BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (Cymbopogon nardus L.) sebagai pembasmi lichenes batu candi. Penelitian ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (Cymbopogon nardus L.) sebagai pembasmi lichenes batu candi. Penelitian ini"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas efektifitas minyak atsiri daun sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) sebagai pembasmi lichenes batu candi. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan minyak atsiri sebagai alternatif pengganti AC322 dalam pembasmian lichenes pada batu candi yang memiliki karaktesistik fisik susah untuk dihilangkan dan mengganggu keindahan candi apabila terdapat lichenes dalam skala besar. Minyak atsiri daun sereh wangi yang diperoleh dari tanaman sereh wangi lenabatu berasal dari perkebuan di Merapi diperoleh dalam kondisi baik dan segar. Sebelum proses penyulingan maka tanaman sereh ditimbang terlebih dahulu guna menentukan presentasi rendemen yang diperoleh. 1.1 Ekstraksi minyak atsiri sereh wangi lenabatu dengan destilasi uap air Ekstraksi minyak atsiri daun sereh wangi yaitu dengan menggunakan destilasi uap sistem uap dan air. Daun sereh dan batangnya di potong kecil-kecil dimaksudkan untuk mempercepat proses perebusan. Hasil penimbangan menunjukkan berat awal daun sereh wangi lenabatu yang akan didestilasi uap sistem boiler sebanyak 25 Kg dengan perhitungan rendemen sebesar 0,50%, hal ini sesuai dengan teori bahwa berat rendemen minyak atsiri sereh wangi lenabatu sebesar 0,5%. Adapun perhitungannya terlampir pada lampiran 1. Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan i

2 cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata 0,7 % dan musim hujan 0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak dari daun segar sekitar 0,5-1,2%, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim hujan. Daun sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 % (Anonimous, 1970). 1.2 Sifat fisik minyak atsiri daun sereh wangi Dari hasil penelitian didapatkan sifat fisik minyak atsiri daun sereh wangi, antara lain yaitu: Tabel 2. Sifat fisik minyak atsiri daun sereh wangi Sifat fisik Kisaran Standar Indeks bias/suhu 20 o C 1,469 1,466-1,475 Berat jenis/suhu 20 o C 0,8846 g/cm 3 0,880-0,922 g/cm Penentuan indeks bias minyak atsiri daun sereh wangi Pengujian indeks bias ini bertujuan untuk menentukan kemurnian minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu. Sebelum melakukan pengukuran indeks bias minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu, alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara permukaan lempengan tempat sampel dibersihkan dengan hati-hati menggunakan tisu yang telah dibasuh dengan aseton teknis. Setelah permukaan sudah bersih dan kering, sampel minyak 1-2 tetes diteteskan ke dalam permukaan prisma refraktometer. Kemudian prisma ditutup dan diputar knop pengatur sampai batas diantara medan terang dan gelap terlihat dengan jelas pada teleskop. Cermin diatur untuk mendapat sinar yang dipantulkan sepanjang sumbu teleskop, ii

3 kemudian diputar lagi sampai batas daerah terang dan gelap berimpit dengan titik potong dari garis silang dan indeks bias dapat dibaca dari skala. Pada penentuan indeks bias dilakukan dengan menggunakan alat berupa refraktometer Abbe, pada suhu 20 o C yaitu 1,469 dengan warna pada daerah terang (kekuningan) dan gelap (kehijauan). Hal ini sesuai dengan pustaka SNI (SNI terlampir) tentang minyak atsiri daun sereh wangi yang menyebutkan bahwa syarat mutu indeks bias minyak atsiri daun sereh wangi adalah berkisar 1,466-1, Penentuan berat jenis minyak atsiri daun sereh wangi Pada penentuan berat jenis ini, pengukuran dilakukan dengan menggunakan piknometer 10 ml dan diperoleh berat jenis minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu pada suhu 20 o C adalah 0,8830 g/ml, sesuai dengan SNI tentang sereh wangi yang menyebutkan bahwa syarat mutu berat jenis minyak atsiri daun sereh wangi adalah berkisar pada 0,880-0,922 g/cm 3. Pengulangan pengukuran berat jenis minyak atsiri daun sereh wangi dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu didapatkan hasil berturut-turut 0,8846 g/cm 3 ;0,876 g/cm 3 ; 0,8730 g/cm 3. Pada kedua pengulangan didapatkan nilai berat jenis minyak atsiri daun sereh wangi yaitu 0,876 g/cm 3 dan 0,8730 g/cm 3 keduanya tidak memenuhi syarat mutu berat jenis minyak atsiri daun sereh wangi sesuai SNI , ini dimungkinkan karena minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu sangat mudah terpengaruh oleh suhu dan cara penyimpanan, sehingga akan mempengaruhi sifat-sifat fisiknya dan mempengaruhi berat jenis minyak atsiri iii

4 daun sereh wangi. Berat jenis suatu senyawa organik dipengaruhi oleh berat molekul, polaritas, suhu, dan tekanan. Berat jenis juga merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Guenther, 1987). 5.3 Analisis kromatogafi gas-spektometri massa minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu Identifikasi minyak menggunakan kromatogafi gas dilakukan dengan cara menginjeksikan sampel minyak ke dalam ruang injeksi yang telah dipanasi. Sampel kemudian dibawa oleh gas pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Dalam kolom fase diam akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya dan akan dialirkan ke detektor yang memberi sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca. Identifikasi komponen minyak atsiri daun sereh wangi dianalisis dengan spektrometer massa dengan data spektra massa standar yang tersimpan dalam kepustakaan instrumen kromatogafi gas-spektroskopi massa. Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spektra senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka senyawa itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis sehingga dapat ditampilkan bahwa sampel tersebut sama dengan senyawa yang memiliki SI tertinggi dalam data komputer yang diberikan komputer. Dengan metode ini, maka alat kromatogafi gas-spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa tanpa memerlukan senyawa standar yang digunakan dalam metode spiking pada kromatogafi gas. iv

5 Tabel 3. Kondisi operasi kromatogafi gas-spektrometer massa: No. Parameter Kondisi optimum 1 Suhu Kolom o C dengan kenaikan 10 o C / menit 2 Gas pembawa Helium 81,5 ml / menit 3 Temperatur detektor 250,3 o C 4 Temperatur interface 300,1 o C 5 Temperatur injektor 250 o C Prinsip kerja alat KG-MS yaitu pada alat KG-MS terdiri dari dua bagian Kromatografi Gas (KG) dan Spektroskopi Massa (MS). Pada Kromatografi Gas pemisahan berdasarkan perbedaan volatilitas dari senyawa dan juga berdasarkan interaksi dengan fase diam. Fase diam yang dipakai untuk analisis komponen senyawa dalam minyak atsiri daun sereh wangi adalah rtx 5 dan fase geraknya yaitu menggunakan helium. Proses pemisahan terjadi dibagian kolom. Kromatografi Gas berfungsi untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam sampel sedangkan Spektroskopi Massa terdiri dari tiga bagian yaitu sumber ion, mass analyzer dan detektor. Senyawa yang masuk akan mengalami ionisasi dan fragmentasi menjadi ion-ion fragmen dan memasuki mass analizer, akan dipisahkan berdasarkan nilai m/z nya. Output dari detektor berupa diagam hubungan antara m/z dengan intensitas relatif ion-ion fragmen dari suatu senyawa, dalam pengidentifikasian suatu senyawa maka pola spektra yang diperoleh dibandingkan dengan library. v

6 Interpretasi dilakukan dengan melihat puncak-puncak karakteristik pada spektra massa. Berikut ini ditampilkan kromatogam dari identifikasi minyak atsiri daun sereh menggunakan kromatogafi gas: Gambar 18. Kromatogam minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu Setelah dianalisias dengan menggunakan alat kromatogafi gas-spektrometri massa, dari 20 puncak yang teridentifikasi terdapat 5 puncak komponen utama yang terdapat pada minyak atsiri daun sereh wangi, adapun komponen tersebut dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Komponen utama minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu Waktu Rumus Kimia Senyawa SI Area (%) Retesi 7,809 C10H18O Sitronela 97 47,30 8,889 C10H20O beta-sitroneloll 97 16,05 9,298 C10H18O trans-geraniol 93 12,98 10,680 C12H20O2 Linalyl acetate 94 4,91 11,923 C15H24 trans-caryophyllene 96 4,70 Komponen lain 14,06 Total 100 Spektra massa dari masing-masing komponen utama minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu dapat dilihat pada Gambar di bawah ini: vi

7 Gambar 19. Spektra massa senyawa sitronela Pada Gambar 19 terlihat spektrum massa dengan waktu retensi 7,809 menit. Dengan kelimpahann 47,30%. Senyawa sitronela merupakan golongan senyawa terpenoid yaitu termasuk monoterpen dengan puncak ion molekuller atau m/z 154. Gambar 20. Struktur senyawa sitronela Senyawa sitronela mempunyai rumus molekul C10H18O dan memiliki sifat: Nama IUPAC Rumus Molekul Massa molekul Densitas : 3,7-dimethyl-6-oktenal : C10H18O : 154,25 g / mol : 0,855 g/cm3 Titik didih : C Gambar 21. Spektra massa beta-sitroneloll vii

8 Pada Gambar 21 terlihat spektrum massa dengan waktu retensi 8,889 menit. Dengan kelimpahan 16,05%. Senyawa beta-sitronela merupakan golongan senyawa terpenoid yaitu termasuk monoterpen dengan puncak ion molekuller atau m/z 156, memiliki fragmentasi dengan spektra massa ini diperkirakan berasal dari senyawa beta-sitroneloll atau rodinol atau cephrol. Gambar 22. Struktur beta-sitroneloll Senyawa tersebut mempunyai rumus molekul C10H20O dan memiliki sifat dengan titik didih : 225 C (437 F; 498 K). Gambar 23. Spektra massa trans-geraniol Pada Gambar 23 di atas terlihat spektrum massa dengan waktu retensi 9,298 menit. Dengan kelimpahan 12,98%. Spektra massa ini diperkirakan berasal dari senyawa trans-geraniol dengan puncak ion molekuller atau m/z 136. Gambar 24. Struktur trans-geraniol viii

9 Senyawa tersebut mempunyai rumus molekul C10H18O dan memiliki sifat dengan titik didih 230 o C. Gambar 25. Spektra massa Linalyl acetate Pada Gambar 25 di atas terlihat spektrum massa dengan waktu retensi 10,680 menit. Dengan kelimpahann 4,91%. Spektra massa ini diperkirakan berasal dari senyawa Linalyl acetate dengan puncak ion molekuller atau m/z 136. Gambar 26. Struktur Linalyl acetate Senyawa Linalyl acetate mempunyai rumus molekul C12H20O2dan memiliki sifat dengan titik didih 220 o C. Gambar 27. Spektra Massa trans-caryophilene Pada Gambar 27 terlihat spektrum massa dengan waktu retensi 11,923 menit. Dengan kelimpahan 4,70%. Spektra massa ini diperkirakan berasal dari senyawa trans-caryophilene dengan puncak ion molekuller atau m/z 204. ix

10 Gambar 28. Struktur trans-caryophilene Senyawa tersebut mempunyai rumus molekul C15H24dan memiliki sifat: - Titik didih : o C - Indeks bias : 0, Larut dalam alkohol - Memiliki aroma seperti cengkeh Dari 5 senyawa utama penyusun minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu yang memiliki konsentrasi tinggi, yang kemungkinan bersifat antijamur adalah sitronela, beta geraniol. Kromatogafi gas digunakan dalam penelitian ini, karena adanya banyak keuntungan dari alat ini, diantaranya cepat, sederhana, sensitif, daya pisah tinggi, dapat dipergunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif. Dasar analisis spektroskopi massa adalah pemisahan berkas-berkas ion yang sesuai dengan perbandingan massa dengan muatan dan pengukuran intensitas dari berkas ion-ion tersebut, sehingga dapat ditentukan massa (berat) pmolekul dari senyawa tersebut. Partikel-partikel netral, yang dihasilkan dalam fragmentasi, yaitu molekul tak bermuatan atau radikal, tidak dapat dideteksi oleh spektroskopi massa. x

11 5.4 Analisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom Dalam penelitian ini, yang dianalisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu. Analisis ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya logam Pb, Cd dan Cr, dengan terdeteksinya logam ini minyak atsiri yang digunakan terbebas dari pengaruh logam tersebut. Sehingga tidak mempengaruhi efektivitas pada pembasmian lichenes pada batu candi. Analisis logam berat Pb, Cd dan Cr menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Perkin Elmer 5100 PC. Beberapa parameter atau variabel harus dioptimasi, karena kondisi optimum untuk suatu unsur tidak sama antara satu dan lainnya. Parameter yang harus dioptimasi untuk mendapatkan kondisi yang optimum adalah panjang gelombang, kuat arus hollow cathode lamp, lebar celah, laju alir asitelin, laju alir udara, dan tinggi burner. Pada kondisi optimum perubahan serapan yang disebabkan perubahan konsentrasi akan lebih sensitif. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kondisi Optimum Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom Parameter Parameter Cd Cr Pb Panjang gelombang (nm) 228, 6 357,0 217,0 Laju alir asetilen (L/menit) 1,56 3,0 2,0 Laju alir udara (L/menit) 13,5 6,0 4,0 Arus lampu (ma) 4 12,0 10,0 Lebar celah (mm) 0,5 0,7 0,7 Sebelum dilakukan pengukuran logam berat dengan alat SSA, maka sampel minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu didestruksi terlebih dahulu hal ini dimaksudkan untuk menghancurkan ikatan-ikatan yang membentuk koloid, sehingga nantinya akan membentuk larutan sejati. Hal ini dilakukan untuk xi

12 mencegah adanya sumbatan di dalam alat SSA, terutama di dalam selang kapiler dan pada atomizer. Proses destruksi minyak atsiri daun sereh wangi dipipet sebanyak 20 ml dan ditambah HNO3 pekat, dipanaskan dalam lemari asam dan diencerkan menjadi volume 50 ml dalam labu ukur cara kerja ini mengikuti aturan SNI Tabel 5. Absorbansi dan konsentrasi larutan standar Cr Nama Standar Konsentrasi (mg/l) Absorbansi (A) Blanko 0-0,0011 STD 1 0,5 0,0142 STD 2 1 0,0379 STD 3 3 0,1284 Sampel minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu 0,75 0,0262 Absorbansi (A) y = x R² = Konsentrasi logam Cr (ppm) Gambar 29. Kurva kalibrasi standar logam Cr xii

13 Hasil pengukuran untuk minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu diperoleh data absorbansi larutan standar hasil analisis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa logam Pb dalam sampel minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu tidak terdeteksi, sehingga logam Pb tidak berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan lichens pada batu candi. Hasil analisis logam Cd dapat dilihat pada lampiran 2, hasil pengukuran menunjukkan bahwa logam Cd dalam sampel minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu tidak terdeteksi. Sehingga logam Cd tidak berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan lichenes pada batu candi. Hasil analisis logam Cr dapat dilihat pada lampiran 2, hasil pengukuran menunjukkan bahwa adanya logam Cr dalam sampel minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu. Adapun hasil pengukuran absorbansi sampelnya adalah 0,0262. Untuk mengetahui kadar logam Cr dalam minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu maka digunakan metode kurva kalibrasi. Larutan standar Cr dibuat dengan konsentrasi 0,00 ppm, 0,5 ppm, 1 ppm, dan 3 ppm yang kemudian dianalisis dengan SSA dimulai dari 0,00 ppm sampai 3 ppm, sehingga didapatkan absorbansi masing-masing larutan standar, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. yang kemudian dibuat kurva kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Kurva kalibrasi larutan standar Cr absorbansi vs konsentrasi disajikan dalam Gambar 29. Setelah persamaan regesi linear diperoleh yaitu y = 0,042x, kemudian disubtitusikan data absorbansi sampel ke dalam persamaan tersebut. Dimana y sebagai absorbansi sampel dan x sebagai konsentrasi. Data perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan perhitungan yang didapat, diketahui bahwa kadar Cr dalam sampel adalah 6,093 mg/kg. Adanya logam Cr dalam minyak xiii

14 atsiri itu bisa saja terjadi karena pengaruh ketel pada saat dilakukan penyulingan minyak atsiri daun sereh wangi atau dapat juga disebabkan alat yang dipakai ketika dilakukan destruksi. Sedingga dapat disimpulkan bahwa logam Cr yang terkandung dalam minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu dapat mempengaruhi proses penghambatan pertumbuhan lichenes. Kandungan Pb, Cd dan Cr dalam minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu ditunjukkan pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Hasil analisis kandungan logam Pb,Cd dan Cr menggunakan SSA. Kandungan Logam Konsentrasi (mg/kg) Pb Tidak terdeteksi Cd Tidak terdeteksi Cr 6, Uji Lapangan Uji lapangan di dalam penelitian ini yaitu pengaplikasian langsung minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu dengan konsentrasi yang telah ditentukan terhadap batu yang ditumbuhi lichenes. Adapun minyak atsiri daun sereh wangi dibuat konsentrasi beragam yaitu 1%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 100% dengan tween 80 sebagai surfaktan. Minyak atsiri dengan konsentrasi tersebut di homogenkan dengan tween 80 kemudian diaplikasikan atau dioles pada permukaan batu yang telah ditumbuhi lichenes dan dilakukan pengamatan setiap 24 jam selama satu minggu. Tingkat efektifitas yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 30. xiv

15 Sebelum pengolesan 5/1/2014 Pengolesan minyak atsiri daun sereh wangi ke lichenes pada batu 5/1/2014 Pengamatan setelah 24 Jam 6/1/2014 Pengamatan setelah 48 Jam 7/1/2014 Pengamatan setelah 96 Jam 9/1/2014 Pengamatan setelah 120 Jam 10/1/2014 xv

16 Pengamatan setelah 144 Jam 11/1/2014 Pengamatan setelah 168 Jam 12/1/2014 Pengamatan setelah 384 Jam 21/1/2014 Pengamatan setelah dibersihkan dengan air 23/1/2014 Gambar 30. Efektivitas minyak atsiri daun sereh wangi setelah di aplikasikan di batu yang terdapat lichenes. Pengamatan efektifitas minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu terhadap lichenes pada batu menunjukkan perubahan siknifikan pada 24 jam pertama. Perubahan yang terjadi adalah warna kemerahan pada konsentrasi minyak atsiri daun sereh wangi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 100% dan belum menunjukkan perubahan warna pada konsentrasi 1% dan pembanding. Pengamatan 168 jam warna semakin terang yang mengindikasikan berpengaruhnya minyak atsiri daun sereh wangi terhadap lichenes pada batu. Pengamatan pada 384 jam menunjukkan rontoknya lichenes pada batu yang disebabkan terguyurnya air hujan dan xvi

17 mengindikasikan bahwa minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu efektif untuk membasmi lichenes pada konsentrasi minumum 5% karena pada konsentrasi 1% masih terlihat lichenes yang menempel pada batu setelah proses pembersihan, pemotretan dengan handy mikroskop sebelum dan setelah pengolesan dapat dilihat pada lampiran 3. Senyawa sitronela, piperitone, linalool, elemol, 1,8-cineole, limonene, geraniol, β-caryophyllene, metil heptenone, geranyl asetat dan geranyl telah diketahui dapat berperan sebagai antibakteri, antijamur, antiyeast, insektisida dan penolak serangga dalam jangka waktu yang lama (Ganjewala, 2009). 5.6 Uji Laboratorium Identifikasi jamur hasil koloni Identifikasi jamur dilakukan guna mengidentifikasikan jenis apakah jamur yang terdapat dalam lichenes. Jamur diisolasi dari lichenes menggunakan medium Potatoes Dextrose Agar (P.D.A) dimana medium ini selektif untuk menumbuhkan jamur. Identifikasi jamur dilakukan setelah koloni jamur terbentuk dan dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Hasil pengamatan dapat ditunjukkan pada Gambar 31. Gambar 31. Pengamatan dengan mikroskop digital jamur Penicilium sp hasil isolasi xvii

18 Penicillium sp adalah genus fungi dari ordo hypomicetes, filum Askomycota. Penicilium sp memiliki ciri hifa membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor dan spora yang dihasilkan disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma (Purves dan Sadava, 2003) Efektifitas minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu sebagai anti jamur Pengujian efektifitas minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu pada jamur hasil isolasi dari lichenes dilakukan untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu terhadap pertumbuhan jamur dari lichenes. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram adapun prinsipnya yaitu cakram kertas atau kertas saring direndam dalam bahan uji sampai jenuh. Cakram uji yang telah dijenuhkan dalam bahan uji dengan konsentrasi yang telah ditentukan kemudian ditanam pada media pembenihan yaitu media Potatoes Dextrose Agar (P.D.A) yang telah di inokulasi dengan jamur hasil isolasi kemudian diinkubasi dengan inkubator jenis Mould Fungus Incubator-250. Proses inkubasi dilakukan selama jam dengan suhu 35 o C. Selanjutnya diamati zona jernih sekitar cakram kertas yang menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan jamur. Selama inkubasi berlangsung minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu dengan konsentrasi tertentu berdifusi dari kertas cakram ke dalam medium, sehingga zona inhibisi akan terbentuk. xviii

19 Setelah dilakukan pengamatan pada setiap medium dengan konsentrasi minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu yang berbeda maka dapat terlihat hasil pengukuran zona hambat pertumbuhan jamur, hal ini dapat dilihat pada Gambar 32. Konsentrasi 1% Diameter 0 mm Konsentrasi 5% Diameter 5 mm Konsentrasi 10% Diameter 12 mm Konsentasi 15% Diameter 18 mm Konsentrasi 20% Diameter 29 mm Konsentrasi 25% Diameter 33 mm Blanko Diameter 0 cm Pembanding Diameter 0 cm Gambar 32. Penghambatan minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu terhadap aktifitas jamur xix

20 Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 32 maka dapat di simpulkan bahwa minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu berperan aktif dalam proses penghambatan pertumbuhan jamur dari lichenes, hal ini dapat dilihat bahwa pada area bersih cakram kertas dengan konsentrasi 5% mulai menunjukkan tingkat kebersihan selebar 6 mm. Semakin lebar untuk area bersih cakram kertas yang telah jenuh dalam konsentrasi minyak atsiri daun sereh wangi dengan konsentrasi yang lebih besar lagi atau bersifat linear. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri daun sereh wangi semakin besar pula area bersih dari jamur yang ditumbuh. Adapun untuk efektifitasnya dapat dilihat pada Gambar 33. Diameter zona hambat (mm) % 5% 10% 15% 20% 25% 30% Konsentrasi minyak atsiri (%) Gambar 33. Gafik hasil pengukuran zona penghambatan minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu terhadap jamur 5.7 Pengamatan Lichenes menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) Sebelum sampel batu dianalisis menggunakan SEM maka terlebih dahulu sampel dibersihkan dan harus bebas dari air, lalu tempatkan sampel pada sample holder berukuran 12 mm atau 25 mm, kemudian untuk menempelkan sampel diperlukan double-side tape konduktif serta diletakan area sampel yang akan xx

21 dipelajari pada 45 o. Selanjutnya dilakukan sputter/pelapisan dengan logam Au dengan ketebalan kira-kira nm. Setelah sampel sudah dilakukan pelapisan dengan logam Au, maka langsung dianalisis menggunakan alat SEM. Perbesaran 100 kali Perbesaran 500 kali Perbesaran 1000 kali Gambar 34. Morfologi permukaan batu yang ditumbuhi lichenes xxi

22 Perbesaran 100 kali Perbesaran 500 kali Perbesaran 1000 kali Gambar 35. Morfologi permukaan batu yang ditumbuhi lichenes setelah dioles dengan minyak atsiri daun sereh wangi 15% xxii

23 Perbesaran 100 kali Perbesaran 500 kali Perbesaran 1000 kali Gambar 36. Morfologi permukaan batu yang ditumbuhi lichenes setelah dioles dengan minyak atsiri daun sereh wangi 25% xxiii

24 Perbesaran 100 kali Perbesaran 500 kali Perbesaran 1000 kali Gambar 37. Morfologi permukaan batu yang ditumbuhi lichenes setelah dioles dengan minyak atsiri daun sereh wangi 100% Berdasarkan hasil SEM menunjukkan perbedaan antara hasil Gambar SEM lichenes yang belum dioles dengan hasil Gambar SEM lichenes setelah dioles minyak atsiri daun sereh wangi lenabatu 100%, yaitu pada Gambar 37 terlihat bahwa permukaan lichenes tersebut akan mengelupas secara perlahan berbeda dengan Gambar 36 yang masih rapat. xxiv

BAB IV METODE PENELITIAN. TOMY ES-215, canning Electron Microscope (SEM) Jeol JSM-T300,

BAB IV METODE PENELITIAN. TOMY ES-215, canning Electron Microscope (SEM) Jeol JSM-T300, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat Alat-alat yang diguanakan dalam penelitian ini antara lain autoklaf TOMY ES-215, canning Electron Microscope (SEM) Jeol JSM-T300, spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul.i. Halaman Pengesahan..ii. Halaman Persembahan...iii. Kata Pengantar v. Daftar Isi vii. Daftar Tabel..

DAFTAR ISI. Halaman Judul.i. Halaman Pengesahan..ii. Halaman Persembahan...iii. Kata Pengantar v. Daftar Isi vii. Daftar Tabel.. 7 DAFTAR ISI Halaman Judul.i Halaman Pengesahan..ii Halaman Persembahan...iii Kata Pengantar v Daftar Isi vii Daftar Tabel..xii Daftar Gambar.xiii Intisari...xiv Abstarct...xv Bab I Pendahuluan 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2011 di Laboratorium Mikrobiologi, Pasca Panen dan Teknologi Proses Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu perkolasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam 1. Penyulingan Minyak Nilam a. Daun nilam ditimbang dalam keadaan basah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, menyatakan bahwa tanaman ini adalah Pogostemon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Sampel yang digunakan adalah gorengan berlapis tepung yang diolah sendiri. Jenis gorengan yang diolah mengacu pada hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring

Lebih terperinci

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca ) PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) Raymond Thamrin 1), Max J.R. Runtuwene 2), Meiske S. Sangi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAM JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN MOTO...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. INTISARI...

DAFTAR ISI. HALAM JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN MOTO...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. INTISARI... DAFTAR ISI Halaman HALAM JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii HALAMAN MOTO....iii HALAMAN PERSEMBAHAN.... iv KATA PENGANTAR.... v INTISARI.... vii ABSTRAK....viii DAFTAR ISI.... ix DAFTAR TABEL.... xii

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai Oktober 2012. Sampel gubal dan daun gaharu diambil di Desa Pulo Aro, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten

Lebih terperinci

SPEKTROMETRI MASSA. Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7.

SPEKTROMETRI MASSA. Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7. SPEKTROMETRI MASSA Kuliah Kimia Analisis Instrumen Pertemuan Ke 7 siti_marwati@uny.ac.id Spektrometri massa, tidak seperti metoda spektroskopi yang lain, tidak melibatkan interaksi antara radiasi ektromagnetik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer Oleh : I Gede Dika Virga Saputra (1108105034) Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana 2013 Abstrak Tujuan dari percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Nama : Ivan Parulian NIM : 10514018 Kelompok : 10 Tanggal Praktikum : 06 Oktober 2016 Tanggal Pengumpulan : 13

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta) Ganis Lukmandaru, Denny Irawati dan Sri Nugroho Marsoem Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

SKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR

SKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains OLEH MAGDALENA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Nilam jenis Pogostemon cablin Benth adalah nilam yang digunakan dalam penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, Ngemplak Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN MOTTO KATA PENGANTAR INTISARI ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ii iii iv vi vii viii xi xii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10 UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMATIC ABSORPTION SPECTROMETER (F-AAS) AIR LIMBAH PADA PRA AKREDITASI UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVISI BANTEN UPT Labortaorium Lingkungan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2.2 Manfaat - Untuk dapat mengetahui bobot jenis dan indeks bias pada minyak sereh apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah Standardisasi Obat Bahan Alam Indah Solihah Standardisasi Rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci