ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN MUROHMAN, Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga di Indonesia (Periode Tahun ), dibimbing oleh DR. WIWIEK RINDAYATI, M.S. Pengeluaran konsumsi rumahtangga pada beberapa negara masih menjadi andalan utama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi kerena kontribusinya yang cukup besar dalam pembentukan PDB. Pengeluaran konsumsi rumahtangga di Indonesia mempunyai proporsi 56,55 persen dalam pembentukan PDB pada tahun 2010 dan mempunyai andil dalam menjaga pertumbuhan ekonomi pada waktu krisis tahun Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia sekitar 237 juta jiwa. Pengeluaran konsumsi perkapita penduduk Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan pengeluaran konsumsi rumahtangga, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya, dan menganalisis besaran pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Adanya pengaruh kenaikan harga BBM terhadap inflasi yang terjadi di Indonesia juga mendasari tujuan penelitian ini dengan menganalisis pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Analisis statistik diskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum dinamika variabel ekonomi yang digunakan dalam analisis regresi dari tahun dan variabel non ekonomi lainnya. Sedangkan analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel ekonomi terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga di Indonesia. Hasil analisis menunjukan bahwa pendapatan nasional, suku bunga tabungan, inflasi, dan pertumbuhan investasi di Indonesia bersama-sama dapat memengaruhi pengeluaran konsumsi rumahtangga. Variabel pendapatan nasional, suku bunga tabungan, dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. Sedangkan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. Dampak kenaikan harga BBM ternyata tidak memengaruhi pengeluaran konsumsi rumahtangga selama tahun Pendapatan merupakan determinan utama yang memengaruhi pengeluaran konsumsi rumahtangga di Indonesia. Untuk meningkatkan pendapatan perkapita pemerintah hendaknya terus meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menjaga kestabilan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, dan menggerakkan sektor-sektor produktif yang mengasah kemampuan berusaha (enterpreneurship).

3 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

4 Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) Nama : Murohman NRP : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Wiwiek Rindayati, M.S. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, November 2011 M u r o h m a n H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Murohman lahir di Semarang, salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 10 Mei Penulis adalah putra bungsu dari enam bersaudara dari pasangan Muh. Sakdun dan Samini. Penulis telah menikah dengan Nur Asih Kurniawati pada tahun 2001 dan telah dikaruniai tiga orang anak bernama Rizal Putra Nurohman, Amir Fadilah Wiratama, dan Nabila Safira Ramadhani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SDN 14 Merbau, Banyumanik, Semarang dan lulus pada tahun Selepas SD, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 12 Semarang dan lulus pada tahun 1994 serta SMU Negeri 4 Semarang dan lulus pada tahun Setelah menyelesaikan bangku SMU, penulis melanjutkan pendidikan pada Program D4 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan lulus pada tahun Penulis menyelesaikan Program D4 Jurusan Komputasi Statistik pada tahun tersebut dan mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST). Penulis masih tercatat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat Seksi Statistik Sosial. Saat ini, penulis sedang menempuh Program Alih Jenis S1 Ilmu Ekonomi sebagai salah satu syarat melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Mayor Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB).

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga di Indonesia (PeriodeTahun ). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rangkaian ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada: 1. Seluruh jajaran pimpinan BPS, khususnya Dr. Rusman Heriawan, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui program tugas belajar ini. 2. Dr. Wiwiek Rindayati, M.S. selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. 3. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. dan Dr. Muhammad Findi A., M.E. selaku dosen penguji, atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Istri dan anak-anakku (Nur Asih, Rizal, Fadil, dan Nabila) atas doa, dukungan dan kesabarannya. 5. Rekan-rekan seangkatan (BPS Batch 4) atas sumbangan ide, pikiran serta saran dalam menyempurnakan penulisan skripsi. 6. Seluruh dosen Program Alih Jenis S1 serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2011 M u r o h m a n H

8 viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 9 II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Landasan Teori Fungsi Konsumsi Teori Konsumsi Teori Konsumsi Keynes Teori Konsumsi Berdasarkan Pilihan Antar Waktu Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Daur Hidup Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Permanen Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Relatif Teori Konsumsi Berdasarkan Pendekatan Modern Variabel Penelitian Pendapatan Tingkat Suku Bunga Inflasi... 31

9 ix Kekayaan Variabel Lain yang Memengaruhi Pengeluaran Konsumsi Tinjauan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis III METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Analisis Regresi Linier Berganda Asumsi Regresi Linier Berganda Pemeriksaan dan Pengujian Asumsi Model Pengujian Parameter Model Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Koefisien Regresi Secara Menyeluruh (Ftest/uji F) Uji Koefisien Regresi Parsial (uji t) Software Analisis Data IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Penduduk dan Kemiskinan Ketenagakerjaan Konsumsi Rumahtangga Pendapatan Nasional Tabungan dan Investasi Inflasi dan Suku Bunga Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengujian Asumsi Model Asusmi Normalitas Uji Autokorelasi... 68

10 x Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinieritas Pengujian Parameter Model Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Koefisien Regresi Secara Menyeluruh (Uji F) Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Analisis Model Fungsi Konsumsi Pengaruh Pendapatan Nasional Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengaruh Suku Bunga TabunganTerhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengaruh Inflasi Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengaruh Pertumbuhan Investasi Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengaruh Kenaikan Harga BBM Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 81

11 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Perbandingan Konsumsi Perkapita Beberapa Negara Asia Tenggara (US$)... 7 Tabel 1.2 Harga BBM Bersubsidi (Rp.)... 8 Tabel 4.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 (jiwa) Tabel 4.2 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tabel 4.3 Penduduk Menurut Kegiatan Tabel 4.4 Persentase Pengeluaran Konsumsi Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tabel 4.5 Hasil Estimasi Koefisien Regresi Linier Berganda Tabel 4.6 Tabel 4.7 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square dari Pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square dari Pengujian Breusch-Pagan-Godfrey Test Tabel 4.8 Matrik Korelasi Antarvariabel Independen Tabel 4.9 Nilai Statistik Model Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga Tabungan, Inflasi, Pertumbuhan Investasi dan Dummy Krisis terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga... 71

12 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Gambar 2.2 Fungsi Konsumsi Jangka Pendek dan Jangka Panjang Gambar 2.3 Konsumsi dan Pendapatan dalam Daur Kehidupan Gambar 2.4 Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Relatif Gambar 2.5 Alur Kerangka Pemikiran Gambar 4.1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga dan Produk Domestik Bruto (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Gambar 4.2 Pertumbuhan Konsumsi Rumahtangga dan Produk Domestik Bruto Gambar 4.3 Pertumbuhan Pendapatan Nasional dan Produk Domestik Bruto Gambar 4.4 Pertumbuhan Investasi dan Tabungan Gambar 4.5 Inflasi dan Suku Bunga Tabungan Gambar 4.6 Hasil Uji Kenormalan dengan Metode Jarque-Bera... 67

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Rumahtangga dan Rata-rata Anggota Rumahtangga Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa) Lampiran 3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Lampiran 4 Distribusi Pendapatan dan Indeks Gini Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Produk Domestik Bruto Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (miliar Rp.) Proporsi Produk Domestik Bruto Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Hasil Regresi Linier Berganda dan Pengujian Asumsi dengan Menggunakan EViews... 86

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap individu dalam aktivitas keseharian melakukan pembelanjaan atau konsumsi terhadap suatu barang. Pengeluaran untuk konsumsi pada setiap individu mulai dari dilahirkan hingga akhir hidupnya, artinya setiap individu melakukan kegiatan konsumsi sepanjang hidupnya. Oleh karena itu kegiatan konsumsi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan pembelanjaan atau konsumsi suatu barang akan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja dan Manurung, 2008). Jadi tingkat permintaan dapat mencerminkan tingkat konsumsi suatu barang yang diinginkan oleh konsumen. Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan itu sendiri adalah harga suatu barang, harga barang lain yang terkait, tingkat pendapatan, selera, jumlah penduduk, perkiraan harga yang akan datang, distribusi pendapatan dan usaha produsen dalam meningkatkan penjualan seperti iklan dan sebagainya. Konsumsi akan terjadi jika permintaan akan suatu barang dapat dipenuhi dan ketersediaan barang dapat memenuhi kebutuhan dalam memuaskan keinginan

15 2 mengkonsumsi suatu barang. Konsumsi tidak akan terjadi jika permintaan akan suatu barang tidak dapat terpenuhi. Jadi kegiatan konsumsi suatu barang erat kaitannya dengan kegiatan produksi barang tersebut. Kegiatan produksi muncul disebabkan karena adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya kegiatan konsumsi ada karena barang tersedia dan ada yang memproduksinya. Prilaku konsumsi secara mikro dipengaruhi oleh perilaku individu dalam mengambil keputusan dalam konsumsi. Sedangkan secara makro, keputusan konsumsi rumah tangga memengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek (Mankiw, 2007). Banyak faktor yang memengaruhi besaran pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor ekonomi, faktor demografi, dan faktor nonekonomi. Faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga adalah pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, jumlah barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat, tingkat bunga, perkiraan tentang masa depan, dan kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Faktor-faktor demografi yang memengaruhi tingkat konsumsi adalah jumlah penduduk dan komposisi penduduk. Sedangkan faktor-faktor nonekonomi yang paling berpengaruh terhadap tingkat konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat seperti pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai untuk meniru kelompok masyarakat lain (Rahardja dan Manurung, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi, rumah tangga harus mempunyai pendapatan. Walaupun secara teori konsumsi harus dilakukan

16 3 meskipun belum mempunyai pendapatan, yang disebut konsumsi autonomus. Tanpa adanya pendapatan perilaku konsumsi dilakukan dengan cara berhutang dimana hutang tersebut akan dibayar secara bertahap seiring diperolehnya pendapatan. Sesuai dengan teori, setiap kenaikan pendapatan rumah tangga juga akan diiringi oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Meningkatnya pendapatan juga memberi kemungkinan bagi masyarakat untuk menyisihkan pendapatannya sebagai cadangan pendapatan di masa yang akan datang dalam bentuk simpanan dan kekayaan. Simpanan dan kekayaan untuk masa tua tersebut dalam bentuk tabungan atau deposito (uang kuasi). Hubungan antara konsumsi dan jumlah tabungan atau kecenderungan untuk menabung adalah saling berlawanan. Jika diasumsikan tingkat pendapatan adalah tetap, maka proporsi pengeluaran konsumsi yang semakin meningkat akan cenderung menurunkan jumlah tabungan karena pendapatan yang ada akan digunakan untuk keperluan konsumsi. Sebaliknya jika terjadi penurunan pada pengeluaran konsumsi maka terdapat kecenderungan kenaikan jumlah tabungan. Tabungan merupakan bentuk lain dari pendapatan yang tidak digunakan untuk pembelanjaan atau konsumsi. Kecenderungan seseorang untuk menabung sangat dipengaruhi oleh suku bunga. Bunga tabungan yang diperoleh dapat dipandang sebagai pendapatan dari kegiatan menabung. Tingkat bunga yang tinggi akan memengaruhi kecenderungan orang untuk menabung karena mengharapkan pendapatan dari bunga yang lebih banyak. Tingkat bunga yang rendah akan mengurangi minat seseorang untuk menabung, kerena mereka lebih menyukai membelanjakan uangnya untuk konsumsi daripada memperoleh

17 4 pendapatan dari bunga yang rendah. Sehingga tingkat bunga mempunyai pengaruh yang cenderung berlawanan dengan aktivitas menabung berkaitan dengan kompensasi dari tingkat bunga yang akan diperoleh. Perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect). Efek substitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menurunkan pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah meningkatnya pengeluaran konsumsi dan mengurangi tabungan. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan). Jadi secara teoritis tidaklah mudah membuktikan kenaikan tingkat bunga menyebabkan seseorang melakukan konsumsi lebih banyak atau lebih sedikit. Perubahan tingkat bunga juga dapat memengaruhi inflasi melalui jumlah uang beredar. Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan terjadi secara terus menerus. Efek Fisher dapat menjelaskan bagaimana hubungan satuuntuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat bunga dalam teori kuantitas dan persamaaan Fisher (Fisher equation). Adanya inflasi menyebabkan harga barangbarang mengalami kenaikan. Tanpa diikuti kenaikan pendapatan daya beli masyarakat akan turun sehingga masyarakat akan menyesuaikan pendapatan yang diperolehnya dengan mengurangi pengeluaran konsumsi. Hubungan antara inflasi dan konsumsi masyarakat diduga mempunyai hubungan yang negatif. Tingkat konsumsi rumah tangga mempunyai peran yang penting dalam analisis ekonomi secara makro. Banyak alasan yang mendasari pentingnya konsumsi rumah tangga dalam analisis. Alasan pertama, pengeluaran konsumsi

18 5 rumah tangga mempunyai proporsi terbesar dalam total pengeluaran agregat yang membentuk pendapatan nasional. Konsumsi adalah dua pertiga dari PDB, sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi (Mankiw, 2007). Alasan kedua, besaran konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang memengaruhinya, sehingga dapat dihasilkan teori dan model ekonomi dari konsumsi yang terbukti bermanfaat dalam analisis makro perekonomian. Alasan ketiga, perkembangan masyarakat akan memengaruhi perubahan prilaku konsumsi sehingga analisis tentang pola konsumsi akan tetap relevan mengikuti perkembangan jaman. Pengeluaran rumah tangga pada beberapa negara masih menjadi andalan utama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi kerena kontribusinya yang cukup besar dalam pembentukan PDB. Pada awal tahun 1970-an proporsi pengeluaran rumah tangga terhadap PDB di Indonesia mencapai angka sekitar 70 persen dan sebelum krisis ekonomi tahun 1997 proporsinya semakin menurun hingga sekitar 60 persen. Hingga akhir tahun 2010 proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga sekitar 56 persen. Fenomena perekonomian yang berfluktuasi menunjukkan pengeluaran konsumsi rumah tangga masih dianggap sebagai penolong dalam krisis ekonomi yang mampu menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga juga mampu untuk menciptakan permintaan agregat yang memungkinkan investasi terus tumbuh. Minyak bumi adalah barang ekonomis yang pemanfaatan dan pengelolaannya sesuai Undang-undang Dasar dikuasai oleh negara karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Pemerintah selaku pemegang monopoli

19 6 berhak mengatur pengelolaan dan distribusinya kepada masyarakat, termasuk pemberian subsidi. Pemerintah memberikan subsidi bahan bakar minyak (BBM), khususnya kepada konsumen rumahtangga bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan menyesuaikan harga BBM terhadap dayabelinya. Harga minyak bumi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak akan memengaruhi peningkatan jumlah subsidi yang diberikan dari anggaran pemerintah. Pada tahun pemerintah secara bertahap menaikan harga BBM yang dikonsumsi masyarakat. Pemerintah beralasan menaikan harga BBM demi menjaga kondisi anggaran pemerintah agar tidak terserap terlalu banyak untuk membiayai subsidi. Naiknya harga BBM bersubsidi otomatis memicu kenaikan inflasi. Di sisi lain, terjadi penurunan dayabeli dan pendapatan disposibel masyarakat. BBM adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat dan belum tergantikan oleh sumber energi lain sehingga berpengaruh terhadap jalannya perekonomian Perumusan Masalah Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia sekitar 237 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar ternyata tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengeluaran konsumsi jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Pengeluaran konsumsi perkapita penduduk Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina. Pengeluaran konsumsi

20 7 perkapita Indonesia pada tahun 2010 hanya sebesar 650 US$, masih rendah dibanding dengan negara-negara tetangga lainnya. Tabel 1.1 Perbandingan Konsumsi Perkapita Beberapa Negara Asia Tenggara (US$) Tahun Indonesia Malaysia Singapura Brunei Darussalam Thailand Filipina (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) *) data belum tersedia Sumber: World Bank, * * * * Pada tahun pemerintah menaikan harga BBM secara bertahap dengan besaran yang bervariasi. Kenaikan terbesar harga BBM bersubsidi yaitu premium, minyak tanah dan solar terjadi pada tahun 2005, dimana persentase kenaikannya mencapai 87 persen dibandingkan periode yang lalu atau rata-rata 126 persen dalam tahun Harga BBM bersubsidi berada pada harga tertinggi pada bulan Mei 2008 dan mengalami penurunan bertahap hingga sekarang. Kenaikan harga BBM subsidi akan menimbulkan berbagai dampak yang terjadi di masyarakat, baik dampak ekonomi dan sosial-politik. Secara ekonomi, kenaikan BBM akan mengakibatkan penurunan dayabeli masyarakat karena inflasi atau kenaikan harga-harga barang dan jasa. Dampak sosial dan politik kenaikan BBM adalah timbulnya kerawanan sosial dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

21 8 Tabel 1.2 Harga BBM bersubsidi (Rp.) Tahun Bulan Premium Minyak Tanah Solar (1) (2) (3) (4) (5) 2000 Oktober Juni Maret Maret Oktober Mei Desember Januari Sumber: Kementrian ESDM, Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia selama periode tahun Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi dan berapa besar pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalah di atas, maka tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perkembangan konsumsi rumah tangga di Indonesia selama periode tahun Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia serta menganalisis besarnya pengaruh dari masing-masing faktor tersebut.

22 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan baik kepada penulis, pemerintah dan lembaga terkait, serta peneliti lainnya, sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan ilmu ekonomi yang didapatkan penulis dalam perkuliahan terutama teori yang berkaitan dengan pola konsumsi. Selain itu sebagai pembelajaran dalam menerapkan teori-teori ekonomi dalam prakteknya dengan realitas perekonomian yang ada saat ini. 2. Sebagai sumber informasi yang dapat membantu dalam pengambilan kebijakan makro ekonomi oleh pemerintah terutama yang berhubungan dengan permasalahan konsumsi rumah tangga. 3. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi pihak yang melakukan penelitian sejenis maupun penelitian lanjutan dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya dibatasi dalam cakupan wilayah Indonesia. Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur (BPS,2010). Rumah tangga yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang berada di wilayah Indonesia.

23 10 Faktor-faktor yang memengaruhi pengeluaran konsumsi rumah tangga yang akan diteliti adalah faktor ekonomi, demografi, dan nonekonomi, sedangkan besaran pengaruh faktor terhadap pengeluaran konsumsi yang diteliti hanya faktor ekonomi. Adapun data-data lain yang berupa data demografi dan sosial hanya digunakan untuk analisis diskriptif. Data yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pola konsumsi adalah data series tahun yang meliputi data pengeluaran konsumsi rumah tangga, pendapatan nasional, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, serta pertumbuhan investasi di Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis makroekonomi faktor-faktor yang memengaruhi pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia. Penelitian ini tidak menggambarkan secara lengkap bagaimana setiap individu-individu membuat pilihan-pilihan dalam melakukan kegiatan konsumsi dalam analisis mikroekonomi.

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan hidup. Menurut Albert C Mayers konsumsi adalah penggunaan barang-barang dan jasa yang langsung dan terakhir guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sedangkan menurut Dumairy (2004) konsumsi adalah pembelanjaan atas barangbarang dan jasa yang dilakukan oleh rumahtangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi. Individu yang melakukan konsumsi disebut konsumen. Keinginan mengkonsumsi oleh individu akan menimbulkan permintaan terhadap suatu barang. Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli barang dengan berbagai alternatif harga. Selain dipengaruhi harga permintaan juga dipengaruhi oleh pendapatan, selera, jumlah konsumen yang menginginkan barang tersebut, ekspektasi barang yang akan datang, iklan dan sebagainya.

25 Landasan Teori Fungsi Konsumsi Fungsi konsumsi adalah suatu persamaan matematik yang menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi seseorang atau rumahtangga dengan pendapatan disposibel atau pendapatan nasional. Jika fungsi konsumsi merupakan fungsi yang dipengaruhi oleh pendapatan disposibel maka dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: C = a+ by d Dimana a adalah konsumsi autonomus, b adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal, dan Y d adalah pendapatan disposibel. Konsumsi aotunomus adalah tingkat konsumsi rumahtangga yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional atau dapat diartikan sebagai tingkat konsumsi dimana rumahtangga tidak mempunyai pendapatan. Pengeluaran untuk konsumsi ini dapat dibiayai oleh tabungan yang dibuat dimasa lalu atau dengan cara berhutang (dissaving). Selain dipengaruhi oleh jumlah tabungan dimasa lalu, konsumsi autonomus juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti pajak yang dipungut oleh pemerintah, ekspektasi keadaan ekonomi, tingkat harga dan suku bunga (Sukirno, 2005). Pendapatan disposibel adalah pendapatan rumahtangga yang siap digunakan untuk kegiatan konsumsi. Pendapatan disposibel berasal dari pendapatan yang diperoleh rumahtangga sebagai balas jasa faktor produksi dikurangi dengan pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Pendapatan disposibel dapat digambarkan melalui persamaan:

26 13 Y d = Y T Dimana T adah pajak yang harus dibayarkan oleh rumahtangga kepada pemerintah. Kecenderungan mengkonsumsi marginal atau marginal propensity to consume (MPC) menggambarkan hubungan antara pertambahan pendapatan dengan pertambahan konsumsi. Dengan kata lain MPC menunjukkan persentase tambahan pendapatan yang akan digunakan oleh rumahtangga untuk konsumsi. MPC dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: MPC = C Y d Dimana ΔC adalah pertambahan konsumsi dan ΔY d adalah pertambahan pendapatan disposibel yang menyebabkan pertambahan konsumsi tersebut. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau avarage propensity to consume (APC) yaitu perbandingan antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan pendapatan disposibel (Yd) yang diperoleh pada waktu konsumsi tersebut dilakukan. APC = C Y d Pendapatan yang diperoleh rumahtangga sebagai balas jasa faktor digunakan antara lain untuk membayar pajak, konsumsi, dan ditabung. Ketika pendapatan sudah cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan melalui konsumsi, sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi digunakan untuk menabung. Sehingga fungsi tabungan dapat ditunjukkan oleh persamaan berikut:

27 14 S = Y d C Sedangkan kecenderungan menabung dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan menabung rata-rata. Kecenderungan menabung marginal atau marginal propensity to save (MPS) adalah perbandingan antara pertambahan tabungan karena adanya pertambahan pendapatan disposibel. MPS = S Y d Dimana ΔS adalah pertambahan tabungan dan ΔY d adalah pertambahan pendapatan disposibel yang menyebabkan pertambahan tabungan tersebut. Kecenderungan menabung rata-rata atau marginal average to save (APS) menunjukkan perbandingan antara tabungan dengan pendapatan disposibel. APS = S Y d Selain fungsi konsumsi yang merupakan fungsi dari pendapatan disposibel ada beberapa teori konsumsi dengan hipotesis yang menghubungkan antara tingkat konsumsi dengan variabel lain sehingga dalam teori konsumsi dikenal dengan hipotesis Keynes dan Post Keynes Teori Konsumsi Teori Konsumsi Keynes Dasar teori Keynes tentang hipotesis pengeluaran untuk konsumsi adalah hukum psikologis fundamental, bahwa manusia diatur, seperti sebuah peraturan dan berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan

28 15 mereka naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan, bahkan lebih kecil daripada kenaikan pendapatan (Mankiw, 2007). Selain menggunakan analisis statistic, Keynes membuat dugaan-dugaan tentang fungsi konsumsi berdasarkan instrospeksi dan observasi kasual. Pertama dan terpenting, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal atau marginal propensity to consume (MPC) yaitu; kenaikan konsumsi dari setiap unit pendapatan, dimana besarnya nilai MPC berkisar antara nol dan satu. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau average propensity to consume (APC), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan merupakan kemewahan, sehingga orang kaya cenderung menabung dengan proporsi lebih tinggi dari pendapatan mereka dibanding proporsi tabungan terhadap pendapatan orang miskin. Walaupun tidak esensial untuk teori Keynes sendiri, tetapi dalil bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal turun ketika pendapatan naik menjadi pusat kajian dari ilmu ekonomi Keynesian awal. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat tabungan tidak memiliki peran penting. Asumsi dasar ini berlawanan dengan kepercayaan dari para ekonom klasik sebelumnya. Para ekonom klasik berpendapat bahwa tingkat bunga yang lebih tinggi akan mendorong tabungan dan menghambat konsumsi. Keynes menegaskan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Namun Keynes menulis bahwa kesimpulan utama yang diberikan oleh pengalaman adalah

29 16 bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatan bersifat sekunder dan relative tidak penting. Jadi, menurut Keynes konsumsi secara mutlak (absolut) cenderung lebih banyak dipengaruhi dari tingkat pendapatan sekarang. Berdasarkan dugaan tersebut, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut: C = C 0 + cy, C 0 >0, 0<c<1 Keterangan: C = konsumsi Co = konstanta c = kecenderungan mengkonsumsi marginal Y = pendapatan disposibel (Mankiw, 2007: ) Dalam fungsi konsumsi Keynes, kecenderungan mengkonsumsi marginal c adalah antara nol dan satu, sehingga dengan bertambahnya pendapatan akan menyebabkan konsumsi dan tabungan yang lebih tinggi. Sedangkan fungsi konsumsi yang memenuhi dugaan yang kedua tentang kecenderungan mengkonsumsi rata-rata adalah: AC = C/Y = C 0 /Y + c Ketika Y meningkat, C 0 /Y turun, dan begitu pula kecenderungan mengkonsumsi rata-rata C/Y turun. Fungsi konsumsi dapat ditunjukkan melalui gambar berikut:

30 17 Konsumsi (C ) Y=C C=C 0 +cy C 0 0 Pendapatan (Y) Sumber: Sukirno, 2005 Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Menurut teori konsumsi absolute income hypothesis dari Keynes, konsumsi ditentukan oleh tingkat pendapatan absolut, sehingga hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan fungsi konsumsi dalam jangka panjang, sehingga kurva konsumsi selalu memotong sumbu vertikal. Tetapi berdasarkan studi empiris dari Kuznets, fungsi konsumsi jangka pendek bergeser ke atas sepanjang waktu sehingga menghasilkan konsumsi jangka panjang. Jadi fungsi konsumsi menurut absolute income hypothesis merupakan fungsi konsumsi jangka pendek, sedangkan fungsi konsumsi jangka panjang dapat ditentukan melalui pergeseran keatas dari fungsi konsumsi dalam jangka pendek. Karena dalam jangka panjang nilai C/Y atau APC tidak banyak berubah dan cenderung tetap, sehingga fungsi konsumsi jangka panjang merupakan garis lurus melalui

31 18 titik nol. Dengan demikian, nilai MPC mempunyai kecenderungan tidak banyak berubah, sehingga dalam jangka panjang nilai MPC=APC. C/tahun LR MPC=APC LRC c SRC 3 SRC 2 SRC 1 b a SR MPC<APC 0 Y/tahun Sumber: Prasetyo, 2009 Gambar 2.2 Fungsi Kansumsi Jangka Pendek dan Jangka Panjang Teori Konsumsi Berdasarkan Pilihan Antarwaktu Dalam memutuskan besaran tingkat konsumsi dan tabungan dengan tingkat pendapatan yang ada, perlu mempertimbangkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Semakin besar konsumsi yang dapat dinikmati pada hari ini, semakin sedikit konsumsi yang dapat dinikmati hari esok. Kondisi tradeoff ini mengharuskan rumahtangga memperhitungkan perkiraan pendapatan dimasa depan yang akan diterima dengan konsumsi yang dapat mereka nikmati. Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan

32 19 dan rasional membuat pilihan antarwaktu, yaitu pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Irving Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh konsumen, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan. Alasan orang mengkonsumsi lebih sedikit daripada yang mereka inginkan adalah karena konsumsi mereka dibatasi oleh pendapatan. Dengan kata lain, konsumen menghadapi batasan dalam menentukan berapa banyak yang pendapatan yang bisa mereka belanjakan, yang disebut batas atau kendala anggaran (budged constraint). Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan mengkonsumsi hari ini versus berapa banyak akan menabung untuk masa depan, mereka menghadapi batasan anggaran antarwaktu (intertemporal budged constraint), yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan dimasa depan (Mankiw, 2007). Persamaan di bawah ini menunjukkan bagaimana pendapatan konsumen dalam dua periode membatasi konsumsi dua periode tersebut. S = Y 1 C 1 Dalam periode pertama jumlah tabungan (S) sama dengan pendapatan periode pertama (Y1) dikurangi konsumsi periode pertama (C 1 ). C 2 = (1 + r)s + Y 2 Konsumsi dalam periode kedua (C 2 ) merupakan akumulasi tabungan termasuk bunganya, ditambah dengan pendapatan periode kedua (Y 2 ), dimana r adalah tingkat bunga riil. Kedua persamaan diatas dapat diderivasikan sebagai berikut:

33 20 C 2 = (1 + r)( Y 1 C 1 ) + Y 2 (1 + r)c 1 + C 2 = (1 + r)y 1 + Y 2 C 1 + C 2 1 r = Y 1 + Y 2 1 r Persamaan ini menghubungkan konsumsi selama dua periode dengan pendapatan dalam dua periode. Persamaan ini adalah cara standar untuk menunjukkan batasan anggaran antarwaktu konsumen. Jika tingkat bunga adalah nol, batas anggaran menunjukkan bahwa konsumsi total akan sama dengan pendapatan totalnya. Sedangkan jika tingkat bunga tidak sama dengan nol, konsumsi dan pendapatan masa depan akan didiskontokan oleh faktor 1 + r yang berasal dari bunga tabungan Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Daur Hidup Teori konsumsi berdasarkan hipotesis daur kehidupan (life cycle hypothesis) dikemukakan oleh tiga ekonom yaitu: Albert Ando, Richard Brumberg dan Franco Mondigliani. Teori ini mempelajari fungsi konsumsi berdasarkan model perilaku konsumen Fisher dimana konsumsi bergantung pada pendapatan seumur hidup seseorang. Mondigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Pada dasarnya hipotesis daur hidup berpendapat bahwa konsumsi seseorang dalam suatu waktu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pendapatan yang akan diterima seseorang selam hidupnya dan lamanya seseorang itu akan terus

34 21 hidup walaupun tidak bekerja lagi. Pendapatan seseorang selama bekerja bervariasi dan kebanyakan orang merencanakan pensiun dari bekerja pada umur 65 tahun, dan mereka berekspektasi pendapatan akan turun setelahnya. Adanya penurunan pendapatan tidak mengurangi keinginan untuk menurunkan standar kehidupannya dibanding dengan konsumsi saat sekarang. Asumsi dasar teori konsumsi hipotesis daur hidup adalah menganggap bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka selama periode yang panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka untuk membuat hidup mereka lebih baik. Sedang asumsi utamanya bahwa kebanyakan orang memilih gaya hidup yang stabil, secara umum bukannya banyak menabung disuatu periode demi pendapatan yang besar di periode berikutnya, tetapi mengkonsumsi yang sama di setiap periodenya. C/Y dissaving saving dissaving C Y 0 Waktu/T Sumber: Sukirno, 2005 Gambar 2.3 Konsumsi dan Pendapatan dalam Daur Kehidupan

35 22 Karena orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka. Orang muda akan mempunyai tabungan yang rendah atau negatif (dissaving), usia menengah tingkat tabungan yang tinggi atau membayar pinjaman yang dibuat pada masa muda dulu, dan usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Permanen Teori konsumsi berdasarkan hipotesis pendaptan permanen (permanent income hypothesis) telah dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini, pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen yang dimaksud adalah kekayaan dan pendapatan yang dibelanjakan sekarang dan yang akan datang jumlahnya tetap demi menjaga kestabilan konsumsi sepanjang hidupnya. Pendapatan permanen dapat diperoleh dari upah atau gaji tetap yang diterima, atau pendapatan dari semua faktor yang menentukan kekayaan. Sedangkan pendapatan sementara adalah bagian pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan dan tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Milton Friedman menyatakan bahwa pendapatan sekarang terdiri dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara atau pendapatan transitori. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut: Y = Y p + Y t

36 23 Dimana Y adalah pendapatan sekarang, Y p adalah pendapatan permanen dan Y t adalah pendapatan sementara. Dalam hipotesis ini Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan memengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. Friedman menyimpulkan konsumsi bersifat proporsional terhadap pendapatan permanen sehingga fungsi konsumsi dapat ditunjukkan dengan persamaan C = αy p Dimana α adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsi. Sedangkan kecenderungan rata-rata dari hipotesis pendapatan permanen adalah sebagai berikut: APC = C/Y = αy p /Y Menurut hipotesis pendapatan permanen, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata tergantung pada rasio pendapatan permanen dengan pendapatan sekarang. Bila pendapatan sekarang secara temporer naik diatas pendapatan permanen, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan turun, sebaliknya jika pendapatan sekarang secara temporer turun terhadap pendapatan permanen maka kecenderungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan naik.

37 Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Relatif Teori konsumsi berdasarkan hipotesis pendapatan relatif adalah pengembangan lebih lanjut dari fungsi konsumsi Keynes yang dilakukan oleh James S. Duesenberry. Dasar dari teori ini adalah studi empiris yang dilakukan Kuznets dimana James Duesenberry mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Jika pendapatan berkurang maka konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang masih tetap tinggi, mereka terpaksa harus mengurangi besarnya tabungan. Jika pendapatan bertambah lagi, maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan tabungan akan bertambah sedikit lebih besar. Kenyataan seperti ini akan terus dijumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah pernah dicapai dapat dicapainya lagi. Setelah pendapatan puncak daripada sebelumnya telah dapat dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi. Sedangkan dilain pihak, bertambahnya tabungan tidak begitu cepat. Dasar teori dengan hipotesis tingkat pendapatan relatif dari Duesenberry (1949) didasarkan pada dua asumsi, yaitu: 1. Selera rumahtangga atas konsumsi barang dan jasa adalah interdependent. Artinya pengeluaran konsumsi rumahtangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang disekitarnya (lingkungan tetangganya).

38 25 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran konsumsi rumahtangga atau seseorang pada saat penghasilan naik akan berbeda dengan pola konsumsi ketika tingkat penghasilan turun. C/S j Y=C+S h i C 2 LRC g d e C 1 f a b c C 0 0 Y 0 Y 1 Y 2 Y Sumber: Prasetyo, 2009 Gambar 2.4 Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Relatif Duesenberry dalam teorinya menemukan bahwa persentase dari konsumsi dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi pada saat perekonomian dalam keadaan buruk. Ketika terjadi perubahan dalam penghasilan, maka konsumsi tidak akan langsung meningkat. Hal ini terjadi karena pengaruh konsumsi periode sebelumnya yang lebih kecil. Demikian pula ketika pendapatan turun maka konsumsi tidak akan turun secara tajam karena terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi adalah persentase dari

39 26 konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar. Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar 2.4. Ketika pendapatan turun dari Y 2 menjadi Y 0, konsumsi tidak langsung turun ke titik a, tetapi masih tetap berkonsumsi di sepanjang kurva C 1 karena pengaruh konsumsi periode sebelumnya. Konsumsi terletak di titik f dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang konsumsi akan turun ke titik a. Ketika pendapatan turun terjadi pemanfaatan tabungan sebesar af untuk tetap dapat mengkonsumsi yang besar. Proporsi tabungan akan menurun dari yang seharusnya proporsinya adalah ga/gy 0, karena dimanfaatkan untuk menutupi konsumsi sehingga hanya mencapai gf/gy 0. Sebaliknya jika terjadi peningkatan pendapatan menjadi Y 2, tingkat konsumsi tidak akan langsung naik pada kurva C 2 di titik i, tetapi tetap pada kurva C 1 pada titik e dalam jangka pendek, setelah itu dalam jangka panjang akan bergeser ke titik i. Dalam jangka pendek terjadi peningkatan proporsi tabungan, yang seharusnya adalah ji/jy 2, namun dalam jangka pendek sebesar je/jy 2. kejadian ini disebut dengan Ratchet Effect, yaitu penurunan atau kenaikan pendapatan tidak secara langsung menurunkan atau menaikkan konsumsi dalam jangka pendek, namun terjadi dalam jangka panjang. Dalam penelitiannya Duesenberry membuat kesimpulan bahwa konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya (Ratchet Effect) dan perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku konsumsi lingkungannya (Demonstration Effect).

40 Teori Konsumsi Berdasarkan Pendekatan Modern Teori konsumsi modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari teori yang sudah ada dan tidak dapat dipisahkan dari model dasar teori konsumsi Franco Modigliani dalam teori daur hidupnya serta model konsumsi dari Milton Friedman dalam teori pendapatan permanennya. Secara garis besar, model fungsi konsumsi modern dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Model hipotesis fungsi konsumsi pendapatan permanen berdasarkan pilihan antarwaktu Fisher (Fisher s model of intertemporal choice) oleh Robert Hall dan Random-Walk. 2. Hipotesis fungsi konsumsi pendekatan modern dalam hidup penuh ketidakpastian (life cycle-permant income hypothesis) oleh John Y. Campbell dan N. Gregory Mankiw. 2.3 Variabel Penelitian Pendapatan Seseorang melakukan kegiatan bekerja adalah untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan yang diperoleh akan dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan (konsumsi). Sedangkan apabila seluruh kebutuhannya telah terpenuhi kemungkinan sisa penghasilannya akan ditabung (saving) atau digunakan untuk melakukan kegiatan investasi. Jadi penghasilan atau pendapatan seseorang mempunyai peran penting dalam keseluruhan kegiatan perekonomian. Pendapatan nasional adalah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumahtangga suatu negara yang merupakan balas jasa dari penyerahan faktorfaktor produksi dalam suatu periode tertentu. Pendapatan nasional dapat dipahami

41 28 melalui tiga macam pendekatan penghitungan yang biasa digunakan dalam suatu negara, yaitu: 1. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Penghitungan dengan pendekatan pendapatan untuk memperoleh nilai dari pendapatan nasional dilakukan dengan cara menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh dari keseluruhan pelaku ekonomi dengan aktivitas kegiatan ekonominya dalam suatu negara pada periode waktu tertentu. Pendapatan dapat diperoleh berupa sewa, bunga, upah atau gaji, deviden atau laba perusahaan. Pendapatan tersebut merupakan balas jasa faktor produksi seperti tanah, tanaga kerja, gedung, modal, dan kewirausahaan. 2. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendapatan nasional yang dihitung dengan pendekatan produksi metode penghitungannya dengan menjumlahkan keseluruhan nilai akhir (final goods) dari produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu unit-unit produksi dalam suatu negara pada periode waktu tertentu. Penghitungan pendapatan nasional melalui pendekatan ini masih terdapat kekurangan dengan adanya penghitungan ganda (double counting). Penghitungan ganda akan terjadi jika nilai produksi sektor tertentu juga merupakan input dalam produksi sektor lainnya. Penghitungan ganda dapat dihindari melalui dua cara, yaitu dengan menghitung nilai akhir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value added). Dengan asumsi bahwa nilai akhir barang adalah nilai barang dan jasa yang siap

42 29 dikonsumsi oleh konsumen akhir. Sedangkan nilai tambah yang dimaksud adalah selisih nilai barang dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi termasuk nilai dari bahan baku. 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Pendekatan pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan cara menghitung keseluruhan pengeluaran masyarakat dalam suatu negara. Pengeluaran masyarakat dalam suatu negara dikelompokkan menjadi pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran pemerintah, pengeluaran sektor perusahaan dan sektor perdagangan luar negeri atau ekspor dan impor. Tingkat pendapatan masyarakat secara umum mempunyai hubungan yang searah dengan tingkat konsumsi, dimana kenaikan pendapatan akan diikuti oleh kenaikan tingkat konsumsi, sebaliknya penurunan tingkat pendapatan akan menurunkan tingkat konsumsi Tingkat Suku Bunga Bunga adalah harga dari pinjaman yang harus dibayarkan peminjam atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi yang meminjamkan. Dalam hal menabung, bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada penabung atau nasabah karena bersedia menyimpan dananya di bank. Dana nasabah oleh pihak bank akan dikelola salah satunya sebagai sumber pembiayaan dalam investasi. Ada dua macan suku bunga yang dikenal, yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun. Sedangkan suku bunga riil

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran umum dari variabel penelitian yang digunakan Analisis diskriptif bersifat pemaparan dalam

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabungan memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tabungan merupakan indikator penting

Lebih terperinci

BAB IV TEORI KONSUMSI

BAB IV TEORI KONSUMSI BAB IV TEORI KONSUMSI A. TEORI KONSUMSI MASYARAKAT 1. Keynes Anggapan2 yg dipakai Keynes : F. Kons. Adh. : hub. Antara PN dgn pengeluaran konsumsi yg dinyatakan dgn harga konstan (riil) Bhw besarnya kons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H14094023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE 1987 2007 OLEH TRI PURWANTO H14094001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia ======================================================== Oleh: Novya Zulva Riani ABSTRACT This article analyzes the marginal propensity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 Taryono dan Hendro Ekwarso Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang menghadapi masalah memelihara kestabilan serta masalah pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia disamping

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsumsi Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga keatas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA Abstract This study aims at analysing what factors determine consumption pattern in Nagan Raya. Secondary data used in the study

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, Idris Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1979-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU Nursiah Chalid Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru - Pekanbaru 28293 ABSTRAKSI Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMAKASIH... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMAKASIH... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan 2.1.1 Sumber daya energi Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan nominal per kapita masyarakat Indonesia meningkat cukup besar hingga 11.6% per tahun sejak 2001. Namun kenaikan pertumbuhan secara nominal ini tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1995 2013 Naskah Publikasi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) MASING-MASING KELOMPOK BARANG DAN JASA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN

PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) MASING-MASING KELOMPOK BARANG DAN JASA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) MASING-MASING KELOMPOK BARANG DAN JASA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1998-2008 Oleh : Nenden Budiarti H14084014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS EKONOMI DI INDONESIA OLEH KRISMANTI TRI WAHYUNI H

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS EKONOMI DI INDONESIA OLEH KRISMANTI TRI WAHYUNI H ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS EKONOMI DI INDONESIA OLEH KRISMANTI TRI WAHYUNI H14094021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Konsumsi Dalam istilah sehari hari konsumsi sering di artikan sebagai tindakan pemenuhan makanan dan minuman

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI 25 KABUPATEN TERTINGGAL KAWASAN TIMUR INDONESIA OLEH PERWITA SARI H

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI 25 KABUPATEN TERTINGGAL KAWASAN TIMUR INDONESIA OLEH PERWITA SARI H PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI 25 KABUPATEN TERTINGGAL KAWASAN TIMUR INDONESIA OLEH PERWITA SARI H14094007 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONSUMSI

BAB II TEORI KONSUMSI BAB II TEORI KONSUMSI A. Teori Konsumsi 1. Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

SILABUS. Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu Bahan/ Pembelajaran

SILABUS. Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu Bahan/ Pembelajaran 7 SILABUS Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas/Program : X Semester : 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan, sistem ekonomi.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI

SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI SKEDUL KONSUMSI ATAU DAFTAR. KONSUMSI PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Konsumsi Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi (C) Tabungan (saving /dissaving) (S) 370

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan tarafhidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi

Skedul Konsumsi Atau Daftar. Konsumsi PERILAKU KONSUMSI FUNGSI KONSUMSI Skedul Konsumsi Atau Daftar Pendapat an pribadi setelah pajak (GDP = DI) Konsumsi Konsumsi ( C ) Tabungan (saving /dissaving) ( S ) 370 375-5 390 390 0 410 405 5 430 420

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu Negara, tabungan dan investasi merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1986-2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NIKEN AMBARWATI B300100040 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka panjang. Obligasi yang diterbitkan bertujuan menghimpun dana dari masyarakat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci