KEMAMPUAN MENABUNG MASYARAKAT DAN KETERKAITANNYA TERHADAP KINERJA MAKRO EKONOMI PROVINSI LAMPUNG (TINJAUAN KASUS PERIODE )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN MENABUNG MASYARAKAT DAN KETERKAITANNYA TERHADAP KINERJA MAKRO EKONOMI PROVINSI LAMPUNG (TINJAUAN KASUS PERIODE )"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN MENABUNG MASYARAKAT DAN KETERKAITANNYA TERHADAP KINERJA MAKRO EKONOMI PROVINSI LAMPUNG (TINJAUAN KASUS PERIODE ) Oleh: Januar Hertanto Dosen Tidak Tetap IBI Darmajaya ABSTRACT This study describes the relationship and the impact of changes in income, inflation, and interest rates with the ability to save in the community, where saving is one of the indicators of well-being including in this case is also a tool used to make investments in order to build a country. Saving is used by government investment, which in turn can be allocated to run the building, which also is a component of capital structure, resulting from such development can move the wheels of national economy and reducing unemployment. In this study, we can find the main issues regarding increasing commodity prices (inflation), interest rates, and the average income of society that affect the amount of public savings. At the end of the discussion can be concluded and the result that there is a positive relationship between the average income of the community (GDP), interest rates, and inflation on the ability of people to save. Keywords: Gross Domestic Income, Interest Rates, Inflation, and the Short-Term Savings ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan hubungan dan dampak dari perubahan pendapatan, tingkat inflasi, dan suku bunga dengan kemampuan menabung pada masyarakat, dimana tabungan merupakan salah satu indicator kesejahteraan termasuk dalam hal ini juga merupakan alat yang digunakan untuk melakukan investasi dalam rangka membangun suatu Negara. Tabungan merupakan investasi yang digunakan oleh pemerintah yang pada akhirnya dapat dialokasikan untuk menjalankan roda pembangunan, yang sekaligus merupakan komponen struktur modal, sehingga dari pembangunan tersebut dapat menggerakan roda perokonomian nasional sekaligus mengurangi pengaggguran. Dalam penelitian ini, dapat kita temukan permasalahan utama mengenai peningkatan harga-harga barang (inflasi), suku bunga, dan pendapatan rata-rata masyarakat yang berpengaruh pada jumlah tabungan masyarakat. Pada akhir pembahasan dapat disimpulkan dan diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendapatan rata-rata masyarakat (PDB), suku bunga, dan inflasi terhadap kemampuan masyarakat untuk menabung. Kata kunci: Pendapatan Domestic Bruto, Suku Bunga, Tingkat Inflasi, dan Tabungan Jangka Pendek PENDAHULUAN Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah tabungan (saving) yang dimiliki oleh masyrakat secara umum yang sekaligus merupakan instrumen pemodalan yang berguna 69

2 untuk pembiayaan pembangunan. Baik itu Dalam hal ini pembangunan yang merupakan dasar untuk mecapai tujuan tersebut dibutuhkan struktur pemodalan yang kuat, dan salah satu alat yang digunakan adalah simpanan (saving) baik itu berupa simpanan jangka panjang (time deposit) maupun berupa simpanan jangka pendek yaitu: giro (demand deposit ) dan tabungan (saving deposit). Deposito (time deposit) adalah simpanan yang dapat diambil berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan oleh pihak Bank. Demand deposit adalah simpanan yang setiap saat dapat digunakan dengan menggunakan warkat penarikan berupa cek atau bilyet giro. Sedangkan tabungan (saving deposit) pada hakikatnya sama seperti time deposit tetapi yang membedakan hanya waktu pengambilannya yang dapat diambil kapan saja. Jika ditelaah lebih lanjut, simpanan merupakan dana segar yang selanjutnya dapat dialokasikan bagi berbagai investasi yang menghasilkan output yang lebih besar. Dengan adanya invesatsiinvestsi tersebut tentu akan berguna bagi sektor pembangunan yang menghasilkan peluang bagi kesempatan kerja yang lebih luas untuk masyarakat. Mengingat begitu besarnya peranan sektor keuangan bagi 70 pembangunan masyarakat, maka tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga keuangan baik perbankan maupun nonperbankan juga secara langsung menopang pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini lebih dipertegas lagi bahwa peranan lembaga keuangan baik bank maupun non- bank merupakan lembaga yang berguna untuk memobilisasi simpanan jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagai lembaga yang berperan dalam pembangunan yang berfungsi menghimpun dana masyarakat yang berguna dalam pembangunan sektor ekonomi tidaklah terlepas dari kemampuan masyarakat dalam menabung, akan tetapi kemampuan tersebut biasanya bergantung sekali pada tingkat pendapatan perkapita (netto) yang dihasilkan oleh masyarakat setempat dan tidak menutup kemungkinan pada suku bunga yang berlaku pada saat itu. Begitupula dalam suatu negara termasuk Indonesia yang keadaanya cukup merepresentasikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat akan mencerminkan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan secara langsung melalui jumlah simpanan yang ada dan tersedia guna mendukung sektor pembangunan ekonomi setempat. Hal ini dapat terlihat

3 pada tabel perkembangan jumlah simpanan, Gross Domestic Product at curret price masyarakat yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan bersih yang diterima masyarakat dan tingkat suku bunga di Indonesia sebagai berikut: Tabel 1:Perkembangan Pendapatan Perkapita Periode (dalam rupiah) Sumber: Bank Indonesia (2009) Tabel 2: Tingkat Inflasi Harga Barang- Barang Pokok Periode Sumber: Bank Indonesia dan BPS (2009) Dari tabel diatas terlihat bahwa selama periode tersebut tingkat inflasi atas barang-barang kebutuhan pokok masyarakat mengalami fluktuatif. Terlebih pada tahun 2005 dan 2008 yang 71 menunjukan bahwa tingkat inflasi masih diatas 10 persen, ini disebabkan karena pada tahun-tahun tersebut inflasi meningkat disebabkan karena efek dan pengaruh atas kenaikan harga BBM yang menyebakan ikut naiknya harga barangbarang konsumsi pada tahun 2005, dan adanya krisis keuangan global yang cukup mempengaruhi perekonomian, meskipun secara fundamental perekonomian Indonesia masih stabil. Tingkat inflasi yang terjadi tersebut dipicu oleh banyaknya uang masyarakat yang beredar sehingga akhirnya akan berpengaruh pada saving (tabungan) masyarakat. Karena pendapatan yang diperoleh masyarakat sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sehingga saving (tabungan) berkurang dengan sendirinya. Hal ini berdampak kepada perkembangan dunia usaha yang mengandalkan pada dana masyarakat yang disimpan di Bank-Bank, sehingga berdampak pula pada kemampuan Bank dalam menyalurkan kredit bagi dunia usaha. Tentu saja pengaruh ini pada akhirnya akan berakibat pada kemajuan pembangunan ekonomi. Dari tabel 2 terlihat bahwa selama periode tersebut tingkat inflasi atas barang-barang kebutuhan pokok masyarakat mengalami fluktuatif.

4 Terlebih pada tahun 2005 dan 2008 yang menunjukan bahwa tingkat inflasi masih diatas 10 persen, ini disebabkan karena pada tahun-tahun tersebut inflasi meningkat disebabkan karena efek dan pengaruh atas kenaikan harga BBM yang menyebakan ikut naiknya harga barangbarang konsumsi pada tahun 2005, dan adanya krisis keuangan global yang cukup mempengaruhi perekonomian, meskipun secara fundamental perekonomian Indonesia masih stabil. Tingkat inflasi yang terjadi tersebut dipicu oleh banyaknya uang masyarakat yang beredar sehingga akhirnya akan berpengaruh pada saving (tabungan) masyarakat. Karena pendapatan yang diperoleh masyarakat sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sehingga saving (tabungan) berkurang dengan sendirinya. Hal ini berdampak kepada perkembangan dunia usaha yang mengandalkan pada dana masyarakat yang disimpan di Bank-Bank, sehingga berdampak pula pada kemampuan Bank dalam menyalurkan kredit bagi dunia usaha. Tentu saja pengaruh ini pada akhirnya akan berakibat pada kemajuan pembangunan ekonomi. Seperti diketahui peningkatan kegiatan ekonomi adalah penting dalam rangka meningkatkan taraf hidup 72 masyarakat melalui pemerataan pendapatan serta pemerataan kesempatan kerja kepada masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pembangunan ekonomi nasional, akan tetapi yang terjadi secara makro hubungan antara kesempatan kerja terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat tidaklah sejalan terlebih lagi semenjak Indonesia mengalami berbagai krisis yang menganggu fundamental ekonomi nasional sejak tahun 1997 dan juga adanya krisis keuangan global pada tahun Krisis yang dialami oleh Indonesia tahun 1997 pada akhirnya berpengaruh pada kegiatan pembangunan yang pada dasarnya mengandalkan dana masyarakat yang dihimpun oleh pihak perbankan. Dana masyarakat yang dihimpun itulah yang nantinya akan menggerakan roda perekonomian sekaligus pembangunan nasional melalui dana masyarakat baik jangka panjang maupun jangka pendek. Secara makro fenomena yang terjadi akan menimbulkan multiplier effect yang saling terkait satu sama lain. Pendapatan yang diterima masyarakat selain digunakan untuk dikonsumsi dan sebagiannya disimpan sebagai tabungan (saving). Menurut teori ekonomi makro dikenal Marginal

5 Propensity to Save (MPS) atau hasrat batas untuk menbung merupakan perbandingan antara bertambahnya saving dengan pertambahan pendapatan yang akan meningkatkan pertambahan saving tersebut, dan Marginal Propensity to Consume (MPC) atau hasrat batas untuk menkonsumsi merupakan perbandingan antara perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan konsumsi tersebut (Samuelson, 2002:578). Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar pula bagian dari pendapatan tersebut yang disisihkan untuk menabung. Sehingga dalam menumbuhkan keinginan masyarakat untuk menabung tidak terlepas dari besarnya pendapatan yang dimiliki masyarakat. Dalam hal pembentukan tabungan (saving deposit) selain faktor pendapatan perkapita, tingkat bunga juga mempengaruhi besarnya keinginan masyarakat untuk menabung. Dari tabel 1 diketahui bahwa pendapatan perkapita selama kurun waktu mengalami kenaikan akan tetapi hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan kemakmuran karena terlihat pada tabel 2 tingkat inflasi dari harga-harga barang pokok mengalami peningkatan yang cukup drastis. Sehingga, jika kita kaitkan dengan fakta dapat dikatakan bahwa 73 salah satu permasalahan yang sering muncul adalah pada saat tingkat pendapatan riil masyarakat mengalami penurunan yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan berbagai harga barang (inflasi) sehingga mempengaruhi jumlah simpanan masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Menurut Dornbusch dan Fischer (2001:356), tabungan adalah sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi. Hal ini berarti disamping fungsi konsumsi masih ada suatu fungsi tabungan yang bebas dan menganggap bahwa jumlah konsumsi dan tabungan adalah jumlah pendapatan. Fungsi tabungan tersebut adalah: S = Y - C = Y - ( Ĉ + c Y ) = - Ĉ + ( i - c ) Y Dari persamaan diatas, bahwa tabungan adalah fungsi dari tingkat pendapatan karena hasrat batas menabung, s = 1 c, adalah positif. Bila hasrat mengkonsumsi, c, adalah 0,80 berarti bahwa 80 persen dari tambahan atas pendapatan digunakan untuk konsumsi. Dan bila hasrat batas menabung, s, adalah 0,20, ini berarti bahwa sisa yang terbesar 20 persen dari tambahan atas pendapatannya digunakan untuk menabung. Definisi lain yang

6 senada juga dikemukakan oelh Samuelson dan Nordhaus (2000: 589) yang menyatakan bahwa tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan. Dan itu berarti bahwa tabungan sama dengan jumlah pendapatan dikurangi dengan jumlah konsumsi. Dengan adanya tambahan pendapatan maka sebagian dari tambahan pendapatan tersebut digunakan untuk konsumsiatau dengan istilah khusus yang disebut Marginal Propensity to Consume (MPC). Hasrat batas konsumsi mempunyai bayangan yang disebut dengan hasrat bantas menabung atau Marginal Propensity to Save (MPS). MPS adalah bagian dari setiap tambahan pendapatan yang digunakan untuk tambahan tabungan (Samuelson dan Nordhaus, 2000: 570). MPC dan MPS saling berkaitan karena pendapatan adalah konsumsi ditambah dengan tabungan. Ini berarti bahwa setiap tambahan pendapatan terbagi atas tambahan konsumsi dan tambahan tabungan. Bila MPC sebesar 0,85 maka MPS pasti sebesar 0,15. Itulah sebabnya mengapa jumlah MPC dan MPS akan selalu sama dengan sati, atau: MPS = 1 - MPC 74 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa fungsi tabungan menghubungkan jumlah tabungan dengan jumlah pendapatan. Karena jumlah yang ditabung adalah sama halnya dengan yang tidak dikonsumsikan, maka tabungan + konsumsi = pendapatan disposable (Samuelson dan Nordhaus, 2000: 574). Dari dua definisi diatas jelaslah bahwa tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi. Pendapatan yang diperoleh sebagian digunakan untuk konsumsi dan sebagiannya dipergunakan untuk menabung. Perubahan tabungan akibat dari perubahan pendapatan dinamakan hasrat batas untuk menabung atau Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan antara bertambahnya pendapatn nasional yang mengakibatkan bertambahnya tabungan (saving), Sehingga dapat dituliskan rumusnya sebagai berikut: s = MPS, S = tabungan, ΔS s = MPS = ΔY Keterangan: Y = pendapatan nasional Δ = perubahan Sedangkan Marginal Propensity to Consume (MPC) atau hasrat batas berkonsumsi merupakan perbandingan

7 antara besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakintakan adanya perubahan konsumsi, dapat ditulis sebagai berikut: ΔC, c = MPC = ΔY keterangan: Y = Pendapatan nasional, Δ = perubahan c = MPC, C = Konsumsi Hubungan antara MPS dan MPC dapat dituliskan sebagai berikut: MPS + MPC = 1 Ini diperoleh dari : Y = C + S Dimana: Y = pendapatan nasional, C = Konsumsi, S = Tabungan Sehingga jika: ΔY = ΔC + ΔS ΔY = ΔC + ΔS ΔY = ΔY 1 = ΔS + ΔC ΔY ΔY 1 = MPS + MPC Apabila pendapatan bertambah sebagian digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi ditabung, dengan demikian diperoleh C < ds/dy < I, dengan ds sebagai perubahan tabungan dan dy sebagai perubahan pendapatan. Angka Marginal Propensity to Consume (MPC) pada umumnya lebih kecil daripada satu, akan tetapi lebih besar daripada setengah 75 (Gregor N Mankiw, 2000: 722). Dan yang pastinya bahwa Marginal Propensity to Consume mempunyai tanda positif berarti bahwa pendapatan akan mengakibatkan bertambahnya konsumsi. Angka MPC yang lebih kecil daripada satu, menunjukkan bahwa tambahan pendapatan yang diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian dari tambahan pendapatan yang diperoleh disisihkan sebagai tabungan (saving). Sedangkan angka MPC yang lebih besar daripada setengah menunjukkan bahwa penggunaan tambahan pendapatan sebagian besar digunakan untuk menambah besarnya konsumsi dan sisanya yaitu jumlahnya kecil merupakan sebagai tambahan saving. Menurut para ahli ekonomi klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Sehingga pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan cenderung untuk mengurangi pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungan. Kurva Sm merupakan kurva tabungan. Pada tingkat bunga sebesar 6 persen, jumlah tabungan adalah So dan tabungan bertamabah sebesar S1 pada saat tingkat bunga mencapai 12 persen. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga maka semakin banyak jumlah

8 Tingkat bunga (%) Tingkat Bunga tabungan. Dengan adanya tabungan tersebut tidak berarti bahwa dana tersebut tidak beredar, tetapi dipinjamkan (dalam bentuk kredit) kepada pengusaha untuk pembiayaan investasinya. Penabung akan mendapatkan bunga sebagai imbalan atau tabungannya, sedangkan pengusaha membayar bunga sesuai dengan bunga yang ditetapkan atas pinjaman kredit tersebut. Menurut ekonomi klasik, tingkat bunga ditentukan oleh keseimbangan antara keinginan untuk menabung dengan keinginan untuk melakukan investasi (Nopirin, 1993:152). Gambar 1 Hubungan Antara Tingkat Bunga dan Tabungan (Teori Klasik) So Sumber: Sadono Sukirno, 1998 S1 Sm Jumlah Tabungan Untuk lebih jelasnya, hubungan antara tabungan dan investasi terhadap tingkat bunga yang dilihat pada gambar 2 sebagai berikut: Gambar 2 Hubungan Tabungan dan Investasi Terhadap Tingkat Bunga (Teori Klasik) I1 I0 tabungan investasi 0 investasi i Jumlah yg ditabung dan diinvestasikan Sumber: Nopirin (1993:158) Keseimbangan tingkat bunga berada pada titik i0, dimana jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi. Apabila tingkat bunga naik dari i0 menjadi i1, maka jumlah tabungan melebihi keinginan untuk melakukan investasi, sehingga persaingan untuk meminjamkan dana akan semakin tinggi, dan apabila tingkat bunga dibawah i0 maka akan terjadi persaingan dalam memperoleh dana karena sumber dana relatif kecil. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi justru semakin rendah. Ini karena tingkat bunga dianggap sebagai biaya modal (cost of capital) dalam investasi tersebut. Sebaliknya, bila tingkat bunga semakin 76

9 Tabungan rendah, maka pengusaha akan cenderung untuk melakukan investasi, karena beban biaya modal juga semakin kecil, atau dengan kata lain bila Marginal Efficiency of Capital (MEC) lebih besar daripada tingkat bunga maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi. Dan bila MEC lebih kecil daripada tingkat bunga maka pengusaha cenderung untuk menabung. Dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga menurut teori ekonomi klasik ditentukan oleh titik keseimbangan antara tabungan dan investasi. Tingkat bunga akan mengalami fluktuasi, sehingga keinginan masyarakat untuk menabung akan sama dengan keinginan untuk berinvestasi. Berbeda halnya dengan pandangan ekonomi klasik yang menyatakan bahwa tingkat bunga adalah faktor yang paling berepengaruh terhadap tabungan, maka pandangan ekonomi modern lebih memandang pendapatan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap tabungan. Hubungan antara tabungan dan pendapatan nasional dapat dijelaskan melalui gambar 3 sebagai berikut: Gambar dibawah menunjukan, pada tingkat pendapatan yang sangat rendah akan terjadi dissaving karena konsumsi lebih tinggi daripada pendapatan. Pada gambar di atas 77 dissaving tersebut sebesar So terjadi pada tingkat pendapatan sebesar Yo. Pada pendapatan sebesar Y1 tabungan adalah sama dengan nol berarti tidak terdapat tabungan. Bila pendapatan meningkat sebesar Y2 maka terjadi peningkata tabungan sebesar S1. Dengan demikian tabungan menurut pandangan ekonomi modern sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Gambar 3. Hubungan antara Tabungan dan Pendapatan Nasional (Pandangan Ekonomi Modern) S1 S 0 -So Yo Sumber: Sadono Sukirno (1999) Y1 Y2 Untuk lebih menjelaskan teori tabungan menurut pandangan ekonomi moder maka berikut ini adalah pendapat maupun asumsi yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi modern. Sedangkan menurut menyatakan bahwa tabungan merupakan hasil dari faktor pendapatan dikurangi faktor konsumsi. Karena berubahnya pola konsumsi masyarakat tidak secepat perubahan yang terjadi pada pola pendapatan, maka tabungan akan S Pendapat an

10 meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat tersebut. Fungsi tabungan menurut Keynes melalui Absolute Income Theory: dapat disimpulkan sebagai berikut (Shapiro, 1974): a. Avarage Propensity to Consume (APC) akan berkurang seiring dengan meningkatnya pendapatan. Hal ini terjadi karena APC diperoleh dari 1 APS (Avarage Propensity to Save). APC ini diperoleh dari besarnya konsumsi dibagi dengan pendapatan, sedangkan APS diperoleh dengan cara membagi besarnya saving dengan pendapatan, sehingga apabila pendapatan naik maka APC akan menurun sedangkan APS akan meningkat. b. Dengan semakin meningkatnya kelas pendapatan, maka APC akan semakin berkurang sehingga APS akan bertambah. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya pendapatan seseorang maka pengeluaran untuk memenuhi kebutuhannya akan berkurang sehingga lebih banyak bagian dari pendapatan yang dapat ditabungkan. c. Karena APC menurun, maka akan terjadi MPC < APC. Dengan demikian seiring dengan meningkatnya pendapatan maka MPC akan menurun dan MPS akan meningkat. 78 d. MPC akan selalu positif namun lebih kecil daripada 1. Hal ini terjadi karena MPC + MPS = 1 Dari penjelasan tersebut diatas terlihat Keynes melakukan pendekatan mengenai tabungan dari faktor pendapatan dan bukan dari faktor tingkat bunga seperti halnya pada teori ekonomi klasik. Hal ini karena Keynes berpendapat bahwa tabungan merupakan fungsi dari konsumsi yang dipengaruhi oleh pendapatan. Sedangkan Milton Friedman dalam teorinya, menggunakan pendekatan yang hampir sama dilakukan oleh Keynes. Perbedaan intinya adalah Friedman tidak melihat dari pendapatan yang benar-benar diterima pada saat ini (Measure Current Income), tetapi meninjau dari sudut pandang pendapatan yang permanen. Oleh sebab itu teori Friedman lebih poluler dikenal dengan Permanent Income Theory. Pendapatan permanen didefinisikan sebagai pendapatan dalam jangka panjang atau dalam kurun waktu yang lama. Tetapi perkiraan pendapatan jangka panjang tidak dapat ditentukan, maka terdapat kesukaran dalam menganalisisnya. Namun hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan salah satu pendapatan dalam tahun tertentu sebagai pendapatan permanen dalam jangka panjang.

11 Menurut Friedman bahwa konsumsi permanen dari seorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya. Secara matematis dapat ditulis: Cp = kyp, Dimana: Cp adalah konsumsi permanen, Yp adalah pendapatan permanen K adalah angka konstan yang menunjukan bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsi, berarti bahwa 0 < k < 1. Karena untuk mengukur pendapatan permanen seseorang atau masyarakat sangatlah sulit, untuk itu Friedman membedakan antara pendapatan permanen dengan pendapatan yang benar-benar terjadi (Measured Current Income). Hubungan antara pendapatan dan konsumsi yang benarbenar terjadi dengan pendapatan dan konsumsi permanen serta pendapatan dan konsumsi sementara (Transitory) adalah: Ym = Yp + Ytr Cm = Cp + Ctr Dimana: Ym adalah pendapatan yang benar-benar terjadi, Cm adalah konsumsi yang benar-benar yang terjadi Yp adalah pendapatan permanen, Cp adalah konsumsi permanen, Ytr adalah pendapatan transitori Ctr adalah konsumsi transitori. Sehingga model tabungan menurut Friedman adalah sebagai berikut: St = a + b1 Yp + b2 Ytr Dimana, St adalah tabungan nasional dalam periode t, Yp adalah pendapatan permanen, Ytr adalah pendapatan transitori. Diketahui bahwa pendapatan transitory diperoleh dari selisih antara pendapatan yang benar-benar terjadi dengan pendapatan permanen. Seperti halnya Keynes dan Friedman, Ando dan Modligiani serta Brumberg juga melakukan pendekatan terhadap tabungan dengan melihat faktor pendapatan. Tetapi disini mereka melihat faktor pendapaan dari sudut pandang siklus hidup atau Life Cycle Hypothesis:. Tujuan dari para ahli ekonomi tersebut adalah untuk melihat pola tabungan dari sisi kelompok umur, yaitu: Siklus anak-anak (tidak produktif), Siklus dewasa (produktif), dan Siklus masa pensiun (tidak produktif) Dengan adanya ketiga siklus tersebut dapat diketahui pada kelompok umur yang sama yang dapat mempengaruhi pola tabungan. Secara 79

12 matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Spop = a + b ( Ydpop ), Dimana diketahui Spop adalah tabungan perkapita menurut kelompok umur, dan Ydpop adalah pendapatan perkapita menurut kelompok umur. Menurut James Duesenberry pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan oleh pendapatan tertinggi yang pernah dicapai oleh masyarakat tersebut. Seperti halnya dengan teori Keynes, menurut Duesenberry apabila terjadi penurunan pendapatan, maka konsumsi juga akan mengalami penurunan. Jadi untuk mempertahankan agar tingkat konsumsi itu agar tetap tinggi, maka besarnya saving atau tabungan harus dikurangi, dan bila pendapatan kembali meningkat maka saving juga akan meningkat tetapi tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada saving. METODE PENELITIAN Untuk melakukan penelitian ini maka peneliti melakukan 2 analisis data yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. 1) Kualitatif Metode ini digunakan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan teori seperti: teori Klasik, teori modern, 80 teori Keynes, teori Friedman, dan teori Duesenberry yang kemudian akan dibandingkan dengan Kenyataan yang ada 2) Kuantitatif. Adapun metode ini dilakukan dengan menggunakan: a. Regresi Linier Berganda (Multiple regression) Menurut Gujarrati (2001: 724) regresi linier berfungsi untuk menganalisa hubungan antara variabel bebas (dependent) terhadap variabel terikat (independent). Rumus: y = α + βx1 + βx2 + βx2 + e, dimana: Y = variabel dependent dalam hal ini adalah Simpanan masyarakat (dalam hal ini berupa simpanan jangka pendek/saving deposit dan α = konstanta, β = koefisien yg mengikat variabel x, X1 = pendapat riil perkapita, X2 = tingkat suku bunga yang berlaku, X3 = tingkat inflasi harga-harga barang, e = error term b. Korelasi Pearson Digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara variabel dependent terhadap indepent, Gujaratti (2001 : 459), terdapat 2 hubungan yang akan muncul yaitu hubungan positif apabila kenaikan variabel x pada

13 umumnya akan diikuti kenaikan variabel y begitupula sebaliknya jika variabel x turun maka variabel y akan ikut mengalami penurunan, sedangkan hubungan yang ke-2 adalah, hubungan yang negatif artinya jika kenaikan x pada umumnya akan diikuti penurunan pada variabel y dan sebaliknya. Dimana hubungan ke-2 tersebut nantinya akan dapat dililhat pada diagram scatter atau diagram pencar yaitu gambar grafik yang menggambarkan titik-titik dari variabel x pada sumbu axis (horizontal) dan variabel y pada sumbu ordinat (vertikal) Rumus: r = Σ xi.yi Σ xi². Σ yi² Keterangan: r = nilai korelasi antara variabel y dan variabel x Xi = variabel independent dalam hal ini adalah pendapatan perkapita masyarakat, suku bunga yang berlaku, dan inflasi harga-harga barang, Yi = variabel dependent dalam hal ini adalah simpanan masyarakat Metode korelasi ini akan menghasilkan nilai r (coeffisien correlation) yang nilainya yaitu: -1 =< r =< 1 (artinya koefisien korelasi terkecil adalah -1 dan terbesar adalah 1). Dan dari Korelasi Pearson tersebut dapat diperoleh nilai Determinasi (r square), 81 yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dan dan variabel terikat. Rumus: r² = (r. r ). 100% c. Uji Hipotesis : a) Uji t (Uji parameter) Uji ini digunakan untuk melihat hubungan yang mungkin terjadi anatar variabel bebas dengan variabel terikat dengan menguji pada tingkat kepercayaan 95% atau ά = 0,05. Jika diperoleh thitung > t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika diperoleh thitung < ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima b) Uji F (uji determinant) Pada dasarnya uji ini menggunakan alat uji Fisher (F test), yang tujuannya untuk mengetahui hubungan secara keseluruhan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada tingkat kepercayaan 95% atau ά = 0,05. Sehigga nantinya uji tersebut akan diperoleh dua kemungkinan yaitu: 1. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima 2. Jika Fhitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak PEMBAHASAN Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel dependent (y)

14 terhadap variabel independent (x) sesuai dengan tujuan penulis diatas maka akan digunakan alat analisis regresi linier berganda. Adapun bentuk persamaannya adalah: y = α + βx1 + βx2 + βx3 + e Dengan mempergunakan SPSS dalam menghitung hasil dari regresi tersebut (lihat lampiran ) sebagai berikut : Y = ,6 + 0,382 X ,3 X2 (6.807)* (-0,753)* ,64 X3 (3.378)* Dari persamaan regresi diatas dapat diintpretasikan bahwa Y sebagai varibel terikat (dependent variabel) dalam hal ini adalah besarnya jumlah tabungan/simpanan masyrakat Lampung terpengaruh pada 3 variabel yaitu perubahan jumlah sebesar variabel bebas (independent variable) pendapatan perkapita (X1) masyarakatnya ditambah dengan perubahan sebesar ,3 jumlah variable bebas (independent variable) suku bunga perbankan (X2) ditambah dengan variabel inflasi (X3) sebesar ,63 ditambah nilai konstan sebesar ,6. Dimana varibelvariabel bebas tersebut apabila dikalikan dengan dengan masing-masing perubahan maka akan diperoleh sebagai berikut: Tabel 3: Hasil Perhitungan Jumlah Tabungan/Simpanan dalam tiap tahun Periode Tahun X1 X2 X3 C Y ,988, , , , ,442, ,178, , , , ,020, ,363, , , , ,804, ,178, , , , ,020, ,363, , , , ,804, Sumber: Data diolah (2013) Sedangkan berdasarkan perhitungan regresi diatas maka diperoleh nilai koefisien dari masing-masing variabel (X1 dan X2) maka diperoleh sebesar untuk koefisien variabel X1; -0,753 untuk koefisien variabel X2; dan 3,378 untuk koefisien variabel X3 dimana df = 7 dan dengan α = 0,05. Dari perhitungan didapat bahwa 1) R (korelasi) = 0,977 Artinya hubungan antara variabel bebas tabungan/simpanan masyarakat Lampung terhadapa variabel terikat pendapatan perkapita dan suku bunga di Lampung adalah sebesar 97,7 persen, dan ini menunjukan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut secara keseluruhan adalah cukup besar. 2) R square ( R²) = 0,955 (determinasi) 82

15 Artinya hubungan antara variabel Y terhadap variabel X1 dan X2 secara keseluruhan adalah sebesar 95,5 persen dan sisanya yaitu sebesar 0,045 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya faktor promosi Bank, regulasi, dan lain-lain. 3) Uji Hipotesis a. Uji Parameter (uji t) Pengujian ini menggunakan uji parameter (uji t), dimaksudkan untuk melihat hubungan yang mungkin terjadi antar variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) dengan pengujian satu pihak pada tingkat kepercayaan 95 persen atau α = 0,05. Nilai pengujian dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut: Tabel 4: Nilai Uji statistik t pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan df = 7 Variabel terikat Variabel bebas T hitung t tabel kesimpulan Simpanan Pendapatan ,895 tolak Ho Simpanan Suku bunga ,895 terima Ho Simpanan Inflasi ,895 tolak Ho Sumber: Data diolah (20013) Berdasarkan nilai t hitung dan nilai t tabel pada tabel diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: i. Variabel Pendapatan perkapita (X1) Diperoleh: Ho : b1 = 0 dan Ha : b1 > 0 Pada tingkat kepercayaan 95 persen ternyata nilai t hitung > t tabel yang berarti bahwa Ho ditolak da Ha diterima. ii. Variabel Interest Tabungan (X2) Diperoleh: Ho: b2 = 0 dan Ha : b2 < 0 Pada tingkat kepercayaan 95 persen ternyata nilai t hitung < t tabel yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. iii. Variabel Tingkat Inflasi (X3) Diperoleh: Ho : b3 = 0 dan Ha : b3 < 0 Pada tingkat kepercayaan 95 persen ternyata nilai t hitung > t tabel yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. b. Uji Determinan (Uji F) Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat uji Fischer (F test), dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan hubungan secara keseluruhan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada tingkat kepercayaan 95 persen atau α = 0,05. Nilai uji tersebut dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut: Berdasarkan nilai F hitungan dan F tabel sesuai dengan tabel dibawah, bahwa: F hitung = 28,01dan F tabel = 4,74 Maka nilai tersebut menunjukan bahwa F hitung > F tabel yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. 83

16 Tabel 5: Nilai Uji statistik F pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan df1 =3 dan df2 = 4 Variabel terikat Y Variabel bebas X1 + F Hitung F Tabel X2+ X3 28,01 4,74 Sumber: data diolah, 2013 Ho tolak Ha terima Dari hasil perhitungan yang dilakukan untuk menganalisis tingkat kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek (tabungan/saving deposit) di Indonesia maka diperoleh nilai koefisen determinasi (R²) sebesar 0,955 dimana pada uji F menunjukan bahwa secara keseluruhan variabel pendapatan perkapita, variabel inflasi, dan variabel suku bunga mempengaruhi variabel kemampuan masyarakat untuk menabung memiliki pengaruh yang cukup besar. Hal ini berarti bahwa besarnya pendapatan perkapita dan suku bunga secara bersama-sama mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek sebesar 95,5 persen dan sisanya debesar 4,5 persen dipengaruhi faktor lain di luar model. Secara parsial keberartian hubungan serta besarnya pengaruh yang diberikan oleh masing-masing variabel 84 bebas terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut; a. Implikasi Variabel Pendapatan Perkapita (X1) Berdasarkan hasil uji parameter uji t yang telah dilkukan, ternyata t hitung untuk variabel pendapatan perkapita berbeda nyata dengan nol pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini menunjukan bahwa secara statistik pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif antara variabel kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek dengan pendapatan perkapita disebabkan karena dengan semakin meningkatnya pendapatan perkapita suatu masyarakat (tabel 7) dari tahun ke tahun akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek. Meskipun menurut Friedman bahwa pendapatan tidak dilihat pada pendapatan yang benar-benar diterima saat ini, tetapi meninjau pada sudut pandang pendapatan yang permanen. Ini berarti bahwa konsumsi permanen dari seorang konsumen mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa besarnya pengaruh perkembangan pendapatan perkapita terhadap kemampuan masyarakat untuk menabung

17 dalam jangka pendek di Indonesia adalah sebesar 0,0687 persen, ini berarti setiap perubahan kenaikan pendapatan perkapita sebesar 1 persen akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek sebesar 0,0687 persen. Jadi MPS akan mengalami kenaikan sebesar 0,0687 persen pada saat pendapatan perkapita meningkat. Sesuai dengan teori Keynes yang telah dikemukan pada bab-bab sebelumnya, apabila pendapatan meningkat maka APC (Avarage Propensity to Consume) akan berkurang dan APS (Avarage Propensity to Save) akan bertambah Demikian halnya dengan hasrat batas konsumsi (MPC) karena MPC <APC maka MPC akan mengalami penurunan, sebaliknya hasrat batas untuk menabung (MPS) akan mengalami peningkatan. Dengan demikian semakin meningkatnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk menabung yang semakin besar pula, dan ini ditandai dengan meningkatnya jumlah simpanan jangka pendek dari tahun ke tahun. Berdasarkan hal tersebut diatas berarti bahwa hubungan yang terjadi antara pendapatan perkapita dengan kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek sangat mendukung hipotesis yang 85 menyatakan adanya hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut meskipun besarnya pengaruh tersebut memang sangat kecil yaitu hanya 0,00382 persen. b. Implikasi Variabel interest (X2) Berdasarkan hasil uji parameter (uji t) yang telah dilakukan, ternyata t hitung untuk variabel suku bunga tabungan ternyata tidak berbeda nyata dengan nol. Ini berarti bahwa secara statistik banhwa tingkat bunga tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap keinginan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek. Dari hasil perhitungan terlihat besarnya pengaruh fluktuasi tingkat bunga terhadap kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek di Indonesia adalah sebesar -0,00753 persen. Ini berarti bahwa setiap perubahan kenaikan tingkat bunga sebesar satu persen akan mengakibatkan turunnya kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek sebesar 0,00753 persen. Bila dibandingkan dengan jumlah simpanan jangka pendek (tabel 4) yang mengalami perkembangan rata-rata sebesar 11 persen per tahun seolah-olah adamya ketidakselarasan dengan hasil perhitungan statistik. Padahal perkembangan rata-rata jumlah simpanan jangka pendek yang sebesar 11

18 persen tersebut sudah mengalami penurunan. Andaikan tidak terjadi penurunan sebesar 0,00753 persen, maka perkembangan rata-rata jumlah simpanan jangka pendek tersebut lebih besar daripada 11 persen. Seperti yang kita kethui bahwa ada tiga motif yang mendasari sesorang dalam memegan kas seperti yang dikemukan oleh Keynes (Nopirin, 1993: ) yaitu: 1. Permintaan uang untuk transaksi. Keynes menyatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi tergantung pada pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin besar pula keinginan masyarakat akan uang kas untuk transaksi. Masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. 2. Permintaan uang untuk spekulasi Permintaan uang untuk tujuan spekulasi menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah kemampuan masyarakat akan uang kas untuk tujuan spekulasi. Hal ini disebabkan: 86 - Apabila tingkat bunga naik maka ongkos memgang uang kas akan semakin besar, sehingga keinginan masyarakat akan uang kas semakin kecil. Sebaliknya apabila tingkat bunga semakin rendah maka kemampuan masyarakat untuk menyimpan uang kas akan semakin tinggi. - Masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga yang normal berdasarkan pengalaman-pengalaman tingkat bunga yang telah terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang diharapkan akan kembali ketingkat normal ketika terjadi perubahan. 3. Permintaan uang untuk berjagajaga Permintaan uang untuk berjagajaga diperlukan karena pada kenyataannya dunia perekonomian mengalami ketidakpastian (uncertain). Besarnya uang yang diperlukan untuk berjaga-jaga ini ditentukan oleh besar kecilnya transaksi yang akan dilakukan. Dengan adanya ketiga motif tersebut, maka terjadinya pengaruh yang tidak nyata dan negatif antara tingkat bunga dengan kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek yang disebabkan karena tidak adanya motif spekulasi dalam memutuskan kemampuan masyarakat Lampung untuk

19 menbung. Sehingga walaupun tingkat bunga tabungan mengalami fluktuasi tidak akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk menabung. Itulah sebabnya mengapa perkembangan jumlah simpanan jangka pendek khususnya dalam bentuk tabungan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, walaupun tingkat bunga mengalami fluktuasi. Dengan demikian motif masyarakat untuk menyimpan uang dalam bentuk tabungan (saving deposit) adalah bersifat sementara (transitory) serta memegang uang kasnya digunakan untuk melakukan transaksi walaupun berjaga-jaga. Menabung dalam bentuk tabungan berfungsi sebagai aktiva yang mudah di uangkan (tunai), yaitu dapat segera diuangkan dalam waktu yang singkat. Jadi bila sewaktu-waktu diperlukan untuk suatu kepentingan (transaksi ekonomi) dapat mudah diuangkan. Berdasarkan hal tersebut diatas berarti bahwa hubungan yang terjadi antara perubahan tingkat bunga terhadap kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek tidak mendukung hipotesis yang menyatakan adanya hubungan anatara kedua variabel tersebut, atau dengan kata lain hubungan tersebut tidak signifikan dan negatif. 87 c. Implikasi Varabel Tingkat Inflasi (X3) Sedangkan berdasarkan uji parameter ditemukan hasil bahwa ternyata t hitung untuk variabel tingkat inflasi memiliki pengaruh nyata dan positif terhadap kemampuan masyarakat Lampung dalam menbung jangka pendek. Selain itu dari hasil perhitungan diperoleh besarnya pengaruh antara tingkat inflasi dengan kemampuan masyarakat Lampung untuk menabung dalam jangka pendek adalah sebesar 0,0338 persen, dan berarti bahwa setiap perubahan kenaikan harga-harga barang pokok sebesar satu persen akan mengakibatkan naiknya kemampuan menabung jangka pendek pada masyarakat Lampung sebesar 0,0338 persen. Pada tabel 2 terlihat bahwa tingkat harga barang-barang pokok mengalami fluktuatif akan tetapi jika kita bandingkan dengan tabel 4 yang menunjukan perkembangan tabungan masyaraka (saving deposit) terlihat setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata 11 persen selama periode tersebut maka kita setuju dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa meskipun tingkat pendapatan masyarakat meningkat akan tetapi perubahan peningkatan konsumsi masyarakat relatif kecil, karena pola konsumsi masyarakat

20 tidak akan berubah sehingga pendapatan masyarakat masih dapat dialokasikan untuk menabung. Selain itu menurut Keynes juga dikatakan bahwa dengan semaikn besanya pendapatan, maka APC (Average Propensity to Consume) akan semakin berkurang sehingga APS (Average Propensity to Save) akan semakin bertambah. Hal ini disebabkan semakin besarnya pendapatan sesorang maka pengeluaran untuk memenuhi kebutuhannya akan berkurang sehingga akan lebih banyak bagian dari pendapatan yang akan ditabungkan. SIMPULAN Dari hasil perhitungan dan pengujian hipotesis serta analisis statistik dan pembahasan mengenai pengaruh pendapatan perkapita, tingkat bunga, dan tingkat inflasi terhadap kemampuan masyarakat untuk menabung dalam jangka pendek (dalam bentuk tabungan/saving deposit) selama periode tahun dapat disimpulkan bahwa: a. Secara parsial pendapatan perkapita berpengaruh nyata dan positif terhadap kemampuan menabung masyarakat dalam jangka pendek, ini berarti mendukung hipotesis yang diajukan dan secara statistik berbeda 88 secara berarti dari nol meskipun besarnya pengaruh sangat kecil dengan hasil 0,00382 persen. Sesuai dengan teori Keynes bahwa dengan semakin besarnya pendapatan masyarakat maka semakin besar kemampuan masyarakat untuk menabung. b. Secara parsial hubungan antara tingkat bunga dengan kemampuan masyarakat untuk menabung jangka pendek di Indonesia tidak dapat menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut, ternyata dari hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa hubungan antara keduanya adalah nyata dan negatif dengan hasil - 0, Akan tetapi sesuai dengan teori yang ada menurut Keynes (Nopirin, 1993 : ) bahwa salah satu motif masyarakat terhadap uang adalah motif untuk berjaga-jaga terhadap situasi ketidakpastian (uncertain), dari hasil yang diperoleh dari perhitungan dapat mendukung teori tersebut bahwa dalam perkembangan angka simpanan jangka pendek (tabel 4) yang semakin meningkat dalam tiap tahun menunjukan trend masyarakat dalam

21 menabung adalah dilatarbelakangi oleh motif berjaga-jaga terhadap ketidakpastian. c. Secara parsial hubungan antara tingkat inflasi dan kemampuan masyarakat dalam menabung adalah nyata dan positif dengan hasil 0,0338 persen. Dan hasil tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan sama dengan hasil pengujian. Meskipun beberapa teori menyatakan bahwa pada waktu keadaan mengalami peningkatan inflasi maka kemampuan masyarakat untuk menabung cenderung berkurang karena dengan kenaikan tersebut maka pendapatan yang diperoleh akan cenderung digunakan untuk dikonsumsikan sehingga pendapatan yang nantinya dapat digunakan untuk menabung akan dialihkan untuk menkonsumsi. Akan tetapi menurut teori Keynes justru sebaliknya bahwa meskipun tingkat inflasi cenderung naik apabila pendapatan masyarakat meningkat maka saving pun akan meningkat karena jumlah konsumsi tidak berpengaruh besar terhadap berkurangnya pendapatan yang diperuntukan untuk saving tersebut. Dalam hal ini kecenderungan dari hasil perhitungan dengan teori 89 Keynes tersebut saling mendukung (meskipun pada akhirnya diperlukan penelitian lanjutan untuk membuktikan teori tersebut terhadap keadaan). d. Secara keseluruhan pendapatan perkapita, tingkat bunga, dan tingkat inflasi memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan masyarakat Lampung dalam menabung jangka pendek, hal ini disebabkan karena tidak adanya motif spekulasi dalam memutuskan keinginan masyarakat untuk menabung. Sehingga walaupun tingkat bunga tabungan mengalami fluktuasi tidak akan mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menabung. Itulah sebabnya mengapa perkembangan junlah simpanan jangka pendek khususnya dalam bentuk simpanan/tabungan (saving deposit) di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, meskipun tingkat bunga dan tingkat inflasi mengalami fluktuasi. Dengan demikian motif, minat dan kemampuan masyarakat untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan (saving deposit) adalah bersifat sementara (transitory) serta memegang uang kasnya

22 digunakan untuk melakukan transaksi maupun berjaga-jaga. Menabung dalam bentuk tabungan berfungsi sebagai aktiva mudah tunai, yaitu dapat dijadikan uang tunai dalam waktu yang singkat. Jadi bila sewaktu-waktu diperlukan untuk suatu kepentingan (transaksi ekonomi) dapat mudah untuk diuangkan. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi terhadap kemampuan masyarakat dalam menabung jangka pendek dengan besarnya pengaruh adalah 95,5 persen dan sisanya sebesar 0,045 persen dipengaruhi oleh faktor lain-faktor lain diluar model. DAFTAR PUSTAKA Dajan, Anto Pengantar Metode Statistik Jilid II. Penerbit LP3ES, Jakarta Dornbusch, Rudiger, dan Fischer, Stanley Ekonomi Makro. Edisi 6, Terjemahan; Penerbit Erlangga, Jakarta Gujaratti, Damodar; 2001, Econometrics, 6th edition; Tornton Press Irwanda, M Suparmoko Ekonomi Pembangunan. Edisi 4. Penerbit Liberty. Yogyakarta Iswardono Uang dan Bank. Edisi 4. Penerbit BPFE. Yogyakarta Mankiw, Gregor Economics. 17th Edition Nopirin Ekonomi Moneter Buku I. Edisi 3. Penerbit BPFE. Yogyakarta Partadiredja, Ace Pengantar Ekonomika. Edisi 5. Penerbit BPFE. Yogyakarta P. Todaro, Michael Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke-tiga. Penerbit Ghalia. Jakarta R., Soediyono Ekonomi Makro; Pengantar Ananlisis Pendapatan Nasional. Edisi ke-5. Penerbit Liberty. Yogyakarta R. Soediyono Ekonomi Makro: Analisis IS-LM dan Permintaan Penwaran Agregat. Edisi 3. Penerbit Liberty. Yogyakarta Samuelson, Paul A., dan D. Nordhaus, William Ekonomi. Edisi ke- 17. Terjemahan. Penerbit Erlangga Sukirno, Sadono Ekonomi Pembangunan. Proses Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Penerbit LPFE-UI. Jakarta Sukirno, Sadono Pengantar Teori Mikroekonomi. Penerbit LPFE-UI. Jakarta 90

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI DAMPAK PENDAPATAN DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT SELAMA PERIODE 1993-2008 Oleh : GLIANTIKA 07 951 022 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

FLUKTUASI TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP TABUNGAN DI INDONESIA TAHUN

FLUKTUASI TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP TABUNGAN DI INDONESIA TAHUN FLUKTUASI TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP TABUNGAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 Oleh: Dita Kartika Sari Mahasiswa Pascarsarjana Universitas Mulawarman E-mail/No. Hp: ditakar@yahoo.co.id/-

Lebih terperinci

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Paper ini mengulas hubungan antara inflasi dan jumlah uang beredar. Bagian pertama mengulas teori yang menjadi dasar paper ini, yaitu teori kuantitas uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat Nya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia ======================================================== Oleh: Novya Zulva Riani ABSTRACT This article analyzes the marginal propensity

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGANTAR EKONOMI MAKRO AK215105/3

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGANTAR EKONOMI MAKRO AK215105/3 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PENGANTAR EKONOMI MAKRO AK215105/3 Hendri Jopanda, SE. M.Si PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA JAKARTA 2016 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER r Fakultas

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah,

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN SUKU BUNGA, UANG DAN HARGA DALAM KERANGKA KERJA EKONOMI KLASIK

ANALISIS PERUBAHAN SUKU BUNGA, UANG DAN HARGA DALAM KERANGKA KERJA EKONOMI KLASIK ANALISIS PERUBAHAN SUKU BUNGA, UANG DAN HARGA DALAM KERANGKA KERJA EKONOMI KLASIK Oleh: Muhammad Tahwin* Abstract According to classical economic experts, interest rates are determined by the wishes of

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tabungan merupakan masalah yang sangat penting. Dapat dipastikan bahwa negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan perekonomian yang kuat

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

Analisis Konsumsi Masyarakat Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi

Analisis Konsumsi Masyarakat Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi Analisis Konsumsi Masyarakat Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi M.Fikri, Amri Amir, Erni Achmad Program Magister Ilmu Ekonomi Fak.Ekonomi Universitas Jambi Abstract. This study aims to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Kompetensi Dasar

SILABUS. Alokasi Kompetensi Dasar SILABUS Nama Sekolah : SMA Indonesia Maju Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas / Program : X Semester : 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu Negara, tabungan dan investasi merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, Idris Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA. Oleh : Muchtolifah.

PENDAHULUAN ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA. Oleh : Muchtolifah. 20 Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jurnal Jumlah Ilmu-Ilmu Tabungan Ekonomi Masyarakat Vol.7 No.2 (Muchtolifah) September 2007 : 20-29 20 ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA. Abstract

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA. Abstract ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA Latifah, Erni Febrina Harahap 1, Firdaus 2 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Bank Bank pada dasarnya dikenal dan diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan maupun

Lebih terperinci

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR. Suwarno Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jatim

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR. Suwarno Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jatim Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (Suwarno) 50 ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR Suwarno Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIABEL MAKRO EKONOMI YANG BERPENGARUH PADA PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

IDENTIFIKASI VARIABEL MAKRO EKONOMI YANG BERPENGARUH PADA PERMINTAAN UANG DI INDONESIA Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm.64-70 IDENTIFIKASI VARIABEL MAKRO EKONOMI YANG BERPENGARUH PADA PERMINTAAN UANG DI INDONESIA Hida Supriyanto Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN No. 34 / Th. XX / April 201

Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN No. 34 / Th. XX / April 201 PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PENGHIMPUNAN DANA PADA BANK UMUM DI INDONESIA Sutono & Batista Sufa Kefi * ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh faktor ekonomi yang meliputi inflasi,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI PEKANBARU. Ritayani Iyan, Rosyetti dan Susie Lenggogeni

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI PEKANBARU. Ritayani Iyan, Rosyetti dan Susie Lenggogeni FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI PEKANBARU Ritayani Iyan, Rosyetti dan Susie Lenggogeni Jurusan Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA

PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA Oleh : Susi Ramelda Pembimbing : Tri Sukirno dan Darmayuda Faculty Of Economics

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1986-2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NIKEN AMBARWATI B300100040 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Consumption - Saving - Investment

Consumption - Saving - Investment Consumption - Saving - Investment 1 Unsur yang mempengaruhi turun naiknya tingkat pendapatan nasional : Consumption atau Konsumsi (C) Saving atau Tabungan (S) Investment atau Investasi (I) 2 Pendapat mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Peranan uang dalam perekonomian nasional suatu negara dapat dilihat dan dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA Abstract This study aims at analysing what factors determine consumption pattern in Nagan Raya. Secondary data used in the study

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM.

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM. 1 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG Oleh AMINAH NPM. 09090201 Disetujui: Pembimbing 1 Pembimbing II Dra. Yenni Del Rosa,

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN 1995-2014 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini aktivitas manusia yang berhubungan dengan menabung sangatlah penting, adanya tabungan masyarakat maka dana tersebut tidaklah hilang, tetapi dipinjam atau dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Economic Growth, Budget Deficit, Foreign Direct Investment. Abstrak

Abstract. Keywords: Economic Growth, Budget Deficit, Foreign Direct Investment. Abstrak DAMPAK DEFISIT ANGGARAN DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Hafiz Defarahmi 1*, Zulkifli 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut SK Menkeu RI No.791 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN RIIL, SUKU BUNGA DEPOSITO DOMESTIK, SUKU BUNGA DEPOSITO VALUTA ASING, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DEPOSITO VALUTA ASING

PENGARUH PENDAPATAN RIIL, SUKU BUNGA DEPOSITO DOMESTIK, SUKU BUNGA DEPOSITO VALUTA ASING, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DEPOSITO VALUTA ASING PENGARUH PENDAPATAN RIIL, SUKU BUNGA DEPOSITO DOMESTIK, SUKU BUNGA DEPOSITO VALUTA ASING, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DEPOSITO VALUTA ASING SKRIPSI Oleh : ANDRI WASIS SUDIBYO NIM. 030810191087 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di berbagai bidang dimana mencoba untuk bersaing dengan negaranegara lain. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 NI RAI ARTINI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Pembangunan nasional merupakan rangkaian

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang laju pertumbuhan ekonomi, struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, serta hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara menunjukkan pencapaian tingkat kemakmuran dan kesejahteraan dalam suatu negara. Salah satu tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan suatu industri jasa yang sangat dominan dan menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan perbankan sangat dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan adanya faktor keanekaragaman masyarakat. Target utama dari kegiatan perbankan adalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan proses, hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis pengolahan data dilakukan dengan mengggunakan software Minitab

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN 2000-2010) OLEH M U R O H M A N H14114011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah atas dollar Amerika

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penentuan Kegiatan Ekonomi: 1. Pandangan Klasik a. Di dalam perekonomian terjadi keadaan di mana jumlah keseluruhan penawaran barang- barang (penawaran

Lebih terperinci

PERMINTAAN UANG. Adil Fadillah dan Mumuh Mulyana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

PERMINTAAN UANG. Adil Fadillah dan Mumuh Mulyana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan PERMINTAAN UANG Adil Fadillah dan Mumuh Mulyana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Pendahuluan Uang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan, terlebih pada aspek perekonomian. Begitu pentingnya

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 Mangaradot Saur A. Sinaga Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan E-mail : Mangaradot@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang mempengaruhi dalam mencapai tujuan ekonomi di negara sedang berkembang. Menurut Friedman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

Paradigma Pertumbuhan

Paradigma Pertumbuhan Paradigma Pertumbuhan Sir Roy Harrod (1900 1978) Evsey Domar (1914 1997) John Maynard Keynes (1883 1946) Model Pertumbuhan Harrod Domar Roy Harrod (1939) Evsey Domar (1946) John Maynard Keynes Tingkat

Lebih terperinci

TEORI EKONOMI 2 JUMLAH SKS TAHUN AJARAN KETENTUAN

TEORI EKONOMI 2 JUMLAH SKS TAHUN AJARAN KETENTUAN TEORI EKONOMI 2 JURUSAN JENJANG PENEKANAN : MANAJEMEN & AKUNTANSI : STRATA SATU : ANALISIS DAN PEMECAHAN KASUS-KASUS RIIL DI INDONESIA JUMLAH SKS TAHUN AJARAN KETENTUAN : 3 SKS : PTA : WAJIB MEMBERIKAN

Lebih terperinci

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD)

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) 7. Kerangka IS-LM Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) Mengapa Anda Perlu Tahu Pembahasan model keseimbangan silang Keyness mengasumsikan bahwa tingkat suku bersifat eksogen dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA (BI RATE), NILAI TUKAR (KURS), DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN BANK UMUM DI RIAU

PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN BANK UMUM DI RIAU PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN BANK UMUM DI RIAU Oleh: Suci Tesa Fitria Pembimbing : Anthony Mayes dan Darmayuda Faculty of Economics

Lebih terperinci