KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN DESY NOFRIATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN DESY NOFRIATI"

Transkripsi

1 KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN DESY NOFRIATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

2 ABSTRAK DESY NOFRIATI. F Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida) Selama Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa Pajangan. Dibimbing oleh ROKHANI HASBULLAH dan SUROSO. Bunga mawar potong banyak diminati karena memiliki kharisma tersendiri dan penampilan fisik yang menarik. Penampilan bunga mawar potong yang indah, anggun dan harum menyebabkan bunga potong ini dikenal dengan sebutan ratu segala bunga. Bunga mawar sangat mudah rusak, kerusakan terjadi baik pada saat pemetikan, pengangkutan maupun penyimpanan. Untuk mempertahankan kesegaran dan mendapatkan mutu bunga potong mawar yang baik diperlukan penanganan pascapanen seperti perendaman bunga dalam larutan pengawet (pulsing) serta penyimpanan dengan kemasan pada suhu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi larutan pengawet dan model kemasan yang optimum selama penyimpanan dan menentukan perubahan mutu bunga selama masa pajangan. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama penentuan laju respirasi dan komposisi larutan pengawet (pulsing), tahap kedua penentuan model kemasan yang terbaik dalam memperpanjang kesegaran bunga mawar potong dan menentukan perubahan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan yang terdiri dari bent neck, kelayuan, penyusutan panjang dan diameter tangkai, kadar air bunga, dan warna. Larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat menghasilkan peningkatan laju konsumsi O 2 terkecil selama penyimpanan sehingga dapat menjaga kesegaran bunga dan menekan kelayuan sebesar 2.5% pada hari ke-3 masa pajangan. Kemasan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen merupakan model kemasan yang memberikan hasil terbaik selama penyimpanan, yakni dapat menjaga kesegaran bunga hingga hari, pada hari ke-5 masa pajangan persentase bent neck %, kelayuan 25.0%, penyusutan panjang tangkai 0.40 cm dan penyusutan diameter tangkai 0.33 mm, perubahan diameter mahkota bunga mencapai 6.3 cm dan warna masih dapat dipertahankan pada kisaran merah cerah pada hari ke-3 masa pajangan atau hari ke-8 setelah pemanenan. Berdasarkan uji organoleptik terhadap penampakan bunga secara visual, bunga yang disimpan dengan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen masih dapat diterima keindahannya hingga hari ke-5 masa pajangan atau hari ke-10 setelah pemanenan. Masa pajang bunga mawar dapat diperpanjang selama 1-3 hari dibandingkan bunga mawar yang tanpa perlakuan setelah pemanenan.

3 KAJIAN SISTEM PENGEMASAN BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) SELAMA PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA PAJANGAN DESY NOFRIATI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Pasca Panen SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

4 PRAKATA Sesungguhnya segala sesuatu telah tercatat di Lauh Mahfuzh-Nya. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih sayang-nya serta kehendak-nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2004 ini adalah bunga mawar potong, dengan judul Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida) Selama Penyimpanan Untuk Memperpanjang Masa Pajangan. Terima kasih kepada Bapak. Dr. Rokhani Hasbullah, MSi dan Dr. Suroso, M.Agr sebagai dosen pembimbing atas ketulusannya dalam memberi ilmu pengetahuan yang dimiliki. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi amal kebaikan di sisi Allah SWT. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, Idham Nursi dan Ibunda Yunidar Cayo atas doa dan keikhlasan serta kesabaran dan juga semangat yang telah dicurahkan. Terima kasih kepada adinda tersayang (Adik dan Meidia) atas doa dan kesetiaan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi cinta kasih kita. Ucapan terima kasih turut penulis sampaikan kepada Bapak Sulyaden di Lab TPPHP dan rekan-rekan TPP 2003 (Pak Erdi, Mbak Dian, Pak Hidayat, Meilan, Mbak Endang, Atik, Kak Icut, Mbak Ana, Ira, Muhdar, fahrul, Pak Theis, dan Pak Khaidir). TPP 2002 (Sholihati, Pak Suparno, Pak Endrico, Uni Wilda, TPP 2004 (Asri, Yani, Mala, Adnan, Pak ismail, Bayu, Mbak Rina, Mbak Ana, tesy).teman-teman di HIMMPAS dan Forum Wacana, nurma dan adek-adek di Tarbiyah club yang turut memberi semangat kepada penulis serta pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermamfaat. Bogor, Juli 2005 Desy Nofriati

5 PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi hortikultura berupa tanaman hias bunga potong memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan mengingat keadaan alam Indonesia yang subur. Mawar merupakan salah satu komoditas florikultura yang penting untuk agribisnis. Sebagai tanaman hias, bunga mawar potong mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bunga mawar potong banyak diminati karena memiliki kharisma tersendiri dan penampilan fisik yang menarik. Penampilan bunga mawar potong yang indah, anggun dan harum menyebabkan bunga potong ini dikenal dengan sebutan ratu segala bunga. Kondisi ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan ke-indahan membuat konsumsi tanaman hias terus meningkat pesat. Perkembangan pembangunan hotel, kawasan perumahan, perkantoran dan industri pariwisata mendorong peningkatan permintaan tanaman hias baik sebagai bunga potong maupun tanaman pot (Siswoputranto,1990). Lebih lanjut Soerojo (1991) me-nambahkan bahwa kebutuhan tanaman hias di dalam negeri cenderung meningkat dan memiliki prospek yang sangat baik. Peningkatan permintaan bunga potong ini dirasakan oleh Indonesia sejak tahun dengan ekspor komoditas bunga potong meningkat dari 476 kg menjadi 4881 kg. Nilai Ekspor komoditas bunga potong Indonesia sampai Februari 2004 mencapai US$ dengan berat bersih kg (BPS, 2004). Di Indonesia permintaan bunga mawar cenderung meningkat terutama di kota-kota besar seperti kota Jakarta menyerap bunga terbesar dengan omzet dan peredaran uang yang mencapai Rp. 25,8 M/tahun. Permintaan bunga mawar tidak kurang dari kuntum/ hari. Data BPS pada tahun 2002 menunjukkan bahwa produksi bunga mawar potong Indonesia mencapai tangkai. Setelah pemanenan, mawar memiliki masa kesegaran selama 4-5 hari. Pendeknya umur kesegaran mawar disebabkan karena mawar memiliki kandungan air tinggi. Hal ini merupakan kendala utama yang dihadapai oleh produk hasil pertanian yang menyebabkan umur simpan produk menjadi pendek. Bunga potong yang

6 dipasarkan harus mempunyai kualitas yang baik diantaranya mempunyai masa kesegaran yang cukup panjang. Sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh penanganan pascapanen, seperti perlakuan pulsing dengan pemberian larutan perendam sebagai pengawet segera setelah bunga dipanen sebelum pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pulsing, adalah untuk memperpanjang umur kesegaran dan meningkatkan kemekaran kuncup bunga (Halevy et al., 1981). Bunga mawar sangat mudah rusak dan layu. Kerusakan terjadi baik pada saat pemetikan, pengangkutan maupun penyimpanan. Untuk mempertahankan kesegaran dan mendapatkan mutu bunga mawar potong yang baik setelah diberi larutan pengawet, maka penanganan selama penyimpanan sebelum masa peragaan harus diperhatikan. Kerusakan dapat terjadi secara mekanis dan karena penguapan yang selalu terjadi selama pengangkutan atau penyimpanan. Untuk mendapatkan bunga mawar dengan masa simpan yang lama serta mengurangi persentase kerusakan harus memperhatikan penanganan sejak pemanenan, pengemasan dan penyimpanan sebelum tiba ke konsumen. Tingkat kehilangan hasil bunga potong sangat tinggi yaitu 2 25 persen di negara maju, dan persen di negara berkembang, apabila penanganannya kurang memadai (Kader, 1992). Pada kondisi tropis, penyimpanan bunga mawar harus pada suhu rendah agar bunga tersebut tidak cepat layu. Mengingat biaya yang cukup tinggi untuk membuat suhu mendekati 0 o C, maka perlu dicari alternatif penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi, tetapi mampu mencapai masa simpan yang cukup lama (Reid dan Lukaszewki, 1988). Penyimpanan suhu rendah dengan teknik atmosfer termodifikasi diharapkan dapat diperoleh kondisi yang optimum sehingga dapat mempertahankan kesegaran bunga potong selama masa peragaan. Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi merupakan penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal, yaitu sesuai dengan pengaturan kosentrasi gas O 2 dan CO 2 yang diinginkan sehubungan dengan proses kegiatan respirasi yang akan berlangsung. Menurut Soesarsono (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti poliethilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O 2

7 dan CO 2 sehingga respirasi dapat dihambat. Penyimpanan dengan sistem atmosfer termodifikasi akan lebih efektif bila dilakukan bersamaan dengan penyimpanan pada suhu rendah. Selama masa pengakutan atau penyimpanan bunga mawar potong sering dikemas dengan film plastik dan dimasukkan ke dalam kotak karton. Oleh karena itu perlu dikaji penggunaan kemasan karton yang dikombinasikan dengan film plastik untuk mempertahankan kesegaran bunga selama penyimpanan sehingga dapat mempertahankan mutu bunga selama masa pajangan. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan perlakuan pasca panen yang paling tepat dalam upaya memperpanjang kesegaran bunga potong mawar selama masa pajangan. Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. menentukan komposisi larutan pengawet yang digunakan sebelum penyimpanan bunga mawar potong 2. menentukan model kemasan untuk penyimpanan bunga mawar potong 3. mengamati perubahan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan 4. menentukan masa pajangan bunga mawar potong

8 TINJAUAN PUSTAKA Bunga Potong Bunga adalah bagian dari tumbuhan berbiji dan berfungsi sebagai alat reproduksi yang mempunyai empat bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), pistil (putik), dan stamen (benang sari). Daun kelopak merupakan bagian bunga yang terletak pada lingkaran terluar dan berwarna hijau, sedangkan daun mahkota merupakan bagian bunga yang biasanya berwarna cerah. Benang sari dan putik merupakan organ reproduksi yang biasanya bergabung dengan daun mahkota dan daun kelopak. Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia dan mempunyai nilai ekonomi. Bunga potong terdiri dari dari bunga potong anggrek dan bunga potong non anggrek. Berdasarkan tempat tumbuhnya, bunga dibagi menjadi dua kelompok yaitu bunga dataran tinggi seperti krisan, gladiol, mawar, gerbera, anyelir, dan bunga dataran rendah seperti anggrek, sedap malam dan melati (Balithi, 1995). Setiap jenis bunga yang memiliki warna dan bentuk yang menarik dapat dipotong, tetapi tidak semua bunga yang dipotong bernilai ekonomis atau dapat diperjualbelikan. Menurut Rismunandar (1995), bunga potong yang memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Warna indah, bersih dan tidak bernoda, serta bau tidak terlalu menyengat 2. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong 3. Tangkai bunga cukup panjang dan kuat 4. Bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan 5. Bunga dihasilkan dari tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim Warna bunga potong yang dikehendaki adalah warna yang indah, ceria, bersih dan tidak bernoda. Warna bunga potong merah dan biru memiliki prospek pengembangan yang sangat baik. Warna-warna ini tetap akan disukai pada masa yang akan datang. Konsumen bunga potong dari Eropa dan Amerika kurang menyukai bunga dengan bau

9 wangi yang menyengat, tetapi cenderung menyukai bau wangi dan lembut. Sebaliknya, konsumen Asia lebih menyukai bunga dengan wangi yang semerbak. Keteguhan bunga potong adalah sifat yang tidak cepat layu selama pengiriman, penyimpanan dan pemajangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteguhan adalah saat yang tepat untuk melakukan pemotongan, kecepatan pengiriman, sistim pengemasan dan suasana keragaan (Rismunandar,1991). Momentum pemotongan atau saat yang tepat untuk melakukan pemotongan bunga ditentukan oleh faktor-faktor berikut : (1) bentuk bunga, (2) waktu pemotongan: pagi, sore atau siang dan (3) kondisi lingkungan saat pemetikan cerah, basah atau hujan (Balithi, 2004). Bunga Mawar Mawar (Rosa hybrida) merupakan bunga yang sangat digemari. Mawar berasal dari Asia Tengah dan tersebar hingga ke belahan selatan bumi. Pemerintah Belanda mendatangkan mawar ke Indonesia dari benua Eropa. Mawar mempunyai 125 spesies, 95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies dari Amerika dan sisanya dari Eropa dan Afrika. Klasifikasi bunga mawar menurut Sukarno dan Nampiah (1995) adalah : Kingdom : Plantae Divisi : Spermathopyta Subdivisi : Anggiospermae Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Rosa Spesies : Rosa hybrida Tanaman mawar umumnya merupakan tanaman perdu, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0.3 sampai 0.5 meter. Berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar rambut yang menyerupai benang. Daun mawar merupakan daun majemuk dengan 3 atau 5 berselang dan bersirip ganjil. Bunga ada yang tunggal dan ada pula yang tersusun indah dalam bentuk payung dengan perhiasan bunga setiap lingkaran 4-5 helai. Warna bunga bervariasi dari putih, merah, merah

10 muda dan ungu muda. Buah mawar adalah buah yang di dalamnya terdapat biji (Kartapraja,1995). Tanaman mawar membutuhkan cahaya matahari penuh untuk pertumbuhan. Apabila kekurangan cahaya, tanaman akan kurang produktif untuk berbunga dan mempunyai batang yang tidak kokoh. Suhu optimum untuk pertumbuhan bunga mawar adalah 15,6-23,9 o C (Edmon and Bailey, 1975), sedangkan menurut Hardjoko (1999), mawar dapat tumbuh dengan baik pada suhu diatas 30 o C asalkan kelembabannya cukup tinggi yaitu antara 60-80%. Menurut Sukarno dan Nampiah (1995), jenis mawar ditinjau dari sifat penampilannya dibagi menjadi lima kelompok yaitu (1) hybrid tea, sering digunakan untuk potong berbunga tunggal, berukuran lebih besar, susunan bunga kompak dan padat dengan tangkai bunga yang panjang, (2) floribunda, tangkainya agak panjang dan bunganya terdapat dalam rangkaian yang besar, (3) polyantha, dalam satu rangkai bunganya kecil-kecil (baby rose), (4) grandiflora, merupakan gabungan sifat-sifat hybrid tea dan floribunda. Jenis ini sering digunakan sebagai bunga potong atau tanaman taman, (5) climbing rose, merupakan mawar rambat dengan beragam bunga tunggal atau rangkap. Menurut Hardjoko (1999), mawar dipanen setelah berumur 4-5 bulan tergantung dari varietas dan tingkat pertumbuhannya. Mawar dapat dipanen bila seluruh kelopak bunga telah membuka semua 1 atau 2 mahkota telah membuka. Ditambahkan oleh Murtiningsih dan Sutater (1995) bahwa kesegaran bunga akan lebih lama jika dipanen pada stadia tumbuh yang tepat. Mawar bila dipanen pada stadia mekar penuh kesegarannya tidak akan bertahan lama dan cepat layu dan sebaliknya bila dipanen terlalu awal dapat menyebabkan kuncup bunga akan gagal mekar. Mawar termasuk golongan bunga yang mudah kehilangan air, maka sebaiknya memanen bunga mawar dilakukan pada pagi hari. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yang mengandung gula. Tidak dianjurkan panen pada saat suhu tinggi (siang hari). Demikian pula bila bunga dalam keadaan basah karena embun, air hujan atau sebab lainnya, sebaiknya panen ditunda hingga tidak basah lagi. Bunga yang basah mudah terserang jamur penyebab penyakit lainnya. (Murtiningsih dan Sutater,1995). Menurut Widyawan dan Prahastuti (1994) pemanenan

11 sebaiknya dilakukan sekitar jam sampai atau jam sampai Pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada penguapannya. Standarisasi bunga mawar sangat penting karena kualitas bunga mawar sangat menentukan harga jual. Persyaratan mutu untuk ekspor umumnya lebih tinggi, sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh pembeli luar negeri. Syarat mutu untuk bunga mawar potong menurut Badan Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut : Tabel 1. Syarat mutu bunga mawar potong (SNI ) Jenis Mutu Satuan Persyaratan AA A B C Panjang tangkai - tipe standar - tipe spray Diameter kuncup Kuncup ½ mekar - tipe standar - tipe spray cm cm cm cm >65 >55 >2.5 > >2.5 > >2.5 >1.5 Jumlah kuntum bunga ½ mekar pertangkai - tipe spray kuntum >6 >6 > < 35 >2.0 >1.2 dapat kurang dari >6 Benda asing/kotoran % <5 Kesegaran bunga - Segar segar segar segar Keseragaman kultivar - Seragam seragam seragam seragam Warna bunga - Seragam seragam seragam seragam Keadaan minimum Tangkai bunga Daun pada 2/3 bagian tangkai - kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang - lengkap dan sehat kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang lengkap dan sehat kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang lengkap dan sehat Kurang kuat/lurus, tidak pecah, tidak bercabang kurang lengkap dan sehat Kerusakan dan cacat % <5 Keberadaan air % <5 Organisme penganggu % <5 Toleransi % <15 Keterangan Tipe spray Tipe standar : AA (kualitas ekspor) : dalam satu tangkai terdapat enam kuntum bunga kecil : dalam satu tangkai hanya terdapat satu bunga besar

12 Pemanenan dan Fisiologi Pasca Panen Pemanenan bunga berarti pemisahan bunga dari induknya, dan hal ini berarti bunga tidak lagi mendapatkan air dan makanan dari induknya, sedangkan bunga tersebut masih melakukan aktivitas transpirasi dan respirasi yang memerlukan air dan makanan. Durkin (1979) menyatakan bunga mawar yang masih menempel pada induknya dan mendapatkan air dan makanan dari induknya akan mengakhiri periode kesegarannya dengan pengguguran mahkota. Sedangkan pada mawar yang telah dipotong periode kesegaran akan diakhiri dengan kelayuan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kehilangan air pada waktu panen dan terhambatnya penyerapan air oleh udara yang memasuki tangkai pada waktu panen pada bagian yang dipotong. Bunga yang dipanen pada kondisi yang tepat sudah mempunyai cadangan makanan berupa karbohidrat hasil sintesa yang disimpan pada tangkai atau organ lainnya (Hardenburg,1990). Faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga setelah pemanenan adalah sebagai berikut : 1. Waktu yang tepat. Waktu pemetikan yang tepat adalah pagi hari sebelum matahari bersinar atau sore hari setelah matahari terbenam (Balithi, 2004). Bunga yang dipanen pada saat matahari penuh akan cepat layu karena tingginya respirasi. 2. Stadia pemetikan yang tepat. Pemetikan bunga sebaiknya dilakukan pada umur atau tingkat kematangan yang tepat (Hardenburg,1990) dan sudah berwarna. Bunga yang masih kuncup lebih mudah ditangani dan kurang rentan terhadap kerusakan dan kondisi lingkungan yang merusak seperti etilen dan suhu tinggi (Halevy dan Mayak,1979). Namun bila dipanen terlalu muda akan menyebabkan bunga tidak mampu mekar sempurna (Yayasan Bunga Nusantara, 1987) dan menyebabkan pembengkokkan tangkai (bent neck) (Torre et al., 2000; Direktoray Bina Produksi Hortikultura,1991; Salinger,1985; Hasek,1980). Mayak dan Halevy (1979) menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada jaringan leher (neck) yaitu : 1) tingkat transpirasi yang berhubungan dengan adanya daun pada pucuk bunga dan kemampuan stomata untuk menutup sebagai reaksi terhadap kekurangan air, 2)

13 tingkat penyerapan dan transportasi air, dan 3) kemampuan organ lain pada pucuk bunga untuk melengkapi persediaan air yang persediaannya terbatas. 3. Cara pemetikan yang benar. Pemetikan dilakukan dengan cara memotong tangkai bunga 2/3 bagian dari panjang seluruhnya, tepat diatas mata tunas. Pemotongan sebaiknya menggunakan gunting atau pisau yang tajam atau pemangkas yang tajam dan bersih. 4. Perlakuan selanjutnya. Pada umumnya langkah-langkah penanganan bunga potong secara keseluruhan meliputi pemanenan, grading, pengikatan (bunching), penggunaan larutan pengawet, pengepakan, pendinginan, penyimpanan, penanganan selama pemasaran. Sistem pengelolaan yang baik hendaknya dapat memilih langkah yang dapat memaksimalkan periode kesegaran bunga dan menekan biaya yang diperlukan. Penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut; (1) ketidakmampuan pembuluh batang untuk mengabsorbsi air yang disebabkan oleh adanya hambatan dari bakteri, jamur atau mikroorganisme lainnya, (2) kehilangan air yang terlalu banyak akibat suhu lingkungan yang tinggi, (3) kadar karbohidrat yang rendah karena kondisi penyimpanan yang kurang memadai untuk mendukung respirasi, (4) penyakit atau serangga dan (5) gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak atau membusuk. Respirasi pada bunga potong berhubungan dengan penggunaan cadangan karbohidrat. Respirasi yang berlangsung cepat akan mengurangi cadangan karbohidrat sehingga menyebabkan kelayuan. Pada suhu rendah enzim-enzim yang berperan dalam proses respirasi dapat diperlambat aktivitasnya (Prince et al., 1988). Tujuan penanganan pasca panen bunga potong menurut Yayasan Bunga Nusantara (1987) adalah sebagai berikut : 1. Memperkecil respirasi dan transpirasi 2. Mencegah infeksi dan luka 3. Memelihara estetika dan penampakkan 4. Memperoleh harga yang tinggi Untuk menghambat penguapan dapat dilakukan pembungkusan dengan plastik seperti polietilen. Bahan-bahan yang dapat menyerap air yang berlebihan seperti kertas

14 dapat ditambahkan (Widjandi,1981). Dua hal yang menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu faktor genetik dan kondisi eksternal selama penyimpanan seperti suhu, kelembaban udara (RH), cahaya, dan sirkulasi udara. Bunga dengan kualitas rendah seperti bunga terlipat, patah, tergores atau luka fisik lainnya dapat merangsang produksi etilen, kehilangan air dan infeksi jasad renik (Murtiningsih dan Sutater,1995). Menurut Ichimura et al.,(1998) bunga mawar potong akan lebih panjang kesegarannya apabila disimpan pada suhu rendah. Masa pajangan bunga mawar potong bisa dipertahankan sampai 15.5 hari apabila disimpan pada kelembaban udara (RH) ± 70% dan sebelumnya bunga mawar potong direndam dalam larutan pengawet. Larutan Pengawet Pengawetan bunga potong bertujuan untuk memperpanjang umur pajangan bunga. Cara ini dilakukan untuk memperlambat proses metabolisme pada bunga potong yang mengarah pada pelayuan. Teknik pengawetan bunga potong umumnya dilakukan adalah penggunaan larutan pengawet sebagai larutan perendam pada bunga potong segar. Penggunaan zat pengawet guna menanggulangi kerusak dapat diterapkan pada penanganan bunga potong. Menurut Muhajir et al.,(1999), zat pengawet yang digunakan berfungsi sebagai penyedia karbohidrat, penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat pembuluh tangkai dan senyawa pengasaman. Larutan pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu conditioning, pulsing, bud opening, dan holding (Halevy dan Mayak,1979). Conditioning digunakan untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama perjalanan dengan cara merendam dalam air (Roger,1973) Perlakuan bud opening dilakukan jika bunga dipanen pada tahap lebih awal dari masa panennya. Pulsing merupakan perlakuan dalam jangka waktu pendek sebelum pengiriman. Larutan holding merupakan larutan tempat dicelupnya bunga sampai terjual atau digunakan oleh konsumen untuk dirangkai dalam vas (Halevy dan Mayak, 1979). Menurut Kader (1992), pulsing adalah larutan dengan kadar sukrosa tinggi. Larutan ini digunakan pada saat bunga baru dipanen. Holding adalah larutan dengan kadar sukrosa rendah yang digunakan selama masa pajangan.

15 Larutan pengawet merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan, yaitu menambahkan nutrisi, membuat ph air kurang dari tujuh, dan menghambat pertumbuhan jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 2002). Gula berperan bagi kesegaran kuncup bunga, karena gula merupakan karbohidrat yang berguna dalam pertumbuhan dan pemekaran kuncup. Penambahan gula juga dapat menunda kelayuan. Air bergerak secara osmosis ke mahkota bunga sehingga mahkota mempunyai turgor yang tinggi dan kesegaran yang lama, sehubungan dengan banyaknya kandungan air. Sumber gula lain seperti laktosa dan maltosa hanya dapat digunakan apabila kosentrasinya rendah (Halevy dan Mayak, 1979). Sumber gula berupa glyserin dapat digunakan sebagai sumber makanan. Glyserin mempunyai kelarutan terhadap air yang tinggi dan memberikan kelembaban pada bahan. Selain itu, glyserin dapat dimanfaatkan sebagai plastisizer karena dapat mengurangi kekuatan ikatan hydrogen internal pada ikatan intermolekul, sehingga mampu meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas rantai polimer, sehingga mampu meningkatkan mobilitas dan fleksibelitas rantai polimer (Aryani, 2002). Bunga mawar potong yang direndam ke dalam glyserin 10% dan sukrosa 6% selama 24 jam dapat memberikan penyusutan bobot paling kecil yaitu 58.86% dengan penyusutan diameter bunga mawar terkecil 21.47% dan kadar air bunga 4.41% (basis basah) (Aryani, 2002). Menurut Luqman, (1992) larutan sukrosa 6% dapat mempertahankan kesegaran dan keharuman bunga. Larutan gula kurang dari 6% tidak menghasilkan energi yang optimal untuk kelangsungan hidup bunga, sehingga daya tahan dan kesegaran serta aromanya bertahan lebih singkat. Selanjutnya, penggunaan sukrosa lebih dari 6% mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari cairan didalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis yaitu cairan di dalam sel akan keluar. Pada ph bunga secara maksimum menyerap air. Pada kondisi tersebut timbulnya lendir pada permukaan tangkai bunga dapat dihambat, sehingga penyerapan air oleh tangkai bunga tidak terganggu (Halevy dan Mayak, 1979). Penyerapan air tersebut penting untuk menggantikan air yang hilang akibat penguapan pada permukaan bunga. Jika tidak terdapat air, maka bunga akan cepat layu. Untuk mencapai kondisi ini

16 perlu ditambahkan asam sitrat sebagai penurun ph dan mengurangi penyumbatan pada batang. Asam sitrat digunakan untuk menaikkan larutan pulsing pada sel-sel tanaman. Durkin (1979) menyatakan bahwa asam sitrat adalah senyawa penurun ph yang paling umum dipakai pada larutan pulsing dan sangat efektif untuk digunakan pada mawar. Dalam kasus yang lain, asam tartarat dan asam glikolat dapat digunakan untuk menurunkan ph bersamaan dengan gula. Menurut Michael dan Reid (1992) pulsing memerlukan sukrosa 2-20% dengan waktu tertentu (10 menit, suhu 21 o C; 20 jam, suhu 2 o C). Pulsing dengan larutan yang mengandung 20 ppm AgNO 3 + 5% sukrosa ppm asam sitrat dapat mempertahankan kesegaran bunga mawar potong selama masa pajangan ( hari) (Amiarsi et al., 2002). Pada larutan pulsing perlu ditambahkan zat pengawet yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba pada batang. Menurut Winarno (1984), asam benzoate (C 6 H 5 COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada ph Garam benzoate memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan dengan asamnya, karena itu penggunaan Na-benzoat lebih umum digunakan. Wang dan baker (1979) menyatakan bahwa benzoate pada larutan pulsing berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mengurangi produksi etilen. Kualitas air yang digunakan dalam larutan pengawet mempunyai pengaruh penting dalam menjaga kualitas bunga. Idealnya air yang digunakan adalah air yang murni dan bersih (Salinger,1985). Air suling lebih baik digunakan daripada air kran dengan atau tanpa pengawet (Sacalis,1993). Air yang digunakan hendaknya tidak mengandung padatan terlarut lebih dari 200 ppm. Kelayuan Layu adalah terkulai atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunnya tegangan turgor. Mayak (1990), menyatakan bahwa kelayuan berhubungan dengan penurunan potensial air pada jaringan. Potensial air pada mahkota

17 bunga cenderung tetap sampai puncak kemekarannya, dan setelah itu menurun drastis. Ini merupakan salah satu indikasi terjadinya kelainan fisiologis. Kelayuan erat kaitannya dengan penguapan air dari permukaan bunga (transpirasi). Transpirasi yang lebih besar dari penyerapan air mengakibatkan kekurangan air untuk mempertahankan kesegaran. Kelayuan akan ditandai dengan tidak adanya lagi tegangan permukaan mahkota sehingga mahkota tersebut cendrung lemas kearah bawah (Arimbawa,1997). Selain itu, kelayuan dapat terjadi karena bunga sudah mekar sempurna dan terlalu banyak kehilangan air. Tanda-tanda lain bunga layu yaitu mulai menggulungnya mahkota kearah luar, dan dikatakan layu kalau mahkota benarbenar sudah jatuh ke bawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota (Ekowati,1997). Kelayuan erat kaitannya dengan pembengkokkan batang (bent neck) dan kerontokkan mahkota. Bent neck merupakan salah satu kerusakan fisik pada bunga mawar potong sebagai akibat hilangnya air dalam jaringan tangkai bunga yang dapat mengidentikasikan bahwa bunga tersebut telah hilang kesegarannya. Menurut Burdett (1970) dalam Torre et al.,(2000), hilangnya tekanan turgor berpengaruh berkurangnya pembentukan lignin pada tangkai bunga sehingga tangkai kehilangan ketegarannya, kemudian menyebabkan tangkai membengkok dan seiring bertambahnya masa pajangan tangkai bunga akan terkulai. Bent neck akan menghambat aliran air ke mahkota bunga sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh tangkai sehingga tidak ada lagi ketegaran pada mahkota bunga sehingga kerontokkan mahkota tidak dapat dicegah (Ekowati, 1997). Kehilangan air yang melebihi 10% dari berat komoditi mengakibatkan kelayuan yang serius (Sacharow et. al.,1970 dalam Widjandi et al.,1989). Penyimpanan dengan Atmosfer Termodifikasi Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan produk hasil pertanian dengan lingkungan udara yang mempunyai komposisi gas berbeda dengan udara normal melalui penggunaan film plastik pengemas. Kosentrasi gas O 2 dan CO 2 di dalam kemasan berubah sehubungan dengan proses kegiatan pernafasan produk hasil pertanian yang dikemas.

18 Penggunaan teknik atmosfer termodifikasi dalam penyimpanan dan pengangkutan bunga semakin popular digunakan untuk menggantikan penyimpanan suhu dingin. Kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses respirasi dan menurunkan tingkat kerusakan bunga. Meningkatnya kandungan CO 2 dilingkungan bunga akan menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri (Soekartawi,1996). Menurut Widjandi (1981), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O 2 dan CO 2 sehingga respirasi dapat dihambat. Menurut penelitian Corbineau dan Meudou (1988) dalam Neni Suswatini (1995), penyimpanan bunga mawar dengan teknik atmosfer termodifikasi 5 10% CO 2 dan 1 3% O 2 dengan suhu 0 o C dapat mempertahankan kesegarannya selama 3 4 minggu (Tabel 2). Tetapi bunga mawar yang digunakan adalah bunga mawar yang tumbuh didaerah sub tropis sehingga tahan disimpan pada suhu 0 o C. Tabel 2. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer pada suhu rendah (Corbineuau dan Meudon, 1988) Jenis CO 2 (%) O 2 (%) Suhu ( o C) Daya Simpan (minggu) Freesra Carnation Gladiol ,5 3 Lili Mawar Tulip ,5 Kosentrasi gas optimum untuk penyimpanan bunga mawar pada suhu 10 o C adalah 2 persen O 2 dan 10 persen CO 2 selama 7 hari dapat mempertahankan kesegaran bunga selama 6,76 hari (Ekowati,1997). Menurut Rini (2002), bunga mawar potong yang disimpan dalam ruang pendingin (5-6 o C) dengan kosentrasi gas O 2 2% dan CO 2 7.5% dapat mempertahankan kesegaran bunga selama masa pajangan hingga 5.33 hari.

19 Pengaturan komposisi udara selama penyimpanan atau pengangkutan akan memperlambat proses-proses metabolisme, kelayuan dan perkembangan mikroorganisme (Peleg, 1985). Zagory dan Kader (1988), menyatakan bahwa komposisi udara yang optimal dalam penyimpanan dapat menurunkan laju respirasi tanpa menimbulkan kerusakan akibat metabolisme pada produk yang disimpan. Prince dan Tayama (1988), menyatakan bahwa pada daerah yang dingin, pendinginan selain mengurangi respirasi, juga menghambat biosintesa etilen dan mengurangi kehilangan air. Suhu pendinginan tergantung jenis bunga. Perlu dilakukan pra-pendinginan segera seelah panen. Sebab meskipun bunga potong sudah disimpan dalam ruang pendinginan dengan suhu optimum, penurunan suhu bunga berjalan cukup lambat sehingga proses metabolisme masih tetap tinggi. Akibatnya laju produksi etilen masih tinggi, sehingga terjadi akumulasi etilen. Menurut Muctadi (1992), metode yang cocok untuk bunga mawar adalah dengan hydro cooling. Cara yang termudah adalah dengan metode spray atau penyemprotan keseluruh permukaan bunga segera setelah panen. Manfaat yang dapat diperoleh dari peyimpanan dengan teknik modifikasi atmosfer adalah (1) kosentrasi O 2 yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan oksidasi substrat sehingga umur komoditas akan lebih panjang, perombakan khlorofil tertunda dan produksi etilen rendah, (2) kandungan CO 2 dalam sel yang tinggi menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis seperti penurunan reaksi-reaksi sintesis pematangan (misalnya zat warna), penghambatan sintesis khlorofil, (3) adanya interaksi antara O 2, CO 2 dan suhu rendah dapat mengurangi susut bobot (Pantastico, 1986). Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan terjadinya kondisi atmosfer termodifikasi serta dapat melindungi dan mengawetkan produk yang disimpan disamping produk yang disimpan menjadi lebih menarik. Film kemasan memberikan lingkungan yang berbeda pada produk yang disimpan karena laju perembesan O 2 ke dalam kemasan dan CO 2 keluar kemasan sebagai akibat proses respirasi, berbeda-beda tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Film plastik memberikan perlindungan pula terhadap kehilangan air pada produk sehingga sampai waktu yang lama produk akan tetap kelihatan segar.

20 Laju penyerapan gas tergantung dari struktur film permeabel, ketebalan, luas permukaan, suhu, dan perbedaan kandungan gas antara bagian dalam dan luar kemasan. Parameter produk yang mempengaruhi laju penyerapan gas antara lain berat produk yang dikemas, laju kegiatan pernafasan, dan volume bebas dalam kemasan. Laju kegiatan pernafasan yang dikemas merupakan parameter penting untuk menentukan langkah-langkah optimasi selanjutnya, yaitu untuk mendapatkan lingkungan yang cocok dalam mempertahankan kesegaran. Rokhani, et al., 2000 menyebutkan, kosentrasi gas pada kondisi ke-setimbangan (steady state) dapat dicapai apabila film plastik yang digunakan permeabel terhadap gas O 2, CO 2 dan N 2. Koefisien permeabilitas plastik polipropilen dan polietilen dapat meningkat seiring dengan peningkatan suhu penyimpanan. Penyimpanan buah segar dan sayur-sayuran di dalam kemasan plastik mensyaratkan spesifik permeability film kemasan yang digunakan. Tabel 3. Koefisien permeabilitas, energi aktivasi dan rasio permeabilitas film plastik (Rokhani, et al., 2000) Film Kemasan T ( o C) Koefisien Permeabilitas ( ml.mm/m 2.hari. atm) T ( o C) Energi Aktivasi (kj/mol) Rasio Permeabilitas O 2 CO 2 O 2 CO 2 Polipropilen Polietilen-strech wrap Polietilen-low density a) Polipropilen-oriented (PP) b) Polivinil klorida (TPM-87) c) Polietilen-low density d) x x x x x x x x x x x x a) Mannaperuma ang Singh (1989) b) Geeson et al., (1985) pada 21 o C c) Hasil perhitungan Rokhani (1992) d) Hasil perhitungan Ex ate al., (1993) Berdasarkan penelitian Gunadnya (1993) terhadap polietilen densitas rendah, polipropilen, strech film, dan white strech film dengan ketebalan 0.99, 0.61, 0.57 dan 0.58 mil, koefisien permeabilitas beberapa film telah diketahui, dapat dilihat pada Tabel 4.

21 Tabel 4. Koefisien permeabilitas film kemasan hasil perhitungan dan penetapan dalam ml.mil/m 2. jam (Gunadnya, 1993) Jenis film kemasan 10 o C a) 15 o C a) 24 o C b) O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO 2 Polietilen densitas rendah Polipropilen Strech film White strech film a) hasil perhitungan b) hasil penetapan Komposisi udara diruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Kandungan oksigen, karbondioksida dan etilen saling mempengaruhi metabolisme komoditas. Agar tujuan penyimpanan bahan segar tercapai, perlu melakukan modifikasi komposisi udara disekitar komoditas tersebut. Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan karbondioksida dapat dilakukan dengan pengemasan bahan segar dengan film plastik atau bahan lain (Rokhani,1996) Model matematik untuk pengemasan sistem atmosfer termodifikasi (MAP) dinyatakan dalam persamaan Hayakawa et al., 1975 ;Mannaperuma and Singh, 1990; Exama et al., 1993; Fisman et al., 1995; Rokhani et al., 2001): dx V dt AP b y x WR (1) Dalam kondisi keseimbangan, konsentrasi gas O 2 dan CO 2 dapat ditentukan dengan persamaan berikut : x s Wb PA x s 1 y1 R1 Wb PA x s 2 y2 R2 adalah konsentrasi gas kesetimbangan, (y) merupakan konsentrasi gas diluar kemasan, (W) berat bahan dan (R) laju respirasi. Berdasarkan persamaan 2 dan 3 (2) (3)

22 konsentrasi gas kesetimbangan dapat ditunjukan dengan persamaan berikut (Rokhani et al., 2001) : x x 1 2 s s 0 t x x x exp t Dimana : x s = konsentrasi gas kesetimbangan, desimal PA bv s s 0 t x x x exp t PA bv (4) (5) x o P = konsentrasi gas awal, desimal = permeabilitas film plastik, m 2 /jam A = luas permukaan, m 2 b = ketebalan film plastik, m t = waktu, jam V = volume kemasan, m 3 subskrip 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O 2 dan CO 2 Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan O 2 dan CO 2 dalam kemasan atmosfer termodifikasi antara lain suhu, kelembaban, permeabilitas kemasan, ketebalan, luas permukaan, jenis dan jumlah bahan (Rokhani et al., 2001). Pertimbangan lain yang diperlukan untuk mendesain kemasan yaitu :1) ukuran dan bentuk kemasan harus disesuaikan dengan cara penanganan dan pemasaran bahan yang dikemas, 2) bahan kemasan tidak mengandung bahan kimia yang dapat bereaksi dengan bahan yang dikemas, 3) biaya kemasan sesuai dengan harga bahan yang dikemas. Operasi penanganan produk setelah pengemasan perlu dipertimbangkan juga dalam menentukan jenis kemasan. Jika produk harus diberi perlakuan pra pendinginan dan disimpan dalam RH tinggi, maka kemasan yang digunakan adalah kemasan yang tidak menyerap air. Kemasan juga harus menyediakan ventilasi yang cukup untuk membuang panas yang dihasilkan oleh produk selama penyimpanan, khususnya pada kondisi bukan penyimpanan dingin. Menurut Ekowati (1997), bunga mawar potong selama penyimpanan pada suhu 10 o C dikemas dengan plastik LDPE dan polipropilen dapat mempertahankan kesegaran bunga selama 9-10 hari.

23 Kemasan Karton Secara umum kemasan untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga dapat digolongkan menjadi dua yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku (rigid packaging). Kemasan fleksibel biasa digunakan untuk kemasan dalam dan berfungsi untuk membungkus produk dan tidak melindungi produk dari tekanan dan tumpukan. Contohnya adalah karung plastik, kantong dari polipropilen, kantong plastik, dan plastik film. Film plastik yang banyak digunakan sebagai kemasan adalah jenis LDPE. Kemasan kaku biasa digunakan sebagai kemasan luar dan dapat melindungi produk dari benturan, tekanan, tumpukan dan penanganan yang kasar. Contohnya yang umum dipakai untuk bunga adalah kotak karton bergelombang yang terbuat dari fibreboard. Menurut FPI (2004), kemasan kotak karton (corrugated box) dibuat dari karton bergelombang yang memiliki tiga daya tahan dalam melindungi produk di dalamnya yaitu kotak karton memiliki ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air. Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kotak karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Sedangkan daya tahan air dapat ditingkatkan dengan menambahkan lapisan lilin pada permukaan kotak karton, baik pada bagian dalam maupun pada bagian luar sesuai kebutuhan. Kotak karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak tidak berakibat buruk. Kemasan karton yang dilipat dapat digunakan untuk pemasaran eceran. Untuk penyimpanan dan pengangkutan kecenderungan meningkat ke arah penggunaan karton tebal bergelombang (corrugated cardboard) lapis majemuk atau lapis tunggal Gambar 1. Gambar 1. Kemasan karton tebal dengan sistem staple pada karton tebal satu lapis

24 Menurut Edmond et al., (1975), proses-proses yang perlu diperhatikan sebelum mengemas bunga potong antara lain proses respirasi, tranpirasi, dan laju pembelahan sel. Untuk mempertahankan mutu bunga potong, diusahakan proses-proses biologis ini berlangsung lambat dengan cara mengusahakan volume kemasan relatif kecil, tidak ada bahan penyerap air dan kemasan bersifat kedap gas. Dalam keadaan sehari-hari kemasan bunga potong bisa berupa kotak karton walaupun masih terbatas pada penggunaan kotak karton bekas karena biayanya lebih murah jika dibandingkan dengan penggunaan kotak karton baru. Berdasarkan penelitian Widjandi et al.,(1989), kemasan yang cocok untuk anggrek yaitu memiliki lubang sirkulasi udara. Lubang didisain sedemikian rupa sehingga aliran udara atau uap air mengalir sempurna. Selain itu besar lubang perlu disesuaikan dengan kenyamanan dan kemudahan selama penanganan. Pengemasan bunga potong, selain untuk tujuan pengawetan, juga bertujuan untuk menunjang kelancaran transportasi, distribusi dan juga sebagai alat persaingan pemasaran. Dengan menggunakan kemasan yang baik, bunga akan lebih awet atau tahan selama perjalanan menuju lokasi pemasaran. Secara umum bentuk dan ukuran kemasan karton untuk bunga potong seperti anggrek dan mawar mengikuti stadarisasi kemasan karton untuk keperluan ekspor (Widjandi et al.,1989). Bentuk dan ukuran kemasan karton untuk bunga potong dapat dilihat pada Gambar 2 berikut : Gambar 2. Bentuk kemasan bunga potong Ukuran kemasan kotak karton yang sering digunakan untuk bunga potong dapat dilihat pada Tabel 5, 6, dan 7 :

25 Tabel 5. Kotak karton untuk kemasan bunga potong No. Kemasan Dimensi dalam (cm) Dimensi luar (cm) Kapasitas p l t p l t muat 1. E E D D I I K Keterangan : E-1 = kemasan anggrek untuk ekspor E-2 = kemasan anggrek untuk ekspor D-1 = kemasan anggrek dan bunga potong lainnya untuk dalam negeri dan transpor antar pulau D-2 = kemasan krisan untuk transport antar pulau I-1 = kemasan krisan impor dari Malaysia I-2 = kemasan anyelir impor dari New Zealand K-1 = kemasan bunga potong segar yang diproduksi PT. Guru Indonesia Kapasitas muat dihitung dalam satuan tangkai p = panjang l = lebar t = tinggi Kemasan karton yang efisien adalah kemasan yang dapat memberikan perlindungan menyeluruh secara optimal. Efisien diartikan sebagai kemasan karton yang memiliki volume relatif kecil tapi bisa diisi lebih banyak dan tidak terjadi kerusakan secara fisik (FPI, 2004).

26 Tabel 6. Luas dan volume masing-masing kemasan No. Kemasan Dimensi dalam Dimensi luar Perbandingan Luas Volume Luas Volume (cm 3 /cm 2 ) (cm 2 ) (cm 3 ) (cm 2 ) (cm 3 ) Dalam Luar 1. E E D D I I K Tabel 7. Besar lubang ventilasi untuk masing-masing kemasan No. Kemasan Dimensi Jumlah Luas Persentase lubang lubang (cm) lubang lubang (cm 2 ) terhadap Luas Volume 1. E-1 Ø = E-2 Ø = D-1 Ø = D-2 Ø = I-1 Ø = I- 2 Ø = Keterangan : - Persen lubang dihitung terhadap dimensi dalam - Pesen lubang terhadap luas dihitung dalam % (cm 2 /cm 2 ) - Persen lubang terhadap volume dihitung dalam % (cm 2 /cm 3 ) - Untuk kemasan K-1 tidak terdapat lubang ventilasi Menurut Arimbawa (1997), bunga mawar yang dikemas dengan film plastik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan kelayuan selama masa pajangan hal ini dimungkinkan karena bunga mawar tersebut dimasukkan dalam kemasan sekunder (kotak kardus) yang memiliki sirkulasi udara yang baik selama masa pengangkutan. Untuk mempertahankan mutu bunga mawar selama masa pajangan perlu dilakukan perlakuan kemasan karton yang dikombinasikan dengan film plastik (Ekowati, 1997).

27 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penelitian dimulai bulan Desember sampai Mei Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga mawar potong (Rosa hybrida) varietas Melano berwarna merah yang diperoleh dari kebun mawar Saung Krisna PT. Adhi Loji Cipanas, air dingin sebagai pre-cooling dan air suling sebagai bahan perendaman bunga selama dalam perjalanan menuju laboratorium. Bahan lain adalah formula pengawet yang terdiri dari sukrosa, glyserin, Na-benzoat dan asam sitrat yang berfungsi sebagai pulsing sebelum bunga potong mawar disimpan dalam ruang pendingin (10 o C). Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kotak kaca ukuran 20 x 20 x 40 cm 3, lemari pendingin untuk penyimpanan suhu rendah. Gas Analiyzer Shimadzu untuk mengukur kosentrasi O 2 dan CO 2, Chromameter Minolta CR 200 untuk mengukur warna, timbangan, jangka sorong, penggaris, busur, gunting bunga dan kardus ukuran 60 x 15 x 7 cm 3. Prosedur Penelitian Bunga mawar (Rosa hybrida) berwarna merah yang diperoleh dari kebun bunga mawar di daerah Cipanas yang dipetik pada umur panen 2-3 mahkota bunga telah keluar. Setelah pemanenan, tangkai bunga dipotong sepanjang 40 cm kemudian bunga segera diberi perlakuan pre-cooling dengan metode hydro cooling yang dilakukan dengan menyemprotkan (spraying) air dingin pada seluruh bagian bunga mawar potong. Pre-cooling ini merupakan pendinginan yang dilakukan sebelum bunga mawar potong diangkut atau disimpan. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menurunkan panas lapang, menurunkan kepekaan bunga terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang hilang dan memudahkan pemindahan kedalam ruang penyimpanan dingin atau sistem

28 transportasi. Bunga yang telah mendapat perlakuan pre-cooling diikat (bunching) dalam setiap ikatan terdapat 20 tangkai bunga. Setelah pengikatan, bunga dikemas dengan kertas pembungkus yang berbentuk kerucut. Selama pengangkutan bunga dari lapang ke laboratotium bunga mawar potong dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air suling. (a) Gambar 3. (a) bunga mawar sebagai bahan percobaan,(b) penanganan bunga mawar pada saat pengangkutan Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu : Tahap pertama: Penentuan laju respirasi dan komposisi zat larutan pengawet ( pulsing) dan laju respirasi bunga. Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan komposisi larutan pengawet (pulsing) yang paling baik sehingga memberi masa pajangan bunga (vase life) yang lebih lama setelah penyimpanan. Bunga mawar dipotong pada pagi hari dari tanaman induknya, selanjutnya bunga direndam dalam larutan pulsing. Larutan pulsing terdiri dari natrium benzoat 300 ppm, asam sitrat 375 ppm (sampai ph larutan pulsing sekitar ), sukrosa dengan tingkat kosentrasi 3%, 6% dan glyserin dengan tingkat kosentrasi 10%, 25% selama 24 jam. Kemudian bunga potong mawar sebanyak 10 tangkai dimasukkan ke dalam kotak kaca berukuran 20 x 20 x 40 cm 3, ujung tangkai bunga dipotong ± 1 cm untuk menghilangkan jaringan yang busuk kemudian ditutup rapat. Bagian sambungan tutupnya dilapisi lilin dan vaselin untuk mencegah kebocoran antara tutup dengan dinding kaca, sehingga tidak terjadi sirkulasi (b) gas masuk dan keluar. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin dengan suhu 10 o C, RH 70 90% sebanyak dua

29 kali ulangan. Sebagai kontrol dilakukan perlakuan bunga mawar potong yang tidak direndam dalam larutan pengawet. Kosentrasi gas dalam kotak kaca diukur untuk mengetahui laju respirasi bunga selama penyimpanan sehingga diketahui kosentrasi gas optimum selama penyimpanan. Pengukuran konsentrasi gas dilakukan melalui lubang yang telah dibuat pada kotak kaca dan dihubungkan dengan selang penghubung untuk pengukuran komposisi gas dalam wadah dengan menggunakan alat gas analyzer. Pengukuran komposisi dilakukan setiap hari selama 5 hari dan pada hari pertama pengukuran dilakukan setiap 3 jam. Laju respirasi ditetapkan sebagai laju produksi CO 2 dan laju konsumsi O 2 dalam ml/kg.jam. Setelah masa penyimpanan, bunga dikeluarkan dari kotak kaca dan dipajang untuk mengetahui lama masa pajangan, kelayuan dan untuk mendapatkan derajat pembengkokan leher bunga (bent neck). Pemajangan dilakukan sampai bunga layu atau sudah tidak layak lagi untuk dipajang. Bagan alir tahap pertama dapat dilihat pada Gambar 4.

30 Bunga mawar potong Penyeragaman ukuran Bunga mawar segar (panjang 40 cm) Perendaman dalam larutan pulsing selama 12 jam : (sukrosa 3% + glyserin10%), (sukrosa 3% + 25% glyserin) (sukrosa 6% + glyserin 10%), (sukrosa 6% + 25% glyserin) (Na-benzoat 300 ppm + asam sitrat 375 ppm) 10 tangkai bunga ditimbang Penyimpanan dalam chamber T = 10 o C, RH 70 90% (selama 5 hari) Pengukuran laju respirasi Pemajangan di suhu ruang T = ± 25 o C, RH 65-80% (penentuan kelayuan dan bent neck) Gambar 4. Diagram alir proses penelitian tahap I Tahap kedua : Pengemasan bunga mawar potong. Tahap kedua ini bertujuan untuk menentukan model kemasan bunga mawar. Penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan model kemasan selama penyimpanan yaitu : V 1 T 1 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm terbuka V 1 T 2 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm ditutup plastik polietilen

31 V 1 T 3 = kardus berventilasi dengan diameter 2,5 cm ditutup plastik polipropilen V 2 T 1 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka V 2 T 2 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polietilen V 3 T 3 = kardus berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen K = tanpa ventilasi Bunga mawar potong direndam dalam larutan pulsing terpilih selama 24 jam, dimasukkan ke dalam kemasan sebanyak 20 tangkai untuk masing-masing perlakuan kemasan. Bunga diikat per 10 tangkai dan ujung dibalut dengan kapas yang telah dibasahi dengan air aquades untuk menjaga kelembaban bunga dalam kemasan. Bunga dalam kemasan disusun saling menyilang untuk menghindari kerusakan fisik bunga mawar. Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ketebalan satu gelombang ukuran 60 x 15 x 7 cm 3 yang dibuat ventilasi dan dikombinasikan dengan plastik polietilen dan polipropilen untuk menutupi ventilasi yang berperan sebagai pengkondisian udara termodifikasi. Untuk setiap kardus dibuat ventilasi, diameter ventilasi terdiri dari 2 variasi yaitu 2,5 cm dan 3.5 cm. Penutup kardus dibuat lubang yang dihubungkan dengan selang untuk pengukuran laju respirasi bunga selama dalam kemasan kardus. Bunga yang telah dikemas disimpan di dalam ruang pendingin dengan suhu 10 o C selama 5 hari. Pengukuran konsentrasi gas dalam kardus dilakukan melalui lubang yang telah disediakan yang dilakukan setiap 6 jam sekali selama 5 hari. Penentuan model kemasan terbaik ditunjukkan dengan kosentrasi gas dalam kemasan yang mendekati komposisi gas O 2 dan CO 2 optimum untuk bunga mawar. Setelah masa penyimpanan berakhir, bunga dikeluarkan dari kotak kemasan untuk selanjutnya dipajang pada suhu ruang ± 25 o C-27 o C RH 65-80%. Penentuan perubahan mutu bunga dilakukan selama masa pajangan. Penentuan mutu bunga mawar potong dilakukan untuk mendapatkan perlakuan kemasan terbaik yang dapat memberikan penampakkan visual bunga yang lebih baik selama masa pajangan. Penentuan mutu bunga mawar potong selama masa pajangan meliputi pengukuran penyusutan panjang tangkai, penyusutan diameter tangkai dan bunga, warna, bent neck, kelayuan, kadar air, dan susut bobot. Bagan alir tahap pengemasan dapat dilihat pada Gambar 5.

32 Bunga mawar potong Penyeragaman ukuran (panjang 40 cm) Perendaman dalam larutan pulsing terpilih selama 12 jam : 20 tangkai bunga ditimbang Pengemasan dalam karton berventilasi dengan diameter : V 1 T 1 = 2,5 cm terbuka V 1 T 2 = 2,5 cm ditutup plastik polietilen V 1 T 3 = 2,5 cm ditutup plastik polipropilen V 2 T 1 = 3.5 cm terbuka V 2 T 2 = 3.5 cm ditutup plastik polietilen V 2 T 3 = 3.5 cm ditutup plastik polipropilen K 1 = tanpa ventilasi Penyimpanan T = 10 o C, RH 70-90% (selama 5 hari) Pengukuran konsentrasi gas CO 2 dan O 2 Pemajangan di suhu ruang T = ± 25 o C, RH 65-80% Pengamatan perubahan mutu bunga (setiap hari sampai bunga layu) Gambar 5. Diagram alir proses penelitian tahap II

33 Pengamatan dan Analisis Pengamatan dan pengujian mutu bunga potong mawar setelah penyimpan meliputi : 1. Parameter fisik : a. panjang tangkai b. diameter tangkai c. Diameter mahkota bunga d. bent neck e. kelayuan f. warna g. kadar air 2. Parameter fisiologi: laju respirasi 3. Uji organoleptik yang meliputi warna, keharuman, kesegaran mahkota, bent neck dan penampakan keseluruhan. Masa pajangan dihitung mulai dari bunga dikeluarkan dari penyimpanan sampai layu sedangkan masa kesegaran dihitung berdasarkan pada waktu bunga di panen sampai bunga mengalami kelayuan atau berdasarkan atas penjumlahan masa penyimpanan dengan masa pajangan. Waktu pengamatan berbeda dengan waktu pengamatan untuk komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran karena, bunga setelah dikeluarkan dari penyimpanan tidak langsung dikonsumsi dalam arti dimakan melainkan untuk dinikmati keindahannya. Oleh karena itu waktu pengamatannya adalah setelah waktu penyimpanan berakhir. Pengamatan terhadap parameter mutu dilakukan setiap hari. Pengamatan dan pengujian dilakukan pada keadaan awal sebelum dilakukan penyimpanan, kemudian setiap hari setelah masa penyimpanan berakhir (selama masa peragaan). Pengamatan dihentikan apabila bunga sudah layu. Panjang tangkai Panjang tangkai bunga diukur dengan menggunakan mistar secara tegak lurus dari bawah kelopak bunga sampai ke ujung tangkai. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya. Perhitungan penyusutan panjang tangkai adalah sebagai berikut :

34 T 1 penyusutan (%) = x 100% T 2 Keterangan : T 1 = panjang awal tangkai (cm) T 2 = panjang akhir tangkai (cm) Pengukuran diameter mahkota,panjang dan diameter tangkai Pengukuran diameter mahkota bunga, panjang dan diameter tangkai dilakukan terhadap bunga potong mawar sebelum penyimpanan dan selama masa pajangan. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan atau penyusutan yang terjadi karena proses metabolisme bunga selama masa pajangan. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong untuk diameter mahkota bunga dan penyusutan diameter tangkai bunga dan dilakukan pengukuran pada tiga titik yang berbeda, yaitu bagian bawah, tengah dan atas tangkai, kemudian dirata-ratakan. Perhitungan penyusutan panjang dan diameter tangkai bunga adalah sebagai berikut : Bent neck D 1 penyusutan (%) = x 100 % D 0 Keterangan : D 1 = Diameter akhir tangkai atau bunga (cm) D 0 = Diameter awal tangkai atau bunga (cm) Bent neck adalah terjadinya pembengkokkan tangkai pengamatan ini diamati secara visual. Berdasarkan syarat mutu bunga mawar potong terhadap keadaan tangkai bunga, maka tangkai bunga yang masuk mutu adalah tangkai yang kuat dan lurus. Oleh karena itu setiap bagian tangkai yang telah membengkok dikatagorikan sebagai tangkai yang tidak lurus atau mengalami bent neck. Bagian bunga mawar yang paling lemah adalah leher bunga, pembengkokkan itu disebabkan karena ada pembuluh pada tangkai yang tersumbat. Bent neck diamati mulai sebelum penyimpanan dilanjutkan setiap hari setelah keluar dari penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan persentase bent neck adalah :

35 Kelayuan Σ bunga yang mengalami bent neck Bent neck (%) = x 100% Σ sampel Kelayuan diamati secara visual mulai sebelum penyimpanan dan dilanjutkan setiap hari setelah keluar dari penyimpanan. Kelayuan ditandai dengan mulainya menggulung mahkota kearah luar dan dikatakan layu apabila mahkota benar-benar sudah jatuh kebawah karena sama sekali sudah tidak ada ketegaran mahkota. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan kelayuan adalah : Σ bunga yang mengalami kelayuan Kelayuan (%) = x 100% Σ sampel Warna Penampakan pada bunga mawar yang diamati adalah warna mahkota bunga. Warna bunga diukur dengan menggunakan alat chromameter (Monolta CR-200) dengan sistem L a b. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan alat sensor pada bahan dan menembakkan sinar pada permukaan bahan. Nilai hunter L menunjukkan warna kromatik campuran merah hijau yang lainnya bergerak dari positif (0 sampai 100) untuk warna merah sampai negative (0 sampai 80) untuk warna hijau. Nilai hunter b menunjukkan warna kromatik campuran kuning sampai negative (0 sampai 70) untuk warna biru. Menurut Mohsenin (1984), metode Munsell merupakan metode berdasarkan tiga notasi Munsell yaitu Hue o (hijau, merah, biru, kuning),value (nilai L atau kecerahan yang bergerak dari dark atau gelap sampai light/bright atau cerah dan Chroma (saturasi atau tingkatan kandungan warna yang bergerak dari weak atau muda sampai vivid/strong atau tua). Nilai dari notasi tersebut kemudian diplotkan dalam Munsell color chart (Gambar 5). Pengukuran warna bunga mawar potong dilakukan pada 2 sampel untuk setiap kemasan dan setiap sampel yang ditembak pada 3 titik yang berbeda.

36 Gambar 6. Munsell color chart (L a b color chart) Kadar air (AOAC, 1984) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menimbang berat sampel awal (1-2 gram). Sampel dicacah (mahkota, kelopak bunga, tangkai dan daun) dan ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan pada suhu 105 o C. Pengeringan dilakukan hingga dicapai bobot yang stabil yang berarti semua air bebas telah dilepaskan dari bahan. Untuk mengetahui bobot akhir dilakukan penimbangan dengan terlebih dahulu mendinginkan bahan dalam desikator. Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut : kadar air (%) = berat awal (W 0 ) berat akhir (W 1 ) x 100% berat awal (W 0 ) Keterangan : W 0 = berat awal sebelum dikeringkan (gram) W 1 = berat akhir bahan sesudah dikeringkan (gram)

37 Pengukuran laju respirasi Laju respirasi dihitung dengan mengetahui berat bahan, volume bebas wadah dan perbedaan kosentrasi setelah waktu tertentu. Mannapperuma (1989), menyatakan persamaan laju respirasi sistim tertutup pada suhu tertentu dengan satuan ml/kg-jam seperti pada persamaan berikut : R 1 V W dx dt 1 (6) R 2 V W dx dt 2 (7) Keterangan : R = laju respirasi, ml/kg-jam x t W V = kosentrasi gas, desimal = waktu, jam = berat komoditas, kg = volume kemasan, ml subskrip 1 dan 2 masing-masing menyatakan gas O 2 dan CO 2 Pengukuran laju respirasi dengan menggunakan alat gas Analyzer Shimadzu yang dinyatakan dalam ml gas (CO 2, O 2 )/kg bahan.jam. Uji Organoleptik Pengujian organoleptik merupakan persepsi konsumen terhadap bunga yang diuji yang dilakukan secara visual (Soekarto, 1993). Bunga yang diuji adalah keseluruhan perlakuan yang terdiri dari 20 tangkai bunga per vas pajangan dan masingmasing 2 ulangan yang diperagakan kepada 10 panelis. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih. Pengujian dilakukan setiap hari setelah bunga keluar dari penyimpanan. Uji yang digunakan adalah uji hedonik dengan parameter mutu penampakan, warna, aroma dan kegemaran. Skala hedoniknya mempunyai kisaran dari 1 sampai 5, berurutan mulai dari 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (netral), 4 (suka) dan 5 (sangat suka).

38 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Analisis data menggunakan metode Analisis of Variant (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Uji ANOVA dapat dilakukan hanya jika syarat ANOVA terpenuhi, yaitu aditif (variable respon harus berupa penjumlahan), bebas (setiap data memiliki peluang yang sama untuk muncul dalam setiap pengumpulan data untuk setiap ulangan), distribusi data normal (data yang digunakan memiliki nilai tengah dan simpangan baku), dan ragam homogen (sebaran data tidak terlalu jauh). Model matematis dari rancangan percobaan ini dikutip dari Matjik dan Sumertaya (2000). Yijk = µ + A i + ε k(i) Keterangan : Yik = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i yang terjadi karena pengaruh taraf ke-i faktor A µ = Rata-rata sebenarnya A = Model kemasan A i εk(i) = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i pada ulangan yang ke-k dan diamati pada waktu ke-j

39 Laju respirasi (ml /kg.jam) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Larutan Pengawet (Pulsing) terhadap Respirasi dan Mutu Bunga Penurunan kosentrasi O 2 dan CO 2 merupakan bukti bahwa bunga mawar masih melakukan proses respirasi setelah dipotong dari tanaman induknya, hal ini juga diungkapkan oleh Soekartawi (1996). Dengan berlangsungnya proses ini cadangan makanan dalam bunga akan menurun dan menaikkan suhu lingkungan sehingga akan menyebabkan bunga cepat mengalami kelayuan. Penggunaan larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat menghasilkan peningkatan laju konsumsi O 2 terkecil selama penyimpanan pada suhu 10 o C dengan laju produksi CO 2 yang lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain. Gambar 7 menunjukkan grafik konsumsi O 2 bunga mawar potong selama penyimpanan %sukrosa+10%glyserin 3%sukrosa+25%glyserin 6%sukrosa+10%glyserin 6%sukrosa+25%glyserin Kontrol Waktu (hari) Gambar 7. Konsumsi O 2 bunga mawar potong selama penyimpanan

40 Laju respirasi (ml /kg.jam) Gambar 7 menunjukkan laju penurunan produksi gas O 2 hingga hari ke-5 penyimpanan sebesar ml/kg.jam. Analisis nilai sidik ragam pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap laju konsumsi O 2 bunga mawar potong selama penyimpanan menunjukkan ada perbedaan laju respirasi antar perlakuan (Lampiran 12) Waktu (hari) 3%sukrosa+10%glyserin 3%sukrosa+25%glyserin 6%sukrosa+10%glyserin 6%sukrosa+25%glyserin Kontrol Gambar 8. Produksi CO 2 bunga mawar potong selama penyimpanan Selama penyimpanan pada suhu 10 o C, secara umum terjadi lonjakan produksi CO 2 pada hari ke-3 (Gambar 8). Laju peningkatan produksi CO 2 pada larutan pengawet (pulsing) dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat sebesar sebesar ml/kg.jam lebih rendah dari pada perlakuan lainnya. Larutan pengawet (pulsing) 6% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat menunjukkan lonjakan produksi CO 2 terbesar yaitu 68.3 ml/kg.jam diantara semua perlakuan. Secara umum pemberian larutan pengawet (pulsing) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap laju produksi CO 2. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap laju produksi CO 2 bunga mawar potong selama penyimpanan (Lampiran 10).

41 Hingga hari ke-5 penyimpanan perlakuan pulsing dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat menunjukkan laju peningkatan produksi CO 2 yang lebih kecil dibandingkan perlakuan yang lain yaitu sebesar 6.4 ml CO 2 /kg.jam (Gambar 8). Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa secara umum larutan pengawet (pulsing) nyata memperlambat proses metabolisme bunga selama masa penyimpanan. Hal ini disebabkan karena tersedianya air dan karbohidrat dalam larutan tersebut sebagai cadangan bahan makanan yang dibutuhkan untuk kebutuhan respirasi. Nelson (1981), mengemukakan bahwa bunga walaupun telah dipotong dari tangkainya masih melakukan aktivitas metabolisme. Oleh karena itu untuk menjaga kesegaran bunga diperlukan persediaan karbohidrat yang cukup. Ketersediaan cadangan bahan makanan yang cukup dapat menekan persentase kelayuan selama penyimpanan sehingga masa kesegaran bunga dapat diperpanjang setelah penyimpanan atau selama masa pajangan. Tabel 8. Pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap persentase jumlah kelayuan bunga mawar potong pada hari ke-3 masa pajangan Perlakuan Kelayuan (%) 3 % sukrosa + 25 % glyserin 6 % sukrosa + 25 % glyserin 3 % sukrosa + 10 % glyserin 6 % sukrosa + 10 % glyserin Kontrol Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji DMRT a 15.0 b 7.5 a 25.0 c 30.0 c Tabel 8 menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang tidak diberi perlakuan pulsing (kontrol) mengalami jumlah kelayuan yang lebih banyak sebesar 30 % pada hari ke-3 masa pajangan daripada bunga mawar potong yang diberi perlakuan pulsing sebelumnya. Kelayuan menunjukkan menurunnya masa kesegaran bunga, masa

42 kesegaran ini dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu yaitu terkulainya atau berkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis sebagai akibat menurunnya tegangan turgor (Amiarsi et al., 2002). Larutan pengawet (pulsing) yang terdiri atas komponen air, gula, germisida dan senyawa mineral dapat memperpanjang masa kesegaran atau memperkecil kelayuan yang terjadi selama masa pajangan. Kelayuan berhubungan dengan penyerapan air yang dilakukan oleh bunga potong selama proses metabolisme baik pada proses transpirasi maupun pada respirasi. Ketersediaan komponen air pada larutan pengawet dapat menjaga kesegaran karena untuk mempertahankan kesegaran bunga, jumlah air yang dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Selain itu ketersediaan air juga berperan dalam menjaga tekanan turgor dari sel jaringan yang dipotong. Bunga dengan komposisi larutan pengawet 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat menunjukkan persentase kelayuan terkecil sebesar 28.3% dibandingkan perlakuan yang lainnya selama masa pajangan. Hal ini dimungkinkan karena 3% sukrosa sebagai sumber energi dan substrat respirasi, terkonsumsi lebih cepat oleh bunga potong mawar dibadingkan kosentrasi sukrosa yang lebih besar dari 3%. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan Tirtosoekoetjo (1996) yang menyebutkan bunga mawar jenis Cerry Brandy yang direndam dalam larutan sukrosa 3% selama 60 menit dan disimpan pada suhu 1-5 o C dapat mengurangi kelayuan bunga sehingga bunga masih bisa dipertahankan kesegarannya hingga 17 hari. Larutan sukrosa yang lebih dari 3% tidak menghasilkan energi yang optimal untuk kelangsungan hidup bunga, sehingga daya kesegaran bertahan lebih singkat. Pengunaan sukrosa yang lebih dari 3% mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari cairan didalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya plasmolisis dimana cairan di dalam sel akan keluar. Secara keseluruhan nilai Respiratory Quotient (RQ) bunga mawar potong dengan komposisi larutan pengawet 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-Benzoat ppm asam sitrat selama 5 hari penyimpanan berkisar (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa gula dan asam-asam organik me-rupakan substrat utama yang digunakan dalam proses respirasi bunga mawar potong.

43 Model Kemasan Bunga Mawar potong Model kemasan kotak kardus yang digunakan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 9. Model kemasan yang didesain diharapkan dapat memberikan efek atmosfer termodifikasi (MA) sehingga dapat memperpanjang masa simpan bunga Gambar 9. Kemasan kotak kardus diameter ventilasi 3.5 cm ditutup polipropilen Komposisi gas di dalam kemasan menunjukkan suatu perubahan menuju kondisi kesetimbangan (steady state). Berdasarkan data pada tabel 9, dengan menggunakan persamaan (4) dan (5) dapat ditentukan konsentrasi gas O 2 dan CO 2 di dalam kemasan selama penyimpanan seperti diperlihatkan pada Gambar 10.

44 Konsentrasi Gas O2,(%) Tabel 9. Nilai peubah untuk menentukan konsentrasi gas di dalam kemasan * Peubah Berat bahan Respirasi Koefisien permeabilitas Volume bebas Luas permukaan Ketebalan film plastik Permeabilitas film plastik Simbol W R K V A b P Nilai O 2 CO Satuan kg ml/kg.jam ml/jam ml m 2 mm ml.mil/m 2.jam * menggunakan film Polipropilen D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP Waktu (hari) (a)

45 Konsentrasi Gas CO2, (%) D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP D. 2.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP Waktu (hari) (b) Gambar 10. Konsentrasi gas di dalam kemasan bunga mawar potong pada penyimpanan suhu 10 o C. Tanda dot plot menunjukan konsentrasi gas berdasarkan pengukuran dan tanda dot plot dengan garis menunjukan konsentrasi gas hasil perhitungan Keterangan :(a) Konsentrasi gas O 2, (b) konsentrasi gas CO 2 Berdasarkan Gambar 10, konsentrasi gas O 2 pada kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen bergerak dari kondisi awal 21% menurun berkisar 19.0%-19.1% ml/kg.jam, konsentrasi gas O 2 pada kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen berkisar 20.4%-20.5%. Sedangkan untuk konsentrasi gas CO 2 mengalami peningkatan dari 0.03% pada awal pengemasan menjadi berkisar 2.00%-2.24% untuk kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen dan 0.97%-0.98% untuk kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen. Tabel 10 menunjukkan komposisi gas dalam kondisi kesetimbangan pada berbagai model kemasan.

46 Tabel 10. Konsentrasi O 2 dan CO 2 dalam kemasan pada kondisi kesetimbangan Kemasan Konsentrasi Gas (%) Data Eksperimen Data Perhitungan O 2 CO 2 O 2 CO 2 Diameter 2.5 cm; PP Diameter 2.5 cm; PE Diameter 3.5 cm; PP Diameter 3.5 cm; PE Berdasarkan Tabel 10, konsentrasi gas O 2 dan CO 2 pada kemasan berventilasi dan ditutup film plastik menunjukkan perubahan menuju kondisi kesetimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kemasan kotak karton dengan ventilasi yang ditutup film plastik jenis polietilen dan polipropilen dapat memberikan efek modified atmosphere di dalam kemasan. Efek atmosfer termodifikasi tersebut yaitu dengan menurunkan kandungan O 2 dan me-ningkatkan kandungan CO 2 di dalam kemasan sehingga laju respirasi produk yang dikemas dapat ditekan. Dengan demikian diharapkan kesegaran bunga mawar dapat dipertahankan dan masa pajangan bunga mawar setelah disimpan akan lebih lama. Hasil perhitungan terhadap konsentrasi gas diperoleh bahwa konsentrasi gas di dalam kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen mendekati konsentrasi gas eksperimen dengan asumsi kemasan karton yang digunakan kedap udara sehingga perembesan gas dari dan keluar kemasan hanya melalui ventilasi yang ditutup dengan film plastik. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen merupakan model kemasan terbaik untuk pengemasan bunga mawar potong yang dapat memberikan efek atmosfer termodifikasi sehingga dapat menciptakan kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga dan menghambat proses respirasi. Penghambatan proses respirasi akan memperlambat aktivitas metabolisme bunga sehingga kelayuan dapat ditunda. Pada jam ke-72 (Lampiran 2) konsentrasi gas O 2 dan CO 2 berdasarkan perhitungan pada kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik

47 polipropilen adalah 19.9% O 2 dan 1.93% CO 2. Konsentrasi gas pada kemasan dengan ventilasi yang berdiameter 2.5 cm ditutup plastik polietilen adalah 19.1% O 2 dan 2.25% CO 2. Konsentrasi gas O 2 pada kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen adalah 20.5%, CO % sedangkan konsentrasi gas O 2 pada kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen 19.9% dan gas CO %. Berdasarkan analisis sidik ragam pengaruh model kemasan terhadap jumlah persentase bunga yang mengalami kelayuan pada masing-masing model kemasan menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan ini dimungkinkan karena penggunaan film plastik dan ventilasi sebagai sirkulasi udara dengan luas yang berbeda akan memberikan lingkungan yang berbeda pada bunga mawar potong yang disimpan. Hal ini terkait dengan laju perembesan O 2 kedalam kemasan dan CO 2 keluar kemasan sebagai akibat proses respirasi yang berlangsung berbeda tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Laju penyerapan gas ditentukan dari permeabilitas plastik, ketebalan, luas permukaan, suhu dan perbedaan kandungan gas pada bagian dalam dan luar kemasan. Pada penelitian ini membuktikan bahwa model kemasan yang mengkombinasikan penggunaan ventilasi dengan diameter yang berbeda dan ditutup dengan film plastik yang berbeda merupakan upaya memodifikasi atmosfer dalam kemasan menjadi lebih efektif. Dengan menggunakan persamaan 4-5 dapat diketahui beberapa parameter yang menentukan model kemasan terbaik untuk penyimpanan bunga mawar potong. Kemasan dengan menggunakan kotak karton yang diberi ventilasi dengan diameter yang berbeda dan ditutup dengan film plastik yang berbeda disimulasikan ke dalam persamaan dengan cara trial dan error. Kotak karton dengan dimeter ventilasi 3.5 cm ditutup plastik polipropilen dapat mencapai kondisi optimum yang lebih cepat dan hasil yang diperoleh mendekati data eksperimen. Komposisi gas optimum untuk bunga mawar yang direkomendasikan yaitu 2-4 % O 2 dan 9-11% CO 2. Kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen dan kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik polietilen dapat dipilih sebagai model kemasan yang dapat menekan kerusakan bunga hal ini disebabkan

48 kemasan dapat menciptakan komposisi gas yang baik untuk menjaga kesegaran bunga selama penyimpanan yaitu dengan menekan konsumsi O 2 dan meningkatkan produksi CO 2. Penggunaan film plastik sebagai penutup ventilasi dengan luasan berbeda dan permeable terhadap gas O 2 dapat menciptakan kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga sehingga menghambat proses respirasi. Penghambatan proses respirasi akan memperlambat aktivitas metabolisme bunga sehingga kelayuan dapat ditunda. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjandi (1981), yang menyatakan bahwa penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi pada bunga potong yang dilakukan dengan membungkus bunga dengan plastik kedap air seperti polietilen atau pembungkus lain yang mempunyai permeabilitas tertentu terhadap O 2 dan CO 2 dapat menghambat laju respirasi. Dengan memasukkan konsentrasi gas O 2 dan CO 2 bunga mawar pada kondisi kesetimbangan ke dalam persamaan (4 dan 5) Rokhani et al., (2001), tentang perubahan konsentrasi gas dalam kemasan sistem atmosfir termodifikasi, diperoleh model kemasan yang lebih baik untuk penyimpanan bunga mawar potong. Parameter yang menentukan model kemasan adalah permeabilitas efektif (K), yang terdiri atas permeabilitas plastik (P), luasan (A) dan ketebalan film plastik (b) yang direkomendasi dari penelitian sebelumnya. Plastik Polipropilen dengan permeabilitas ml.mil/ m2.jam (O 2 ) dan ml.mil/ m2.jam (CO 2 ), luas permukaan m 2, dan ketebalan mm. berdasarkan hasil simulasi konsentrasi gas hitung dapat mendekati kondisi optimum penyimpanan bunga mawar potong 1.9%-2.0% O 2.. Penelitian sebelumnya yang dicobakan pada bunga anggrek menunjukkan hasil yang sesuai, bahwa kemasan yang cocok untuk bunga potong yaitu memiliki lubang sirkulasi udara. Lubang didesain sedemikian rupa sehingga aliran udara atau uap air mengalir sempurna (Widjandi et al., 1989). Berdasarkan pengamatan secara visual selama penyimpanan, terdapat pengembunan uap air pada permukaan plastik polietilen yang digunakan untuk menutupi ventilasi baik yang berdiameter 2.5 cm maupun 3.5 cm pada hari ke-2 hal ini berbeda dengan plastik polipropilen. Terjadinya pengembunan ini menunjukkan adanya

49 air yang dihasilkan oleh proses respirasi. Pengembunan uap air lebih banyak pada plastik polietilen dibandingkan pada plastik polipropilen hal ini disebabkan laju transmisi (perembesan) uap air polietilen lebih rendah daripada polipropilen. Gambar 11. Pengembunan uap air pada plastik polietilen Pengembunan uap air yang berlebihan pada kemasan akan mempercepat kerusakan akibat mikroorganisme. Arimbawa (1997), menyatakan bahwa bunga mawar setelah dipetik masih berpeluang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme seperti bakteri dapat menyebabkan kelayuan pada bunga mawar. Pengaruh Model Kemasan terhadap Mutu Bunga Mawar Selama Masa Pajangan Bent neck Salah satu pengamatan yang dilakukan terhadap fisik bunga mawar potong adalah terjadinya bent neck (pembengkokan leher bunga). Bagian bunga mawar yang paling lemah adalah leher bunga. Pembengkokokan ini terjadi disebabkan karena pembuluh tangkai tersumbat. Berdasarkan analisis sidik ragam pengaruh

50 Jumlah Bent neck (%) perlakuan kemasan terhadap bent neck selam masa pajangan menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 3) waktu (hari) D.2.5 cm ; terbuka D.2.5 cm ; Polietilen D.2.5 cm ; Polipropilen D.3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D.3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Gambar 12. Persentase jumlah bent neck pada berbagai perlakuan kemasan selama masa pajangan (vase life) Pengamatan dilakukan pada awal penyimpanan dan dilanjutkan setiap hari setelah penyimpanan. Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada hari ke-5 masa pajangan kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen dan kemasan tanpa ventilasi mengalami bent neck terbanyak mencapai 100%. Sedangkan untuk kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen mengalami bent neck 62.5% lebih kecil dibandingkan dengan model kemasan yang lain. Kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 cm di- tutup plastik polipropilen mengalami bent neck sebesar 60.0%. Berdasarkan uji beda rataan menunjukkan jumlah persentase bent neck yang berbeda nyata antara model kemasan (Tabel 11).

51 Tabel 11. Persentase jumlah Bent neck dan derajat Bent neck pada hari ke-5 masa pajangan Kemasan Jumlah Bent neck (%) Derajat Bent neck ( ) Keterangan D. 2.5 cm; terbuka 67.5 ab 30.6 D. 2.5 cm; PE 72.5 b 30.3 D. 2.5 cm; PP 60.0 ab 30.1 D. 3.5 cm; terbuka 65.0 ab 30.5 D. 3.5 cm; PE c 37.9 Layu D. 3.5 cm; PP 62.5 a 30.0 Tanpa ventilasi c 34.0 Layu Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Pada Tabel 11 menunjukkan derajat bent neck terbesar o dan 34 o terjadi pada kemasan yang berventilasi dengan diameter 3.5 cm tanpa ditutup film plastik dan pada kemasan yang tidak berventilasi. Berdasarkan pengamatan sampai pada hari ke-5 masa pajangan bunga mawar mengalami kelayuan pada derajat bent neck 34 o. Perbedaan jumlah persentase bent neck dimungkinkan karena adanya pengaruh perbedaan luasan ventilasi dan penggunaan plastik sebagai penutup ventilasi. Laju perembesan uap air yang berbeda pada penggunaan plastik sebagai penutup ventilasi akan mempengaruhi kondisi lingkungan di dalam kemasan, hal ini akan berpengaruh pada RH penyimpanan sehingga kehilangan air dalam jaringan tangkai bunga dapat terjadi. Menurut Burdett (1970) dalam Torre et al., (2000), hilangnya tekanan turgor berpengaruh terhadap berkurangnya pembentukan lignin pada tangkai bunga sehingga tangkai kehilangan ketegarannya, kemudian menyebabkan tangkai membengkok dan seiring bertambahnya masa pajangan tangkai bunga akan terkulai. Bent neck akan menghambat aliran air ke mahkota bunga sebagai akibat tersumbatnya pembuluh tangkai sehingga bent neck erat kaitannya dengan kelayuan.

52 Jumlah kelayuan (%) Kelayuan Dari hasil pengamatan yang disajikan pada Gambar 13 terlihat bahwa kelayuan bunga cenderung meningkat mulai hari ke-4 masa pajangan. Uji beda rataan menunjukkan adanya perbedaan kelayuan (Tabel 12) D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D. 3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Waktu (hari) Gambar 13. Perubahan persentase kelayuan selama masa pajangan Berdasarkan Gambar 13, model kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 cm ditutup plastik polietilen, kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 cm ditutup plastik polipropilen, kemasan dengan diameter ventilasi 3.5 cm ditutup dengan plastik polietilen, 3.5 cm ditutup plastik polipropilen dan kemasan tanpa ventilasi menunjukkan persentase kelayuan pada hari ke-5 masa pajangan masing-masing 35.0%, 20.0%, 50.0%, 25.0% dan kemasan kotak kardus yang tidak berventilasi mengalami kelayuan terbesar yaitu 100 %. Kemasan dengan ventilasi yang berdiameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen mengalami kelayuan terkecil sebesar 20.0 % hal ini tidak berbeda nyata dengan kemasan 3.5 cm yang ditutup dengan plastik polipropilen.

53 Tabel 12. Pengaruh model kemasan terhadap kelayuan bunga mawar potong pada hari ke-5 masa pajangan Kemasan D. 2.5 cm; PE D. 2.5 cm; PP D. 3.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP Tanpa ventilasi Jumlah kelayuan (%) 32.5 b 20.0 a 50.0 c 25.0 a d Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Pada uji sidik ragam (Lampiran 4) model kemasan berpengaruh nyata terhadap kelayuan bunga mawar selama masa pajangan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengemasan sekunder (kotak karton) dengan ventilasi dapat memberikan sirkulasi udara yang baik sehingga kelembaban dapat terjaga, dengan demikian dapat menghambat penurunan potensial air pada jaringan sel selama penyimpanan dan film plastik yang menutupi dapat memodifikasi gas dalam kemasan sehingga kesegaran bunga dapat dipertahankan selama masa pajangan. Penyusutan Panjang dan Diameter Tangkai Penyusutan diameter dan panjang tangkai dapat terjadi selama masa pajangan hal ini terkait dengan penurunan potensial air pada jaringan tangkai sebagai akibat terjadinya penguapan air dari bahan dan penggunaan larutan pengawet sebelum penyimpanan. Gambar 14 menunjukkan perubahan penyusutan panjang tangkai dan Gambar 15 menunjukkan diameter tangkai selama masa pajangan.

54 Penyusutan diameter tangkai (mm) Penyusutan panjang tangkai (cm) D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Waktu (hari) Gambar 14. Perubahan penyusutan panjang tangkai bunga D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Waktu (hari) Gambar 15. Perubahan penyusutan diameter tangkai bunga

55 Pada Gambar 14 menunjukkan bahwa penyusutan panjang tangkai cenderung mengalami peningkatan selama masa pajangan. Pada hari ke-5 masa pajangan, penyusutan terbesar terjadi pada bunga mawar dalam kemasan dengan diameter ventilasi 3.5 cm ditutup polietilen yaitu sebesar 0.86 cm. Penyusutan ini lebih besar dibandingkan pada kemasan yang berdiameter ventilasi 3.5 cm ditutup plastik polipropilen yaitu sebesar 0.4 cm dan kemasan yang berdiameter ventilasi 2.5 cm ditutup plastik polietilen yaitu sebesar 0.61 cm. Analisis sidik ragam (Lampiran 6), menunjukkan bahwa selama masa pajangan pengaruh model kemasan terhadap penyusutan diameter tangkai berbeda nyata. Berdasarkan Gambar 15, penyusutan diameter tangkai bunga mawar selama masa pajangan pada kemasan dengan diameter ventilasi 2.5 mm ditutup plastik polietilen dan kemasan dengan diameter ventilasi 3.5 mm ditutup polipropilen lebih kecil yaitu masing 0.33 mm dan 0.35 mm dari pada kontrol 0.53 mm dan kemasan diameter ventilasi 2.5 cm ditutup polipropilen 0.50 mm. Model kemasan dengan penyusutan panjang dan diameter tangkai terkecil dapat dianggap sebagai model kemasan yang terbaik untuk pengemasan bunga mawar selama penyimpanan. Penyusutan panjang dan diameter tangkai terkait dengan kelayuan bunga. Penyusutan terjadi seiring dengan kelayuan yang terjadi pada bunga selama masa pajangan. Bunga dengan kemasan kotak karton dengan diameter ventilasi 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen mengalami kelayuan yang rendah sebesar 25.0 % dan penyusutan panjang tangkai, diameter tangkai terkecil yaitu 0.4 cm, 0.33 mm hingga hari ke-5 masa pajangan. Perlakuan larutan pengawet sebelum bunga mawar disimpan yang berperan sebagai penyedia makanan cadangan diduga dapat naik secara optimal ke pembuluh jaringan sesuai potensi air jaringan yang cukup sehingga dapat mengurangi penyusutan panjang dan diameter tangkai bunga mawar.

56 Diameter mahkota bunga (cm) Diameter Mahkota Bunga Pengamatan diameter mahkota bunga dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi pertambahan diameter mahkota bunga setelah penyimpanan. Perubahan diameter bunga juga dipengaruhi oleh laju respirasi bunga pada saat penyimpanan. Pengamatan perubahan diameter dilakukan sebelum penyimpanan dan dilanjutkan setiap hari selama masa pajangan hingga bunga mengalami kelayuan. Perubahan diameter mahkota bunga dapat dilihat pada Gambar D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Waktu (hari) Gambar 16. Perubahan diameter mahkota bunga mawar potong selama masa pajangan Pada Gambar 16 menunjukkan bahwa, diameter mahkota bunga mawar potong cenderung bertambah selama masa pajangan. Analisis sidik ragam (Lampiran 5) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara pengaruh model kemasan terhadap perubahan diameter mahkota bunga. Tabel 13 dapat dilihat perubahan diameter mahkota.

57 Tabel 13. Perubahan diameter mahkota bunga Kemasan D. 2.5 cm; terbuka D. 2.5 cm; PE D. 2.5 cm; PP D. 3.5 cm; terbuka D. 3.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP Tanpa ventilasi Diameter mahkota bunga (cm) 5.3 ab 6.8 a 6.5 a 6.9 a 7.6 b 6.3 ab 7.3 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Kemekaran bunga ditunjukkan dengan peningkatan diameter bunga sampai maksimum dan selanjutnya menurun sampai bunga menjadi layu. Secara fisiologi, kemekaran bunga dapat menunjukkan bahwa jaringan bunga masih aktif melakukan metabolisme dan aktivitas ini akan menurun setelah bunga mencapai mekar penuh. Oksigen dan karbohidrat berperan penting dalam kemekaran bunga. Energi hasil respirasi yang terhimpun dalam bentuk ATP digunakan untuk proses esensial pemekaran ( Zagory dan kader, 1988) dalam Arimbawa (1997). Perbedaan luasan ventilasi sebagai sirkulasi udara dan plastik merupakan suatu upaya memberi efek atmosfir termodifikasi dalam kemasan terutama menekan konsumsi gas O 2 pada saat penyimpanan sehingga hal ini akan berperan dalam mempengaruhi lama hari mekar penuh dan diameter mahkota bunga. Hal ini dimungkinkan karena kemekaran ditentukan oleh ketersediaan energi bagi bunga untuk melakukan aktivitas metabolisme selama masa pajangan. Kadar Air Kadar air bunga mawar segar adalah 80 % - 90 %, dengan demikian air merupakan komponen utama yang terdapat di dalam jaringan sel. Ketersediaan air pada saat setelah dipanen akan mempengaruhi kesegaran bunga sehingga ketersediaan air erat kaitannya dengan bent neck dan kelayuan bunga. Perubahan kadar air bunga mawar selama masa pajangan dapat dilihat pada Gambar 17.

58 Kadar Air (% bb) 90,0 85,0 80,0 75,0 D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi 70,0 65,0 60, Waktu (hari) Gambar 17. Perubahan kadar air bunga mawar potong selama masa pajangan. Pada Gambar 17 terlihat bahwa kadar air bunga selama masa pajangan cenderung menurun. Secara umum kadar air menurun pada hari ke-2 pajangan, dan berdasarkan analisis sidik ragam uji beda rataan (Lampiran 8) perlakuan model kemasan berpengaruh secara nyata terhadap penurunan kadar air bunga selama penyimpanan. Pada hari ke-5 masa pajangan, kadar air bunga mawar yang dikemas dengan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup film plastik polipropilen, kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup film plastik polietilen dan kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik polipropilen lebih tinggi dibandingkan kemasan dengan model lain masing-masing 74.31%, 73.91% dan 73.30% (Tabel 14). Menurunnya kadar air bunga dapat menjadi faktor penyebab bent neck dan kelayuan.

59 Tabel 14. Perubahan kadar air bunga mawar pada hari ke-5 masa pajangan Kemasan Kadar Air (% bb ) D. 2.5 cm; terbuka D. 2.5 cm; PE D. 2.5 cm; PP D. 3.5 cm; terbuka D. 3.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP Tanpa ventilasi 69.3 a 73.9 d 73.3 c 73.0 c 71.9 b 74.3 d 68.9 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Ketersediaan air pada bunga mawar selama masa pajangan akan menentukan bent neck dan kelayuan (Torre et al., 2001). Penyerapan air yang dilakukan oleh bunga potong berhubungan dengan proses metabolisme, yaitu proses transpirasi dan respirasi. Untuk mempertahankan kesegaran bunga, jumlah air yang dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses metabolisme (Amiarsi et al., 2003). Penurunan kadar air yang kecil dimungkinkan untuk tetap menjaga tekanan turgor dari jaringan sel bunga mawar potong. Menurunnya kadar air akan menyebabkan tekanan turgor jaringan sel bunga menurun sehingga bunga akan terkulai dan tangkai bunga akan mengerut. Penggunaan larutan pengawet (pulsing) sebelum bunga disimpan dapat menjadi cadangan air dalam jaringan sehingga bunga memiliki potensi air yang cukup selama masa pajangan. Warna Warna bunga mawar potong selama masa pajangan hingga hari ke-3 secara visual telah menunjukkan perubahan. Perubahan warna dalam rentang warna merah terang hingga menjadi merah gelap (memudar) selama masa pajangan. Pengukuran warna dengan alat khromameter menunjukkan perubahan nilai warna bunga mawar dengan pergerakan angka positif (+). Warna pada bunga mawar tersusun atas empat warna yang dominan yaitu merah, biru, kuning, dan putih. Dari warna-warna tersebut warna merah merupakan warna yang dominan pada bunga mawar, sedangkan warna

60 yang lain sebagai penyelaras yaitu warna biru memberi kesan gelap, warna kuning menimbulkan efek menyala (terang) dan warna putih memberikan kecerahan. Nilai hunter a (+) dan hunter b (+) menandakan bunga mawar masih dalam kisaran warna merah seperti terlihat pada Gambar 18. Analisis ragam untuk warna chroma menunjukkan perbedaan secara nyata (Lampiran 9). Selama masa pajangan, perubahan warna antar perlakuan kemasan dapat terlihat jelas secara visual pada hari ke-4. Sedangkan dengan alat chromameter perubahan warna telah terjadi pada hari ke-3 pajangan (Tabel 15). Tabel 15. Perubahan warna bunga mawar selama masa pajangan Hari ke- Kemasan a b Chroma Perubahan warna Warna D.2.5 cm; terbuka YR - 10 R Merah cerah D.2.5 cm; PE YR - 2 YR Merah cerah D.2.5 cm; PP YR - 5YR Merah cerah 0 D.3.5 cm; terbuka YR - 51YR Merah cerah D.3.5 cm; PE YR - 5YR Merah kuat D.3.5 cm; PP YR - 5 YR Merah terang Tanpa ventilasi YR - 5 YR Merah kuat D.2.5 cm; terbuka YR - 10 R Merah kuat D.2.5 cm; PE YR - 10 R Merah cerah D.2.5 cm; PP YR Merah kuat 3 D.3.5 cm; terbuka YR - 10R Merah kuat D.3.5 cm; PE YR - 10R Merah kuat D.3.5 cm; PP YR - 5 YR Merah cerah Tanpa ventilasi YR - 5 YR Merah kuat

61 L L Berdasarkan Tabel 15, pada hari ke-3 pajangan kemasan dengan ventilasi berdiameter 2.5 cm dan 3.5 cm tanpa ditutup film plastik dan kemasan yang tidak berventilasi mengalami perubahan kecerahan warna menjadi merah kuat cenderung gelap (pudar). Sedangkan pada model kemasan yang lain memiliki perubahan warna yang hampir sama yaitu mulai dari merah terang sampai merah kuat (agak gelap) hr hr 2hr 3 hr 5 hr terang cerah kuat Chroma Gambar 18. Perubahan warna (chroma) bunga pada kemasan tanpa ventilasi hr 2 hr 3 hr 4 hr 1hr terang cerah 6 hr Chroma kuat Gambar 19. Perubahan warna (chroma) bunga pada kemasan dengan ventilasi 3.5 cm; polipropilen

62 Skor warna Organoleptik Dari hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan kemasan berpengaruh terhadap proses memperpanjang kesegaran bunga mawar potong, dengan dapat dipertahankannya warna merah, kesegaran mahkota, dan mengurangi jumlah bent neck (pembengkokan leher bunga). Berdasarkan sidik ragam terhadap skor mutu hedonik bent neck, warna, dan penampakan keseluruhan diperoleh bahwa perlakuan model kemasan berpengaruh nyata terhadap skor tersebut hingga hari ke-3 masa pajangan (Lampiran 13, 15, 21). Sedangkan skor keharuman, dan kesegaran mahkota bunga mawar potong, diperoleh bahwa perlakuan model kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kedua skor hedonik tersebut (Lampiran 17, 20). Hal ini diduga terjadi disebabkan oleh kesulitan panelis dalam memberi skor setiap pengamatan visual dengan baik dan teliti karena, sebagian dari panelis belum terbiasa melakukan organoleptik untuk pengamatan bunga potong. Pengamatan visual bunga potong juga dipengaruhi oleh kondisi emosi panelis pada saat pengamatan. Secara umum bunga potong dinilai atas dasar rasa keindahan oleh karena itu pengujian organoleptik bunga mawar potong menghendaki adanya kondisi emosi yang baik pada saat melakukan pengamatan D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Waktu (hari) Gambar 20. Uji organoleptik perlakuan model kemasan terhadap skor hedonik warna

63 Penampakan keseluruhan Skor Bent neck D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; Polietilen D.2.5 cm; Polipropilen D.3.5 cm; terbuka D.3.5 cm; Polietilen D.3.5 cm; Polipropilen Tanpa ventilasi Batas penerimaan Waktu (hari) Gambar 21. Uji organoleptik perlakuan model kemasan terhadap skor hedonik Bent neck D. 2.5 cm ; terbuka D. 2.5 cm ; Polietilen D. 2.5 cm ; Polipropilen D. 3.5 cm ; terbuka D.3.5 cm ; Polietilen D. 3.5 cm ; Polipropilen Tanpa ventilasi Batas penerimaan Waktu (hari) Gambar 22. Uji organoleptik perlakuan model kemasan terhadap skor hedonik penampakan keseluruhan

64 Nilai rata-rata skor hedonik warna hingga hari ke-3 masa pajangan menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.5 (suka) dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen yaitu sebesar 3.5 (suka). Tabel 16. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik warna bunga mawar potong pada hari ke-3 masa pajangan Kemasan D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cm; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa kemasan Skor Hedonik 2.9 ab 3.4 b 2.9 ab 2.7 a 3.5 b 3.5 b 3.0 ab Keterangan :Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik warna pada Tabel 16 menunjukkan bahwa perlakuan kemasan dengan ventilasi yang berdiameter 3.5 cm berbeda nyata dengan kemasan yang berventilasi dengan diameter 2.5 cm. Nilai rata-rata skor hedonik bent neck hingga hari ke-3 masa pajangan menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.6 (suka) dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen sebesar 3.4 (netral). Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik bent neck pada hari ke-3 pengamatan dapat dilihat pada Tabel 17 menunjukkan bahwa kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen dan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kemasan lainnya.

65 Tabel 17. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik bent neck bunga mawar potong pada hari ke-3 masa pajangan Kemasan D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cm; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa kemasan Skor Hedonik 2.3 a 3.6 c 3.1 bc 3.2 bc 3.3 bc 3.4 c 2.7 ab Keterangan :Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Nilai rata-rata skor hedonik pada hari ke-3 pengamatan terhadap penampakan keseluruhan menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan diameter 2.5 cm dan ditutup plastik polietilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.5 (suka) dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen sebesar 3.3 (netral). Berdasarkan Gambar 22 bunga yang dikemas dengan kotak karton berventilasi tanpa ditutup film plastik dan kemasan tanpa ventilasi menunjukkan adanya penolakan oleh panelis mulai hari ke-2 masa pajangan. Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik penampakan keseluruhan bunga mawar potong hingga hari ke-3 pengamatan pada Tabel 18 menunjukkan bahwa kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kemasan lainnya.

66 Tabel 18. Pengaruh perlakuan kemasan tererhadap organoleptik penampakan keseluruhan bunga mawar potong pada hari ke-3 masa pajangan Kemasan Skor Hedonik D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cm; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa kemasan 2.4 a 3.5 c 3.2 bc 3.0 abc 2.9 ab 3.3 bc 2.9 bc Keterangan :Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Nilai rata-rata skor hedonik keharuman pada hari ke-3 menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.4. Selama masa pajangan skor tertinggi keharuman terdapat pada hari ke-2 panjangan dengan nilai rata-rata skor keharuman 4.8 (sangat suka) (Lampiran 18). Uji lanjut Duncan terhadap skor hedonik keharuman bunga mawar potong hingga hari ke-3 pengamatan menunjukkan bahwa kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kemasan lainnya. Nilai rata-rata skor hedonik kesegaran mahkota hingga hari ke-3 menunjukkan bahwa bunga mawar potong yang dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen memiliki skor tertinggi sebesar 3.2 dan diikuti oleh bunga mawar dengan perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup plastik polietilen sebesar 3.1 (netral). Selama masa pajangan skor tertinggi kesegaran mahkota bunga pada hari ke-2 panjangan dengan nilai rata-rata skor kesegaran mahkota 4.3 (suka) pada kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polietilen dan 4.2 (suka) pada kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik poliepropilen

67 (Lampiran 20). Terhadap kesegaran mahkota bunga, panelis telah menyatakan penolakan pada kemasan dengan ventilasi berdiameter 2.5 tanpa ditutup film plastik pada hari ke-2, hal ini lebih cepat dibandingkan kemasan tanpa ventilasi. Hal ini dapat disebabkan persediaan potensi air pada jaringan bunga yang dikemas dengan kotak karton berventilasi dengan diameter 2.5 cm lebih cepat menurun karena proses transpirasi. Kotak karton berventilasi yang tidak ditutup memungkinkan udara lingkungan dapat dengan mudah merembes ke dalam kemasan sehingga kelembaban kemasan semakin meningkat akibatnya transpirasi pada semua jaringan cepat meningkat. Tabel 19. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik kesegaran mahkota bunga mawar potong pada hari ke-3 masa pajangan Kemasan D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cm; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa kemasan Skor Hedonik 2.3 a 3.1 ab 2.9 ab 2.9 ab 3.0 ab 3.2 b 2.7 ab Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Secara umum, berdasarkan uji organoleptik selama masa pajangan panelis masih dapat menerima kondisi bunga mawar potong sampai pada hari ke-4 dan 5 untuk perlakuan kemasan berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen. Namun, pada hari ke-6 pajangan panelis menunjukkan penolakan penerimaan penampakan bunga mawar meskipun pada perlakuan kemasan dengan diameter 3.5 cm ditutup plastik polipropilen tidak mengalami kelayuan. Penolakan tersebut disebabkan warna bunga memudar dan telah ada warna kehitaman pada bagian pnggir mahkota bunga. Munculnya warna kehitaman tersebut memberi kesan mahkota bunga seperti

68 terbakar. Hal ini diduga efek dari penggunaan larutan pengawet sebelum penyimpanan dimana pada saat transpirasi terus berlangsung selama masa pajangan sehingga bunga akan kehilangan air dalam jumlah yang cukup banyak. Sementara, penggunaan larutan sukrosa sebelum penyimpanan mempunyai potensial osmotik yang lebih kecil dari cairan yang tersedia di dalam sel sehingga tidak dapat melewati membran sel. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis dimana cairan di dalam sel akan keluar ( Kholil, 1992). Perubahan warna pada mahkota ataupun pada daun bunga mawar menjadi coklat atau kehitaman mungkin disebabkan karena oksidasi flavon, leucoantosianin, adanya senyawa fenol dan akumulasi tannin pada sel tanaman (Singleton, 1972) dalam Aryani (2002). Faktor lain yang menentukan perubahan warna adalah terjadinya perubahan ph vakuola. Peningkatan ph dapat disebabkan karena terjadinya pemecahan protein dan pelepasan ammonia dalam sel tanaman. Karbohidrat merupakan senyawa utama untuk aktivitas metabolisme bunga selama masa pajangan. Jika cadangan karbohidrat dalam jaringan menipis maka, terjadi hidrolisis protein menjadi polipeptida dan asam amino sehingga terjadi peningkatan ammonia. Hal ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan energi yang digunakan untuk proses metabolisme. Namun demikian, proses ini menyebabkan terbentuknya produk oksidatif yang dapat mengakibatkan munculnya perubahan warna pada jaringan sel bunga.

69 Tanpa ventilasi Gambar 23. Bunga mawar potong pada kemasan berventilasi (diameter 3.5 cm; polipropilen ) Tanpa ventilasi Gambar 24. Bunga mawar potong pada kemasan berventilasi (diameter 2.5 cm; polipropilen )

70 Masa Kesegaran Masa kesegaran bunga merupakan komponen utama penentu kualitas bunga mawar potong. Masa pajangan merupakan masa bunga mampu mempertahankan kesegarannya setelah bunga mengalami penyimpanan. Amiarsi et al., (2002) menyatakan bahwa masa kesegaran bunga dihitung sejak bunga di panen hingga menjadi layu atau terkulainya atau berkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis, karena menurunya tegangan turgor. Dengan demikian dapat dinyatakan proses penyimpanan bunga mawar ditambah dengan lamanya waktu bunga masih layak pajang merupakan masa kesegaran bunga. Persentase jumlah bunga segar dan penampakan bunga secara keseluruhan pada masa pajangan dapat digunakan sebagai penentuan masa kesegaran. Persentase bunga segar ditentukan atas dasar persentase jumlah kelayuan bunga mawar potong yang dikemas dengan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen menunjukkan kelayuan terkecil yaitu 37.5% hingga hari ke-6 masa pajangan pada suhu ruang pemajangan ± 25 o C, RH %. Hal ini berarti bunga segar pada model kemasan tersebut dapat dipertahankan sebesar 62.5%. Gambar 22 menunjukkan penampakan keseluruhan bunga dengan kemasan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen masih dapat diterima oleh panelis pada hari 5-6 masa pajangan lebih panjang 1-3 hari dari bunga mawar yang tanpa diberi perlakuan setelah pemanenan. Dengan demikian berdasarkan persentase jumlah bunga segar dan penampakan keseluruhan masa kesegaran bunga mawar potong adalah hari. Masa kesegaran ini lebih panjang dari penelitian Ekowati, (1997) dimana bunga memiliki kesegaran 9-10 hari dan penelitian Amiarsi et al., (2003) dengan masa kesegaran 9 hari.

71 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan perendaman bunga mawar dalam larutan pengawet (pulsing) sebelum penyimpanan dapat mempertahankan kesegaran bunga sehingga masa pajangan bunga mawar dapat diperpanjang selama 6 hari 2. Pulsing dengan komposisi 3% sukrosa + 25% glyserin ppm Na-benzoat ppm asam sitrat terpilih sebagai larutan pengawet yang memberikan hasil terbaik dengan menekan persentase kelayuan sebesar 2.5% pada hari ke-5 masa pajangan. Hal ini berarti masa kesegaran bunga dapat dipertahankan sebesar 97.5%. 3. Model kemasan menggunakan kotak karton berukuran 60 x 15 x 7 cm 3 dengan ventilasi berdiameter 3.5 cm dan ditutup film plastik jenis polipropilen dapat memberikan efek modifikasi atmosfer mendekati hasil perhitungan, pada kondisi steady state diperoleh konsentrasi gas 20.6% O 2 dan 0.16% CO 2, sedangkan konsentrasi gas hasil perhitungan 20.5% O 2 dan 0.98% CO Penyimpanan bunga mawar potong menggunakan kemasan kotak karton berventilasi dengan diameter 3.5 cm dan ditutup plastik polipropilen dapat menjaga kesegaran bunga selama hari dan dapat mengurangi penurunan kualitas bunga selama masa pajangan dibandingkan bunga yang disimpan dalam kotak karton tanpa ventilasi. 5. Perlakuan kemasan tersebut dapat mempertahankan warna bunga, menekan bent neck 37.5%, penyusutan panjang tangkai 0.4 cm, penyusutan diameter tangkai 0.4 mm dan mengurangi kelayuan 25% hingga hari ke-5 (suhu ruang pajangan ± 25 o C, RH %) sehingga masa pajangan dapat diperpanjang selama 6-7 hari atau lebih panjang 1-3 hari dibandingkan dengan bunga mawar potong tanpa perlakuan setelah pemanenan.

72 Saran Penentuan model kemasan ditentukan oleh nilai permeabilitas film plastik, karton pengemas dan laju respirasi produk. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan pengukuran permeabilitas karton pengemas dan laju respirasi pada kondisi MA dengan menggunakan alat khromatografi gas. Untuk mengetahui struktur fisik perubahan jaringan sel bunga selama masa pajangan perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis.

73 DAFTAR PUSTAKA Amiarsi, D., Yulianingsih, Murtiningsih, dan Sjaifullah Penggunaan larutan perendaman pulsing untuk mempertahankan kesegaran bunga mawar potong Idole dalam suhu ruangan. J. Horti 12 (3) : Amiarsi, D., Yulianingsih, W.Broto dan Sjaifullah Pengaruh larutan pulsing dalam pengemasan dan pengangkutan bunga mawar potong. J. Horti 13 (4) : Arimbawa, I. G. R Perlakuan Fisik dan Kimia Untuk Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Aryani, D Pengaruh Kosentrasi Sukrosa dan Glyserin Pada Larutan Pulsing Terhadap Penampakan Mawar Kering. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. BPS. 2002, Buletin Statistik Produksi Tanaman Hias Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. BPS Buletin Statistik Perdagangan Indonesia (Ekspor). Badan Pusat Statistik. Jakarta. Balithi Mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. Balithi Teknologi Agribisnis Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta Burdett, A. N The cause of bent neck in cut roses. J. Am. Soc. Hortic. Sci. 95 : Direktorat Jendral Tanaman Pangan Vademekum Pasca Panen Hortikultura. Direktorat Jendral Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Jakarta. Durkin Senescene and postharvest physiology of cut flower. J. Hortic.Rev. 3 : Durkin, D. J. and Roy A. Larson Introduction to Floriculture. Vol II. Academic Press Inc. New York. Edmond dan Bailey, J fundamental of Horticulture. Mc. Graw Hill Book Company. New York.

74 Ekowati, I Penentuan Jenis Film Kemasan Bunga Mawar Tineke Dengan Teknik Atmosfer Termodifikasi. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Exama, A., Arul, J., Lencki, R. W., Lee, L. Z. and Taoupin, C Suitability of plastic films for modified atmosphere packaging of fruits and vegetables. J. Food Science. 54 (6) : FPI Kemasan Karton. Federasi Pengemasan Indonesia. Jakarta. Geeson. J, D. Browne, K. M., Maddison, K. Stepherd J., and Guaraldi, F., Modified atmosphere packaging to extend the self life of tomatoes. J. Food Technology. 20 : Gunadnya Pengkajian Penyimpanan Salak Segar dalam Kemasan Film dengan Modifikasi Atmosfer. Thesis. Jurusan Teknologi Pasca Panen. IPB. Bogor. Hall, C. W., R. E. Hardenburg, dan Er. B. Pantastico Pengemasan untuk Konsumen dengan Plastik. Penerjemah Kamariyani. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada university Press. Yogyakarta. Halevy, A. H. dan S. Mayak Senescene and postharvest phyisiology of cut flower. J.Hortic. Rev 1: Halevy, A. H. dan S. Mayak Senescene and postharvest phyisiology of cut flower Part.2. J.Hortic. Rev 3: Hardenburg, R. E., A. E. Watada, and Chien Yi Wang The Commercial Storage of Fruits, vegetables, and Nursery Stocks. United States Departement of Agriculture. Agricultural Reseacrh service. Betsville. Md. USA. Hardjoko, B Mawar. PT. elex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta. Ichimura, K., K. Kojima, R. Goto Effect of temperature, 8- hydroxyquinoline sulphate and sucrose on the vase life of cut flowers. J.postharvest biology and technology. 15 : Kader, A. A Postharvest Biology and Technology : Technology of Horticultural Crops. University of California. Devision of Agriculture and Natural Resources. Kartapradja, R Botani dan Ekologi Mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Luqman Bunga Potong Tinjauan Literatur. dalam Widyawan, R. dan Prahastuti, S Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI. Jakarta.

75 Mayak, S Senescene of cut flower. Hortic. Sci 22 (5) : Mannapperuma, J. D. and Sinngh, R. P. and Kader, A. A Design of polymeric packages for modified atmosphere storage of fresh produce. Presented at the Fifth International Controlled Atmosphere Research Conference. Wenatchee. WA. USA. June Michael and Reid, M. S Postharvest Handling System Ornamental Crops. in. Postharvest Technology of Horticulture Crops. Edited by A. A. Kader. University of California.Nat. Resources Publication. Muchtadi, D Fisiologi Pasca Panen Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. PAU. IPB. Bogor. Muhajir, I. dan Dondy ASB Pendinginan awal dan komposisi larutan perendam pada bunga mawar potong. J. Horti. 9 (2) : Murtiningsih, W dan T. Sutater Pasca Panen Bunga Mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. Nelson,P.V.1981.Greenhouse operational and management Reston Publishing Company Inc., Aprentice Hall Company, Reston, Virginia Pantastico, Er. B Fisiologi Pasca Panen, Penangangan dan Pemamfaatan Buah- Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan. UGM Press. Yogyakarta. Peleg, K Produce Handling, Packaging and Distribution. Departement of Agricultural Engineering Technology. Institute of Technology Haifa. Israel. Prince, T. A. dan H. K. Tayama Refrigerated Storage and Fresh Cut Flower Longevity. The Ohio State University. Departemen of Horticultural. USA. Reid, B. S. and T. A. Lukaszewski Postharvest and Handling of Cut Flowers. University of California. Davis. California. Rismunandar Budidaya Aneka Jenis Bunga Potong. Swadaya. Jakarta Rismunandar BudidayaBungapotong. Penebar Swadaya. Jakarta. Roger, M. N An Histotical and Critical Review of Postharvest Physiology Research on Cut Flower. Hortic. Sci 8 : Rokhani, H Modified atmospheric packaging of fruits and vegetables research instrumentation. Trainning report in Department of Agricultural Engineering University of California Davis, CA.

76 Rokhani, H Rancang Bangun Sistim Pencampuran Gas dan Pengukuran Laju Respirasi pada Penyimpanan Hortikultura Secara Atmosfir Terkendali. Tesis. Program Studi Keteknikan Pertanian. IPB. Bogor. Rokhani. H, Gardjito, Atjeng M. Syarif and T, Akinaga Gas permeability characteristics of plastic films packaging of fresh produce. J.of the Society of Agricultural Structures. 31 (2) : 84. Japan. Rokhani. H, Sutrisno, S, Kawasaki., Using permeable tube channels for modified atmosphere storage of Irwin mango. J.of the Society of Agricultutral Structure 32 (3) : 8. Japan. Rukmana, R Mawar. Seri Bunga Potong. Kanisius. Yogyakarta. Sacalis, J. N Cut Flower Prolonging Freshness Postproduction Care and Handling. Ball Publishing Batavia. Illnois. Salinger, J. P Commercial Flower Growing. Butterworths Horticultural Books. New Zealand. Siswoputranto, L. L. D Keragaan Hasil - Hasil Penelitian Hortikultura. Prosiding. Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi. Ciawi, Jawa Barat, 6-9 Agustus 1990 Soekartawi Manajemen Agribisnis Bunga Potong. Universitas Indonesia. Jakarta. Soekarto, S. T Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bina Aksara. Jakarta. Soerojo, R Kebijaksanaan Pengembangan Tanaman Hias di Indonesia. Prosiding. Seminar Tanaman Hias. Cipanas, Jawa Barat. 29 Agustus Son, K. C., H. J. Byoun, and J. H. Lim Effect of sucrose or aluminium sulfate in the preservative solutions on photosyntesis, respiration and transpiration of cut roses leaf. J. of the Korean Society for Horticultural Science. College of Agriculture. Kon Kuk University Seoul. Korea p Sukarno dan Nampiah Mawar. Penebar Swadaya Masyarakat. Jakarta. Suswatini, N Modifikasi Atmosfer dan Suhu Penyimpanan untuk penghambatan Perkembangan Bercak Pestiola sp pada Bunga Potong Krisan. Tesis. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Tirtosoekotjo, M.S Peranan larutan sukrosa terhadap kesegaran bunga mawars selama penyimpanan suhu dingin. J. Horti. 6 (1) :

77 Torre, S., T. Fjeld Water loss and postharvest characteristics of cut roses grown at high or moderate relative air humidity. J. Sci. Hortic. 89 : Wang and Baker Senescene and Postharvest Physiolgy of Cut Flower. dalam Durkin. 3 : Widyawan, R. dan Prahastuti, S Bunga Potong Tinjauan Literatur. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI. Jakarta. Winarno, F. G Kimia Pangan dan Gizi. pt. Gramedia. Jakrta. Widjandi, S Penyimpanan Buah-Buahan, Sayur-Sayuran dan Bunga-Bungaan. Terjemahan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB. Bogor. Widjandi, S., S. Wiraatmaja, Erliza, S. Krisnani, dan I. Ade Studi Kemasan Bunga-Bungaan Segar. Makalah. Studi Kemasan Buah-Buahan, Sayur-Sayuran dan Bunga-Bungaan Segar yang Bernilai Ekonomis Tinggi Dalam Rangka Meningkatkan Ekspor Non Migas. LPPM IPB. Bogor. Yayasan Bunga Nusantara Budidaya Tanaman Berbunga Indah. Yayasan Bunga Nusantara dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta. Zagory and A. A. Kader Modified atmosphere packaging of fresh products. J. of Food Tech 42 (9) : 70.

78 LAMPIRAN

79 Lampiran 1. Laju respirasi (ml /kg.jam) bunga mawar potong selama 5 hari penyimpanan 1.1. Laju produksi CO 2 Hari ke- 3%sukrosa+ 10%glyserin 3%sukrosa+ 25%glyserin 6%sukrosa+ 10%glyserin 6%sukrosa+ 25%glyserin Kontrol Laju Konsumsi O 2 Hari ke- 3%sukrosa+ 10%glyserin 3%sukrosa+ 25%glyserin 6%sukrosa+1 0%glyserin 6%sukrosa+ 25%glyserin Kontrol Ratio question (RQ) Hari ke- (3%sukrosa+ 10%glyserin) (3%sukrosa+ 25%glyserin) (6%sukrosa+ 10%glyserin) (6%sukrosa+ 25%glyserin) (Kontrol)

80 Lampiran 2. Kosentrasi gas (CO 2 dan O 2 ) dalam perlakuan kemasan 2.1. Data eksperimen Jam ke- D25; PP D25; PE D35; PP D35; PE O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO Keterangan : D25 D35 PP PE = diameter ventilasi 2.5 cm = diameter ventilasi 3.5 cm = film plastik jenis polipropilen = film plastik jenis polietilen

81 2.2. Data perhitungan D25; PP D25; PE D35; PP D35; PE Jam O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO 2 ke Keterangan : D25 D35 PP PE = diameter ventilasi 2.5 cm = diameter ventilasi 3.5 cm = film plastik jenis polipropilen = film plastik jenis polietilen

82 Lampiran 3. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap persentase jumlah Bent neck bunga mawar potong selama masa pajangan 3.1. Tabel Anova Sumber keragaman Kemasan Hari Galat Total Keterangan : Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P<0.01) F hitung Peluang 0.049* 0.000** 3.2. Uji beda rataan Kemasan D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cn; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa ventilasi Masa Pajangan hari ke- (%) a 7.5 a 2.5 a 0.0 a 7.5 a 12.5 a 2.5 a 10.0 a a 12.5 a 7.5 a 15.0 a 12.5 a 10.0 a 42.5 a 37.5 a 42.5 a 57.5 a 57.5 a 50.0 a 50.0 a 57.5 ab 52.5 a 55.0 ab 57.5 ab 62.5 bf 55.0 ab 55.0 ab 67.5 bc 72.5 c 60.0 a 65.0ab 65.0 ab 62.5ab 95.0 d 67.5 ab a 72.5 b 75.0 a 60.0 ab 75.0 a 65.0 ab 65.0 a c a 62.5 a 62.0 a c a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05

83 Lampiran 4. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap persentase jumlah kelayuan bunga mawar potong selama masa pajangan 4.1. Tabel Anova Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang Kemasan Hari Galat Total Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) 0.001* 0.000** 4.2. Uji beda rataan Kemasan D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cn; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa ventilasi Masa Pajangan hari ke- (%) a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 2.5 a 2.5 a 2.5 a 5.0 a 5.0 a 15.0 e 0.0 a 10.0 d 7.5 cd 5.0 bc 2.5 ab 10.0 c 60.0 c 32.5 b 20.0 a 30.0 ab 50.0 c 25.0 ab 100 d b 90.0 ab 85.0 ab 87.5 ab b 37.5 a b Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05

84 Lampiran 5. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap perubahan diameter mahkota bunga mawar potong selama masa pajangan 5.1. Tabel Anova Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang Kemasan Hari Galat Total Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) 0.135tn 0.429tn 5.2. Uji beda rataan Kemasan Diameter mahkota bunga (cm) Diameter 2.5 cm;tanpa plastik Diameter 2.5 cm;polietilen Diameter 2.5 cm;polipropilen Diameter 3.5 cm;tanpa palstik Diameter 3.5 cm;polietilen Diameter 3.5 cm;polipropilen Tanpa ventilasi 6.7 ± 16.4 a 13.7 ± 36.8 b 6.1 ± 16.9 a 6.0 ±17.0 a 0.1 ± 22.9 ab 6.5 ± 16.5 a 6.2 ± 16.8 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05

85 Lampiran 6. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap penyusutan diameter tangkai bunga mawar potong selama masa pajangan 6.1. Tabel Anova Sumber keragaman Kemasan Hari Galat Total Keterangan : Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) F hitung Peluang 0.000** 0.304tn 6.2. Uji perbandingan nilai tengah Kemasan Penyusutan diameter tangkai bunga (mm) Diameter 2.5 cm;tanpa plastik Diameter 2.5 cm;polietilen Diameter 2.5 cm;polipropilen Diameter 3.5 cm;tanpa plastik Diameter 3.5 cm;polietilen Diameter 3.5 cm;polipropilen Tanpa ventilasi 0.1 ± 0.5 a 0.1 ± 0.4 a 0.3 ± 0.6 a 0.3 ±0.6 a 0.3 ± 0.6 a 0.1 ± 0.5 a 0.2 ± 0.5 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05

86 Lampiran 7. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap penyusutan panjang tangkai bunga mawar potong selama masa pajangan 7.1. Tabel Anova Sumber keragaman emasan Hari Galat Total Keterangan : Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) Peluang 0.144tn 0.000** 7.2. Uji beda rataan Kemasan D.2.5 cm; terbuka D.2.5 cm; PE D.2.5 cm; PP D.3.5 cn; terbuka D.3.5 cm; PE D.3.5 cm; PP Tanpa ventilasi Masa Pajangan hari ke- (%) a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.06 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.06 a 0.00 a 0.00a 0.23 ab 0.02 a 0.26 ab 0.31 ab 0.47 ab 0.17 ab 0.06 ab 0.38 a 0.21 a 0.23 a 0.43 a 0.86 bc 0.40 a 0.44 ab 0.48 a 0.61 abc 0.83 bc 1.04 c 0.86 bc 0.40 a 0.44 ab 0.40 a 0.61 d 0.83 c 1.34 f 1.03 e 0.40 ab 0.44 bc Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05

87 Lampiran 8. Analisis sidik ragam uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap perubahan kadar air bunga mawar potong selama masa pajangan Kemasan D. 2.5 cm; terbuka D. 2.5 cm; PE D. 2.5 cm; PP D. 3.5 cn; terbuka D. 3.5 cm; PE D. 3.5 cm; PP Tanpa ventilasi Masa Pajangan hari ke a 78.7 a 77.8 a 78.9 b 78.9 ab 79.1 b 83.3 c 78.0 c 77.7 b 77.9 c 77.6 b 78.1 c 78.5 d 76.3 a 75.1 a 75.6 c 76.4 e 77.5 g 77.4 f 76.5 b 75.8 d 72.4 a 75.2 e 74.9 de 77.1 f 73.2 b 75.5 c 74.7 d 71.6 a 74.6 e 74.3 d 76.7 f 72.4 b 75.0 c 74.2 d 69.3 a d 73.1 c 73.3 c c 72.9 b 71.9 b d 70.8 a 68.9 a - Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Lampiran 9. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap bunga mawar potong selama masa pajangan chroma 9.1. Tabel Anova Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang Kemasan Hari Galat Total Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) 0.019* 0.000**

88 9.2. Uji perbandingan nilai tengah Perlakuan Kemasan Diameter 2.5 cm; tanpa plastik Diameter 2.5 cm; polietilen Diameter 2.5 cm; polipropilen Diameter 3.5 cm; polietilen Diameter 3.5 cm; polipropilen Diameter 3.5 cm; tanpa plastik Tanpa ventilasi Chroma 47.0 ± 52.2 a 47.9 ± 53.1 ab 48.5 ± 53.8 abc 50.1 ± 55.4 bcd 51.4 ± 56.7 bcd 52.1 ± 57.4 cd 52.7 ± 58.0 d Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Lampiran 10. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan pengawet terhadap laju respirasi (ml. CO 2 / kg.jam) bunga mawar potong selama penyimpanan. Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang Perlakuan Hari Galat Total Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) tn 0.030*

89 Lampiran 11. Uji beda rataan pengaruh perlakuan larutan pengawet terhadap kelayuan bunga mawar potong selama masa pajangan (persen) jumlah Perlakuan 3% sukrosa + 25% glyserin 6% sukrosa + 25% glyserin 3% sukrosa + 10% glyserin 6% sukrosa + 10% glyserin Tanpa larutan pengawet Masa Pajangan hari ke a 7.5 b 0.0 a 0.0 a 15.0 c 2.5 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a b 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 22.5 b Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT a 15.0 b 7.5 a 25.0 c 30.0 c 30.0 a 25.0 a 20.0 a 40.0 a 30.0 a 42.5 a 45.0 a 50.0 a 50.0 a 45.0 a Lampiran 12. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan pengawet terhadap laju respirasi (ml. O 2 / kg.jam) bunga mawar potong selama penyimpanan. Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang Perlakuan Hari Galat Total Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01) * 0.001*

90 Lampiran 13. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik Bent neck bunga mawar potong selama masa pajangan Masa Pajangan Hari ke- Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang 0 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.000** 1 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 2 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.000** 3 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.000** 4 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.000** 5 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.367tn 6 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.025* tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01)

91 Lampiran 14. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik Bent neck bunga mawar potong selama masa pajangan Kemasan K1 Masa Pajangan hari ke a 3.9 abc 3.9 a 2.3 a 2.3 a 0.0 a 0.0 a 3.9 a 4.0 bc 3.9 a 3.6 c 3.3 a 2.7 b 2.9 b 3.7 a 3.4 ab 3.7 a 3.1 bc 3.4 c 2.8 b 0.0 a 3.8 a 3.6 ab 3.8 a 3.2 bc 3.3 c 2.7 b 2.9 c 3.9 a 4.4 c 3.9 a 3.3 bc 2.6 ab 0.0 a 0.0 a 3.8 a 3.9 bc 3.8 a 3.4 c 2.9 bc 2.9 b 3.0 c 3.3 a 3.4 a 3.3 a 2.7 ab 2.7 ab 0.0 a 2.6 b Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Keterangan : Kemasan : 11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka 12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE 13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP 21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka 22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE 23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP K1 : tanpa berventilasi

92 Lampiran 15. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik warna bunga mawar potong selama masa pajangan Hari ke- Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang 0 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 1 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.000** 2 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 3 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.011** 4 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 5 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.262tn 6 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.025* tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01)

93 Lampiran 16. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik warna bunga mawar potong selama masa pajangan Kemasan K1 Masa Pajangan hari ke b 3.2 a 3.2 a 2.9 ab 2.9 a 0.0 a 2.9 b 4.2 bc 3.7 ab 3.8 b 3.4 b 3.3 ab 3.1 b 2.9 b 4.0 b 4.2 bc 3.8 b 2.9 ab 3.5 b 3.1 b 0.0 a 3.9 b 3.7 ab 3.8 b 2.7 a 3.5 b 3.3 b 2.9 c 4.6 c 5.2 dc 3.8 b 3.5 b 3.3 ab 0.0 a 0.0 a 4.0 b 5.7 a 4.0 b 3.5 b 3.5 b 2.9 b 3.0 c 3.3 a 4.3 bc 3.9 b 3.0 ab 3.6 b 0.0 a 2.6 b Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Keterangan : Kemasan : 11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka 12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE 13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP 21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka 22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE 23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP K1 : tanpa berventilasi

94 Lampiran 17. Pengaruh perlakuan kemasan terhadap terhadap organoleptik keharuman bunga mawar potong selama masa pajangan Hari ke- Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang 0 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.000** 1 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.000** 2 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 3 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.001* 4 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.005** 5 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.005* 6 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.568tn tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01)

95 Lampiran 18. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik keharuman bunga mawar potong selama masa pajangan Kemasan K1 Masa Pajangan hari ke a 4.2 a 3.2 a 3.0 a 3.4 ab 0.0 a 0.0 a 3.6 a 4.3 a 3.8 b 3.4 a 3.4 ab 3.4 b 3.1 b 4.0 a 4.4 a 3.8 b 3.4 a 3.6 abc 3.3 b 0.7 a 3.7 a 4.6 a 3.8 b 2.7 a 3.5 ab 3.3 b 2.6 a 4.1 a 4.4 a 4.8 b 3.3 a 3.3 ab 0.0 a 0.0 a 3.5 a 4.5 a 4.0 b 3.4 ab 3.1 a 3.3 b 3.2 b 3.5 a 4.3 a 3.9 b 3.0 a 3.4 ab 0.0 a 0.0 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Keterangan : Kemasan : 11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka 12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE 13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP 21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka 22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE 23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP K1 : tanpa berventilasi

96 Lampiran 19. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik kesegaran mahkota bunga mawar potong selama masa pajangan Hari ke- Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang 0 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 1 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 2 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.000** 3 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.033* 4 Perlakuan Panelis Galat Total tn 0.028* 5 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.192tn 6 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.065tn tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01)

97 Lampiran 20. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik kesegaran mahkota bunga mawar potong selama masa pajangan Kemasan K1 Masa Pajangan hari ke a 3.6 a 2.5 a 2.3 a 2.3 a 0.0 a 0.0 a 3.8 a 3.9 abc 3.0 bc 3.1 ab 2.8 a 3.0 c 2.4 b 3.6 a 3.6 ab 3.3 b 2.9 ab 2.9 a 2.9 bc 0.6 a 3.6 a 4.1 bc 3.4 bc 2.9 ab 2.8 a 2.5 b 3.0 a 4.5 b 4.3 a 4.0 bc 3.0 ab 2.9 a 0.0 a 0.0 b 3.7 a 4.2 c 3.9 c 3.2 ab 2.9 a 3.2 c 2.9 b 3.1 a 3.6 a 3.1 b 2.7 ab 2.9 a 0.0 a 0.0 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Keterangan : Kemasan : 11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka 12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE 13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP 21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka 22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE 23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP K1 : tanpa berventilasi

98 Lampiran 21. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik penampakan keseluruhan bunga mawar potong selama masa pajangan Hari ke- Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Peluang 0 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 1 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.000** 2 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.000** 3 Perlakuan Panelis Galat Total * 0.002* 4 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.098tn 5 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.188n 6 Perlakuan Panelis Galat Total ** 0.361tn tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji F 5 % (P < 0.05) ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% ( P <0.01)

99 Lampiran 22. Uji beda rataan pengaruh perlakuan kemasan terhadap organoleptik penampakan keseluruhan bunga mawar potong selama masa pajangan Kemasan K1 Masa Pajangan hari ke a 3.4 a 2.4 a 2.4 a 2.6 ab 0.0 a 0.0 a 3.8 ab 3.8 ab 3.3 bc 3.5 c 3.3 c 2.5 b 2.3 c 3.4 a 3.6 a 3.3 b 3.2 bc 3.5 c 2.7 bc 1.0 b 3.8 ab 3.9 abc 3.4 bc 3.2 ab 2.8 a 3.2 c 2.5 c 4.3 b 4.3 bc 4.4 bc 3.0 abc 3.4 c 0.0 a 0.0 a 3.8 ab 4.4 c 3.8 c 3.3 bc 3.1 bc 3.1 c 2.9 c 3.1 a 3.6 a 3.3 b 2.9 ab 2.3 a 0.0 a 0.0 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 0.05 Keterangan : Kemasan : 11.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm terbuka 12.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PE 13.1 : berventilasi dengan diameter 2.5 cm ditutup PP 21.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm terbuka 22.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PE 23.1 : berventilasi dengan diameter 3.5 cm ditutup PP K1 : tanpa berventilasi

100 Lampiran 23. Formulir uji organoleptik Nama : Tanggal : Hari ke- : Produk Petunjuk PENGUJIAN ORGANOLEPTIK : BUNGA MAWAR POTONG (Rosa hybrida) : Ujilah produk berikut dengan memberi tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan persepsi anda. Terima kasih. WARNA Kode Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka KEHARUMAN Kode Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka KESEGARAN MAHKOTA Kode Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka (Bent neck) Kode Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka PENAMPAKAN KESELURUHAN Kode Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka

101 Lampiran 24. Bunga mawar perlakuan terbaik pada hari ke-0 masa pajangan Lampiran 25. Bunga mawar kemasan diameter 3.5 cm; PP pada hari ke-3

102 Lampiran 26. Bunga mawar potong pada hari ke-4 masa pajangan Tanpa ventilasi Pengamatan hari ke-4 Pengamatan hari ke -4 a. Kemasan ventilasi; diameter 2.5 cm ; tanpa plastik Tanpa ventilasi Pengamatan hari ke-4 b. Kemasan ventilasi; diameter 2.5 cm; polietilen

103 Tanpa ventilasi Pengamatan hari ke-4 c. Kemasan ventilasi; diameter 3.5 cm;polietilen Tanpa ventilasi Pengamatan hari ke-4 d. Kemasan ventilasi ; diameter 3.5 cm;polipropilen Lampiran 27. Bent neck

104 . a. Bunga mawar yang mengalami bent neck b. penentuan derajat bent neck Lampiran 28. Pengukuran laju repirasi

105 Lampiran 29. Chromameter untuk mengukur warna

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mawar Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub- Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong dapat diartikan sebagai bunga yang dipotong dari tanamannya dengan tujuan sebagai penghias ruangan atau karangan bunga. Menurut Widyawan dan Prahastuti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal cold chaín Perubahan laju produksi CO 2 pada wortel terolah minimal baik pada wortel utuh (W1) maupun irisan wortel (W2) pada penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH III. PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Menurut Sheehan (1992) anggrek merupakan tanaman hias yang unik. Tanaman ini memiliki perbedaan vegetatif yang luas. Berdasarkan taksonomi, anggrek termasuk famili yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu kelompok tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan warna yang menarik,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN LAJU RESPIRASI Setelah dipanen ternyata sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian masih mengalami proses respirasi oleh karena itu sayuran, buah-buahan dan umbiumbian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN Oleh : GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014 2007

Lebih terperinci

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Emmy Darmawati 1), Gita Adhya Wibawa Sakti 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Lebih terperinci

Anang Suhardianto FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK

Anang Suhardianto FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK ANALISIS PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK CAISIN DENGAN PERLAKUAN PENGATURAN SUHU DIMULAI DARI SESAAT SETELAH PANEN, SELAMA PENGANGKUTAN, HINGGA SETELAH PENYIMPANAN *) Anang Suhardianto FMIPA Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan famili Orchidaceae. Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25.000 spesies (Llamas, 2003). Kontribusi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. B. Bahan dan Alat. C. Prosedur Penelitian. 1. Tahapan Persiapan. a. Persiapan Buah Jambu Biji Terolah Minimal

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. B. Bahan dan Alat. C. Prosedur Penelitian. 1. Tahapan Persiapan. a. Persiapan Buah Jambu Biji Terolah Minimal III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan februari sampai april 2010 di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), tingkatan takson dari krisan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga potong adalah bunga yang kini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan rangkaian bunga salah satunya adalah Bunga Krisan. Hasil observasi di Pasar

Lebih terperinci

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga mawar sangat pantas menyandang julukan si Ratu Bunga karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga yang cantik menawan dengan aneka ragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA. UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG

PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA. UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG SEDAP NIALAM (Polianthes tuberose L.) Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Supardi. F. 29.0098. Perlakuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. B. Bahan Dan Alat. C. Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. B. Bahan Dan Alat. C. Prosedur Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2011 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan salah satu produk hortikultura. Jagung manis memiliki laju respirasi yang tinggi sehingga mudah mengalami

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 Rata-rata volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 2. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi chitosan tidak memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

Fisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG

Fisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG Oleh : Siswadi PENDAHULUAN Anggrek merupakan tanaman yang sangat banyak jenisnya, terutama keindahan bunganya. Bentuk, ukuran variasi warna, dan corak bunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi

TINJAUAN PUSTAKA. baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respirasi Respirasi merupakan suatu aktifitas yang dilakukan oleh mikroorganisme hidup baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) Oleh : Ali Parjito F14103039 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan

No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan Þ«²¹ б ±²¹ Ó Bunga mawar sebagai bunga potong bermanfaat untuk dekorasi ruangan baik perkantoran, hotel, maupun restoran tampil baik secara tunggal, bergerombol,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias mempunyai peran sangat penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph larutan Derajat keasaman (ph) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya ph air sangat dipengaruhi oleh kandungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) ABSTRACT ABSTRAK

PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) ABSTRACT ABSTRAK PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) Riva R. Rengkuan ) Ireine A. Longdong STP, MP ) Dr. Ir Lady C. Ch. Lengkey, MSi ) ABSTRACT Effects

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci