Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi"

Transkripsi

1 PENGARUH PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI (Coffea liberica var. liberica cv. Liberika Tungkal Jambi) Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi 1) Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Kopi Liberika Tungkal Jambi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Provinsi Jambi. Benih kopi membutuhkan waktu 6 8 minggu untuk berkecambah dalam kondisi lingkungan normal. Lamanya waktu perkecambahan ini dapat diatasi dengan metode pemecahan dormansi benih. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi dari bulan Januari sampai bulan Maret 2017, dengan tujuan mendapatkan perlakuan terbaik pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan perlakuan pemecahan dormansi benih, terdiri dari 5 taraf yaitu : kontrol, pengupasan kulit benih, perendaman benih dalam air panas, perendaman benih dalam H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Peubah yang diamati adalah kadar air benih, hitungan pertama, kecepatan tumbuh benih, daya berkecambah, keserempakan berkecambah, persentase benih tidak tumbuh, dan bobot kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan dormansi benih mampu mempercepat dan meningkatkan perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. Perlakuan pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik dalam pemecahan dormansi kopi Liberika Tungkal Jambi. Kata kunci: Pemecahan Dormansi, Perkecambahan, Kopi Liberika Tungkal Jambi PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya terhadap nilai ekspor yang terus meningkat. Provinsi Jambi menduduki posisi ke 13 dengan luas areal dan produksi perkebunan kopi terbesar di Indonesia. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan Kabupaten yang menjadi sentra budidaya kopi Liberika Tungkal 1

2 Jambi (Libtujam) di Provinsi Jambi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat (2015), pada tahun 2011 terjadi penurunan produktivitas tanaman kopi Libtujam. Tahun 2013, terjadi penurunan baik dari segi luas areal maupun produktivitas. Namun, pada tahun 2014, luas areal perkebunan kopi libtujam kembali meningkat, tetapi tidak disertai dengan peningkatan produktivitasnya. Hal ini diduga karena telah dilakukannya replanting guna meningkatkan produksi dan produktivitas kopi di Provinsi Jambi. Replanting dilakukan karena kondisi tanaman kopi Libtujam yang ada saat ini sudah tua, umurnya mencapai tahun sedangkan umur ekonomis harapannya 30 tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan guna memperbaiki kualitas perkebunan kopi masyarakat. Salah satu kegiatan dalam upaya peremajaan tanaman kopi adalah penyediaan bibit kopi berkualitas. Untuk memperoleh bibit kopi yang berkualitas baik, maka dalam perbanyakan secara generatif membutuhkan benih yang bermutu baik. Benih kopi merupakan salah satu tanaman yang memiliki masa dormansi yang cukup lama. Menurut Najiyati dan Danarti (2009), untuk mencapai stadium serdadu (hipokotil tegak lurus) butuh waktu 4-6 minggu, sementara untuk mencapai stadium kepelan (membukanya kotiledon) membutuhkan waktu 8-12 minggu. Lamanya masa dormansi tersebut diakibatkan oleh hambatan fisik dan kulit benihnya yang keras. Keadaan ini mengakibatkan sulitnya air dan oksigen dalam menembus kulit benih serta menghalangi pertumbuhan embrio. Pemecahan dormansi kulit benih dapat dilakukan dengan berbagai metode skarifikasi yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi. merupakan cara pemecahan dormansi yang paling sederhana. Hasil penelitian Muniarti dan Zuhry (2002) menjelaskan bahwa kulit benih kopi robusta yang dikupas dengan persentase pengupasan 100% (dikupas seluruhnya) dapat mempercepat perkecambahan dari hari ke 40 dan 60 setelah semai (tanpa pengupasan kulit) menjadi hari ke 27 dan 60 setelah semai. Salah satu metode skarifikasi secara fisik yaitu perendaman benih dalam air suhu tinggi pada waktu tertentu. Desmawan et al. (2011) melaporkan bahwa perendaman benih kopi dengan suhu awal 90 C dan waktu perendaman 30 menit dilakukan selama 7 hari berurut-turut dapat meningkatkan indeks vigor dan daya 2

3 tumbuh benih kopi sebesar 77,71%. Selain perendaman benih dalam air panas, metode skarifikasi fisik juga dapat dilakukan dengan cara penyimpanan benih pada suhu rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2009) dalam Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (2013), menyatakan bahwa penyimpanan benih pada suhu 10 C selama 12 jam mampu mempercepat laju perkecambahan benih kopi arabika. Secara kimia dilakukan dengan cara perendaman menggunakan larutan asam kuat seperti H 2 SO 4. Penelitian yang terkait dengan penggunaan H 2 SO 4 pernah dilakukan oleh Hedty et al. (2014), perlakuan terbaik untuk uji viabilitas benih kopi arabika adalah perendaman benih pada larutan H 2 SO 4 dengan konsentrasi 20% dan air kelapa dengan konsentrasi 100% yang menunjukkan persentase perkecambahan sebesar 86,66% dan persentase pertumbuhan kecambah sebesar 30,46%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemecahan dormansi pada perkecambahan benih kopi Liberika Tungkal Jambi dan mendapatkan perlakuan terbaik pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret Penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemecahan dormansi yang terdiri dari 5 taraf : p 0 = p 1 = p 2 = p 3 = p 4 = Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan dibutuhkan benih sebanyak 625 butir 3

4 ditambah dengan 225 butir benih untuk pengukuran kadar air. Sehingga jumlah seluruh benih yang dibutuhkan adalah 850 butir benih. Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi kadar air benih, hitungan pertama, kecepatan tumbuh benih, daya berkecambah, keserempakan berkecambah, persentase benih tidak tumbuh, dan bobot kering. Data hasil penelitian terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dan homogenitsnya dengan menggunakan uji Levene. Selanjutnya data yang teruji normal dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Anova) kemudian untuk melihat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf α = 5 %. Analisis dilakukan dengan bantuan software yang meliputi SPSS 16.0 untuk uji normalitas, Minitab 1.6 untuk uji homogenitas serta software DSAASTAT 1.2 untuk Anova dan DMRT. Hasil 1. Kadar Air Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata kadar air benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata kadar air benih pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Kadar Air (%) 32,78 b 43,15 a 31,14 b 34,72 b 35,82 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 1, persentase kadar air benih tertinggi terdapat pada perlakuan pengupasan kulit benih dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, pada perlakuan kontrol, perendaman benih dalam air panas, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 dan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 tidak berpengaruh nyata diantaranya. 4

5 2. Hitungan Pertama Rata-rata uji hitung pertama benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata uji hitung pertama pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Hitungan Pertama (Hari) 45,2 bc 31,4 d 53,6 a 43,2 c 46,4 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki waktu perkecambahan tercepat dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, perlakuan yang memiliki waktu paling lama untuk berkecambah yaitu perendaman benih dalam air panas namun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan kontrol juga tidak berbeda nyata dengan penyimpanan benih pada suhu rendah. 3. Kecepatan Tumbuh Benih Rata-rata uji kecepatan tumbuh benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata uji kecepatan tumbuh benih pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Kecepatan Tumbuh Benih ( kec / hari ) 0,4808 b 1,1838 a 0,0744 c 0,4898 b 0,4254 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki kemampuan tumbuh tercepat dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, perlakuan yang memiliki kemampuan tumbuh paling lama untuk berkecambah yaitu perendaman benih 5

6 dalam air panas yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun, terdapat pengaruh tidak nyata diantara perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. 4. Daya Berkecambah Rata-rata daya berkecambah benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata daya berkecambah pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Daya Berkecambah (%) 88,80 a 96,00 a 15,20 b 91,20 a 77,60 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa persentase daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih, namun terdapat pengaruh tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah juga tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan perendaman benih dalam air panas. 5. Keserempakan Berkecambah Rata-rata keserempakan berkecambah benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata keserempakan berkecambah pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Keserempakan Berkecambah (%) 82,40 bc 96,00 a 13,60 d 88,80 ab 74,40 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. 6

7 Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki persentase keserempakan berkecambah tertinggi dan tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Sementara itu, perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 tidak berbeda nyata dengan kontrol, namun kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah. Persentase keserempakan berkecambah terendah diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dan berbeda nyata bila dibandingkan perlakuan lainnya. 6. Persentase Benih Tidak Tumbuh Rata-rata persentase benih tidak tumbuh benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Persentase benih tidak tumbuh pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Persentase benih tidak tumbuh (%) 11,20 bc 4,00 d 85,60 a 10,40 cd 22,40 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa pada perlakuan perendaman benih dalam air panas memiliki Persentase benih tidak tumbuh paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, persentase benih tidak tumbuh terendah diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Namun, perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 tidak berbeda nyata dengan kontrol, begitu juga dengan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah 7. Bobot Kering Rata-rata bobot kering benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 7. 7

8 Tabel 7. Rata-rata bobot kering pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Bobot Kering (g) 1,05912 a 1,05784 a 0,16324 b 1,20220 a 1,11066 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%. Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa rata-rata bobot kering terendah diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sementara itu pada perlakuan kontrol, pengupasan kulit benih, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah, tidak berpengaruh nyata diantara perlakuan tersebut. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perlakuan pemecahan dormansi benih berpengaruh terhadap perkecambahan kopi Libtujam. Pengupasan kulit benih memiliki hasil terbaik dibandingkan perlakuan lainnya, seperti terlihat pada peubah kadar air benih (Tabel 1), hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), dan persentase benih tidak tumbuh (Tabel 6). Pada peubah kadar air benih, perlakuan pengupasan kulit benih memiliki persentase kadar air tertinggi, hal ini disebabkan karena struktur kulit tanduk lebih kering dibandingkan embrio. Meskipun begitu, perlakuan pengupasan kulit benih tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah, kondisi ruang simpan memiliki kelembaban yang tinggi dimana lingkungan sekitarnya dipenuhi oleh uap air sehingga dapat meningkatkan kadar air pada benih. Menurut Rozen et al (2016), benih bersifat higroskopis, sehingga kandungan uap air yang tinggi dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan benih menyerap air dari sekitarnya dan meningkatkan kadar air benih. Sementara 8

9 itu, perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena proses penyerapan air terhalang oleh kulit benih yang keras. Meskipun benih telah diberikan perlakuan, namun air yang terserap oleh kulit benih langsung di transfer ke permukaan embrio sehingga jumlah air yang berada pada kulit benih berkurang. Pada peubah daya berkecambah, persentase daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih, namun terdapat pengaruh tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa keempat perlakuan tersebut dapat meningkatkan daya perkecambahan, namun setiap perlakuan memiliki persentase perkecambahan yang berbeda-beda. Kondisi ini disebabkan karena mekanisme kerja setiap perlakuan tidak sama. Seperti halnya perlakuan pengupasan kulit benih yang memiliki persentase daya berkecambah tertinggi disebabkan karena kulit benih yang dihilangkan sehingga tidak adanya penghalang proses imbibisi, berikutnya kontrol disebabkan karena benih ditumbuhkan pada kondisi yang normal, dan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah yang disebabkan karena kelembaban yang tinggi pada ruang simpan sehingga dapat menyebabkan benih menyerap air lebih banyak dari sekitarnya. Pengaruh tidak nyata juga terlihat pada peubah keserempakan berkecambah dan bobot kering apabila pengupasan kulit benih dibandingkan dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Hal ini disebabkan karena larutan asam sulfat mampu melunakan kulit benih sehingga memudahkan proses imbibisi. merupakan perlakuan terbaik, hal ini disebabkan karena dengan dikupasnya kulit benih, benih akan kontak langsung dengan air selain itu penyerapan oksigen terjadi secara langsung tanpa adanya penghalang kulit benih. Air memegang peranan penting dalam perkecambahan karena air yang diserap benih akan mengembangkan embrio dan endosperma selain itu suplai O 2 akan meningkat sehingga sel-sel benih lebih aktif dalam proses pencernaan, asimilasi, dan respirasi (Kamil, 1992). Meningkatnya proses imbibisi dan suplai oksigen dapat mengaktifkan proses metabolisme dalam benih yang pada akhirnya dapat mempercepat munculnya kecambah, seperti terlihat pada peubah hitungan 9

10 pertama dan kecepatan tumbuh benih (Tabel 2 dan 3). Pada peubah hitungan pertama menunjukkan perkecambahan yang seharusnya terjadi pada hari ke 44 setelah semai (6 minggu) menjadi hari ke 31,4 setelah semai (4 minggu). Begitu juga halnya dengan peubah kecepatan berkecambah, perlakuan pengupasan kulit benih memiliki kecepatan perkecambahan sebesar 1,1838 per hari. Perlakuan terbaik berikutnya setelah pengupasan kulit benih adalah perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4. Pada peubah hitungan pertama, perlakuan ini menghasilkan hari perkecambahan tercepat setelah pengupasan kulit benih yaitu pada hari ke 43,2 setelah semai (Tabel 2). Begitu juga dengan kecepatan berkecambah, perlakuan perendaman benih dalam larutan H 2 SO 4 memiliki kecepatan perkecambahan sebesar 0,4898 per hari (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena larutan H 2 SO 4 mampu melunakkan kulit biji sehingga biji lebih mudah untuk menyerap air yang diperlukan dalam proses imbibisi. Sadjad (1993) menjelaskan bahwa H 2 SO 4 dapat membebaskan koloid yang bersifat hidrofil pada kulit benih sehingga tekanan imbibisi meningkat dan akan meningkatkan penyerapan benih terhadap air. Hal ini mampu meningkatkan daya perkecambahan (Tabel 4) dan keserempakan berkecambah (Tabel 5). Perlakuan terbaik berikutnya adalah kontrol. Perlakuan kontrol merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah dan perendaman benih dalam air panas. Hal tersebut dapat diamati dari peubah hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), persentase benih tidak tumbuh benih (Tabel 6), dan bobot kering kecambah (Tabel 7). Hal ini diduga karena perlakuan kontrol benih dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Sementara itu, tidak sama halnya dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah dan perendaman benih dalam air panas. Perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah menunjukkan pengaruh yang tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan kontrol. Namun pada peubah kadar air benih, perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah memiliki persentase kadar air tertinggi (Tabel 1). Hal ini diduga karena kondisi ruang 10

11 simpan memiliki kelembaban yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar air pada benih. Menurut Rozen et al (2016), benih bersifat higroskopis, sehingga kandungan uap air yang tinggi dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan benih menyerap air dari sekitarnya dan meningkatkan kadar air benih. Meskipun begitu, uap air yang diserap oleh benih masih terbatas, hal ini disebabkan karena masih adanya inhibitor berupa kulit benih yang keras sehingga proses imbibisi terhalang. Perlakuan perendaman benih dalam air panas memiliki hasil yang paling rendah terhadap peubah hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), dan bobot kering (Tabel 7). Rendahnya peubah-peubah tersebut, disebabkan persentase benih mati yang tinggi, yaitu 85,60% (Tabel 6). Perendaman benih dengan suhu tinggi diduga terjadi karena adanya kerusakan embrio akibat suhu air perendaman yang terlalu tinggi. Temperatur tertentu dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi lapisan kulit benih sehingga membuat benih permeabel terhadap air, namun pada suhu air yang terlalu tinggi diasumsikan air panas bukan hanya merusak kulit benih tapi juga merusak embrio sehingga menyebabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik (Farhana et al, 2013). KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya penelitian ini, adalah : 1. Perlakuan pemecahan dormansi benih mampu mempercepat dan meningkatkan perkecambahan Kopi Liberika Tungkal Jambi. 2. Perlakuan pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik dalam pemecahan dormansi Kopi Liberika Tungkal Jambi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat. Jambi Cahyanti, Eka Pengaruh Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi Arabika Klon USDA (Coffea Arabica L.). [tesis]. Malang : Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya 11

12 Farhana, D., Ilyas, S., Budiman, F Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaq.) dengan Perendaman Dalam Air Panas dan Variasi Konsentrasi Ethepon. J. Bul. Agrohorti 1 (1) : Desmawan, P., Rohmanti, R., dan Nasrullah Pengaruh Suhu dan Lama Perendaman Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica (LENN)). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hedty, Mukarlina, dan Turnip, M Pemberian H 2 SO 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.). J. Probiont 3 (1) : 7-11 Kamil, J Teknologi benih. Angkasa Raya. Bandung Muniarti, dan Zuhry, E Peranan Gibberellin Terhadap Perkecambahan Benih Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre) Tanpa Kulit. J. Sagu 1 (1) : 1-5 Najiyati S, dan Danarti Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta Rozen, N., Thaib, R., Darvis, I., Firdaus Pematahan Dormansi Benih Enau (Arenga pinnata) dengan Berbagai Perlakuan serta Evaluasi Pertumbuhan Bibit di Lapangan. J. Biodiv Indon 2 (1) : Sajad, S., Hari, S., Sri, S.H., Jusup, S., Sugihharsono dan Sudarsono Dasar- Dasar Teknologi Benih. Biro Penataran. Institut Pertanian Bogor. Bogor 12

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh dunia, komoditas ini merupakan komoditas yang tetap bertahan di pasaran global dikarenakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Dormansi

Lebih terperinci

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.)

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) Pemberian H 2 so 4 dan pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) Hedty 1, Mukarlina 1, Masnur Turnip 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H.

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI D1A013058 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN (Arenga pinnata) Kamaludin Fakultas pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persentase Perkecambahan 4.1.1. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Persentase Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.). Berdasarkan hasil uji normalitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) di perkebunan besar merupakan teknis baku. Penanaman LCC di perkebunan diantaranya bermanfaat untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter persentase perkecambahan Berdasarkan hasil anasisis sidik ragam pada Lampiran 1, perlakuan konsentrasi dan lama perendaman tidak berbeda nyata terhadap persentase

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman tropis penghasil buah yang termasuk dalam famili Caesalpiniaceae. Asam jawa juga dikategorikan pohon multiguna karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LARUTAN KIMIA DALAM PEMATAHAN DORMANSI BENIH KOPI LIBERIKA

PENGGUNAAN LARUTAN KIMIA DALAM PEMATAHAN DORMANSI BENIH KOPI LIBERIKA PENGGUNAAN LARUTAN KIMIA DALAM PEMATAHAN DORMANSI BENIH KOPI LIBERIKA Yulistiati Nengsih Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jl. Slamet Riyadi-Broni-Jambi, 36122 Telp.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di

PENDAHULUAN. Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di PENDAHULUAN Latar Belakang Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di daerah-daerahperbukitan yang lembab. Hampirsemuabagiantanamanarendapatdimanfaatkandanmemilikinilaiekonomi.Ak

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)

PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) Jejen Iskandar 1) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi jenswust@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Delima (Punica granatum L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Asia Tengah seperti Iran, Afganistan dan daerah Pegunungan Himalaya. Dari daerah tersebut kemudian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman delima diklasifikasikan sebagai berikut kingdom: Plantae, divisio : Spermatophyta, subdivisio : Angiospermae, kelas : Dicotyledonae, ordo : Myrtales, famili : Punicaceae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L. S i t i M a l i a h, 2 0 1 4 1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Siti Mali ah (10620107) Program Studi

Lebih terperinci

PERENDAMAN BENIH PADA BERBAGAI SUHU LARUTAN URIN SAPI TERHADAP DAYA KECAMBAH KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

PERENDAMAN BENIH PADA BERBAGAI SUHU LARUTAN URIN SAPI TERHADAP DAYA KECAMBAH KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) PERENDAMAN BENIH PADA BERBAGAI SUHU LARUTAN URIN SAPI TERHADAP DAYA KECAMBAH KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) Tri Ida Wahyu Kustyorini, Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Frengky Kogoya Universitas Kanjuruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan petumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) dengan 20 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) dengan 20 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian Penelitian tentangpengaruhkonsentrasidan lama perendamandalamasam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap perkecambahan benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina - L.)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu, Lama Perendaman dan Interaksi (suhu dan lama perendaman) terhadap Daya Kecambah (Persentase Jumlah Kecambah) Biji Ki Hujan (Samanea saman) Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : Pendahuluan Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger ). dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan adalah air. Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup yang harus ada. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6 Terhadap Viabilitas Benih Tembakau (Nicotiana tabacum) Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sampai sekarang ini semakin meningkat, baik dari segi pengembangan maupun permintaan pasar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 )

Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 ) Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 ) (The Growth Responses of the Robusta Coffee Seed toward of Soaking Time and Concentration of Giberelin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH SOAKING OF Adenanthera pavonina Linn. IN VARIOUS OF COCONUT WATER CONCENTRATION

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5x4. Faktor pertama adalah konsentrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol (PEG) 6000 Terhadap Viabilitas Benih Juwawut (Setaria italica (L.) P. Beauvois) i. Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol (PEG)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah H

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang di tumbuhkan oleh Allah SWT. untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup Nya terutama manusia. Dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah diisyaratkan dalam Al-Qur an jauh

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 117 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Tita Kartika

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) dengan Asam Sulfat (H2SO4) dan Giberelin (GA3)

Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) dengan Asam Sulfat (H2SO4) dan Giberelin (GA3) () Vol. 5 (1) : 8-13. Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) dengan Asam Sulfat (H2SO4) dan Giberelin (GA3) Devi Lestari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

(Glycine max (L. ) Merr. )

(Glycine max (L. ) Merr. ) PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN PERLAKUAN "PRIMING" TERHADAP VIABILITAS, PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI (Glycine max (L. ) Merr. ) Oleh Siti Munifah A 29.1252 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN E'AKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak tersebar di kepulauan Samoa,

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI NAMA : AMUL HEKSA BAJAFITRI NIM : 125040201111131 KELOMPOK : JUMAT 11.00 ASISTEN : INTAN RATRI PRASUNDARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanam di Amerika yang beriklim tropis, misalnya Mexico, Amerika

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanam di Amerika yang beriklim tropis, misalnya Mexico, Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samanea saman atau Ki Hujan adalah pohon yang tersebar luas dan banyak ditanam di Amerika yang beriklim tropis, misalnya Mexico, Amerika Tengah, Venezuela dan Colombia

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Hormon tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan pemberian serbuk rumput teki sebagai biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum (lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3% BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan diperoleh data persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, benih mati yang disajikan dalam bentuk Tabel 1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi asam sulfat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) A. PENDAHULUAN Oleh : EKO PURDYANINGSIH(PBT Ahli Madya) Balai Besar Perbenihan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPKS Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, dimulai tanggal 1 Maret hingga 24 Juli 2010.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan habitat terbesar di kepulauan Banda, Siau, Sangihe, Ternate, Ambon, Tidore, dan Papua. Pala

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Perkecambahan Biji Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Perkecambahan Biji Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Perkecambahan Biji Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) pada lampiran 2 menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG 6000 (K) terdiri dari

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) merupakan tanaman penghasil serat yang berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (71 78)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (71 78) PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata) SETELAH DISKARIFIKASI DENGAN GIBERELIN PADA BERBAGAI KONSENTRASI (GERMINATION OF SUGAR PALM (Arenga pinnata) SEED AFTER SCARIFICATION WITH GIBERELLIN ON VARIOUS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 56 61, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH Oleh : Enny Adelina 1) ABSTRAK Dalam penyediaan

Lebih terperinci

Pengaruh Perendaman Beberapa Konsentrasi Potassium Nitrat (KNO3) dan Air Kelapa Terhadap Viabilitas Biji Delima (Punica granatum L.

Pengaruh Perendaman Beberapa Konsentrasi Potassium Nitrat (KNO3) dan Air Kelapa Terhadap Viabilitas Biji Delima (Punica granatum L. Pengaruh Perendaman Beberapa Konsentrasi Potassium Nitrat (KNO3) dan Air Kelapa Terhadap Viabilitas Biji Delima (Punica granatum L.) Effect of Potassium nitrate (KNO3) and Coconut Water Concentrationon

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. )

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. ) Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. ) Sufyan Atsauri Tanjung, Ratna Rosanty Lahay*, Mariati Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Produksi

Lebih terperinci

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

UJI DAYA KECAMBAH BENIH JAWAWUT (Setaria italica) DENGAN BERBAGAI LAMA WAKTU PERENDAMAN BENIH DALAM LARUTAN URINE SAPI

UJI DAYA KECAMBAH BENIH JAWAWUT (Setaria italica) DENGAN BERBAGAI LAMA WAKTU PERENDAMAN BENIH DALAM LARUTAN URINE SAPI UJI DAYA KECAMBAH BENIH JAWAWUT (Setaria italica) DENGAN BERBAGAI LAMA WAKTU PERENDAMAN BENIH DALAM LARUTAN URINE SAPI Fajar Nur Safii, Tri Ida Wahyu Kustyorini, Dyah Lestari Yulianti Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci