A. Pengertian Typhoid Abdominalis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Pengertian Typhoid Abdominalis"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Typhoid Abdominalis Typhoid Abdominalis (demam typhoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). Typhoid Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran, disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia (Rampengan, 2007) Typhoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa (nugroho, 2011). Typhoid Abdominalis adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, dan C (widoyono, 2008). Menurut (widoyono, 2008) Sumber penularan penyakit ini adalah melalui air dan makanan. Kuman Salmonella dapat bertahan lama dalam makanan. Penggunaan air minum secara masal yang tercemar bakteri sering menyebabkan terjadinya (KLB) kejadian luar biasa. vektor berupa serangga juga berperan dalam sumber penularan penyakit. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Typhoid Abdominalis adalah infeksi akut yang menyerang pada saluran pencernaan 6

2 yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi, yaitu sejenis bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan terkadang disertai dengan gangguan kesadaran pada klien. B. Anatomi dan fisiologi Sistem Pencernaan Gambar 1. Sistem Pencernaan Tubuh Manusia Sumber : (Pearce, 2008) 7

3 Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di asimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan yang panjangnya 8-9 meter pada orang dewasa ini dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan berakhir di anus (Pearce, 2008). Saluran cerna dapat dikatakan berada di luar tubuh. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan harus melewati dinding saluran cerna agar dapat diabsorbsi ke dalam aliran darah. Berikut ini adalah urutan saluran pencernaan dari mulut sampai anus (Almatsier, 2002) : 1. Mulut Proses pencernaan dimulai di mulut. Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri dari dua bagian luar yang sempit, atau vestibula,yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal farink. Disaat kita mengunyah, gigi geligi memecah makanan menjadi bagian-bagian kecil, sementara makanan bercampur dengan cairan ludah untuk memudahkan proses menelan. Ketika ditelan, makanan melewati epiglotis, suatu katup yang mencegah makanan masuk trakeake paru-paru. Makanan yang telah ditelan dinamakan bolus yang segera masuk ke dalam farink. 2. Esofagus ke lambung Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai dua puluh lima sentimeter, diatas dimulai dari farink, sampai pintu masuk kardiak lambung bawah. Terletak di belakang trakhea dan di depan tulang 8

4 punggung. Setelah makanan masuk ke farink maka palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis menutupoleh kontraksi otot-ototnya. Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik, lingkaran didepan serabut otot makanan mengendor dan yang dibelakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik mengantarkan bola makanan ke lambung. Bolus dalam lambung bercampur dengan cairan lambung dan di giling halus menjadi cairan yang dinamakan kimus. Lambung kemudian sedikit demi sedikit menyalurkan kimus melalui sfingter pilorus ke dalam usus halus, setelah itu sfingter pilorus menutup. 3. Usus halus Usus halus adalah segmen yang paling panjang dari saluran Gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua per tiga dari total saluran (Smeltzer, 2001). Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Pada bagian atas usus halus, kimus melewati lubang saluran empedu, yang meneteskan cairan ke dalam usus halus berasal dari dua alat, yaitu kantong empedu dan pankreas. Usus halus dibagi dalam beberapa bagian : a. Usus dua belas jari (Duodenum) Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm. Berbentuk sepatu kuda, dn kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula Vateri, sepuluh sentimeter dari pilorus 9

5 b. Usus kosong (Jeujunum ) Jeujunum menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus yang selebihnya. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. c. Usus penyerapan (Ileum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Di dalam ileum terjadi proses absorbsi. Absorbsi makanan yang telah dicernakan selurunya berlangsung di dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh darah kapiler dan saluran limfe di vili di sebelah dalam permukaan usus halus. Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh darah, epitelium, dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid. Lakteal sentralis berakhir menjadi usus buntu, sedangkan jaringan otot datar melaluinya, dan pembuluh darah kapiler mengitarinya. Kemudian selurunhnya diselimuti oleh membran dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair atau kimus, dan lemak diabsorbsi ke dalam lakteal. Lemak yang telah diabsorbsi kemudian berjalan melalui banyak pembuluh limfe ke reseptakulum khili dan kemudian oleh saluran torasika ke dalam aliran darah. 10

6 4. Usus besar ( kolon ) Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter, merupakan bagian akhir dari saluran cerna sebagai tempat,mengumpulkan sisa makanan padat, tempat mengabsorbsi air dan mineral tertentu serta tempat pertumbuhan bakteri. Sisa makanan ditahan oleh kolon hingga keluar dalam bentuk feces. Makanan paling lama ditahan di dalam kolon, sering sampai dua puluh empat jam. Karena kontraksi peristaltik dan sgmentasi bergerak lebih lambat dalam kolon, bakteri mendapat kesempatan untuk berkembang biak. Bakteri mendapat makanan dari sisa makanan yang ada dalam kolon. Bakteri dalam kolon dapat membentuk beberapa jenis vitamin yang sebagian diabsorbsi oleh tubuh. Sebagian kecil vitamin B dan K diduga diperoleh melalui absorbsi ini. Disamping itu bakteri kolon menghasilkan gas sebagai sisa produk metabolisme makanan. Bila gas ini tertumpuk akan dikeluarkan melalui anus. Kolon memberi tubuh kesempatan terakhir untuk mengabsorbsi air serta natrium dan klorida. Bila tidak berhasil akan menimbulkan Diare. Ini hanya terjadi pada keadaan khusus. 5. Usus buntu ( sekum ) Sekum terletak di daerah iliaka kanan menempel pada otot iliopsoas. Dari sini kolon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon ascenden. Dibawah hati berbelok pada tempat yang disebut flexsura hepatika, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilikal sebagai kolon 11

7 tranversum. Di bawah limpa membelok sebagai flexsura sinistra atau flexsura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desenden. 6. Umbai cacing ( appendiks ) Umbai cacing atau appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Appendiks juga terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus yang lainnya, hanya lapisan submukosa berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi yang sama dengan tonsil. Dalam appendiks jika mengalami suatu inflamasi atau peradangan disebut appendiksitis, dan harus dilakukan appendiktomi. 7. Rektum dan anus Rektum ialah sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar, dimulai pada kolon sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan external. Otot-otot rektum menahan sisa makanan ini hingga tiba waktunya untuk dikeluarkan oleh tubuh. Pada sat itu otot rektum mengendor dan sisa makanan keluar melalui sfingter terakhir, yaitu anus yang membuka. C. Etiologi Typhoid Abdominalis disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, basil gram negatif, tidak berkapsul yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Terdapat 3 bioserotipe Salmonella typhosa, yaitu paratyphi A, paratyphi B, dan paratyphi C Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk 12

8 pemeriksaan laboratorium, yaitu Antigen O ( somatik ), Antigen H ( flagela ), dan Antigen V1 ( kapsul ) (Ngastiyah, 2005). Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57ºC selama beberapa menit. Menurut (Mansjoer, 2000), Salmonella Typhi memasuki tubuh akibat makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Manusia merupakan satusatunya reservoir sejati S. Typhi, di alam dan orang-orang dengan typhoid atau pembawa kuman kronis sebagai bertindak sebagai sumber infeksi utama. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu pasien dengan demam typhoid dan yang paling sering, adalah karier. D. Patofisiologi Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Penularan kuman ini dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, feces, lalat yang membawa kuman tersebut, dan muntahan dari penderita Typhoid. Sebagian kuman dimusnahkan di lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak (Soegijanto, 2002). Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague peyeri ileum distal dan kuman tersebut mengeluarkan endotoksin yang selanjutnya kuman masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteriemia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa yang selanjutnya akan dilakukan fagositosis. 13

9 Pada proses fagosit ini, kuman yang dapat difagosit akan mati, sedangkan yang tidak difagosit akan tetap hidup dan menyebabkan bakteriemia kedua. Kuman yang masuk ke aliran darah akan menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hiperemia. Selanjutnya kuman masuk ke dalam usus halus dan menyebabkan peradangan sehingga menimbulkan nausea dan vomitus serta adanya anorexia masalah tersebut akan menyebabkan intake klien yang tidak adekuat dan kebutuhan nutrisi yang kurang dari tubuh yang bisa menyebabkan diare sehinggas diperlukan bedrest untuk mencegah kondisi klien akan menjadi bertambah buruk. Selanjutnya kuman masuk ke dalam hepar yang selanjutnya mengeluarkan endotoksin yang akan merusak hepar sehingga terjadi hepatomegali dan juga mengakibatkan splenomegali yang disertai dengan meningkatnya SGOT/SGPT. Selain itu, kuman dapat menyebar ke hipotalamus yang menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan hipertermi sehingga klien akan mengalami malaise dan akhirnya mengganggu aktivitasnya (Muttaqin, 2011). E. Manifestasi klinik Manifestasi klinis Typhoid Abdominalis tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Masa inkubasi rata-rata sekitar 10 hari, pada penderita yang khas dan tidak diobati dengan antimikroba maka penyakit ini berlangsung selama 4 minggu (Mansjoer, 2000). Dengan tahapan sebagai berikut: 14

10 1. Minggu pertama. Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam yang remiten suhu tubuh menurun pada siang hari dan kembali naik pada malam hari, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,nausea dan vomitus, obstipasi atau diare, dan bradikardi (Dermawan & Rahayuningsih, 2010). 2. Minggu kedua. Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam kontinue, terus-menerus, bradikardi relatif, lidah coated tongue (kotor di tengah, tepi dan ujung merah tremor), delirium, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma. 3. Minggu ketiga. Pada minggu ketiga panas suhu tubuh klien mulai berangsur-angsur normal. Peningkatan uji Widal pada minggu keduan dan ketiga memastikan diagnosa pasti typhoid, diare pea soup 4. Minggu keempat. Fase minggu keempat adalah masa penyembuhan, kembalinya keadaan suhu tubuh menjadi normal dan menghilangnya gejala-gejala yang terjadi selama masa inkubasi dari kuman. 15

11 F. Komplikasi Pada Typhoid Abdominalis, demam yang lama akan menyebabkan kelemahan yang hebat, penurunan berat badan, dan banyak kekurangan zat gizi. Beberapa komplikasi yang terjadi pada typhoid : 1. Komplikasi intestinal Yaitu komplikasi yang terjadi di dalam usus yang akan mengakibatkan organ yang berkaitan mengalami suatu gangguan yang lain. a. Pendarahan usus Erosi pembuluh darah di plak peyer yang nekrotik di dalam dinding usus dapat menyebabkan perdarahan pada traktus intestinal. Darah samar di dalam feceslazim ditemukan pada 20% penderita typhoid. Sedangkan darah dalam jumlah yang besar dijumpai pada 10% penderita. Biasanya perdarahan hebat merupakan komplikasi lanjut, yang sering terjadi selama minggu kedua atau ketiga penyakit. Penurunan mendadak dalam tekanan darah atau suhu tubuh dimungkinkan merupakan manifestasi pertama perdarahan (Guerrant, 1991). b. Perforasi usus Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritonium, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat 16

12 dalam keadaan tegak. Nyeri di kuadran kanan bawah abdomen menjadi manifestasi dini tersering. c. Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dan dinding abdomen yang menegang. 2. Komplikasi ekstraintestinal. Yaitu komplikasi yang terjadi di luar usus dan mengakibatkan gangguan yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhy yang sudah menyebar ke organ yang ada di luar usus. a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan,sepsis), miokarditis,trombosis, dan tromboflebitis. b. Darah : anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik. c. Paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis. d. Hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis. e. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis. f. Tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis. g. Neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom Guillain-Bare, psikosis, dan sindrom katatonia. Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan 17

13 toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna (Mansjoer, 2000). G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan typhoid sampai saat ini masih menganut trilogi, yaitu : 1. Istirahat dan perawatan profesional. Perawatan ini bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan. a. Pasien harus tirah baring ( bed rest ) sampai minimal 7 hari bebas demam. b. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan kondisi kekuatan pasien. c. Posisi klien perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan rasa tidak nyaman. d. Defekasi dan BAK perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin. 2. Diet. a. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. b. Makanan tidak boleh yang mengandung serat dan tidak merangsang dan menimbulkan gas. c. Bila kesadaran menurun, diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. 18

14 d. Pada penderita yang akut, dapat diberi bubur saring. Banyak penderita tidak menyukai bubur saring, karena tidak sesuai dengan selera mereka, sehingga mereka hanya makan sedikit dan ini berakibat pada keadaan umum dan gizi penderita semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi lama. (Juwono, 1983) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa(pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita typhoid. e. Diperbolehkan dengan makanan lunak jika kesadaran dan nafsu makan baik serta bebas demam. 3. Pemberian Obat-obatan. Untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman, antibiotik yang dapat digunakan : a. Klorampenikol Klorampenikol adalah antibiotik yang dipilih dalam pengobatan demam typhoid. Efeknya mengurangi lama rawat dari penyakit dan menekan angka kejadian kematian. Klorampenikol paling efektif di tahap awal infeksi. Sayangnya, kekambuhan sering terjadi setelah pengobatan secara intensif dengan klorampenikol, karena obat ini kurang efektif dalam mencegah infeksi yang bersifat karier. Dosis yang dianjurkan mg/kgbb/hari, selama hari. (Stewart, 1968). 19

15 b. Kotrimoksazol Kelebihan Kotrimoksazol antara lain dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap klorampenikol, penyerapan di usus cukup baik, dan kemungkinan timbulnya kekambuhan pengobatan lebih kecil dibandingkan klorampenikol. Kelemahannya adalah dapat terjadi skin rash (1-15%). Dosis yang dianjurkan mg/kgbb/hari untuk Sulfametoksazol dan 6-8 mg/kgbb/hari untuk Trimetpprin, diberikan dalam 2 kali pemberian, selama hari. c. Ampisilin / amoksisilin Berlawanan dengan klorampenikol, Ampicillin terbukti menunjukkan hasil yang baik pada pengobatan yang bersifat karier, tetapi untuk memunculkan efek tersebut butuh pengobatan awal dalam beberapa bulan. Dosis yang dianjurkan : Ampisilin mg/kgbb/hari, untuk Amoksisilin 100mg/kgBB/hari. (Stewart, 1968) d. Kortikosteroid Kortikosteroid hanya diberikan dengan indikasi yang tept karena dapat menyebabkan pendarahan usus dan relaps. Tetapi, pada kasus berat penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan angka kematian. (Rampengan, 2007) 20

16 H. Pengkajian fokus 1. Identitas Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit. 2. Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien typhoid biasanya mengeluh adanya demam. 3. Riwayat penyakit sekarang Umumnya yang dirasakan pada klien dengan typhoid adalah demam, perut terasa mual, adanya anorexia, diare atau konstipasi,dan bahkan menurunnya kesadaran. 4. Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan apakah klien sebelumnya pernah mengalami typhoid atau penyakit menular yang lain. 5. Riwayat penyakit keluarga Ditanyakan apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang lainnya. 6. Pola-Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan. 21

17 b. Pola nutrisi dan metabolik Adanya nausea dan vomitus serta anorexia akan mempengaruhi status gizi. Pengukuran TB dan BB jika memungkinkan akan memperlihatkan adanya penurunan atau peningkatan status gizi klien. c. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu akibat adanya malaise serta keterbatasan latihan yang mewajibkan klien untuk bed rest. d. Pola istirahat dan tidur Frekuensi dan kebiasaan tidur klien akan terganggu karena adanya proses peningkatan suhu tubuh. e. Pola eliminasi Klien dengan typhoid mengalami masalah pada pola eliminasi karena kurangnya intake asupan nutrisi dan kondisi yang mewajibkan untuk bedrest, maka klien akan beresiko besar untuk terkena konstipasi. f. Pola hubungan Akibat dari proses infeksi tersebut secara langsung akan mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal. g. Pola persepsi dan konsep diri Akan terjadi perubahan jika klien tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri 22

18 yang meliputi (Body Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri). h. Pola reproduksi dan seksual Pada pola reproduksi dan seksual pada klien yang sudah menikah akan mengalami perubahan. i. Pola mekanisme koping Masalah timbul jika klien tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatannya. j. Pola nilai dan kepercayaan Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan mengganggu kebiasaan ibadahnya. 7. Pemeriksaan fisik a. B1 (Breathing) : biasanya tidak ada masalah, tetapi pada kasus berat bisa didapatkan komplikasi yaitu adanya pneumonia. b. B2 (Blood) : TD menurun, diaforesis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat, akral dingin, penurunan curah jantung dengan adanya bradikardi, kadang terjadi anemia, leukopeni pada minggu awal, nyeri dada, dan kelemahan fisik. c. B3 (Brain) : Pada klien dengan typhoid biasanya terjadi delirium dan diikuti penurunan kesadaran dari composmentis ke apatis,somnolen hingga koma pada pemeriksaan GCS. 23

19 d. B4 (Bladder) : pada kondisi berat akan terjadi penurunan output respon dari curah jantung. e. B5 (Bowel) I : lidah kotor, terdapat selaput putih, lidah hiperemis, stomatitis, muntah,kembung, adanya distensi abdomen dan nyeri abdomen, diare atau konstipasi. Au : penurunan bising usus kurang dari 5x/menit pada minggu pertama dan selanjutnya meningkat akibat adanya diare. Per : didapatkan suara tympani abdomen akibat adanya kembung. Pal : adanya hepatomegali, splenomegali, mengidentifikasi adanya infeksi pada minggu kedua. Adanya nyeri tekan pada abdomen. f. B6 (Bone) : adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise. Kelemahan umum. Integumen : timbulnya roseola (emboli dari kuman dimana didalamnya mengandung kuman Salmonella Ttyphosa, yang timbul diperut, dada, dan bagian bokong), turgor kulit menurun, kulit kering (Muttaqin, 2011). 8. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan feces Pengambilan biakan feces dan urine dilakukan karena penyebaran Salmonella sampai ke empedu, pemeriksaan ini positif biasanya pada minggu kedua dan ketiga. b. Pemeriksaan darah lengkap. 24

20 Biakan darah biasanya positif pada minggu pertama pada perjalanan penyakit. Kadang terjadi anemia akibat proses inflamasi. c. Kolonoskopi Mengidentifikasi adanya perubahan lumen dinding (menyempit/ tidakteratur), menunjukkan obstruksi usus. d. Pemeriksaan serologi Merupakan reaksi serologis yang didasarkan antara reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella dan antibodi yang terdapat pada serum penderita. Titer O : 1/200. Titer H : 1/400. atau Kenaikan titer 4 kali 1 (satu) minggu berikutnya. 25

21 I. Pathways keperawatan Salmonella typhi Feces Muntahan lalat Makanan Lambung HCL Hidup Mati Usus Berkembang Di Plaque peyeri Ileum distal Mengeluarkan Endotoksin asimtomatik Bakteriemia primer Menyebar ke organ RES (hati dan limpa) Sumber : (Soegijanto, 2002) Difagosit Mati tidak difagosit Bakteriemia sekunder Darah Usus halus Hipothalamus Hepar Roseola peradangan menekan Hepato dan Dan Lidah thermoregulasi splenomegali Hiperemia Nyeri demam remiten Endotoksin merusak hepar Hiperperistaltik usus HIPERTERMI Defisit volume cairan Diare Mual dan muntah Anorexia konstipasi Mudah lelah bedrest SGOT/SGPT meningkat Intoleransi aktivitas Resiko/aktual Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan pola eliminasi 26

22 J. Diagnosa keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa. 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak seimbang. 3. Resiko/aktual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan anorexia. 4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. 5. Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. 6. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. 7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. (Capernito, 2000) K. Fokus Intervensi dan Rasional (Capernito, 2000). 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa. Tujuan : suhu tubuh normal Kriteria hasil : Suhu tubuh normal, nadi dan RR normal, tidak ada pusing. Intervensi : a. Monitor TTV klien sesering mungkin. 27

23 R : Untuk mengetahui tanda-tanda kenaikan suhu yang mungkin terjadi infeksi. b. Anjurkan klien untuk berpakaian tipis dari bahan yang menyerap keringat.. R : supaya klien merasa nyaman, karena bahan pakaian yang tipis akan mengurangi evaporasi tubuh. c. Monitor Intake dan Output klien. R : Untuk mengamati perbaikan dan perburukan dari klien. d. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari. R : Sebagai rehidrasi dari cairan yang hilang dari penguapan tubuh, mual, muntah dan diare. e. Memberikan kompres dengan air biasa ( suhu normal ). R : Agar lebih mudah untuk memindahkan panas dari klien ke handuk kompres. f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik dan antipiretik. R : Antibiotik untuk mengurangi proses infeksi dan antipiretik untuk menurunkan panas tubuh. 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak seimbang. Tujuan : intake dan output seimbang. 28

24 Kriteria hasil : deficit cairan dapat teratasi dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor baik, membrane mukosa baik. Intervensi : a. Monitor status nutrisi klien. R : mengetahui adanya tanda-tanda perbaikan dan perburukan dari klien. b. Anjurkan klien untuk banyak minum. R : Untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare. c. Monitor intake dan output klien. R : sebagai dasar tindakan banyaknya rehidrasi yang dibutuhkan klien. d. Kolaborasi dengan pemberian cairan melalui IV. R : membantu mengganti cairan intravaskuler yang berkurang. e. Kolaborasi dengan dokter apabila terjadi tanda-tanda shock. R : sebagai terapi lanjutan apabila terjadi tanda-tanda shock. 3. Resiko/aktual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan anorexia. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, nutrisi klien dapat terpenuhi, BB tetap atau bertambah, tidak ada anorexia dan mual muntah. 29

25 Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda mal nutrisi, adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan, mual dan muntah berkurang, tidak ada anorexia. Intervensi : a. Monitor status nutrisi klien. R : Sebagai dasar awal tindakan keperawatan. b. Jelaskan pada klien tentang pentingnya makanan untuk membantu proses penyembuhan. R : meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat nutrisi sehingga memotivasi klien agar mau makan. c. Tawarkan klien snack yang disukai. R : Untuk menambah nafsu makan klien. d. Jaga kebersihan oral pasien. R : Dapat memberi rasa nyaman pada mulut sehingga dapat menambah nafsu makan. e. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. R : Menghindari rasa mual dan keinginan untuk muntah. f. Berikan asupan nutrisi sesuai dengan diet (diet lembek, rendah serat, dan bumbu yang tidak merangsang). R : Supaya memudahkan klien untuk menelan makanan dan tidak menyebabkan mual. 30

26 4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyaman klien terpenuhi. Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang, ekspresi wajah rileks tanda-tanda vital normal, skala nyeri 1-0. Intervensi : a. Kaji intensitas nyeri (faktor presipitasi, kualitas, lokasi, skala, durasi). R : untuk mengetahui intensitas nyeri klien. b. Kaji respon klien terhadap nyeri yang dialami. R : mengetahui sejauhmana nyeri mempengaruhi aktivitas klien. c. Ajarkan klien untuk relaksasi dan distraksi. R : untuk membantu mengurangi nyeri secara non farmakologi d. Berikan klien posisi yang nyaman. R : untuk menambah kenyamanan klien. e. Kolaborasi dengan pemberian analgesik. R : untuk mengurangi rasa nyeri secara farmakologis 5. Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola eliminasi klien kembali normal. 31

27 Kriteria hasil : BAB normal, Feses (konsistensi dan frekuensi) normal, mencegah daerah rectal agar tidak iritasi, turgor kulit normal. a. Identifikasi faktor penyebab diare. R : Sebagai awal tindakan pengobatan. b. Monitor BAB (warna, jumlah, frekuensi, dan konsistensi dari feces). R : Mengetahui pola BAB klien. c. Monitor TTV dan KU klien. R : Mengetahui adanya tanda dan gejala shock pada klien. d. Anjurkan klien untuk minum 2-3 liter setiap hari. R : Untuk merehidrasi cairan yang keluar akibat diare. e. Kolaborasi pemberian cairan IV R : Mengganti cairan pada intravakuler dan intrerstitial. f. Kolaborasi dengan Dokter untuk terapy anti diare. R : Anti diare membantu mengurangi diare. 6. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pola eliminasi kembali normal. Kriteria hasil : BAB normal, rasa tidak nyaman berkurang, tidak ada massa. Intervensi : 32

28 a. Identifikasi penyebab timbulnya konstipasi. R : Menentukan dasar awal tindakan keperawatan. b. Ganti posisi klien tiap 2 jam sekali. R : Mengurangi resiko konstipasi lanjutan karena aktivitas yang kurang. c. Pertahankan intake cairan 2-3 liter setiap hari. R : memenuhi cairan dan memperbaiki konsistensi feces. d. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan pemberian diet tinggi serat dan rendah lemak. R : Tinggi serat memudahkan pengeluaran feces. e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian laksatif R : membantu mengeluarkan feces. 7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat peningkatan metabolisme sekunder. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan,klien dapat mandiri dan aktivitas klien kembali normal. Kriteria hasil : aktivitas klien tetap normal, kelemahan fisik berkurang Intervensi : a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. R : untuk mengetahui perubahan-perubahan aktivitas yang dialami oleh klien. b. Anjurkan klien untuk tetap istirahat 33

29 R : Untuk mempercepat proses penyembuhan c. Batasi pengunjung yang datang R : agar klien tidak terganggu dalam beristirahat d. Bantu klien untuk beraktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan klien. R : memberikan rasa nyaman, karena kebutuhan klien dapat terpenuhi dengan dibantu oleh perawat ataupun keluarga. e. Ajarkan aktivitas yang dapat dilakukan klien secara bertahap R : Agar tidak mengganggu bedrest pada proses penyembuhan klien. 34

BAB II TINJAUAN TEORI. Salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia (Rampengan, 2007).

BAB II TINJAUAN TEORI. Salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia (Rampengan, 2007). BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Typhoid abdominalis merupakan penyakit infeksi akut usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pencernaan dengan atau tanpa gangguan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Febris typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari febris typhoid adalah paratifoid, paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdomenalis,

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid)

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) A. Konsep Penyakit 1. Definisi PengertianDemam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenaisaluran pencernaan dengan gejala

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Typhoid

Laporan Pendahuluan Typhoid Laporan Pendahuluan Typhoid Di UGD RSU AL-ISLAM H.M.MAWARDI KRIAN-SIDOARJO DISUSUN OLEH : Rani Nurlelasari 1101040 AKADEMI KEBIDANAN MITRA SEHAT SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan (Sumarmo, 2002).

BAB II TINJAUAN TEORI. infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan (Sumarmo, 2002). BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Thypus abdominalis atau demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan 6 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Objek Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad merupakan salah satu dari rumah sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia demam tifoid sering disebut dengan penyakit tifus. Penyakit ini biasa dijumpai di daerah sub tropis terutama di daerah dengan sumber mata air yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus 5. Intestinum minor : Duodenum Jejenum Iliem 6. Intestinum mayor : Seikum Kolon

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEMAM TIFOID 1. Definisi Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik

Lebih terperinci

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa dengan. kepala, nyeri perut (Ngastiyah, 2005).

BAB II KONSEP DASAR. pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa dengan. kepala, nyeri perut (Ngastiyah, 2005). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian 1. Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa dengan masa inkubasi hari di tandai dengan

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam

BAB II KONSEP DASAR. infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam BAB II KONSEP DASAR A. DEFINISI Typhoid abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata Pasien Pengkajian dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009 jam 07.30 WIB dengan cara alloanamnesa, autoanamnesa, observasi pasien dan catatan medis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2010 jam 10.00 di Ruang Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halusdan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhosa atau salmonella paratyphy A,

Lebih terperinci

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya BAB II A. Pengertian Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. (Brunner & Suddarth, 2001) Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI 1. Pengertian Sistem Pencernaan Manusia PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan Bab 3 Sistem Pencernaan Sumber: Dok. Penerbit Gambar 3.1 Orang sedang makan Peta Konsep Pernahkah kamu berpikir dari manakah energi yang kamu peroleh untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. CA. KOLON DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. ETIOLOGI Penyebab kanker usus besar masih

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Demam Thypoid 2.1.1 Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000). Tifus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Tipes atau typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Typhoid 1. Pengertian Typhoid Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000).

BAB II KONSEP DASAR. pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Demam Tifoid Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan

Lebih terperinci

A. Konsep Dasar 1. Definisi Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

A. Konsep Dasar 1. Definisi Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai A. Konsep Dasar 1. Definisi Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typus Abdominalis masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang dapat menular pada siapa saja dan menyerang banyak orang

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID OLEH : AHMAD MUFTI S,Kep 1.Definisi Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c. APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya : LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest. 1. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Enzim pepsin dihasilkan oleh bagian yang benromor... 1 2 3 4 Kunci Jawaban : B Enzim

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN DEMAM TYPHOID DI BANGSAL SOFA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN DEMAM TYPHOID DI BANGSAL SOFA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN DEMAM TYPHOID DI BANGSAL SOFA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun Oleh : LUTFI INSAN SAFII J 200 090 048 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni 16.00 1. Mengkaji 2013 kemampuan menelan 2. Mengidentifik asi aya mual/muntah.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2 1. Kelainan yang terjadi karena ada sisa makanan di usus buntu, sehingga lama kelamaan terjadi peradangan adalah... Parotitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A.

BAB II KONSEP DASAR A. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Demam Tifoid a. Definisi Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI s Disusun Oleh: DESY BANANI RUSTAM J 200 120 014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci