BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan Pb d. Erlenmeyer 250 ml e. Pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml f. Labu ukur 100 ml g. Corong gelas h. Pemanas listrik i. Kertas saring whatman 40, dengan ukur pori θ 0,42 µm ; dan j. Labu Kjeldahl k. Neraca analitik l. Peralatan destilasi m. ph meter n. Labu semprot

2 Bahan bahan yang digunakan ; a. Akuadest b. Asam klorida ( HCl ) pekat c. Larutan standar logam seng ( Zn ) d. Larutan standar logam besi ( Fe ) e. Larutan standar logam tembaga ( Cu ) f. Larutan standar logam timbale ( Pb ) g. Gas asetilen ( C 2 H 2 ) H. H2SO4 (p) i. NaOH 30 % j. H3BO3 k Indikator tashiro 3.2. Pengambilan sampel Sampel sedimen diambil di wilayah perairan Danau Toba provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel di 3 lokasi yaitu daerah operasi kegiatan KJA Aquafarm, yaitu di daerah Pantai Pangambatan, Pantai Huta Ginjang (keduanya di Kecamatan Simanindo) dan daerah Pantai Silima Lombu (Kecamatan Onan Runggu). Sebagai pembanding pengambilan sampel diambil dari daerah desa Tambun Sukean Kecamatan Onan Runggu yang mempunyai jarak 4 km dari lokasi KJA. Jarak titik pengambilan sampel adalah 2 sampai 3 meter dari bibir pantai. Sampel sedimen diambil sebanyak 5 kg dengan

3 menggunakan wadah yang bersih dan dikeringkan dengan caradijemur dibawah panas matahari. Perlakuan sampel dilakukan dengan cara triplo. Lokasi I di daerah pantai Pangambatan terletak pada titik ,811 LU dan ,511 BT. Lokasi II di daerah pantai Huta Ginjang terletak pada titik ,911 LU dan ,811 BT. Lokasi III di daerah pantai Silima Lombu Terletak pada titik ,811 LU dan ,911 BT. Lokasi IV didaerah pantai Tambun Sukean ,211 LU dan ,311 BT Prosedur Kerja Penyedian Reagen Pembuatan Larutan NaOH 30 % Ditimbang sebanyak 30 gram NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml lalu dilarutkan dengan 90 ml aquadest,kemudian diencerkan sampai garis tanda 100 ml Pembuatan larutan H3BO3 3 % Ditimbang sebanyak 3 gram H3BO3 dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml lalu dilarutkan dengan 90 ml aquadest, kemudian diencerkan sampai garis tanda 100 ml Pembuatan larutan HCl 0,1 Ditimbang 2,2124 ml dilarutkan dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml lalu dilarutkan dengan 200 ml aquadest,kemudian diencerkan sampai garis tanda 250 Ml

4 3.3.2 Pembuatan larutan standar logam seng ( Zn ). ( SNI ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 5 ml dan 10 ml larutan baku seng ( Zn ) 10 mg/l ke dalam labu ukur 100 ml. b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam seng ( Zn ) 0,0 mg/l; 0,05 mg/l; 0,1 mg/l; 0,2 mg/l; 0,5 mg/l dan 1,0 mg/l Pengukuran konsentrasi logam seng ( Zn ) dengan SSA a. Nilai diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA pada panjang gelombang 213,90 nm. b. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat. c. Beberapa parameter pengukur untuk logam seng ( Zn ) ditetapkan sebagai berikut ; Tabel. 3.1 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam seng ( Zn ) No Parameter Spesifikasi Panjang gelombang Tipe nyala Lebar celah Lampu katoda 213,90 nm Asetilen / Udara 0,05 nm 5,0 ma Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Buck Scientific seri 205

5 d. Kemudian mengukur masing masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 213,9 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat. e. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi f. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.( SNI ) Pembuatan larutan standar logam besi, ( Fe ).(SNI ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml larutan baku besi ( Fe ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml. b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam besi ( Fe ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l Pengukuran konsentrasi logam besi ( Fe ) dengan SSA a. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat. b. Beberapa parameter pengukur untuk logam besi ( Fe ) ditetapkan sebagai berikut ;

6 Tabel. 3.2 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam besi ( Fe ) No Parameter Spesifikasi Panjang gelombang Tipe nyala Lebar celah Lampu katoda 248,30 nm Asetilen / Udara 0,2 2 nm 12 ma Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA c. Kemudiian mengukur masing masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat. d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI ) Pembuatan larutan standar logam tembaga ( Cu ).(SNI ) a. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml larutan baku tembaga ( Cu ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml. b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam tembaga ( Cu ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l Pengukuran konsentrasi tembaga ( Cu ) dengan SSA a. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

7 b. Beberapa parameter pengukur untuk logam tembaga ( Cu ) ditetapkan sebagai berikut ; Tabel. 3.3 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam tembaga ( Cu ) No Parameter Spesifikasi Panjang gelombang Tipe nyala Lebar celah Lampu katoda 324,80 nm Asetilen / Udara 0,7 nm 6 ma Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA c. Kemudiian mengukur masing masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat. d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan Pembuatan larutan standar logam timbal ( Pb ).(SNI ) c. Dengan menggunakan pipet diambil 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml dan 40 ml larutan baku timbal ( Pb ) 10 mg/l ke dalam labu takar 100 ml. d. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi logam timbal ( Pb ) 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l dan 4,0 mg/l.

8 Pengukuran konsentrasi logam timbal ( Pb ) dengan SSA a.mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat. b. Beberapa parameter pengukur untuk logam timbal ( Pb ) ditetapkan sebagai berikut ; Tabel. 3.4 Tabel Parameter Pengukuran untuk Logam timbal ( Pb ) No Parameter Spesifikasi 1. Panjang gelombang 283,3 nm Tipe nyala Lebar celah Lampu katoda Asetilen / Udara 0,2 2 nm 12 ma Sumber : Petunjuk penggunaan alat SSA Type Shimadzu AA c. Kemudiian mengukur masing masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat. d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi e. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI ) Penentuan kadar N-total dalam sedimen a. Tahap destruksi Masukkan 1-5 g sampel ke dalam labu Kjeldhal dan tambahkan 25 ml H2SO4(p) dan terbentuk larutan berwarna kehijauan jernih. Didinginkan dan diencerkan dalam 250 ml aquades.

9 b. Tahap Destilasi Sebanyak 100 ml hasil destruksi yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam labu alas dan tambahkan batu didih lalu panaskan sambil diteteskan ke dalamnya 30 ml larutan NaOH 30 %. Destilat ditampung dalam beaker glass yang berisi larutan H3BO3 3% dan 2 tetes indikator tashiro. Destilasi dihentikan jika destilat tidak bereaksi basa dengan lakmus merah. c. Tahap titrasi Sebanyak 5 ml destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna. Amati dan catat volume titran.

10 Bagan.Penentuan N-total dalam sampel sedimen dengan metode kjeldhal Labu Kjeldahl 1 Liter Didestruksi 2 g sampel sedimen +25 g H2SO4 (p) + 5 g Se Dengan pemanasan sampai terbentuk Larutan berwarna kehijauan jernih Didinginkan dan diencerkan dalam 250 ml Aquades Destilasi Destilat Titrasi 100 ml hasil destruksi yang diencerkan dimasukkan ke dalam labu alas + batu didih lalu dipanaskan + 30 ml larutan NaOH 30% Ditampung dalam beaker glass yang berisi H3BO3 3 % + 2 tetes indikator tashiro. 5 g destilat dititrasi dengan HCl 0,1N

11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Pengukuran Kandungan tembaga (Cu) Pada pengukuran kandungan tembaga (Cu) pada sedimen di desa Pangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar tembaga (Cu) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar tembaga (Cu) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar tembaga (Cu) tertera pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar tembaga (Cu) No Kadar ( mg/l ) Absorbansi ( A ) ,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 0,0843 0,1707 0,2540 0,3385 0, Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metode Least Square diperoleh data yang tertera pada tabel 4.1 lampiran, kemudian dibuat kurva kalibarasi

12 antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard tembaga (Cu). 0.5 Absorbansi Konsentrasi Series1 Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standard tembaga (Cu) Diperolehnya gambar 4.1 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,08543 X 0,00218, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan tembaga (Cu) dalam sedimen. Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode leastsquare dan ditunjukkan pada Tabel berikut :

13 Tabel 4.2. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk tembaga (Cu) No. X (mg/l) 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5, ,0000 X i (A) 0,0825 0,1695 0,2545 0,3384 0,4252 1,2701 X 1 - X Y 1 - Y ( X X ) 2 i ( Y Y ) 2 i ( X X )( Y Y ) -2,0000-1,0000 1,0000 2,0000 X 15,000 X = = = 3, ,1715-0,0845 0,0005 0,0844 0,1712 4,0000 1,0000 1,0000 4, ,0294 0,0071 0,0071 0,0293 0, , ,0845 0,0844 0, ,8543 Y 1,2701 Y = = = 0, Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis. Y = ax + b Dimana a = slope b = intersep Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least- Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.2. ( X 1 X )( Y1 Y ) a = 2 X X ( ) 1 i 0,8543 a = = 0, ,000 Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,08543 Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b

14 Maka b = Y - a X = 0, ,08543 ( 3,0000) = 0, ,2562 = - 0,00218 Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,00218 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah Y =0,08543 X 0, Perhitungan Koefisien Korelasi Cu Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut : r = { Xi X } { Yi Y} ( Xi X ) Yi { 2} { ( Y ) 2} = = 0,8543 (10,000)(0,0729) 0,8543 0,729 = 0,8543 0,8538 = 1,000 Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Cu dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 1, Penentuan Kandungan tembaga (Cu) dari Sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;

15 Y 1 = 0,0289 Y 2 = 0,0291 Y 3 = 0,0297 Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Maka diperoleh : Y = 0,08543 X 0,00218 X 1 = 0,3639 X 2 = 0,3721 X 3 = 0,3697 Dengan demikian kandungan kadar tembaga (Cu) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah Xi 1,1058 X = = = 0,3686 mg/l n 3 (X 1 X) 2 = (0,3639 0,3686) 2 = 22 (X 2 X) 2 = (0,3721 0,3686) 2 = 12 (X 3 X) 2 = (0,3677 0,3686) 2 = 01 + (Xi X) 2 = 35 (Xi X) 2 35 Maka : S = = = 0,0042 n 1 2 S 0,0042 Diperoleh harga, Sx = = = 0,0024 n 3

16 Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n 1) Sx d = 4,30 x 0,0024 = 0,01045 Dari data pengukuran kandungan tembaga (Cu) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 0,3686 ± 0,01045 mg/l Perhitungan Kadar unsur tembaga ( Cu ) F x C x 100 % Kadar Cu = 6 W x 10 Dengan ; C = Konsentrasi ( pembacaan alat ),ppm F = Pengenceran W= Berat sampel sedimen ( g ) 100 x 0,3268 x 100 % Kadar tembaga ( Cu ) = 6 2,1700 x 10 = 0, % = 15,06 ppm Pengukuran Kandungan besi ( Fe ) Pengukuran kandungan besi ( Fe ) sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar besi ( Fe ) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar besi ( Fe ) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar besi (Fe) tertera pada table 4.3 berikut. Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar besi ( Fe )

17 No Kadar ( mg/l ) Absorbansi ( A ) ,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 0,0424 0,0870 0,1296 0,1729 0, Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibarasi antara konsentrasi dengan absorbansi. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard besi (Fe) Gambar kurva kalibrasi besi (Fe) Absorbansi Series Konsentrasi Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standard besi ( Fe ) Diperolehnya gambar 4.2 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,04267X -

18 0,00089, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan besi ( Fe ) dalam sedimen.persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least-square dan ditunjukkan pada Tabel berikut : Tabel 4.4. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk besi (Fe) No. X 1 (mg/l) ,00 2,00 3,00 4,00 5,00 15,00 X i (A) 0,0424 0,0870 0,1296 0,1726 0,2130 0,6446 X 1 - X Y 1 - Y ( X X ) 2 i ( Y Y ) 2 i ( X X )( Y Y ) X 15,000 X = = = 3, , , , ,0436 0, ,0075 0,0018 0,0019 0,0071 0, , , ,0436 0,1682 0,42676 Y 0,6446 Y = = = 0, Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis. Y = ax + b Dimana a = slope b = intersep Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least- Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.4. ( X 1 X )( Y1 Y ) a = 2 X X ( ) 1 i 0,42676 a = = 0, ,000 Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,042676

19 Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b Maka b = Y - ax = 0, (0, x 3,0000) = 0,1280 0,1289 = - 0,0009 Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,0009 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah Y = 0, X - 0, Perhitungan Koefisien Korelasi Fe Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut : r = { Xi X } { Yi Y} ( Xi X ) Yi { 2} { ( Y ) 2} = = 0,42676 (10,000)(0,0182) 0, ,182 = 0, ,42661 = 1,000 Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Fe dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 1, Penentuan Kandungan kadar besi ( Fe ) dari sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;

20 Y 1 = 0,2037 Y 2 = 0,2030 Y 3 = 0,2010 Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Y = 0,04267X - 0,00089 Maka diperoleh : X 1 = 4,7523 X 2 = 4,7358 X 3 = 4,6890 Dengan demikian kandungan besi ( Fe ) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah Xi 14,1772 X = = = 4,7257 mg/l n 3 (X 1 X) 2 = (4,7523 4,7257) 2 = 0, (X 2 X) 2 = (4,7358 4,7257) 2 = 0, (X 3 X) 2 = (4,6890 4,7257) 2 = 0,

21 (Xi X) 2 = 0, (Xi X) 2 0, Maka : S = = = 0,03283 n 1 2 S 0,03283 Diperoleh harga, Sx = = = 0,01895 n 3 Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n 1) Sx d = 4,30 x 0,01895 = 0,0815 Dari data pengukuran kandungan besi (Fe) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 4,7257 ± 0,0815 mg/l Perhitungan Kadar unsur besi ( Fe ) F x C x 100 % Kadar besi (Fe) = 6 W x x 2,3262 x 100 % Kadar besi ( Fe ) = 6 2,1600 x 10 = 0,01769 % = 176,96 ppm

22 Pengukuran Kandungan Seng (Zn) Pada pengukuran kandungan seng (Zn) pada sedimen lokasi KJA di desapangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar seng (Zn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar seng (Zn) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar seng (Zn) tertera pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar seng (Zn) No Kadar ( mg/l ) Absorbansi ( A ) ,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 0,2456 0,4234 0,5610 0,6611 0, Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metode Least Square diperoleh data yang tertera pada tabel 1 lampiran, kemudian dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard seng (Zn).

23 Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Standard seng (Zn) Diperolehnya gambar 4.3 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y= 0,12685 X 0,13015, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan zincum (Zn) dalam sedimen. Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode leastsquare dan ditunjukkan pada Tabel berikut : Tabel 4.6. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk seng (Zn) No. X 1 (mg/l) X i (A) 0,2456 0,4234 0,5610 0,6611 0,7610 2,6521 X 1 - X Y 1 - Y ( X X ) 2 i ( Y Y ) 2 i ( X X )( Y Y ) ,2848-0,1070 0,0306 0,1306 0, ,0811 0,0115 0,0009 0,0171 0,0532 0, ,5697 0,1070 0,1307 0,4612 1,2685 i

24 X 15,000 X = = = 3, Y 2,6521 Y = = = 0, Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis. Y = ax + b Dimana a = slope b = intersep Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least- Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.6. a = ( X 1 X )( Y1 ( X X ) 1 Y 2 ) 1,2685 a = = 0, ,000 Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,12685 Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b Maka b = Y - a X = 0, (0,12685 x 3,0000) = 0,5304 0,38055 = - 0,13015 Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,13015 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah Y = 0,12685 X 0,13015

25 Perhitungan Koefisien Korelasi Zn Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut : r = { Xi X } { Yi Y} ( Xi X ) Yi { 2} { ( Y ) 2} = = 1,2685 (10,000)(0,1638) 1,2685 1,638 = 1,2685 1,2798 = 0,9911 Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Zn dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 0, Penentuan Kandungan seng (Zn) dari Sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ; Y 1 = 0,4051 Y 2 = 0,4043 Y 3 = 0,4030 Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Y = 0,12685X 0,13015 Maka diperoleh : X 1 = 2,0121

26 X 2 = 2,0057 X 3 = 1,9955 Dengan demikian kandungan kadar seng (Zn) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah Xi X = = = mg/l n 3 (X 1 X) 2 = (2,0121 2,0044) 2 = 58 (X 2 X) 2 = (2,0057 2,0044) 2 = 02 (X 3 X) 2 = (1,9955 2,0044) 2 = 80 + (Xi X) 2 = 0,00014 (Xi X) 2 0,00014 Maka : S = = = 0,00836 n 1 2 S 0,00836 Diperoleh harga, Sx = = = 0,0048 n 3 Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n 1) Sx d = 4,30 x 0,0048 = 0,0208 Dari data pengukuran kandungan seng (Zn) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 2,0044 ± 0,0208 mg/l

27 Perhitungan Kadar unsur seng ( Zn ) F x C x 100 % Kadar Zn, = 6 W x x 1,8535 x 100 % Kadar seng ( Zn) = 6 2,1600 x 10 = 0,00858 % = 85,80 ppm Pengukuran Kandungan timbal ( Pb ) Pengukuran kandungan timbal ( Pb ) sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar timbal ( Pb ) dengan Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar timbal ( Pb ) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar timbal (Pb) tertera pada table 4.7 berikut. Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar timbal ( Pb ) No Kadar ( mg/l ) Absorbansi ( A ) ,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5,0000 0,0206 0,0389 0,0573 0,0705 0,0885

28 Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard timbal (Pb) Gambar 4.4. Kurva Kalibrasi Larutan Standard timbal ( Pb ) Diperolehnya gambar 4.4 dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,01674 X - 0,00494 dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan timbal ( Pb ) dalam sedimen. Persamaan garis regresi untuk Kurva Kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode leastsquare dan ditunjukkan pada Tabel berikut :

29 Tabel 4.8. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk timbal (Pb) No. X (mg/l) 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 5, ,0000 X i (A) 0,0206 0,0389 0,0573 0,0705 0,4243 1,0885 X 1 - X Y 1 - Y ( X X ) 2 i ( Y Y ) 2 i ( X X )( Y Y ) -2,0000-1,0000 1,0000 2,0000 X 15,000 X = = = 3, ,0345-0,0162 0,0021 0,0153 0,0333 4,0000 1,0000 1,0000 4, ,0012 0,0002 0,0002 0,0011 0, ,0691 0,0163 0,0153 0,0667 0,1674 Y 0,2758 Y = = = 0, Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis. Y = ax + b Dimana a = slope b = intersep Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least- Square dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.8. ( X 1 X )( Y1 Y ) a = 2 X X ( ) 1 i 0,1674 a = = 0, ,000 Sehingga diperoleh harga slope (a) = 0,01674 Harga intersep (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut Dari persamaan garis Y = a X + b

30 Maka b = Y - a X = 0, (0,01674 x 3,0000) = 0,0551-0,0502 = - 0,00494 Sehingga diperoleh harga intersep (b) = - 0,00494 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah Y = 0,01674 X - 0, Perhitungan Koefisien Korelasi Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut : r = { Xi X } { Yi Y} ( Xi X ) Yi { 2} { ( Y ) 2} = = 0,1674 (10,000)(0,0028) 0,1674 0,028 = 0,1674 0,16733 = 1,000 Jadi koefisien korelasi pada penetapan kadar Pb dengan Spektrofotometri Serapan Atom adalah (r) = 1, Penentuan Kandungan timbal ( Pb ) dari sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel sedimen diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;

31 Y 1 = 0,0126 Y 2 = 0,0132 Y 3 = 0,0095 Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi Y = 0,01674 X - 0,00494 Maka diperoleh : X 1 = 0,4576 X 2 = 0,4934 X 3 = 0,2724 Dengan demikian kandungan timbal ( Pb ) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah Xi 1,2234 X = = = 0,4078 mg/l n 3 (X 1 X) 2 = (0,4576 0,4078) 2 = 0, (X 2 X) 2 = (0,4934 0,4078) 2 = 0,00733 (X 3 X) 2 = (0,2724 0,4078) 2 = 0, (Xi X) 2 = 0,0811 (Xi X) 2 0,0811 Maka : S = = = 0,20135 n 1 2 S 0,20135 Diperoleh harga, Sx = = = 0,1162 n 3

32 Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n 1) Sx d = 4,30 x 0,1162 = 0,0500 Dari data pengukuran kandungan timbal (Pb) dari sampel sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah 0,4078 ± 0,0500 mg/l Perhitungan Kadar unsur timbal ( Pb ) F x C x 100 % Kadar timbal (Pb) = 6 W x x 0,5535 x 100 % Kadar timbal ( Pb) = 6 2,1600 x 10 = 0, % = 25,62 ppm Perhitungan kadar N- total di dalam sedimen dengan metode Kjeldhal Total Nitrogen = Vtitrasi x NHCl x 14,008 x Fp x 100 % g sampel x 1000 V titrasi N HCl = volume titrasi = titar HCl yang dipakai 14,008 = berat atom Nitrogen Fp = factor pengenceran

33 Kadar N-total sedimen pada lokasi KJA di desa Pangambatan adalah N-total = 0,07 x 0,2456 x 14,008 x 20 x 100 % 4,5231 x 1000 = 0,1065 % = 0,1065 % x 2000 mg / L = 21,3 ppm 4.2. Pembahasan Kandungan tembaga (Cu) dalam sedimen dari lokasi pengambilan sampel Kurva kalibrasi larutan standar tembaga (Cu) yang diperoleh dengan memvariasikan konsentrasi larutan mangan (Cu) dengan absorbansi dengan persamaan Least-Square sehingga diperoleh persamaan garis linear : Y = 0,08543 X- 0, Dengan persamaan garis linear diperoleh kandungan tembaga (Cu) sebagai berikut ;

34 Tabel 4.9. Absorban rata rata dan hasil perhitungan konsentrasi tembaga (Cu) pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi Absorbansi rata rata Konsentrasi ( mg/l ) Pengambilan Pengambilan sampel Pengambilan Sampel sedimen A B C A B C I ± ,2746 ± 0,0104 0,2967 ± 0,0091 II ± ,4267 ± 0,0084 0,4672 ± 0,0058 III ± ,2503 ± 0,0180 0,2609 ± 0,0017 IV ± ,1872 ± 0,0330 0,1852 ± 0,0363 Keterangan; I = Lokasi pengambilan sampel sedimen di desa Pangambatan II = Lokasi pengambilan sampel sedimen di desa Huta ginjang III = Lokasi pengambilan sampel sedimen di desa Silima lombu IV = Lokasi pengambilan sampel sedimen di desa Tambun Sukkean A = Absorbansi Rata rata sampel perlakuan 1 B = Absorbansi Rata rata sampel perlakuan 2 C = Absorbansi Rata rata sampel perlakuan 3 Berdasarkan data pada tabel 4.9. dapat dilihat bahwa konsentrasi tembaga ( Cu ) saat pengambilan sampel tertinggi adalah 0,4790 ± 0,0104 yang terletak pada desa Hutaginjang, dan terendah ádalah 0,1801 ± 0,0123 yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding.

35 4.2.2 Kadar unsur tembaga ( Cu ) pada sedimen dalam ppm Tabel 4.10 Kadar unsur Cu dalam ppm pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi Pengambilan Sampel Kadar Cu(ppm) Pada Pengulangan P1 P2 P3 Rata-rata I 15,06 15,07 15,14 15,09 II 16,03 16,04 16,05 16,04 III 14,88 15,11 14,97 14,98 IV 9,44 9,74 9,11 9,41 Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa kadar unsur tembaga ( Cu ) pada sedimen tertinggi adalah 16,04 ppm yang terletak pada desa Hutaginjang, dan terendah ádalah 9,41 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukkean yaitu sebagai pembanding Kandungan besi (Fe) dalam sedimen dari lokasi pengambilan sampel Kurva kalibrasi larutan standar besi (Fe) yang diperoleh dengan memvariasikan konsentrasi larutan besi (Fe) dengan absorbansi dengan persamaan Least-Square sehingga diperoleh persamaan garis linear : Y = 0,04267 X - 0, Dengan persamaan garis linear diperoleh kandungan besi (Fe) sebagai berikut ;

36 Tabel Absorban rata rata dan hasil perhitungan konsentrasi besi (Fe) pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi Absorbansi rata rata Konsentrasi ( mg/l ) Pengambilan Pengambilan sampel Pengambilan Sampel sedimen A B C A B C I ,7257 ± ,7693 ± 0,0745 4,7301 ± 0,0593 II ,7899 ± ,7018 ± 0,0736 4,7457 ± 0,0641 III ,6932 ± ,6752 ± 0,0529 4,6832 ± 0,0532 IV ,2132 ± 0, ,2134 ± 0,0513 3,2350 ± 0,0513 Berdasarkan data pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa konsentrasi besi ( Fe ) saat pengambilan sampel tertinggi adalah 4,7899 ± 0,0731 yang terletak pada desa Hutaginjang, dan terendah ádalah 3,2132 ± 0,0412 yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding.

37 4.2.4 Kadar unsur besi ( Fe ) pada sedimen dalam ppm Tabel Kadar unsur Fe dalam ppm pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi Pengambilan Sampel Kadar Fe(ppm) Rata-rata Pada Pengulangan P1 P2 P3 I 107,69 107,05 108,03 107,59 II 106,24 106,75 106,85 106,61 III 109,08 109,19 109,14 109,13 IV 29,11 29,70 29,24 29,35 Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa kadar unsur besi ( Fe ) pada sedimen tertinggi adalah 109,13 ppm yang terletak pada desa Silima Lombu, dan terendah ádalah 29,35 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding Kandungan besi (Zn) dalam sedimen dari lokasi pengambilan sampel Kurva kalibrasi larutan standar besi (Zn) yang diperoleh dengan memvariasikan konsentrasi larutan besi (Zn) dengan absorbansi dengan persamaan Least-Square sehingga diperoleh persamaan garis linear : Y = 0,12685 X - 0, Dengan persamaan garis linear diperoleh kandungan besi (Zn) sebagai berikut ; Tabel Absorban rata rata dan hasil perhitungan konsentrasi besi (Zn) pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel

38 Absorbansi rata rata Konsentrasi ( mg/l ) Lokasi Pengambilan Pengambilan sampel Pengambilan Sampel sedimen A B C A B C I ,0044 ± ,0173 ± 0,0376 2,0108 ± 0,0192 II ,0167 ± ,0150 ± 0,0429 2,0168 ± 0,0443 III ,0189 ± ,0178 ± 0,0520 2,0178 ± 0,0425 IV ,0265 ± 0, ,0261 ± 0,0513 1,0345 ± 0,0215 Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa konsentrasi besi ( Zn ) saat pengambilan sampel tertinggi adalah 2,0189 ± 0,0411 yang terletak pada desa Silima Lombu, dan terendah ádalah 1,0261 ± 0,0513 yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding.

39 4.2.6 Kadar unsur besi ( Zn ) pada sedimen dalam ppm Tabel Kadar unsur Zn dalam ppm pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi Pengambilan Sampel Kadar Zn(ppm) Pada Pengulangan P1 P2 P3 Rata-rata I 85,80 86,0 85,9 85,9 II 85,90 86,10 86,10 86,10 III 86,80 87,20 87,60 87,20 IV 19,40 19,80 18,50 19,30 Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa kadar unsur besi ( Zn ) pada sedimen tertinggi adalah 87,20 ppm yang terletak pada desa Silima Lombu, dan terendah ádalah 19,30 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding Kandungan timbal (Pb) dalam sedimen dari lokasi pengambilan sampel. Kurva kalibrasi larutan standar timbal (Pb) yang diperoleh dengan memvariasikan konsentrasi larutan timbal (Pb) dengan absorbansi dengan persamaan Least-Square sehingga diperoleh persamaan garis linear : Y = 0,01674 X - 0, Dengan persamaan garis linear diperoleh kandungan timbal (Pb) sebagai berikut ; Tabel Absorban rata rata dan hasil perhitungan konsentrasi timbal (Pb) pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel.

40 Absorbansi rata rata Konsentrasi ( mg/l ) Lokasi Pengambilan Pengambilan sampel Pengambilan Sampel sedimen A B C A B C I ± ,5099 ± 0,2138 0,5176 ± 0,1253 II ± ,4916 ± 0,1311 0,4874 ± 0,0835 III ± ,5409 ± 0,0937 0,5111 ± 0,1235 IV ± ,3853 ± 0,0175 0,3925 ± 0,0160 Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa konsentrasi timbal ( Pb ) saat pengambilan sampel tertinggi adalah 0,5409 ± 0,0937 yang terletak pada desa Silima Lombu, dan terendah ádalah 0,3853 ± 0,0175 yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding.

41 4.2.8 Kadar unsur timbal ( Pb ) pada sedimen dalam ppm Tabel 4.16 Kadar unsur Pb dalam ppm pada sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi Pengambilan Sampel Kadar Pb(ppm) Pada Pengulangan P1 P2 P3 Rata-rata I 25,62 25,74 25,82 25,73 II 25,89 25,92 25,87 25,89 III 26,12 26,00 26,07 26,06 IV 4,71 4,91 4,76 4,79 Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa kadar unsur timbal ( Pb ) pada sedimen tertinggi adalah 26,06 ppm yang terletak pada desa Silima Lombu, dan terendah ádalah 4,79 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukean yaitu sebagai pembanding Kandungan Nitrogen total dalam sedimen dengan metoda Kjedahl. Tabel 4.17 Kadar N-total sedimen yang diambil dari 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel V titrasi N HCI Berat atom N Gram sampel Fp N-total (ppm) I 0,07 0, ,008 4, ,30 II 0,05 0, ,008 4, ,78 III 0,06 0, ,008 4, ,84 IV 0,03 0, ,008 4, ,13

42 Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa kadar N total dalam Sedimen dengan metode kjedhal saat pengambilan sampel tertinggi adalah 21,30 ppm yang terletak pada desa Pangambatan dan terendah adalah 2,13 ppm yang terletak pada desa Tambun Sukean Data parameter ph pada 4 lokasi pengambilan sampel Tabel 4.18 Hasil pengukuran parameter ph pada 4 lokasi pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel Parameter ph P 1 P 2 P 3 Rata-rata ph I ,25 9,27 9,25 II 9,19 9,20 9,28 9,22 III 9,10 9,12 9,14 9,12 IV 7,49 7,51 7,45 7,48 Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa ph rata rata di lokasi I,II,III adalah 9,12 sampai dengan 9,25 dan hasil pengukuran ph di daerah desa Tambun Sukean ( IV ) yaitu sebagai desa pembanding memiliki ph rata-rata 7,48.

43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa, kadar Cu, Fe, Zn, Pb dan N- total pada sedimen yang diambil dari : a. Desa Pangambatan Kadar Cu = 15,09 ppm ; Fe = 107,59 ppm ; Zn = 85,9 ppm ; Pb = 25,7 ppm; N-total = 21,30 ppm b. Desa Huta Ginjang Kadar Cu = 16,04 ppm ; Fe = 106,61 ppm; Zn = 86,10 ppm ;Pb = 25,8 ppm ; N-total = 14,78 ppm c. Desa Silima Lombu Kadar Cu = 14,98 ppm ; Fe = 109,13 ppm ; Zn =87,20 ppm ;Pb = 26,0 ppm, N-total = 17,84 ppm. d. Desa Tambun Sukkean Kadar Cu = 9,41 ppm, Fe = 29,30 ppm ; Zn = 19,30 ppm, Pb = 4,79 ppm N-total = 2,13 ppm. Pada nilai baku mutu air golongan I ( PP No 28 Tahun 2001), kadar Cu = 0,05 ppm ; Fe = 0,3 ppm ; Pb = 0,03 ppm, Zn = 0,05 ppm ; N-total = 0,5 ppm. Dihubungkan dengan nilai baku mutu air golongan I ( PP No 28 Tahun 2001) maka kandungan Cu, Fe, Pb, Zn dan N-

44 total pada lokasi pengambilan sampel sedimen tergolong tinggi, yakni melampaui batas dari yang diperbolehkan. Itu berarti perairan Danau Toba tergolong telah tercemar terutama pada lokasi KJA Saran Perlunya dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air di sekitar ketiga lokasi pantai yang dikhususkan pada penelitian ini terutama tentang kandungan logam lainnya serta mikrobiologinya, mengingat air di pantai ketiga lokasi ini masih dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar pantai untuk kebutuhan rumah tangga.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum Sabina) sp.) (Orthetrum sabina) Capung Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Rumus normalitas larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALYSIS OF LEAD, COPPER, AND ZINC IN FRESH COW S MILKS COMMERCIAL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Uji protein dilaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional D a f t a r i s i Daftar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Bahan baku yang digunakan adalah limbah padat industri kecap yang berasal dari Industri Kecap cap angsa Jalan Meranti No. 12 Medan dan kaki serta

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan Lampiran 1. Flowsheet Destruksi Basah Sampel yang telah dihomogenkan Ditimbang 5 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 5 ml Didiamkan selama 4 jam Sampel + HNO 3 (p) Larutan Sampel Hasil Dipanaskan di

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989) 153 LAMPIRA 154 Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989) Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 100 o C selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Ditimbang

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR TEMBAGA (Cu) DAN SENG (Zn) DALAM AIR MINUM ISI ULANG KEMASAN GALON DI KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR.

ANALISIS KADAR TEMBAGA (Cu) DAN SENG (Zn) DALAM AIR MINUM ISI ULANG KEMASAN GALON DI KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR. Jurnal Sainstek Vol. VI No. 2: 116-123, Desember 2014 ISSN: 2085-8019 ANALISIS KADAR TEMBAGA (Cu) DAN SENG (Zn) DALAM AIR MINUM ISI ULANG KEMASAN GALON DI KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR Kuntum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu No X Y X 2 Y 2 XY 1 0,05 0,0009 0,0025 0,00000081

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas

Lebih terperinci

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a LAMPIRAN 48 49 Lampiran. Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 989) Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 00 o C selama 5 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 0 menit. Ditimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT Nama Produk : PURACAL QStable 140 Stabilized Calcium Carbonate 140 Kode Produksi : 090000004 Tanggal Produksi : 26 Juni 2009 Komposisi PURACAL Qstable 140, Stabilized

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air 50 Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air Contoh perhitungan nisbah C/N 30: 55,80 F + 18,30 S = 20,17 F + 44,52 S 55,80 F 20,17 F = 44,52 S 18,30 S 35,63 F = 26,22 S Jika F = 1 Kg, Maka S = =

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia SNI 6989.16:2009 Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi 1. Lokasi Pengambilan Sampel Air Tanah Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

T E S I S. Oleh PINTAULI MARIANI SIREGAR /KIM

T E S I S. Oleh PINTAULI MARIANI SIREGAR /KIM PENENTUAN KADAR LOGAM Fe, Zn, Cu, Pb, dan N-total DI DALAM SEDIMEN YANG TERDAPAT DI SEPANJANG PANTAI PANGAMBATAN,HUTAGINJANG,SILIMA LOMBU, DAN TAMBUN SUKKEAN DI DANAU TOBA. T E S I S Oleh PINTAULI MARIANI

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN 1.1 Hasil Pengamatan Analisa 1.1.1 Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein No. 1. Perlakuan Pengamatan Sampel sebanyak 1 gr K2SO4 Larutan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010 bertempat di Laboratorium Karakteristik dan Penanganan Hasil Perairan untuk preparasi sampel; Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) 93 Lampiran. Identifikasi Tumbuhan 94 Lampiran 3. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional. 30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di desa Hulawa kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Dengan hasil observasi bahwa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA DETERMINATION OF COPPER CONTENT IN MEATBALLS AND BEEF BURGERS DISTRIBUTED IN SURAKARTA Endang Sri Rejeki 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium, Magnesium dan Timbal

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai dari Tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al ., 2007)

Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al ., 2007) Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al., 2007) a. Timbang kerupuk teri mentah yang sudah dihaluskan sebanyak 1-2 gram dalam botol timbang konstan yang sudah diketahui beratnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen karena dilakukan percobaan dengan menyimpan kista artemia pada suhu yang

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10 UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMATIC ABSORPTION SPECTROMETER (F-AAS) AIR LIMBAH PADA PRA AKREDITASI UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVISI BANTEN UPT Labortaorium Lingkungan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS CEMARAN TEMBAGA DALAM AIR SUMUR INDUSTRI PELAPISAN EMAS DI KOTA TEGAL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Listiowati, Wiranti Sri Rahayu, Pri Iswati Utami Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci