PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN"

Transkripsi

1 PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014 Advent Kristian Perangin-angin NIM E

4 ABSTRAK ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN. Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor dan Stimulansia di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA Penyadapan getah pinus di Aek Nauli pernah dilakukan dengan metode quarre, kekurangan penggunaan metode ini menyebabkan pohon menjadi rusak akibat besarnya area yang disadap. Kekurangan metode quarre ini dapat disubstitusi dengan menggunakan metode lain yaitu metode bor. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung produktivitas penyadapan getah pinus dengan metode bor dan pemberian stimulansia. Penelitian dilakukan dengan 4 perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan A menggunakan metode quarre tanpa stimulansia sebagai kontrol, perlakuan B menggunakan metode quarre dengan stimulansia, perlakuan C menggunakan metode bor dengan pipa dan perlakuan D menggunakan metode bor dengan talang sadap di hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode quarre dengan pemberian stimulansia menghasilkan produksi getah pinus tertinggi namun untuk penerapan penyadapan getah pinus di Aek Nauli lebih baik menggunakan metode bor dengan talang sadap yang memberikan dampak kerusakan pohon yang minimal dan terkait hutan di Aek Nauli sebagai Daerah Resapan Air. Kata kunci: getah pinus, metode bor, produktivitas, stimulansia ABSTRACT ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN. The Resin Tapping of Pine by Using Drill Method and Stimulant in Aek Nauli Forest Provinced Simalungun Regency, Province of North Sumatera. Supervised by GUNAWAN SANTOSA. Pine tapping at Aek Nauli have been done using quarre method, the disadvantage of this method is the damage of tree stem because of a large area which tapped. The disadvantage of quaree method can be substituted by using another method like drill method. The aimed of study is to measure the productivity of pine resin tapping with the drill method and apply stimulants. The study was conducted with 4 different treatments, there are treatment A using the quarre method without stimulants as a control, treatment B using quarre method with stimulants, treatment C using the drill method with a pipe and stimulants, and treatment D using the drill method with a tap gutter and stimulants at Aek Nauli Simalungun District North Sumatera. The results showed that the quarre method by applying stimulants produces the highest production of pine resin. But for the application of pine resin tapping in Aek Nauli is better to use the drill method with a tap gutter that provides minimal impact damage to trees and the forest in Aek Nauli as Water Absorption Area. Key words: drill method, pine resin, productivity, stimulant

5 PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara Nama : Advent Kristian Perangin-Angin NIM : E Disetujui oleh Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan perencanaan dan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Mei 2014 ini ialah Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan nasehat dalam penyususunan karya ilmiah ini. Terimakasih untuk seluruh staf Badan Penelitian Kehutanan Aek Nauli yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu dan kakak-kakak tercinta atas dukungan dan semangatnya kepada penulis. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Dita Muwartami, Randy Prasetya, Sonya Dyah, Peby Yusnita, Dwi Anjarsari, Maya Rianasari,Winda Lismaya, Quldino Taqwa, Kurniawati Nurul Azizah, Lerfi M, Winda Astuti, Meta Fadina Putri, Ajeng, Desi, Utet atas bantuan dan semangatnya. Ungkapan Terimakasih juga penulis sampaikan kepada temanteman MNH 47, KOMLIT, MTA dan teman-teman sebimbingan Tyas, Astria, Dedi, Mirwan atas bantuan dan semangatnya. Serta semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2014 Advent Kristian Perangin-angin

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 1 METODE 2 Waktu dan Lokasi Penelitian 2 Alat dan Bahan 2 Metode Pengumpulan Data 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7 Keanekaragaman Hayati 8 Produksi Getah pada Berbagai Perlakuan 8 Pengaruh Perlakuan terhadap Produktivitas Getah 12 Analisis Biaya Setiap Perlakuan 13 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 14 RIWAYAT HIDUP 20

10 DAFTAR TABEL 1 Rancangan percobaan 3 2 Analisys sidik ragam 5 3 Produktivitas rata-rata getah pinus (g/quarre/hari) 9 4 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktiitas getah pinus 12 5 Hasil Uji Duncan setiap perlakuan terhadap produktivitas penyadapan getah pinus 12 6 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus 13 DAFTAR GAMBAR 1 Peta kawasan KHDTK Aek Nauli 7 2 Kondisi tumbuhan bawah tegakan pinus 8 3 Perlakuan yang digunakan: (a) Perlakuan A (b) Perlakuan B (c) Perlakuan C (d) Perlakuan D 9 4 Hasil produktivitas rata-rata sadapan berbagai perlakuan 10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi Alat dan Bahan 16 Lampiran 2 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus 17 Lampiran 3 Hasil pengolahan statistik dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam dan Uji Duncan 19

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Pinus merupakan jenis tumbuhan asli Indonesia dengan sebaran alami di Sumatera. Penyebaran pinus di Sumatera dibagi menjadi tiga strain yaitu galur Aceh, galur Tapanuli, dan galur Kerinci (Butarbutar et al. 1998). Selama ini metode quarre atau yang dikenal dengan metode koakan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menyadap getah pinus. Adapun kelebihan metode ini adalah mudah dan murah dalam proses pelaksanaannya. Metode quarre ini memiliki kelemahan yaitu penutupan luka yang lama, kotornya getah yang dihasilkan saat pemanenan karena tercampur dengan berbagai bahan lain seperti daun, serpihan kayu, bunga pinus, tanah, dan air. Selain itu kelemahan yang paling merugikan ialah luka pada bekas penyadapan menyebabkan menurunnya kualitas kayu dan mempercepat pohon roboh akibat tiupan angin yang disebabkan bagian yang menyangga pohon tidak ada karena bekas koakan. Berdasarkan penuturan pihak Balai Penelitian Kehutanan pohon pinus di Aek Nauli pernah disadap sebelumnya namun semenjak tahun 2004 terjadi pemberhentian penyadapan getah pinus dikarenakan adanya pohon yang tumbang akibat koakan yang terlalu dalam. Hal ini menjadi kekhawatiran pihak Badan Penelitian Kehutanan akan kelestarian hutan lindung dan fungsinya sebagai daerah tangkapan air. Metode bor adalah metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penyadapan dengan menggunakan metode bor memiliki kelebihan yaitu dalam penutupan luka sadap yang relatif cepat, meminimalisir kerusakan kayu, kesehatan pohon terjaga, hasil getah yang diperoleh bersih dan berkualitas (Purnawati 2013). Perumusan Masalah Penyadapan getah pinus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode quarre akan tetapi terdapat kekurangan dari metode quarre yaitu dapat menimbulkan kerusakan pohon akibat pembuatan koakan yang terlalu dalam. Hal ini menyebabkan diperlukannya suatu metode penyadapan baru yang dapat menghasilkan getah lebih banyak, berkualitas, dan ramah lingkungan sehingga digunakan uji coba menggunakan metode bor sebagai metode yang dapat di implementasikan di hutan pinus Aek Nauli dengan mempertimbangkan hutan Aek Nauli sebagai Daerah Resapan Air. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk menghitung produktivitas penyadapan getah pinus dengan metode bor dan pemberian stimulansia di hutan Aek Nauli. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi perusahaan pengusahaan getah pinus di Provinsi Sumatera Utara untuk

12 2 meningkatkan produktivitas hasil getah dan mengetahui produktivitas penyadapan pinus dengan metode bor dan pemberian stimulansia etrat. METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitan ini dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2014 yang bertempat di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor manual, kadukul, plastik ukuran 12 cm 25 cm, sprayer, pipa paralon berukuran 5/8 inch, timbangan digital, pita ukur, tally sheet, alat tulis, spidol permanen, pita penanda, plastik mika, pohon pinus, stimulansia etrat 1240, kalkulator, kamera dan paku payung. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 20, Microsoft Word 2013 dan Microsoft Excel Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini meliputi kondisi umum tempat penelitian, pengelolaan pengusahaan getah dan data yang didapatkan dari wawancara serta informasi berupa arsip dari pihak Balai Penelitian Kehutananan Aek Nauli. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyadap pohon pinus dengan metode bor dan metode quarre yang nantinya dihasilkan 4 perlakuan. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design). Adapun empat perlakuan tersebut yaitu: a. Perlakuan A:Kontrol dengan metode quarre dengan periode pelukaan 3 hari b. Perlakuan B:Metode quarre dengan stimulansia, periode pelukaan 3 hari c. Perlakuan C:Metode bor dengan stimulansia menggunakan pipa, periode pelukaan 3 hari. d. Perlakuan D:Metode bor dengan stimulansia menggunakan talang sadap, periode pelukaan 3 hari Model persamaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + τ + εij

13 3 Keterangan : i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,...,10 Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan pohon contoh ke-j µ = Nilai rataan umum τ = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = Perlakuan Rancangan percobaan dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Rancangan Percobaan Ulangan Pohon Contoh Perlakuan A B C D 1 Y11k Y21k Y31k Y41k 2 Y12k Y22k Y32k Y42k 3 Y13k Y23k Y33k Y43k 4 Y14k Y24k Y34k Y44k 5 Y15k Y25k Y35k Y45k Y110k Y210k Y310k Y410k Rata-rata Y1 Y2 Y3 Y4 Prosedur Kerja 1. Penyadapan pohon pinus menggunakan metode quarre Penyadapan pohon pinus menggunakan metode quarre dilakukan dengan cara membersihkan kulit pohon kemudian membuat koakan 10 cm 10cm lalu dilakukan pemasangan talang sadap dan plastik penampung getah dan pada

14 4 perlakuan B dilakukan penyemprotan Stimulansia Etrat 1240 sebanyak 0.5cc (1 kali semprotan) 2.Penyadapan pohon pinus menggunakan metode bor (Perlakuan C) (Perlakuan D) Penyadapan pohon pinus menggunakan metode bor dilakukan dengan cara membersihkan kulit pohon kemudian membuat lubang sadapdengan sudut derajat kemudian membersihkan serbuk kayu yang terdapat dalam lubang sadap lalu disemprotkan stimulansia sebanyak 0.5 cc lalu dilakukan pemasangan pipa paralon 5/8 inch untuk perlakuan C dan pada perlakuan D dilakuakan pemasangan talang sadap kemudian memasang plastik untuk menampung getah. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui potensi dasar yang dimiliki oleh pohon dalam menghasilkan getah. Jumlah pohon yang di sadap dalam penelitian pendahuluan ini sebanyak 60 pohon. Pohon yang dipilih memiliki diameter >30cm dengan topografi tempat tumbuh seragam. Pohon contoh yang dipilih disadap dengan menggunakan metode quarre tanpa menggunakan stimulansia dan dipanen sebanyak 3 kali panen getah (1 kali panen = 3 hari). Berdasarkan hasil data produksi tersebut maka dilakukan

15 penapisan sebanyak 20 pohon yang memiliki hasil produktivitas ekstrim rendah dan ekstrim tinggi guna mendapatkan 40 pohon. Pohon contoh yang berjumlah 40 pohon di kelompokan kedalam 4 perlakuan yang nantinya didapat masingmasing 10 pohon contoh dalam setiap perlakuan dengan cara pengurutan berdasarkan produktivitas yang tertinggi sampai yang terendah setelah itu diurutkan berdasarkan perlakuan yang akan digunakan sehingga setiap perlakuan diwakili setiap kelas produktivitas getah pinus dari yang terkecil sampai terbesar. 5 Analisis Data Pengaruh faktor perlakuan berdasarkan periode pembaharuan luka terhadap peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan analisis sidik ragam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama. Perhitungan analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Faktor Korelasi (FK) = ) 2 /rt JKT = - FK JKR = -FK JKT =JKT-JKR Hasil perhitungan jumlah kuadrat setiap faktor selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk tabel analisis sidik ragam seperti yang disajikan pada Tabel 2. Sumber Derajat Bebas (DB) Tabel 2 Analisis Sidik Ragam Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah (JK) (KT) F Hitung Regresi t-1 JKP KTP KTP/KTG Galat t(r-1) JKG KTG Total tr-1 JKT Keterangan t :Banyak perlakuan r :Total ulangan JKP :Jumlah (total perlakuan)²/r-fk JKG :JKT-JKR KTP :JKP/db Perlakuan KTG :JKG/db galat Hipotesis : Pengujian terhadap pengaruh periode pembaharuan luka H0 : τ1 = τ2 =.τi = 0 H1 : sekurangnya ada satu τi 0

16 6 Terima H0 : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05). Terima H1 : Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05). Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05) dengan kaidah : 1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05). 2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus, maka dilakukan pengujian kembali dengan Uji Duncan menggunakan Software SPSS 20 untuk mengetahui perlakuan mana yang paling baik digunakan dalam meningkatkan produktivitas getah pinus. Analisis Biaya Berbagai Perlakuan Stimulansia yang dibutuhkan selama penelitian yaitu untuk kebutuhan 30 pohon dengan periode panen sebanyak 10 kali. Hal-hal yang harus dihitung dalam analisis biaya penerapan stimulansia adalah sebagai berikut : 1. Biaya stimulansia Bi = Hi/ 1000/ 3 Keterangan: Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan (Rp/quarre/hari) Hi = Harga stimulansia ke-i (Rp/liter) Asumsi : satu kali semprotan adalah 0.5 ml/quarre/3 hari 2. Peningkatan produksi getah Pi = Qi R Keterangan : Pi = Peningkatan produksi getah untuk stimulansia ke-i (g/quarre/hari) Qi = Produksi perlakuan stimulansia ke-i (g/quarre/hari) R = Produksi getah pada pohon contoh kontrol/tanpa perlakuan (g/quarre/hari) 3. Pendapatan hasil peningkatan getah Zi = C Keterangan : Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari) C = Harga getah pinus (Rp/kg) 4. Nilai tambah penggunaan stimulansia Ri = Zi Bi Keterangan :

17 Ri = Nilai tambah penggunaan stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari) Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari) Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan (Rp/quarre/hari) 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Penelitian penyadapan getah pinus dilakukan di dalam Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang dikelola oleh Badan Penelitian Kehutanan Aek Nauli. KHDTK Aek Nauli bermula dari hutan lindung yang ditetapkan sebagai KHDTK oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 7 Februari 2005 dengan luasan sekitar 1900 ha. KHDTK Aek Nauli ditanami oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930 dalam rangka rencana pembangunan pabrik kertas dan penanaman semakin meluas dengan meningkatnya kegiatan reboisasi dan penghijauan pada awal Pelita (Pembangunan Lima Tahun) (Harahap 2000). Kawasan KHDTK berada di daerah pegunungan yang terletak pada ketinggian mdpl dan mempunyai topografi datar, berbukit, dan berada pada kemiringan lereng yang berkisar antara 3% sampai 65% (datar sampai curam). Klasifikasi iklim KHDTK Aek Nauli menurut Schmidt dan Ferguson masuk dalam tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar mm dan rata rata jumlah hari hujan per tahun. Suhu udara rata-rata 19.8 C dengan kelembaban udara ratarata sebesar 62.7% (Butarbutar et al 1998). Kondisi tanah di KHDTK Aek Nauli terdiri dari tanah lempung berdebu, padsolik coklat kuning, padsolik coklat.peta Kawasan KHDTK dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Peta KHDTK Aek Nauli

18 8 Berikut adalah tumbuhan bawah yang berada di KHDTK Aek Nauli yang dapat dilihat pada Gambar 2. (a) (b) Gambar 2 Kondisi tumbuhan bawah tegakan pinus Adapun tumbuhan bawah yang mendominasi di sekitar tegakan pohon pinus ialah (a) Cyperus compressues (b) harendong (Melastoma polyantum), paku-pakuan, dan pakis-pakisan. Keanekaragaman Hayati Hutan di KHDTK Aek Nauli merupakan hutan sekunder yang ditumbuhi beragam jenis tumbuhan, seperti Pinus merkusii, Eucaliptus deglupta, kemenyan (Styrax sp.), meranti (Shorea sp), simartolu (Schima wallichii), medang (Litsea sp.), dan hoteng (Quercus sp.). Adapun jenis mamalia yang teridentifikasi diantaranya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (M. nemestrina), siamang (Hylobates syndactylus), kijang (Muntiacus muntjak), babi (Sus scrofa), dan rusa (Cervus unicolor). Jenis-jenis burung yang banyak dijumpai adalah kucica hutan (Copsychus malabaricus), tekukur (Streptopelia chinensis), kutilang (Pynonotus aurigaster), burung semak dan jenis lainnya. Produksi Getah pada Berbagai Perlakuan Ada 4 perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perlakuan A dengan metode quarre tanpa pemberian stimulansia, perlakuan B dengan metode quarre dengan pemberian stimulansia, perlakuan C dengan metode bor menggunakan pipa dan diberi stimulansia, perlakuan D dengan metode bor menggunakan talang sadap dan diberi stimulansia. Keempat perlakuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

19 9 (a) (b) (c) (d) Gambar 3 Perlakuan yang digunakan :(a) Perlakuan A (b)perlakuan B (c) Perlakuan C (d) perlakuan D Hasil penelitian menunjukan produktivitas yang berbeda-beda dari setiap perlakuan yang di uji. Produktivitas rata-rata dapat di lihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produktivitas rata-rata getah pinus (g/quarre/hari) Periode Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Rata-Rata SD

20 10 Tabel 3 menunjukan produktivitas hasil sadapan tertinggi diperoleh oleh perlakuan B sebesar 48.0 g/quarre/hari. Hal ini dikarenakan luka sadapan yang lebih luas di bandingkan dengan penggunaan metode bor sehingga getah yang keluar lebih banyak. Hasil produktivitas sadapan terendah ditemukan pada perlakuan A atau kontrol hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya penggunaan stimulansia yang digunakan. Stimulansia yang digunakan dalam penelitian ini adalah ETRAT Stimulansia Etrat merupakan perpaduan dari 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat yang berfungsi untuk mempelancar keluarnya getah. Stimulansia pada hakekatnya berfungsi sebagai perangsang ethylene pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Secara alami, ethylene ada di dalam tanaman (ethylene endogen). Santosa (2011) menyatakan pembentukan getah di dalam tanaman dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan ethylene endogen dan adanya stres (pembuatan luka sadap). Dengan demikian, peningkatan produksi getah dapat dilakukan dengan memberikan zat yang mengandung ethylene (exsogen) yang akan merangsang pembentukan ethylene endogen pada tanaman sehingga proses metabolisme sekunder dapat ditingkatkan. Adapun kelebihan stimulansia etrat ini ialah lebih aman dalam penggunaannya bagi kesehatan para penyadap dan juga kondisi pohon yang disadap (Putri 2011). Hasil produktivitas rata-rata setiap panen pada berbagai perlakuan memiklii hasil yang berbeda-beda yang dapat dillihat pada Gambar 4. Gambar 4 Hasil produktivitas rata-rata sadapan berbagai perlakuan Berdasarkan Gambar 4 di atas produktivitas rata-rata hasil getah pinus pada awal panen pada perlakuan B,C,D memiliki hasil sadapan getah pinus lebih besar di bandingkan dengan hasil sadapan kedua dan ketiga. Hal ini di karenakan adanya Shock yang dialami oleh pohon pinus yang menunjukan

21 proses metabolisme sekunder yang belum stabil. Gambar hasil produktivitas rata-rata pada perlakuan B,C,D menunjukan pada panen ke 4 terjadi peningkatan hasil produktivitas yang mulai stabil. Hal ini dikarenakan Ethylene yang terkandung dalam stimulansia ETRAT membutuhkan waktu untuk merubah bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga tercapainya proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) dapat berjalan dengan stabil (Santosa 2011). Menurut Doan (2007), curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembaban di sekitar luka sadapan menjadi tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan getah menggumpal. Pada periode panen ke 8 diketahui terjadi penurunan hasil produktivitas getah pinus dibandingkan dengan panen sebelumnya yaitu sebesar 53.26% pada perlakuan A,51.58% pada perlakuan B,62.54% pada perlakuan C dan 43.89% pada perlakuan D. Hal ini disebabkan oleh suhu udara yang rendah dan kelembaban yang tinggi di karenakan oleh intensitas dan lamanya hujan pada periode panen tersebut. Hasil produktivitas penyadapan yang diperoleh di Aek Nauli dibandingkan dengan hasil peneltian Purnawati (2013) yang berlokasi di Gunung Walat Sukabumi. Perbandingan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas yang dihasilkan kedua penelitian dengan menggunakan penelitian yang sama yaitu dengan metode bor, metode quarre dan stimulansia jenis ETRAT Hasil produktivitas getah pinus penelitian (Purnawati 2013) pada metode quarre tanpa stimulansia adalah g/quarre/hari dan pada metode quarre dengan stimulansia g/quarre/hari. Hasil penelitian di Aek Nauli pada metode quarre tanpa stimulansia adalah 16.8 g/quarre/hari dan pada metode quarre dengan stimulansia adalah 48.0 g/quarre/hari.hasil yang di peroleh dengan menggunakan metode bor dengan pipa 37.4 g/lubang bor dan metode bor dengan talang sadap 43.1 g/lubang bor/hari pada penelelitian di Aek Nauli sedangkan di Gunung Walat memiliki hasil produktivitas yaitu g/lubang bor/hari dengan perlakuan metode bor dengan pipa dan g/lubang bor/hari dengan perlakuan metode bor dengan talang sadap. Hal ini menunjukan bahwa hasil produktivitas getah pinus di Aek Nauli lebih redah dibandingkan dengan hasil prodiktivitas di Gunung Walat. Perbedaan produktivitas getah pinus di Aek Nauli dengan gunung Walat sangat dipengaruhi oleh faktor perbedaan tempat tumbuh. KHDTK Aek Nauli memiliki ketinggian tempat tumbuh pada ketinggian mdpl yang lebih tinggi dari pada di Gunung Walat yaitu dengan ketinggian berkisar mdpl. Menurut Rochidayat dan Sukowi (1979) dalam Sulistyono (1995) produksi getah pada ketinggian 800 mdpl lebih besar dari produksi getah pada ketinggian tempat tumbuh 1000 mdpl. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu. Pengaruh tinggi tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tumbuh pohon terhadap suhu, kelembaban, oksigen di udara, dan keadaan tanah. Keterampilan penyadap getah pinus juga mempengaruhi hasil sadapan yang diperoleh penyadap. Keterampilan penyadap di Gunung Walat lebih terampil dalam membuat koakan sehingga dapat mengoptimalkan getah yang 11

22 12 keluar. Kedua hal ini sangat mempengaruhi produktivitas getah pinus di Aek Nauli sedangkan kerapatan, diameter tidak terlalu berbeda dengan kondisi tegakan di Gunung Walat. Pengaruh Perlakuan terhadap Produktivitas Getah Penelitian Produktivitas ini menggunakan analisis sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan terhadap hasil sadapan getah pinus yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktivitas getah pinus Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat F hitung F Tabel Keragaman (JK) Bebas (Db) Tengah (KT) Perlakuan Galat Total Hasil pengujian ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan setiap perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang nyata terhadap rata-rata produktivitas hasil sadapan getah pinus. F hitung sebesar lebih besar dari F tabel sehingga hipotesis yang diterima yaitu Terima H1 yang menyatakan perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok setiap perbedaan maka dilakukanlah analisis Uji Duncan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Uji Duncan setiap perlakuan terhadap produktivitas penyadapan getah pinus Perlakuan Jumlah Data Produktivitas ratarata getah pinus (g/hari) Uji Duncan (α =0.05) A A B B C B D B Hasil Uji Duncan menunjukan bahwa setiap perlakuan yang diuji memiliki pengaruh terhadap hasil produktivitas getah pinus. Hasil uji tersebut menyatakan bahwa pemberian stimulansia pada metode bor dan metode quarre memberikan hasil lebih baik dibandingan tanpa pemberian stimulansia.

23 13 Analisis Biaya Setiap Perlakuan Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui potensi pengelolaan penyadapan getah pinus di Aek Nauli yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus Perlakuan Total Pemanenan Upah penyadap Penggunaan Etrat Biaya Alat Penjualan Getah Keuntungan (Rp) Getah (kg) (Rp) (ml) dan bahan (Rp) (Rp) A B C D Keterangan: 1 : upah penyadap Rp 2500/kg x total getah yang didapat selama penelitian 2 : penggunaan ETRAT selama penelitian 3 : penggunaan ETRAT/1000 x harga ETRAT Rp /liter+ biaya alat dan bahan perlakuan 4 : total getah yang didapat selama penelitian x harga jual getah pinus Rp /kg(harga penjualan getah pinus gunung walat) 5 : penjualan getah (Biaya ETRAT + kebutuhan alat dan bahan perlakuan + upah penyadap) Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan B memiliki nilai keuntungan tertinggi yaitu sebesar Rp dan nilai keuntungan terendah diperoleh pada perlakuan A yang digunakan sebagai kontrol dengan nilai keuntungan Rp Hal ini menunjukan bahwa penyadapan getah pinus di KHDTK Aek Nauli berpotensi baik secara ekonomi untuk di usahakan dikarenakan memiliki nilai keuntungan yang cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Perlakuan D merupakan metode penyadapan yang dapat digunakan dalam pemanfaatan getah pinus dengan mempertimbangkan kawasan KHDTK Aek Nauli merupakan kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai Daerah Resapan Air sehingga penggunaan metode bor dengan talang sadap merupakan pilihan yang tepat untuk menjaga kelestarian hasil produksi getah dengan tetap memperhatikan kondisi dan pertumbuhan tegakan pinus.

24 14 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Produktivitas hasil sadapan getah pinus menggunakan metode quarre dengan pemberian stimulansia memiliki hasil paling besar yaitu 48 g/quarre/hari. Hasil sadapan pada perlakuan metode bor menggunakan talang sadap dengan hasil sadapan sebesar 43.1 g/quarre/hari merupakan metode penyadapan yang dapat diterapkan di Aek Nauli. Penyadapan menggunakan metode bor dengan talang sadap yang memberikan dampak kerusakan pohon yang minimal dan terkait hutan di Aek Nauli sebagai Daerah Resapan Air. Saran 1. Pemanenan getah pinus menggunakan metode bor di KHDTK Aek Nauli dapat diterapkan oleh pihak BPK Aek Nauli dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. 2. Perlu dilakukannya peningkatan kemampuan kerja penyadap getah pinus DAFTAR PUSTAKA Butarbutar T, Rusli MSH, Pidin M Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Pinus merkusii di Aceh Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan. 13 (4): BPK Pematang Siantar (ID). Balitbang Kehutanan. Doan ANG Ciri-ciri Fisik Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Banyak Menghasilkan Getah dan Pengaruh Pemberian Stimulansia Serta Kelas Umur terhadap Produksi Getah Pinus di RPH Sawangan dan RPH Kemiri, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Harahap RM S Keragaman Sifat dan Uji Asal Benih Pinus merkusii Di Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan. 11 (3): BPK Pematang Siantar (ID). Balitbang Kehutanan Litbang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Aek Nauli. Parapat Purnawati RR Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor tanpa Pipa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Putri IOA Pengaruh Cara Pemberian ETRAT 1240 Terhadap Produktivitas Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Santosa G Pengaruh Pemberian Etrat Terhadap Peningkatan Produktivitas Getah Pinus [Laporan Penelitian]. KPH Sukabumi PerumPerhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (ID). Tidak diterbitkan.

25 Sulistyono Pengaruh Tinggi Tempat Tumbuh Terhadap Produksi GetahPinus ( Pinus merkusii Jungh. et. de Vriese ) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. 15

26 16 Lampiran 1 Dokumentasi Alat dan Bahan Bor manual Kadukul Stimulansia Etrat 1240 Meteran Timbangan Digital Pita Penanda

27 17 Lampiran 2 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus Perlakuan A No 1 2 Alat dan Bahan Satuan Biaya/unit(Rp) Total Kebutuhan Total biaya (Rp) Plastik (12x25 cm) unit Seng (4 x6 cm) unit Kadukul unit Sub Total Total Total upah Biaya Upah Satuan Upah/kg Produksi(kg) (Rp) 1 Upah Kg Subtotal Total Perlakuan B No Alat dan Bahan Satuan Biaya/unit(Rp) Total Kebutuhan Total biaya (Rp) 1 Plastik (12x25 cm) unit Seng (4 x6 cm) unit Kadukul unit Etrat ml Sub Total Biaya Upah Satuan Upah/kg Total Produksi(kg) Total upah 1 Upah Kg Sub Total Total

28 18 Perlakuan C No Alat dan Bahan Satuan Biaya/unit(Rp) Total Kebutuhan Total biaya (Rp) 1 Plastik (12x25 cm) unit Pipa unit Bor unit Etrat ml Sub Total Biaya Upah Satuan Upah/kg Total Produksi (kg) Total upah 1 Upah Kg Sub Total Total Perlakuan D No Alat dan Bahan Satuan Biaya/unit(Rp) Total Kebutuhan Total biaya (Rp) Plastik 1 (12x25 cm) unit Seng (4 x6 cm) unit Bor unit Etrat ml Sub Total Biaya Upah Satuan Upah/kg Total Produksi(kg) Total upah 1 Upah Kg Sub Total Total

29 Lampiran 3 Hasil pengolahan statistik dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam dan Uji Duncan 19 bobot ANOVA Descriptives N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval Minimum Maximum Deviation Error for Mean Lower Bound Upper Bound Total bobot Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Duncan bobot Perlakuan N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

30 20 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Desember Penulis merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara pasangan Johanys Darma Perangin-angin dan Riani Tarigan. Pada tahun 1997 penulis memulai pendidikan formal pada tingkat TK Methodist Binjai dan lulus pada tahun 1998 kemudian melanjutkan kejenjang SD Taman Siswa Binjai pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004 dan melanjutkan ke SLTPN 2 Binjai di tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007 Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA di SMAN 5 Binjai pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010, pada tahun yang sama Penulis melanjutkan ke jenjang kuliah di Insitiut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum Ekologi Hutan dan asisten praktikum Dendrologi pada tahun Penulis juga melakukan beberapa kegiatan praktek guna mendukung pengetahuan dan keterampilan penulis yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur hutan pantai Pangandaran dan hutan pegunungan Sawal Jawa Barat pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Jawa Barat pada tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT Timberdana pada bulan Februari Maret Penulis Juga Aktif di Organisasi PC Sylva IPB dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Dalam rangka Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera Utara di bawah bimbingan Dr Ir Gunawan Santosa MS.

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Februari sampai dengan 9 April 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 3. 2

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) SEBAGAI STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DENGAN METODE RIIL (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS 071201024/MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya.

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya. 59 LAMPIRAN 1 Penghitungan Jumlah Sel Sebelum Perlakuan Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya. Hasil penghitungan

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 PENGARUH JANGKA WAKTU PELUKAAN DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN FISIK PADA METODE RIIL TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) (Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Proksimat Pakan Ikan

Lampiran 1. Hasil Proksimat Pakan Ikan Lampiran 1. Hasil Proksimat Pakan Ikan Lampiran 2. Hasil Analisa Proksimat Serat Kasar dan BETN Lampiran 2. Hasil Analisa Proksimat Serat Kasar dan BETN (lanjutan) Lampiran 3. Nilai Kecernaan Serat Kasar

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 33 Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Dalam Meningkatkan Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Dengan Metode Riil (The Application of H2SO4 As Stimulant To Increase

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke- LAMPIRAN 1. Data Pengaruh Pemberian Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap Mortalitas Hama Plutella xylostella pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Tabel.

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN DAMAR MATA KUCING PADA BERBAGAI JUMLAH DAN KEDALAMAN KOAKAN DI KRUI PESISIR BARAT LAMPUNG DEDY ANGGARA

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN DAMAR MATA KUCING PADA BERBAGAI JUMLAH DAN KEDALAMAN KOAKAN DI KRUI PESISIR BARAT LAMPUNG DEDY ANGGARA PRODUKTIVITAS PENYADAPAN DAMAR MATA KUCING PADA BERBAGAI JUMLAH DAN KEDALAMAN KOAKAN DI KRUI PESISIR BARAT LAMPUNG DEDY ANGGARA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH 74 LAMPIRAN 1 ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH Variasi Bahan Inokulum Ulangan Jumlah Rataan Baku (G) (F) 1 Perlakuan Perlakuan F1 4,4 4,5 8,900 4,450 G1 F 4,5 4,5 9,000 4,500

Lebih terperinci

Tabel 7. Data rata-rata kadar air (%) litter yang sudah ditransformasi (Archin)

Tabel 7. Data rata-rata kadar air (%) litter yang sudah ditransformasi (Archin) LAMPIRAN 58 Tabel 7. Data rata-rata kadar air (%) litter yang sudah ditransformasi (Archin) Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ------------------------(%)---------------------------- 1 31,76 33,26 25,48 2 31,53

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana Jungh. Pinus memiliki nama lokal yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Nilai Intensitas Warna Rumus : Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter Tepung tempe

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian yang dilakukan oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Kelompok Perlakuan (n = 4) Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan Setelah Perlakuan Penurunan Persentase penurunan (%) I 211 51 160 75.83

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di PT. Austral Byna, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1.

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1. Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol bunga kecombrang dijumpai adanya alkaloida, glikosida, antrakinon,

Lebih terperinci

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun 79 Lampiran 2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan 80 Lampiran 3. Gambar Makroskopik DaunBangun-bangun Gambar Tumbuhan Daun Bangun-bangun

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Perhitungan dosis infusa kulit jengkol (IKJ) Penelitian yang dilakukan menggunakan variabel dosis IKJ 10%, 20%, 40% dan 80%. Pembuatan dosis IKJ 10% dibuat dengan prosedur

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Test of Homogeneity of Variances. Menit ke Levene Statistic df1 df2 Sig

LAMPIRAN. Test of Homogeneity of Variances. Menit ke Levene Statistic df1 df2 Sig LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL) Oneway [DataSet3] G:\data\ajeng\input_LL (perbedaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS LAMPIRAN 1 61 LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS 1. Larutan Glibenklamid Dosis manusia untuk Glibenklamid sebesar 5 mg dan konversi dosis dari manusia ke mencit = 0,0026 (Sunthornsaj N,et al,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif 56 Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif Mukosa normal (perbesaran objektif 4x) Dinding normal(perbesaran objektif 10x) Sel Goblet (+)(perbesaran objektif 40x) 57 Lampiran 2 Jaringan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging Perlakuan 1 2 3 4 5 total Rata-rata P0 61.50 61.23 61.51 62.00 61.02 307.26 61.45 P1 61.19 62.30 62.06 62.46 62.00 310.01 62.002 P2 62.30 63.20 63.20

Lebih terperinci

Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam

Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam Statistika untuk Keteknikan Analisis Ragam Teknik Analisis Ragam : Pengolahan data anova satu arah dan anova dua arah dengan rumus statistik dan SPSS. Oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Page 0 1.1 Rumus Anova

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Penelitian

Lampiran 1. Skema Penelitian 105 Lampiran 1. Skema Penelitian DOC (Day Old Chick) Ampas kecap - Diberikan air gula & vaksin antistress - Vaksin ND (umur 4 & 20 hari) - Vaksin gumboro (umur 10 & 25 hari) - umur 0-2 minggu (protein

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 54 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 1. Perhitungan Dosis Asetosal Dosis Asetosal untuk menimbulkan tukak pada tikus = 800 mg/kg BB (Soewarni Mansjoer, 1994) Berat badan rata-rata tikus = ± 150 gram Dosis Asetosal

Lebih terperinci

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu.

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. Lampiran 1 : Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. 1. Dosis aloksan : Dosis aloksan pada tikus 120 mg/kgbb Pada tikus 200 g : = ( 200 g/1000 g ) x 120 mg/kgbb = 24

Lebih terperinci

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) 62 Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) Kehilangan berat = berat sampel mula-mula berat sampel setelah dikeringkan Kadar air

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C.

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C. 79 Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 40 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Lampiran 1 Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Cara perhitungan dosis buah Bawang Putih Dosis buah bawang putih untuk manusia = 0,5g / kg BB Faktor konversi untuk manusia ke mencit 20g =

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO

PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4 TUTORIAL SPSS RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK) oleh : Hendry http://teorionline.wordpress.com/ Rancangan acak kelompok (RAK) sering disebut dengan randomized complete block design (RCBD). Pada rancangan ini

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B.

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B. PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B. YUSOF DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster berumur delapan minggu dengan berat badan 20 25 g, diperoleh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Lampiran 1 Perhitungan Dosis Perhitungan Dosis Kunyit Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Berat serbuk rimpang kunyit

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 60 Lampiran 2 Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam, Fluoxetin 1. Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam Dosis coklat hitam untuk manusia adalah 85 gram

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) 49 LAMPIRAN 1 PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) Pembuatan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Peneliti di sebuah pabrik pembuatan genteng bermaksud mencari bahan dan suhu pemanasan optimal dalam produksi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kode etik penelitian

Lampiran 1. Kode etik penelitian Lampiran 1. Kode etik penelitian 38 Lampiran 2. Skema Penelitian 1. Pembuatan Seduhan Teh Hijau dan Teh Hitam Ditimbang teh hijau dan teh hitam sebanyak 1750 /kg, 3500 /kg dan 7000 /kg Seduhan teh dosis1750

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Uji hedonik (uji kesukaan)

Uji hedonik (uji kesukaan) ILMU TEKNOLOGI PANGAN Uji hedonik (uji kesukaan) Disusun Oleh : WAHIDATUL LAENI SA ADAH P07131011 047 MEJA :III SEMESTER IV KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

Lebih terperinci

Lampiran 1 dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan

Lampiran 1 dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan 55 Lampiran 1 Proses Isolasi Kitin dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan kulit udang setelah dikeringkan Penghalusan kulit udang Pengayakann dengan ukuran

Lebih terperinci

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C 70 Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 40 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir, BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia)

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia) 42 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis asetosal Dosis asetosal 30 mg /100 g BB tikus (Wahjoedi, Yun Astuti N., B. Nuratmi, 1997) Faktor konversi dari tikus yang beratnya ± 200 g ke mencit yang

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Kadar infus yang digunakan pada percobaan yaitu 10%, 20%, 30% Tikus 200 g 2 ml x 10% = 10 g/100 ml = 0,1 g/ml x 2 = 0,2 mg/ml Konversi tikus ke mencit = 0,14 Dosis 1 mencit

Lebih terperinci

Karakteristik Kecepatan Gelombang Suara dan Sifat Anatomi Sadapan Pohon Pinus

Karakteristik Kecepatan Gelombang Suara dan Sifat Anatomi Sadapan Pohon Pinus Karakteristik Kecepatan Gelombang Suara dan Sifat Anatomi Sadapan Pohon Pinus (Characteristics Ultrasonic Waves Velocity and Anatomical Properties of Tapping Pine) Maryam Jamilah 1*, Lina Karlinasari 2,

Lebih terperinci

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data A. Entri Data LATIHAN SPSS I Variabel Name Label Type Nama Nama Mahasiswa String NIM Nomor Induk Mahasiswa String JK Numeris 1. 2. TglLahir Tanggal Lahir Date da Daerah Asal Numeris 1. Perkotaan 2. Pinggiran

Lebih terperinci

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat Lampiran 1. Kadar Air Kayu Sebelum Proses Pengawetan Kayu Berat Awal (gram) BKT (gram) Kadar Air (%) 1 185,8 165,2 12,46 2 187,2 166,8 12,23 3 173,4 152,3 13,85 Kadar Air Rata-rata 12,85 Lampiran 2. Kerapatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI 85 LAMPIRAN B SERTIFIKAT ANALISIS ETANOL 96% 86 LAMPIRAN C HASIL PEMERIKSAAN STANDARISASI PARAMETER NON SPESIFIK SIMPLISIA DAUN MONDOKAKI A. Perhitungan randemen

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan Penelitian 2.1.1 Rumput Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola yang digunakan pada penelitian ini didapat dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan 67 Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan Perlakuan Bobot Badan Awal Simpangan (x-x) Kuadrat simpangan (x-x)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala yng digunakan pada penelitian diperoleh dari Bogor karena berdasarkan penelitian jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan destilasi uap diketahui bahwa biji

Lebih terperinci

Model Penduga Produksi Kopal

Model Penduga Produksi Kopal JMHT Vol. XIII (3): 166-171, Desember 2007 ISSN: 0215-157X Model Penduga Produksi Kopal Prediction Model for Copal Production Wien Setya Budhi Irawan 1, Endang Suhendang 2, dan Juang R. Matangaran 3* 1)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol) LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis pembanding (Andriol) Kandungan Andriol (1 kaplet/tablet)= 40 mg Faktor konversi dari dosis manusia (80 mg/70 kg BB) ke dosis mencit yang beratnya 20 g adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian 37 38 Lampiran 2 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan hewan coba Hewan coba yang digunakan adalah mencit galur Swiss Webster jantan dewasa berumur 6-8 minggu dengan

Lebih terperinci

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing 78 Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi Limbah udang (kulit) 1000 gram Dibersihkan dari benda asing Direndam dengan Filtrat Abu Air Sekam (FAAS) selama 48 jam Dikukus selama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM 79 80 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Peminjaman Alat di Laboratorium Biologi FK UKM 81 Lampiran 3 Perhitungan Statistik

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan. Dioven pada suhu 40 0 C

Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan. Dioven pada suhu 40 0 C 90 Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 0 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kupu-kupu merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia dan harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.

Lebih terperinci

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP)

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Lampiran 1 Perhitungan dosis dan Proses Ektraksi Daun pepaya Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Dosis daun papaya sebagai antidiare untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 1 lembar

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT IKA NUGRAHA DARMASTUTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain

TINJAUAN PUSTAKA. tidak membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Pinus merkusii Jungh et de vriese Pinus merkusii Jungh et de vriese pertama kali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang botani dari Jerman

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) 95 LAMPIRAN B SERTIFIKASI TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR 96 LAMPIRAN C HASIL PERHITUNGAN KLT Hasil Perhitungan Harga Rf pada pemeriksaan

Lebih terperinci

Pelatihan survey biodiversitas, Way Canguk, Appendix 1. Diversity, Abundance, dan Species Richness

Pelatihan survey biodiversitas, Way Canguk, Appendix 1. Diversity, Abundance, dan Species Richness Appendix. Diversity, Abundance, dan Species Richness Data diambil dari pengamatan burung pada jenis ficus, F. stupenda dan F. benjamina. Keduanya berbeda dalam hal ukuran buah dengan F. stupenda lebih

Lebih terperinci