IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AFFIRMASI (AFFIRMATIVE ACTION) KUOTA TIGA PULUH PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PEMILU LEGISLATIF (DPRD) KOTA JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AFFIRMASI (AFFIRMATIVE ACTION) KUOTA TIGA PULUH PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PEMILU LEGISLATIF (DPRD) KOTA JAMBI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AFFIRMASI (AFFIRMATIVE ACTION) KUOTA TIGA PULUH PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PEMILU LEGISLATIF (DPRD) KOTA JAMBI Oleh : Herma Yanti, SH.MH Muhammad Siddik Prabowo Abstrak Kebijakan Affirmative (Affirmative Action) Kuota Tiga Puluh Persen Keterwakilan Perempuan dalam pemilu seharusnya dapat lebih mendorong kaum perempuan untuk turut berpartisipasi di bidang politik. Namun dalam implementasinya dalam pemilu legislative (DPRD) di Kota Jambi, partisipasi perempuan dalam pemilu DPRD belum sebagaimana yang diharapkan. Jumlah persentasi perempuan dalam pemilu legislative DPRD Kota Jambi masih jauh dari angka persentasi tigapuluh persen yang ditentukan oleh UU. Factor substansi UU sendiri yang belum secara tegas dan sungguh-sungguh mengatur untuk melibatkan kaum perempuan di bidang politik dapat dikatakan salah satu factor yang mempengaruhinya, ditambah lagi factor-faktor kasik yang masih melekat dalam masyarakat yang mempengaruhi kurangnya minat perempuan untuk berpolitik. Kata Kunci : Kebijakan Afirmasi, Perempuan, Pemilu A. Latar Belakang Peran dan emansipasi perempuan dalam segala bidang pembangunan saat ini mempunyai peluang yang sangat tinggi, sehingga tidak ada salahnya apabila perempuan dalam era reformasi dan didukung dengan perubahan dan perkembangan zaman ini turut serta bahu-membahu ikut berpartisi aktif untuk membangun suatu bangsa dan negara yang lebih maju untuk kedepannya, termasuk didalamnya adalah berkiprah dalam dunia politik. Dengan era reformasi yang sudah bergulir dan berjalan hampir 17 tahun, dengan pemilu sistim multi partai, maka membuka peluang kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi langsung dalam dunia politik, salah satunya para kaum perempuan untuk menjadi anggota legislatif, baik di DPR, DPD, DPRD I dan DPRDII. Herma Yanti. SH.MH adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. Muhammad Siddik Prabowo adalah Mahasiswa PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 43

2 Kebijakan afirmasi (affirmative action) terhadap perempuan dalam bidang Politik setelah berlakunya perubahan UUD 1945 dimulai dengan disahkan nya UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Peningkatan keterwakilan perempuan berusaha dilakukan dengan cara memberikan ketentuan agar partai politik peserta Pemilu memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% di dalam mengajukan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pasal 65 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD menyatakan: Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Dari waktu ke waktu, affirmative action terhadap perempuan dalam bidang politik semakin disempurnakan. Hal itu dapat ditelaah ketika DPR menyusun RUU Paket Politik yang digunakan dalam pelaksanaan Pemilu 2009, yaitu UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Dalam hal persamaan kedudukan, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama berkedudukan sebagai subjek atau pelaku pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, laki-laki dan perempuan mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan,melaksanakan, memantau dan menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai ke jenjang pendidikan formal tertentu. Sementara dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Pasal 58 ditegaskan bahwa : (1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. (2) KPU Provinsi melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD provinsi dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. (3) KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian, mengingat sampai saat ini walaupun undang-undang sudah mengamanatkan kouta perempuan 30% untuk menjadi calon legislatif, namun dalam kenyataan kouta ini masih sulit untuk dipenuhi, kemudian masih kurang kuatnya keinginan perempuan yang menjadi legislatif, belum lagi faktor dukungan pihak keluarganya. Padahal kemampuan perempuan untuk menjadi 44

3 anggota legislatif pada dasarnya tidak diragukan lagi, namun persoalannya peluangnya dibatasi karena persoalan politik, yang mana pergeseran dalam penetapan caleg selalu menjadi persoalan intern di tiap-tiap partai. Begitupula di Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kota Jambi bahwa partisipasi perempuan dalam politik masih sangat rendah, termasuk pandangan tokoh masyarakat terhadap keterlibatan dalam dunia politik masih kurang, perempuan yang terjun dalam dunia politik dalam artian dapat berperan ganda untuk menyalurkan aspirasinya dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, politik, sosial dan intinya adalah turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun bangsa dan negaranya. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi kebijakan afirmasi (Affirmative Action) kuota 30% Perempuan dalam pemilu legislatif (DPRD) Kota Jambi dan partisipasi perempuan sebagai calon anggota legislatif di dalam dunia politik, kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan dan upaya yang harus di lakukan, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu kajian dan penelitian dan dituangkan dalam penulisan yang berjudul Implementasi kebijakan afirmasi kuota tiga puluh persen Perempuan dalam pemilu legislatif (DPRD) Kota Jambi. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Implementasi kebijakan affirmasi (Affirmative Action) Kuota tiga puluh persen (30%) perempuan dalam pemilu legislative (DPRD) Kota Jambi? 2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat perempuan sebagai anggota legislatif di DPRD Kota Jambi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Implementasi kebijakan afirmasi (Affirmative Action) kuota 30% Perempuan dalam pemilu legislatif (DPRD) Kota Jambi. b. Untuk mengungkapkan apa faktor-faktor pendukung dan penghambat perempuan sebagai anggota legislatif di DPRD Kota Jambi. 2. Manfaat Penelitian a. Untuk mengembangkan pengetahuan penulis dalam masalah pemahaman masyarakat terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam bidang politik. b. Memberikan kontribusi kepada para pembaca khususnya para perempuan terhadap keberadaannya dan peranannya dalam Implementasi hukum yang berkaitan dengan keterwakilan perempuan dalam bidang politik. 45

4 D. Landasan Teori 1. Tujuan Hukum Prof. L.J. Van Apeldron mengatakan tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Demi mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh sedapat mungkin apa yang menjadi haknya Affirmative Action Affirmative Action (Kebijakan Afirmasi) merupakan tindakantindakan yang bersifat khusus dan sementaraguna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. 2 E. Metodologi Penelitian 1. Metode Pendekatan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bersifat studi Yuridis Sosiologis,yaitu berdasarkan ketentuan-ketentuan perundangundangan terkait dengan kebijakan afirmasi kuota tigapuluh persen perempuan dalam pemilu legislative kemudian dikaitkan realitanya dalam keterlibatan perempuan dalam pemilu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Jambi. 2. Spesifikasi penelitian Adapun spesifikasi penelitiannya yaitu diskriptif analistis, yaitu suatu penelitian yang bersifat memaparkan, menggambarkan secara rinci tentang implementasi kebijakan afirmasi (affirmative action) kuota tigapuluh persen perempuan dalam pemilu legislative DPRD Kota Jambi dan menganalisa pada pokok permasalahan guna untuk mudahkan menemukan fakta dan data-data yang ada di lapangan, dan selanjutnya dianalisis menggunakan konsep-konsep maupun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. 3. Sumber Data. a. Penelitian kepustakaan Melalui studi pustaka, penulis mengambil berbagai bahan yaitu bahan yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian mulai dari UUD 1945, UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum, dan berbagai peraturan perundang-undangan lain serta literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian. b. Penelitian lapangan 1 Rizky Ariestandi Irmansyah, Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Jogjakarta, Graha Ilmu, 2013, hlm.40 2 Jimly Asshidiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demoktratis, Jakarta, 2008, hal

5 Studi lapangan penulis memperoleh data melalui dokumentasi, peraturan partai politik, KPU dan selanjutnya dalam proses pencalonan anggota legislatif perempuan. Kemudian sumber lapangan diperoleh langsung dan observasi kepada pihak-pihak yang terlibat dengan masalah penelitian. 4. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara terbuka Wawancara terbuka adalah percakapan dimana subjek penelitian (yang diwawancarai) dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti diberikan kebebasan untuk berbicara secara luas dan mendalam untuk menjawab pertanyaan tersebut. 3 Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada narasumber yang terkait. b. Studi dokumentasi Dokumentasi menurut dapat artikan sebagi cara mengumpulkan data melalui benda-benda, majalah-majalah, dokumen-dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat ataupun catatan harian. Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang digunakan. 4 adalah sebagai berikut : 1) Jumlah anggota DPRD Perempuan Kota Jambi 2) Jumlah Kursi dari masing-masing Partai di DPRD Kota Jambi 5. Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data dan mengorganisir kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. 5 Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dimana dalam metode kualitatif sebagai prosedur untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diamati, yang menitik beratkan pada wawancara mendalam. Data yang terkumpul, dipilih dan dikelompokan berdasarkan data yang sama. Kemudian diorganisasikan untuk mendapat simpulan data sebagai bahan penyajian data. Setelah data diorganisasikan selanjutnya data disajikan dalam uraian-uraian normatif yang disesuaikan dengan bahan untuk memperjelas data, sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan. F. Pembahasan 1. Implementasi UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemberian 30% Bagi Perempuan Sebagai Anggota DPRD Kota Jambi. Penerapan UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum yang memberikan peluang bagi perempuan 30% untuk masuk ke calon legislatif merupakan angin segar bagi para kaum perempuan untuk melibatkan dirinya dan berpartisipasi dalam dunia politik, yang selama ini kaum 3 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung, Pustaka Setia, 2002, hlm Suharsimi Arikunto, Strategi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Widya Karya, hlm Ibid, hlm

6 perempuan kurang mendapatkan perhatian dan peluang untuk duduk menjadi anggota legislatif. Dengan UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum, diharapkan para kaum perempuan di Kota Jambi ini dapat menjadi anggota legislatif sebagai perwakilan suara perempuan, untuk menyampaikan aspirasi-aspirasinya dalam rangka turut serta berjuang dan memberikan kontribusinya terhadap masalah pembangunan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, social budaya, agama, masalah perempuan dan lain sebagainya. Sebagaimana ditentukan Pasal 58 UU NOmor 8 tahun 2012 bahwa: (1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. (2) KPU Provinsi melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD provinsi dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon sekurangkurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. (3) KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. 6 Sesuai dengan pasal diatas, tahap verifikasi kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPRD Kabupaten/Kota melengkapi persyaratan terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon sekurangkurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Sehubungan dengan kewajiban kuota 30% keterwakilan perempuan yang diwajibkan sebagai salah satu syarat kepada partai politik untuk lolos verifikasi dan menjadi partai peserta pemilu. Banyak parpol yang mengusung perempuan sebagai bakal calon anggota hanya sebagai formalitas saja, dan perempuan yang diusung terkesan dipaksakan. Sebagaimana dinyatakan oleh Yatno, anggota KPUD Kota Jambi : Dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh KPUD Kota Jambi, banyak ditemukan dalam dokumen bakal calon anggota perempuan yang diusung oleh partai yang bersangkutan adalah kader-kader baru, bukannya kader yang memang militan dan berproses didalam parpol tersebut. Hal ini nampak dari tahun di KTA (Kartu Tanda Anggota) parpol sebagai pelengkap persyaratan verifikasi terlihat baru terdaftar sebagai anggota parpol tersebut. 7 6 Wien Arifin, Ketua KPU Kota Jambi, Wawancara, tanggal 2 Februari Yatno, Anggota KPU Kota Jambi, Wawancara, tanggal 2 Februari

7 Berdasarkan hasil wawancara diatas terlihat bahwa banyak parpol yang masih sangat sulit untuk mendapatkan kader perempuan yang nantinya akan diusung menjadi calon legislatif. Masuknya perempuan dalam arena politik, khususnya dalam Pemilihan Umum Legisaltif 2014 ini, selalu menghadapi tantangan yang harus siap dihadapi. Hal ini sebagaimana dikemukakan anggota DPRD Kota Jambi Yeni Sinaga yang mengatakan bahwa, setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi perempuan yang akan berlaga dalam Pemilihan Umum Legisaltif yang datang yaitu : Pertama, mayoritas partai yang mengikuti kompetisi pemilihan umum merupakan partai-partai lama. Kalaupun ada partai baru, tindakan politiknya mengikuti pola lama ataupun komposisi dewan pengurusnya berisikan orang-orang lama. Hal ini merupakan jebakan politik jika perempuan tidak merumuskan bentuk politik berbeda dan program-program yang berisikan kepentingan konstituen. Kedua, tingkat kepercayaan rakyat terhadap lembaga-lembaga politik; parlemen, partai-partai, maupun sistem pemilu semakin menciut. Persentase golongan putih atau golput terus saja meningkat di berbagai pengalaman pemilihan umum. Ketiga, kemampuan dan keahlian kandidat perempuan untuk menempati posisinya. Posisi-posisi pencalonan anggota legislatif dan pengusulan calon pada umumnya direbut oleh perempuan dari kelas menengah ke atas. Pada umumnya, meskipun lapisan sosial ini memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan tinggi, akan tetapi biasanya kurang peka dan kurang terikat secara oraganik dengan massa perempuan di akar rumput. 8 Dengan kondisi-kondisi tersebut, maka hambatan bagi kaum perempuan untuk meniti karir di dunia politik akan tetap berlanjut. Terlebih lagi sanksi yang diterapkan bagi partai politik yang tidak memenuhi kuota sangat lemah, yakni hanya berupa revisi dokumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 58 Undang-undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu. Tanpa sanksi yang jelas, semisal membatalkan kesempatan partai untuk ikut dalam pemilu, ketidakpatuhan partai dalam memenuhi kuota tetap saja akan terjadi. Persoalan lain dari masih tetap rendahnya representasi perempuan di ranah lokal karena akses pendidikan bagi mereka kenyataannya masih lebih terbatas. Di samping itu, kaum perempuan di daerah perdesaan dan pedalaman juga kekurangan informasi dan fasilitas untuk dapat mengakses informasi tentang pentingnya duduk di lembaga perwakilan. Ditambah lagi, kepercayaan agama dan tradisi budaya di daerah pedesaan yang lebih ketat dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal itu menyebabkan hambatan bagi kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam kompetisi politik menjadi lebih besar. 8 M. Natsir, Ketua DPRD Kota Jambi, Wawancara, tanggal, 16 Maret

8 Bila dilihat dari hasil pemilu anggota DPRD Kota Jambi Tahun 2014, diketahui bahwa jumlah keseluruhan anggota DPRD Kota Jambi berdasarkan daerah pemilihan berjumlah 45 orang yang terdiri dari 12 partai politik, yaitu partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP, Hanura, PBB, PKPI. Dari 45 kursi DPRD Kota Jambi, Nasdem mendapatkan 1 kursi, PKB 4 kursi, PKS 1 kursi, PDIP 6 kursi, Golkar 4 kursi, Gerindra 5 kursi, Demokrat 8 kursi, PAN 5 kursi, PPP 4 kursi, Hanura 5 kursi, PBB 1 kursi, dan PKPI 1 kursi. Sedangkan untuk anggota DPRD Kota Jambi khusus untuk perempuan belum mencapai target, dimana dari 12 partai yang mengikutsertakan kaum perempuan untuk menjadi calon, maka yang menjadi anggota DPRD Kota Jambi khusus perempuan adalah sesuai daftar tabel sebagai berikut : Tabel. 1. Perolehan Suara Perempuan Anggota DPRD Kota Jambi Pemilu No Nama Anggota Partai Jumlah 1 RR. Nuily Kumiasih, SE Demokrat 1 2 Maria Magdalena, SS PDIP 1 3 Yenny Sinaga, S.Th. M.Pd.K PDIP 1 4 Hj. Markonah PAN 1 5 Nyimas Mazniati Hanura 1 6 Syofni Herawari, SP PKB 1 7 Ermawati Golkar 1 Sumber : Kantor KPUD Kota Jambi 2015 Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah angora DPRD Kota Jambi hasil pemilu tahun 2014 menempatkan anggota DPRD dari kaum perempuan hanya 7 orang dari jumlah total 45 Kursi artinya hanya (15,5%) perempuan yang menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Jambi. Sebagai perbandingan pemilihah umum tahun2009 yang lalu jumlah perempuan yang menjadi angora DPRD Kota Jambi hanya 4 orang yang dapat diketahui pada table sebagai berikut : Tabel.2. Perolehan Suara Perempuan Anggota DPRD Kota Jambi Pemilu No Nama Partai Nama Anggota Jumlah 1 GOLKAR Masita Arifin, SE 1 2 GOLKAR Hj. Elly Rosanita, SH 1 3 PKS Ir. Anti Yosefa 1 4 PDIP Maria Magdalina, SS 1 Sumber : Kantor KPUD Kota Jambi 2015 Berdasarkan tabel di atas, bahwa jumlah anggota DPRD Kota Jambi perempuan untuk tahun 2014 meningkat berjumlah 7 orang perempuan, dibandingkan tahun 2009 yang hanya 4 orang yang mewakiliki perempuan sebagai anggota DPRD Kota Jambi. Meskipun demikian, dari jumlah tersebut masih sangat sedikit jumlah kaum perempuan di Kota Jambi yang dapat berkiprah di dunia politik. 50

9 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Bagi Perempuan dalam Partisipasinya Sebagai Anggota Legislatif DPRD di Kota Jambi. 1. Faktor Pendukung Bagi Perempuan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden anggota DPRD, mengungkapkan beberapa faktor pendukung bagi perempuan untuk menjadi anggota legislative, diantaranya adalah : 1. Adanya ketentuan UU yang mensyaratkan setiap partai harus didukung caleg perempuan dengan peluang harus keterwakilan 30%. 2. Tingkat pemikiran kaum perempuan semakin maju 3. Adanya dukungan dari keluarga untuk perempuan menjadi caleg. Adanya ketentuan undang-undang yang menentukan kuota keterwakilan perempuan menjadi factor pendukung utama bagi kaum perempuan untuk berpartisipasi di bidang politik. Berdasarkan hasil wawancara responden perempuan anggota DPRD Kota Jambi mengungkapkan bahwa sebenarnya menurut Undang-undang perempuan saat ini sangat berpeluang dan diberi kesempatan untuk ikut serta dan berpartisipasi menjadi anggota legislatif dan penyampaian aspirasi masyarakat, karena pemikiran dan ide-idenya tidak kalah dengan kaum laki-laki, inilah makanya Undang-undang memberikan peluang dan harapan kaum perempuan untuk menjadi anggota DPR. Mengenai tingkat pemikiran kaum perempuan yang semakin maju juga telah mendorong kaum perempuan untuk berkiprah di dunia politik, khususnya anggota DPRD Kota Jambi. Hal ini dipengaruhi oleh semakin majunya tingkat pendidikan masyarakat, memunculkan banyak kaum perempuan yang cerdas dan pintar sehingga dapat dimanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam memajukan bangsa dan negara. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu RR. Nulli Kurniasih anggota DPRD Kota Jambi yang mengatakan bahwa : Banyak kaum perempuan/perempuan saat sekarang ini tidak diragukan lagi dari segi tingkat pendidikan, kecerdasan, ideidenya yang cemerlang, kemampuan di segala bidang. Tidak ada salahnya bila setiap pengelolaan Negara dan bangsa, pengelolaan sumber daya ala mini, memajukan masyarakat kitamengikutsertakan kaum perempuan untuk terlibat langsung inilah pertimbangan penting bagi kaum perempuan Indonesia kedepannya. 9 Hal ini menunjukkan bahwa semakin majunya tingkat pendidikan bagi kaum perempuan saat sekarang ini, maka akan semakin meningkatnya kemampuan kaum perempuan untuk berkiprah dalam dumia politik. Kemudian tentang adanya dukungan dari pihak keluarga, semua responden mengatakan bahwa duduknya mereka sebagai anggota DPRD Kota Jambi tidak terlepas dari dukungan pihak keluarga, terutama suami 9 RR Nulli Kurniasih, Anggota DPRD Kota Jambi, Wawancara tanggal, 18 Maret

10 dan keluarga terdekat. Bahkan tidak hanya dari keluarganya, justru kadangkadang dari berbagai organisasi, dan beberapa partai politik juga ikut mendukung dengan mengajak yang bersangkutan dapat bergabung dan meraup suara dari partai yang bersangkutan, karena dengan pertimbangan yang bersangkutan mempunyai kemampuan, keahlian dan potensi untuk menjadi anggota legislatif, inilah peluang bagi kaum perempuan. Dukungan itu menjadi sangat mutlak, karena beratnya tantangan yang harus dihadapi untuk duduk sebagai anggota legislative. 2. Faktor Penghambat Bagi Perempuan Hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan bagi perempuan dalam partisipasinya sebagai anggota legislative DPRD Kota Jambi. Tidak mustahil apabila ada sebagian kalangan yang menganggap keterlibatan perempuan dalam aktivitas politik tidak mencerminkan sosok perempuan ideal dalam Islam. Hal itu karena kuatnya asumsi masyarakat tentang pembagian peran perempuan bekerja di rumah dan laki-laki di luar rumah. Hambatan yang ditemui di lapangan berdasarkan hasil wawancara bahwa hambatan bagi perempuan untuk menjadi anggota legislatif antara lain adalah : a. Masih kurang tertariknya kaum perempuan untuk terjun kedunia politik Meskipun perempuan telah masuk dan duduk di dunia politik namun perannya belum dinilai maksimal. Pasalnya, terdapat sejumlah kendala yang menghambat langkah perempuan dalam dunia politik. Kendala lainnya karena adanya aturan dalam patai politik tertentu yang tidak memperbolehkan perempuan untuk duduk di pucuk pimpinan atau di lini tertentu. Hasil wawancara dengan Ibu Nyimas Mazniati anggota DPRD Kota Jambi mengatakan bahwa : Menurutnya, ada tiga faktor : kapasitas pribadi, aturan partai, dan penempatan kader perempuan dari partai tersebut dalam aturan lembaga politik. Kebanyakan legislator perempuan tidak memiliki integritas yang baik dalam perpolitikan sehingga mengikut. Sementara dalam hal partai, dirinya menyarankan, agar setiap partai menempatkan khusus presentasi dan peran perempuan dalam AD/ART partai, Intinya partai harus di reformasi. 10 Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas maka dapat ditegaskan bahwa masih adanya keterbatasan bagi kaum perempuan untuk duduk sebagai anggota DPR, masih adanya keterbatasan-keterbaasan salah satunya adalah persoalan integritas, sehingga diperlukan upayaupaya perbaikan untuk kedepannya. b. Kurangnya dukungan dari pihak suami dan keluarga Persoalan kurang dukungan dari keluarga terutama suami juga menjadi kendala bagi kaum perempuan untuk ikut dan berpartisipasi ke lembaga legislatif. Berdasarkan wawancara dengan responden perempuan anggota DPRD Kota Jambi mengungkapkan bahwa 10 Nyimas Mazniati, Anggota DPRD Kota Jambi, Wawancara tanggal, 19 Maret

11 persoalan dukungan dari pihak suami dan keluarga juga menjadi kendala, bagaimana seorang caleg perempuan yang kurang mendapar dukungan dan respon dari keluarganya akan berhasil, sedangkan caleg perempuan yang mendapat dukungan dana dan keluarganya belum tentu akan berhasil, inilah yang menjadi persoalan. Dengan kurangnya dukungan pihak suami maupun keluarga, sehingga tentu saja akan menjadi pertimbangan para perempuan untuk berpartisipasi menjadi calon legislatif. c. Dana yang cukup besar Peran politik perempuan menghadapi kendala besar dalam sistem demokrasi terbuka saat ini. Umumnya, perempuan minim dukungan dana untuk tampil, dan partai politik pun hanya asal-asalan memenuhi kuota 30 persen perempuan sebagai calon legislatif dalam pemilihan umum. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Syofni Herawati anggota DPRD Kota Jambi yang mengatakan bahwa : Pemilu selalu perlu dana besar, tapi sumber dana selalu didominasi kaum laki-laki. Perempuan tidak punya sumber dana yang cukup. Inilah hambatan besar bagi perempuan untuk ikut tampil sebagai politisi lewat Pemilu. Karena tanpa modal besar sulit untuk berhasil. Dana untuk operasional, dana untuk tim sukses, dana untuk atribut, dana untuk sosialisasi dan kompanye dan masih banyak lagi dana yang harus dikeluarkan bagi seorang caleg. 11 Selain itu partai politik menempatkan perempuan di nomor urut kurang menguntungkan. Kalau memang memberikan kesempatan, harusnya perempuan ditempatkan di nomor jadi, yakni nomor 1 atau 2. Parpol juga kurang serius, karena memasukkan perempuan asal comot sehingga bisa memenuhi kuota 30 persen. Itu sebatas memenuhi kuota yang ditetapkan UU. Seharusnya dipersiapkan serius, perempuan yang benar-benar berkualitasyang dimasukkan, sehingga nantinya kalau jadi wakil rakyat, sentuhan perempuan bisa memberi andil dalam pengambilan keputusan dan pembuatan UU. d. Pertimbangan tugas dan kewajiban perempuan sebagai isteri dan sebagai ibu. Menjadi anggota legislative tentunya berhadapan dengan kesibukan di luar rumah sehingga harus meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak perempuan yang memang masih mempertimbangan tugas dan kewajiban sebagai isteri dan ibu yang akan menjadi terlantar karena kegiatan sebagai anggota DPRD yang menyita waktu. Hal ini menjadi penghalang bagi perempuan untuk maju menjadi politisi. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Nurjannah Aktivitis Majelis Taklim Kota Jambi yang mengatakan bahwa : 11 Syofni Herawati, Anggota DPRD Kota Jambi, Wawancara tanggal, 17 Maret

12 Sebenarnya tugas pokok perempuan itu bukan menjadi seorang politik, karena untuk menyalurkan aspirasi kepada pemerintah kan tidak harus menjadi anggota DPR, melalui lembaga, melalui organisasi, melalui seminar dan diskusi dan masih banyak caracara lain untuk menyampaikan ide-idenya untuk kemalsahatan ummat tersebut. 12 Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas bahwa, persoalan terpenting bagi perempuan adalah menjadi sosok manusia yang menjadi contoh dan menjadi harapan semua orang, terutama adalah tugas dalam lingkup keluarga dan rumah tangganya. Banyak terjadi dan kita lihat bahwa perempuan yang menjadi aktivis politik banyak yang rumah tangganya berentakan, perceraian dan terjadinya peristiwa yang kurang baik bagi tumbuh kembang anak-anak. Hal inilah yang banyak menjadi halangan bagi perempuan yang memiliki pemikiran yang cerdas dan pemahaman agama sulit untuk ikut berpartisipasi di dunia politik. e. Kemauan kaum perempuan yang masih relatif rendah Kendati perempuan telah masuk dan duduk di dunia politik namun perannya belum dinilai maksimal. Pasalnya, terdapat sejumlah kendala yang menghambat langkah perempuan dalam dunia politik. Misalnya saja kendala dalam pribadi yang bersangkutan. Atau dengan kata lain kurangnya kesadaran dari perempuan yang berkecimpung dalam politik untuk lebih peka terhadap pengambilan kebijakan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Hj. Markonah anggota DPRD Kota Jambi yang mengatakan bahwa : Kemauan para perempuan khususnya di Kota Jambi untuk masuk ke dunia politik masih kurang, berbagai aspek kurang kesiapan masalah waktu, dana dan juga masalah belum siapnya untuk meninggalkan tugas-tugas kewajibannya sebagai isteri dan ibu bagi anak-anak. Karena kalau seorang ibu rumah tangga yang masuk ke dunia politik dan menjadi anggota DPRD harus rela dan siap berkorban waktu, baik mengurus suami dan anak-anak, kemudian baru mengurus aktivitasnya sebagai anggota DPRD, inilah yang menjadi pertimbangan para perempuan belum banyak siap untuk terjun ke daunia politik walupun sebagian perempuan sudah mencoba dan terjun lansjung kedunia politik. 13 Berdasarkan komentar di atas dapat ditegaskan bahwa, kemauan perempuan untuk masuk dan terjun langsung ke dunia politik 12 Nurjannah, Aktivitis Majelis Taklim Kota Jambi, Wawancara tanggal, 20 Maret Hj. Markonah, Anggota DPRD Kota Jambi, Wawancara tanggal, 19 Maret

13 saat ini belum tinggi, karena tidak sama dengan di daerah-daerah lainnya, seperti di Jawa maupun di Jakarta, dengan persaingan peran perempuan sangat tinggi dan ketat. Sehingga setiap partai sudah banyak SDM perempuan dan sudah siap untuk diikutsertakan dalam kegiatan maupun aktivitas di dunia politik. G. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Implementasi Affirmative Action Kuota 30% perempuan dalam pemilu legislative (DPRD) Kota Jambi dapat dikatakan mendorong meningkatkan jumlah anggota DPRD perempuan yang berkiprah menjadi anggota DPRD dibandingkan pemilu sebelumnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah perempuan yang duduk di legislative (DPRD) Kota Jambi pada pemilu 2014 menjadi tujuh orang, dibandingkan pemilu sebelumnya yang hanya sebanyak empat orang. Namun peningkatan tersebut masih jauh dari kuota yang diberikan UU sebesar 30%. Karena dari 45 orang anggota DPRD Kota Jambi, jumlah anggota perempuan (7 orang) tersebut hanya sebesar 15,5%. b. Faktor pendukung bagi perempuan untuk berpartisipasi sebagai anggota DPRD Kota Jambi selain adanya peluang yang diberikan oleh UU yang menentukan kuota 30% adalah meningkatkan pemikiran sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan perempuan serta adanya dukungan dari pihak keluarga. Adapun factor penghambatnya adalah kurang tertariknya kaum perempuan untuk terjun di dunia politik, kurangnya dukungan dari keluarga, dana yang cukup besar, serta pertimbangan akan tugas dan kewajiban perempuan sebagai istri dan ibu yang akan terlantar dengan menjadi anggota DPRD. 2. Saran Dalam penulisan ini ada beberapa yang penulis sampaikan sebagai rekomendasi diantaranya adalah : a. Seyogyanya harus ada undang-undang yang jelas memberikan ruang kepada calon anggota legislatif di dalam parlemen, sehingga keterwakilan perempuan dalam bidang politik dapat terimplementasikan. 55

14 b. Kaum perempuan seharusnya dapat lebih meningkatkan kiprahnya ke bidang politik praktis, agar dapat lebih memperjuangkan kepentingan-kepentingan kaum perempuan dan anak-anak yang seyogyanya lebih dipahami kaum perempuan daripada kaum laki-laki. Karena pada dasarnya antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kesempatan yang sama sebagai warga negara Indonesia. c. Partisipasi dari berbagai pihak baik pemerintah, partai politik, ataupun individu untuk menghapus budaya patriarki di Indonesia. H. Daftar Pustaka Al-Bahi, M. Langkah Perempuan Islam Masa Kini, Gejala-Gejala dan Sejumlah Jawaban, Gema Insani Pers, Jakarta,1992 Arikunto, S. Strategi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Widya Karya, Jakarta, 2004, Asror, M. Emansipasi Perempuan Dalam Qur an, Bulan Bintang, Jakarta,2001 Asshidiqie, J. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Graha Ilmu, Jakarta, 2008 Danim, S. Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002 Harsono, H. Implementasi Kebijakan dan Politik, Bumi Aksara, Jakarta 2004 Irmansyah, R.A. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi, Graha Ilmu, Jogjakarta, 2013, Sanit, A. Politik dan Kekuasaan, Bimantara, Jakarta, 2002 Sastroatmodjo, Komunikasi Politik Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Soedjipto, A. Politik Perempuan Bukan Gerhana Buku Kompas, Jakarta, 2005 Surbakti, Partisipasi Politik dan Pandangan Publik Bima Aksara, Jakarta, 2003 Thaha, K.H. Konsep Ibu Teladan Kajian Pendidikan Islam Risalah Gusti Jakarta, 1999 Utami, T.S., Perempuan Politik di Parlemen, Bima Aksara, Jakarta, 2004 Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi PBB. Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR,DPD, dan DPRD Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum DPR,DPD, dan DPRD Website :

15 2012-tentang-pemilu-dpr-dpd-dan-dprd/, keterwakilanperempuan-di-parlemen-dan-kualitas-kebijakan, Christina Holtz-Bacha, Political Disaffection, dalam dalam Lynda Lee Kaid and Christina Holtz-Bacha, Encyclopedia of Political Communication, (California : Sage Publications, 2008) p , pandangan-masyarakatmengenai-politik.html, an.peran.perempuan.dalam.politik, 57

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem

Lebih terperinci

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan pro dan kontra padahal banyak kemampuan kaum perempuan yang tidak dimiliki oleh laki - laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013 ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH

BAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH BAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.22&24/PUU-VI/2008 TENTANG SUARA TERBANYAK II.A. Sekilas Tentang Gerakan Perempuan dan Usulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi di Indonesia merupakan salah satu dari nilai yang terdapat dalam Pancasila sebagai dasar negara yakni dalam sila ke empat bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmat

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disuatu negara menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara,

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menganut konsep demokrasi yang ditandai dengan adanya pemilihan umum (pemilu) yang melibatkan masyarakat untuk memilih secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan 119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang

Lebih terperinci

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Gender menjadi aspek dominan dalam politik, dalam relasi kelas, golongan usia maupun etnisitas, gender juga terlibat di dalamnya. Hubungan gender dengan politik

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN PDIP PPP PD

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN PDIP PPP PD DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN POIN NO.DIM RUU FRAKSI USULAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU 59 (1) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik demokrasi modern menempatkan sebuah partai politik sebagai salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan sistem pemerintahan. Demokrasi modern

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 31 /Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE RAPAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Perempuan Dalam Arus Politik Lokal. Dedek Kusnadi. IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia

Perempuan Dalam Arus Politik Lokal. Dedek Kusnadi. IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia Perempuan Dalam Arus Politik Lokal Dedek Kusnadi IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan faktor yang mempengaruhi kemunculan anggota legislatif perempuan Kota Jambi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

Taufiq Amri 1. Kata Kunci: kebijakan, partai politik, keterwakilan, perempuan, pencalonan anggota legislatif, Kabupaten Paser

Taufiq Amri 1. Kata Kunci: kebijakan, partai politik, keterwakilan, perempuan, pencalonan anggota legislatif, Kabupaten Paser ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (3): 1361-1372 ISSN 2477-2458 (Online), ISSN 2477-2631 (Cetak) ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 KEBIJAKAN PARTAI POLITIK DALAM MERESPON PEMBERLAKUAN KUOTA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab-012.329248/TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN POIN NO.DIM RUU FRAKSI USULAN PERUBAHAN FUNGSI PARTAI POLITIK 70 Pasal 8: Partai politik berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE 2009-2014 Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep 1 SEKILAS DPRD KABUPATEN SUMENEP DPRD Kabupaten Sumenep merupakan lembaga perwakilan rakyat

Lebih terperinci

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Sistem Suara Terbanyak dan Pengaruhnya Terhadap Keterpilihan Perempuan Oleh: Nurul Arifin Jakarta, 18 Maret 2010 Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Awalnya pemilu legislatif tahun 2009 menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN Dengan meningkatnya keberadaaan badan legislatif yang menjadi mitra sejajar dengan badan eksekutif, akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat jika fungsi badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau warga negara berpartisipasi dalam pemilu untuk mempengaruhi pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau warga negara berpartisipasi dalam pemilu untuk mempengaruhi pembuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilu merupakan perwujudan dari demokrasi. Dengan kata lain, pemilu adalah pemilihan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal ini dapat terwujud apabila masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 41/Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN PERUBAHAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014

FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014 FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014 DPR hasil Pemilu 2009, akan segera berakhir Kinerja para anggotanya perlu dinilai agar dapat diketahui masyarakat terutama konstituen yang telah memilihnya. Hasil penilaian

Lebih terperinci

JAKARTA, 5 MEI 2013

JAKARTA, 5 MEI 2013 JAKARTA, 5 MEI 2013 www.jppr.org Fokus Pemantauan : JPPR melakukan pemantauan terhadap kelengkapan daftar bakal calon anggota legislatif Pemilu 2014. Daftar bakal calon legislatif diunduh dari website

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Analisa Media Edisi Kesembilan, September 2012

Analisa Media Edisi Kesembilan, September 2012 Keterwakilan 30% Perempuan: Menuntut Kepastian Partai Politik Provinsi DKI Jakarta baru saja menyelesaikan perhelatan akbar untuk memilih gubenur dan wakil gubenur periode 2012-2017. Bulan September ini

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT Transparency International Indonesia Latar Belakang Disahkanya Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1) Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Lebih mudah cara menghitung perolehan kursi bagi partai politik (parpol) peserta pemilu 2014 dan penetapan calon

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 Kata Pengantar PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Pemilu Legislatif 2014 telah selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN.

RINGKASAN PUTUSAN. RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008 atas Pengujian Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK - 1 - KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kota-019.435761/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM POLITIK LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM POLITIK LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM POLITIK LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH Oleh : FRANSIN KONTU, S.IP., M.Si. Email : fransin.ratih@gmail.com Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP-UNMUS ABSTRAK Kesenjangan gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan media massa, baik elektronik maupun cetak mengalami pertumbuhan luar biasa. Indikasinya, bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah media massa yang terus mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN

SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN LENA MARYANA MUKTI Anggota DPR/MPR RI 2004-2009 Jakarta, 21 Mei 2015 1 PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMBUAT

Lebih terperinci

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NO : 8/Kpts/KPU-Kota-012 329521/2015 TENTANG PENETAPAN HASIL PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAHUN 2014

Lebih terperinci