BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN
|
|
- Sudomo Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat 2009 di Kabupaten gunung Mas adalah bagian dari realitas perjalanan kehidupan politik perempuan di Indonesia. Hanya saja yang sangat signifikan dari kondisi politik perempuan di tempat ini adalah karena 11 orang yang mencalonkan diri tidak ada yang lolos ke kursi DPRD Kabupaten Gunung Mas untuk periode Memperhatikan upaya perempuan yang telah menjadi caleg pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, maka dilihat perempuan di tempat ini mendapat peluang dan kesempatan untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan politik. Keterlibatan ini adalah aktualisasi dari perwakilan politik perempuan itu sendiri. Perempuan yang mengalami rekruitmen politik telah menemukan media politik, guna kelanjutan motivasi maupun tujuan politik yang dimiliki. Perempuan di Kelurahan Tewah yang mencalonkan diri pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas adalah para pelaku politik yang telah menggunakan hak politiknya. Partai yang mengajak mereka untuk turut aktif dalam kegiatan politik, membuka seleksi kepemimpinan (selection of leadership), karena tujuan dari rekruitmen itu sendiri sebenarnya merupakan fungsi dari partai,
2 yakni sebagai perluasan lingkup partisipasi politik, yang dilaksanakan melalui kontak pribadi, persuasi dan sebagainya, sebagaimana yang dikatakan oleh Miriam Budiarjo. Kelanjutan dari rekruitmen politik bagi perempuan di tempat ini sudahkah sebagai representasi politik yang memperjuangkan keterwakilan mereka dalam upaya penguatan hak-hak politik. Aktualisasi politik yang dilakukan perempuan yang ikut mencalonkan diri pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, dalam rekruimen politik adalah aksi politik. Menurut Chusnul Mar iyyah ketika berbicara tentang politik maka berbicara tentang power yang dapat dikelompokan dalam pengertian ability (kemampuan), capacity (kecakapan), faculty (kemampuan), potential (kesanggupan), skill (kepandaian). Ketika dihubungkan dengan aksi politik yang dilakukan oleh perempuan di Kelurahan Tewah, sudahkah dalam diri mereka terdapat kemampuan, kecakapan, kesanggupan dan kepandaian sebagai modal dasar mereka terlibat dalam dunia politik nyata yang mereka jalani. Sedangkan menurut Lovenduski politik terdiri atas person, proses, hubungan, lembaga dan prosedur yang dapat membuat keputusan-keputusan berwibawa. Selanjutnya ia katakan bahwa tidak semua yang disebut politik oleh banyak orang dimasukkan dalam deskripsi politik. Bagian lain yang menentukan proses dari keterwakilan perempuan dalam politik adalah lembaga-lembaga dari perwakilan politik itu sendiri. Dari konsep politik yang demikian apa yang dapat dipahami dari perwakilan politik yang terjadi pada perempuan di Tewah yang mencalonkan diri dan tidak lolos. Jika konsep politik digambarkan sedemikian rupa oleh Chusnul Mar iyyah dan Lovenduski, maka aktualisasi politik perempuan yang ikut mencalonkan diri di
3 Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas, apakah memiliki muatan politik yang selaras dengan apa yang sudah dikonsepkan atau justru sebaliknya?. Pertanyaan ini muncul dari rekruitmen politik terhadap mereka, yang selanjutnya menggali apakah keberadaan mereka benar-benar merupakan kelompok perempuan yang telah memperjuangkan keterwakilan mereka dalam dunia politik. Jika aktualisasi politik yang sudah mereka lakukan memuat konsep politik di atas, lalu aksi politik seperti apa yang sudah dilakukan, guna melihat rekruitmen terhadap mereka sebagai kelompok perwakilan politik perempuan? Representasi perempuan dalam sistem politik adalah hal yang baik bagi demokrasi. Karena dengan adanya representasi perempuan membuat semangat dalam representasi politik. Reformasi politik di indonesia telah memberikan harapan yang besar bagi kaum perempuan. Munculah berbagai usaha pemberdayaan hak-hak politik perempuan. Keadaan ini mendukung kebangkitan kaum perempuan dalam merepresentasikan kelompoknya dalam perwakilan politik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Lovenduski bahwa perwakilan politik sebuah kelompok dapat dipahami sebagai kehadiran anggota-anggota kelompok tersebut dalam lembagalembaga politik formal. Dalam teori perwakilan politik yang menyatakan bahwa para wakil bertindak demi kelompok yang mereka wakili. Representasi perempuan di Tewah pada Pemilu Legislatif 2009 adalah tidak seperti dalam teori. Representasi mereka adalah karena proses rekruitmen politik yang dijalankan pada mereka, tanpa mereka dipersiapkan secara konsep politik. Menurut Lovenduski perwakilan politik perempuan dapat saja terwujud dengan adanya pemilihan. Dikatakan demikian, karena pemilihan berfungsi sebagai
4 pasar yang sempurna dimana semua permintaan politik dibuka. Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas adalah pasar politik yang dapat dijadikan momentum yang baik bagi perempuan di kelurahan Tewah yang mencalonkan diri, untuk melakukan tindakan politik yang merepresentasikan suara perempuan yang diharapkan dapat mengubah wajah politik ke arah yang lebih baik. Pemilihan yang merupakan pasar politik seharusnya dapat dipergunakan dengan baik, guna menunjukkan kepribadian politik yang dimiliki perempuan. Maka dapat dikatakan bahwa perwakilan politik perempuan dalam rekruitmen politik, adalah langkah awal bagi perempuan itu sendiri untuk mengaktualkan kemampuan politik. Sehingga kehadiran mereka benar-benar diperhitungkan dan dipentingkan dalam keputusankeputusan politik. Mengenai gagasan bahwa perwakilan politik perempuan tidaklah selalu mewakili kepentingan mereka, adalah juga gagasan yang harus dinilai ulang. Karena jika ada pengabaian dari kepentingan yang harus diperjuangkan untuk orang banyak, maka akan terjadi peregeseran substansi dari perwakilan politik perempuan itu sendiri. Rekruitmen politik adalah pintu masuk bagi perwakilan politik perempuan dalam realitas perempuan dan politik di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, memberikan fakta bahwa sebuah perwakilan politik adalah adanya kesiapan dari person atau kelompok yang direkrut, guna representasi politik mereka dapat terjadi dan tidak hanya sekedar sebuah lompatan politik yang dapat mematahkan tujuan politik dari kelompok yang diwakili. Dengan adanya perempuan, maka mereka dapat mewakili kelompok yang merujuk kembali kepada proses keterlibatan kolektif. Mereka dapat berbicara untuk organisasi mereka
5 dan dapat menyampaikan aspirasi internal dalam representasi politik yang proporsional. Perempuan yang mencalonkan diri dari Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, menunjukkan kompleksitas dari politik perempuan itu sendiri. Integrasi perempuan dalam wacana politik sebenarnya diajukan untuk mendukung tuntutan atas perwakilan perempuan dalam politik. Eksistensi perempuan dalam wacana politik tentu tidak selalu memiliki arah dan tujuan yang sama. Karena perwakilan politik perempuan tidak selalu muncul dari perempuan itu sendiri. Perwakilan politik terjadi dapat saja karena dorongan dari orang lain, dan juga atas kehendak dan motivasi yang jelas dari perempuan itu sendiri. Dalam keadaan inilah, kemudian perwakilan politik perempuan dapat memiliki bentuk yang berbeda. Lovenduski menjawab adanya bentuk yang berbeda dari perwakilan politik perempuan, dengan mengatakan bahwa dalam perwakilan politik perempuan terdapat dua bentuk. Bentuk yang pertama adalah perwakilan deskriptif. Dijelaskan bahwa dalam bentuk ini kaum perempuan seharusnya berada dalam pembuatan keputusan sebanding dengan keanggotaan mereka. Dalam perwakilan deskriptif, para wakil ini ada atas nama pribadi dan hidup mereka sendiri, dalam arti tertentu yang khas dan lebi besar dari orang-orang yang mereka wakili. Bentuk yang kedua adalah perwakilan substantif. Dalam bentuk yang kedua ini diarahkan pada ide mengenai kepentingan. Perwakilan substantif menyarikan isi dari dari keputusan-keputusan para
6 wakil. 91 Kedua bentuk perwakilan ini dapat ditelusuri dari motivasi caleg perempuan di Kelurahan Tewah. Apakah perwakilan mereka adalah untuk kepentingan pribadi mereka, atau apakah perwakilan mereka adalah untuk kelompok mereka? Jika keberadaan mereka sebagai caleg adalah untuk memperjuangkan harapan politiknya dan memperjuangkan kepentingan orang banyak, maka mereka dapat dikatakan sebagai reprentatif dari kelompok yang memperjuangkan mereka. Sebaliknya jika perwakilan politik mereka adalah untuk kepentingan orang lain, maka perwakilan politik mereka tidak dapat dikatakan sebagai representatif dari kelompok yang memperjuangkan mereka. Perwakilan politik perempuan yang terjadi di Pemilu Legislatif 2009 adalah merujuk kembali kepada tiga macam argumen yang disampaikan oleh Lovenduski, untuk mendukung tuntutan atas perwakilan perempuan yaitu: Argumen keadilan, yang menyatakan bahwa sangatlah tidak adil jika kaum laki-laki memonopoli perwakilan. Perempuan secara formal mempunyai kewargaan yang sama dengan laki-laki dalam sistem demokratis; Argumen Pragmatis, yang menyatakan bahwa perempuan memiliki kepentingan-kepentingan khusus yang hanya dapat dimengerti dan diwakili oleh perempuan sendiri; argumen perbedaan, yang berpendapat bahwa interaksi hubungan gender dan perbedaan sosial mempunyai pengaruh yang sangat penting pada kekuasaan politik dari macam-macam kelompok perempuan maupun laki-laki. 92 Ketiga argumen yang diajukan ini, ketika diperhadapkan kepada situasi politik perwakilan perempuan di Pemilu Legislatif 2009 merupakan argumen yang 91 Bdk. Lovenduski, Perempuan Berparas Politik..., Bdk. Ibid.,
7 dituangkan dalam affirmatif actions, sehingga perempuan di Kelurahan Tewah mengalami perubahan politik yang signifikan. Pemilu Legislatif 2009 berbeda dari sebelumnya, dengan hadirnya caleg perempuan yang seharusnya diharapkan benar-benar merepresentasikan perwakilan politik perempuan dengan didasari ketiga argumen yang diajukan Lovenduski. Persoalan yang kemudian muncul adalah karena kehadiran caleg perempuan ini adalah karena keberadaan partai yang membutuhkan caleg perempuan untuk melengkapi ketentuan UU, sehingga proses rekruitmen dan tujuan implementasi politik itu sendiri tidak dipahami secara holistik oleh kebanyakan caleg perempuan di Kelurahan Tewah. Karenanya kemudian terjadi kegagalan politik. Kegagalan politik yang dialami oleh caleg perempuan dari kelurahan Tewah adalah karena mereka kebanyakan direkrut secara mendadak oleh pihak partai tanpa mereka memiliki pengetahuan yang cukup dalam proses rekruitmen tersebut. 93 Caleg perempuan di Tewah secara umum, juga tidak memiliki modal politik yang memadai. Baik dalam minimnya pengalaman di dunia politik, berorganisasi di masyarakat, maupun motivasi politik yang masih belum terarah, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya. Rekruitmen politik dan proses menjadi caleg dilakukan oleh pihak partai kepada perempuan di Kelurahan Tewah. Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, memberikan ruang untuk perempuan di Kelurahan Tewah memunculkan kesadaran politik aktif. Gerakan transformasi terbuka untuk perempuan di tempat ini, untuk membuktikan kepercayaan diri dalam aktualisasi politik dengan 93 Wawancara, muderson Ketua PPK Tewah Tahun 2009, (Tewah:25 desember 2011).
8 menunjukkan potensi aktif. Dengan menempatkan perempuan dalam posisi politik, maka perwakilan politik perempuan dapat terealisasi. Karena itu, caleg perempuan di Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas adalah rekruitmen politik yang membuka kesempatan perwakilan politik perempuan. Mereka difasilitasi oleh partai untuk terlibat aktif dalam politik praktis yang sebenarnya dapat mereka gunakan sebagai media yang dapat membawa mereka mencapai tujuan politik. Tetapi karena rekruitmen mendadak yang dilakukan kepada mereka dalam kondisi politik yang singkat, maka sangatlah tidak mudah bagi mereka untuk merepresentasikan diri sebagai perwakilan politik perempuan, yang kolektif dapat mengambil keputusan politik dan lolos ke kursi DPRD Kabupaten Gunung Mas. B. PELUANG POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 TIDAK DIMANFAATKAN SECARA MAKSIMAL Diberlakukannya UU No 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik dan kepengurusan partai politik, selanjutnya pasal 53 dan pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen memang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tewah. Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas diwarnai kehadiran perempuan yang dikatakan sebagai implementasi dari diberlakukannya UU yang memberikan kesempatan dan jaminan bagi kehadiran perempuan di dunia politik. Tersedianya motor politik dalam hal ini partai politik, yang telah menyiapkan kuota bagi perempuan, pada hakikatnya adalah menjembatani politik
9 perempuan kepada peluang yang dapat saja menjadi sebuah kesuksesan. Apabila dicermati, pada PemiluLegislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, khususnya di Kelurahan Tewah, para caleg perempuan di tempat ini cukup mendapatkan kesempatan yang bagus. Terdapat 30 partai yang memiliki Pengurus Anak Cabang (PAC), memberikan kesempatan yang banyak bagi perempuan yang ingin menjadi caleg untuk memilih partai yang dapat mensukseskan cita-cita politiknya. Pemikiran ini dilatarbelakangi pula dengan situasi politik yang baik, dengan dibukanya kesempatan bagi perempuan yang berminat untuk mencalonkan diri, mengkampanyekan visi dan misinya untuk konstituen, sehingga melalui itu konstituen menerima kehadiran caleg perempuan tidak sebagai pelengkap syarat belaka, melainkan benar-benar hadir sebagai pelaku politik yang memperjuangkan aspirasi masyarakat kelak jika terpilih. Jikalau saja para caleg perempuan ini menggunakan kesempatan dengan kesiapan politik yang cermat, tidak menutup kemungkinan mereka dapat lolos. UU No 10 Tahun 2008, yang merupakan solusi untuk keterwakilan perempuan dalam rangka pemilihan wakil-wakil rakyat, baik di tingkat pusat (parlemen) maupun di tingkat daerah (DPRD), memberikan pijakan kuat bagi langkah politik caleg perempuan. Permasalahan yang kemudian muncul dari para caleg perempuan adalah kerap terjadi adalah kendala dari perempuan itu sendiri, yang selanjutnya disebut faktor internal (Nantri, 2004). Salah satunya perempuan sering kurang percaya diri, sehingga tidak siap mental dan psikologis untuk memasuki dan melaksanakan fungsi-fungsi jabatan sebagai perumus kebijakan maupun pengambil keputusan. Hal ini dapat kita pelajari dari pengalaman kebanyakan caleg perempuan
10 di Kelurahan Tewah yang gagal mendapatkan kursi Legislatif untuk tingkat Kabupaten Gunung Mas. Ketika mereka bersedia direkrut oleh pihak partai bahkan dicalonkan oleh partai untuk bersaing meraih posisi politik di kursi legislatif, secara umum bukan karena mereka memiliki kepercayaan diri untuk berpolitik, tetapi mereka melakukan aksi politik karena sekedar melengkapi syarat demi ketentuan UU.Peluang politik yang tersedia tidak dimanfaatkan secara maksimal. Padahal Pemilu legislatif Tahun 2009 sangat potensial bagi caleg perempuan untuk mendapatkan kesuksesan politik mereka. Karena pada Pemilu legislatif Tahun 2009 wajah politik berubah dengan kehadiran kaum perempuan di partai-partai politik besar maupun partai-partai politik yang baru. Sistem politik telah memperkenalkan konsep yang berubah dengan memperkenalkan figur-figur perempuan. Caleg perempuan di Kelurahan Tewah secara umum dapat dikatakan sebagi caleg perempuan yang telah melakukan partisipasi politik secara aktif. Meskipun mereka tidak lolos, paling tidak hal lain yang perlu dilihat dari sisi pembelajaran politik, adalah mereka telah memberanikan diri untuk tampil di ruang publik. Kehadiran mereka dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas, memberikan pula pelajaran bagi perempuan di daerah itu, bahwa perempuan sekarang telah mengalami peningkatan dalam partisipasi politik dalam upaya peningkatan keterwakian perempuan di bidang politik. Kehadiran para caleg perempuan yang fenomenal ini menyemarakkan pesta demokrasi masyarakat di Kelurahan Tewah. Pemenuhan kuota dengan kehadiran UU No 2 Tahun 2008 dan Pasal 53 serta pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, membawa perempuan di Kelurahan Tewah untuk terlibat dan mencalonkan diri. Peluang politik
11 ini dapat dilihat dalam dua pembagian. Peluang yang pertama adalah: Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Gunung Mas, adalah pemilu yang diharapkan sebagai sarana yang dapat mengantar perempuan ke kursi legislatif mewujudkan cita-cita politiknya. Peluang yang kedua adalah: Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas, adalah sebuah pengalaman yang berharga dan sebagai tindakan partisipatif dengan tujuan yang beragam. Misalnya keinginan untuk coba-coba ikut berpolitik, ikut mensukseskan kandidat lain dari partai yang sama. Seperti yang sudah disampaikan dalam bab sebelumnya. Dari beragam motivasi politik yang telah diungkapkan para caleg perempuan di Kelurahan Tewah, memberikan gambaran posisi perwakilan politik perempuan. Bahwa perempuan yang ikut menjadi Caleg pada Pemilu Legislatif 2009 di Kelurahan Tewah memiliki beragam motivasi politik. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah pemilu Legislatif kedua yang pernah dilaksanakan di kabupaten Gunung Mas, semenjak terbentuknya Kabupaten Gunung Mas, yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Pemilu Legislatif yang pertama dilaksanakan pada tahun Kondisi ini tentunya turut mempengaruhi kondisi politik di Kelurahan Tewah. Kondisi yang dimaksud adalah para perempuan yang mengikuti bursa Pemilu Legislatif Tahun 2009 dengan menjadi caleg perempuan, tentunya masih memiliki pengalaman politik yang minim. Keikutsertaan mereka sebagai bagian dari partai pengusung dengan memenuhi tuntutan kuota perempuan yang harus dipenuhi, secara umum adalah pengalaman pertama mereka berpolitik. Artinya para caleg perempuan, belum memiliki pengalaman dalam berpartai dan dalam bentuk komunikasi politik. Meskipun mereka menyadari akan kekurangan
12 mereka, namun partisipasi politik secara aktif sebagai calon legislatif perempuan telah memberikan pembelajaran politik yang dapat dijadikan pengalaman politik. Pengalaman dari para caleg perempuan ini tentunya sangat berguna bagi mereka dalam memikirkan langkah politik selanjutnya. Proses menjadi caleg perempuan dialami para caleg perempuan di Kelurahan Tewah dalam pengalaman dan motivasi politik mereka yang beragam. Kegagalan mereka dalam memperoleh kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Kabupaten Gunung Mas adalah karena berbagai faktor yang turut mempengaruhi langkah politik mereka. Adapun yang dapat dilihat sebagi faktor yang turut mempengaruhi kegagalan politik mereka adalah: Pengalaman mereka dalam berpolitik yang masih minim, dalam hal ini pengalaman mereka dalam berpartai dan memahami seperti apa sebenarnya politik itu; Pengalaman berorganisasi yang belum memadai; Kesiapan dana yang masih belum memadai; Motivasi politik yang masih belum jelas; Fokus politik yang masih kabur, sehingga strategi politik pun kabur. Dari hal-hal seperti inilah banyak pembelajaran yang didapatkan bagi langkah selanjutnya. Kegagalan caleg perempuan di Kelurahan Tewah untuk lolos ke kursi Dewan Perwakilan Rakyat tingkat II Kabupaten Gunung Mas, adalah gambaran kesiapan perempuan di daerah itu dalam menyikapi politik praktis. Diakui kalau mereka yang telah mencalonkan diri pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, sebagai pemenuhun kuota UU yang telah berlaku sebagai jaminan politik bagi perwakilan politik perempuan, masih tidak siap untuk mengimplementasikan representasi perempuan yang siap untuk berpolitik dan memperjuangkan hak-hak politiknya. Jikalau dilihat dari kondisi pesta demokrasi pada Pemiihan Umum Legislatif 2009, perempuan yang selama ini
13 dalam sikap biasa-biasa dalam partisipasi politik, maka pada Pemilu Legislatif 2009 telah mendapatkan tempat dalam mengaktualisasikan represrentasi politik perempuan. Sebagai figur yang dikenal dalam keseharian dan memiliki keluarga yang luas (extended familiy), maka peluang untuk mendapatkan suara konstituen terbuka, namun logika ini tentunya dilihat pula dari segi keseriusan dalam mengambil sikap politik. Tentunya pendekatan dan upaya kampanye sangat mempengaruhi pilihan konstituen. Ketika caleg perempuan ini tidak memiliki waktu, daya dan dana yang cukup dalam mengkampanyekan diri, maka tentu akan mempengaruhi hasil pemilihan, dan itu terbukti ketika mereka gagal untuk lolos ke keursi DPRD Tingkat II Kabupaten Gunung Mas. Sikap politik yang serius dan upaya dalam pencapaian target politik, adalah bagian dari strategi politik yang mempengaruhi tercapainya sebuah tujuan politik. Kebanyakan pengalaman caleg perempuan di Kelurahan Tewah, mereka direkrut oleh partai politik karena mereka ingin coba-coba untuk berpolitik dan mereka bersedia karena melengkapi ketentuan UU, demi kenalan atau kerabat mereka sebagai kandidat dari partai yang sama, dengan motivasi kenalan ataupun kerabat mereka dapat lolos. Kondisi Partisipasi politik yang demikian tidak dapat dikatakan sebagai upaya representasi dari perwakilan politik perempuan. Sistem keterwakilan politik perempuan yang dikaitkan dengan affirmatif Actions, sebagai langkah dari solusi mengejar keterbelakangan perempuan dari kaum pria yang menjadi bagian dari UU No 10 Tahun 2008 telah diaplikasi oleh para caleg perempuan di Kelurahan Tewah dengan cara menjadi anggota partai dan
14 mencalonkan diri dalam persaingan meraih kursi legislatif untuk Kabupaten Gunung Mas. Keterwakilan perempuan yang dituangkan dalam UU No 10 Tahun 2008 dihadirkan dalam rangka pemilihan wakil-wakil rakyat, baik di tingkat pusat (parlemen) maupun di tingkat daerah (DPRD), sangat penting bagi realisasi politik keterwakilan perempuan atau yang dikenal pula dengan istilah feminisasi politik. Ketika partai telah memenuhi persyaratan dengan merekrut perempuan dalam kuota 30% dalam komposisi partai, maka upaya feminisasi politik dijalankan dalam wujud keikutsertaan perempuan sesuai dengan UU yang berlaku. Dalam bentuk pencalonan perempuan di Kelurahan Tewah sebagai calon anggota legislatif, maka proses feminisasi politik di tempat ini sudah dimulai. Meskipun yang kemudian menjadi hasil dari upaya feminisasi politik itu, belum dapat dicapai dengan baik disebabkan kegagalan para caleg perempuan di tempat itu mendapatkan kursi legislatif karena minimnya suara yang mereka dapatkan. Peluang perempuan yang cukup baik pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, memberikan harapan politik yang baik bagi caleg perempuan. Dari peluang yang tersedia itu, maka pemanfaatan peluang menjadi bagian yang penting pula. Permasalahan yang muncul adalah ketika mereka tidak siap untuk bersaing dalam berpolitik. Disadari kalau dalam dunia politik praktis dalam merebut kursi legislatif, maka setiap orang yang telah memilih sikap politik dengan mencalonkan diri, harus siap pula menerima segala konsekuensi dari politik yang diikuti. Adanya kesadaran awal dari para caleg perempuan di Kelurahan Tewah, bahwa mereka tentu tidak mudah untuk meraih kursi legislatif. Memenuhi keperluan politik sebagai upaya
15 mencapai tujuan politik memang tidak hanya membutuhkan sarana politik saja, tetapi beragam kesiapan politik dalam representasi politik yang siap untuk bersaing. Aplikasi politik yang telah dilakukan para caleg perempuan di Kelurahan Tewah, adalah reaksi politik yang baru mereka jalani. Kegagalan mendapatkan kursi legislatif di Kabupaten Gunung Mas, tidak hanya dilihat sebagai kegagalan politik perempuan di tempat ini. Tetapi proses politik yang telah dialami itu adalah proses pembelajaran politik yang baik bagi kaum perempuan yang berminat di bidang politik, bahkan memiliki rencana politik ke depan. Representasi para caleg perempuan di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas dapat dijadikan momentum politik yang baik, guna proses politik yang baik ke depan. Dari proses yang sudah dilalui, mereka dapat belajar dan berbenah diri dalam menentukan langkah politik selanjutnya. Sehingga representasi perempuan dalam berpolitik, benar-benar representasi yang berkualitas dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingan politik yang bertujuan menciptakan wajah politik yang baik di Negara Indonesia. Pemilu Legislatif tahun 2009 yang telah memberikan peluang kepada kaum perempuan, membuka pikiran politik warga masyarakat, bahwa pada kondisi dewasa ini, semua warga negara berhak memperoleh hak politiknya dan dijamin dalam mempergunakan hak politiknya. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah langkah nyata dalam upaya memperjuangkan kesetaraan gender yang tentunya masih harus terus diperjuangkan. Langkah ini adalah langkah bagi pemberdayaan kaum perempuan di bidang politik. Hal yang perlu untuk ditindaklanjuti kemudian dari wacana ini adalah, bagaimana kaum perempuan dapat mempergunakan momentum ini ke depannya. Para caleg
16 perempuan di Kelurahan Tewah yang telah mengalami kegagalan politik, menjadi pembelajaran bagi kaum perempuan di tempat ini maupun seluruh perempuan yang berjuang di bidang politik. Peluang politik yang mengaplikasikan demokrasi dengan menempatkan perempuan memiliki hak dalam memenuhi perwakilan politik mereka, adalah demokrasi yang dibangun dalam pengembangan eksistensi perempuan yang diharapkan optimal. Para caleg perempuan di Kelurahan Tewah yang telah gagal dalam meraih kursi legislatif pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, mengalami proses demokrasi politik yang harus terus dilanjutkan. C. PEROLEHAN SUARA YANG MINIMUM Perolehan suara adalah kunci utama bagi kesuksesan seorang caleg berhasil mendapatkan kursi legislatif. Para caleg perempuan di Kelurahan Tewah yang tidak berhasi dan gagal memperoleh kursi legislatif, tentunya dikarenakan perolehan suara yang mereka peroleh pada saat pemilihan minim dan tidak dapat bersaing dengan kandidat yang lain. Memang diakui pesta demokrasi pada Pemilu legislatif Tahun 2009 diwarnai antusiasme yang tinggi, dari warga masyarakat setempat.figur caleg yang wajahnya familiar, memberikan suasana yang berbeda dari pesta demokrasi pada Pemilu Legislatif sebelumnya. Warga masyarakat di Kelurahan Tewah sebagai konstituen pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, ternyata tidak hanya memperhatikan wajah figur caleg yang familiar saja, tetapi mereka memperhatikan pula pengalaman berpolitik caleg dan keseharian dari caleg. Kemampuan politik caleg diperhitungkan konstituen dalam menentukan pilihan. Para caleg perempuan di Kelurahan Tewah
17 mengalami kegagalan, tentunya dihasilkan pula dari perspektif politik konstituen. Bukan karena mereka adalah perempuan, tetapi karena proses mereka menjadi caleg diukur oleh konstituen dari berbagai segi. Pemenuhan kuota 30% dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah secara kuantitas sudah terealisasi, walaupun secara kualitas belumlah memenuhi syarat yang maksimal dalam representasi politik perempuan yang berupaya mencapai tujuan politik dengan keberhasilan mendapatkan kursi legislatif. Tidaklah dapat dihindari konsekwensi dari sebuah keputusan berpolitik selalu mengarah kepada dua hal yaitu keberhasian dan kegagalan. Meskipun peluang sangat baik bagi para caleg perempuan dalam memulai representasi politik mereka, tetapi semuanya kembali kepada kesiapan politik mereka. Persepsi konstituen di Kelurahan Tewah mengenai figur caleg yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pilihan mereka pada waktu pemungutan suara dilaksanakan. Ketika latar belakang politik para caleg perempuan yang mengikuti bursa pemilihan calon anggota legislatif di Kabupaten Gunung Mas diketahui konstituen dengan baik, maka konstituen mampu mengkritisi perwakilan politik perempuan, dengan minimnya suara yang mereka berikan kepada caleg perempuan. Pesta demokrasi yang telah dilaksanakan di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, adalah fenomena politik yang cukup menarik. Ketika 11 orang perempuan yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif semuanya mengalami kegagalan.padahal jika ditelusuri secara sejarah perempuan di tempat itu, perempuan
18 adalah figur yang pernah menjadi sosok pemimpin yang tangguh. 94 Berdasarkan latar belakang sejarah ini, maka figur perempuan sebagai sosok pemimpin bukanlah hal yang baru. Artinya masyarakat di Kelurahan Tewah sudah sejak dulu mengakui keberadaan perempuan sebagai pemimpin. Hanya saja kompetensi dari perempuan yang berani tampil sebagai figur pemimpin tetap diperhitungkan. Dari pesta demokrasi yang terjadi pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, warga masyarakat sebagai kostituen dan juga para caleg mendapatkan pengalaman politik yang signifikan. Tantangan politik ke depan bagi perempuan, mengharuskan perempuan itu sendiri untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Proses politik yang akan dialami menuntut perempuan untuk lebih siap dalam modal politik. Sehingga representasi perwakilan politik perempuan benar-benar feminisasi politik yang realistis dan dapat dipertanggung jawabkan dalam politik yang berkualitas. Representasi perempuan sebagai pemimpin dan pembuat keputusan adalah proses demokratisasi yang harus diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan politik di Indonesia. Dengan adanya UU politik yang telah menjamin keterwakilan perempuan di bidang politik, maka perempuan tidak perlu takut lagi untuk terlibat dunia politik. Hanya saja dalam mengambil sikap dalam keputusan politik, perempuan tidak lagi sekedar upaya coba-coba, sekedar pelengkap syarat, ataupun hanya sebagai batu loncatan untuk orang lain. Perwakilan politik perempuan adalah representasi politik yang mengahadirkan kuantitas dan kualitas yang mampu 94 Bdk. Penjelasan Mengenai Sejarah Arti Dari Nama Kelurahan Tewah.
19 membuat wajah politik ke arah yang lebih baik. Perempuan dan politik di Kelurahan Tewah dalam problem kegagalan, karen perolehan suara yang minim.
PEREMPUAN Dan POLITIK. (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) TESIS
PEREMPUAN Dan POLITIK (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) TESIS Diajukan Kepada Fakultas Teologi Program Studi Magister Sosiologi Agama Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu
Lebih terperinciPEREMPUAN dan POLITIK. (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Jemaat GKE Tewah Pada. Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas)
Lampiran 1 PEREMPUAN dan POLITIK (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Jemaat GKE Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) Pedoman Wawancara I. Daftar Pertanyaan Untuk Caleg Perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciMenuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015
Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS
DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN POIN NO.DIM RUU FRAKSI USULAN PERUBAHAN FUNGSI PARTAI POLITIK 70 Pasal 8: Partai politik berfungsi sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi dari tingkat pusat sama tingkat daerah. Setiap daerah banyak mencalonkan dirinya dan
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciSistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1
S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari
Lebih terperinciKesimpulan K E S I M P U L A N. DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota
K E S I M P U L A N Kesimpulan CECILIA BYLESJÖ DAN SAKUNTALA KADIRGAMAR-RAJASINGHAM DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota parlemen mencapai 8,1 persen. Pada tahun 2002
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.
BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini
Lebih terperinciPemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama.
Pengantar: Pemilihan umum legislatif berlangsung 9 April. Banyak pihak berharap hasil pemilu bisa membawa perubahan bagi Indonesia. Bisakah itu terwujud? Dan bagaimana hukum syara tentang pemilu legislatif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif
Lebih terperinciMAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU
MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU DISUSUN OLEH : NAMA : FAJAR GINANJAR NIM : 21060110083001 PSD III TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAN DIPONEGORO SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan pro dan kontra padahal banyak kemampuan kaum perempuan yang tidak dimiliki oleh laki - laki.
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciPEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan
PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciPeranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH
Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan
Lebih terperinciBAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH
BAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.22&24/PUU-VI/2008 TENTANG SUARA TERBANYAK II.A. Sekilas Tentang Gerakan Perempuan dan Usulan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan konsep sumber daya, maka peneliti dapat mendeskripsikan kesimpulan sebagai berikut : sumber daya yang menjadi faktor kekalahan dari caleg perempuan adalah informasi
Lebih terperinciPANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK
PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan
Lebih terperinciRESENSI BUKU MEMAHAMI PEMILU DAN GERAKAN POLITIK KAUM DIFABEL
M. Akbar Satriawan, Memahami Pemilu dan... RESENSI BUKU MEMAHAMI PEMILU DAN GERAKAN POLITIK KAUM DIFABEL Muhammad Akbar Satriawan Judul buku : Memahami Pemilu dan Gerakan Politik Kaum Difabel Penulis :
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eksekutif.Dengan diaturnya partai politik sebagai satu-satunya tempat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan salah satu wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.partai politik merupakan tempat untuk memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan jabatan
Lebih terperinciDemokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat
PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan
119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sebagaian masyarakat beranggapan bahwa masalah status laki-laki dan perempuan mempunyai tempat berbeda. Mulai dari kemampuan fisik, penempatan kerja
Lebih terperinciP E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N
10 BAB 1 BAB 1 P E N G A N T A R Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N Partisipasi sejajar perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah semata-mata sebuah tuntutan akan keadilan demokrasi, namun juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinciAntara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004
Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 Paparan untuk Sidang Para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia Jakarta, 4 November 2003 Yanuar Nugroho yanuar-n@unisosdem.org n@unisosdem.org
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik demokrasi modern menempatkan sebuah partai politik sebagai salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan sistem pemerintahan. Demokrasi modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam suatu Negara yang menganut paham demokrasi. Semenjak Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam suatu Negara yang menganut paham demokrasi. Semenjak Indonesia merdeka kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi di Indonesia merupakan salah satu dari nilai yang terdapat dalam Pancasila sebagai dasar negara yakni dalam sila ke empat bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara, memilih dan dipilih menjadi penyelenggara negara. 1 Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Hal ini berarti bahwa rakyat mempunyai hak mutlak untuk memilih sebagian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan berisi tentang temuan-temuan hasil
216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Uraian pada Bab V ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan berisi tentang temuan-temuan hasil penelitian seseuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman telah banyak mengubah pandangan tentang perempuan, mulai dari pandangan yang menyebutkan bahwa perempuan hanya berhak mengurus rumah dan selalu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pembahasan dalam bab sebelumnya (Bab IV) telah diuraikan beberapa ketentuan pokok dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD 2009 dan 2014
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
BAB V Kesimpulan Pembahasan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana Strategi Marketing Politik Partai Amanat Nasional Kabupaten Banjarnegara dalam memenangkan pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinciPokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara
Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.
Lebih terperinciPERSEPSI TENTANG CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KALANGAN IBU RUMAH TANGGA. (Yudi Irawan, Adelina Hasyim, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK
PERSEPSI TENTANG CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KALANGAN IBU RUMAH TANGGA (Yudi Irawan, Adelina Hasyim, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi masyarakat
Lebih terperinciKronologi perubahan sistem suara terbanyak
Sistem Suara Terbanyak dan Pengaruhnya Terhadap Keterpilihan Perempuan Oleh: Nurul Arifin Jakarta, 18 Maret 2010 Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Awalnya pemilu legislatif tahun 2009 menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan yang signifikan. Salah satu kebijakan dari otonomi daerah diantaranya yaitu diadakannya Pemilihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik misalnya, hasil perubahan UUD 1945 tahun mengamanatkan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca reformasi tahun 1998, partai politik (Parpol) memiliki kedudukan yang semakin penting dalam sistem politik Indonesia. Dari sisi rekrutmen jabatan-jabatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciPerempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik
Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Sri Budi Eko Wardani PUSKAPOL - Departemen Ilmu Politik FISIP UI Lembaga Administrasi Negara, 21 Desember 2016 2 Partisipasi Perempuan di Ranah Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah
123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.
BAB IV KESIMPULAN Pelaksanaan pemilu 2009 yang berpedoman pada UU No. 10 Tahun 2008 membuat perubahan aturan main dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Melalui UU tersebut diharapkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai
Lebih terperinciDEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.
Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian studi kasus yang di lakukan di DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ditemukan bahwa model
Lebih terperinciKPPI dan Upaya Peningkatan SDM Perempuan Partai Politik" Disampaikan oleh :
KPPI dan Upaya Peningkatan SDM Perempuan Partai Politik" Disampaikan oleh : Latar Belakang : Pileg dan Pilpres 2009 telah berlalu, dan perempuan diberikan kesempatan untuk meningkatkan jumlahnya di DPR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH
77 BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH SIYA>SAH A. Analisis Mekanisme Rekrutmen Bakal Calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat (Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.
106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinci