LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA. MENGENAL LALAT BUAH Drosophila spp.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA. MENGENAL LALAT BUAH Drosophila spp."

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MENGENAL LALAT BUAH Drosophila spp. Oleh 1. Brilliana Suryani K Jaka Fitriyanta Tri Widayanti Nur Khotimah Ismi Nurhidayah BIOLOGI E 2013 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2 A. Tujuan 1. Mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila sp 2. Dapat membedakan jenis kelamin Drosophila sp 3. Menguji apakah perbandingan : = 1 :1 4. Dapat membuat media pemeliharaan Drosophila sp B. Dasar Teori MENGENAL LALAT BUAH Drosophila sp. Lalat buah adalah serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karasteristik ini menunjukkan lalat buah organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2002). Kebanyakan penemuan di bidang genetika didapatkan melalui penelitian dengan menggunakan lalat tersebut sebagai bahan (Suryo,2004). Pilihan ini tepat sekali karena pertama, lalat ini kecil sehingga suatu populasi yang besar dapat dipelihara dalam laboratorium. Kedua, daur hidup sangat cepat. Tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa yang baru. Ketiga, lalat ini sangat subur yang betina dapat menghasilkan ratusan telur yang dibuahi dalam hidupnya yang pendek itu (Kimball, 2001). Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992): Kingdom Phyllum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Animalia Arthropoda Insecta Diptera Drosophilidae Drosophila Drosophila melanogaster Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya: 1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. 2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm. 2

3 3. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya. 4. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan. 5. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. 6. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah. 7. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk. 8. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam 9. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax (Mutiara,2012). Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain; Jantan Betina 1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina 1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan 2. Sayap lebih pendek dari sayap betina 2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan 3. Terdapat sisir kelamin (sex comb) 3. Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb) 4. Ujung abdomen tumpul dan lebih 4. Ujung abdomen runcing hitam (Zarzen, 2008) Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur larva instar I larva instar II larva instar III pupa imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini. 3

4 Gambar 1. Daur Hidup Drosophila ( Crowder, L. V. 1986: 23 ). Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003) Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Tahap-tahap dari siklus hidup Dhrosophila melanogaster berikut ciri-cirinya, antara lain : Tahapan Ciri-ciri Umur Telur Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 mm, berwarna putih susu, pada ujung anteriornya ± 24 jam terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang berfungsi agar telur tidak tenggelam, biasanya terdapat pada permukaan media. Larva instar 1 Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior. Larva instar 2 Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam untuk makan, memiliki spirakel anterior. ± 2 hari Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3 instar 3 ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak hari seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat dibanding larva instar 2, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa tonjolan pada spirakel anteriornya. Prepupa Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada ± 4 4

5 Pupa Imago dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri; berwarna putih; kutikula keras dan memendek; tanpa kepala dan sayap Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding botol, berwarna coklat, kutikula keras, memendek, dan besegmen. Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen; bersayap transparan; memiliki mata majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya menyerupai ciri lalat buah dewasa hari ± 5 hari ± 9 hari Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut: 1. Suhu Lingkungan Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 18 0 C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar hari. Pada suhu 30 C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril. 2. Ketersediaan Media Makanan Viabilitas dari telur-telur dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972). 3. Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. 4. Intensitas Cahaya Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap. Fase perkembangan lalat buah pertama yang diamati adalah fase telur. Menurut Bursell (1970) dan Strickberger (1962) dalam Utami bahwa Telur D. melanogaster, Meigen berbentuk ovoid dengan adanya sayap air yang mencegah telur agar tidak tenggelam dan terbenam dalam medium semicair. Namun pada 5

6 percobaan ini, praktikan tidak dapat mengamati fase telur dari lalat buah dikarenakan ukuran telur yang sangat kecil berada di permukaan media sehingga sulit dilihat langsung tanpa alat bantu. Pengondisian lingkungan media dengan intensitas cahaya yang rendah, mempercepat proses bertelurnya lalat buah pada media. Pengamatan dilanjutkan pada tahap larva. Menurut Borror, Triplehorn dan Johnson, (1989) dalam Utami bahwa Larva D. melanogaster, Meigen berwarna putih, bersegmen dan bertipe vermiform. Pada segmen kepala dalam prothoraks dan thorasik tidak terdapat lengan. Tubuh berubah meruncing dan menajam pada ujungnya. Kepala berbentuk globular dan mempunyai warna yang sama dengan dada dan perut, dengan lebar lebih pendek daripada prothoraks dan perut. Antena dan ocelli menghilang. Kulitnya pada permulaan stadium tidak begitu kuat tetapi larva kecil muda secara periodik akan menambahkan kulit hingga mencapai ukuran dewasa. Pada beberapa keadaan disebut dengan belatung. Selama tiap periode di antara belatung Selama tiap periode di antara belatung, larva disebut dengan instar. Setiap instar ditunjukkan oleh perbedaan ukuran larva dan jumlah gigi pada kait rahang yang berwarna hitam. Sedangkan perkembangan larva hingga membentuk pupa meliputi reorganisasi seluler dalam differensiasi pertama dari sel epidermal, mulai terjadi differensiasi progresif dari sel somtik dan jaringan menuju kondisi dewasa, pembentukan organ-organ dalam atau alat-alat tambahan untuk dewasa yaitu antena, bagian-bagian mulut, kaki, sayap dan genitalia eksternal. Menurut Ashburner (1985) dalam saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tidak berkepala dan bersayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini juga larva berganti menjadi lalat dewasa. Menurut Shorrocks (1972) bahwa jika kekurangan makanan, jumlah telur yag dikeluarkan Drosophila betina akan menurun. Drosophila yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun seringkali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa yang dapat menjadi dewasa dapat menghasilkan hnaya sedikit telur. 6

7 Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat ferlisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur. Hal tetsebut terjadi dalam waktu sekitar 24 jam. Pada saat seperti itu, larva tidak dapat berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur. Periode ini disebut dengan perkembangan postembrionik. Postembrionik dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan telur perhari dan dapat mencapai buah dalam 10 hari (Silvia, 2003). Menurut Herskowitz (1965) dan Strickberger (1962) dalam Utami bahwa D. melanogaster, Meigen mengalami metamorfosis sempurna selama siklus hidupnya. Walapun fertilisasi biasanya dapat terjadi setelah 24 jam dalam stadium dewasa, peletakan telur umumnya baru dilakukan setelah 2 hari dengan telur setiap hari (kemungkinan maksimum total dalam 10 hari, yang merupakan waktu generasi). Lalat dewasa dapat hidup selama 10 minggu. C. Alat dan Bahan 1. Drosophila melanogaster liar 2. Mikroskop stereo dan binokuler 3. Kaca pembesar 4. Cawan petri 5. Kuas 6. Kaca objek 7. Oven 8. Blender 9. Botol kultur dan tutup dari busa 10. Corong gram daging buah pisang ambon masak cc aquades gram gula merah bungkus agar swallow 15. Fermipan 16. Metil ester 7

8 17. Sorbit acid D. Cara Kerja dan Pengamatan Pembuatan media pemeliharaan lalat buah Cara pembuatan: g daging buah pisang ambon masak dilumatkan dengan blender dengan ditambah secukupnya gram tepung agar-agar dilarutkan dalam 500 cc air, kemudian masak sampai mendidih 3. Masukkan bubur pisang kedalam larutan air & agar yang sedang dimasak 4. Panaskan lagi sampai hampir mendidih dan masukkan sorbit acid dan metal ester 5. Dengan bantuan corong Masukkan medium ke dalam botol biakan yang telah disteril dalam oven 6. Tunggu hingga dingin lalu tutup dengan sumbat busa yang bersih. Penangkapan lalat buah di alam 1. Siapkan botol selai atau sejenisnya yang bersih 2. Masukkan potongan buah yang masak 3. Letakkan ditempat terbuka, dijaga jangan sampai ada semut yang masuk 4. Setelah sehari atau beberapa hari, akan ada lalat buah yang masuk 5. Tutuplah botol dengan kain setelah jumlah lalat yang masuk ke dalam botol cukup banyak 6. Ikatlah kain penutup dengan karet atau rapia 7. Pindahkan lalat pada botol biakan yang berisi media Eterisasi Untuk pengamatan dan penghitungan lalat buah harus dibius dulu, zat kimia yang biasa dipakai adalah etil asetat atau dietil eter Cara pembiusan : 1. Sentakan botol pada telapak tangan secara perlahan, supaya lalat buah yang menempel pada tutup busa dapat jatuh kebawah 2. Pindahkan lalat buah ke botol kosong dengan menempelkan kedua tutup botol 3. Tutup botol berisi lalat buah dengan sumbat busa 4. Masukkan kapas yang telah ditetesi eter kedalam botol berisi lalat melalui sela-sela sumbat busa 5. Setelah lalat terbius, pindahkan kedalam cawan petri 6. Lakukan pengamatan dengan cepat apabila pengamatan belum selesai lalat sudah sadar, lakukan pembiusan sekali lagi 8

9 7. Setelah pengamatan, lalat dimasukkan kembali pada botol medium semula Pengamatan 1. Pengamatan jenis kelamin - Amati lalat buah yang telah ditangkap - Bedakan jenis kelamin lalat betina dan jantan. 2. Pengamatan siklus hidup lalat buah - Pelihara 3 pasang lalat buah dalam botol yang berisi media - Beri catatan pada botol :tanggal mulai pemeliharaan, nama kelompok - Amati perubahan yang terjadi setiap hari, misalnya terdapat telur, larva instar 1,2,3, prapupa, pupa, pigmentasi pupa dan keluarnya lalat dewasa Setelah terbentuk pupa, keluarkan lalat parental dari dalam botol 3. Pengamatan jumlah lalat jantan dan betina dan enghitung perbandingan jenis kelamian - Amati imago yang terbentuk setiap hari - Pisahkan lalat jantan dan betina pada botol biakan yang berbeda - Hitung perbandingan jenis kelamin dengan uji X 2 E. Hasil Ujung abdomen Ukuran tubuh Sex comb (sisir kelamin) Rumus test ² (chi-square test) Lalat Betina Memanjang dan meruncing Lebih besar Tidak ada Lalat Jantan Membulat Lebih kecil Terdapat pada permukaan distal dari tarsus terakhir dari kaki depan. k 2 2 ( i i ) i 1 o e e i Dimana : o = hasil data yang diperoleh e = hasil data yang diharapkan 9

10 d = penyimpangan = selisih dari data hasil yang diperoleh dengan yang diharapkan = jumlah dari hasil perhitungan Tabel hasil pengamatan lalat buah dan Lalat jantan Lalat betina perhitungan Ratio Hasil Hasil yang Fenotip Penyimpangan Pengamatan Diharapkan yang (d)= (o-e) = (o) = (e) Diharapkan d 2 d 2 / e 1/2 ( ) 35 ½ x 81= 40,5-5,5 (-0,5) 36 36/40,5= 0,889 1/2 ( ) 46 ½ x 81= 40,5 +5,5 (-0,5) 25 25/40,5= 0,617 Total 81 X 2 = 1,506 Derajat kebebasan = n-1, n yaitu jumlah fenotip yang dijumpai Derajat kebebasan = 2-1 = 1 F. Pembahasan Praktikum pada percobaan yang berjudul Mengenal Lalat Buah Drosophila sp. yang dilakukan pada hari Rabu, 11 Maret 2014 di Laboratorium FMIPA UNY mempunyai tujuan mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila sp., dapat membedakan jenis kelamin Drosophila sp., menguji apakah perbandingan : = 1:1, dan dapat membuat media pemeliharaan Drosophila sp. Drosophila sp. adalah jenis serangga yang umumnya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah (Neil A. Campbell, 2002: 281). Klasifikasi Drosophila: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera 10

11 Famili : Drosophilidae Genus : Drosophila Spesies : Drosophila melanogaster (Borror, 1992: 273) Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, terdapat 3 macam percobaan, pertama pengamatan terhadap morfologi lalat buah Drosophila sp. untuk menentukan jenis kelamin Drosophila sp. Pada percobaan ini lalat buah Drosophila sp. yang telah didapatkan di dalam botol jam dibius menggunakan eter hingga pingsan, setelah pingsan lalat buah dipindahkan ke dalam cawan petri dan diamati menggunakan kaca pembesar (loup) atau diamati menggunakan mikroskop. Beberapa pengamatan yang digunakan untuk membedakan lalat buah jantan dan betina antara lain ujung abdomen, ukuran tubuh, dan sex comb (sisir kelamin). Berdasarkan hasil pengamatan, pada Drosophila jantan ujung abdomen membulat, ukuran tubuh lebih kecil, dan terdapat sex comb (sisir kelamin) pada permukaan distal dari tarsus terakhir dari kaki depan. Sedangkan Drosophila betina mempunyai ujung abdomen yang memanjang dan meruncing, ukuran tubuh lebih besar, dan tidak mempunyai sex comb (sisir kelamin). Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Borror bahwa ciri-ciri yang membedakan lalat buah jantan maupun betina adalah pada ukuran tubuh, panjang sayap, bentuk abdomen, dan ada tidaknya sex comb. Dengan adanya ciri-ciri tersebut sehingga dapat dibedakan antara lalat buah jantan atau betina. Setelah lalat buah Drosophila dapat dibedakan antara jantan dan betina kemudian lalat buah tersebut dimasukkan ke dalam botol jam yang telah terisi media dengan perbandingan : = 1:1 yang kemudian diamati siklus hidupnya. Percobaan ini menggunakan lalat buah Drosophila sp., mengingat keuntungan lalat buah ini sebagai objek percobaan genetika karena siklus hidup yang cukup pendek, jumlah anakan yang cukup banyak, pemberian kondisi waktu pemeliharaan yang tidak perlu steril, dan membutuhkan media yang sederhana (pisang yang dihasulkan). Sebelum melakukan proses pemeliharaan untuk mengamati siklus hidup lalat buah, dilakukan proses penyiapan media pemeliharaan Drosophila sp. Media yang digunakan pada percobaan kali ini adalah buah pisang yang dihaluskan dengan komposisi bahan baku media sebagai berikut 500 gr daging buah pisang, 550 cc 11

12 aquadest, 150 gr gula merah, 1 bungkus agar-agar, 1 bungkus fermipan, sorbic acid (anti serangga), dan methyl ester. Pertama, daging buah pisang dan aquadest dihasulkan dengan menggunakan blender hingga menjadi bubur. Selanjutnya memasak gula merah, agar-agar, dan bubur pisang sampai mendidih, lalu masukan sorbic acid dan methyl ester. Media pemeliharaan diletakan sebanyak ±1/6 dari botol media. Pengamatan dimulai pada tanggal 11 Maret 2015 dengan meletakkan lalat buah parental sebanyak 3 pasang, yang terdiri dari 3 ekor betina dan 3 ekor jantan pada media baru. Sebelum meletakkan lalat tersebut pada media, praktikan memastikan perbandingan jumlah jantan dan betina yang akan dipelihara sama (1:1). Dengan ciri perbedaan lalat buah yang mudah diamati secara yaitu ukuran tubuh lalat betina lebih besar dari pada jantannya, dan ujung abdomennya yang meruncing. Sedangkan yang jantan ujung abdomen membulat dengan warna gelap. Selama proses pengamatan media diletakan pada suhu ruang (27-28 o C) dengan intensitas cahaya yang rendah, karena faktor klimat ini akan menentukan lama periode siklus hidup lalat buah. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengamati fase perubahan telur, larva instar 1,2,3, prepupa, pupa, pigmentasi pupa dan keluarnya lalat dewasa. Fase perkembangan lalat buah pertama yang diamati adalah fase telur. Menurut Bursell (1970) dan Strickberger (1962) dalam Utami bahwa Telur D. melanogaster, Meigen berbentuk ovoid dengan adanya sayap air yang mencegah telur agar tidak tenggelam dan terbenam dalam medium semicair. Namun pada percobaan ini, praktikan tidak dapat mengamati fase telur dari lalat buah dikarenakan ukuran telur yang sangat kecil berada di permukaan media sehingga sulit dilihat langsung tanpa alat bantu. Pengondisian lingkungan media dengan intensitas cahaya yang rendah, mempercepat proses bertelurnya lalat buah pada media. Pengamatan dilanjutkan pada tahap larva. Menurut Borror, Triplehorn dan Johnson, (1989) dalam Utami bahwa Larva D. melanogaster, Meigen berwarna putih, bersegmen dan bertipe vermiform. Pada segmen kepala dalam prothoraks dan thorasik tidak terdapat lengan. Tubuh berubah meruncing dan menajam pada ujungnya. Kepala berbentuk globular dan mempunyai warna yang sama dengan dada dan perut, dengan lebar lebih pendek daripada prothoraks dan perut. Antena dan ocelli menghilang. Kulitnya pada permulaan stadium tidak begitu kuat tetapi larva kecil muda secara 12

13 periodik akan menambahkan kulit hingga mencapai ukuran dewasa. Pada beberapa keadaan disebut dengan belatung. Selama tiap periode di antara belatung Selama tiap periode di antara belatung, larva disebut dengan instar. Setiap instar ditunjukkan oleh perbedaan ukuran larva dan jumlah gigi pada kait rahang yang berwarna hitam. Sedangkan perkembangan larva hingga membentuk pupa meliputi reorganisasi seluler dalam differensiasi pertama dari sel epidermal, mulai terjadi differensiasi progresif dari sel somtik dan jaringan menuju kondisi dewasa, pembentukan organ-organ dalam atau alat-alat tambahan untuk dewasa yaitu antena, bagian-bagian mulut, kaki, sayap dan genitalia eksternal. Pada pengamatan munculnya tahap larva instar ini muncul sekitar sehari (±24 jam) setelah peletakkan lalat buah parental pada media. Diduga pada percobaan ini, lalat buah parental yang digunakan sudah mencapai usia lalat dewasa, sehingga memasuki masa reproduktifnya atau sebelum lalat betina diletakkan pada media sudah mengalami pembuahan (fertilisasi) dan bertelur pada media. Pada tahap instar 1 yang diamati larva pada tahap ini berbentuk lonjong pipih seperti cacing dengan ukuran ±1 mm berwarna putih dan aktivitas bergeraknya rendah. Menurut literature pada tahap instar 1 memiliki ciri-ciri berbentuk lonjong pipih, bewarna putih bening, berukuran ±1 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior. Namun pada pengamatan, praktikan tidak dapat mengamati segmentasi dan spirakel pada bagian anteriornya karena larva instar 1 yang berukuran kecil. Tahap pengamatan selanjutnya yaitu mengamati fase instar 2 dari larva lalat buah. Berdasarkan pengamatan fase ini muncul setelah 48 jam (2 hari) kemudian dari fase instar 1. Pada larva instar 2 ini tidak jauh beda dengan instar 1 namun ukuran dan aktivitas bergerak larva yang bertambah, serta pada bagian ujung anterior (mulut) bewarna hitam. Memasuki tahap instar 3 setelah 24 jam kemudian setelah instar 2. Perbedaan larva pada tahap ini ukurannya jauh lebih besar mencapai 3-5 mm dan aktivitas bergeraknya lebih aktif pada permukaan maupun dinding botol media. Selain itu pada tahap ini juga jelas teramati segmentasi pada bagian tubuh larva serta pada bagian mulutnya yang bewarna hitam, yang menurut literature bagian itu merupakan gigi. 13

14 Pada fase larva ini, larva lalat buah aktif melakukan aktivitas makan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan ketika memasuki tahap pupa (tidak aktif). Fase berikutnya yaitu fase pupa. Perubahan larva instar 3 menjadi pupa sekitar 48 jam. Pupa yang diamati menempel pada dinding botol media yang kering, tidak jauh dari permukaan media. Pupa bewarna coklat dengan bentuk lonjong sedikit membulat. Namun pada penelitian tidak teramati fase prepupa dan pigmentasi pupa. Menurut Ashburner (1985) dalam saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tidak berkepala dan bersayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini juga larva berganti menjadi lalat dewasa. Fase yang terakhir yaitu fase imago, fase ini terjadi kurang lebih pada hari kedelapan. Ciri dari imago hamper menyerupai ciri-ciri umum lalat buah dewasa (parental). Perbedaan yang terdapat antara imago dengan lalat buah dewasa adalah ukurannya yang lebih kecil dan warna imago yang masih keabu-abuan (pucat), serta sayapnya yang belum terbentang. Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mengamati perkembangan lalat buah dari telur hingga imago pada suhu kamar akan memakan waktu selama 8 hari. Siklus hidup lalat buah Drosophila sp. sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti temperature, pemberian intensitas cahaya dan media. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya yaitu suhu lingkungan, ketersediaan makanan, tingkat kepadatan botol pemeliharaan, dan intensitas cahaya. Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar o C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 18 o C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar hari. Pada suhu 30 o C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril. Ketersediaan makanan juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan Drosophila. Menurut Shorrocks (1972) bahwa jika kekurangan 14

15 makanan, jumlah telur yag dikeluarkan Drosophila betina akan menurun. Drosophila yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun seringkali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa yang dapat menjadi dewasa dapat menghasilkan hnaya sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina. Tingkat kepadatan di botol mempengaruhi pertumbuhan Drosophila. Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakkan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak. Dalam kondisi ideal, yaitu tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat), Drosophila melanogaster dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi yang terdiri dari dua periose. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat ferlisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur. Hal tetsebut terjadi dalam waktu sekitar 24 jam. Pada saat seperti itu, larva tidak dapat berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur. Periode ini disebut dengan perkembangan postembrionik. Postembrionik dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan telur perhari dan dapat mencapai buah dalam 10 hari (Silvia, 2003). Menurut teori, metamorphosis sempurna yang terjadi pada lalat buah akan melakukan aktivitas makan pada hari ke 8 15 atau 24 jam setelah fase imago untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang perlukan lalat buah muda untuk tumbuh. Menurut Herskowitz (1965) dan Strickberger (1962) dalam Utami bahwa D. melanogaster, Meigen mengalami metamorfosis sempurna selama siklus hidupnya. Walapun fertilisasi biasanya dapat terjadi setelah 24 jam dalam stadium dewasa, peletakan telur 15

16 umumnya baru dilakukan setelah 2 hari dengan telur setiap hari (kemungkinan maksimum total dalam 10 hari, yang merupakan waktu generasi). Lalat dewasa dapat hidup selama 10 minggu. Setelah lalat buah Drosophila dapat dibedakan antara jantan dan betina kemudian dihitung jumlah lalat buah jantan dan betina untuk mengetahui apakah perbandingan lalat buah : = 1:1. Dari hasil pengamatan diperoleh lalat jantan sejumlah 35 dan lalat betina sejumlah 46. Berdasarkan uji X 2 dengan derajat kebebasan 1 diperoleh nilai X 2 = 1,506. Pada tabel X 2, nilai itu terletak antara kolom nilai kemungkinan 0,10 dan 0,30. Berarti data percobaan yang diperoleh baik, dan dapat dianggap sesuai dengan perbandingan 1 : 1. Karena pada tabel X 2, nilai X 2 yang diperoleh berada pada kolom di bawah nilai kemungkinan 0,05 ke kiri, yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh baik. G. Diskusi 1. Botol biakan yang telah berisi lalat ditutup dengan kain atau busa plastik supaya lalat yang sudah ada di dalam botol tidak keluar atau adanya hewan dari luar yang masuk. 2. Lalat yang dipelihara pada temperatur lebih rendah mempunyai siklus yang lebih panjang karena pada temperatur rendah metabolisme lalat berjalan lebih lambat sehingga siklus hidup lebih panjang. 3. Fungsi tegosept dalam media pemeliharaan adalah untuk anti jamur yaitu mencegah pertumbuhan jamur. 4. Fungsi kertas saring yang diletakkan pada media adalah untuk menyerap kelebihan air. H. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan mengenali lalat buah Drosophila sp. melalui pengamatan terhadap siklus hidupnya adalah lama waktu siklus hidup Drosophila sp. yang diamati dari dewasa hingga menghasilkan imago memerlukan waktu sekitar 7 10 hari. Drosophila sp. mengalami metamorphosis sempurna dengan tahapan-tahapan; telur larva instar 1 larva instar 2 larva instar 3 prepupa pupa imago. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada 16

17 siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya yaitu suhu lingkungan, ketersediaan makanan, tingkat kepadatan botol pemeliharaan, dan intensitas cahaya I. Daftar pustaka Ashburner Michael Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring Harbor Laboratory Press. Borror, Donald J,dkk Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: UGM Pers. Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Chairunnissa, Mutiara Pengamatan Drosophila melanogaster. Crowder, L. V Genetika. Diterjemahkan oleh Ir. Lilik Kusdiarti, M. Sc. Yogyakarta : UGM- Press. Kimball, J.W Biologi. Jakarta: Erlangga. Listiani, endang Pengaruh Alel Ganda Pada Tubuh Manusia (Golongan Darah Dan Rambut Pada Jari. Di akses melalui n_darah_dan_rambut_pada_jari tanggal 2 maret 2014 pukul 9:32 WIB Shorrocks B Drosophila. London : Ginn & Company Limited. Silvia Triana Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung: Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran. Suryo 1984.Genetika Manusia. Yogyakarta : UGM press.1996.genetika. departemen pendidikan dan kebudayaan : dirjen dikti Tim, genetika Petunjuk Praktikum Genetika. Yogyakarta : UNY Utami, Sri Lestari. Studi Pendahuluan Analisis Mutasi Pada Penyinaran Dengan Sinar Ultraviolet Terhadap Larva Drosophila melanogaster, Meigen. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya: Surabaya. 17

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster

SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster KELOMPOK VII KELAS A Azki Afidati Putri Anfa (1410422025), Josano Rehan Dhani (1410422020), Merini Apriliani (1410422043), Ratna Suleka (1410421035), Rifta Septiavi

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum BIC 124

Petunjuk Praktikum BIC 124 Petunjuk Praktikum BIC 124 Disusun Oleh : Victoria Henuhili Suratsih Paramita CK Jurdik Biologi FMIPA UNY 2012 NAMA NIM ALAMAT : : : victoria@uny.ac.id Page 1 Kata Pengantar Petunjuk praktikum Genetika

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 2 Petunjuk Praktikum Genetika Dasar TATA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan data, menganalisis

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama (Bractrocera dorsalis) Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

MEDIA BIAKAN ALAMI SEBAGAI REFERENSI PEMBELAJARAN PADA MATAKULIAH PERKEMBANGAN HEWAN

MEDIA BIAKAN ALAMI SEBAGAI REFERENSI PEMBELAJARAN PADA MATAKULIAH PERKEMBANGAN HEWAN Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 1, No. 1, Ed. April 2013, Hal. 1-66 PERKEMBANGAN METAMORPHOSIS LALAT BUAH (Drosophilla melanogaster) PADA MEDIA BIAKAN ALAMI SEBAGAI REFERENSI PEMBELAJARAN PADA MATAKULIAH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

Nisbah Kelamin pada Persilangan Homogami I Wayan Karmana 13

Nisbah Kelamin pada Persilangan Homogami I Wayan Karmana 13 NISBAH KELAMIN PADA PERSILANGAN HOMOGAMI D. melanogaster STRAIN NORMAL (N),WHITE (w), DAN SEPIA (Se) ABSTRAK I WAYAN KARMANA FPMIPA IKIP Mataram Pada D. melanogaster sering terjadi penyimpangan nisbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

Musca domestica ( Lalat rumah)

Musca domestica ( Lalat rumah) PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

PERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA PERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA Eko Sri Wahyuni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5 1. Pada siklus hidup hewan tertentu, terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk tubuh ini disebut...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2010, bertempat di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

ABSTRAK. RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA

ABSTRAK. RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA ABSTRAK RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA Nirmala Fitria Firdauzi, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Lebih terperinci

3 MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Nyamuk Uji 3.3 Metode Penelitian

3 MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Nyamuk Uji 3.3 Metode Penelitian 3 MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Insektarium, Laboratorium Entomologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit

Lebih terperinci

STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DAN STRAIN VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp)

STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DAN STRAIN VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp) Jurnal ßIOêduKASI ISS : 23014678 Vol 1 o (2) Maret 2013 STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILAGA Drosophila melanogaster STRAI SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DA STRAI VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp) 1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

PENGAMATAN DROSOPHILA MELANOGASTER NORMAL DAN MUTAN- MUTANNYA

PENGAMATAN DROSOPHILA MELANOGASTER NORMAL DAN MUTAN- MUTANNYA Laporan Praktikum Genetika PENGAMATAN DROSOPHILA MELANOGASTER NORMAL DAN MUTAN- MUTANNYA Anggun Aiyla Nova*, A.P. Pridyantari, A.N. Sasangka, C. Guslyani, D.J. Carlos, I. Murdyanto, N.A Rikmawati, R. Julia,

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI GELAP DAN MACAM STRAIN TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N, wb, dan tx LAPORAN PENELITIAN

PENGARUH KONDISI GELAP DAN MACAM STRAIN TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N, wb, dan tx LAPORAN PENELITIAN PENGARUH KONDISI GELAP DAN MACAM STRAIN TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N, wb, dan tx LAPORAN PENELITIAN disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika II

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN. Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN. Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014 LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014 disusun oleh: Jessica Esther 10613067 Kelompok 5 Asisten: Mia Audina (10611026)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes sp 1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp Nyamuk Aedes sp secara umum mempunyai klasifikasi (Womack, 1993), sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Upagenus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR LALAT BUAH (Drosophila melanogaster Meigen) JANTAN TERHADAP NISBAH KELAMIN

PENGARUH UMUR LALAT BUAH (Drosophila melanogaster Meigen) JANTAN TERHADAP NISBAH KELAMIN PENGARUH UMUR LALAT BUAH (Drosophila melanogaster Meigen) JANTAN TERHADAP NISBAH KELAMIN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Sarjana Sains (S1)

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

A. Judul: Alel Ganda. B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda. dan menentukan genotipnya sendiri.

A. Judul: Alel Ganda. B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda. dan menentukan genotipnya sendiri. A. Judul: Alel Ganda B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda C. Latar belakang dan menentukan genotipnya sendiri. Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan 15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

nyamuk bio.unsoed.ac.id

nyamuk bio.unsoed.ac.id III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan penelitian di Lab. Parasitologi dan Entomologi Mengamati keadaan rumah yang akan diambil sampel nyamuk Aedes spp. meliputi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan 12 BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu dan Laboratorium Entomologis Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

Studi Keanekaragaman Drosophila Sp. di Kota Jambi. (Diversity of Drosphila sp at the Jambi City) Jodion SIBURIAN 1) Mendalo Darat KM.

Studi Keanekaragaman Drosophila Sp. di Kota Jambi. (Diversity of Drosphila sp at the Jambi City) Jodion SIBURIAN 1) Mendalo Darat KM. Siburian. Studi Keragaman Drosophila... Studi Keanekaragaman Drosophila Sp. di Kota Jambi (Diversity of Drosphila sp at the Jambi City) Jodion SIBURIAN 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hasil identifikasi dengan menggunakan preparat mikroskop pada kantung pupa kutukebul berdasarkan kunci identifikasi Martin (1987), ditemukan ciri morfologi B. tabaci

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aedes sp Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Super Class Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti dilakukan pada bulan Maret 2010 dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Tahapan hidup C. trifenestrata terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago. Telur yang fertil akan menetas setelah hari kedelapan, sedang larva terdiri dari lima

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci