FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DI DESA MAREK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DI DESA MAREK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DI DESA MAREK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH: NURMALAWATI NIM :07C PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DI DESA MAREK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH : NURMALAWATI NIM :07C Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah sehat. Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia, ada berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan sarana pembuangan air besar, hubungan yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak memadai, akan mencemari lingkungan sekitar sekaligus meningkatkan resiko penularan penyakit terhadap masyarakat. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana. Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk bisa langsung dan tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri, typus,dsb Efek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi higiene lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk (Kusnoputranto,2005). Penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia bisa digolongkan 1

4 2 kedalam tiga jenis penyakit, pertama penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat beracun, kedua penyakit infeksi oleh virus seperti Hepatitis infektiosa dan infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis, ankilostosomiasis. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau cara, Beberapa penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Tinja sebagai sumber infeksi dapat sampai ke penjamu baru melalui berbagai cara misalnya melalui air, tangan, arthopoda, lalat, tanah ataupun tangan ke makanan kemudian baru ke penjamu. Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini sebanyak 2,6 miliar orang tidak memiliki akses untuk mendapatkan toilet yang layak tidak mencemari air atau tanah. Angka ini mencakup 40 persen populasi dunia. Setengah dari jumlah tersebut hidup di India dan China. Berdasarkan release yang dikeluarkan oleh World Toilet Organization (WTO), setiap tahun ada 200 juta ton kotoran manusia tak terbuang pada tempat yang sesuai karena kurangnya toilet. Secara global satu dari lima orang buang air besar di tempat terbuka, meskipun hampir 61 persen penduduk dunia memiliki jamban di rumah. Namun, banyak keluarga yang menggunakan jamban yang tidak memadai, masih menggunakan jamban umum. (WTO, 2001) Keberadaan jamban di Indonesia menurut data Bank Dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru

5 3 100 juta orang atau hanya 47 % saja (Depkes RI, 2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan jamban di Indonesia terlihat dari laporan 19 Propinsi di Indonesia. Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan rumah di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia tetapi hasilnya menunjukkan dari rumah yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan jamban keluarga baru 68,54%. Di perkotaan yang menggunakan jamban sekitar 80,45 % (Depkes RI, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat tahun 2012, terdapat 67,60% yang menggunakan jamban sendiri, 21,46% yang menggunakan jamban umum dan 2,98% yang menggunakan jamban bersama.(dinas Kesehatan Aceh Barat. 2012). Desa Marek merupakan salah satu desa di Kecamatan Kaway XVI yang dekat dengan sungai dengan jumlah penduduk sebanyak 405 Jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 96 KK, masyarakat Desa Marek yang berada di pinggir sungai memiliki kebiasaan Buang Air Besar (BAB) ke sungai. Berdasarkan data sanitasi dasar, bahwa hanya 25,5% saja yang baru memiliki jamban sehat. (Puskesmas Kaway XVI. 2012). Penggunaan jamban oleh masyarakat akan baik, bila didukung oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor yang berasal dari dalam diri individu yang disebut faktor internal seperti pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan. Adapun faktor dari luar diri individu disebut faktor eksternal seperti fasilitas jamban baik meliputi jenisnya, kebersihan dan kondisinya, (Depkes RI, 2005) Berdasarkan uraian di atas maka dalam penulis ini ingin tahu lebih jauh mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunan Jamban oleh

6 4 Masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan jamban Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan jamban keluarga oleh masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tujuan khusus 1. Mengetahui hubungan pekerjaan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 2. Mengetahui hubungan pendidikan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 3. Mengetahui hubungan penghasilan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 4. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 5. Mengetahui hubungan kondisi jamban dengan penggunaan jamban di Desa Marek Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, dapat dijadikan sebagai masukkan dan bahan bacaan serta menambah koleksi bahan perpustakaan yang telah ada tentang faktor yang berhubungan dengan penggunaan jamban.

7 Manfaat Praktis 1. Untuk mendapatkan tambahan referensi tentang faktor penggunaan jamban oleh masayarakat. 2. Berguna bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat sebagai data yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan dalam rangka membangun sanitasi kesehatan lingkungan serta membina masyarakat dalam meningkatkan cakupan pemakai jamban. 3. Untuk Peneliti, sebagai upaya mengembangkan pengetahuan masyarakat agar tumbuh kesadarannya menggunakan jamban dan melakukan advokasi pada pihak pengambilan kebijakan guna memperbaiki kinerja Pemerintah untuk membangun fasilitas kesehatan lingkungan yang sangat dibutuhkan masyarakat karena keterbatasan dana mereka.

8 6

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jamban Jamban adalah suatu bangunan ruang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia (najis) bagi keluarga yang lazim disebut WC/kakus. Manfaat jamban adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia (Warsito S. 2001). Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah, 2010). Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga (Depkes RI, 2009). Pengunaan jamban adalah Tindakan atau perbuatan nyata keluarga untuk menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan tinja. Abdullah, (2010). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2 (Notoatmodjo, 2010). 2.2 Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area 6

10 7 pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia semakin meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar di bawah ini : Sakit Tinja Air Tanggan Lalat Tanah Makanan Minuman Pejamu Mati (sumber: Kusnoputranto, 2005) Beberapa penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). 2.3 Jenis-Jenis Jamban Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu: 1. Jamban Cemplung Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya

11 8 2. Jamban Plengsengan Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin 3. Jamban Bor Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah 4. Angsatrine (Water Seal Latrine) Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran 5. Jamban di Atas Balong (Empang) Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil menerapkan kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang diharapkan maka cara tersebut dapat diteruskan dengan persyaratan sebagai berikut:

12 9 a. Air dari balong tersebut jangan digunakan untuk mandi b. Balong tersebut tidak boleh kering c. Balong hendaknya cukup luas d. Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air e. Ikan dari balong tersebut jangan dimakan f. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak 15 meter g. Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air 6. Jamban Septic Tank Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu: a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat b. Lapisan cair c. Lapisan endap Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesan di Indonesia pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu : 1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan kotorannya yaitu:

13 10 a. Jamban cubluk, bila kotorannya dibuang ke tanah b. Jamban empang, bila kotorannya dialirkan ke empang 2. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu: a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di atas galian penampungan kotoran b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada langsung di atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah dan dihubungkan oleh suatu saluran yang miring ke dalam lubang galian penampungan kotoran (Warsito, 2001). 2.4 Syarat-Syarat Jamban Sehat Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak meter dari sumber air minum 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus 3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna 6. Cukup penerangan 7. Lantai kedap air 8. Ventilasi cukup baik 9. Tersedia air dan alat pembersih (Depkes RI, 2004).

14 11 Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat yaitu: 1. Tidak mencemari air a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur 2. Tidak mencemari tanah permukaan Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian 3. Bebas dari serangga a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap

15 12 selesai digunakan b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik 5. Aman digunakan oleh pemakainya Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain 6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh 7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan a. Jamban harus berdinding dan berpintu b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan (Abdullah, 2010). Menurut dalam Entjang (2000), syarat-syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah: a. Tidak mengotori tanah permukaan b. Tidak mengotori air permukaan

16 13 c. Tidak mengotori air dalam tanah d. Tempat kotoran tidak boleh terbuka e. Jamban terlindung dari penglihatan orang lain. Menurut Entjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu harus memiliki: 1. Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga 2. Lantai jamban berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah jamban 3. Slab (tempat kaki berpijak waktu si pemakai jongkok) 4. Closet (lubang tempat feces masuk) 5. Pit (sumur penampungan feces) adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhana berupa lubang tanah saja 6. Bidang resapan adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja. 2.5 Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Melindungi masyarakat dari penyakit 2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

17 14 3. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit 4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan (Azwar, 2000). 2.6 Pemeliharaan Jamban Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara : 1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering 2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih 3. Tidak ada genangan air di sekitar jamban 4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa 5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban 7. Bila ada bagian yang rusak harus segara diperbaiki (Depkes RI, 2004). 2.7 Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007) Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

18 15 dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Secara lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana seseorang merespons, baik secara pasif maupun aktif terhadap sakit dan penyakit yang dialaminya. Perilaku ini meliputi tingkatan pencegahan sebagai berikut: a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour) b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour) c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour) d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour) 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun tradisional 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) adalah respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia 2.8 Perilaku Masyarakat Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus dari luar diri seseorang, namun karakteristik dan faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan juga dapat memengaruhi respons seseorang. Banyak teori determinan perilaku, salah satunya adalah teori Lawrence

19 16 Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut yakni behavioral factors (faktor perilaku) dan non behavioral factors (faktor non perilaku). Green menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong Faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor predisposisi perilaku adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, sistem dan nilai yang ada di masyarakat. Apabila seorang atau masyarakat memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terutama menyangkut penggunaan jamban keluarga, maka itu akan mempermudah dirinya untuk mencegah penyakit yang berbasis lingkungan seperti cacingan, diare dan lain-lain. Adapun yang menjadi faktor predisposisi penelitian ini adalah : 1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). (Notoatmodjo, 2003). Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1). Kesadaran (Awareness), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

20 17 2). Tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Sikap subjek sudah mulai timbul 3). Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya 4). Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus 5). Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus Namun demikian, dari penelitian Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain

21 18 e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru f. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003) 2. Pendidikan Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasar ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan. Pendidikan merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan yang bertujuan untuk proses pendewasaan. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang pentingnya penggunaan jamban keluarga sebagai tempat membuang tinja dan pemeliharaan jamban dengan baik 3. Pekerjaan Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan 4. Penghasilan Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami istri per bulan dan seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga (Suhardjo. 2003). Upah Minimum Regional sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Aceh No 65 tahun 2012, Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh sebesar Rp ,-.

22 Faktor pendukung (enabling factor) Faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, misalnya: tersedianya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), obatobatan, jamban dan sebagainya. Faktor pendukung kondisi jamban adalah sarana digunakan untuk membuang tinja yang meliputi bentuk jamban, kebersihan jamban. Notoatmodjo (2010) Faktor pendorong (reinforcing factor) Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya: untuk berperilaku sehat diperlukan contoh dari para tokoh masyarakat, seperti lurah, dokter (tenaga kesehatan), camat dan lain-lain. Adapun faktor pendorong penelitian ini adalah peran petugas. Peran petugas dalam memberikan penyuluhan tentang penggunaan jamban keluarga sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan perilaku. Diharapkan individu atau masyarakat menggunakan jamban keluarga setelah mereka memperoleh pandangan yang baik dari petugas terkait. 2.9 Kerangka Teori Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) 2. Pendidikan (Notoatmodjo 2010) 3. Pekerjaan (Notoatmodjo, 2010) 4. Penghasilan (Suhardjo, 2003) Abdullah, 2010 Penggunaan Jamban Faktor Enabling : 1. Kondisi Jamban (Notoatmodjo 2010)

23 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Penggunaan Jamban Kondisi Jamban Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.11 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan pekerjaan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 2. Ada hubungan pendidikan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 3. Ada hubungan penghasilan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 4. Ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan jamban di Desa Marek 5. Ada hubungan kondisi jamban dengan penggunaan jamban di Desa Marek

24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas yakni pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan kondisi jamban dengan variabel terikat yaitu penggunaan jamban oleh masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Pengukuran kedua variabel penelitian dilakukan secara bersamaan, karenanya rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat pada 29 Maret sampai dengan 3 April Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat terdapat 96 KK Sampel Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel menggunakan total sampling. Jadi jumlah sampel yang diambil keseluruhan populasi yang berjumlah 96 KK di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. 21

25 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data yang diperoleh langsung melalui responden meliputi, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan kondisi jamban Data Sekunder Data yang mencakup data gambaran umum Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Definisi Operasional No Variabel Independen 1. Definisi : Pengetahuan Kemampuan intelektual responden tentang aspek kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan jamban Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 1. Baik 2. Kurang Skala Ukur : Ordinal 2. Definisi : Pendidikan Derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur Hasil Ukur : Kuesioner : 1. Tinggi 2. Menengah 3. Rendah Skala Ukur : Ordinal 3. Definisi : Pekerjaan Aktifitas atau kegiatan yang dilakukan responden sehingga memperoleh penghasilan Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : Wawancara : Kuesioner : 1. Bekerja 2. Tidak bekerja : Ordinal

26 4. Definisi : Penghasilan Hasil usaha manusia yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai pendapatan yang dihitung setiap bulannya berupa uang yang diterima dalam rupiah berdasarkan Pergub No. 65 Tahun 2012 Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 1. Tinggi 2. Rendah Skala Ukur : Ordinal 5. Definisi : Kondisi Jamban Suatu keadaan jamban yang dimiliki oleh keluarga yang dilhat berdasarkan observasi dan disesuaikan dengan kriteria jamban sehat. Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 1. Baik Skala Ukur 2. Tidak Baik : Ordinal Variabel Dependen 6. Definisi : Penggunaan Jamban Tindakan/perbuatan nyata keluarga untuk menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan tinja Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : Wawancara : Kuesioner : 1. Baik 2. Tidak Baik : Ordinal Aspek Pengukuran Pengetahuan Baik Kurang : Jika responden mendapat nilai > 9 dari total skor : Jika responden mendapat nilai < 9 dari total skor Pendidikan Tinggi Menengah Rendah : Jika memiliki ijazah perguruan tinggi : Jika memiliki ijazah SMA : Jika memiliki ijazah SMP dan SD dan tidak tamat SD

27 Pekerjaan Bekerja : bila mempunyai aktivitas atau kegiatan sehingga memperoleh penghasilan. Tidak bekerja : bila tidak mempunyai aktivitas atau kegiatan sehingga tidak memperoleh penghasilan Penghasilan Tinggi : bila pendapatan Diatas UMR, bila > Rp ,- perkapita/bulan Rendah : bila pendapatan dibawah UMR, bila < Rp , Kondisi Jamban perkapita/bulan Baik : apabila diperoleh skor nilai > 6 dari total skor Tidak Baik : apabila diperoleh skor nilai < 6 dari total skor Penggunaan Jamban Baik : apabila diperoleh skor nilai > 9 dari total skor Tidak Baik : apabila diperoleh skor nilai < 9 dari total skor 3.7. Teknik Analisa Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut : Analisis Univariat Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi untuk megevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor yang ditemukan pada sampel untuk masing-masing variabel yang diteliti.

28 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square dengan Coefficient Contingency untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas. Analisa data dilakukan dengan pengujian statistik untuk melihat adanya hubungan antara variable bebas dan variable terikat dalam penelitian. Uji statistik yang digunakan perangkat lunak komputer.

29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Letak Geografis Desa Marek adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Secara geografis desa ini memiliki luas + 46 Ha wilayah. Desa Marek memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Pasi Jambu : Berbatasan dengan Desa Pasi Leuhan : Berbatasan dengan Desa Blang Beurandang : Berbatasan dengan Desa Pasi Aceh Tunong Data Demografi Secara administratif, jumlah penduduk Desa Marek Kacamatan Kaway XVI pada tahun 2013 mencapai 405 jiwa (96 KK). Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 197 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 208 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) 1. Laki-Laki perempuan 208 Total

30 Hasil penelitian analisa univariat Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat penghasilan keluarga, pengetahuan dan penggunaan jamban. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Umur Frekuensi (n) Persentase (%) 1. < 41 Tahun 55 57,3 2. > 41 Tahun 41 42,7 Total Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur yang terbanyak adalah berumur < 41 tahun yaitu sebanyak 55 responden (57,3%) dan yang paling sedikit adalah berumur > 41 tahun yaitu 41 responden (42,7%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Tinggi 16 16,7 2. Menengah 57 59,4 3. Rendah 23 24,0 Total Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut tingkat pendidikan yang terbanyak adalah tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 57 responden (59,4%) dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 16 responden (16,7%). Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Bekerja 75 78,1 2. Tidak Bekerja 21 21,9 Total

31 Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut pekerjaan terbanyak adalah yang bekerja yaitu sebanyak 75 responden (78,1%) dan yang tidak bekerja sebanyak 21 responden (21,9%). Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Penghasilan di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Penghasilan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Tinggi 27 28,1 2. Rendah 69 71,9 Total Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut penghasilan terbanyak adalah yang berpendapatan dibawah UMR yaitu sebanyak 69 responden (71,9%) dan yang berpendapatan diatas UMR sebanyak 27 responden (28,1%).. Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan tentang Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Baik 63 65,6 2. Kurang 33 34,4 Total Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut pengetahuan tentang jamban yang baik adalah sebanyak 63 responden (65,6%) dan yang kurang adalah 33 responden (34,4%). Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Kondisi Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Kondisi Jamban Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Baik 68 70,8 2. Tidak Baik 28 29,2 Total Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut 28

32 kondisi jamban yang baik adalah sebanyak 68 responden (70,8%) dan yang tidak baik 28 responden (29,2%). Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Katagori Penggunaan Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Penggunaan Jamban Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Baik 68 70,8 2. Tidak Baik 28 29,2 Total Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut penggunaan jamban yang baik adalah sebanyak 68 responden (70,8%) dan yang tidak baik 28 responden (29,2%) Analisa Bivariat Hubungan pengetahuan dengan penggunaan jamban Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Penggunaan Jamban Total No Pengetahuan Baik Tidak Baik n % P Value n % n % 1. Baik 57 90,5 6 9, , Kurang 11 33, , Jumlah Dari data tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan, persentase pengetahuan yang baik yang penggunaan jamban baik sebanyak 57 orang (90,5%). Bila dibandingkan dengan responden yang pengetahuan kurang yang penggunaan jamban baik sebanyak 11 orang (33,3%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,000 yang bearti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

33 hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 19.0 yang artinya responden yang 30 mempunyai pengetahuan yang baik mempunyai peluang 19.0 kali untuk penggunaan jamban dengan baik dibandingkan responden yang kurang mempunyai pengetahuan Hubungan pendidikan dengan penggunaan jamban Tabel 4.10 Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Penggunaan Jamban Total No Pendidikan Baik Tidak Baik n % P Value n % n % 1. Tinggi 11 68,8 5 31, , Menengah 50 87,7 7 12, Rendah 7 30, , Jumlah Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa variabel pendidikan, persentase pendidikan tinggi yang penggunaan jamban baik sebanyak 11 orang (68,8%). Bila dibandingkan dengan kategori pendidikan menengah dimana terdapat 50 orang (87,7%) yang penggunaan jamban baik dan bila dibandingkan juga dengan kategori pendidikan rendah dimana terdapat 7 orang (30,4%) yang penggunaan jamban baik. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,000 yang bearti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan jamban.

34 Hubungan pekerjaan dengan penggunaan jamban Tabel 4.11 Hubungan Pekerjaan dengan Penggunaan Jamban Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat di Desa Penggunaan Jamban Total No Pekerjaan Baik Tidak Baik n % P Value n % n % 1. Bekerja 59 73, , , Tidak Bekerja 9 56, , Jumlah Dari data tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari variabel pekerjaan, diketahui persentase pekerjaan yang bekerja yang penggunaan jamban baik sebanyak 59 orang (73,8%). Bila dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja yang penggunaan jamban baik sebanyak 9 orang (56,2%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,003 yang bearti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan penggunaan jamban. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar yang artinya responden yang mempunyai pekerjaan mempunyai peluang kali untuk penggunaan jamban dengan baik dibandingkan responden yang tidak mempunyai pekerjaan Hubungan penghasilan dengan penggunaan jamban Tabel 4.12 Hubungan Penghasilan dengan Penggunaan Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Penggunaan Jamban Total No Penghasilan Baik Tidak Baik n % P Value n % n % 1. Tinggi 25 92,6 2 7, , Rendah 43 62, , Jumlah

35 Dari data tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa variabel penghasilan, 32 diketahui persentase penghasilan responden yang penghasilan tinggi yang penggunaan jamban baik sebanyak 25 orang (92,6%). Bila dibandingkan dengan responden yang penghasilan rendah diketahui bahwa yang penggunaan jamban baik sebanyak 43 orang (62,3%). Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan penggunaan jamban dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05). Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar yang artinya responden yang mempunyai penghasilan yang baik mempunyai peluang kali untuk penggunaan jamban dengan baik dibandingkan responden yang kurang mempunyai penghasilan Hubungan kondisi jamban dengan penggunaan jamban Tabel 4.13 Hubungan Kondisi Jamban dengan Penggunaan Jamban di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Penggunaan Jamban Total No Kondisi Jamban Baik Tidak Baik n % P Value n % n % 1. Baik 61 89,7 7 10, , Kurang 7 25, , Jumlah Dari data tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa variabel kondisi jamban, diketahui persentase kondisi jamban baik yang penggunaan jamban baik sebanyak 61 orang (89,7%). Bila dibandingkan dengan responden yang kondisi jamban kurang yang penggunaan jamban baik sebanyak 7 orang (25,0%). Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Uji Chi

36 33 Square menunjukkan ada hubungan antara kondisi jamban dengan penggunaan jamban dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar yang artinya responden yang mempunyai kondisi jamban yang baik mempunyai peluang kali untuk penggunaan jamban dengan baik dibandingkan responden yang kurang mempunyai kondisi jamban. 4.3 Pembahasan Hubungan pengetahuan dengan penggunaan jamban Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengetahuan tentang jamban memberikan hubungan dengan penggunaan jamban. Dengan kata lain ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban pada masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa masyarakat dengan pengetahuan yang baik mempunyai perilaku penggunaan jamban yang lebih baik dibandingkan masyarakat yang pengetahuan rendah. Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa pengetahuan tentang jamban bisa meningkatkan kesadaran dalam penggunaan jamban. Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku. Menurut Muslih (2004), yang mengutip pendapat Roger, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng. Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan yaitu mengetahui, memahami, aplikasi dan evaluasi. Mengacu pada pengetahuan di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Gampong Marek pada katagori baik dapat diklompokkan pada tahap mengetahui dan mampu memahami.

37 34 Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2009) menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan yang baik berbanding lurus dengan perilaku kesehatan. Hal ini berarti semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya pun akan semakin baik pula.pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban perlu ditingkatkan antara lain melalui kegiatan penyuluhan/pendidikan oleh petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta melalui media promosi kesehatan yakni leaflet, booklet, poster dan sebagainya Hubungan pendidikan dengan penggunaan jamban Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tingkat pendidikan memberikan hubungan dengan penggunaan jamban. Dengan kata lain ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan jamban pada masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai perilaku penggunaan jamban yang lebih baik dibandingkan masyarakat yang berpendidikan lebih rendah. Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa tingkat pendidikan masyarakat tinggi bisa meningkatkan kesadaran dalam penggunaan jamban. Banyak teori yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai perilaku penggunaan jamban yang lebih baik dibandingkan masyarakat yang berpendidikan lebih rendah. Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Sarwono (2004), tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan. Berdasarkan penelitian Simbolon (2009), menyatakan bahwa pendidikan, kebiasaan dan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap penggunaan jamban

38 35 keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Tingkat pendidikan memengaruhi kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman masalah akan membentuk sikap seseorang dan dengan dipengaruhi oleh lingkungannya akan menghasilkan suatu perilaku nyata (tindakan) sebagai suatu reaksi Hubungan pekerjaan dengan penggunaan jamban Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pekerjaan memberikan hubungan dengan penggunaan jamban. Dengan kata lain ada hubungan antara pekerjaan dengan penggunaan jamban pada masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa masyarakat di Desa Marek, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani. Adanya hubungan variabel pekerjaan dalam penelitian ini disebabkan masyarakat dengan status bekerja mempunyai tindakan yang cenderung tidak sama dengan tindakan masyarakat dengan status tidak bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hasibuan (2009), bahwa penggunaan jamban oleh masyarakat dipengaruhi oleh pekerjaan. Karena dengan bekerja akan meningkatkan penghasilan, di mana penghasilan yang tinggi akan memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya Hubungan penghasilan dengan penggunaan jamban Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa penghasilan memberikan hubungan dengan penggunaan jamban. Dengan kata lain ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan penggunaan jamban pada masyarakat di Desa Marek

39 36 Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan penghasilan yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (sandang dan pangan) termasuk untuk pengadaan jamban. Sebagian besar masyarakat menyisihkan penghasilan untuk upaya perbaikan atau pengadaan jamban. adanya pengaruh variabel penghasilan dalam penelitian ini disebabkan masyarakat dengan penghasilan keluarga yang cukup tinggi mempunyai tindakan yang tidak sama dengan tindakan masyarakat dengan penghasilan keluarga relatif rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian (Hasibuan 2009) di mana penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Demikian sebaliknya jika penghasilan rendah maka akan ada hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari Hubungan kondisi jamban dengan penggunaan jamban Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa kondisi jamban memberikan hubungan dengan penggunaan jamban. Dengan kata lain ada hubungan antara kondisi jamban dengan penggunaan jamban pada masyarakat di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa kondisi jamban yang baik akan memberikan kenyamanan bagi sipemakai dan sebaliknya jika kondisi jamban kurang baik memungkinkan sipemakai merasa kurang nyaman untuk menggunakannya dan hal tersebut akan memengaruhi penggunaan jamban tersebut. Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana prasarana atau fasilitas kesehatan seperti air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja dan lain-lain.

40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban dengan nilai p=0,000 yang bearti lebih kecil dari α-value 0, Adanya hubungan antara pendidikan dengan penggunaan jamban dengan nilai p=0,000 yang bearti lebih kecil dari α-value 0, Adanya hubungan antara pekerjaan dengan penggunaan jamban dengan nilai p=0,003 yang bearti lebih besar dari α-value 0, Adanya hubungan antara penghasilan dengan penggunaan jamban dengan nilai p=0,003 yang bearti lebih kecil dari α-value 0, Adanya hubungan antara kondisi jamban dengan penggunaan jamban dengan nilai p=0,000 yang bearti lebih kecil dari α-value 0, Saran 1. Diharapkan bagi pemerintahan Gampong Marek agar ikut berpartisipasi sebagai penggerak masyarakat dalam penggunaan jamban yang baik. 2. Diharapkan bagi Puskesmas Peureumeu Kacamatan Kaway XVI agar meningkatkan kegiatan penyuluhan baik dalam kuantitas maupun kualitas kepada masyarakat sehingga penggunaan jamban yang baik dapat ditingkatkan 3. Diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat adanya peningkatan sanitasi lingkungan berupa pengadaan fasilitas kesehatan seperti pembangunan jamban dan perbaikan jamban sehingga penggunaan jamban masyarakat yang baik dapat ditingkatkan. 37

41 DAFTAR PUSTAKA Abdullah Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. diakses tanggal 15 November Azwar Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara Sumber Widya Press. Jakarta Chayatin, Nurul Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta. Depkes RI, Indonesia Sehat Jakarta Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Rencana Strategi Depkes Depkes RI. Jakarta Profil Kesehatan Indonesia Tahun Jakarta. Depkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. (Pedoman Epidemiologi Penyakit ) Revisi Jakarta : Depkes RI. Entjang, Indan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bhakti. Bandung. Hasibuan, Perilaku Masyarakat tentang BAB Sembarangan pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan STBM di Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumut. Skripsi FKM USU. Medan Kusnoputranto Kesehatan Lingkungkungan. FKM UI. Jakarta. Muslih, M, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Tindakan Penanggulangan Kasus Demam Berdarah di Kecamtan Medan Baru. Skripsi, FKM USU, Medan. Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 38

42 Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Sarwono,S, Sosiologi Kesehatan, Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Simbolon, Perilaku Buang Air Besar pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jamban Keluarga di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut. Skripsi FKM UI. Suhardjo Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. World Toilet Organization (WTO) November Hari Toilet Sedunia. (World Toilet Day), diakses 29 September Warsito S Kakus Sederhana bagi Masyarakat Desa. Kanisius. Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga. Kepemilikan jamban bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.1.1 Jamban Keluarga Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI Enda Silvia Putri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, Meulaboh Email: endasilvia@utu.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia.Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia yang terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai nilai-nilai,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia yang terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai nilai-nilai, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Tentang Masyarakat Pesisir Mitchell (2003:20) menjelaskan masyarakat merupakan kumpulan manusia yang terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai nilai-nilai, kepentingan,

Lebih terperinci

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan : Lampiran 1 Observasi dan kusioner penelitian HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DIARE SERTA KUALITAS AIR SUNGAI PADA PENGGUNA AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2008. Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari 2011. http:// jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ Azwar,Azrul, 1995. Pengantar Kesehatan Lingkungan, PT.

Lebih terperinci

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI PEMUKIMAN NELAYAN KENAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DI GAMPONG LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

TINJAUAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DI GAMPONG LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012 TINJAUAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DI GAMPONG LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012 Zulfitri Program S1 Kesehatan Masyarakat U Budiyah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak luar. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Jamban atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang. kakus/wc dan memenuhi jamban sehat dan baik.

BAB II KAJIAN TEORITIS. Jamban atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang. kakus/wc dan memenuhi jamban sehat dan baik. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Jamban Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

Oleh : Suharno ABSTRAK

Oleh : Suharno ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KETERSEDIAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suharno ABSTRAK

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI INTERVENSI DAN TIDAK DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN GUMAI TALANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut : 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Demografi Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herlina 1, *Klemens 2 1,2 STIKes Prima Jambi * Korespondensi penulis:

PENDAHULUAN. Herlina 1, *Klemens 2 1,2 STIKes Prima Jambi * Korespondensi penulis: HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KONTRUKSI SUMUR GALI DI DESA KASANG PUDAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menerapkan model CLTS (Community Led Total Sanitation). Pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menerapkan model CLTS (Community Led Total Sanitation). Pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2.1.1 Sejarah STBM STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total dengan menerapkan model CLTS (Community Led Total Sanitation).

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) SURVEY JAMBAN KELUARGA DAN SPAL PUSKESMAS PAAL V

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) SURVEY JAMBAN KELUARGA DAN SPAL PUSKESMAS PAAL V LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) SURVEY JAMBAN KELUARGA DAN SPAL PUSKESMAS PAAL V Disusun Oleh : Kelompok III Anang Santoso Aziza Septia Citra Yolansari S Egi Munandha Eni Arista Gilang Prayoga Ici

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI Ani Murtiana 1, Ari Setiyajati 2, Ahmad Syamsul Bahri 3 Latar Belakang : Penyakit diare sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rumah Sehat 1) Definisi Rumah Sehat Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah suatu pemahaman yang penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup bersih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok untuk sedini mungkin diatasi (Notoatmodjo, 2003). Pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok untuk sedini mungkin diatasi (Notoatmodjo, 2003). Pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih mengahadapi masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah

Lebih terperinci

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat tahun 2010 yaitu masyarakat sehat dan mandiri menuju Indonesia Sehat 2010. Misi Indonesia Sehat tahun 2010 yaitu meningkatkan status kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat

Lebih terperinci

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH Lampiran III : Tabel Frekuensi Frequency Table Infeksi Valid Positif Negatif Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 49 64.5 64.5 64.5 27 35.5 35.5 100.0 76 100.0 100.0 Valid 1 2 Umur Responden

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK Masykur Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email : masykur@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA SIPANGE JULU KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA SIPANGE JULU KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013 Lampiran I Kuesioner Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA SIPANGE JULU KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013 I. KETERANGAN WAWANCARA

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 8 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM) a. Pengertian STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi yang sedehana yang dapat merubah sikap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 Syafriani Lecturer STIKes Tambusai Riau Syafrianifani@ymail.com ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek berikut: jaringan

Lebih terperinci

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTANYAAN ANALISIS PENILAIAN RUMAH SEHAT DAN RIWAYAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA BALITA DI DESA SIHONONGAN KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 I. Identitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan tempat, khususnya

Lebih terperinci

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI RatnaWardani Prodi IlmuKesehatanMasyarakat STIKes Surya MitraHusada Kediri ratnawardani1978@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE 1 BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE Pada bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tentang kajian ibu dalam merawat anak yang mengalami diare pada anak usia balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Water-borne diseases merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat adanya cemaran baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air. Kerugian akibat water-borne

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian pada anak diberbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena masyarakat yang berada di daerah pedesaan, terutama yang dilalui sungai masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai, pekarangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA SIPANGE JULU KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA SIPANGE JULU KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA SIPANGE JULU KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013 Oleh: Aminah Arfah Pulungan 1, Wirsal Hasan², Nurmaini²

Lebih terperinci

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL Heriyani Hasnawi 811408035 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN 1. PENDAHULUAN Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran I No Responden : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan satu areal dalam lingkungan hidup yang sangat penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup, maupun

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandhari 1, Ellen Yuni Yastuti 2 1) Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja. Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja. Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT Novie E. Mauliku dan Eka Wulansari ABSTRAK Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene makanan sangatlah bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua makhluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya secara sehat,

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapkan (Setiawati,

Lebih terperinci

KAKUS VIETNAM 1. PENDAHULUAN

KAKUS VIETNAM 1. PENDAHULUAN KAKUS VIETNAM 1. PENDAHULUAN Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN GEJALA PENYAKIT KULIT JAMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2013 *V.A

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK HUBUNGAN MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN DI DUKUH KRAJAN DESA KARANGROWO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014 Yulisetyaningrum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

Lebih terperinci

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu J Kesehat Lingkung Indones Vol.4 No.2 Oktober 2005 Analisis Sarana Dasar Kesehatan Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading

Lebih terperinci