EFEKTIVITAS TEKNIK PEMATAHAN DORMANSI PADA BEBERAPA GENOTIPE JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS TEKNIK PEMATAHAN DORMANSI PADA BEBERAPA GENOTIPE JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.)"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS TEKNIK PEMATAHAN DORMANSI PADA BEBERAPA GENOTIPE JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.) Agus Hasbianto 1 dan Cici Tresniawati 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2 Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar ABSTRAK Dormansi didefinisikan sebagai status di mana benih tidak berkecambah walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Benih jarak kepyar (Ricinus comunis L.) memiliki mekanisme dormansi fisiologi, yang umumnya diatur melalui keseimbangan antara pertumbuhan faktor penghambat dan pendorong endogenous. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengetahui efektivitas beberapa teknik pematahan dormansi pada benih jarak kepyar; (ii) mengetahui perbedaan genotipe terhadap sifat dormansi benih jarak kepyar; dan (iii) mengetahui teknik pematahan dormansi yang paling efektif pada setiap genotipe jarak kepyar. Penelitian dirancang secara faktorial, faktor pertama adalah empat teknik pematahan dormansi dan kontrol dan faktor kedua adalah tiga genotipe jarak kepyar. Penerapan perlakuan pada satuan percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap, setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + skarifikasi (D2) dan perlakuan pembuangan caruncle + skarifikasi + GA3 (D4) dapat meningkatkan vigor kecambah berdasarkan variabel kecepatan tumbuh dan indeks vigor benih, meskipun secara umum perlakuan pematahan dormansi yang tidak mempengaruhi daya tumbuh benih jarak kepyar. Diantara ketiga genotipe yang diuji, genotipe Lombok Timur menghasilkan perkecambahan yang lebih baik dibandingkan dengan genotipe Philipina 1 dan Sumba Besar berdasarkan variabel daya tumbuh, kecepatan tumbuh, dan panjang hipokotil. Kata kunci: dormansi, jarak kepyar PENDAHULUAN Dormansi didefinisikan sebagai status di mana benih tidak berkecambah walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Beberapa mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan sekunder. Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan benih. Lamanya (persistensi) dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies dan antar genotipe. Dormansi pada spesies tertentu mengakibatkan benih tidak berkecambah di dalam tanah selama beberapa tahun (Ilyas 2010). Menurut Razavi dan Hajiboland (2009), beberapa spesies memiliki dormansi sebagai strategi untuk mempertahankan diri dan menyebarluaskan wilayah adaptasinya. 456

2 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. Berdasarkan faktor penyebab, dormansi terbagi atas (a) Imposed dormancy (quiscence), yaitu dormansi yang terjadi akibat terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. (b) Innate dormancy (rest), yaitu dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ benih itu sendiri. Berdasarkan mekanisme di dalam benih, dormansi terdiri atas (a) Mekanisme fisik, merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ benih itu sendiri. Dormansi kategori ini terbagi menjadi mekanis, fisik dan kimia. Hambatan mekanis yaitu embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik. Hambatan fisik yaitu terganggunya penyerapan air karena kulit benih yang impermeabel. Hambatan kimia yaitu bagian benih/buah mengandung zat kimia penghambat. (b) Mekanisme fisiologis, merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi photodormancy, immature embryo, dan thermodormancy. Photodormancy terjadi di mana proses fisiologis dalam benih terhambat oleh keberadaan cahaya. Immature embryo yaitu proses fisiologis dalam benih terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang. Sedangkan thermodormancy yaitu proses fisiologis dalam benih terhambat oleh suhu. Beberapa jenis benih tidak dapat berkecambah karena adanya hambatan dari kulit benih yang impermeabel terhadap air dan gas, kulit benih yang tebal dan keras. Sebagian jenis benih yang lain tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Tanaman jarak kepyar (R. communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas) memiliki perbedaan bentuk morfologi tanaman maupun minyak yang dihasilkannya. Jarak kepyar menghasilkan ricin yang bermanfaat untuk terapi kanker, sedangkan jarak pagar menghasilkan krusin dan lebih banyak terkait dengan informasi biodiesel (Irwanto 2006). Namun demikian, minyak jarak kepyar memenuhi syarat sebagai pelumas mesin industri (Ditjenbun 2007). Benih jarak kepyar (R. comunis L.) memiliki mekanisme dormansi fisiologi (Leubner 2011), yang umumnya diatur melalui keseimbangan antara pertumbuhan faktor penghambat dan pendorong endogenous (Copeland dan McDonald 1995). Dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan membuang caruncula atau memotong lubang kecil pada bagian testa. Akibat dormansi tersebut, maka perkecambahan memerlukan waktu selama 7-10 hari atau lebih lama pada beberapa aksesi (Pursegolve 1981). 457

3 Beberapa teknik pematahan dormansi yang telah dilakukan terhadap benih jarak kepyar dinyatakan tidak berhasil, yaitu menggunakan asam sulfat (10%), asam nitrat, dan kertas ampelas. Sedangkan teknik yang berhasil mematahkan dormansi pada benih jarak kepyar yaitu dengan menuangkan air panas dan dibiarkan hingga dingin, membuang bagian caruncle dan mengupas kulit benih. Struktur penutup benih yaitu testa dan caruncle tersebut dilaporkan sebagai penyebab rendahnya perkecambahan jarak kepyar (bioversityinternational.org 2010). Pada tanaman aren, metode skarifikasi tepat pada posisi embrio (deoperkolasi) merupakan teknologi sederhana yang paling efektif untuk mematahkan dormansi, dengan nilai berkecambah 80% (Rofik et al. 2008) Penelitian ini bertujuan untuk : (i) mengetahui efektivitas beberapa teknik pematahan dormansi pada benih jarak kepyar; (ii) mengetahui perbedaan genotipe terhadap sifat dormansi benih jarak kepyar; dan (iii) mengetahui teknik pematahan dormansi yang paling efektif pada setiap genotipe jarak kepyar. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Kampus IPB Leuwikopo, Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai Februari sampai bulan Juni Benih jarak kepyar yang diperlukan terdiri dari tiga genotipe yang berbeda (Sumba Besar, Lombok Timur, dan Philipina 1), diperoleh dari Kebun Percobaan PT. Indocement Cibinong, Bogor. Percobaan dirancang secara faktorial 5 x 3, faktor pertama adalah empat teknik pematahan dormansi dan kontrol dan faktor kedua adalah tiga genotipe jarak kepyar. Penerapan perlakuan pada satuan percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design), setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 25 butir benih. Faktor perlakuan yang akan dicobakan terdiri atas : 1. Teknik pematahan dormansi, terdiri atas lima perlakuan yaitu (i) perendaman dengan air panas (mendidih) dan dibiarkan sampai dingin selama 24 jam (D1), (ii) pembuangan caruncle dan pengampelasan kulit benih (D2), (iii) perendaman dengan air panas (mendidih) dan dibiarkan sampai dingin selama 24 jam kemudian direndam dalam larutan GA 3 0,2% selama 24 jam (D3), (iv) pembuangan caruncle dan pengampelasan kulit benih kemudian direndam dalam 458

4 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 larutan GA 3 pada konsentrasi 0,2% selama 24 jam (D4), dan (v) kontrol, benih langsung ditanam dalam media pasir tanpa mendapat perlakuan pematahan dormansi (D5). 2. Genotipe jarak kepyar, terdiri atas tiga genotipe yaitu (i) Sumba Besar (G1), (ii) Lombok Timur (G2), dan (iii) Philipina 1 (G3). Data hasil percobaan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) menggunakan program SAS. Jika hasil uji F nyata, maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan s Multiple Range Test). Semua pengujian data dilakukan pada taraf nyata (α) 5%. Pelaksanaan Penelitian 1. Pematahan dormansi dengan perendaman dengan air panas (mendidih) Sebanyak 25 benih jarak pagar untuk setiap genotipe dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian dituangi air mendidih sebanyak 50 ml hingga semua benih tersebut terendam, dan dibiarkan hingga dingin selama 24 jam. Selanjutnya benih dikecambahkan pada bak plastik dengan media pasir lembab. Setiap perlakuan diulang 3 kali. 2. Pembuangan caruncle dan pengampelasan kulit benih Caruncle pada benih jarak kepyar dibuang menggunakan pisau atau tangan, kemudian kulit benih pada bagian caruncle yang telah dibuang tersebut diampelas untuk menipiskan kulit benih. Setelah itu benih dikecambahkan pada bak plastik dengan media pasir lembab. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Gambar 1. Struktur benih jarak kepyar 459

5 3. Perendaman dengan air panas (mendidih) dan dibiarkan sampai dingin selama 24 jam kemudian direndam dalam larutan GA 3 0,2% selama 24 jam Benih jarak kepyar sebanyak 25 butir untuk setiap genotipe dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian dituangi air mendidih hingga semua benih terendam, dan dibiarkan hingga dingin selama 24 jam. Setelah itu, benih dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi bahan kimia (GA 3 ) 0,2% dan direndam selama 24 jam. Selanjutnya benih dikecambahkan pada bak plastik dengan media pasir lembab. Setiap perlakuan diulang 3 kali. 4. Pembuangan caruncle dan pengamplasan kulit benih kemudian direndam dalam larutan GA 3 0,2% selama 24 jam Caruncle pada benih jarak kepyar dibuang menggunakan pisau atau tangan, kemudian kulit benih pada bagian caruncle yang telah dibuang tersebut diampelas untuk menipiskan kulit benih (sebagaimana perlakuan kedua). Selanjutnya benih direndam dalam larutan GA 3 0,2% selama 24 jam. Setelah itu benih dikecambahkan pada bak plastik dengan media pasir lembab. Setiap perlakuan diulang 3 kali. 5. Kontrol Benih untuk setiap genotipe tidak diberi perlakuan pematahan dormansi. Benih tersebut dikecambahkan pada bak plastik dengan media pasir lembab. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Variabel yang diamati pada percobaan ini adalah : 1. Daya tumbuh benih Daya tumbuh benih mengambarkan viabilitas potensial benih, dihitung berdasarkan persentase kecambah normal (KN) hitungan pertama (7 hari) dan kedua (14 hari) dari seluruh benih yang ditanam. Pengamatan keragaan kecambah dilakukan terhadap struktur kecambah yang muncul di atas permukaan media pasir. 2. Kecepatan tumbuh benih DB = Jumlah benih berkecambah normal x 100% Jumlah benih yang diuji Kecepatan tumbuh benih diukur berdasarkan total tambahan kecambah normal setiap hari pengamatan dilakukan sejak waktu hitungan pertama hingga kurun waktu 14 hari dalam kondisi optimum. Kecepatan berkecambah dinyatakan dalam persen per hari. 460

6 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, Indeks vigor (IV) Indeks vigor, menggambarkan vigor kecepatan tumbuh, dihitung berdasarkan persentase kecambah tumbuh normal pada hitungan pertama (7 hari setelah tanam). IV = Jumlah benih berkecambah normal pada hitungan pertama x 100% Jumlah benih yang diuji 4. Panjang hipokotil Panjang hipokotil diukur pada pengamatan hitungan terakhir yaitu hari ke 14 setelah tanam (ISTA, 2004). Kecambah dicabut dari media pasir, pengukuran hipokotil dilakukan menggunakan mistar. 5. Bobot kering kecambah normal Bobot kering kecambah normal diukur dari kecambah normal pada akhir periode pengujian (14 HST). Kecambah normal dicuci bersih, kotiledon dibuang, dan dikeringkan pada oven 60 o C selama 3 x 24 jam atau sampai mencapai bobot yang konstan. Bobot kering kecambah diukur menggunakan timbangan analitik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan pematahan dormansi mempengaruhi perkecambahan benih jarak kepyar berdasarkan variabel kecepatan tumbuh dan indeks vigor benih. Perbedaan genotipe mempengaruhi perkecambahan benih jarak kepyar berdasarkan variebel daya tumbuh, kecepatan tumbuh, dan panjang hipokotil. Tidak terdapat interaksi perlakuan pematahan dormansi dan genotipe jarak kepyar yang dicobakan (Tabel 1). Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pematahan dormansi, genotipe, dan interaksi keduanya pada perkecambahan benih jarak kepyar Variabel Pengamatan Pematahan Dormansi Genotipe Interaksi (D) (G) D x G Daya Tumbuh tn ** tn Kecepatan Tumbuh ** ** tn Indeks Vigor ** tn tn Panjang Hipokotil tn * tn Bobot Kering tn tn tn Keterangan : tn = tidak nyata pada α 5% * = nyata pada α 5% ** = nyata pada α 1% 461

7 Perlakuan Pematahan Dormansi Berdasarkan uji pemisahan nilai tengah dengan Duncan S Multiple Range Test (DMRT), perlakuan pematahan dormansi menyebabkan perbedaan nyata pada variabel daya tumbuh, kecepatan tumbuh, indeks vigor benih, dan panjang hipokotil; namun tidak berpengaruh nyata pada variabel bobot kering kecambah normal. Nilai tengah pengaruh perlakuan pematahan dormansi pada setiap variabel pengamatan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh perlakuan dormansi pada perkecambahan benih jarak kepyar Pematahan Dormansi Daya Tumbuh Kecepatan Tumbuh Indeks Vigor* Panjang Hipokotil BK Kecambah D1 77,33 ab 9,43 ab 18,2 b 16,18 ab 0,84144 a D2 81,33 a 10,65 a 20,9 b 15,21 ab 0,84889 a D3 58,67 b 6,74 c 8,4 b 15,42 ab 0,84367 a D4 68,44 ab 10,26 a 55,1 a 18,49 a 0,84778 a Kontrol 74,22 ab 7,79 bc 1,8 c 14,61 b 0,79489 a Keterangan : Nilai tengah pada variabel pengamatan yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 5% Pada variabel daya tumbuh benih, pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + skarifikasi (D2) menghasilkan daya tumbuh benih yang paling tinggi (81,33%) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman dalam air panas (D1), pembuangan caruncle + skarifikasi + perendaman dalam larutan GA 3 (D4), dan perlakuan kontrol (D5). Perlakuan perendaman dalam air mendidih + perendaman dalam larutan GA 3 (D3) menghasilkan persentase daya tumbuh benih paling rendah (58,67%), berbeda dengan perlakuan D2 namun tidak berbeda dengan perlakuan D1, D4, dan kontrol (D5). 462

8 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Gambar 2. Pengaruh pematahan dormansi pada daya tumbuh benih jarak kepyar Pada variabel kecepatan tumbuh benih, pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + scarifikasi (D2) dan perlakuan pembuangan caruncle + skarifikasi + GA 3 (D4) menunjukkan hasil yang paling baik, walaupun tidak berbeda dengan perlakuan perendaman dengan air panas (D1). Perlakuan perendaman dalam air mendidih + perendaman dalam larutan GA 3 (D3) menghasilkan persentase daya tumbuh benih paling rendah namun tidak berbeda dengan kontrol (D5) Gambar 3. Pengaruh pematahan dormansi pada kecepatan tumbuh benih jarak kepyar Pada variabel indeks vigor, pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + skarifikasi + GA 3 (D4) menghasilkan tanggapan yang paling tinggi (55,1%), sedangkan perlakuan kontrol (D5) menghasilkan indeks vigor yang paling rendah (1,8%). 463

9 Gambar 4. Pengaruh pematahan dormansi pada indeks vigor benih jarak kepyar Pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + skarifikasi + GA 3 (D4) menghasilkan panjang hipokotil paling tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan dormansi yang lain (D1, D2, dan D3). Gambar 5. Pengaruh pematahan dormansi pada panjang hipokotil kecambah jarak kepyar Perbedaan perlakuan pematahan dormansi tidak berpengaruh nyata pada bobot kering kecambah normal. Pengaruh perlakuan pematahan dormansi pada bobot kering kecambah normal disajikan pada Gambar

10 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Gambar 6. Pengaruh pematahan dormansi pada bobot kering kecambah normal Perlakuan Genotipe Jarak Kepyar Berdasarkan uji pemisahan nilai tengah dengan Duncan S Multiple Range Test (DMRT), perbedaan genotipe menunjukkan perbedaan respons yang nyata pada variabel daya tumbuh, kecepatan tumbuh, dan panjang hipokotil; namun tidak berpengaruh nyata pada variabel indeks vigor dan bobot kering kecambah normal. Nilai tengah pengaruh perbedaan genotipe pada setiap variabel pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh perbedaan genotipe pada perkecambahan benih jarak kepyar Genotipe Daya Tumbuh Kecepatan Tumbuh Indeks Vigor Panjang Hipokotil BK Kecambah G1 85,07 a 10,55 a 29,1 a 16,69 ab 0,8515 a G b 8,13 b 14,4 a 14,34 b 0,8357 a G3 67,20 b 8,25 b 19,2 a 17,89 a 0,8188 a Keterangan: Nilai tengah pada variabel pengamatan yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 5% Genotipe Lombok Timur (G1) menghasilkan persentase daya tumbuh yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan daya tumbuh genotipe Lombok Besar (G2) dan Philipina (G3) yang memiliki daya tumbuh yang lebih rendah (Gambar 7). 465

11 Gambar 7. Pengaruh perbedaan genotipe pada daya tumbuh benih jarak kepyar Berdasarkan variabel kecepatan tumbuh, genotipe Lombok Timur (G1) menghasilkan persentase daya tumbuh yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan daya tumbuh genotipe Lombok Besar (G2) dan Philipina (G3) yang memiliki daya tumbuh yang lebih rendah (Gambar 8). Gambar 8. Pengaruh perbedaan genotipe pada kecepatan tumbuh benih jarak kepyar Perbedaan genotipe tidak berpengaruh nyata pada indeks vigor benih jarak kepyar. Nilai tengah indeks vigor benih jarak kepyar disajikan pada Gambar

12 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Gambar 9. Pengaruh perbedaan genotipe pada indeks vigor benih jarak kepyar Genotipe Philipina (G3) menghasilkan panjang hipokotil yang paling tinggi, namun tidak berbeda dengan genotipe Lombok Timur (G1). Sedangkan genotipe Sumba Besar (G2) menghasilkan penjang hipokotil yang paling rendah, tetapi juga tidak berbada dengan genotipe Sumba Besar (G1). Gambar 10. Pengaruh perbedaan genotipe pada panjang hipokotil kecambah jarak kepyar Perbedaan genotipe tidak berpengaruh nyata pada obot kering kacambah normal. Nilai tengah bobot kering kecambah normal benih jarak kepyar disajikan pada Gambar

13 Gambar 11. Pengaruh perbedaan genotipe pada bobot kering kecambah normal Pembahasan Hasil percobaan dengan berbagai teknik pematahan dormansi menunjukkan bahwa benih jarak kepyar yang digunakan pada percobaan ini tidak menunjukkan perilaku dormansi. Indikasi tersebut terlihat dari variabel daya tumbuh benih. Berdasarkan analisis ragam, perbedaan teknik pematahan dormansi tidak berpengaruh nyata pada daya tumbuh benih. Rata-rata umum daya tumbuh benih jarak kepyar yang digunakan pada penelitian ini cukup tinggi (71,99%) dan sampai akhir periode pengujian (14 hari setelah tanam) tidak dijumpai adanya benih yang masih keras (hard/fresh seed). Benih jarak kepyar (R. comunis L.) memiliki mekanisme dormansi fisiologi (Leubner 2011), yang umumnya diatur melalui keseimbangan antara pertumbuhan faktor penghambat dan pendorong endogenous (Copeland dan McDonald 1995). Indikasi tidak adanya dormansi pada benih yang diuji, diduga disebabkan karena cukup lamanya waktu antara panen dengan saat benih di tanam, yaitu sekitar 6 minggu. Waktu yang cukup lama ini diduga mempengaruhi keseimbangan inhibitor promotor di dalam benih yang dapat mengurangi derajat dormansi dan persistensi benih dalam perkecambahan. Benih jarak kepyar yang baru dipanen biasanya menunjukkan perkecambahan yang rendah dan tidak serempak. After ripening pada suhu kamar selama 3, 6, atau beberapa bulan dilaporkan bisa mengatasi masalah perkecambahan ini (Lago et al. 1978). Hasil penelitian Baskin et al. (2001) menunjukkan bahwa perbedaan kondisi lingkungan selama periode pematangan pada tanaman induk ternyata mengakibatkan terjadinya variasi dalam kecepatan perkecambahan benih. Hal tersebut juga mengindikasikan perbedaan karakter dormansi benih. 468

14 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Analisis pemisahan nilai tengah dengan uji Duncan s Multiple Range Test menunjukkan perbedaan tanggapan daya tumbuh benih karena perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman dalam air panas selama 24 jam yang diikuti dengan perendaman dalam larutan GA 3 pada konsentrasi 0,2% selama 24 jam (D3) menghasilkan daya tumbuh yang paling rendah (58,67%). Rendahnya daya tumbuh pada perlakuan tersebut, disebabkan persentase benih mati yang tinggi, yaitu 36,0%. Pada perlakuan D3 yaitu perendaman air panas selama 24 jam dan pemberian GA3 selama 24 jam, benih yang sudah memiliki vigor yang rendah akan semakin menurun vigornya dan benih menjadi mati. Perendaman benih selama 48 jam sebelum benih ditanam diduga menyebabkan kerusakan karena imbibisi (imbibitional injury). Benih jarak kepyar bahan percobaan dengan kadar air awal sekitar 11% yang langsung diberi perlakuan perendaman. Heydecker dalam Khan (1977) menyebutkan bahwa rehidrasi mendadak yang terjadi pada benih kering yang langsung berhubungan dengan air bebas yang bisa menyebabkan kerusakan membran dan meningkatkan bocoran metabolit. Beberapa perlakuan pematahan dormansi yang dicobakan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai parameter vigor benih dibandingkan perlakuan lain dan kontrol. Hal tersebut terlihat dari dua indikator vigor benih yaitu nilai Kecepatan Tumbuh dan Indeks Vigor (IV) secara nyata (nilai tertinggi) dipengaruhi oleh 2 dari 4 perlakuan yang diberikan yaitu perlakuan D2 (pembuangan caruncle + skarifikasi) dan D4 (pembuangan caruncle + skarifikasi + perendaman dalam larutan GA 3 ). Pada benih jarak kepyar, struktur penutup kulit benih (testa dan caruncle) dilaporkan sebagai penghambat utama yang menyebabkan dormansi. Dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan membuang caruncula atau memotong lubang kecil pada bagian testa. Akibat dormansi tersebut, maka perkecambahan memerlukan waktu selama 7-10 hari atau lebih lama pada beberapa aksesi (Pursegolve 1981). Skarifikasi yang dilakukan pada bagian ujung benih dimana terdapat embrio, diduga mampu mempercepat radikula menembus kulit benih, sehingga dapat mempercepat proses perkecambahan berikutnya. Oleh karena itu, Bioversity International ( merekomendasikan teknik pembuangan caruncle dan skarifikasi sebagai salah satu teknik pematahan dormansi yang berhasil pada benih jarak kepyar, sehingga dapat mempercepat perkecambahan. Lagôa and Pereira (1987), menyatakan bahwa benih jarak kepyar (Ricinus communis) memiliki sifat dormansi genetik (innate dormancy) yang disebabkan oleh adanya penghambatan perkecambahan karena adanya (caruncle) (Martins et al.2009). 469

15 Penambahan perlakuan GA 3 pada benih jarak kepyar yang diberi perlakuan pematahan dormansi pembuangan caruncle semakin meningkatkan perkecambahan benih berdasarkan variabel indeks vigor dan panjang hipokotil kecambah. Indeks vigor yang dihitung dari persentase hitungan pertama perkecambahan (first count germination) menunjukkan kemampuan benih tumbuh lebih cepat dan serempak sehingga menghasilkan kecambah yang lebih vigorous. Hal ini ditunjang oleh pengamatan panjang hipokotil yang membuktikan bahwa benih jarak kepyar yang diberi perlakuan pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + skarifikasi + perendaman dalam larutan GA 3, menghasilkan panjang hipokotil yang paling tinggi. Perbedaan genotipe menghasilkan tanggapan perkecambahan benih jarak kepyar yang berbeda berdasarkan variabel daya tumbuh, kecepatan tumbuh, dan panjang hipokotil. Secara umum, genotipe Lombok Timur (G1) menunjukkan mutu benih yang lebih baik dibandingkan dengan dengan genotipe Philipina (G3) dan Sumba Besar (G2). Berdasarkan nilai daya tumbuh benih, genotipe Lombok Timur menunjukkan nilai tertinggi yaitu 85,1%, diikuti Philippine 1 (67,2%) dan Sumba Besar (63,7%). Rendahnya nilai daya tumbuh pada genotipe G2 dan G3 tidak disebabkan oleh perilaku dormansi benih, hal tersebut ditunjukkan oleh persentase benih yang berkecambah tidak normal dan mati yang tinggi yaitu pertumbuhan tidak normal 7,2% dan benih mati 25,6% (Philippine 1) dan 29,07% (Sumba Besar). Ketiga genotipe benih yang diuji pada percobaan ini tidak menunjukkan perilaku dormansi secara nyata. Hal ini, selain dipengaruhi karena umur benih yang sudah lama (6 minggu), mungkin juga disebabkan karena pengaruh faktor genetik. Perbedaan genotipe merupakan faktor innate yang mempengaruhi karakteristik benih, termasuk tingkat dormansi benihnya. Pada percobaan ini, tidak terdapat interaksi antara teknik pematahan dormansi dengan genotipe jarak kepyar. Perbedaan perkecambahan benih jarak kepyar karena perlakuan dormansi tidak berbeda pada ketiga genotipe bahan percobaan; demikian pula sebaliknya. Tidak ditemukan perlakuan pematahan dormansi yang spesifik untuk setiap genotipe jarak kepyar yang digunakan pada percobaan ini. 470

16 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KESIMPULAN 1. Perlakuan pematahan dormansi yang tidak mempengaruhi daya tumbuh benih jarak kepyar. Namun demikian, pematahan dormansi dengan pembuangan caruncle + skarifikasi (D2) dan perlakuan pembuangan caruncle + skarifikasi + GA 3 (D4) dapat meningkatkan vigor kecambah berdasarkan variabel kecepatan tumbuh dan indeks vigor benih. 2. Genotipe Lombok Timur menghasilkan perkecambahan yang lebih baik dibandingkan dengan genotipe Philipina 1 dan Sumba Besar berdasarkan variabel daya tumbuh, kecepatan tumbuh, dan panjang hipokotil. 3. Tidak terdapat perlakuan pematahan dormansi yang spesifik untuk ketiga genotipe jarak kepyar yang digunakan pada percobaan ini. DAFTAR PUSTAKA Baskin CC, Milberg P, Anderson L, Baskin JM, Seed Dormancy-Breaking and Germination requirements of Drosera anglica, an Insectivorous Species of The Northern Hemisphere. Acta Oecologica 22 : 1-8 Bianchini, M. and E. Pacini, The Caruncle of Ricinus communis L. (Castor Bean): Its Development and Role in Seed Dehydration, Rehydration, and Germination. Journal Plant Science; No. 157(1): Copeland L.O dan McDonald M.B, Seed Science and Technology. Third Edition. Chapman and Hall, 115 fifth Avenue New York Ditjenbun, Pedoman Budidaya Tanaman Jarak Pagar. Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Ditjenbun, Komoditas Tanaman Jarak Kepyar (Ricinus comunnis L.). Diakses bulan Februari Ilyas S, Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan hasil-hasil penelitian. Diktat Mata Kuliah Ilmu dan Teknologi Benih, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Irwanto, Pengembangan Tanaman Jarak (Jatropha curcas L) Sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif. Diakses pada bulan Februari International Seed Testing Association International Rules for Seed Testing. ISTA. Basserdorf. Switzerland. International Seed Testing Association International Rules for Seed Testing. ISTA. Basserdorf. Switzerland. 471

17 Lago, A.A., Zink, E., Razera, L.F., Banzatto, N.V. and Savy-Filho, A. (1978). [Seed dormancy of three castorbean cultivars.] Bragantia, 38, Leubner, G The Seed Biology. seedbiology.de/dormancy.asp. diakses tanggal 20 Februari Mendes, R. de C., Dias, D. C. F. dos S., Pereira, M. D. And Berger, P. G Tratamentos pré-germinativos em sementes de mamona (Ricinus communis L.) (Pre-germinative treatments in castor bean (Ricinus communis L.) seeds). Revista Brasileira de Sementes Vol. 31 No. 1 pp Purseglove Tropical crops dicotyledons. Longman Razavi dan Hajiboland Dormancy breaking and germination of Prangos ferilaceae seeds. EurAsian Journal of Biosciences No. 3 : Rofik., A dan E. Muniarti Pengaruh perlakuan Deoperkulasi Benih dan Media Perkecambahan untuk meningkatkan Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata (wurmb.) Merr.). Bul. Agron. (36) (1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Dormansi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi PENGARUH PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI (Coffea liberica var. liberica cv. Liberika Tungkal Jambi) Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI NAMA : AMUL HEKSA BAJAFITRI NIM : 125040201111131 KELOMPOK : JUMAT 11.00 ASISTEN : INTAN RATRI PRASUNDARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61) yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH

LAPORAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH LAPORAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH NAMAA NIM KELAS MK : JONIGIUS DONUATA : 132 385 018 : A : TEKNOLOGI BENIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING POLITEKNIK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN (Arenga pinnata) Kamaludin Fakultas pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rangcangan Penelitian Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL) faktorial atau completely Rondom design pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2011 di Laboratorium Agromikrobiologi, Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan;

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih 13 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor dan Kebun Percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene Glycol)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi Menurut Byrd (1983) perkecambahan adalah berkembangnya strukturstruktur penting dari embrio benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan tanaman normal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu, di Laboratorium PKHT IPB, Baranangsiang untuk pengujian kadar air dan penyimpanan dengan perlakuan suhu kamar dan suhu rendah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG 6000 (K) terdiri dari

Lebih terperinci

PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS

PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS Dormansi merupakan strategi benih tumbuhan tertentu untuk dapat mengatasi lingkungan suboptimum guna mempertahankan kelanjutan hidup spesiesnya.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPKS Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, dimulai tanggal 1 Maret hingga 24 Juli 2010.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODA. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, dimulai pada tanggal 10 April 200 1 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Sudjindro dan Sri Rustini Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 97-101 (2002) Komunikasi (Communication) PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Agustus sampai Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan petumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5x4. Faktor pertama adalah konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG 6000 (K) yang terdiri

Lebih terperinci

PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3 VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea)

PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3 VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea) 86 JURNAL PRODUKSI TANAMAN VOLUME 1 No.1 MARET-2013 PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3 VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea) SEEDS DORMANCY BREAKING TREATMENT ON GERMINATION 3

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016 Januari 2017 di Food Technology Laboratory, Laboratorium Terpadu, Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah H

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh dunia, komoditas ini merupakan komoditas yang tetap bertahan di pasaran global dikarenakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Darmaga pada bulan Februari April 2012. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di 15 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Universitas Diponegoro, Semarang. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

STUDI PERIODE PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH SERTA PENGARUH PERLAKUAN BENIH DAN JENIS MEDIA PERKECAMBAHAN PADA BENIH JARAK PAGAR

STUDI PERIODE PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH SERTA PENGARUH PERLAKUAN BENIH DAN JENIS MEDIA PERKECAMBAHAN PADA BENIH JARAK PAGAR Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor STUDI PERIODE PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH SERTA PENGARUH PERLAKUAN BENIH DAN JENIS MEDIA PERKECAMBAHAN PADA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENENTUAN PERIODE AFTER-RIPENING

PENENTUAN PERIODE AFTER-RIPENING Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PENENTUAN PERIODE AFTER-RIPENING BENIH JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.) PADA BERBAGAI PROVENAN DAN IMPROVED

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai

Lebih terperinci

Unnes Journal of Life Science

Unnes Journal of Life Science Unnes J Life Sci 2 (2) (2013) Unnes Journal of Life Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unnesjlifesci PENGARUH SKARIFIKASI DAN SUHU TERHADAP PEMECAHAN DORMANSI BIJI AREN (Arenga pinnata (Wurmb)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Bul. Agrohorti 6 (2) : (2018)

Bul. Agrohorti 6 (2) : (2018) Uji Tetrazolium pada Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) sebagai Tolok Ukur Viabilitas Tetrazolium Test on Winged Bean Seed (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) As Standard Measuring

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (71 78)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (71 78) PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata) SETELAH DISKARIFIKASI DENGAN GIBERELIN PADA BERBAGAI KONSENTRASI (GERMINATION OF SUGAR PALM (Arenga pinnata) SEED AFTER SCARIFICATION WITH GIBERELLIN ON VARIOUS

Lebih terperinci

PENGUJIAN BENIH DORMAN

PENGUJIAN BENIH DORMAN PENGUJIAN BENIH DORMAN 1. Definisi Suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya 2. Keuntungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata.

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN Siti Saniah dan Muharyono Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di

PENDAHULUAN. Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di PENDAHULUAN Latar Belakang Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di daerah-daerahperbukitan yang lembab. Hampirsemuabagiantanamanarendapatdimanfaatkandanmemilikinilaiekonomi.Ak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman tropis penghasil buah yang termasuk dalam famili Caesalpiniaceae. Asam jawa juga dikategorikan pohon multiguna karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Produksi

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. )

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. ) Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. ) Sufyan Atsauri Tanjung, Ratna Rosanty Lahay*, Mariati Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief: Pengaruh Lama Penyimpanan PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 37 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 sampai Januari 2009, di Laboratorium Pendidikan Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium RGCI Departemen Agronomi dan Hortikultura

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya Kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ASAM SULFAT TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI AREN ( Arenga pinnata Merr. ) SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ASAM SULFAT TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI AREN ( Arenga pinnata Merr. ) SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ASAM SULFAT TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI AREN ( Arenga pinnata Merr. ) SKRIPSI OLEH : SUFYAN ATSAURI TANJUNG / 090301117 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persentase Perkecambahan 4.1.1. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Persentase Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.). Berdasarkan hasil uji normalitas

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PELEPASAN ARIL DAN KONSENTRASI KNO 3 TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH CARA PELEPASAN ARIL DAN KONSENTRASI KNO 3 TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH CARA PELEPASAN ARIL DAN KONSENTRASI KNO 3 TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) THE EFFECT OF ARYL REMOVAL METHODS AND KNO 3 CONCENTRATION TO BREAK PAPAYA (Carica papaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016 (p-issn ; e-issn )

Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016 (p-issn ; e-issn ) PELEPASAN KULIT ARI DAN SUHU PERENDAMAN TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEPAYA RELEASE OF SARCOTESTA AND SOAKING TEMPERATURE DORMANCY BREAKING PAPAYA SEED Siti Aisah 1, Elfien Herrianto 2 Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR RESPONSE OF SAGA (Adenanthera pavonina L.) SEEDS GERMINATION CAPACITY EFFECT OF WATER SUBMERGED TIME Annisa

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter persentase perkecambahan Berdasarkan hasil anasisis sidik ragam pada Lampiran 1, perlakuan konsentrasi dan lama perendaman tidak berbeda nyata terhadap persentase

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (25 32)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (25 32) PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR TERHADAP DAYA BERKECAMBAH TREMBESI (Samanea saman) (EFFECT OF WATER SUBMERGED TIME TO RAIN TREE (Samanea saman) GERMINATION) Yuli Ardani Lubis, Melya Riniarti,

Lebih terperinci