LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI

Transkripsi

1 LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI NAMA : AMUL HEKSA BAJAFITRI NIM : KELOMPOK : JUMAT ASISTEN : INTAN RATRI PRASUNDARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

2 4.1 HASIL Tabel Pengamatan Pemecahan Dormansi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN No. Perlakuan Komoditi Parameter Vigor Less Vigor Abnormal Mati Diamplas Saga Kontrol Jumlah Presentase 10% 30% - 60% Skarifikasi Dilukai Semangka Kontrol Jumlah Presentase 30% 10% - 60% Parameter N Ab BM BK BSST Suhu 50 o C Kedelai Kontrol Jumlah Presentase 25% % Stratifikasi Suhu 60 o C Padi Kontrol Jumlah Presentase 30% % 4.2 PEMBAHASAN Skarifikasi (perbandingan perlakuan dengan kontrol + literatur) Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi benih yaitu skarifikasi, yaitu cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan; pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt, 2000 dalam Juhanda dkk, 2013). Pada praktikum ini dilakukan perbandingan antara benih saga yang dilakukan skarifikasi pengamplasan kulit bijinya dengan yang tidak, sebagai kontrol. Dari hasil pengamatan selama tujuh hari, benih saga kontrol tanpa perlakuan skarifikasi seluruhnya tidak tumbuh, diduga masih dalam kondisi dorman. Sedangkan benih saga yang diberi perlakuan skarifikasi, 20% vigor, 60% less vigor dan sisanya 20% tidak tumbuh. Hal yang serupa juga tejadi pada benih semangka kontrol dan perlakuan skarifikasi. Perlakuan skarifikasi benih semangka yang dilakukan dengan

3 memotong ujung kulit biji menghasilkan 60% tumbuh vigor, 20% less vigor dan sisanya 20% tidak tumbuh sedangkan benih semangka kontrol sama sekali tidak tumbuh. Secara umum, baik pada benih saga maupun semangka, perlakuan skarifikasi menunjukkan efek yang lebih baik dalam pematahan dormansi dan perkecambahan. Menurut Juhanda dkk (2013) hal ini dikarenakan benih yang diskarifikasi akan menghasilkan kulit benih yang permeabel sehingga memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih serta proses imbibisi pun dapat berjalan dengan lebih baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih berjala n lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan juga semakin baik. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saberi (2011) umumnya menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dengan penggosokan/penggoresan benih lebih baik dalam mematahkan dormansi benih Citrullus colocynthis dibandingkan dengan perlakuan bahan kimia. Karena itu, penerapan teknik ini untuk pematahan doransi lebih dianjurkan karena biayanya murah dan resiko yang rendah. Selain itu kemungkinan besar rusaknya embrio karena bahan kimia juga bisa dihindari Stratifikasi (perbandingan perlakuan dengan kontrol + literatur). Pada praktikum kali ini stratifikasi dilakukan pada benih kedelai dan padi dengam perendaman pada air hangat denagan suhu masing-masing 50 dan 60 o C. Pada benih kedelai perlakuan dari sepuluh biji, 5 diantanya tumbuh normal sedangkan sisanya tidak tumbuh, sedangkan pada kedelai kontrol tidak satu pun benih yang tumbuh. Pada benih padi perlakuan 4 dari 10 benih tumbuh normal, 6 benih sisanya tidak tumbuh. Pada benih padi kontrol hanya dua benih yang tumbuh, 8 benih lainnya tidak tumbuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa perkecambahan benih dengan perlakuan skarifikasi masih lebih baik dibandingkan perlakuan kintrol walaupun hasilnya tidak terlalu berbeda jauh. BPTH Sulawesi (2012) menyatakan bahwa stratifikasi panas digunakan dalam kaitannya untuk mengatasi dormansi yang disebabkan oleh embrio yang telah berkembang dan untuk melunakkan pericarp atau kulit biji yang keras (dormansi mekanis).wang dkk, (2011) mengemukakan bahwa Suhu dan air adalah dua faktor lingkungan utama yang mempengaruhi dormansi biji, pematahan dormansi bisa terjadi pada rentang suhu dan kondisi kelembaban benih yang sangat luas. Berdasarkan penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pematahan dormansi terjadi secara bersamaan selama stratifikasi yang bergantung pada suhu yang diaplikasikan. Suhu optimum untuk

4 skarifikasi pada tiap-tiap jenis spesies maupun antar spesies dapat berbeda-beda. Efektifitas skarifikasi juga dapat ditingkatkan melalui fluktuasi suhu, yaitu dengan perlakauan perendaman pada suhu tinggi/panas diikuti perendaman pada suhu rendah/dingin Kelebihan dan kelemahan metode skarifikasi dan stratifikasi Ada pun Kelebihan dan Kelemahan Metode Skarifikasi dan Stratifikasi Kelebihan dari metode skarifikasi (Hamiliton and Midcap, 1999) : Hal ini tidak memerlukan kontrol suhu. Ini tidak membahayakan keamanan untuk pekerja. Bibit tetap kering dan bisa langsung ditanam. Kekurangan metode skarifikasi (Hamiliton and Midcap, 1999) : Peralatan khusus mungkin diperlukan. Benih harus bebas dari bubur daging. Kerusakan akibat overtreatment sangat mungkin Kelebihan dari metode stratifikasi (Lakitan, 2007) : Mampu mematahkan masa dormansi embrio. Kelebihan dari metode stratifikasi (Hamiliton and Midcap, 1999) : Memerlukan kontrol suhu. Lama periode stratifikasi antar benih berbeda-beda Perbandingan metode pemecahan dormansi skarifikasi dengan stratifikasi Lopez dkk (2011) menyatakan bahwa dormansi benih dianggap sebagai kegagalan benih untuk menyelesaikan perkecambahan dibawah kondisi lingkuingan yang menguntungkan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetic dan lingkungan serta faktor morfologis dan fisiologis benih itu sendiri, meliputi zat yang terkandung dalam benih yang melindungi atau menutupi benih sehingga menghalangi masuknya air ke benih juga keseimbangan hormon tanaman itu sendiri (asam absisat dan giberelin). Beberapa cara pematahan dormansi benih diantaranya skarifikasi dan stratifikasi. Lakitan (2007) menyatakan bahwa skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.

5 Skarifikasi Skarifikasi merupakan cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt, 2000 dalam Juhanda dkk, 2013). Upaya yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi benih berkulit keras adalah dengan skarifikasi mekanik. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan oksigen. Teknik yang umum dilakukan pada perlakuan skarifikasi mekanik yaitu pengamplasan, pengikiran, pemotongan, dan penusukan jarum tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrio (perlukaan selebar 5 mm). Skarifikasi mekanik memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya perkecambahan. Menurut Widyawati (2009), skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga benih cepat berkecambah. Stratifikasi Stratifikasi merupakan perlakuan dengan pemberian temperature tententu pada benih dengan tujuan pematahan dormansi. Stratifikasi pada benih ada yang memerlukan suhu panas (stratifikasi panas) dan ada pula benih yang memerlukan suhu dingin untuk mematahkan masa dormansinya (stratifikasi dingin). Kepekaan benih terhadap suhu bervariasi pada setiap jenis maupun antar spesies yang sama. Metode stratifikasi dapat dikatakan metode yang paling praktis karena hanya merendam benih dengan air bersuhu tertentu pada waktu tertentu. Cara yang umum dilakukan adalah dengan menuangkan benih dalam air yang mendidih dan membiarkannya untuk mendingin dan menyerap air selama jam. Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan memicu pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah (Sari, 2013).

6 5. KESIMPULAN Dormansi benih menggambarkan kegagalan benih untuk melakukan perkecambahan pada kondisi lingkungan yang optimum. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan beberapa teknik pemecahan dormansi pada benih yaitu skarifikasi dan stratifikasi. Skarifikasi benih dilakukan dengan merusak bagian kulit biji untuk membantu dalam proses imbibisi sehingga benih mampu untuk berkecambah. Sedangkan dari tahapan stratifikasi, benih atau biji diberikan perlakuan perendaman baik suhu panas ataupun dingin, yang bertujuan untuk melunakkan bagian kulit biji sehingga proses imbibisi bisa berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan skarifikasi maupun stratifikasi benih mampu untuk mematahkan masa dormansi benih. Benih benih yang diberi perlakuan skarifikasi dan stratifikasi secara umum menghasilkan jumlah perkecambahan benih yang lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol. Teknik pematahan dormansi melalui metode skarifikasi dan stratifikasi menjadi rekomendasi karena mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar.

7 DAFTAR PUSTAKA BPTH Sulawesi Dormansi. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi. Makassar Hamilton and Midcap Seed Propagation of Woody Ornamentals. Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida. Juhanda, dkk Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lakitan, Benyamin, 2007, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. López, Adriana Natividad Avendaño et al Seed Dormancy in Mexican Teosinte. Crop Science, Vol. 51, September October 2011, p: Saberi, Morteza Comparison the Effect of Different Treatments for Breaking Seed Dormancy of Citrullus colocynthis. Journal of Agricultural Science Vol. 3, No. 4; December Sari, Dian Indra Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi. Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya Wang, W.Q. dkk Seed dormancy and germination in Vitis amurensis and its variation. Seed Science Research (2011) 21, Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronom Indonesia 37 (2) :

8 LAMPIRAN Dokumentasi Hasil Pengamatan Skarifikasi Saga Skarifikasi Kacang Hijau Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Stratifikasi Padi Stratifikasi Kedelai Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol

9 Perhitungan Presentase Daya Berkecambah 1. Skarifikasi a. Saga Saga diamplas % Vigor = = 20% % Less vigor = = 60% % Mati = = 20% Kontrol Saga % Mati = = 100% b. Semangka Semangka dipotong ujungnya % Vigor = = 60% % Less vigor = = 20% % Mati = = 20% Kontrol Semangka % Mati = = 100% 2. Stratifikasi a. Kedelai Kedelai suhu 50 o C % Kecambah Normal (N) = = 50% % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) = = 50% Kontrol kedelai % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) = = 100% b. Padi Padi suhu 60 o C % Kecambah Normal (N) = = 40% % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) = = 60% Kontrol padi % Kecambah Normal (N) = = 20% % Benih Segar Tidak Tumbuh (BSST) = = 80%