masing-masing guru berprestasi dalam penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, atau menunjukkan keumuman dan kekhususan. Berdasarkan transferabilitas teoretik yang penulis tetapkan untuk penelitian ini, peneliti-peneliti lain bisa membandingkan konteks pengalaman mengajar guru-guru lain yang, kurang atau lebih, sama dengan pengalaman mengajar guru-guru berprestasi yang terlibat disini. Secara lebih lanjut, peneliti-peneliti yang akan datang bisa memfokuskan penelitian pada pengalaman mengajar guru-guru berprestasi yang berasal dari satu satuan pendidikan tertentu. Hal tersebut didasari suatu pemahaman bahwa satuan pendidikan yang berbeda-beda itu tentu berimplikasi pada karakteristik pengalaman mengajar yang berbeda-beda pula, ditambah dengan perbedaan-perbedaan karakter atau keunikan individual masing-masing guru; dan dengan demikian bisa diasumsikan adanya makna-makna reflective teaching yang lebih khusus lagi yang bisa diteliti lebih lanjut. Hal ini didukung penjelasan Duffy, dkk. (2009) bahwa tindakan metakognitif oleh guru itu bersifat situasional, berbeda sebagaimana fungsi dari setting, siswa dan

6 228 tingkatan karir. Ada sedikit perangkat metodologis untuk meneliti tindakan yang tampak secara esensial dari pemikiran guru. Berkaitan dengan penjelasan Duffy, dkk. (2009) tersebut dan berdasarkan keterbatasan metodologis penelitian ini, saran selanjutnya berkenaan dengan perlunya metode observasi untuk meneliti pengalaman mengajar guru-guru berprestasi. Metode observasi itu akan sangat berguna bagi peneliti-peneliti berikutnya untuk mendapatkan data-data yang lebih objektif. Metode tersebut bisa digunakan untuk mengamati refleksi-refleksi yang dilakukan guru-guru selama mengajar di dalam kelas. Penulis sendiri dalam penelitian ini mengumpulkan datadata yang bersifat self-reported melalui wawancara semi-terstruktur, meskipun penulis juga menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data-data pendukung bagi data-data primer tersebut, yang relevan dengan fokus penelitian ini. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian ini, menurut penulis hal menarik dari temuan-temuan penelitian ini adalah nilai-nilai religiusitas yang mendasari praktik guru-guru berprestasi, yang terungkap secara menonjol dalam wawancara, baik dalam konteks mengajar maupun dalam konteks tugas/pekerjaan yang lain. Sebagaimana pernyataan Tremmel (1993), bahwa teori tentang reflective teaching yang ada selama ini lebih didasarkan pada pandangan teknis dunia Barat tentang pemecahan masalah. Batasan-batasan pandangan Barat tersebut memungkinkan bisa diperkaya dan diperluas dengan menggabungkan pengertian-pengertian non- Barat tentang refleksi, misalnya, pengertian mindfulness dalam tradisi Zen Buddha. Berangkat dari pernyataan ini, penulis memandang bahwa eksplorasi lebih lanjut tentang tradisi-tradisi spiritual/religius yang lain sangat memungkinkan, dan tentunya sangat menantang, untuk memperluas dan memperkaya teori reflective

7 229 teaching. Temuan tentang nilai-nilai religius dalam penelitian ini bisa menjadi titik awal untuk eksplorasi lebih kaya tentang dasar-dasar nilai bagi reflective teaching. Secara lebih luas lagi, faktor-faktor budaya yang mempengaruhi konsep dan praktik reflective teaching pada akhirnya juga menarik sekali untuk diteliti, termasuk dalam hal ini studi perbandingan tentang praktik reflective teaching berdasarkan perspektif budaya Timur dan budaya Barat. Misalnya, peneliti-peneliti selanjutnya bisa membandingkan praktik reflective teaching dari guru-guru berprestasi di Indonesia dengan guru-guru berprestasi di negara-negara lain. Studi seperti itu sendiri telah dilakukan Chen (2007), yang mengeksplorasi konsep-konsep pengajaran unggul (excellent in teaching) di China, sebagai pendahuluan penting untuk mengembangkan standar-standar mengajar; dan membandingkan hasil studi tersebut dengan hasil studi-studi di negara-negara Barat, untuk menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan tentang konsep pengajaran unggul. Makna-makna reflective teaching pun dengan demikian akan tampak lebih beragam karena berakar pada nilai-nilai tradisi budaya atau spiritualitas yang bermacammacam. Kedua, saran bagi guru-guru berprestasi. Penelitian ini menggambarkan pengalaman mengajar guru-guru berprestasi dan didasarkan pada perspektif reflective teaching. Pengalaman mengajar tersebut mengandung makna yang kaya tentang praktik-praktik profesional dalam bidang mengajar. Menurut penulis, pengalaman mengajar guru-guru berprestasi menjadi pengalaman best-practice yang pantas dicontoh guru-guru lain. Ditjen PMPTK (2010) menyatakan bahwa Guru Berprestasi merupakan guru model atau contoh bagi guru lainnya, karena yang bersangkutan mempunyai prestasi yang luar biasa atau melebihi yang dicapai

8 230 guru lain, sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan dan peningkatan mutu dan proses hasil pembelajaran. Bagi penulis, praktik-praktik reflektif yang bermakna dalam pengalaman mengajar itulah yang secara esensial menjadi prestasi yang luar biasa sehingga memberi pengaruh positif bagi kualitas mengajar dan belajar, dan mendorong perubahan-perubahan yang berarti. Manifestasi praktik-praktik reflektif dapat memperkuat predikat berprestasi sebagaimana predikat itu telah dipercayakan oleh siswa, rekan-rekan sesama guru, masyarakat dan negara. Berdasarkan temuan penulis tentang falsafah digugu dan ditiru yang mengandung nilai-nilai keteladanan, dan tentang praktik-praktik reflektif dalam pengalaman mengajar guruguru berprestasi yang membentuk konfigurasi makna reflective teching, penting artinya bagi guru-guru berprestasi untuk memelihara nilai-nilai keteladanan dalam hal praktik-praktik reflektif yang telah dilakukan. Apabila predikat berprestasi itu diperoleh guru-guru berprestasi diantaranya karena kinerja melampaui standar yang ditetapkan oleh satuan pendidikan, mencakup empat kompetensi dasar (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) (Ditjen PMPTK, 2010; Direktorat Pembinaan PTK-PAUDNI, 2011; Direktorat Pembinaan PTK-DIKDAS, 2011; Direktorat Pembinaan PTK-DIKMEN, 2011), menurut penulis praktik-praktik reflektif itu bisa meneguhkan keunggulan guru-guru berprestasi dalam kompetensi-kompetensi tersebut. Demikian pula, keteladanan guru-guru berprestasi bagi guru-guru lain bisa dimanifestasikan ke dalam keteladanan praktik reflektif yang dilakukan. Berangkat dari hal tersebut, penting juga bagi guru-guru berprestasi untuk terus meningkatkan dan mengembangkan praktik-praktik reflektif, sebagaimana telah penulis ungkapkan melalui penelitian ini.

9 231 Ketiga, saran bagi guru-guru secara umum. Makna reflective teaching yang diungkapkan penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru-guru berprestasi itu mengandung best-practices, khususnya praktik-praktik reflektif. Guruguru bisa mengimplementasi makna-makna reflective teaching dan mengembangkan praktik-praktif reflektif, dengan belajar dari pengalaman mengajar guru-guru berprestasi tersebut. Semangat belajar dari pengalaman sesama rekan guru perlu dikembangkan melalui sikap reflektif keterbukaan (Yost, et al., 2000; Pollard, 2002), yakni terbuka terhadap hal-hal terbaik yang bisa diambil dari pengalaman orang lain, dalam hal ini, terutama pengalaman mengajar guru-guru berprestasi. Saran yang sifatnya umum bagi semua guru berkaitan dengan temuan penelitian tentang nilai-nilai religius yang mendasari praktik mengajar guru-guru berprestasi. Nilai-nilai ini mengandung implikasi-implikasi moral atau spiritual dalam penyelesaikan tugas atau pekerjaan guru, terutama mengajar. Nilai-nilai religius tersebut juga berkontribusi memperkuat integritas guru-guru berprestasi disamping nilai-nilai yang lain, seperti nilai-nilai yang terkandung dalam kompetensi guru dan falsafah profesi guru. Saran penulis kepada guru-guru secara umum adalah memelihara dan mengembangkan nilai-nilai religius sebagai bagian dari sistem nilai yang mendasari dan mendorong aktivitas tugas dan pekerjaan sehari-hari sebagai guru. Apabila nilai-nilai religius disini banyak bersumber dan didorong oleh internalisasi nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan guru-guru berprestasi, maka saran tersebut juga berkaitan dengan saran untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran-ajaran agama dan keimanan. Palmer (1999) mengungkapkan bahwa mengajar yang baik itu didasarkan pada eksplorasi tentang sisi terdalam dari kehidupan guru, melalui tiga cara penting:

10 232 intelektual, emosional, dan spiritual. Cara intelektual, yaitu cara dimana guru berpikir tentang mengajar dan belajar, bentuk dan isi dari konsep guru tentang bagaimana orang mengetahui dan belajar, dan tentang sifat dasar dari siswa-siswa dan pelajaran. Cara emosional, yaitu cara dimana guru dan siswa merasakan sebagaimana guru mengajar dan siswa belajar, perasaan yang bisa memperluas atau mempersempit hubungan saling memberi diantara guru dan siswa. Cara spiritual, yaitu cara bermacam-macam dimana guru menjawab keinginan hati untuk terhubung dengan kehidupan luas, keinginan yang menggerakkan cinta dan pekerjaan, khususnya pekerjaan mengajar. Cara-cara ini saling berjalinan, tidak terpisah-pisah dan sifatnya menyeluruh dalam diri manusia dan dalam pendidikan yang terbaik. Menempatkan mengajar hanya pada intelek akan menghasilkan abstraksi yang dingin; menempatkan mengajar hanya pada emosi akan menimbulkan sikap narsisistik; menempatkan mengajar hanya pada spiritual akan menyebabkan hilangnya dasar kontekstual yang kuat dalam berbagai sisi kehidupan. Keempat, saran bagi pendidik calon guru dan lembaga atau institusi pendidikan calon guru. Pengalaman mengajar guru-guru berprestasi, sebagaimana ditunjukkan penelitian ini, memberikan banyak contoh tentang praktik-praktik reflektif yang bersifat esensial. Contoh-contoh tersebut bisa menjadi petunjuk bagi lembaga pendidikan calon guru dalam mengembangkan program-program yang bertujuan meningkatkan kemampuan refleksi calon-calon guru, sebagai upaya mendidik praktisi-praktisi reflektif (reflective practitioners). Menurut Yost, dkk. (2000) pengembangan refleksi kritis dalam program-program persiapan guru sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan-tantangan abad 21 bagi sekolah-sekolah. Kelima, saran bagi para stakeholder pendidikan. Guru-guru berprestasi dinyatakan sebagai guru model atau contoh bagi guru-guru lain karena prestasi luar

11 233 biasa atau melebihi prestasi guru-guru lain, dan berdampak positif bagi perkembangan pendidikan dan peningkatan mutu dan proses hasil pembelajaran (Ditjen PMPTK, 2010). Adapun penelitian ini mengungkap sisi-sisi terbaik dari pengalaman mengajar guru-guru berprestasi itu dari perspektif reflective teaching. Menurut penulis, agar sisi-sisi keteladanan dari praktik reflektif yang dilakukan guruguru berprestasi bisa dibelajari secara lebih dekat oleh guru-guru lain, kesempatankesempatan sharing pengetahuan dan pengalaman bersama dengan guru-guru model itu alangkah baiknya dikembangkan secara lebih luas. Apabila prestasiprestasi yang telah diraih guru-guru berprestasi itu berdampak positif bagi perkembangan pendidikan dan peningkatan mutu dan proses hasil pembelajaran, kesempatan sharing seperti itu tentunya akan menimbulkan dampak positif serupa yang lebih luas lagi. Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah kolegialitas yang menonjol dalam pengalaman mengajar guru-guru berprestasi, dimana kolegialitas itu sendiri menjadi salah satu karakteristik kunci reflective teaching (Pollard, 2002). Terkait dengan saran bagi para pemangku kebijakan pendidikan, memfasilitasi kesempatan kesempatan sharing antara guru-guru berprestasi dan guru-guru lain secara umum merupakan bentuk upaya membangun kolegialitas, yang dengan demikian secara esensial juga termasuk upaya membudayakan reflective teaching di kalangan guru-guru. Dengan membangun kolegialitas yang kuat dan luas antara guru-guru berprestasi dan guru-guru lain yang dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat reflective teaching, serta memfasilitasi kolaborasi-kolaborasi kolegial sebagai implikasinya, kemajuan-kemajuan di bidang pendidikan akan lebih banyak dicapai dan dirasakan manfaatnya. Banyak sekali bukti dari penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa

12 234 kolegialitas itu sendiri memberikan pengaruh positif bagi guru-guru, diantaranya: meningkatkan self-efficacy guru dan bisa menjadi sarana yang sangat baik untuk perubahan (Sparks, 1988), dimana self-efficacy dipengaruhi collective efficacy yang sama-sama mempengaruhi kepuasan kerja guru (Caprara, et. al., 2003; Skaalvik & Skaalvik, 2007); berhubungan secara positif dengan pembelajaran informal guru di sekolah (Hoekstra, 2007); meningkatkan pemahaman guru tentang mengajar dan refleksi, serta kerjasama dan kebersamaan (Julaeha, 2010); dan meningkatkan mutu kompetensi, mutu profesional, dan mutu kinerja guru-guru (Salmah, 2011).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola jurnal belajar yang menghasilkan desain jurnal belajar sebagai refleksi guru IPS SD dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

Guru Sebagai Pemimpin Konstruktivis Tuesday, 27 December :59

Guru Sebagai Pemimpin Konstruktivis Tuesday, 27 December :59 Abstrak: Seorang guru sebagai pemimpin konstruktivis memfasilitasi proses pembelajaran partisipatori yang memungkinkan partisipan dalam suatu komunitas belajar untuk mengkonstruksikan makna bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

No Profil Lulusan Deskripsi Profil III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Ekonomi 2. Izin Pendirian : 252/DIKTI/Kep/1996 3. Status Akreditasi : B 4. Visi : Terwujudnya Program

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan stres

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU Eliterius Sennen Dosen PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng e-mail: eliterius63@yahoo.com ABSTRAK Dalam konteks pendidikan di Indonesia, masalah tentang mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kompetensi dan kapabilitas kepala sekolah harus memadai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir

Lebih terperinci

A. Identitas Program Studi

A. Identitas Program Studi II. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Teknik Informatika 2. Izin Pendirian : 163/DIKTI/Kep/2007 3. Status Akreditasi : B 4. Visi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah. STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan 1 : Landasan Hidup Religius INTERNALISASI SD SLTP SLTA PT 1. Pengenalan Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari. Mengenal

Lebih terperinci

A. PROFILE Program Studi D-III Bahasa Inggris diarahkan untuk menghasilkan sarjana diploma D-III yang memiliki keahlian sebagai:

A. PROFILE Program Studi D-III Bahasa Inggris diarahkan untuk menghasilkan sarjana diploma D-III yang memiliki keahlian sebagai: I. PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS D-III A. PROFILE Program Studi D-III Bahasa Inggris diarahkan untuk menghasilkan sarjana diploma D-III yang memiliki keahlian sebagai: PROFILE LULUSAN DESKRIPSI PROFILE

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier

BAB I LATAR BELAKANG. masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier BAB I LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan masa transisi menuju ke masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier yang sebenarnya

Lebih terperinci

A. Identitas Program Studi

A. Identitas Program Studi III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : 2. Izin Pendirian : SK Mendiknas RI No.127/D/O/2010 3. Status Akreditasi : B 4. Visi : Menjadi Program Studi

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #4 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id diperuntukkan bagi semua konseli sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) menekankan hal yang positif merupakan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

II. PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN. A. Identitas Program Studi

II. PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN. A. Identitas Program Studi II. PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Teknologi Pendidikan 2. Izin Pendirian : 423/DIKTI/Kep/1998 3. Status Akreditasi : B 4. Visi : Menjadi Program

Lebih terperinci

III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA. A. Identitas Program Studi

III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA. A. Identitas Program Studi III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan IPA 2. Izin Pendirian : 359/E/O/2014, TGL. 27-8-2014 3. Status Akreditasi : C 4. Visi : Menjadi Program

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi kalangan masyarakat sekitar. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Banyak penggamat pendidikan memberikan penilaian bahwa memasuki abad ke-21 dunia pendidikan Indonesia masih mengalami masalah yang berkaitan dengan rendahnya kualitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 3. Kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 3. Kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Hasil penelitian ini memberi sejumlah informasi yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik The Medical Leadership Competency Framework (MLCF) Dibuat atas dasar konsep kepemimpinan bersama di mana kepemimpinan tidak terbatas hanya pada pemimpin saja, dan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi pembelajaran PAI saat ini Berdasarkan

Lebih terperinci

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi Ciri Penelitian Tindakan Kelas 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas memiliki sifat praktis,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI ABSTRAKSI STAH Gde Puja Mataram Oleh karena itu guru dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional Pertemuan 2 Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian Profesi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa. Pada dasarnya, pembelajaran menulis tidak bisa dipisahkan dengan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS TIM PPM JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

PENELITIAN TINDAKAN KELAS TIM PPM JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS TIM PPM JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI MATERI BAHASAN 1. RASIONAL 2. PENGERTIAN PTK 3. TUJUAN PTK 4. MANFAAT PTK 5. PEMILIHAN DAN PENETAPAN MASALAH DALAM PTK 6. BIDANG KAJIAN PTK

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta A. Pendahuluan Berdasarkan Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan

Lebih terperinci

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Berpikir Kritis (Critical Thinking) Berpikir Kritis (Critical Thinking) What Is Critical Thinking? (Definisi Berpikir Kritis) Kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen Definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Merujuk pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari semua skor rata-rata sub variabel

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Penelitian Proses penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau bentuk lain yang

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

Penelitian Tindakan Kelas. Oleh : Diana Rahmawati, M.Si

Penelitian Tindakan Kelas. Oleh : Diana Rahmawati, M.Si Penelitian Tindakan Kelas Oleh : Diana Rahmawati, M.Si A. Pentingnya Penelitian Tindakan kelas Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan didalam

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Yoyo Mulyana. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Yoyo Mulyana. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Yoyo Mulyana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa JENIS PENELITIAN TERAPAN 1) Penelitian Tindakan Kelas 2) Penelitian Eksperimen Semu 3) Penelitian Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Deskripsi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

MELANJUTKAN PENDIDIKAN GURU KITA. Kata Kunci: pembelajaran, guru, profesional, peak performer

MELANJUTKAN PENDIDIKAN GURU KITA. Kata Kunci: pembelajaran, guru, profesional, peak performer MELANJUTKAN PENDIDIKAN GURU KITA Oleh Agus Wartiningsih (Bahasa Indonesia, PBS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Guru profesional adalah guru yang memilki kemapuan atau keahlian khusus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai 293 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan : Landasan Hidup Religius bentuk-benuk tata cara ibadah seharihari. 2. Akomodasi Tertarik pada kegiatan ibadah seharihari. 3. Tindakan Melakukan

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata 1 1. Standar Kompetensi Dosen yang diangkat dari

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI No. 1 Tahun 2008 Hal PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Ani Widayati 1

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI No. 1 Tahun 2008 Hal PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Ani Widayati 1 JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI No. 1 Tahun 2008 Hal. 87-93 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Ani Widayati 1 Abstrak Kualitas pendidikan nasional masih memprihatinkan dibandingkan negaranegara Asia

Lebih terperinci

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

Profesi dan Profesionalisasi Keguruan. Written by Mudjia Rahardjo Wednesday, 14 April :55 - Last Updated Thursday, 15 April :07

Profesi dan Profesionalisasi Keguruan. Written by Mudjia Rahardjo Wednesday, 14 April :55 - Last Updated Thursday, 15 April :07 (tulisan ini adalah kelanjutan dari artikel yang berjudul Pengembangan Profesionalisme Guru atau dapat anda lihat di link ini: www.mudjiarahardjo.com ) Secara logik, setiap usaha pengembangan profesi (professionalization)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Berprestasi 1. Pengertian Guru Berprestasi Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan Dasar Tingkat Nasional Tahun 2013 yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK SIKAP

PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK SIKAP PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini semakin pesat dan menuntut semua pihak agar bisa dan siap bersaing di era globalisasi. Kenyataan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah sangat strategis. Walaupun perkembangan teknologi cukup pesat, sampai saat ini peranan guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertanyakan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di media

BAB I PENDAHULUAN. dipertanyakan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari di sekolah, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitan yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai dari kurikulum, tenaga kependidikan, kepemimpinan dan managemen sekolah, sarana dan prasarana,

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik. a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, melalui pendidikan lahir sumberdaya manusia terdidik yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dan pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana pendidikan sering

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Aah Ahmad Syahid, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Email: syahid@upi.edu ABSTRAK Analisis kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Kulonprogo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak

I. PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SOSIOLOGI STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SOSIOLOGI STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN KISI-KISI MATERI PLPG SOSIOLOGI NO STANDAR GURU INTI GURU GURU 1 PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 1.1

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan

BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci