SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster
|
|
- Hendra Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster KELOMPOK VII KELAS A Azki Afidati Putri Anfa ( ), Josano Rehan Dhani ( ), Merini Apriliani ( ), Ratna Suleka ( ), Rifta Septiavi ( ) ABSTRAK Praktikum Siklus Hidup D. melanogaster dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April di Laboratorium Genetika dan Biologi Sel, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui fase-fase dalam siklus hidup Drosophila melanogaster dan lama masing-masing fase. Metode digunakan adalah dengan pengamatan secara langsung siklus hidup Drosophila melanogaster dibiakkan didalam botol bening. Hasil didapatkan adalah dihasilkan telur dalam waktu ±24 jam lalu telur berkembang menjadi larva instar I ±24 jam. lalu selama rentang waktu ±24 jam larva Instar I berkembang menjadi larva instar II, lalu dalam rentang waktu ±24 jam larva Instar II berkembang menjadi larva instar III. Setelah ±48 jam larva instar III berkembang menjadi pupa. Kemudian ±48 jam pupa berkembang menjadi Imago. Kata Kunci: Drosophila melanogaster, larva, lalat buah, pupa PENDAHULUAN D. melanogaster merupakan objek sering digunakan dalam penelitian Genetika dan ilmu biologi lainnya karena mudah dikembangbiakkan dan juga mudah didapatkan di alam bebas. D.melanogaster biasanya ditemukan pada buah-buahan sudah ranum. Hal ini dikarenakan makanan lalat buah adalah jamur tumbuh pada buah. Biasanya untuk melakukan pengamatan tentang D.melanogaster dibuat sebuah medium sebagai tempat pemeliharaan D.melanogaster tersebut dapat memudahkan melakukan pengamatan tentang lalat buah khususnya mengenai siklus lalat buah. Karena tanpa suatu medium, setiap fase pada siklus hidup D. melanogaster sulit diamati. D. melanogaster merupakan salah satu hewan sering digunakan sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910-an. D. melanogaster berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat dapat ditemui di sekitar buah-buahan sudah mulai membusuk. Selain itu, lalat buah ini termasuk pada sub-ordo Cyclophorpha, pengelompokkan lalat pada pupanya terdapat kulit, dan termasuk dalam seri Acaliptra (imago menetas dan keluar dari bagian interior pupanya). Lalat buah sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah lalat ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta, hypocausta, dan imigran (Yatim, 1996). D. melanogaster,sejenis serangga biasa umumnya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamur tumbuh pada buah. D. melanogaster merupakan serangga mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi baru dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karasteristik ini menunjukkan lalat buah
2 organisme cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2002). Adapun ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya, warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang, berukuran kecil, antara 3-5 mm, urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian terinteruptus dekat dengan tubuhnya, sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan, mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah, terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk. Kepala berbentuk elips, thorax berbulubulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen lima dan bergaris hitam, sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax (Ashburner, 1989). D. melanogaster mempunyai empat stadium metamorfosis, yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Telur lalat buah berbentuk bulat panjang, berwarna putih. Telur tersebut akan mengalami perkembangan selama kurang lebih 24 jam dan menetas menjadi larva (Hartati, 2008). D. melanogaster melalui tiga tahapan larva, dimana larva makan, tumbuh, dan larva berganti kulit. Apabila larva sudah dewasa, kemudian akan keluar dari buah dan memasuki stadium pupa tepat di bawah permukaan tanah. Setelah itu keluarlah serangga muda (imago) kemudian menjadi dewasa (Campbell, 2003). Kebanyakan penemuan di bidang genetika didapatkan melalui penelitian dengan menggunakan lalat tersebut sebagai bahan, dikarenakan lalat ini kecil sehingga suatu populasi besar dapat dipelihara dalam laboratorium, daur hidup sangat cepat, tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa baru, lalat ini sangat subur dapat menghasilkan ratusan telur dibuahi dalam hidupnya pendek itu (Kimball, 2001). Selain itu, D. melanogaster dapat menghasilkan 20 hingga 25 generasi tiap tahun. Seekor D. melanogaster dapat bertelur ribuan kali semasa hidupnya. Organisme dengan jumlah keturunan besar itu memenuhi persyaratan sebagai materi percobaan genetika. D. melanogaster memiliki kromosom ukurannya relatif besar dan jumlahnya hanya empat pasang. Penanganan kultur lalat buah sangat mudah dilakukan dan hanya dengan menggunakan media dengan komposisi dan pembuatan dan berkembang biak dengan cepat (Susanto, 2011). Oleh karena itu, praktikum siklus hidup D. melanogaster penting dilakukan. Tujuan Praktikum adalah untuk mengetahui fase - fase dalam siklus D. melanogaster dan lama masing - masing fase.
3 METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Genetika tentang Siklus Hidup D. melanogaster dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April di Laboratorium Genetika dan Biologi Sel, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Metode digunakan adalah dengan pengamatan langsung D. melanogaster selama 7 hari. Alat dan Bahan Adapun alat digunakan yaitu botol kultur dengan jarum, pinset, karet gelang, kasa dan botol kaca. Sedangkan bahan digunakan yaitu pisang atau papaya, tepung, dan D. melanogaster. Cara Kerja Drosophila akan diamati ditangkap di daerah tempat tinggal praktikan. Diletakkan pada botol kultur berisikan makanan pengumpan ditempat banyak makanannya, seperti ruang makan, dapur atau tempat sampah. Setelah terlihat adanya beberapa lalat terjebak, botol ditutup dan dicatat tanggal dan jam penangkapan tersebut. Diamati dan dicatat waktu dan tanggal munculnya telur, larva, pupa dan imago. Kemudian dibandingkan dengan siklus hidup D. melanogaster pada suhu 25 0 C. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil didapatkan dari pengamatan telah dilakukan maka didapatkan hasil: Tabel 1. Pengamatan Siklus Hidup D.melanogaster No Hari/tanggal Fase Jumlah Ciri ciri Keterangan 1. Kamis/ Belum lengkap 5 2. Jum at/ Dewasa ±15 jantan Jantan: Berukuran, memiliki ujung. ±15 Berukuran lebih jantan, memiliki ujung. pasang 3. Sabtu/ Telur ±3 Telur: Berwarna bening, memiliki Larva instar ±6 Larva : 1 Larva berwarna memiliki segmen. Ukuran
4 Larva instar 2 tubuh lebih kecil dari dan ±6 Larva : larva berwarna putih memiliki segmen, memiliki ujung, ukuran tubuh membesar Dewasa ±15 jantan Jantan: Berukuran, memiliki ujung. ±15 Berukuran lebih jantan, memiliki ujung. 4. Minggu/ Telur ±10 Telur: Berwarna bening, memiliki Larva instar ±6 Larva : 1 Larva berwarna memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari dan Larva instar ±10 Larva : 2 larva berwarna putih memiliki segmen, memiliki ujung, ukuran tubuh membesar Larva instar ±2 Larva : 3 larva berwarna memiliki, ujung, ukuran tubuh dan 2 Pupa ±3 Pupa: Bentuknya keras, berwarna kecoklatan Dewasa ±15 jantan Jantan: Berukuran
5 , memiliki ujung. ±15 Berukuran lebih jantan, memiliki ujung. 5. Senin/ Telur ±50 Telur: Berwarna bening, memiliki Larva instar ±10 Larva : 1 Larva berwarna memiliki segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari dan Larva instar ±20 Larva : 2 larva berwarna putih memiliki segmen, memiliki ujung, ukuran tubuh membesar Larva instar ±20 Larva : 3 larva berwarna memiliki, ujung, ukuran tubuh dan 2 Pupa ±10 Pupa: Bentuknya keras, berwarna kecoklatan Dewasa ±15 jantan Jantan: Berukuran, memiliki ujung. Larva keluar botol ±20. Pupa keluar botol ±5. ±15 Berukuran lebih jantan, memiliki ujung. 6. Selasa/ Telur ±100 Telur: Berwarna bening, memiliki Larva instar ±25 Larva : 1 Larva berwarna memiliki
6 Larva instar 2 segmen. Ukuran tubuh lebih kecil dari dan ±30 Larva : larva berwarna putih memiliki segmen, memiliki ujung, ukuran tubuh membesar Larva instar ±32 Larva : 3 larva berwarna memiliki, ujung, ukuran tubuh dan 2 Pupa ±40 Pupa: Bentuknya keras, berwarna kecoklatan Dewasa ±15 jantan Jantan: Berukuran, memiliki ujung. Pupa keluar botol ±5 Pengamatan ini telah dilakukan selama seminggu terhitung mulai hari rabu 30 Maret (membuat media) hingga hari rabu 05 April. Pada hari Jumat 01 April, didapatkan ±5 pasang Drosophila melanogaster pada medium botol pertama dan botol kedua. Fase didapat yakni fase dewasa jantan dan. Perbedaan jantan dan dari Drosophila melanogaster menurut Borror (1992), yakni pada jantan, ukuran tubuh, sayap lebih pendek dari sayap, terdapat sisir kelamin (sex comb), dan ujung abdomen tumpul dan lebih hitam. Sedangkan pada, ukuran tubuh lebih besar dari jantan, sayap lebih panjang dari sayap jantan, tidak terdapat sisir kelamin (sex comb), dan ujung abdomen runcing. Pada pengamatan Drosophila melanogaster dihasilkan telur berwarna bening dan memiliki kait berfungsi sebagai pengapung untuk mencegah agar tidak tenggelam ke dalam makanan berbentuk agak encer. Dapat dilihat dengan mata telanjang. Tahap telur berlangsung selama lebih kurang 24 jam. Hal ini didukung oleh pendapat Yatim (1996), D. melanogaster baru akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan demikian, hewan sudah dapat bertelur keesokkan harinya. Seekor Drosophila melanogaster sanggup menghasilkan sekitar butir telur sehari sekitar telur dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu, bentuk bulat panjang berukuran sekitar 0,5 mm 2.
7 Pada fase larva, dari pengamatan ditemukan bahwa larva memiliki bentuk seperti ulat, berwarna putih, dan memiliki ujung pada fase dan, serta ukuran tubuh semakin besar pada fase dan. Menurut Asburner (1989), larva berwarna. Mulut berwarna hitam dan bertaring. Larva hidup di dalam makanan dan aktivitas makannya sangat tinggi. Pada tahap larva terjadi dua kali pergantian kulit, dan periode di antara masa pergantian kulit dinamakan stadium instar Pada instar pertama ditemukan berada pada permukaan media dan ada juga berada di dinding botol kaca. Ukuran tubuh larva stadium ini masing sangat kecil, memiliki warna putih, serta memiliki segmen. Menurut Silvia (2003), Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Pada ruas-ruasnya terdiri atas 4-5 segmen. Pada larva instar kedua ditemukan banyak terdapat pada dinding botol kaca dan banyak juga di atas media. Ukuran tubuh larva ini sedikit lebih larva. Menurut Suryo (1984), Pada larva pada terdiri atas 5-8 segmen. besar dan panjang sekitar ±1,5 mm. D. melanogaster berada dalam bentuk larva instar dua selama 1 hari, kemudian mengalami pembesaran, dimana bagian tubuhnya menjadi lebih jelas. Pada larva banyak ditemukan pada dinding botol kaca. Larva pada stadium ini lebih aktif bergerak hingga banyak dari larva stadium ini berhasil menembuh kain kasa dan keluar dari botol. Menurut Mulyanti (2005) Larva Instar II berubah menjadi larva instar III dalam rentang waktu 24 jam. Ukuran menjadi lebih besar sekitar 1,5 mm, sangat aktif dan dapat terlihat berjalan di dinding botol. Sesudah pergantian kulit kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Menurut Silvia (2003), pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada D. melanogaster, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar, dari larva ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago. Tahap larva ini berlangsung ±3 hari. Pupa ditemukan pada hari keempat, pupa berbentuk seperti silinder memiliki kutikula keras dan warnanya kecoklatan. Menurut Hartati (2008), pupa memiliki kutikula keras dan memiliki warna gelap. Tahap pupa berlangsung sekitar 2 hari. Lalat dewasa baru keluar dari pupa sayapnya belum mengembang, dan tubuhnya berwarna bening. Keadaan ini akan berubah dalam beberapa jam. Untuk mencapai tahap imago diperlukan waktu selama 24 jam Pada pengamatan tidak dapat ditentukan bagaimana fase imago dari Drosophila melanogaster. Hal tersebut dikarenakan kurang jelinya praktikan melakukan pengamatan dan juga
8 populasi terlalu pada dalam media sehingga menyulitkan pengamatan. Menurut Silvia (2003), setelah delapan hingga sebelas hari, pupa akan berubah menjadi imago. Imago lalat buah ratarata berukuran 0,7mm x 0,3mm dan terdiri atas kepala, toraks dada, dan abdomen. Toraks terdiri atas 3 ruas; berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan memiliki sepasang sayap. Pada B. dorsalis complex, biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan. Setelah melewati fase-fase tersebut menunjukkan bahwa lalat buah tersebut telah melakukan metamorfosis secara sempurna perkembangan dimulai setelah terjadi fertilisasi, terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhentiberhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari KESIMPULAN Berdasarkan praktikum telah dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan : 1. Pada percobaan D. melanogaster memiliki siklus hidup telur - larva - larva - larva instar 3 pupa imago - dewasa. 2. Telur dalam waktu ±24 jam lalu telur berkembang menjadi larva instar I ±24 jam. lalu selama rentang waktu ±24 jam larva Instar I berkembang telur dan disebut perkembangan postembrionik dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Pada pengamatan siklus hidup D. melanogaster terlebih dahulu dibuat medium sebagai tempat hidupnya. Namun, terjadi beberapa kendala dalam pemeliharaan lalat buah seperti adanya beberapa larva keluar dari botol kaca. Hal ini terjadi dikarenakan kepadatan botol medium menjadi alasan dari keluarnya larva dari medium. Menurut Shorrocks (1972), botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah cukup dan tidak terlalu padat. Kondisi ideal dimana terisi cukup ruang (tidak terlalu padat), individu dewasa dapat hidup kurang lebih 40 hari. Namun, apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa. menjadi larva instar II, lalu dalam rentang waktu ±24 jam larva Instar II berkembang menjadi larva instar III. Setelah ±48 jam larva instar III kemudian berkembang menjadi pupa. Pada waktu ±48 jam pupa berkembang menjadi Imago.
9 DAFTAR PUSTAKA Ashburner, Michael Drosophila, A Laboratory Handbook. Coldspring Harbor Laboratory Press. USA Borror.J.D,Triplehorn Pengenalan Pengajaran Serangga. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Campbell, N.A Biologi Jilid I. Erlangga. Jakarta Campbell, N.A Biologi. Erlangga. Jakarta Hartati Penuntun Praktikum Genetika. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Kimball, J.W Biologi. Erlangga. Jakarta Mulyanti, F Mutagenesis Perlakuan dengan uji letal Resesif Terpaut Seks Pada Drosophila melanogaster. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UNPAD. Bandung. Shorrocks, B Drosophila. Ginn & Company Limited. London. Silvia, Triana Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran. Bandung. Suryo Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Susanto,Agus Hery Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta. Yatim, Wildan Genetika. Tarsito. Bandung. Wheeler, MR The Drosophilidae: a taxonomic overview. In: The genetics and biology of Drosophila. Academic Press.New York.
10 LAMPIRAN No Hari/tanggal Fase Ciri ciri Jumlah Keterangan 1. Kamis/ Belum lengkap 5 2. Jumát/ Botol 1: Dewasa Jantan : ±15 jantan ±15 pasang Botol 2: Dewasa Jantan : ±10 jantan ±10 3. Sabtu/ Botol 1 : Telur Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh Botol 1 : Telur ±3 ±6 ±6 ±15 jantan ±15
11 Botol 2 : Telur dewas dan. Larva : memiliki ujung membesar Dewasa : Jantan : Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Dewasa : Botol 2 : Telur ±4 ±13 ±17 ±10 jantan ±10
12 Jantan : 4. Minggu/ Botol 1 : Telur Pupa Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Larva : dan 2 Pupa : Bentuk keras Berwarna kecoklatan Botol 1 : Telur ±10 ±6 ±10 ±2 Pupa ±3 ±15jantan ±15
13 Botol 2 : Telur Pupa Dewasa : Jantan : Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Larva : dan 2 Pupa : Bentuk keras Botol 2 : Telur ±20 ±10 Larva ±20 Larva ±3 Pupa ±2 ±10jantan ±10
14 Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : 5. Senin/ Botol 1 : Telur Pupa Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Larva : dan 2 Pupa : Botol 1 : Telur ±50 ±10 Larva ±15 ±20 Pupa ±10 Dewasa ±15jantan ±15 Larva keluar botol ±20. Pupa keluar botol ±5.
15 Bentuk keras Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : Botol 2 : Telur Pupa Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Larva : Botol 2 : Telur ±45 ±15 ±15 ±20 Pupa ±10 ±10jantan ±10 Larva keluar botol ±10. Pupa keluar botol ±5.
16 dan 2 Pupa : Bentuk keras Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : 6. Selasa/ Botol 1 : Telur Pupa Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Larva : Botol 1 : Telur ±100 ±25 ±30 ±32 Pupa ±40 ±15jantan ±15 Pupa keluar botol ±5
17 Botol 2 : Telur Pupa dan 2 Pupa : Bentuk keras Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan : Telur: Berwarna bening Memiliki Larva : berwarna putih dan memiliki segmen. Ukuran tubuh dan. Larva : membesar Larva : Botol 2 : Telur ±100 ±20 ±15 ±20 Pupa ±50 ±10jantan ±10
18 dan 2 Pupa : Bentuk keras Berwarna kecoklatan Dewasa : Jantan :
Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati
Lebih terperinciACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA
ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA. MENGENAL LALAT BUAH Drosophila spp.
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MENGENAL LALAT BUAH Drosophila spp. Oleh 1. Brilliana Suryani K 13308141056 2. Jaka Fitriyanta 13308141058 3. Tri Widayanti 13308141059 4. Nur Khotimah 13308141060 5. Ismi Nurhidayah
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU
PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama (Bractrocera dorsalis) Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : insecta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciMEDIA BIAKAN ALAMI SEBAGAI REFERENSI PEMBELAJARAN PADA MATAKULIAH PERKEMBANGAN HEWAN
Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 1, No. 1, Ed. April 2013, Hal. 1-66 PERKEMBANGAN METAMORPHOSIS LALAT BUAH (Drosophilla melanogaster) PADA MEDIA BIAKAN ALAMI SEBAGAI REFERENSI PEMBELAJARAN PADA MATAKULIAH
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 2 Petunjuk Praktikum Genetika Dasar TATA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciPENGARUH UMUR LALAT BUAH (Drosophila melanogaster Meigen) JANTAN TERHADAP NISBAH KELAMIN
PENGARUH UMUR LALAT BUAH (Drosophila melanogaster Meigen) JANTAN TERHADAP NISBAH KELAMIN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Sarjana Sains (S1)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum
TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta
Lebih terperinciABSTRAK. RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA
ABSTRAK RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA Nirmala Fitria Firdauzi, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciPROBABILITAS. Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menetukan nisbah yang diharapkan dari tipe tipe persilangan
PROBABILITAS KELOMPOK VII KELAS A Azki Afidati Putri Anfa (14104225), Josano Rehan Dhani (141042), Merini Apriliani (14104243), Ratna Suleka (1410421035), Rifta Septiavi (1410421013) ABSTRAK Praktikum
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciPetunjuk Praktikum BIC 124
Petunjuk Praktikum BIC 124 Disusun Oleh : Victoria Henuhili Suratsih Paramita CK Jurdik Biologi FMIPA UNY 2012 NAMA NIM ALAMAT : : : victoria@uny.ac.id Page 1 Kata Pengantar Petunjuk praktikum Genetika
Lebih terperinciNisbah Kelamin pada Persilangan Homogami I Wayan Karmana 13
NISBAH KELAMIN PADA PERSILANGAN HOMOGAMI D. melanogaster STRAIN NORMAL (N),WHITE (w), DAN SEPIA (Se) ABSTRAK I WAYAN KARMANA FPMIPA IKIP Mataram Pada D. melanogaster sering terjadi penyimpangan nisbah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN. Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014 disusun oleh: Jessica Esther 10613067 Kelompok 5 Asisten: Mia Audina (10611026)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera
TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciA. Judul: Alel Ganda. B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda. dan menentukan genotipnya sendiri.
A. Judul: Alel Ganda B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda C. Latar belakang dan menentukan genotipnya sendiri. Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5 1. Pada siklus hidup hewan tertentu, terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk tubuh ini disebut...
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura
S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella
Lebih terperinciBAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan
12 BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu dan Laboratorium Entomologis Hama dan Penyakit Tanaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan
15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Lebih terperinciSTUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DAN STRAIN VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp)
Jurnal ßIOêduKASI ISS : 23014678 Vol 1 o (2) Maret 2013 STUDI PERISTIWA EPISTASIS RESESIF PADA PERSILAGA Drosophila melanogaster STRAI SEPIA (se) >< ROUGH (ro) DA STRAI VESTIGIAL (vg) >< DUMPHI (dp) 1)
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes sp 1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp Nyamuk Aedes sp secara umum mempunyai klasifikasi (Womack, 1993), sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Upagenus
Lebih terperinciBAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua
BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong
TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciMusca domestica ( Lalat rumah)
PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciTAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)
TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA
PERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA Eko Sri Wahyuni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur
TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciDAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD. Disusun oleh: Taufik Ariyanto /
DAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD Disusun oleh: Taufik Ariyanto / 101134063 P ernahkah kamu melihat perkembangan hewan yang hidup di lingkunganmu? Jika kamu memelihara hewan, kamu pasti
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang
5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai jenis flora
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna, yang menjadikan Indonesia mempunyai beragam sumber daya alam. Allah telah menciptakan
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI GELAP DAN MACAM STRAIN TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N, wb, dan tx LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH KONDISI GELAP DAN MACAM STRAIN TERHADAP KEBERHASILAN KAWIN PADA PERSILANGAN Drosophila melanogaster STRAIN N, wb, dan tx LAPORAN PENELITIAN disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika II
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah
Lebih terperincibiologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi
23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.3
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.3 1. Perhatikan daur hidup berikut! -> nimfa -> imago Contoh hewan yang mengalami
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten
Lebih terperinciPENGAMATAN DROSOPHILA MELANOGASTER NORMAL DAN MUTAN- MUTANNYA
Laporan Praktikum Genetika PENGAMATAN DROSOPHILA MELANOGASTER NORMAL DAN MUTAN- MUTANNYA Anggun Aiyla Nova*, A.P. Pridyantari, A.N. Sasangka, C. Guslyani, D.J. Carlos, I. Murdyanto, N.A Rikmawati, R. Julia,
Lebih terperinciPENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat
Lebih terperinciA. JUDUL Pengamatan Kromosom Raksasa Pada Drosophila melanogaster B. TUJUAN Pada praktikum ini, ada beberapa tujuan antara lain: 1.
A. JUDUL Pengamatan Kromosom Raksasa Pada Drosophila melanogaster B. TUJUAN Pada praktikum ini, ada beberapa tujuan antara lain: 1. Untuk mengetahui letak kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk
Lebih terperinciJawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)
Soal metamorfosis 1. Apa yang dimaksud metamorfosis sempurna? 2. Gambarkan kejadian metamomorfosis sempurna! 3. Apa yang dimaksud dengan metamorfosis tidak sempurna? 4. Gambarkan kejadian metamorfosis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4
TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8
Lebih terperinciGambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung
TINJAUAN PUSTAKA Kepik Coklat (R.linearis Fabr.) Biologi Hama Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini menyerang polong kedelai. Menurut Wahyu (2010), klasifikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat
16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :
Lebih terperinciDeskripsi Morfologi Drosophilla melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia dan Plum
Jurnal ILMU DASAR Vol. 18 No. 1, Januari 2017 : 55 60 55 Deskripsi Morfologi Drosophilla melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia dan Plum Morphological Description of Drosophila melanogaster
Lebih terperinciHama penghisap daun Aphis craccivora
Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.
Lebih terperinciTetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima
Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.)
TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ulat sutera merupakan serangga yang termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera, yang mencakup semua jenis kupu dan ngengat. Ulat sutera adalah serangga holometabola,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro Jalan Kenanga No. 3 16C Mulyojati,
Lebih terperinci