ANALISIS TINDAK KEKERASAN DALAM DONGENG LE PETIT POUCET KARYA CHARLES PERRAULT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINDAK KEKERASAN DALAM DONGENG LE PETIT POUCET KARYA CHARLES PERRAULT"

Transkripsi

1 ANALISIS TINDAK KEKERASAN DALAM DONGENG LE PETIT POUCET KARYA CHARLES PERRAULT skripsi diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra jurusan Bahasa dan Sastra Asing program studi Sastra Prancis oleh Titah Furi Hadiyanti FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010

2 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Program Studi Sastra Prancis S1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Hari : Tanggal : Panitia Ujian Ketua Sekretaris Prof. Dr. Rustono, M. Hum Dra. Dyah Vitri Widayanti, DEA NIP NIP Penguji I Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M. Hum NIP Penguji II/ Pembimbing I Penguji III/ Pembimbing II Dra.Conny Handayani Dr. B. Wahyudi Joko S, M. Hum NIP NIP ii

3 PERNYATAAN Dengan ini saya: Nama : Titah Furi Hadiyanti NIM : Prodi/ Jurusan : Sastra Prancis/ Bahasa dan Sastra Asing Fakultas : Bahasa dan Seni Skripsi berjudul Analisis Tindak Kekerasan dalam Dongeng Le Petit Poucet Karya Charles Perrault yang saya tulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Skripsi ini saya hasilkan setelah melalui penelitian, pembimbingan, diskusi, dan pemaparan atau ujian. Semua kutipan baik langsung dan tidak langsung, maupun sumber lainnya telah disertai identitas sumbernya dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penulisan karya ilmiah. Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembimbing telah membubuhkan tanda tangan sebagai tanda keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah ini tetap menjadi tanggung jawab saya sendiri. Jika kemudian ditemukan ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya. Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan seperlunya. Semarang, Februari 2010 Titah Furi Hadiyanti NIM: iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Tiga dasar penting untuk mencapai segala sesuatu yang berharga adalah pertama, kerja keras, kedua, tetap berpegang pada kepastian, ketiga, berpikiran sehat. (Thomas Edison) Je dédie ce mémoire pour: 1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan keberhasilanku. 2. Untuk adikku, Tyas, yang sudah memberikan semangat dan doanya. 3. Untuk diri sendiri, tetap semangat. 4. Almamaterku. iv

5 PRAKATA Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Tindak Kekerasan dalam Dongeng Le Petit Poucet karya Charles Perrault. Skripsi ini adalah perwujudan kemurahan hati puluhan orang karena penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, baik yang berbentuk moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dari lubuk hati yang terdalam, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan FBS yang telah memberikan kesempatan untuk menulis skripsi ini, 2. Dra. Diah Vitri Widayanti, DEA., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini kepada penulis, 3. Dra. Conny Handayani, M.Hum., pembimbing I dan Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M.Hum., pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, 4. Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum., dosen penguji skripsi, 5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis, 6. Orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan kesuksesanku di setiap sujud panjangnya, 7. Kakak-kakak dan adikku yang aku sayangi. Perhatian dan senyum penuh kasih kalian telah menghangatkan hati dan menjadi sumber cinta dan inspirasiku. Je vous aime bien, 8. Sahabat-sahabatku tersayang di Angel Hoss Community dan Wisma Priyangan yang tak akan pernah kulupakan. Terima kasih atas warnawarna indah yang telah kalian torehkan di dalam hatiku sehingga melengkapi perjalanan hidupku, v

6 9. Sahabat-sahabat terkasih Sastra Prancis angkatan 03, 04, dan 05 yang akan selalu kurindukan, 10. Semua orang-orang terdekatku yang selalu ada saat aku memerlukannya. Senyum kalian telah membesarkan hati dan membangkitkan semangatku, dan 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, Februari 2010 Penulis vi

7 ABSTRAK Hadiyanti, Titah Furi. Analisis Tindak Kekerasan Dalam Dongeng Le Petit Poucet Karya Charles Perrault. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. Conny Handayani, M.Hum. II. Dr. B. Wahyudi Santoso, M.Hum. Kata Kunci: Tindak Kekerasan, Dongeng Le Petit Poucet, Charles Perrault Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak mempunyai latar tempat serta waktu yang pasti. Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tindak kekerasan yang terjadi dalam dongeng Le Petit Poucet dan penyebabnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturalisme dan psikologi sastra. Sumber data yang diambil adalah dongeng Le Petit Poucet, karya Charles Perrault yang terdapat dalam kumpulan dongeng berjudul Contes Édition de Jean-Pierre Collinet. Metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu metode simak dan teknik catat. Tindak kekerasan yang terdapat dalam dongeng Le Petit Poucet dilakukan hampir oleh semua tokoh. Hanya satu tokoh yang tidak melakukan kekerasan yaitu istri raksasa. Tindak kekerasan yang ditampilkan dalam dongeng ini adalah kekerasan fisik dan kekerasan psikologis. Tindak kekerasan yang terjadi dalam dongeng Le Petit Poucet mempunyai bentuk serta penyebab yang berbeda-beda. Melalui analisis tersebut dapat ditemukan makna dari kekerasan itu sendiri yaitu tindakan melukai suatu pihak, baik secara fisik maupun psikologis, dengan penyebab yang bermacam-macam, baik itu kebiasaan maupun keterpaksaan untuk mempertahankan hidup. Segala bentuk kekerasan yang ditampilkan dalam dongeng ini menunjukkan bahwa semua hal dapat terjadi dan segala sesuatu dapat dihadapi. Pesan moral yang dapat diambil dari tindakan para tokoh antara lain untuk tidak meremehkan orang yang terlihat lemah dan ringkih namun ternyata kecerdasannya melebihi orang lain, semua hal dapat diatasi dengan kecerdikan dan keberanian, serta untuk tidak mempunyai niat buruk karena nantinya sesuatu yang buruk akan menimpa kita. vii

8 RÉSUMÉ Hadiyanti, Titah Furi L analyse de la Violence dans le Conte de «Le Petit Poucet» de Charles Perrault. Mémoire. Département de Langues et de Littératures Étrangères. Faculté des Langues et des Arts. Université d État de Semarang. Directeurs: I. Dra. Conny Handayani, M.Hum, II. Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M.Hum. Mots Clés: violence physique, violence psychologique, conte. A. L INTRODUCTION Selon Danandjaya (2002: 83), le conte est l histoire de personnes et d animaux qui est considérée comme une prose, ne se passe pas dans la vie réelle et n'a pas de place et de temps précis. Habituellement, il raconte l histoire des aventures d'animaux ou bien d'hommes. Dans le conte toutes choses peuvent se produire, il est aussi considéré comme une imagination. Les éléments intrinsèques dans le conte sont différents des choses qui se passent dans la vie réelle. Le conte présente une des valeurs morales positives et en général finit avec la joie ou le bonheur. On a l impression que le conte est présenté pour les enfants. En réalité, ce qui se passe est le contraire parce que ce conte présente souvent la violence, le meurtre, la lutte et la souffrance. Selon Anti Aarne et Stith Thompson (en Danandjaja 2002: 86) le genre d'histoires se divise en quatre groupes principaux, ce sont: 1) conte d animaux (animal tales), 2) contes ordinaire (ordinary folktales), 3) blagues et des anecdotes (jokes et anecdotes), et 4) contes formule (formula tales). Il ya beaucoup d auteurs de conte en France, l un des auteurs du conte est Charles Perrault. Il ne réécrit que les contes qui sont connus dans la société, mais il a changé des contes et adapté d abord en voyant la situation sociale culturelle à l'époque là, par exemple, il a décrit la famine en 1693 dans le conte de «Le Petit Poucet». Après avoir lu ses œuvres, on a trouvé plusieurs violences physiques (le loup a mangé la petite fille dans Le Petit Chaperon Rouge et la négligence des viii

9 enfants dans Le Petit Poucet) et les violences psychologiques (le bûcheron a menacé de battre sa femme). Dans la violence est un acte d'agression et des violations (torture, sévices, viols, etc.) qui provoquent des souffrances ou blessent d autres personnes. Les causes de la violence dans une famille sont très variées, par exemple la pauvreté et la pression de la vie qui augmente. Pour savoir la violence dans le conte de «Le Petit Poucet», je raconte l'histoire suivante : Le Petit Poucet et ses frères sont des garçons du bûcheron qui ont été abandonnés dans la forêt par leurs parents à cause des raisons économiques. Grace à son intelligence, ils peuvent s enfuir et rentrer chez eux sain et sauf. Basé sur l explication ci-dessus, les problèmes de cette recherche peuvent être formulés suivants: 1. Quelles sont les violences qui se trouvent dans le conte de «Le Petit Poucet» de Charles Perrault? 2. Quelles sont les causes de la violence dans le conte de «Le Petit Poucet» de Charles Perrault? Les buts de cette recherche sont de trouver: 1. les violences dans le conte de «Le Petit Poucet» de Charles Perrault. 2. les causes de la violence qui se trouvent dans le conte de «Le Petit Poucet» de Charles Perrault. J espère que les résultats de cette recherche peuvent: 1. donner aux lecteurs les connaissances sur les violences pour qu ils ne les imitent pas. 2. donner une modèle d analyser les œuvres littéraires aux apprenants. 3. donner une inspiration de recherche aux apprenants qui vont faire leurs mémoires. ix

10 B. LE CONTE En général, le conte possède les fonctions récréatives, projectives, évaluatives, donne le contrôle de la communauté. (Danandjaya 2002: ). D après Blask (1951) la violence est l'utilisation de la force qui n'est pas équitable et n est pas justifiée, accompagnée d'une grande émotion ou d une colère dé contrôlée. ( Dans le KUHP à l'article 89, ce la se dit que faire la violence est d utilisation de la force physique illégalement. Souvent, le problème de la violence implique des enfants. Leurs positions sont si vulnérables en raison de la faiblesse physique, sociale et culturelle. À cause de cela, les adultes peuvent exploiter leur faiblesse facilement. Étant victimes, ils n ont pas de force de résister contre les adultes. Les facteurs de la pauvreté et les pressions de la vie qui ont augmenté, et qui sont accompagnés de colère ou de déception des adultes influencent les gens à faire la violence physiquement ou psychologiquement. Les enfants, comme des êtres humains faibles et vulnérables sont des victimes de leurs parents. Les formes de violence contenues dans la loi no. 23 en 2004 ( sur l'élimination de la violence domestique (PKDRT), comprennent le mari, la femme, et les enfants. D après cette loi ci-dessus, les formes de la violence sont : dans lequel le ménage dans la présente loi comprend mari, femme et enfants, à savoir: 1. la violence physique est un acte qui provoque la douleur, la maladie, la peine, ou de graves blessures, par exemple: l assassiner, le massacre, etc. 2. la violence psychologique est un acte qui fait naître la peur, la perte de confiance, perte de la capacité d'agir, de sentiment d'impuissance, des souffrances psychologiques, par exemple: l humiliation, la menace etc. Roland Barthes, dans Nurgiyantoro (2005 : 47), dit qu il y a 2 types d analyse : l analyse syntagmatique et paradigmatique. x

11 C. L ANALYSE SYNTAGMATIQUE Barthes dit qu une séquence de récit est réglée d une façon linéaire, si bien qu elle forme une relation horizontale. Les autres théories des séquences sont également soulevées par Schmitt et A. Viala dans Handayani (1994: 35). D après eux : a. la séquence doit être centrée sur un point, par exemple, le même événement, le même chiffre, la même idée, ou la même pensée. b. la séquence doit confiner une période de temps et d'espace cohérente. Cela veut dire que quelque chose est arrivé en même lieu ou en même temps. c. en outre, les séquences qui ont une restriction comme mentionné cidessus, peuvent être des éléments d'une plus grande séquence. D. L ANALYSE PARADIGMATIQUE L analyse paradigmatique étudie les éléments qui se relient à la signification de l'histoire. Nurgiyantoro (2005: 47) a affirmé que l'étude de l'analyse paradigmatique dans les œuvres littéraires est d étudier les personnages, les caractères des personnages, et la relation entre l histoire (du conte) et le fond. E. MÉTHODOLOGIE DE LA RECHERCHE La méthodologie de la recherche se divise en trois étapes. Ce sont la méthode et la technique de collecter des données, d analyser des données, et de présenter le résultat de l analyse. La méthode de collecter des données est «simak» ou «lire attentivement». La technique utilisée est «catat» ou «noter» des données trouvées directement dans le conte de «Le Petit Poucet» de Charles Perrault. La méthode d analyser est «padan» ou «faire correspondre». La technique de la base est PUP «Triage de Constituant Déterminant». La méthode de présenter le résultat de cette recherche est la méthode informelle. xi

12 F. L ANALYSE Dans l'analyse syntagmatique, j ai fait les séquences pour chercher et trouver l intrigue de ce conte, et les fonctions principales pour chercher et trouver une relation de cause et de conséquence dans ce conte. Il y a 76 séquences et 23 fonctions principales dans ce conte. Les séquencés sont : 1. la description de la famille de «Le Petit Poucet» qui était fort pauvre (p.191). 2. la description de la condition sociale et la condition économique qui étaient fâcheuses (p.191). 3. l incompétence du bûcheron de nourrir ses enfants et de laisser leurs enfants dans le bois (p.191). 4. la tristesse de la bûcheronne qui ne pouvait rien faire sauf obéir son mari (p.192). 5. la conversation du bûcheron et sa femme qui a été entendu par le petit Poucet (p.192). Les séquences au-dessus sont basées de leurs ordres dans le texte du conte. Voici sera présenté les fonctions principales des séquences pour déterminer un lien de causalité et de conséquence du conte. Ce sont : 1. la condition économique de la famille du petit Poucet qui était mauvaise (p.191). 2. la conversation du bûcheron avec sa femme sur le plan d abandonner leurs sept enfants au bois (p.191). 3. le plan du bûcheron et sa femme qui a été entendu par Le Petit Poucet (p.192). 4. le ramasse des petits cailloux blancs par Le Petit Poucet (p.192). 5. l abandonne de «Le Petit Poucet» et ses frères au bois par les parents (p.192). Dans l'analyse paradigmatique, j ai fait une analyse des personnages pour trouver leurs comportements de sorte que je puisse trouver les violences qui s est passé dans ce conte. Il y a 7 personnages, ce sont Le Petit Poucet, le bûcheron, la xii

13 bûcheronne, l Ogre, l Ogresse, les frères de «Le Petit Poucet», et les filles de l Ogre. Mais je n analyse que 2 personnages, ce sont Le Petit Poucet et l Ogre comme les personnages principaux. (1) Le petit Poucet Le petit Poucet est le personnage principal dans ce conte. Il avait sept ans. Il était petit, faible, et calme. Il s appelait Le Petit Poucet parce que juste après l accouchement de sa mère, elle a trouvé Le Petit Poucet était si petit comme la pouce. En fait, Le Petit Poucet était le plus intelligent de ses frères, mais il était toujours sous-estimé par ses six frères. Il a fait la violence psychologique quand il est allé à la maison de l Ogre pour tromper l Ogresse. (1) Ce qui les chagrinait encore, c'est que le plus jeune était fort délicat et ne disait mot : prenant pour bêtise ce qui était une marque de la bonté de son esprit. Il était fort petit, et, quand il vint au monde, il n'était guère plus gros que le pouce, ce qui fit qu'on l'appela le petit Poucet. Ce pauvre enfant était le souffre-douleur de la maison, et on lui donnait toujours tort. (p.191) (2) Cependant il était le plus fin et le plus avisé de tous ses frères, et, s'il parlait peu, il écoutait beaucoup. (p.191) (3) Il alla droit à la maison de l'ogre, où il trouva sa femme qui pleurait auprès de ses filles égorgées. " Votre mari, lui dit le petit Poucet, est en grand danger; car il a été pris par une troupe de voleurs, qui ont juré de le tuer s'il ne leur donne tout son or et tout son argent. (p.199) (2) L Ogre Dans ce conte, l Ogre est un personnage qui aime avaler les petits enfants. Il sait la présence des petits enfants à leur insu. Le caractère de l Ogre était de traiter maladroitement. L action de violence psychologique qu il a faite est de menacer à tuer Le Petit Poucet et insulter à sa femme. Ses traitements peuvent être catégorises xiii

14 comme des mesures de violence psychologique qui torturent complètement sa femme. (4) Le mouton était encore tout sanglant, mais il ne lui en sembla que meilleur. Il flairait à droite et à gauche, disant qu'il sentait la chair fraîche. (5) " Ah! dit-il, voilà donc comme tu veux me tromper, maudite femme! Je ne sais à quoi il tient que je ne te mange aussi : bien t'en prend d'être une vieille bête. Voilà du gibier qui me vient bien à propos pour traiter trois ogres de mes amis, qui doivent me venir voir ces jours-ci. " (p.196) Par l analyse des caractères des personnages, je conclus que presque tous les personnages ont fait la violence. Un seul personnage qui ne l a pas fait est femme de l Ogre. Au contraire, elle est devenue la victime de la violence faite par Le Petit Poucet. Les actions de violences se sont produites dans la maison de «Le Petit Poucet», la maison de l Ogre, et la forêt. La maison de «Le Petit Poucet» est le lieu où s est passé souvent la violence psychologique. Cela se révèle par les mauvais traitements de ses frères, plus encore Le Petit Poucet a éprouvé un sentiment injuste de sa mère. Mais la plupart des actions de violence se sont passées à la maison de l Ogre. Surtout dans la salle à manger où il a déposé ses petits animaux et dans la chambre de ses filles où l Ogre a décapité leur tête. D un autre côté, il s est passé aussi la violence physique dans la salle à manger de l Ogre, indiquée par son action de menacer Le Petit Poucet et ses frères, ainsi les insultes dites par l Ogre à sa femme. G. LA CONCLUSION Les actions de violence trouvée dans ce conte sont très divers, soit physiquement soit psychologiquement. Par exemple, à cause de les impuissances xiv

15 des parents à nourrir leurs enfants, ils les flanquent dans une forêt (la violence psychologique). Des autres exemples de violence physique que je trouve dans ce conte sont : l Ogre aimait manger les petits enfants et des animaux. Il a coupé la gorge de ses sept filles. Il a pensé qu elles étaient Le Petit Poucet et ses frères. Le Petit Poucet a échangé les bonnets des ses frères et le sien avec les couronnes de sept filles de l Ogre de sorte qu elles soient tuées par l Ogre, et sept filles de l Ogre aimait aussi manger des enfants et des animaux comme son père. Par cette analyse, je trouve aussi les violences psychologiques. Ce sont : l Ogre a menacé Le Petit Poucet et ses frères de les tuer, l Ogre a crié des insultes à sa femme, le bûcheron a menacé sa femme de la battre si elle ne se taisait pas, quand il a abandonné ses propres enfants dans la forêt qui était très dangereuse, la bûcheronne était injuste à ses enfants parce qu elle aimait l aîné plus que les autres, les frères de «Le Petit Poucet» sous-estimaient Le Petit Poucet parce qu il était petit, fable, et calme. Le Petit Poucet a fait aussi la violence psychologique quand il a trompé l Ogresse pour acquérir la richesse de l Ogre. En général, la cause principale des violences qui est faite par les personnages dans ce conte est la pauvreté, par exemple le bûcheron et sa femme ont abandonnés ses enfants et Le Petit Poucet a trompé l Ogresse à cause de leur pauvreté. Une autre cause de la violence est l habitude de l Ogre et ses filles qui aimaient manger des animaux et des petits enfants. Enfin, je constate que le conte écrit et destine aux enfants contient l histoire sur la violence. En conséquence, cela permet aux enfants d imiter ces actions et ces caractères négatifs des personnages ci-dessus. Il sera possible que ce conte puisse leur donner des mauvais effets. xv

16 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v ABSTRAK vii RÉSUMÉ... viii DAFTAR ISI... xviii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Skripsi... 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dongeng Fungsi Dongeng Pengertian Kekerasan Faktor Terjadinya Kekerasan Bentuk-Bentuk Kekerasan Biografi Charles Perrault Relasi Sintagmatik dan Relasi Paradigmatik Relasi Sintagmatik Relasi Paradigmatik BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sumber Data Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data xvi

17 3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data BAB 4 BERBAGAI TINDAK KEKERASAN DAN PENYEBABNYA 4.1 Analisis Sintagmatik Analisis Paradigmatik Analisis Latar Waktu Analisis Latar Ruang Latar Ruang Tertutup Rumah Keluarga Penebang Kayu Rumah Raksasa Latar Ruang Terbuka Hutan Jalan Dekat Rumah Le Petit Poucet Analisis Tokoh Le Petit Poucet Raksasa Ayah Le Petit Poucet Ibu Le Petit Poucet Istri Raksasa Saudara-saudara Le Petit Poucet Anak-anak Perempuan Sang Raksasa Analisis Tindak Kekerasan Kekerasan Fisik Raksasa Ayah Le Petit Poucet Le Petit Poucet Ibu Le Petit Poucet Anak-anak Perempuan Sang Raksasa Kekerasan Psikis Sang Raksasa Ayah Le Petit Poucet Ibu Le Petit Poucet xvii

18 Saudara-saudara Le Petit Poucet Le Petit Poucet BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xviii

19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak mempunyai latar tempat serta waktu yang pasti (Danandjaja 2002: 83). Hal ini ditandai dengan digunakan kalimat pembuka seperti il était une fois atau pada suatu ketika. Gaya penulisan seperti itu memberi kesan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam dongeng tidak benar-benar terjadi dalam dunia nyata. Dongeng biasanya menceritakan petualangan binatang/manusia dan dalam dongeng semua hal dapat terjadi, sehingga dongeng dianggap tidak realistis. Unsur-unsur yang terdapat dalam dunia dongeng berbeda dengan yang berlaku dalam dunia nyata. Dongeng hampir selalu berakhir dengan bahagia dan menyajikan nilai moral yang positif sehingga memberi kesan diperuntukkan bagi anak-anak. Pada kenyataannya, dongeng tidak selalu ditujukan bagi anak-anak tetapi juga orang dewasa karena sering menampilkan kekerasan, pembunuhan, perkelahian, serta penderitaan. Charles Perrault menuliskan dongeng-dongeng yang dikenal dalam masyarakat ketika dongeng masih ditujukan untuk orang dewasa. Dalam penyajiannya, dongeng tidak secara langsung menampilkan nilai-nilai moral 1

20 2 dengan penggunaan metafora sehingga membiarkan para pembacanya mengembangkan kreativitas mereka dalam berimajinasi. Gaya penulisan dongeng biasanya berbentuk narasi yang terkesan sederhana, naif, dan lembut. ( perrault/perrault.htm). Perrault tidak hanya menuliskan kembali dongengdongeng yang sudah dikenal masyarakat secara langsung, tetapi mengubah dongeng-dongeng tersebut dan mengadaptasinya terlebih dahulu sesuai dengan konteks jaman yang sedang berlaku pada masa itu, misalnya melukiskan kembali bencana kelaparan di tahun 1693 seperti dalam cerita Le Petit Poucet. ( Setelah membaca beberapa karya Perrault, ternyata terlihat suatu bentuk kekerasan dalam beberapa karyanya, yaitu antara lain perlakuan jahat ibu tiri dalam Cendrillon, dimangsanya seorang anak perempuan kecil dalam Le Petit Chaperon Rouge, keinginan seorang penyihir untuk membunuh seorang gadis dalam La Belle Au Bois Dormant, dan tindakan menelantarkan anak dalam Le Petit Poucet. Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah "kekerasan" juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak (

21 3 Penyebab terjadinya kekerasan dalam sebuah keluarga bermacam-macam, antara lain faktor kemiskinan dan tekanan hidup yang semakin meningkat, seperti kebutuhan keluarga yang tidak dapat terpenuhi, disertai kemarahan atau kekecewaan pada pasangan karena ketidakberdayaan dalam mengatasi masalah ekonomi, menyebabkan orang tua mudah sekali meluapkan emosi, kemarahan, kekecewaan, dan ketidakmampuannya kepada orang terdekatnya. Untuk mengetahui tindak kekerasan yang terdapat dalam dongeng Le Petit Poucet, selanjutnya akan dipaparkan kisahnya berikut ini. Dongeng Le Petit Poucet menceritakan tentang tujuh anak laki-laki yang ditinggalkan dengan sengaja di dalam hutan oleh kedua orang tua mereka karena alasan ekonomi. Le Petit Poucet adalah julukan untuk anak bungsu dari tujuh bersaudara tersebut karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil seperti jari jempol. Berkat kecerdikannya, ia dan kakak-kakaknya dapat kembali ke rumah mereka dengan selamat walaupun mereka nyaris dimangsa oleh raksasa. Le Petit Poucet berhasil mengecoh raksasa dan istri raksasa sehingga ia dan keluarganya menjadi hidup berkecukupan dengan uang milik raksasa. Dalam dongeng-dongengnya, Perrault selalu menuangkan nilai moral serta menggambarkan situasi dengan realita hidup secara metaforis. Metaforis yaitu membandingkan dua hal atau benda yang berbeda untuk menciptakan suatu kesan yang hidup walaupun tidak dinyatakan dengan penggunaan kata-kata bak, seperti, laksana, ibarat, umpama, sebagai seperti pada perumpamaan (Dale dalam Tarigan 1995: 121).

22 4 Dalam dongeng Le Petit Poucet terdapat nilai moral yang sesuai dengan realita masyarakat saat ini terutama di bidang ekonomi. Kemiskinan membuat para orang tua menempuh segala cara untuk mendapatkan uang, tak terkecuali memanfaatkan anak-anak mereka atau bahkan menelantarkan anak-anak mereka. Le Petit Poucet merupakan tokoh yang mewakili sosok anak yang diremehkan, namun pada akhirnya ia dapat membuktikan bahwa dirinya bermanfaat bagi keluarganya. Le Petit Poucet merupakan salah satu dongeng yang berbeda dari dongeng-dongeng lainnya karena menampilkan anak sebagai tokoh utama yang menjadi korban sekaligus pelaku kekerasan. Le Petit Poucet melakukan penipuan tidak hanya kepada sosok yang jahat (raksasa), tetapi juga terhadap sosok yang baik (istri raksasa). Ia membalas perlakuan istri raksasa yang melindunginya dan kakak-kakaknya dari raksasa dengan kematian ketujuh anak perempuan raksasa. Walaupun bukan Le Petit Poucet sendiri yang membunuh mereka, tetap saja ia menjadi penyebab secara tidak langsung dari kematian anak-anak perempuan itu. Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang kekerasan dalam salah satu dongeng karya Charles Perrault. Penulis memilih untuk membahas dongeng karena tertarik alur cerita dongeng yang sederhana namun mempunyai makna serta nilai moral yang penting bagi pembacanya. Dongeng karya Perrault yang berjudul Le Petit Poucet ini merupakan dongeng yang menampilkan kekerasan dengan jelas. Kekerasan yang terkandung dalam dongeng tersebut cukup mengejutkan penulis, mengingat terdapat anggapan bahwa dongeng akrab dengan dunia anak dan selalu menampilkan kebaikan. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk membahas dongeng ini secara lebih lanjut.

23 5 Untuk menemukan tindak kekerasan dalam dongeng Le Petit Poucet dan penyebab terjadinya kekerasan tersebut, penulis menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik. Analisis sintagmatik dipergunakan untuk mengetahui jalannya alur cerita dan hubungan sebab akibat dalam dongeng Le Petit Poucet. Dalam karya fiksi wujud hubungan itu dapat berupa hubungan kata, peristiwa, atau tokoh. Adapun dalam analisis paradigmatik, unsur-unsur yang dibahas adalah unsur-unsur yang berkaitan dengan makna cerita, tentang tokoh, perwatakan tokoh, dan latar. 1.2 Permasalahan Bertolak pada latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Apa sajakah kekerasan yang ditampilkan dalam dongeng Le Petit Poucet, karya Charles Perrault? 2. Apa sajakah penyebab kekerasan yang ada dalam dongeng Le Petit Poucet, karya Charles Perrault?

24 6 1.3 Tujuan Penelitian Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menemukan: 1. Kekerasan yang ditampilkan dalam dongeng Le Petit Poucet karya Charles Perrault. 2. Penyebab kekerasan yang ditampilkan dalam dongeng Le Petit Poucet karya Charles Perrault. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang tindak kekerasan pada dongeng Le Petit Poucet karya Charles Perrault diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan masukan yang berguna bagi pembaca untuk mengetahui tindak kekerasan yang terjadi dalam dongeng Le Petit Poucet sehingga pembaca bisa mengambil pelajaran dengan tidak meniru dan mencontoh perbuatan yang tidak terpuji tersebut. 2. Memberi pengetahuan kepada mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, yakni dalam mata kuliah Apresiasi Sastra dan Théorie de Prose et de Poésie, khususnya tentang analisis strukturalisme karya sastra.

25 7 1.5 Sistematika Skripsi Agar deskripsi kajian tentang skripsi ini dapat dipahami dengan baik oleh pembaca, maka penulis mengetengahkan skripsi ini dalam suatu susunan yang sistematis. Penelitian ini tersusun dalam lima bab, yaitu: Bab 1 merupakan bab Pendahuluan yang memaparkan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Skripsi. Bab 2 merupakan Tinjauan Pustaka yang berisi tentang kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini khususnya teori kekerasan dan faktor-faktor penyebabnya. Bab 3 mengutarakan Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan Penelitian, Sumber Data Penelitian, Metode dan Teknik Pengumpulan Data, Metode dan Teknik Analisis Data, dan Metode Penyajian Hasil Analisis. Bab 4 Bab 5 merupakan Hasil Analisis Penelitian dan Pembahasan. merupakan Penutup yang di dalamnya memuat Simpulan dari hasil penelitian dan Saran. Bagian akhir skripsi berisi Daftar Pustaka dan Lampiran.

26 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab 2 ini akan diuraikan tentang beberapa landasan teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu mengenai tindak kekerasan dalam dongeng Le Petit Poucet karya Charles Perrault. Pada bagian awal pembahasan ini, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai dongeng, kekerasan, dan analisis sintagmatik dan paradigmatik yang akan digunakan untuk menemukan tindak kekerasan yang terkandung dalam dongeng tersebut serta penyebabnya. 2.1 Pengertian Dongeng Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran (Danandjaja 2002: 83). Dilihat dari jenis-jenis dongeng, sebenarnya tidak ada klasifikasi yang dikatakan paling tepat karena beberapa cerita dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi yang ada. Klasifikasi dongeng yang bersifat internasional pertama kali dikemukakan oleh Anti Aarne pada tahun 1910, setelah diterbitkannya koleksi dongeng Grimm Bersaudara untuk pertama kalinya. Pada tahun 1920-an, Stith Thompson membuat revisi dari klasifikasi tersebut sebanyak dua kali. Pada 8

27 9 akhirnya klasifikasi itu dipublikasikan pada tahun 1961 dan menjadi salah satu klasifikasi dongeng yang dikenal secara internasional. 2.2 Jenis-jenis Dongeng Menurut Anti Aarne dan Stith Thompson (dalam Danandjaja 2002: 86) jenis-jenis dongeng dibagi dalam empat golongan besar, yakni: 3. Dongeng binatang (animal tales) Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang, baik binatang peliharaan maupun binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan, dan serangga. Binatang-binatang dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Contoh: dongeng Si Kancil. 4. Dongeng biasa (ordinary folktales) Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Contohnya adalah dongeng Upik Abu dan Ande-Ande Lumut. 5. Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes) Pada dasarnya lelucon dan anekdot adalah jenis dongeng yang dapat menimbulkan rasa geli sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya. Lelucon adalah kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras. Contohnya adalah sebagai berikut: Pada suatu hari, sebuah kapal berisi penumpang dari berbagai bangsa karam di tengah lautan yang sangat luas. Ada tiga orang yang selamat. Masing-masing dari Prancis, Amerika, dan Indonesia. Mereka

28 10 terapung-apung di tengah laut hanya dengan mengandalkan sekeping papan. Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu dan menawarkan jasa. Aku akan memenuhi semua permintaan kalian., kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah si orang Prancis. Saya ini petugas lembaga sosial di Paris. Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jadi, tolonglah saya dikembalikan ke negara saya., katanya. Dalam sekejap orang itu lenyap, kembali ke negaranya. Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?, tanya sang jin. Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington., jawab si orang Amerika. Oke., kata jin sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negaranya. Nah, sekarang tinggal kamu, orang Indonesia. Sebut saja apa maumu?. Duh, Pak Jin. Sepi banget di sini., keluh si orang Indonesia. Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini. Zutt, orang Prancis dan pria Amerika itu muncul lagi. Anekdot adalah kisah lucu fiktif pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh yang benar-benar ada. Contoh anekdot adalah sebagai berikut: Pada suatu hari Mbak Tutut, putri Presiden Soeharto pada masa itu, lewat jalan tol di Jakarta. Penjaga Tol : 3000 rupiah. Mbak Tutut yang memang tidak memiliki uang seribuan, mengeluarkan uang 50 ribuan dan langsung menyodorkan uang tersebut kepada penjaga tol. Penjaga tol Mbak Tutut : Ini Bu, kembaliannya. : Sudah, simpan saja untuk keluarga anda! Penjaga tol merasa senang karena menerima 47 ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Mbak Tutut.

29 11 Setelah beberapa jam kemudian, Mas Tommy melewati jalan tol tersebut. Karena dia juga merupakan putra Presiden Soeharto, dia juga tidak mempunyai uang receh. Mas Tommy mengeluarkan uang 20 ribuan. Penjaga Tol : Ini Pak, kembaliannya 17 ribu. Mas Tommy : Sudahlah, simpan saja untuk anak anda! Penjaga langsung memasukkan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak kepada Mas Tommy. Beberapa jam kemudian Pak Presiden Soeharto dengan mobilnya melewati jalan tol yan sama. Pak Harto mengeluarkan uang 5 ribuan dan menyodorkannya ke penjaga tol. Pak Harto menunggu uang kembaliannya itu. Setelah menunggu beberapa menit, Pak Harto bertanya kepada penjaga tol. Pak Harto Penjaga Tol : Lho, mana uang kembalian saya? : Ah Bapak, masa uang 2000 saja diminta? Tadi Mbak Tutut dan Mas Tommy lewat, kembaliannya 47 ribu dan 17 ribu saja diberikan kepada saya. Masa Bapak yang 2000 saja minta kembalian? Pak Harto : Tunggu dulu, Mas. Anda tahu siapa Mbak Tutut dan Mas Tommy? Penjaga Tol : (dengan cekatan) Ya tahu Pak. Pertanyaan gampang, jelas Mbak Tutut dan Mas Tommy anak Presiden. Pak Harto : Pintar kamu, tahu mereka anak Presiden. Nah, sedangkan saya hanya anak petani. Sekarang mana kembalian saya?

30 12 Penjaga Tol 6. Dongeng berumus (formula tales) Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Contohnya yaitu: Alkisah pada suatu hari di sebuah lorong sepi terlihat seorang nyonya lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil. Si Tikus lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor kucing. Si Kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor anjing. Si Anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak. Si orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu polisi. Polisi lari terbirit-birit ketakutan karena diburu OPSTIB (Operasi Tertib). Cerita dalam dongeng di atas mengulang kata lari terbirit-birit ketakutan karena diburu yang membedakan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah subjek dan objeknya. 2.3 Fungsi Dongeng Dalam lingkungan masyarakat tradisional, dongeng biasanya ditujukan untuk orang dewasa. Baru sejak abad ke-17 dongeng diperuntukkan bagi anakanak. Menurut Grimm Bersaudara, dongeng sebenarnya tidak diperuntukkan bagi anak jika dilihat dari cara penyampaiannya, namun mereka menerbitkan cetakan pertama kumpulan dongeng rakyat untuk anak agar anak-anak dapat belajar sesuatu dari dongeng tersebut.

31 13 Dongeng pada umumnya diceritakan terutama untuk menghibur namun selain itu ternyata dongeng mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai proyeksi, sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan anak, penyalur ketegangan yang ada dalam masyarakat, dan sebagai kendali masyarakat (Danandjaya 2002: ). 2.4 Pengertian Kekerasan Definisi kekerasan atau violence menurut Blask (1951), adalah pemakaian kekuatan (force) yang tidak adil dan tidak dapat dibenarkan, disertai dengan emosi yang hebat atau kemarahan yang tak terkendali, tiba-tiba, bertenaga, kasar, dan menghina. Kekuatan itu biasanya kekuatan fisik yang disalahgunakan terhadap hak-hak umum, aturan hukum, dan kebebasan umum sehingga bertentangan dengan hukum. Menurut Webster, kekerasan adalah rough or injurious physical force, action, or treatment, or an unjust or unwarranted exertion of force or power, as against rights, laws, etc. ( Ada dua jenis kekerasan menurut bentuknya, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikologis. ( Menurut KUHP pasal 89, melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak kecil atau sekuat mungkin, secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata,

32 14 menyepak, menendang, dan sebagainya, sehingga orang yang terkena tindakan itu merasa kesakitan. Seringkali masalah kekerasan melibatkan anak-anak. Posisi anak yang begitu rentan karena lemah fisik, sosial dan budaya membuatnya mudah dimanfaatkan atau menjadi sasaran tindakan kekerasan, pengabaian, eksploitasi, dan kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada saat menjadi korban, anak tidak memiliki kekuatan untuk melawan karena dilihat dari segi fisik, jelaslah bahwa kemampuan atau kekuatannya lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa. 2.5 Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Faktor kemiskinan dan tekanan hidup yang semakin meningkat, disertai kemarahan atau kekecewaan pada pasangan karena ketidakberdayaan dalam mengatasi masalah ekonomi, menyebabkan orang tua mudah sekali meluapkan emosi, kemarahan, kekecewaan, dan ketidakmampuannya kepada orang terdekatnya. Anak, sebagai makhluk lemah, rentan, dan dianggap sebagai milik orang tua, paling mudah menjadi sasaran. ( vensi%2520hak%2520anak.pdf+anak+konvensi+internasional&hl=id&ct=clnk &cd=2&gl=id) Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi pelaku kekerasan, terkadang anak dapat menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Hal itu dapat saja terjadi akibat pengaruh dari media atau lingkungan sekitar anak. Terkadang tindakan kekerasan dilakukan tanpa unsur kesengajaan karena mereka belum paham betul bahwa perbuatan mereka dapat berakibat fatal. Hal ini terlihat dari perilaku seorang anak

33 15 yang masih duduk di bangku sekolah dasar yang memukuli temannya sampai meninggal. Pada awalnya, ia dan temannya itu hanya sekedar meniru acara smackdown yang sering diputar di televisi. Tak disangka niat bermain-main berujung pada kematian. Kekerasan juga dapat tertanam dalam anak secara psikologis jika lingkungan di sekitarnya turut berperan mendidik anak tersebut ke arah yang tidak baik, seperti misalnya dalam komunitas anak jalanan, pencurian atau berkelahi merupakan hal wajar karena mereka terbiasa melihat temantemannya melakukan hal tersebut. Terlepas dari kesadaran pada mereka bahwa kekerasan adalah hal yang tidak baik, mereka tetap melakukan hal itu. Cara anak memandang kekerasan dalam media, khususnya karya fiksi tentunya berbeda dengan cara pandang orang dewasa. Jika orang dewasa menganggap pemukulan yang terjadi dalam suatu cerita adalah salah satu bentuk kekerasan, anak-anak hanya melihat hal itu sebagai sesuatu yang lucu, seperti misalnya dalam film-film kartun yang menampilkan adegan saat tokoh tertentu memukul tokoh lawannya dengan palu atau menabraknya hingga terlindas. Tokoh yang mengalami kekerasan tersebut tidak mati, tubuhnya menjadi pipih tapi dengan cepat ia pulih kembali. Bagi anak, peristiwa ini merupakan suatu hal lucu, bukanlah kekerasan. Pada akhirnya anak akan menganggap bahwa peristiwaperistiwa yang menunjukkan kekerasan merupakan sesuatu yang wajar. Menurut anak, apa yang mereka lihat di televisi adalah orang hebat dan terkenal. Lalu, anak meniru perilaku smack down di televisi agar dianggap sebagai orang hebat. Anak-anak belum bisa berpikir jernih, apakah perilakunya berbahaya bagi dirinya dan juga orang lain. Anak mencoba menirukan apa yang mereka

34 16 saksikan. Anak hanya memikirkan kesenangan dan bagaimana memamerkan kekuatannya ke orang lain. Anak-anak sangat senang memamerkan kekuatannya di depan orang tua, teman, dan orang lain yang mereka temui. Dunia anak-anak penuh sensasi, mereka senang mencoba hal-hal baru. Perilaku memicu anak mencoba meniru tayangan smack down dari televisi, membuat anak sering melakukan perilaku smack down di dunia nyata untuk memamerkan kekuatannya ke orang lain. Smack down anak-anak telah menuai korban, seperti anak menderita sakit patah tulang, terkilir, terluka, bahkan meninggal dunia. ( Menurut Leonard Irwin, seorang dosen psikologi dari Universitas Illionis, Amerika Serikat, saat anak-anak berusia 8 tahun dan pernah menyaksikan tayangan tindak kekerasan melalui televisi, ketika mencapai usia dewasa, mereka cenderung tidak segan-segan melakukan perbuatan jahat dan kejam, tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap anak-anak kecil lainnya. Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Tanpa disadari dan disengaja, orang tua sering melakukan kekerasan psikologis terhadap anak-anaknya. Kita mungkin sering melihat seorang anak yang melakukan kesalahan mendapatkan bentakan atau hukuman kemarahan yang tidak perlu. Melihat, rapor anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua, si

35 17 anak malang langsung dicubiti dan dibanding-bandingkan dengan anak tetangga yang jadi bintang kelas. Anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri. ( Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan terdiri atas: 1. Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Kondisi menyebabkan tidak terelakkannya kekerasan terjadi juga pada anak. Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua, 2. Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, 3. Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. Tertekannya

36 18 kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi, 4. Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga. Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua Bentuk-bentuk Kekerasan Bentuk-bentuk kekerasan yang terdapat dalam Undang-undang no. 23 tahun 2004 ( mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), di mana lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi suami, isteri, dan anak, yaitu: 1. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Contoh: pembunuhan, pembantaian, dsb. 2. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Contoh: pengancaman, penghinaan, dsb. ( 2.7 Biografi Charles Perrault Selanjutnya, akan dijelaskan tentang biografi Charles Perrault. Charles Perrault lahir pada tanggal 12 Januari Ayahnya bernama Pierre Perrault, advokat Paris kelahiran Touraine, dan ibunya bernama Pâquette Leclerc. Ia

37 19 berasal dari kalangan atas sehingga bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik di Perancis. Sejak kecil kejeniusan, Perrault terutama pada bidang kesusastraan, mulai tampak. Tahun 1636, ia masuk collège de Beauvais dan segera menjadi salah satu siswa terbaik. Pada usia sembilan tahun Perrault telah menciptakan sajak-sajak yang indah untuk ukuran anak seusianya. Sekitar tahun 1643, Perrault meninggalkan collège setelah berselisih dengan salah seorang pengawas. Charles mengambil jurusan hukum sebagai mata pelajarannya sebelum terjun menjadi pegawai pemerintahan. Saat berumur 62 tahun, dia berhenti bekerja di pemerintahan dan memutuskan untuk mendedikasikan dirinya pada anak-anaknya dan saat itulah dia menerbitkan buku Tales and Stories of the Past with Morals (Histoires ou Contes du Temps Passé), dengan subtitle Tales of Mother Goose (Les Contes de ma Mère l'oye) yang memuat cerita-cerita dongeng yang kita kenal sekarang. Charles Perrault adalah pengarang dari Prancis yang meletakkan dasardasar bagi literatur cerita dongeng dan terkenal dengan cerita dongeng seperti Le Petit Chaperon Rouge (Gadis Kecil dengan Kerudung Merah), La Belle au Bois Dormant (Putri Tidur), Le Maître Chat ou Le Chat Botté (Kucing Bersepatu Boot), Cendrillon ou Le Petit Pantoufle de Verre (Cinderella), La Barbe Bleue (Janggut Biru), Le Petit Poucet, Les Fées (Katak dan Permata), La Marquise de Salhsses ou la Patience de Griselidis (Griselda yang Sabar), dan banyak cerita terkenal lainnya. Cerita dongeng tersebut kemudian dikumpulkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Grimm Bersaudara bersama-sama

38 20 dengan koleksi cerita rakyat dari seluruh dunia. Perrault meninggal di Paris pada 1703 pada usia 75 tahun. 2.8 Relasi Sintagmatik dan Relasi Paradigmatik Bahasa sebagai suatu sistem memiliki satuan-satuan. Satuan-satuan dalam bahasa memiliki hubungan (relasi) dengan satuan yang lainnya. Setiap satuan, bagi terbentuknya satuan yang lebih besar, merupakan unsur (constituent). Jadi, dalam setiap bahasa terjadi relasi antarunsur. Relasi antarunsur dapat dilihat dari dua dimensi, yakni dimensi horisontal dan dimensi vertikal. Relasi antarunsur yang berdimensi horisontal dikenal dengan relasi sintagmatik dan relasi antarunsur yang berdimensi vertikal disebut relasi paradigmatik (Oka 1994: 75) Relasi Sintagmatik Relasi sintagmatik merupakan relasi antarunsur bahasa yang hadir dalam suatu tuturan. Dalam tuturan itu, unsur-unsur yang berelasi itu diucapkan. Dalam bahasa tulis, unsur-unsur itu dituliskan. Relasi antarunsur yang bersifat linear itu terjadi atau terdapat pada berbagai tataran, misal dalam tataran fonologis, misalnya, terdapat bunyi-bunyi /b/, /a/, /t/, dan /u/. Dalam bahasa Indonesia, relasi sintagmatiknya bermacam-macam dan memungkinkan terbentuknya kata batu, buta, buat, baut, tuba, dan tabu. Dalam tataran morfologis, tampak adanya relasi antarunsur pembentuk kata. Dalam konteks ini, imbuhan dan bentuk dasar atau bentuk akar tidak dapat bertukar tempat. Ada kata nonaktif tetapi tidak ada kata aktifnon. Dalam tataran frase, urutan unsur membentuk relasi yang berdampak

BAB IV KESIMPULAN. memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah

BAB IV KESIMPULAN. memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah BAB IV KESIMPULAN Unsur-unsur kekerasan yang dapat ditemukan dalam sebuah cerita dongeng memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah tidak bisa dilepaskan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karya sastra pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti, 1998:67). Karya sastra

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis

BAB III KESIMPULAN. Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis BAB III KESIMPULAN Dalam analisis simbolisasi hewan dalam tiga dongeng ini, penulis menggunakan teori semiotika menurut Danesi. Hewan-hewan yang ada dalam tiga dongeng ini disebut sebagai penanda (signifier).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN DONGENG HISTOIRES OU CONTES DU TEMPS PASSÉ KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN DONGENG HISTOIRES OU CONTES DU TEMPS PASSÉ KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN DONGENG HISTOIRES OU CONTES DU TEMPS PASSÉ KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran BAB IV KESIMPULAN Gérondif banyak digunakan baik dalam bp lisan maupun tulis, sedangkan bi tidak memiliki bentuk ini, sehingga menimbulkan permasalahan dalam penerjamahan. Permasalahan itu antara lain

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Membaca : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERILAKU PROSOSIAL TOKOH UTAMA AMÉLIE POULAIN DI DALAM FILM LE FABULEUX DESTIN D AMÉLIE POULAIN : KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL

PERILAKU PROSOSIAL TOKOH UTAMA AMÉLIE POULAIN DI DALAM FILM LE FABULEUX DESTIN D AMÉLIE POULAIN : KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL PERILAKU PROSOSIAL TOKOH UTAMA AMÉLIE POULAIN DI DALAM FILM LE FABULEUX DESTIN D AMÉLIE POULAIN : KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL SKRIPSI OLEH: GAZI ADAM NIM. 105110300111010 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

Lebih terperinci

ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI

ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI ANALISIS KREATIVITAS TOKOH MÉLANIE DALAM CERITA ANAK MÉLANIE DANS L ÎLE SKRIPSI OLEH : INDRI NOVITA SARI 0911130026 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

REPRESENTASI KONSEP KEPRIBADIAN ID, EGO, SUPEREGO DAN MEKANISME PERTAHANANNYA DALAM FILM LES CHORISTES SKRIPSI OLEH: SHEILA INTAN

REPRESENTASI KONSEP KEPRIBADIAN ID, EGO, SUPEREGO DAN MEKANISME PERTAHANANNYA DALAM FILM LES CHORISTES SKRIPSI OLEH: SHEILA INTAN REPRESENTASI KONSEP KEPRIBADIAN ID, EGO, SUPEREGO DAN MEKANISME PERTAHANANNYA DALAM FILM LES CHORISTES SKRIPSI OLEH: SHEILA INTAN 0811133003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA N 1 Sanden Kelas/ Semester : XI/1 Mata pelajaran : Bahasa Perancis Tema : La Famille Aspek/ Keterampilan : Expression Orale (Berbicara) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: PRADITYA DIAN TAMI ANGGARA NIM

SKRIPSI OLEH: PRADITYA DIAN TAMI ANGGARA NIM PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS DAN KONFLIK BERPASANGAN TOKOH DALAM CERITA PENDEK LE TAILLEUR NOIR SKRIPSI OLEH: PRADITYA DIAN TAMI ANGGARA NIM. 0911130007 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK : STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS

Lebih terperinci

INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM

INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM INTERTEKSTUALITAS DALAM STRUKTUR KOMIK DAN FILM PETUALANGAN TINTIN EDISI LE SECRET DE LA LICORNE SKRIPSI OLEH: RISZKY ALLA SAPUTRA NIM 0811130023 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS PROGRAM BAHASA

Lebih terperinci

KAJIAN PRAGMATIK DALAM CERITA ANAK JOURNÉE POUBELLE POUR GAËLLE KARYA JO HOESTLANT DAN FRÉDÉRIC JOOS SKRIPSI OLEH: CONNY COURTESSY NIM

KAJIAN PRAGMATIK DALAM CERITA ANAK JOURNÉE POUBELLE POUR GAËLLE KARYA JO HOESTLANT DAN FRÉDÉRIC JOOS SKRIPSI OLEH: CONNY COURTESSY NIM KAJIAN PRAGMATIK DALAM CERITA ANAK JOURNÉE POUBELLE POUR GAËLLE KARYA JO HOESTLANT DAN FRÉDÉRIC JOOS SKRIPSI OLEH: CONNY COURTESSY NIM 0811130006 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan

BAB III KESIMPULAN. yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan BAB III KESIMPULAN Titeuf merupakan komik berbahasa Prancis yang dikenal sebagai komik yang cukup unik karena banyak ditemukan kosakata bahasa argot yang digunakan para tokoh dalam percakapan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault. Kemudian penulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault. Kemudian penulis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis ingin menyampaikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Berbicara : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. DONGENG 1. Pengertian Dongeng Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai dongeng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa dari abad ke abad. Tulisan awal tentang wanita dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu

Lebih terperinci

Kritik Molière Terhadap Profesi Dokter Dalam Lakon Le Médecin Malgré Lui SKRIPSI OLEH : AHMED HASAN KURNIA NIM

Kritik Molière Terhadap Profesi Dokter Dalam Lakon Le Médecin Malgré Lui SKRIPSI OLEH : AHMED HASAN KURNIA NIM Kritik Molière Terhadap Profesi Dokter Dalam Lakon Le Médecin Malgré Lui SKRIPSI OLEH : AHMED HASAN KURNIA NIM 0811130002 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI OLEH: RADIK BABAROSA NIM. 105110301111005 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Tema Aspek/ Keterampilan Alokasi Waktu : SMA N 1 Sanden : XI/2 : Bahasa Perancis : La Famille : Expression Écrite (Menulis)

Lebih terperinci

MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI

MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada Bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis gaya bahasa beserta makna dalam film L Ecume des Jours. Berikut ini adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan pengarang sebagai penghasil imajinasi dan kreativitas sastra secara individual dan pembaca

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ Oleh Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Dante Darmawangsa, M.Pd. Publik (pembelajar) Mahasiswa

Lebih terperinci

REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK REGISTER PEMANDU WISATA BERBAHASA PRANCIS DI KAWASAN WISATA KAWAH IJEN BANYUWANGI JAWA TIMUR : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH: LUISIANA INDRAWATI NIM. 105110300111013 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

HUMOR BERUPA PELANGGARAN MAKSIM. DALAM FILM RRRrrr!!! KARYA ALAIN CHABAT. Skripsi. Diajukan kepada

HUMOR BERUPA PELANGGARAN MAKSIM. DALAM FILM RRRrrr!!! KARYA ALAIN CHABAT. Skripsi. Diajukan kepada HUMOR BERUPA PELANGGARAN MAKSIM DALAM FILM RRRrrr!!! KARYA ALAIN CHABAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa, sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan pribadi

Lebih terperinci

ROMANTISME DALAM CERITA PENDEK VÉRA KARYA AUGUSTE VILLIERS DE L ISLE ADAM SKRIPSI OLEH: ACHMAD DWI MUNTAHA NIM

ROMANTISME DALAM CERITA PENDEK VÉRA KARYA AUGUSTE VILLIERS DE L ISLE ADAM SKRIPSI OLEH: ACHMAD DWI MUNTAHA NIM ROMANTISME DALAM CERITA PENDEK VÉRA KARYA AUGUSTE VILLIERS DE L ISLE ADAM SKRIPSI OLEH: ACHMAD DWI MUNTAHA NIM 0811130001 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs yang merupakan model

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs  yang merupakan model BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab lima ini, peneliti akan menyampaikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pertanyaan pada rumusan masalah pada bab satu dan hasil penelitian pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG

KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG KORELASI FAKTOR PSIKOLINGUISTIK DENGAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI BAHASA SMAK COR JESU MALANG SKRIPSI OLEH: CICILIA TRAPSIWI RESTI PALUPI NIM. 105110301111012 PROGRAM

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN I. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah : Expression Ecrite III Kode Mata Kuliah : PRC 219 Jurusan : Pendidikan Bahasa Prancis Pengampu : Dian Swandayani, M.Hum. Jumlah SKS

Lebih terperinci

RESPON EMOTIF TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN PASANGAN DALAM ROMAN LA FEMME ROMPUE KARYA SIMONE DE BEAUVOIR SKRIPSI

RESPON EMOTIF TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN PASANGAN DALAM ROMAN LA FEMME ROMPUE KARYA SIMONE DE BEAUVOIR SKRIPSI RESPON EMOTIF TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI PERSELINGKUHAN PASANGAN DALAM ROMAN LA FEMME ROMPUE KARYA SIMONE DE BEAUVOIR SKRIPSI OLEH : NUR ANGGRAENI PRASTIWI NIM. 105110301111007 PROGRAM STUDI BAHASA DAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Muchsin Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Muchsin Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa 65 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Muchsin. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Anas, Sudijono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Arifin,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, mahasiswa diberikan 2 kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, mahasiswa diberikan 2 kali 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Tes Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, mahasiswa diberikan 2 kali tes. Setelah hasil tes terkumpul, data tes tersebut diperiksa

Lebih terperinci

LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON Maret 1 April 2013

LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON Maret 1 April 2013 LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON 2013 22 Maret 1 April 2013 Pameran Foire de Lyon merupakan pameran nomor tiga terbesar untuk pameran-pameran sejenis yang di adakan di setiap kota di Prancis.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS HUMANIORA VOLUME 15 Analisis Kesalahan No. 3 Oktober Sintaksis 2003 Bahasa Prancis Halaman 327-335 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS Roswita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah satunya ialah ilmu komunikasi. Mengingat bahwa komunikasi ialah aspek penting yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

ILUSTRASI DONGENG KLASIK LITTLE RED RIDING HOOD

ILUSTRASI DONGENG KLASIK LITTLE RED RIDING HOOD BAB II ILUSTRASI DONGENG KLASIK LITTLE RED RIDING HOOD II.1. Pengertian Dongeng Dongeng menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Skenario Model Pembelajaran Analisis Teks Sastra Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran Model Analisis Teks Sastra untuk jenis puisi adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. alur yang digunakan dalam kumpulan dongeng La Barbe Bleue, Les Fées,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

ANALYSE CONTRASTIVE DE LA FONCTION DE L IDIOME FRANÇAIS ET INDONÉSIEN EN UTILISANT LES ELEMENT DES ANIMAUX. Evi Permata Dara Damanik

ANALYSE CONTRASTIVE DE LA FONCTION DE L IDIOME FRANÇAIS ET INDONÉSIEN EN UTILISANT LES ELEMENT DES ANIMAUX. Evi Permata Dara Damanik 1 ANALYSE CONTRASTIVE DE LA FONCTION DE L IDIOME FRANÇAIS ET INDONÉSIEN EN UTILISANT LES ELEMENT DES ANIMAUX Evi Permata Dara Damanik Section française Département des langues étrangères Faculté des lettres

Lebih terperinci

Lampiran 4. Contoh Halaman Persembahan : (diambil dari Rendy Prasetyo, 2013) REMERCIEMENT

Lampiran 4. Contoh Halaman Persembahan : (diambil dari Rendy Prasetyo, 2013) REMERCIEMENT Lampiran 4. Contoh Halaman Persembahan : (diambil dari Rendy Prasetyo, 2013) REMERCIEMENT Remercié à Dieu Allah SWT et le Prophète Muhammad SAW, parce que leur amour, me ramener à compléter mon memoire

Lebih terperinci

PERILAKU ANDROGINI TOKOH UTAMA DALAM FILM PRANCIS TOMBOY Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : RIZKI SULISTYONO NIM.

PERILAKU ANDROGINI TOKOH UTAMA DALAM FILM PRANCIS TOMBOY Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : RIZKI SULISTYONO NIM. PERILAKU ANDROGINI TOKOH UTAMA DALAM FILM PRANCIS TOMBOY Sebuah Tinjauan Psikologis SKRIPSI OLEH : RIZKI SULISTYONO NIM. 105110301111006 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

keterampilan berbahasa yang relative sulit adalah berbicara karena untuk menguasai

keterampilan berbahasa yang relative sulit adalah berbicara karena untuk menguasai Abstrak: Berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbicara yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa. Dalam pengajaran bahasa asing, salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA PERANCIS. (Penelitian Pra-Eksperimen Mahasiswa Semester IV

PENGGUNAAN TEKNIK ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA PERANCIS. (Penelitian Pra-Eksperimen Mahasiswa Semester IV PENGGUNAAN TEKNIK ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA PERANCIS (Penelitian Pra-Eksperimen Mahasiswa Semester IV Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Tahun Akademik 2014/2015) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK ROLE PLAY (JEU DE RÔLE)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK ROLE PLAY (JEU DE RÔLE) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK ROLE PLAY (JEU DE RÔLE) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

LA MODULATION DU CHAMP LEXICAL DANS LA TRADUCTION DE BANDE DESSINÉE TINTIN AU CONGO (DU FRANÇAIS EN INDONÉSIEN)

LA MODULATION DU CHAMP LEXICAL DANS LA TRADUCTION DE BANDE DESSINÉE TINTIN AU CONGO (DU FRANÇAIS EN INDONÉSIEN) 1 LA MODULATION DU CHAMP LEXICAL DANS LA TRADUCTION DE BANDE DESSINÉE TINTIN AU CONGO (DU FRANÇAIS EN INDONÉSIEN) Kristin Waruwu Drs. Balduin Pakpahan, M.Hum Dr. Marice, M.Hum Nurilam Harianja, S.Pd.,

Lebih terperinci

ANALISIS FONOLOGIS DAN ORTOGRAFIS KOSA KATA SERAPAN BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI OLEH: HADYAN QASHIDI NIM.

ANALISIS FONOLOGIS DAN ORTOGRAFIS KOSA KATA SERAPAN BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI OLEH: HADYAN QASHIDI NIM. ANALISIS FONOLOGIS DAN ORTOGRAFIS KOSA KATA SERAPAN BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI OLEH: HADYAN QASHIDI NIM. 115110300111015 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

CHAPITRE III DEMARCHE PÉDAGOGIQUE. Comme cela a été dit dans le site

CHAPITRE III DEMARCHE PÉDAGOGIQUE. Comme cela a été dit dans le site CHAPITRE III DEMARCHE PÉDAGOGIQUE La Fiche pédagogique est importante pour l'enseignement. Il est un plan pour enseigner et pour aider l'enseignant à gérer l'enseignement qui se passe comme prévu et atteindre

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN Matakuliah : Expression Ecrite 3 Kode Mata kuliah : prc 46013 Kredit Semester : 3 SKS Program Studi : Pendidikan Bahasa Prancis Semester/Tahun Ajaran : Ganjil/ 2015-2016

Lebih terperinci

TANGGAPAN TOKOH UTAMA TERHADAP KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT PRANCIS DALAM NOVEL L INGÉNU KARYA VOLTAIRE SKRIPSI OLEH: NUR WAHYU WIDYAWATI

TANGGAPAN TOKOH UTAMA TERHADAP KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT PRANCIS DALAM NOVEL L INGÉNU KARYA VOLTAIRE SKRIPSI OLEH: NUR WAHYU WIDYAWATI TANGGAPAN TOKOH UTAMA TERHADAP KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT PRANCIS DALAM NOVEL L INGÉNU KARYA VOLTAIRE SKRIPSI OLEH: NUR WAHYU WIDYAWATI 105110307111003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi ( IPK) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

RÉSUME. Ce mémoire parle de l analyse sociologique de la littérature qui utilise

RÉSUME. Ce mémoire parle de l analyse sociologique de la littérature qui utilise 130 L APPROCHE STRUCTURALE-GÉNÉTIQUE DU ROMAN MOI NOJOUD, 10 ANS, DIVORCÉE DE NOJOUD ALI ET DELPHINE MINOUI: UNE SOCIOLOGIE DU ROMAN Par: Natiqotul Muniroh 07204241003 RÉSUME 1. L introduction Ce mémoire

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi menurut Servilla dkk (1993) dalam Mahsun (2005:28) adalah Kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi.

Lebih terperinci

KESEJAJARAN FAKTA LITERER DALAM NOVEL BEL- AMI KARYA GUY DE MAUPASSANT DENGAN FAKTA SOSIAL ABAD XIX SKRIPSI

KESEJAJARAN FAKTA LITERER DALAM NOVEL BEL- AMI KARYA GUY DE MAUPASSANT DENGAN FAKTA SOSIAL ABAD XIX SKRIPSI KESEJAJARAN FAKTA LITERER DALAM NOVEL BEL- AMI KARYA GUY DE MAUPASSANT DENGAN FAKTA SOSIAL ABAD XIX SKRIPSI OLEH: RR. SARASWATI PUSPITANGSA NIM. 105110301111001 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Menurut Nawawi dalam Cahyani (2008:20), penggunaan metode yang tepat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOCK PUPPET

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOCK PUPPET PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOCK PUPPET KELAS XII SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni

Lebih terperinci

TEMA MELANCHOLIA DALAM ANTOLOGI POÈMES SATURNIENS KARYA PAUL VERLAINE Analisis Puisi Berdasarkan Strata Norma SKRIPSI

TEMA MELANCHOLIA DALAM ANTOLOGI POÈMES SATURNIENS KARYA PAUL VERLAINE Analisis Puisi Berdasarkan Strata Norma SKRIPSI TEMA MELANCHOLIA DALAM ANTOLOGI POÈMES SATURNIENS KARYA PAUL VERLAINE Analisis Puisi Berdasarkan Strata Norma SKRIPSI Oleh : Feri Andika Prasetya NIM. 105110300111009 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA PROGRAM BAHASA KELAS XI SMA 1 SUKOREJO

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA PROGRAM BAHASA KELAS XI SMA 1 SUKOREJO KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA PROGRAM BAHASA KELAS XI SMA 1 SUKOREJO SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai

Lebih terperinci

PAMERAN FOIRE DE LILLE April 2013

PAMERAN FOIRE DE LILLE April 2013 PAMERAN FOIRE DE LILLE 2013 13-21 April 2013 Pameran Foire de Lille merupakan pameran nomor empat terbesar untuk pameran-pameran sejenis yang di adakan di setiap kota di Perancis. Foire de Lille pertama

Lebih terperinci

GRAMMAR BAHASA PRANCIS BY : LIYA IMRA AH F.

GRAMMAR BAHASA PRANCIS BY : LIYA IMRA AH F. GRAMMAR BAHASA PRANCIS BY : LIYA IMRA AH F. AVANT-PROPOS 1 Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-nya mungkin penyusun tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU PSIKOPATIK TOKOH UTAMA DALAM DONGENG LA BARBE BLEUE KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI OLEH: REGIN YOHAN SYAWAMAREDO GOTAMA

ANALISIS PERILAKU PSIKOPATIK TOKOH UTAMA DALAM DONGENG LA BARBE BLEUE KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI OLEH: REGIN YOHAN SYAWAMAREDO GOTAMA ANALISIS PERILAKU PSIKOPATIK TOKOH UTAMA DALAM DONGENG LA BARBE BLEUE KARYA CHARLES PERRAULT SKRIPSI OLEH: REGIN YOHAN SYAWAMAREDO GOTAMA NIM. 115110301111001 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN DENGAN STRATEGI RECIPROCAL TEACHING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Sekuen Roman LA CONSOLANTE Karya Anna Gavalda 1. Kepulangan Charles dari Rusia dan pertemuannya dengan sopir taksi yang meminbulkan suatu kehampaan

Sekuen Roman LA CONSOLANTE Karya Anna Gavalda 1. Kepulangan Charles dari Rusia dan pertemuannya dengan sopir taksi yang meminbulkan suatu kehampaan LAMPIRAN 118 Sekuen Roman LA CONSOLANTE Karya Anna Gavalda 1. Kepulangan Charles dari Rusia dan pertemuannya dengan sopir taksi yang meminbulkan suatu kehampaan dalam dirinya. 2. Kepulangan Charles ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan tersebut juga merambah di bidang linguistik yang merupakan

Lebih terperinci

ARKETIPE DALAM ROMAN L IMMORALISTE KARYA ANDRÉ GIDE: SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG SKRIPSI

ARKETIPE DALAM ROMAN L IMMORALISTE KARYA ANDRÉ GIDE: SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG SKRIPSI ARKETIPE DALAM ROMAN L IMMORALISTE KARYA ANDRÉ GIDE: SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI ANALITIK CARL GUSTAV JUNG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Prancis

Lebih terperinci

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS Pengadilen Sembiring Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kosa kata dan sistem tata bahasa Prancis memiliki keunikan dan kesederhaan yang

Lebih terperinci

Jangan merasa jadi orang kaya jika belum memiliki sesuatu yang uang saja tidak dapat membelinya. Itulah kebahagiaan.

Jangan merasa jadi orang kaya jika belum memiliki sesuatu yang uang saja tidak dapat membelinya. Itulah kebahagiaan. ii iii iv MOTTTO Jangan merasa jadi orang kaya jika belum memiliki sesuatu yang uang saja tidak dapat membelinya. Itulah kebahagiaan. Jangan biarkan kekurangan yang kau miliki mengalahkan dan menghentikan

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM LE GRAND VOYAGE KARYA ISMAEL FERROUKHI: SEBUAH TINJAUAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ATIKA IRMAYANI NIM.

PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM LE GRAND VOYAGE KARYA ISMAEL FERROUKHI: SEBUAH TINJAUAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ATIKA IRMAYANI NIM. PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM LE GRAND VOYAGE KARYA ISMAEL FERROUKHI: SEBUAH TINJAUAN STRUKTURAL SKRIPSI OLEH: ATIKA IRMAYANI NIM. 105110300111004 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PERANCIS JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan

1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan Bab I Pendahuluan 1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan Bagian ini memuat alasan ilmiah penulis untuk mengkaji mob Papua sebagai bagian dari karya sastra lisan. Kajian karya sastra lisan berarti

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH : SMAN 1 Mertoyudan MATA PELAJARAN : BAHASA PRANCIS KELAS / SEMESTER : XI / 1 PERTEMUAN KE- : 5 TEMA : LA MAISON WAKTU : 2 X 45 MENIT A. KOMPETENSI INTI 3.

Lebih terperinci

PENDEKATAN SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES DALAM KARYA SASTRA PRANCIS 1. Ninuk Lustyantie 2

PENDEKATAN SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES DALAM KARYA SASTRA PRANCIS 1. Ninuk Lustyantie 2 PENDEKATAN SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES DALAM KARYA SASTRA PRANCIS 1 Ninuk Lustyantie 2 Ninuk.lustyantie@unj.ac.id Karya sastra merupakan cerminan dari masyarakatnya, oleh karena itu karya sastra memiliki

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN I. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah : Expression Orale III Kode Mata Kuliah : PRC 215 Jurusan : Pendidikan Bahasa Prancis Pengampu : Dian Swandayani, M.Hum. Jumlah SKS :

Lebih terperinci

L EXISTENCE DE LA FEMME EN NOUVELLE LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI DE MARGUERITE YOURCENAR. Dinar Primarry

L EXISTENCE DE LA FEMME EN NOUVELLE LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI DE MARGUERITE YOURCENAR. Dinar Primarry LAMPIRAN L EXISTENCE DE LA FEMME EN NOUVELLE LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI DE MARGUERITE YOURCENAR Dinar Primarry 10204244011 A. Introduction Une œuvre littèraire est la source de la pensée et aussi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naluri manusia untuk mencari kesenangan, kegembiraan, dan hiburan sudah

BAB I PENDAHULUAN. Naluri manusia untuk mencari kesenangan, kegembiraan, dan hiburan sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naluri manusia untuk mencari kesenangan, kegembiraan, dan hiburan sudah dimiliki sejak bayi (Rahmanadji, 2007: 1). Hal itu dapat dilihat saat seorang ibu mengajari bayinya

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. namun tetap menarik. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat banyak sekali rujukan-rujukan

BAB III KESIMPULAN. namun tetap menarik. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat banyak sekali rujukan-rujukan 40 BAB III KESIMPULAN Lirik lagu Quand c est? karya Stromae merupakan lirik lagu yang rumit namun tetap menarik. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat banyak sekali rujukan-rujukan yang mempermudah pendengar

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KEKERASAN TERHADAP ANAK Kekerasan

Lebih terperinci

MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. STANDAR KOMPETENSI Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Mendengarkan : 2 x 45 menit A.

Lebih terperinci

DE TEXTES LITTÉRAIRES PR 414

DE TEXTES LITTÉRAIRES PR 414 No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS ANALYSE DE TEXTES LITTÉRAIRES PR 414 Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi atau komunikasi dalam suatu masyarakat sangat dibutuhkan untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun komunikasi dalam suatu masyarakat

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: TRIAS DESY ARISTANTY NIM

SKRIPSI OLEH: TRIAS DESY ARISTANTY NIM ABSURDITAS DALAM DIALOG ANTARTOKOH NASKAH DRAMA LES BONNES KARYA JEAN GENET MELALUI PELANGGARAN MAKSIM KUANTITAS DAN RELEVANSI SKRIPSI OLEH: TRIAS DESY ARISTANTY NIM. 105110313111004 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA KREOL PRANCIS DALAM LIRIK LAGU MUSIK TRADISIONAL KALIPSO DI TRINIDAD SKRIPSI DISUSUN OLEH: SUCI DIAH RAHMAWATI

PENGGUNAAN BAHASA KREOL PRANCIS DALAM LIRIK LAGU MUSIK TRADISIONAL KALIPSO DI TRINIDAD SKRIPSI DISUSUN OLEH: SUCI DIAH RAHMAWATI PENGGUNAAN BAHASA KREOL PRANCIS DALAM LIRIK LAGU MUSIK TRADISIONAL KALIPSO DI TRINIDAD SKRIPSI DISUSUN OLEH: SUCI DIAH RAHMAWATI 10511030111023 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS JURUSAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA BERITA KRIMINAL DI SITUS (KAJIAN WACANA KRITIS) SKRIPSI

PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA BERITA KRIMINAL DI SITUS  (KAJIAN WACANA KRITIS) SKRIPSI PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA BERITA KRIMINAL DI SITUS WWW.BFMTV.COM (KAJIAN WACANA KRITIS) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untukmemenuhi

Lebih terperinci

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN SKRIPSI Oleh: Winda Astutik NIM 090210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS SKRIPSI

KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS SKRIPSI KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

DARI PERSPEKTIF PRINSIP EPIGENETIK ERIKSON.

DARI PERSPEKTIF PRINSIP EPIGENETIK ERIKSON. i CERPEN UN CœUR SIMPLE KARYA GUSTAVE FLAUBERT: TINJAUAN DARI PERSPEKTIF PRINSIP EPIGENETIK ERIKSON. SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra

Lebih terperinci