BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA"

Transkripsi

1 111 BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA 8.1 Pembelian Lahan Oleh Pendatang Guna menunjang kegiatan usaha pariwisata, tentunya dibutuhkan suatu lokasi yang dapat mempertemukan kebutuhan antara wisatawan dengan sang pengusaha. Lokasi lokasi yang cukup stratregis tentunya telah menjadi banyak incaran para pengusaha untuk mendirikan usaha di tempat tersebut, seperti untuk kegiatan usaha homestay dan rumah makan. Lokasi yang dianggap strategis juga biasanya merupakan lahan bagi para pedagang (usaha informal) untuk berjualan di lokasi tersebut. Lokasi-lokasi yang dianggap strategis di Pulau Pramuka diantaranya adalah lahan di depan dermaga tempat dimana para penumpang maupun wisatawan baru saja turun dari kapal, jalan disamping Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu serta beberapa lokasi yang dapat langsung melihat keindahan laut maupun matahari terbit dan tenggelam. Jalan disamping RSUD merupakan lahan yang cukup strategis bagi para pedagang karena merupakan percabangan jalan dan dekat dengan homestayhomestay yang berada di sepanjang jalan dermaga. Sewa 12% Milik Pribadi 78% Menumpang 10% Gambar 31. Persentase Responden Berdasarkan Status Lahan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011

2 112 Data persentase responden berdasarkan status lahan usaha pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 31. Dari 81 responden yang diwawancarai, terdapat 51 responden yang memerlukan lahan bagi kegiatan usaha mereka. Dari 51 responden tersebut, sebanyak 78 persen pengusaha memiliki lahan dengan status milik pribadi baik dengan membeli tanah ke orang lain maupun tanah warisan dari keluarga sang pengusaha. Sisanya sebanyak 12 persen pengusaha memiliki lahan usaha dengan status sewa dengan sistem pembayaran per tahun, dan 10 persen pengusaha memiliki lahan usaha dengan status menumpang atau diberikan pinjaman tempat Milik Pribadi Sewa Minjam Asli Pendatang Gambar 32. Grafik Persentase Responden Berdasarkan Asal Penduduk dan Status Lahan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 Persentase responden berdasarkan asal penduduk dan status lahan usaha pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 32. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada status lahan usaha milik pribadi dan meminjam, dominan dimiliki oleh penduduk asli, dengan rincian 57 persen responden dengan status lahan usaha milik pribadi dan 10 persen responden dengan status lahan usaha meminjam. Sebaliknya pada status lahan usaha menyewa, dominan dimiliki oleh penduduk pendatang yaitu sebanyak 8 persen responden. Perbedaan yang cukup mencolok dalam hal kepemilikan lahan usaha antara penduduk asli dan pendatang terlihat pada status lahan usaha milik pribadi, dimana hanya sedikit pendatang yang memiliki lahan usaha dengan status lahan milik pribadi. Faktor - faktor yang turut mendorong terjadinya pembelian tanah atau alih sumberdaya baik oleh penduduk asli maupun pendatang adalah kunjungan wisatawan ke Pulau Pramuka yang cenderung meningkat beberapa tahun

3 113 belakangan ini dan faktor pertambahan penduduk yang dengan sendirinya membuat penduduk (terutama penduduk lokal) membutuhkan lahan untuk tempat tinggal. Kunjungan wisatawan yang meningkat tersebut telah mendorong penduduk asli dan beberapa penduduk pendatang untuk membeli lahan untuk digunakan sebagai lahan usaha terutama membangun penginapan (homestay) baru. Dalam hal membangun homestay, tentunya dibutuhkan suatu lahan tempat bangunan homestay didirikan. Lahan yang digunakan untuk dibangun homestay beberapa ada yang merupakan tanah warisan keluarga, maupun lahan pribadi yang dibeli dari orang lain. Ada pula homestay yang awalnya merupakan rumah sang pengusaha yang kemudian dirubah menjadi sebuah penginapan atau lahan berusaha lainnya. Seperti yang diutarakan salah seorang pemilik homestay : Tanah yang dibangun homestay itu luasnya dua kavling, satu setengah kavling tanah warisan, terus saya beli lagi setengah kavling ke saudara seharga Rp ,00. Dulunya sebelum dibangun jadi homestay, tanahnya saya pakai buat peternakan ayam sama bebek, itu tahun 2001 sampai Setelah itu saya langsung bangun homestay karena menurut saya penghasilannya lebih lumayan (Msb,35 tahun). Lahan yang digunakan untuk membangun homestay umumnya merupakan sebuah kebun ataupun tanah kosong dan beberapa juga ada yang merupakan rumah kontrakan. Luas lahan untuk sebuah bangunan homestay berkisar antara satu kaveling hingga empat kaveling, dengan ukuran satu kaveling meter. Sejauh ini pembangunan homestay dan pembelian tanah untuk dibangun homestay, lebih banyak dilakukan oleh penduduk asli Pulau Pramuka daripada penduduk pendatang. Pembelian tanah yang dilakukan oleh pendatang tersebut beberapa ada yang menggunakan jasa penduduk setempat. Beberapa pedagang warung sembako, umumnya membuka warung di rumah mereka sendiri. Pedagang souvenir SMO membuka toko dimana lahannya merupakan pinjaman dari warga setempat dan merupakan lahan kosong, sedangkan KPP menggunakan Kios UKM (Usaha Kecil Menengah) pemberian dari Pemda setempat sebagai tempat usaha mereka. Selain itu, terdapat pula sebuah toko souvenir dimana lahannya merupakan lahan sewaan yang dibayar per tahun. Lahan rumah makan juga ada yang merupakan lahan sendiri dan ada pula yang merupakan lahan sewaan. Pendatang yang memiliki Rumah Makan Padang

4 114 sejauh ini masih menyewa tempat berusaha dengan pembayaran per tahun. Sebaliknya restoran NRO yang juga dimiliki oleh pendatang, menyewa sebuah gosong (bentukan daratan yang terkurung atau menjorok pada suatu perairan, biasanya terbentuk dari pasir dan kerikil, sehingga membentuk dangkalan) untuk dijadikan lahan usaha terutama budidaya ikan keramba. Usaha-usaha di sektor jasa juga umumnya menggunakan lahan rumah mereka untuk dijadikan tempat berusaha dimana hampir semuanya masih merupakan penduduk asli pulau. Terdapat satu jasa rental sepeda yang mengontrak sebuah bangunan yang sebelumnya merupakan bekas rumah makan, harga sewa bangunan tersebut Rp ,00/tahun. Beberapa usaha penyewaan alat snorkeling maupun diving ada yang menggunakan rumah sendiri, menumpang di tempat orang serta ada pula yang memang diberikan oleh Pemda setempat. Jasa penyewaan alat snorkeling dan diving yang diberikan tempat oleh Pemda setempat adalah Elang Ekowisata. Usaha jasa catering pun umumnya menggunakan rumah sang pengusaha tersebut, sehingga tidak membutuhkan lahan khusus. Belum Ada Rencana 13% Tidak Berminat Menjual Tanah 64% Berminat Menjual Tanah 23% Gambar 33. Persentase Responden yang Memiliki Lahan Kosong Berdasarkan Opini Menjual Tanah di Pulau Pramuka Tahun 2011 Beberapa pengusaha di sektor pariwisata juga ada yang memiliki lahan kosong dan belum dibangun apapun. Dari 81 responden yang diwawancarai, terdapat 30 responden yang memiliki lahan kosong di Pulau Pramuka dengan luas tanah yang beragam. Luas lahan yang dimiliki berkisar antara satu kaveling hingga sepuluh kaveling, dimana cukup banyak yang memiliki tanah kosong dengan luas lebih dari empat kaveling. Data persentase responden yang memiliki

5 115 lahan kosong berdasarkan opini menjual tanah di Pulau Pramuka disajikan dalam Gambar 33. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 64 persen pemilik lahan tidak berminat menjual tanah mereka. Sebaliknya sisanya sebanyak 23 persen pemilik lahan berminat menjual tanah mereka asalkan harga yang ditawar cukup tinggi, dan sebanyak 13 persen pemilik lahan belum memiliki rencana apa-apa akan lahan kosong yang dimilikinya. Beberapa pemilik tanah umumnya tidak ingin menjual tanah bahkan ingin membeli tanah lagi. Sebab harga tanah di Pulau Pramuka saat ini melambung tinggi, sehingga tanah merupakan aset penting bagi mereka. Harga tanah yang melambung tinggi disebabkan oleh makin maraknya pembelian lahan untuk lahan usaha seperti homestay dan kontrakan maupun untuk dibangun rumah, sedangkan lahan kosong yang tersedia semakin terbatas jumlahnya. Para pemilik tanah juga tidak ingin menjual tanah karena ingin diwariskan kepada keluarga mereka atau dibangun homestay maupun rumah baru. Namun ada pula pemilik tanah yang hingga saat ini belum memiliki rencana hendak dijadikan apa lahan kosong yang mereka miliki. Beberapa pemilik tanah ada yang bersedia untuk menjual tanah mereka, dengan persyaratan harga yang ditawar cukup tinggi dan dianggap menguntungkan bagi sang pemilik tanah. Beberapa kasus harga tanah tinggi dimungkinkan karena adanya spekulasi harga tanah, terutama bila pembeli tanah tersebut merupakan penduduk pendatang. Harga jual tanah untuk pendatang cenderung lebih tinggi daripada harga jual tanah untuk penduduk asli dikarenakan anggapan masyarakat bahwa pendatang umumnya memiliki modal ataupun uang yang lebih banyak dibandingkan penduduk setempat. Selain itu, penduduk asli Pulau Pramuka cenderung menolak bila ada lahan yang dibeli oleh investor luar (pendatang), terutama bila dapat merugikan dan mematikan usaha penduduk lokal. Hal ini karena umumnya investor luar (pendatang) memiliki modal yang lebih besar, sehingga penduduk setempat dapat kalah bersaing. Seperti penuturan salah seorang informan (Ketua RT) sebagai berikut : Sejauh ini hampir semua usaha di Pulau Pramuka dilakukan oleh penduduk asli, hampir seluruh homestay juga dimiliki oleh penduduk asli. Kalaupun ada pendatang yang berusaha, biasanya sudah berkeluarga dengan orang pulau. Jarang ada pendatang seperti investor luar yang punya modal besar, bisa masuk dan

6 116 membeli tanah di pulau. Kecuali memang lahannya sudah dibeli dari jaman dulu sekitar tahun 1990an sebelum pulau terkenal seperti sekarang. Kemarin-kemarin juga sempat ada issue akan dibangun mini market seperti alfamart atau indomaret di Pulau Pramuka, tapi penduduk menolak soalnya takut usaha-usaha warung penduduk jadi sepi karena wisatawan bakal lebih milih berbelanja di mini market (Prn, 40 tahun). Ketika terdapat pengusaha (pendatang) yang hendak membeli tanah, umumnya harga tanah akan dinaikkan lebih mahal daripada harga untuk para penduduk lokal. Saat ini harga tanah satu kaveling di Pulau Pramuka saja bisa mencapai Rp ,00. Sejauh ini sangat sedikit pendatang yang membeli tanah di Pulau Pramuka dan digunakan untuk usaha di pariwisata. Beberapa pendatang (terutama yang bekerja sebagai pedagang kaki lima) cenderung menyewa atau mengontrak lahan. Para pemilik usaha pariwisata yang tergolong pendatang di Pulau Pramuka dan membeli lahan di pulau ini, umumnya sudah mengenal pulau dan kerap mengunjungi Pulau Pramuka sebelumnya. Seperti pengusaha VDM dimana salah satu pemiliknya merupakan staf pemerintahan daerah Kepulauan Seribu dan pengusaha WDG yang berawal dari kesenangan (hobi) akan diving di perairan sekitar Pulau Pramuka dan kemudian akhirnya memutuskan untuk membeli tanah. Pengusaha WDG awalnya membeli tanah dengan rencana ingin membangun rumah peristirahatan sesama rekan diving selama di Pulau Pramuka. Namun karena melihat bisnis homestay cukup berpeluang, maka pengusaha ini kemudian mendirikan homestay, setelah beberapa tahun tanahnya dibiarkan kosong dan dipinjamkan kepada warga untuk dijadikan lapangan voli. Berdasarkan pada uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bila mengacu pada pola konversi lahan berdasarkan aspek pelaku konversi, dapat dikatakan bahwa pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka dominan melakukan alih fungsi lahan secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Motif tindakan cenderung pada motif meningkatkan pendapatan melalui alih usaha dan motif kombinasi yaitu dengan membangun tempat tinggal yang sekaligus dapat dijadikan tempat usaha.

7 Kebijakan Pemerintah Sejauh ini tidak ada kebijakan yang mengatur lahan di Pulau Pramuka secara khusus. Hanya terdapat kebijakan dari Pemda setempat dimana zona di sepanjang pinggir pantai tidak boleh dibangun bangunan apapun karena digunakan untuk jalan lingkar pulau. Penduduk Pulau Pramuka juga sejauh ini tidak merasa terganggu dengan kebijakan tersebut. Hal ini karena jalan lingkar pulau membuat jalan di pulau menjadi tertata lebih rapi. Pemerintah nampaknya turut mendukung bila ada investor yang mau membeli lahan di pulau ini asalkan dapat memberi keuntungan bagi penduduk setempat. Hal ini sesuai dengan pengakuan dari staf Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai berikut : Sejauh ini sih tidak ada yang melarang investor luar untuk masuk ke pulau ini. Selama investor tersebut menguntungkan bagi orang pulau, pastinya akan kami permudah. Sama seperti pulau dan resort wisata lainnya di Kepulauan Seribu (Dhr, 40 tahun). Sejauh ini peralihan lahan lebih cenderung dilakukan diantara penduduk Pulau Pramuka. Walaupun ada pula pendatang yang membeli tanah dengan menggunakan jasa perantara orang Pulau Pramuka, sehingga urusan dalam membeli tanah jauh lebih mudah. Pendatang di Pulau Pramuka terutama para pedagang umumnya lebih memilih mengontrak rumah di Pulau Pramuka, dan membeli lahan di luar Kepulauan Seribu. Saat ini di Pulau Pramuka juga masih terdapat beberapa lahan kosong yang cukup luas. Beberapa diantaranya adalah milik pendatang yang sudah sejak lama dibeli dan dibiarkan saja sebagai lahan kosong. Salah satunya adalah tanah dengan luas sepuluh kaveling yang berada di dekat dermaga (pinggir pantai) dan menurut penduduk setempat merupakan lahan yang dibeli oleh orang Cina semenjak dulu (sekitar tahun 1990). Di sebelah lahan tersebut terdapat lahan kosong juga yang berukuran enam kaveling yang merupakan milik staf Pemda Kepulauan Seribu. Lahan tersebut hingga saat ini masih berupa lahan kosong dan belum ada rencana untuk dibangun apapun.

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI TINGKAT PENDAPATAN USAHA DAN KERJA PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA

BAB VI TINGKAT PENDAPATAN USAHA DAN KERJA PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA 85 BAB VI TINGKAT PENDAPATAN USAHA DAN KERJA PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA 6.1 Tingkat Pendapatan Usaha dan Kerja Pariwisata Semenjak Pulau Pramuka berkembang menjadi pulau wisata pemukiman, telah terjadi

Lebih terperinci

BAB V BENTUK DAN KARAKTERISTIK PEMANFAAT PELUANG USAHA DAN KERJA PARIWISATA

BAB V BENTUK DAN KARAKTERISTIK PEMANFAAT PELUANG USAHA DAN KERJA PARIWISATA 52 BAB V BENTUK DAN KARAKTERISTIK PEMANFAAT PELUANG USAHA DAN KERJA PARIWISATA 5.1 Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan Kerja 5.1.1 Latar Belakang Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Sejak adanya

Lebih terperinci

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL VIII. DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Potensi wisata bahari yang dimiliki oleh gugusan Pulau Pari telah mengundang perhatian bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta JUTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang semakin besar dalam menjelajah sektor pariwisata global. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM PULAU PARI

V. KONDISI UMUM PULAU PARI V. KONDISI UMUM PULAU PARI 5.1. Lokasi Penelitian Secara geografis Pulau Pari terletak antara 05 0 50 LS hingga 05 0 52 LS dan 106 0 34 BT hingga 106 0 38 BT. Daerah ini terletak di Laut Jawa, tepatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung Jakarta 2 pulau (Besar dan Kecil) 4,148 jiwa *2010 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

Artikel Liburan ke Pulau Pari

Artikel Liburan ke Pulau Pari Artikel Liburan ke Pulau Pari Liburan yang bakal seru bareng keluarga: kakak, adik dan saudara-saudara sepupu ataupun dengan teman-teman, baik teman sekantor sepermainan, sekuliah ataupun teman sekomplex

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini peran teknologi serta informasi memang tidak dapat dipisahkan dalam berbagai aspek. Perkembangan teknologi informasi sangat berkembang pesat saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari puluhan ribu pulau, salah satunya adalah Pulau Belitung. Belitung merupakan pulau kecil

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan suatu sektor yang sangat penting bagi suatu Negara. Karena sektor pariwisata merupakan sektor yang menguntungkan banyak pihak. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam perkembangan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat seyogianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau pelabuhan dalam bahasa Indonesia. Orang-orang Tuban setempat mengatakan bahwa boom dibangun

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pariwisata Menurut Yoeti (1996), bila ditinjau secara etimologi pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pari dan wisata. Pari berarti

Lebih terperinci

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages Jakarta 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa *2010 1 jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages Terletak di Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka memng masih dalam lingkup Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan banyak dikunjungi orang, namun semenjak dengan dibangunnya jembatan penghubung ke Pantai Parangtritis,

Lebih terperinci

Ruhut Mangaradja Lubis. Abstrak

Ruhut Mangaradja Lubis. Abstrak Ruhut Mangaradja Lubis Identifikasi Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Ekonomi Penduduk Pulau Pramuka Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 23 No. 2, Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi berupa sumber daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gili Trawangan Gili Trawangan merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di pinggir pulau Lombok. Dahulunya pulau ini merupakan pulau yang pernah dijadikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang berlapis karang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki 17.000 pulau sehingga membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan 17.000 pulau ini maka Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian - - ra Kota Jakarta dimana terdiri dari 110 pulau. Pulau Tidung sendiri merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN. Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik perhatian dunia. Bahkan Indonesia berada di peringkat ke-4 dari negara-negara ASEAN yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki penerimaan dari berbagai sumber. Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar yaitu dari penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kondisi Pariwisata Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata Internasional. Kondisi geografis serta iklim yang unik dan menarik yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006)

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh Negara-negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sebagai sebuah ruang yang mana di dalamnya merupakan tempat sekumpulan orang tinggal (Hagget 1986, 175). Pariwisata

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran (rumah makan) merupakan lapangan usaha yang sangat berperan terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab 106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah menjadi sumber pendapatan daerah yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang menjadi andalan bagi Negara dalam meningkatkan pemasukan devisa. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus

Lebih terperinci

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PELUANG USAHA DAN KERJA LUAR PERTANIAN DI DAERAH PESISIR

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PELUANG USAHA DAN KERJA LUAR PERTANIAN DI DAERAH PESISIR ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 03 DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PELUANG USAHA DAN KERJA LUAR PERTANIAN DI DAERAH PESISIR Impact Tourism on Off Farm Business and Employment Opportunities in Coastal Area ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan 33 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan metode dengan informan, dan observasi. Data tentang karakteristik masyarakat lokal, tingkat,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. " Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN 2012-2032 I. UMUM Ruang dilihat sebagai wadah dimana keseluruhan interaksi sistem sosial

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... i ii iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja. BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Telaah hasil penelitian sebelumnya menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Belitung terletak antara 107 08 BT sampai 107 58 BT dan 02 30 LS sampai 03 15 LS dengan luas seluruhnya 229.369 Ha atau ±2.293,69 Km2. Pada peta dunia Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Industri pariwisata telah membuktikan dirinya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah pesisir merupakan daerah yang sangat terkait dengan hajat hidup banyak orang, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian muncul sejak manusia mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu kelompok manusia untuk bergantung dan

Lebih terperinci

Kuisioner Wisatawan. Lampiran 1. Kuisioner Wisatawan

Kuisioner Wisatawan. Lampiran 1. Kuisioner Wisatawan LAMPIRAN 158 159 Lampiran 1. Kuisioner Wisatawan Kuisioner Wisatawan Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan tujuan wisata bahari yang tengah giat mengembangkan potensinya. Sejauh ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik

Lebih terperinci

Ocean Care Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

Ocean Care Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Ocean Care 2012 Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu I. Gambaran Kegiatan secara Umum Coral Day merupakan kegiatan pemeliharaan estuari terumbu karang yang diselenggarakan oleh kumpulan LSM di wilayah Jabodetabek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan kota Medan sebagai kota Metropolitan, dimana pembangunan telah berlangsung sedemikian pesatnya. Hal ini perlu diimbangi dengan ketersediaan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci