BAB V KEPEMIMPINAN PETANI: INOVASI DAN STRATEGI PETANI MENYIASATI MUSIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KEPEMIMPINAN PETANI: INOVASI DAN STRATEGI PETANI MENYIASATI MUSIM"

Transkripsi

1 BAB V KEPEMIMPINAN PETANI: INOVASI DAN STRATEGI PETANI MENYIASATI MUSIM Pengantar Bentuk penyiasatan petani dalam menghadapi puncak hujan yang dilakukan dengan menggeser waktu tanam merupakan upaya petani dalam beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Menggeser waktu tanam pada musim tanam pertama bertujuan untuk menghindari genangan air (banjir) puncak hujan yang terjadi pada bulan Januari-Pebruari. Kemampuan petani melalui upaya menggeser waktu tanam tersebut berpengaruh terhadap pranata sosial untuk memastikan bahwa petani memiliki modal simbolik yang melekat dan disertai modal ekonomi maupun modal sosial dalam membangun tindakan kolektif. Bab ini merupakan analisa dari gambaran tanggapan dan kebutuhan petani dalam beradaptasi menghadapi risiko iklim dan bencana banjir yang selama ini memengaruhi sumber penghidupan petani Desa Baturejo. Pengetahuan Petani Petani Desa Baturejo sudah tidak menggunakan pranata mangsa sebagai pedoman dalam pengelolaan lahan pertanian karena ada perubahan lingkungan yang telah bergeser seperti musim tanam yang diatur oleh pemerintah yang sudah menyesuaikan dengan turunnya curah hujan karena sudah tidak tepat lagi dipergunakan 73

2 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan sebagai dalam pedoman dalam menentukan musim tanam. 1 Sebelum tahun 2001, Sumono, salah seorang petani 2 menggunakan pranata mangsa tetapi gagal karena hanya areal miliknya saja yang dipakai dalam menanam padi pada musim tanam pertama karena habis dimakan oleh hama tikus atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lainnya. Tidak ada Sekolah Lapangan Iklim yang dikembangkan Departemen Pertanian di wilayah ini. Ketergantungan petani terhadap sistem irigasi pompa menjadikan petani tidak merasakan perbedaan iklim dalam pengelolaan lahan pertanian karena kebutuhan air dalam memulai musim tanam dapat dipasok dari pintu air Klambu Kanan dan sumber air dari pegunungan Kendeng yang masuk di Sungai Tus dan dipompa oleh petani untuk digunakan dalam pengelolaan lahan pertaniannya. Sebelum tahun 2007, petani memiliki pedoman bahwa bahwa banjir besar bulan Desember-Januari-Pebruari dan memiliki siklus 8 tahunan. Pedoman tersebut digunakan petani untuk mengantisipasi kegagalan panen sehingga kerugian panen dapat diminimalisir. Tetapi pada 2 tahun terakhir petani merasakan perbedaan intensitas banjir karena pada banjir yang terjadi di musim tersebut terjadi lebih awal dan lebih lama surutnya. Banjir juga terjadi beberapa kali dalam satu kurun waktu (Desember-Pebruari) sehingga kegagalan panen petani sangat tinggi. Meskipun petani memiliki pengetahuan bencana banjir dengan membaca siklus delapan (8) tahunan, enam belas (16) tahunan terjadi bencana bencana yang besar, apalagi jika tahun Muharam (1 Sura) jatuh pada hari Jumat Wage (Penanggalan Jawa) 1 Pengetahuan peralihan musim penghujan ke musim kemarau ditandai dengan berbunganya pohon randu atau posisi matahari bergeser ke utara tetapi memasuki musim penghujan petani merasakan angin kencang atau angin besar. Sedangkan bergesernya musim penghujan dengan siklus 8 tahunan atau 12 tahunan ditandai dengan bertelurnya ikan bethik (mujair) pada musim kemarau atau anakan pohon bambu melengkung seperti pancing (bungcut, dalam bahasa jawa) 2 Menurut penuturan Tanto Pursidi, Sumono adalah anggota Kelompok Tani Sido Makmur yang memiliki pekerjaan sebagai TNI di Koramil Sukolilo dan pernah mengajak bentrok karena rebutan air. 74

3 Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim pasti pada tahun masehi tersebut akan terjadi bencana banjir yang cukup besar, tetapi sudah mengabaikan pengetahuan tersebut karena sejak dua (2) tahun terakhir, sudah berulang kali banjir besar menenggelamkan lahan pertanian dan merusak hasil pertanian mereka (Tanto Pursidi, Gunretno dan Samidjan). Pengetahuan pranata mangsa sudah tidak bisa digunakan kembali karena menurut penuturan Tanto Pursidi, iklim udah tidak bisa dikenali...saiki angel niteni kapan mulai wayah ketigo opo wayah penghujan.mbiyen petani iso niteni mergo sifat udan isih podo terus lah saiki angel..wayahe wis kacau tenan (...sekarang sulit mencermati kapam dimulaini musim kemarau atau musim penghujan...dulu petani bisa mencermati akrena sifat hujan masih selalu sama...kalau sekarang sulit...musim sudah benar-benar kacau... ) (Tanto Pursidi) Kekacauan musim atau ketidakpastian musim tersebut mengakibatkan petani tidak bisa menggunakan pedoman pengetahuan tradisional dalam menentukan musim tanam tetapi karakteristik hujan meskipun berubah, petani bisa memastikan bahwa pada tahun baru china yang jatuh pada bulan pebruari, hamparan pertanian Desa Baturejo mengalami genangan air yang cukup tinggi karena puncak hujan terjadi pada bulan tersebut. Kekacauan musim juga sering terjadi meskipun petani bisa memastikan pada bulan Pebruari terjadi genangan air pada puncak hujan, karena terkadang sifat dan intensitas hujan yang berubah-ubah selama akhir Desember sampai Maret, seperti yang dialami oleh Kelompok Tani Sido Rukun pada awal tahun Pengetahuan petani menggunakan pengetahuan lokal (titen) atas pengaruh genangan air pada puncak hujan yang terjadi pasa awal tahun (Januari-Maret) dan mengenal sistem pompa untuk mendapatkan pasokan air dari Sungai Tus, menggantikan sistem irigasi dan curah hujan yang selalu gagal karena genangan air pada 75

4 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan waktu padi sudah mulai dipanen. Seperti pernyataan Karno (2014), menyebutkan:..koyo awal tahun wingi (2014), bengi mbeleh pithik dienggo syukuran arep panen, esuk parine wis ora iso dipanen kerono keleb banyu. (...seperti tahun kemarin (2014), malam memotong ayam untuk syukuran panen padi, paginya padi sudah tidak bisa dipanen karena tergenang air (banjir... )(Karno) Petani bergantung pada sistem pengarian irigasi yang dibangun dari sistem irigasi Klambu Kanan yang mengambil jaringan dari Bendungan Wegil. Tetapi air tersebut tidak bisa dinikmati pada hamparan pertanian Desa Baturejo karena pasokan air yang kurang dan selalu terlambat. Keterlambatan tersebut, menyebabkan petani berhadapan dengan OPT terutama tikus dan genangan air pada puncak hujan ketika padi sudah mulai atau akan dipanen. Kondisi tersebut berulang sehingga petani beralih menggunakan air yang berasal dari JU II yang dikenal sebagai Sungai Tus aau sungai buangan. Sungi tus ini juga mendapatkan pasokan air dari beberapa mata air di Pegunungan Kendeng (kawasan karst) yang saat ini terancam oleh rencana penambangan dan pembangunan pabrik semen yng dilakukan oleh PT. Semen Gresik Tbk., maupun PT. Indocement. Pemimpin sebagai Aktor Utama Perubahan Dalam menggeser musim tanam pertama seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sido Makmur pada awal tahun 2007, pengaruh pemimpin dalam menyiasati genangan air pada puncak hujan menjadi penting. Kepercayaan yang diberikan anggota kelompok pada pemimpin untuk mampu menyiasati musim tanam pertama merupakan modal sosial keanggotaan petani yang terikat oleh hamparan dari sistem irigasi yang ada. Tidak hanya pengetahuan saja tetapi inovasi dan jaringan antar kelompok tani, posisi tawar 76

5 Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim dengan PPL dan dinas pertanian Peternakan, serta kemampuan mengorganisir petani. Penentuan pola tanam diinisiasi ditentukan oleh Pengurus Kelompok Tani 3 yang sekaligus mengelola pompa. Mekanisme penentuan pola tanam pada musim tanam pertama ditandai dengan pembasahan lahan dengan melalui pengoperasian mesin pompa melalui irigasi 4. Pengurus Pengelola pompa 5 memiliki kewenangan dalam menentukan dimulainya jadwal tanam dengan membasahi lahan. Pengelola pompa dipilih oleh anggota kelompok tani melalui rapat anggota dengan agenda pemilihan kepengurusan selama 1 periode (3 tahun). Sehingga penentuan dimulainya musim tanam sangat dipengaruhi oleh Pengelola Pompa sebagai pemimpin atau tokoh dalam kelompok tani. Pengalaman Tanto Pursidi ketika menjadi Ketua Kelompok Tani SidoMakmur tahun , mekanisme pengambilan keputusan yang dilakukan pada pertengahan atau akhir bulan agustus 3 Kelompok Tani dibentuk pertama kali oleh pemerintah berdasarkan hamparannya kemudian berkembang menjadi kelompok pompa dimana pengurus kelompok tani juga menjadi kelompok pompa yang memfasilitasi sarana produksi padi (saprodi) anggota kelompoknya. Selanjutnya peran kelompok tani tersebut langsung berhubungan dengan Petuga Penyuluh Lapangan untuk mendapatkan akses informasi atau program pemerintah, sedangkan dalam memberikan penyuluhan tentang pengelolaan pertanian petani tidak percaya pada penyuluh lapangan karena mengalami kegagalan sehingga PPL diperankan untuk melegitimasi bantuan/proyek pemerintah ke patni seperti penyaluran pupuk, bibit, kredit, informasi tentang dibukanya pintu air Klambu Kanan dan lain sebagaimnya. 4 Pengurus kelompok tani yang sekaligus pengelola pompa mendapatkan keuntungan dari hasil panen pada setiap musim tananm karena operasional dan infrastruktur irigasi dan jalan diinisiasi oleh pengelola pompa yang mendapatkan keuntungan dari bagi hasil panen padi yang disepakati dalam rapat anggota kelompok tani. 5 Tahun 1999 sampai Juli 2009, Pengurus Kelompok Tani merupakan Pengelola pompa tetapi pada bulan Agustus 2009 akan diberlakukan pengelola pompa akan diberikan pada pihak swasta melalui pelelangan lahan pengairan sehingga kepengurusan kelompok tani terpisah dengan pengelola pompa. Lelang air yang sudah dipersiapkan oleh Kelompok Tani Sido Makmur pada masa kepengurusan Tanto Pursidi gagal menawarkan tawaran draft Peraturan Desa terkait tata kelola air tersebut sehingga pada masa kepengurusan Kuraji (1999-saat ini) kepengurusan hamparan dan pompa tetap menjadi satu dengan kelompok tani yang sama dengan pengurus kelompok pompa. 77

6 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan merupakan tanda bahwa petani akan memulai musim tanam dengan pembasahan lahan. Hal tersebut dilakukan melalui rapat anggota kelompok yang bertujuan agar petani sebagai anggota memiliki persiapan dalam memulai musim tanam namun tidak semua mekanisme tersebut dilakukan dengan model rapat anggota melainkan inisiatif langsung pengurus pengelola pompa. Tetapi strategi memajukan musim tanam tersebut tidak dilanjutkan tahun 2007 karena terjadi pergantian kepengurusan sehingga pada tahun 2007 sampai sekarang (tahun 2009), petani Desa Baturejo mengalami kegagalan karena banjir pada bulan Januari-Pebruari. Pilihan tanaman padi merupakan pilihan ekonomi karena memberikan hasil pertanian yang relatif berdampak pada peningkatan ekonomi bagi petani meskipun ongkos yang dibutuhkan dalam pengelolaan lahan pertanian pada musim tanam pertama dan kedua sangat tinggi. Strategi memajukan musim tanam pertama pada pertengahan bulan Agustus sudah tidak dilakukan sejak tahun 2007 karena terjadi perubahan struktur organisasi pada kelompok tani yang memengaruhi strategi memajukan musim tanam pertama sehingga petani sering mengalami kerugian pada musim tanam pertama. Pada musim tanam pertama tidak ada petani yang berbeda dalam menanam jenis tanaman yang berbeda selain padi. Tetapi pada musim tanam kedua, pada tanah nggenengan (zona I dan II) terdapat petani menanam palawija khususnya pada lahan yang sulit dialiri air dari irigasi pompa tetapi masih mendapatkan rembesan air yang berdekatan pada areal tanaman padi dan terletak lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian (Gambar 5.1) 6. 6 Tanah buangan normalisasi Sungai Tus (Juwana) 78

7 Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim Gambar 5.1. Lahan pertanian yang terletak lebih tinggi menanam palawija pada awal musim tanam kedua. Berbeda dengan kelompok Tani Sido Rukun (2014) 7, mendasarkan genangan air yang terjadi pada awal tahun 2014 (MT I 2014) maka disepakati oleh Kelompok Pompa Sido Rukun untuk memulai lebih awal pada MT I yaitu pada bulan Agustus untuk mulai pembasahan lahan dan mulai musim tanam pada awal bulan September. 7 Kelompok tani ini mengganti nama hamparan pangkalan I dengan Sido Rukun karena dianggap tidak memberikna kemajuan pada anggota kelompok tani dan desa terkait dengan kemajuan desa. Pengambilalihan Kelompok Tani Pangkalan I ini dilakukan oleh petani muda (sebagian besar adalah Sedulur Sikep) karena mengajukan gagasan lelang air untuk dapat melakukan reorganisasi kelompok pompa yang sebelumnya dikelola oleh Kelompok pangkalan I yang diketuai oleh Subardi. 79

8 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Ketersediaan bahan bakar untuk memompa air dan mengantisipasi serangan tikus (OPT) merupakan persoalan utama bagi kelompok ini. Pada awalnya, kebutuhan keuangan menjadi persoalan utama dalam memulai musim tanam pertama tahun 2014 untuk menjamin ketersediaan bahan bakar dan menyepakati antisipasi serangan tikus karena hamparan disekitar Sido Rukun (Sido Makmur, Sido Rukun) belum memulai msim tanam pertamanya. Diperkirakan serangan tikus menjadi lebih tinggi karena tikus akan menyerang hamparan sido rukun karena hamparan ini telah tertanami. Anggota Kelompok Tani Sido Makmur menyekati melakukan antisipasi serangan tikus dengan menggunakan pagar seng pada setiap hamparan pertanian yang dimilikinya. Pengetahuan antisipasi tikus dengan pagar seng didapatkan dari petani di daerah Tambakromo ketika beberapa petani menjadi buruh tani panen padi (ngedhos) di wilayah tersebut. Penggunaan pagar seng ini pertama dikali dilakukan oleh petani pada hamparan Sido Rukun meskipun diakui bahwa penggunaan pagar seng membutuhkan biaya yang cukup besar. Menurut penuturan Karno, menyebutkan bahwa: 80 butuh kurang luweh gulungan seng ukuran lebar 80 cm nang lahan sak hektar. Nek sak gulung seng ukuran semono kui regane sewelas satus..tinggal ngepingke wae mas.. (...butuh kurang lebih gulung seng dengan ukuran lebar 80 cma pada lahan satu hektar. Satu gulung yang ukuran tersebut harganya satu juta seratus...tinggal mengalikan saja mas... ) (Karno) Artinya dalam satu (1) hektar lahan kebutuhan modal awal yang dimiliki oleh petani minimal 17,2 juta untuk mengantisipasi serangan tikus pada awal musim pertama. Pagar seng bisa digunakan pada musim berikutnya jika tidak mengalami kerusakan seperti keropos pada bagian bawah karena tergenang air selama kurang lebih 3 bulan atau hal lain. Inovasi untuk antisipasi keluar masuknya air juga telah dimilki oleh petani dengan membuat lubang dengan perangkap tikus yang coba memasuki lahan pertanian dan juga untuk keluar masuknya air.

9 Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim Berbeda dengan Kelompok Tani Sido Makmur. Awal musim tanam pertama tahun 2014 mereka tidak memajukan musim tanam seperti pada Kelompok Tani Sido Rukun karena petani pada hamparan Sido Rukun tidak menggunakan pagar seng dalam antisipasi serangan tikus, selain kebutuhan modal yang cukup besar untuk memenuhi ketersediaan bahan bakar pompa. Pola tanam dipengaruhi oleh pengurus kelompok tani karena mereka banyak berkomunikasi dengan pihak luar seperti pemerintah, kelompok diuar wilayah hamparan, lembaga swadaya masyarakat maupun pedagang Sarana Produksi Padi (SAPRODI), seperti: pengetahuan dan pengalaman model tanam Jajar Legowo, SRI, Sistem 41, bantuan program untuk petani dan berbagai bentuk subsidi pemerintah yang diberikan melalui struktur pemerintahan yang ada. Meskipun penerapannya tidak dipengaruhi oleh informasi pemerintah tetapi lebih dipengaruhi oleh buruh tanam yang berasal dari wilayah lainnya. Petani Desa Baturejo khususnya Kelompok Tani Sido Makmur, masih berharap untuk memajukan musim tanam lebih awal (September) pada MT I karena ketersediaan air dirasakan cukup dalam pembasahan lahan sebagai tahap awal dalam persemaian pada MT I. Petani tidak memiliki rencana atau inisiatif mengganti jenis tanaman untuk mengantisipasi banjir maupun kekeringan karena wilayah pertanian Desa Baturejo merupakan lahan rawa yang rentan terhadap banjir. Selain itu, padi masih merupakan komoditas yang menjanjikan bagi petani dalam mendukung kehidupannya. Transfer pengetahuan petani didapat ketika petani tersebut menjadi buruh tani di wilayah lainnya atau buruh tani yang bekerja dilahannya. Jarang sekali petani mendapatkan pengetahuan yang digunakan dri PPL setempat selain informasi air dibuka dari Bendung Kedung Ombo, Bendung Klambu Kanan dan Bendung Wegil untuk memastikan air tersedia di Sungai Tus yang kemudian dipompa. 81

10 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Kelembagaan Petani dan Tindakan Kolektif Hamparan pertanian yang merupakan satu kawasan agro ekologis telah membentuk (memaksa) petani saling berkomunikasi dan memastikan tindakan berbagi dalam mendistribusikan sistem pengaliran airnya. Kawasan agroekologi ini juga awal terbentuknya sistem kelembagaan petani dalam memastikan produksi pertanian menjadi tumpuan sumber kehidupan. Kelembagaan berbasis hamparan tersebut mendorong terbentuknya kelembagaan petani formal untuk memastikan upaya pemberdayaan petani oleh pemerintah dapat dioptimalkan. Meskipun petani terkesan hanya menggunakan kelembagaan tersebut untuk memperoleh bantuan atau utang dari proyek-proyek pemerintah yang tidak tepat sasaran atau menyelesaiakn persoalan petani. Seperti yang dinyatakan oleh Tanto Pursidi 82 ora kabeh petani teko nang penyuluhan soko dinas neng ndeso opo nang kutho. Petani gelem teko nek tergantung kepentingane petani.misale ono kredit opo bantuan sing sifate nguntungke petani, koyo tho : bantuan benih, pestisida lan sak panunggalane.. (...tidak semua petani datang ke penyuluhan dari dinas di desa atau du kota. Petani mau datang tergantung kepentingannya..misalnya ada kredit atau bantuan yang menguntungkan petani seperti bantuan benih, pestisida... atau yang lainnya... ) (Tanto Pursidi) Jika pemerintah kabupaten memiliki kepentingan dalam memberikan informasi tentang kondisi air waduk, hama, maupun bantuan, petani diundang melalui perwakilan kelompok tani ke kecamatan Sukolilo. Tetapi jika inisiatif pertemuan berasal dari petani maka pertemuan tersebut dilaksanakan di desa atau kelompok tani wilayah tersebut. Karena petani memiliki kepentingan pada masalah pertanian khususnya OPT yang sifatnya konsultatif atau proyek bantuan pemerintah seperti bantuan benih, obat-obatan pengendalian hama, peningkatan kapasitas dalam bentuk Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) atau dalam bentuk

11 Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim fisik seperti Pengelolaan Lahan dan Air (PLA). Artinya keterlibatan aktif petani sangat diharapkan oleh pemerintah melalui Petugas Penyuluh Lapang Dinas Pertanian Kabupaten Pati. Kelembagaan petani yang ada saat ini terjadi karena sifat hamparan yang berada dalam satu wilayah ekologi yang membentuk keterikatan antar petani pemilik atau pengelola lahan pertanian. Petani memahami kelembagan dalam kebiasaan bertani tidak bersifat formal seperti kelembagaan formal yang dibentuk oleh atuarn hukum atau aturan sosial tertentu tetapi kelembagaan yang terjadi, terbentuk dari nilai sosial dan ekologi petani itu sendiri. Seperti terbentuknya kelompok tani di Desa Baturejo, kelompok tani yang ada merupakan kelompok tani yang berada dalam satu hamparan ekologi yang dipisahkan oleh sistem pengairan. Petani berbagi pengetahuan dan informasi ketika berada pada hamparannya khususnya dalam pengelolaan air sehingga keputusan dilakukan dihamparannya bukan pada pertemuan formal seperti rapat yang mengumpulkan seluruh petani pada setiap hamparan atau kelompok tani. Jika petani membutuhkan informasi atau kepentingan lainnya terkait dengan pengelolaan lahan dan air, petani atau pengelola lahan mendatangi ke rumah di luar waktu pengelolaan lahan karena terkadang petani tidak bertemu ketika di lahannya, seperti: meminjam tenaga, kapan memluai membasahi lahan karena salah satu atau beberapa petani atau pengelola lahan membtuhkan air untuk memulai musim tanam, kebutuhan pupuk atau pestisida, antisipasi serangan OPT, dan yang lainnya. Keberadaan kelompok pompa sebagai bentuk baru kelembagaan kelompok tani mendorong tindakan kolektif antar aktor dan jejaringnya yang dibangun dalam sistem hamparan agro ekologi dalam memastikan tata kelola pertaniannya. Dimulainya musim tanam yang ditandai oleh dimulainya pembasahan lahan oleh pengurus kelompok pompa merupakan tanda bagi petani dalam hamparan untuk mempersiapkan lahan dan kebutuhan lainnya. Petani memperhitungkan risiko serangan OPT, kebutuhan OPT dan kebutuhan pupuk untuk memastikan pertumbuhan padi dapat dijaga 83

12 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan dan dijamin untuk menghasilkan padi yang siap panen. Risiko genangan air pada puncak hujan tidak selalu diperhitungkan karena petani sudah tidak menggunakan kalender musim sebagai patokan (siklus bencana banjir) tetapi hanya memperhitungkan bagaimana mengantisipasi serangan OPT ketika kelompok pompa memutuskan memajukan musim tanam baik ekstrim maupun tidak terlalu ekstrim. Petani bertindak kolektif dalam ketika tanda dimulainya musim tanam dilakukan dan secara kolektif mengantisipasi serangan OPT untuk menghindari genangan air pada puncak hujan. Munculnya kelompok pompa sebagai alternatif petani Desa Baturejo dalam mengelola pertaniannya merupakan bentuk baru kelembagaan petani pada hamparan ini. Kelompok pompa berbasis hamparan merupakan terobosan pengetahuan petani dalam menyiasati musim dan kelangkaan air serta menghindari genangan air pada puncak hujan dalam mempertahankan sumper penghidupannya. Kompetisi antar kelompok pompa juga menarik untuk diperhatikan dalam menyiasati musim dan mengantisipasi serangan OPT. ketakutan memulai musim pertama oleh kelompok pompa dan anggotanya karena serangan tikus. Jika pada awal musim pertama dimulai lebih dahulu maka dapatidpastikan serangan tikus menyerang siapa yang menanam terdahulu. Sehingga kelompok pompa dengan petani pada satu hamparaanya harus bersepakat untuk berani menanggung risiko gagal karena serangan tikus. Di antara kelompok tani juga tidak ada komunikasi secara khusus untuk segera memulai musim tanam pertamanya, hanya komunikasi lewat sms atau ketika ketemu dijalan saja mereka memastikan siapa yang memulai lebih dahulu. Kelmpok pompa merasa ketakutan jika hamparaanya mengalami kegagalan karena biaya pompa ditanggung sepenhnya oleh kelompok pompa bukan oleh petani yang berada dihamparanya. 84

13 Kelompok Pompa dalam Sistem Lelang Air Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim Keuntungan dan kerugian kelompok pompa merupakan bentuk baru kelembagaan ekonomi baru petani berbasis pda inovasi dan transfer pengetahuan di jejaring petani dalam satu hamparan. Ketersediaan air merupakan prasyarat utama dalam memastikan kelompok pompa dapat menjalankan fungsinya dalam memulai musim tanam pertama. Besarnya kebutuhan air dan modal serta pengetahuan untuk memastikan kecilnya risiko gagal panen menjadi dinamika sendiri bagi pengurus kelompok pompa. Dengan pembagian 1/8 di Kelomok Sido Makmur dan sepersembilan (1/9) di Kelompok Sido Rukun dapat dipastikan keuntungan dalam musim tanam pertama mencapai juta rupiah setelah dipotong BBM. Upaya yang dilakukan oleh kelompok pompa ini tidak sebanding dengan pembangunan desa khususnya infrasturktur desa, seperti jalan desa, jembatan dan lain sebagainya. Perbaikan infrastruktur sering dilakukan oleh pemerintah melalui Alokasi Dana Desa (ADD) dan proyek lainnnya tidak mencukupi untuk memperbaiki infrastruktur desa yang rusak karena transportasi dari proses produksi padi. Gagasan lelang air merupakan alternatif untuk menghubungkan relasi kepentingan desa dengan petani khsuusnya kelompok pompa dan memaksa untuk melakukan reorganisasi pada kelompok pompa. Kesepakatan yang dibangun oleh pihak desa dengan memulai menggunakan sistem lelang air dimana desa menyepakati batas alokasi pajak air untuk perbaikan infrastruktur desa sebesar 35 juta yang digunakan untuk perbaikan infrastruktur desa selama 3 tahun masa kerja organisasi kelompok pompa tersebut. Sistem lelang air ini relatif baru dimulai tahun 2013 dan diterapkan pada semua kelompok pompa. Uang lelang dikelola langusng oleh desa untuk perbaikan jalan desa sedangkan kelompok tani pengganti kelompok pompa yang lama juga mengganti harga mesin pompa sesuai dengan umur teknis dan harga perbaikannya. Sistem lelang air ini diterima oleh semua pihak Desa Baturejo karena ada tanggung jawab petani khususnya kelompok pompa yang selalu diuntungkan untuk ikut berpartisipasi dalam perbaikan dan pengelolaan infrastruktur desa. 85

14 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Risiko Kegagalan Petani sudah tidak bisa berbuat apa-apa jika prediksi cuaca pada akhir musim tanam pertama meleset dari perkiraan. Meskipun segala upaya yang sudah dilakukan kelompok tani dan anggota kelompok tani dalam menyiasati musim dan serangan OPT telah dilakukan namun mereka pasrah ketika pada akhir musim tanam pertama, puncak musim hujan tidak terprediksi. Seperti kejadian musim tanam pertama pada awal tahun 2014 di hamparan Sido Rukun. Naiknya genangan air secara tiba-tiba menyebabkan tenggelamnya lahan pertanian siap panen karena hujan dalam waktu semalam dengan intensitas yang tinggi. Kekacauan cuaca yang demikian berlangsung beberapa tahun sebelumnya sehingga petani tidak bisa berbuat apa-apa. Selain itu, serangan tikus atau OPT lainnya juga mempengarhui hasil panen padi tetapi masih bisa ditanggulangi oleh mereka. Jika rugi pun tidak sebesar ketika padi siap panen tergenang air ketika atau menjelang puncak hujan karena tidak mungkin mampu menyelematkan hamparan pertanian yang dikelolanya. Kepemimpinan dan Kepengikutan Kelompok pompa merupakan sekumpulan petani yang padat modal dalam penyelenggarakan sistem pertanian padi di Desa Baturejo. Kemampuan bertani, ketersediaan modal, pengetahuan dan jaringan yang cukup memengaruhi siapa yang memimpin kelompok pompa. Kepengikutan dalam kelompok pompa itu pun tidak saja komitmen tetapi juga diharapkan memiliki modal yang relatif cukup untuk saling iuran dalam penyediakan pembelian BBM. Kepemimpinan menjadi tolak ukur dalam menilai keberhasilan kelompok pompa dalam memastikan ketersediaan air bagi anggota kelompok tani berbasis hamparan dan terhindarnya hamparan pertanian dari genangan air pada puncak hujan. 86

15 Kepemimpinan Petani: Inovasi dan Strategi Petani Menyiasati Musim Keberhasilan tersebut akan mendorong kepercayaan petani pengelola dan anggota kelompok pompa terhadap pengelolaan lahan pertanian karena dampak lain dari menggeser waktu tanam (memajukan) adalah selisuh harga penjualan gabah atas pasar ketika semua petani belum panen. Kepercayaan anggota kelompok pompa dan petani juga tidak didasarkan pada pengetahuan, ketrampilan (inovasi) tetapi juga kemampuan menggalang modal awal dalam mempersiapkan musim tanam awal. Faktor lain yang memengaruhi pemimpin kelompok tani adalah keberanian menanggung risiko terhadap kegagalan. Serangan tikus (OPT), ketersediaan pupuk, dan pestisida memengaruhi kepercayaan petani penggarap dan anggota kelompok tani meskipun terjadi penerimaan keputusan karena ketergantungan pada hamparan dan modal dalam sistem kelola lahan pertanian berbasis pada kawasan ekologinya. Catatan Penutup Tanggapan petani terhadap pola tanam dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh kelompok pompa. Ketergantungan petani penggarap terhadap kelompok pompa sangat tinggi karena kebutuhan air dipasok dari kelompok pompa. Sedangkan keputusan kelompok pompa dipengaruhi oleh kepemimpinan kelompok pompa dalam inovasi, ketersediaan modal dan ketergantungan ketersediaan air. Pengetahuan petani terhadap pola tanam merupakan modal simbolik yang dimiliki oleh petani dan jejaringnya. Pengetahuan yang berdampak pada inovasi dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari kemampuan petani dan buruh tani yang saling memekerjakan. Jejaring petani dan buruh tani merupakan bentuk simbiosis mutualisme dalam memastikan pengetahuan dan inovasi dapat dipraktikan untuk mengantisipasi kegagalan panen akibat kekacauan musim dan serangan OPT. 87

16 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Ketergantungan keputusan tanam oleh pemimpin kelompok pompa dan anggotanya oleh petani penggarap lainnya merupakan bentuk kepercayaan dengan memastikan kapandimulainya musim tanam pertama. Kepercayaan petani penggarap tersebut dipengaruhi oleh kemampuan inovasi dalam pengambilan keputusan dimulainya musim tanam pertama, ketersediaan modal, jaringan internal dan eksternal petani untuk mendapatkan akses bagi petani, keberanian mengambil risiko kegagalan panen dan yang tidak kalah penting adalah ketersediaan air yang mencukupi untuk menggeser waktu tanam. 88

BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA

BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA Pengantar Ketergantungan petani padi pada hamparan tandah hujan terhadap musim tanam sangat tinggi. Pengaruh cekaman iklim berpengaruh terhadap hasil

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN PETANI PADI DESA BATUREJO MENGHADAPI CEKAMAN IKLIM

BAB IV TANGGAPAN PETANI PADI DESA BATUREJO MENGHADAPI CEKAMAN IKLIM BAB IV TANGGAPAN PETANI PADI DESA BATUREJO MENGHADAPI CEKAMAN IKLIM Pengantar Dampak ketidakpastian musim berpengaruh terhadap petani yang bergantung pada curah hujan atau tidak memiliki sumber air tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim merupakan realitas yang diangkat sebagai isu global yang akhir-akhir ini telah menjadi realitas dan isu lokal. Penelitian yang paling mencengangkan pada

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Kelompok Tani Di Kelurahan Ngestiharjo Wates Kulon Progo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Kelompok Tani Di Kelurahan Ngestiharjo Wates Kulon Progo V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Tani Di Kelurahan Ngestiharjo Wates Kulon Progo 1. Kelompok Tani Ngesti Utomo I Kelompok Tani Ngesti Utomo I berdiri pada tahun 1998, yang berlokasi di Dusun

Lebih terperinci

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM 141 VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM Persoalan mendasar sektor pertanian menurut Tim Penyusun Road Map (2010) diantaranya adalah meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.45/07/35/Th XIV,1 Juli 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2015) A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2015 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konferensi Bali dan berbagai organisasi dunia, baik lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga pemerintah, sudah mengakui dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor, khususnya

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA : BOJONGSARI (RW 03 DAN RW 04) KECAMATAN : BOJONGSOANG KABUPATEN : BANDUNG PROVINSI : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PANEN PADI HIBRIDA TAHUN 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PANEN PADI HIBRIDA TAHUN 2015 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PANEN PADI HIBRIDA TAHUN 2015 TANGGAL 5 PEBRUARI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM PRESIDEN, Dalam upaya mengamankan produksi gabah/beras nasional serta antisipasi

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung

Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung Oleh : A. Rozany Nurmanaf Sumaryanto Sri Wahyuni Ening Ariningsih Yana

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO 1. Gambaran Umum Desa Lengkong A. Keadaan Geografis Desa Lengkong adalah sebuah desa yang berada

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN

PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR BIDANG PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Surabaya, Februari 2013 KATA PENGANTAR Dengan memanjat syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip yang akan menjadi pedoman pengembangan suatu kawasan potensial untuk menjadi daerah irigasi yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat selalu akan diawali

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.19/03/35/Th XIV,1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI Angka Sementara () produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah Kering

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Implementasi Program Asuransi Pertanian terhadap Pendapatan. Petani Anggota Gapoktan Bangkit Jaya

BAB IV ANALISIS DATA. A. Implementasi Program Asuransi Pertanian terhadap Pendapatan. Petani Anggota Gapoktan Bangkit Jaya BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai asuransi dan pendapatan dan BAB III yang berisi tentang hasil penelitian, maka dalam BAB IV penulis akan mencoba melakukan

Lebih terperinci

Pengantar. Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim

Pengantar. Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim Pengantar Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim Dr. Ir. Haryono, M.Sc. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sudah sering kita dengar, rasakan,

Lebih terperinci

ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA

ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA 1 LATAR BELAKANG 1.Usaha sektor pertanian dipandang usaha yang mempunyai risiko tinggi terhadap dinamika alam dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring dengan berkembangnya pembangunan waduk di Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA Bambang Irawan dan Sri Hastuti Suhartini PENDAHULUAN Kelembagaan memiliki pengertian yang sangat luas. Kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan main yang

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 26 SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Mochammad Kamil Malik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 No. 70/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS PANEN PADI SAWAH PADA TAHUN 2014 SEBESAR Rp

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT ABSTRAK

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT ABSTRAK IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT Fadjry, Rafiek, D. Ismadi (1), M. Alwi, dan A. Budiman (2) (1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/12/32/Th.XVI, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan 51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi

BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Penelitian mengenai Analisa Dampak Sosial Pembangunan Embung di Dusun Temuwuh Lor dapat diambil sebuah benang merah, yaitu sebagai berikut : 1.1.1. Aspek Demografi Terbentuknya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci