BAB IV TANGGAPAN PETANI PADI DESA BATUREJO MENGHADAPI CEKAMAN IKLIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TANGGAPAN PETANI PADI DESA BATUREJO MENGHADAPI CEKAMAN IKLIM"

Transkripsi

1 BAB IV TANGGAPAN PETANI PADI DESA BATUREJO MENGHADAPI CEKAMAN IKLIM Pengantar Dampak ketidakpastian musim berpengaruh terhadap petani yang bergantung pada curah hujan atau tidak memiliki sumber air tetap untuk memulai musim tanam. Petani tidak memiliki patokan dalam menentukan msuim tanam ketika kekacauan musim dialami sehingga berdampak pada gagal panen khususnya pada musim tanam pertama. Informasi musim yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) tidak digunakan petani karena didasarkan dibukanya pintu air Klambu Kanan yang mendapat pasokan dari Waduk Kedung Ombo. Sedangkan petani tidak bisa berharap dari pasokan air irigasi tersebut karena saluran irigasi yang rusak dan selalu tidak mendapatkan air karena banyaknya pencuri air. Bab ini menjelaskan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim dengan menggeser waktu tanam (memajukan atau memundurkan) merupakan bentuk tanggapan petani menghindari puncak hujan. Upaya menggeser waktu tanam merupakan tindakan petani menghadapi perubahan iklim yang ditandai dengan kekacauan musim. Meskipun upaya adaptasi ini dibatasi oleh kondisi atau konteks yang berbeda, pembelajaran kelompok Tani Sido mamur Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati bisa menjadi acuan dalam melihat bentuk adaptasi petani menghadapi ketidakpastian iklim atas dampak perubahan iklim. 49

2 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Kondisi Agro Ekologi Kelompok Tani Sido Makmur ini berada di Desa Baturejo yang memiliki luas hamparan sawah di desa ini kurang lebih 800 ha dari 1200 ha luas Desa Baturejo. Kondisi ini menunjang wilayah pertanian sawah yang mendukung sumber penghidupan masyarakat disekitarnya karena sebagai wilayah bekas rawa, daerah ini kaya air yang didapatkan baik dari rawa itu sendiri maupun sumber air yang berasal dari pegunungan Kendeng (Gambar 4.1). Gambar 4.1. Sketsa Hamparan Kelompok Tani Sido Makmur Desa Baturejo. Pembangunan Waduk Kedung Ombo pada tahun 1980, merubah pola pertanian rakyat yang memanfaatkan hujan untuk menanam padi dan palawija pada saat memasuki musim kemarau. Pengembangan pembangunan Waduk Kedung Ombo tersebut diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi, yang memicu petani melakukan peningkatan pola pertaniannya menjadi lebih modern. Peningkatan produktifitas hasil pertanian pun menjadi lebih baik. Jika sebelum tahun 1980, pertanian padi hanya sekali dalam satu (1) tahun, setelah pembangunan jaringan sekunder dan normalisasi 50

3 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim sungai pembuang (Sungai Tus) tersebut petani desa Baturejo dapat melakukannya sampai dua (2) kali dalam setahun dan sekali untuk palawija. Model pertanian saat ini dikembangkan oleh petani desa Baturejo adalah model pertanian yang menggunakan sistem irigasi alternatif dengan menggunakan mesin pompa. Model ini berkembang karena ancaman kegagalan pertanian padi pada musim tanam pertama adalah banjir sehingga sistem irigasi pompa merupakan pilihan untuk menghindari kegagalan panen karena banjir. Sumber air yang didapat dari irigasi pompa yang berasal sungai pembuang jaringan sekunder Klambu Kanan. Jaringan dibangun selain sebagai jaringan irigasi teknis juga dilengkapi dengan saluran pembuang. Saluran pembuang mememiliki tujuan untuk membuang genangan air dari lokasi/lahan pertanian menunju Sungai Juwana II atau seringi disebut sebagai sungai tus yang dinormalisasi pada tahun 1987 untuk memperlancar alur sungai untuk pembuangan genangan air ke laut setelah dipergunakan untuk mengairi lahan pertanian. Dengan curah hujan yang sedikit pun terjadi akibat oleh endapan sungai (sedimentasi). Data curah hujan diperlihatkan pada grafik pola curah hujan, ditunjukkan bahwa perubahan pola musim hujan dan kemarau pada bulan Mei sampai September (Gambar 4.2). Gambar 4.2. Grafik Curah Hujan di Wilayah Sukolio Pati Jawa Tengah , BMKG,

4 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Proses sedimentasi tersebut dipicu oleh kerusakan daerah aliran sungai yang berada di wilayah pegunungan Kendeng Utara maupun Pegunungan Muria. Aliran air dari beberapa sumber mata air maupun lintasan air (run off) Pegunungan Kendeng Utara dialirkan melalui siphon (Gambar 4.3.) sebagai sumber pengairan areal wilayah pertanian Kecamatan Sukolilo yang kemudian masuk pada aliran Sungai Tus sebagai sungai Juwana II (JU II), begitu juga yang terjadi di wilayah Pegunungan Muria. Kerusakan wilayah tangkapan air yang berada di wilayah tersebut memicu sedimentasi pada sungaisungai pembuang yang berada di wilayah kecamatan Sukolilo seperti JU I dan II. 1 Gambar 4.3. Saluran Siphon Desa Baturejo Kawasan lahan pertanian Desa Baturejo terbagi atas 3 (tiga) kawasan pertanian yang memiliki karakteristik pola tanam dengan kontur yang berbeda-beda. Pola tanam tersebut dipengaruhi oleh sumber air yang didapatkan dan struktur tanah untuk mengelola lahan pertaniannya. Dua (2) kawasan yang dibatasi oleh sungai atau Saluran Irigasi Gebang yang merupakan terusan dari Pintu Air 1 Laporan Ekspedisi Sungai Juwana, Yayasan SHEEP Indonesia,

5 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim Klambu Kanan, sering disebut masyarakat setempat sebagai tanah nggenengan atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tanah pekarangan. Kontur tanah yang lebih tinggi dibanding yang lain menyebabkan wilayah ini dipadati oleh masyarakat yang bertempat tinggal. Sedangkan wilayah disebelah barat Sungai Gebang. dan Sungai Tus disebut sebagai tanah ngrowo atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tanah rawa karena sejarah tanah tersebut merupakan tanah rawa yang memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Tanah ngrowo ini terletak lebih rendah dibandingkan tanah nggenengan dan memiliki karakteristik yang berbeda karena dengan curah hujan yang sedikit kawasan ini akan cepat tergenang tetapi juga akan cepat hilang atau kering. Pengelolaan lahan pertanian di wilayah tanah nggenengan yang berbatasan langsung dengan Desa Sukolilo, tidak terlalu sulit untuk mendapatkan air dalam mengelola lahan pertaniannya karena mendapatkan air dari beberapa sumber air yang terletak di wilayah pegunungan Kendeng 2 sebelah timur Desa Baturejo dan Sukolilo sehingga tidak terlalu memengaruhi pola tanamnya. Bahkan dalam model pengelolaan lahannya cukup ekstrim berbeda. Seperti beberapa petak lahan pertanian digunakan untuk mengelola perkebunan tebu tetapi disampingnya merupakan lahan pertanian padi dan pembuatan bata merah oleh warga Desa Sukolilo yang berbatasan langsung dengan Desa Baturejo. Sedangkan tanah nggenengan yang berada disekitar wilayah penduduk yang berbatasan dengan Sungai Tus juga hampir sama. Sumber air yang didapatkan selain dari sumber air yang berasal dari Pegunungan Kendeng juga dibantu oleh pompa air yang diambil dari Sungai Tus pada Musim Tanam I (MT I) dan Musim Tanam II (MT II) karena 2 Ketersediaan air sungai JU II didapat dari 5 (lima) sumber mata air berasal dari pegunungan Kendeng yang memiliki pengaruh terhadap sungai tus seperti sumber Pucung, Sumber Dowayah, Sumber Tambang, Sumber Grobag dan Sumber Telo, tetapi hampir ratusan sumber mata air berpengaruh terhadap ketersediaan air bagi wilayah pertanian di Kecamatan Gabus, Kayen dan Sukolilo. 53

6 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan untuk memenuhi kecukupan air dalam memulai dan mengelola lahan pertanian padi. Pemanfaatan pompa air untuk mengairi lahan pertanian tersebut oleh petani sering disebut Sistem Irigasi Pompa. Irigasi pompa merupakan irigasi alternatif karena ketika lahan pertanian memerlukan air yang cukup banyak pada MT I yang jatuh sekitar bulan November-Desember setelah musim kemarau karena pada saat curah hujan belum mencukupi untuk pembahasan lahan dengan memulai persemaian benih padi maka pompa air baru digunakan. Gambar 4.4. Peta Sungai Juwana, BPDAS Jratun Seluna, 2010 Berbeda dengan tanah nggenengan, tanah ngrowo merupakan lahan pertanian padi yang terhampar tidak hanya merupakan wilayah administrasi Desa Baturejo melainkan beberapa 54

7 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim desa yang lain seperti Desa Wotan dan Desa Jongso (Barat) serta Desa Gadudero (Utara). 3 Kelompok Tani Sido Makmur merupakan salah satu kelompok Tani Desa Baturejo pada hamparan tanah ngrowo. Kelompok tani ini pernah memanfaatkan air Sungai Tus tersebut untuk memajukan pola tanam pada Musim Tanam I (MT I) pada bulan Agustus pertengahan atau akhir dengan bantuan pompa yang dikelola oleh pengurus kelompok tani dimana MT I seharusnya musim tanam pertama jatuh pada bulan Oktober pada MT I tahun Ketika itu, mesin pompa air mampu membasahi lahan untuk mencukupi kebutuhan air baik untuk persemaian benih padi maupun dalam pengelolaan tanaman padi selama pertumbuhannya sebelum hujan rutin pada bulan November sebagai upaya memajukan pola tanam pada MT I seluas 156 ha pada lahan Kelompok Tani Sido Makmur Desa Baturejo. Tetapi sejak tahun 2007 sampai MT II tahun 2014, kelompok tani tersebut tidak memajukan secara ekstrim musim tanam dikarenakan terjadi pergantian pengurus dan kebutuhan bahan bakar solar yang tinggi sehingga mereka memanfaatkan hujan dengan masih dibantu juga oleh mesin pompa air dalam mengawali musim tanam mereka. Meskipun dalam memulai musim tanam mereka membutuhkan air untuk memulai musim tanam (persemaian) tetapi pola tanam tersebut dapat dipastikan memajukan musim tanam kebiasaan petani karena dalam mendapatkan air untuk memulai musim tanam mereka (penyiapan benih dan tanah pertanian sebelum musim tanam, kelompok tani tersebut membutuhkan air yang cukup banyak. Jika mengandalkan air hanya dari curah hujan, petani menunggu terlalu lama dan jika dalam memulai musim hujan mereka terlambat maka hasil pertanian menurun atau tidak sama sekali karena banjir sering terjadi pada puncak hujan di akhir bulan Januari 3 Luasnya hamparan mencapai 80% luas lahan pertanian di Kecamatan Sukolilo yang mencapai hektar dengan tambahan areal jagung kurang lebih 120 ha dan 60 ha kedelai, jika tergangngu sangat memengaruhi ketahanan pangan di Kabupaten Pati, disebutkan oleh Mundi P., Petugas Penyuluh Lapangan Desa Baturejo. 55

8 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan dan bulan Februari. Seperti yang terjadi pada bulan Januari-Pebruari tahun 2009, petani pada hamparan lahan tersebut mengalami banjir selama 3 kali karena curah hujan yang tinggi pada bulan Januari- Pebruari. Desa yang berada di atas atau lebih tinggi hamparannya dibandingkan Desa Baturejo tidak memajukan musim tanam pertamanya karena kondisi lahan pertaniannya aman dari banjir. Selain itu, lahan pertanian bergantung pada sistem irigasi teknis dan sumber air yang mengalir sepanjang tahun dari pegunungan Kendeng Utara yang merupakan wilayah karst sehingga pola tanamnya dapat menggunakan model pola tanam yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan (DISTANAK) Kabupaten Pati, seperti Desa Wotan, Desa Kedung Winong, maupun Desa Baleadi di Kecamatan Sukolilo. Model Hamparan Petani Desa Baturejo yang memiliki dua (2) model hamparan dengan karakteristik yang berbeda yaitu tanah nggenengan dan tanah ngrowo, memiliki pola tanam yang berbeda pula. Pola tanam yang berada disebelah timur Saluran Irigasi Gebang (Zona I), memulai musim tanamnya bervariasi antara bulan Oktober- Desember pada MT I karena air dapat dipenuhi dari sumber air yang berasal dari Pegunungan Kendeng (karst) selain terhindar dari genangan air atau banjir. Tetapi lahan yang berada di antara Saluran irigasi Gebang dan Sungai Tus atau sungai Juwana II, masih menggunakan pompa sebagai alat penunjang petani dalam mengelola tanah nggenengan. Tujuan mesin pompa tersebut adalah sebagai alat penunjang dalam mengelola lahan pertanian karena kebutuhan air pada Zona II ini cukup tinggi. Awal musim tanam pertama diawali pembasahan dan pengelolaan lahan yang jatuh pada bulan Oktober, pompa digunakan untuk membasahi lahan dalam mengelola tanah pada awal musim tanam pertama yang jatuh pada bulan November. 56

9 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim Sedangkan pada zona III yaitu tanah ngrowo, hamparan lahan pertanian ini merupakan bekas tanah rawa. Model pengelolaan lahan pertanian pada zona III pada saat ini bersamaan dengan zona II karena dalam mengelola lahan pertanian, kebutuhan air diambil dari Sungai Tus yang mendapatkan air dari sisa buangan air penggunaan lahan irigasi yang menggunakan Saluran Irigasi Klambu Kanan dari Pintu Air Wilalung. Dua zona ini (II dan III) memiliki waktu yang bersamaan dalam memulai musim tanam, yaitu bulan November, dengan membasahi lahan pada bulan Oktober bersamaan dengan turunnya hujan dan air yang berasal dari pintu air Klambu Kanan telah sampai di Sungai Tus di wilayah tersebut (Gambar 4.5). Gambar 4.5 Penampang melintang Desa Baturejo dan sekitarnya Mesin pompa sangat membantu petani dalam menunjang musim tanam pertama mereka. Pompa digunakan setiap musim tanam I dan II, meskipun tidak secara terus menerus dioperasionalkan sesuai kebutuhan dan pola tanam yang digunakan oleh petani di wilayah tersebut. Pola tanam petani menggunakan model padi-padibero. Pada MT III dizona II dan III, petani tidak mengolah lahan pertaniannya karena tanah terlalu kering untuk ditanami dan jika ditanami hanya palawija yang memiliki umur pendek saja seperti semangka kwaci yang berumur 1,5 bulan dan hanya diambil bijinya saja. 57

10 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Untuk memulai musim tanam pertama petani tidak terlalu menggantungkan curah hujan karena kebutuhan air untuk mengawali persemaian didapatkan dari Sungai Tus. Meskipun demikian curah hujan cukup sedikit membantu petani dalam penggunaan mesin pompa. Karena operasional mesin pompa cukup tinggi jika digunakan terus menerus. Dua (2) pertimbangan dalam memulai musim tanamnya didasarkan pada ketersediaan air dalam mengolah tanah, melakukan persemaian dan serangan hama tikus. Lahan pertanian pada hamparan di Desa Baturejo memiliki kontur yang berbeda-beda. Hamparan pada Zona III yaitu tanah ngrowo, dahulu merupakan wilayah rawa-rawa. Alih fungsi rawa menjadi tanah pertanian dipicu oleh pembangunan Bendung Wilalung yang digunakan untuk membagi air untuk pengelolaan pertanian, tahun Serta normalisasi (pengerukan) Sungai Tus pada tahun 1987 akibat sedimentasi yang menyebabkan tergenangnya wilayah pertanian karena rawa mendapatkan suplai yang berlebihan karena limpasan air dari pintu air Klambu Kanan. Kontur yang berbeda tersebut menyebabkan lahan pertanian yang terletak disekitar rawa lebih dalam dibandingkan wilayah yang memiliki kontur yang lebih tinggi, sehingga yang diperlukan dalam penanaman bibit padi yang tinggi atau berumur lebih lama. Dampak bibit padi yang terlalu tua menyebabkan hasil produksi padi tidak terlalu baik. Tetapi meskipun petani tahu dampak tersebut, petani tetap melakukannya karena lebih baik panen dengan hasil yang sedikit dari pada tidak sama sekali (Karno, dalam Nugroho, 2014). Strategi Tanam Petani Masa Tanam Sebagian besar petani di Desa baturejo khusunya petani yang berada pada hamparan Kelompok Tani sido makmur melakukan tahpan pengelolaan benih padi sampai tanam dimana petani menghadapi masa penting dalam memulai tanam padi untuk 58

11 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim menghindari puncak hujan (Tanto Pursidi dan Kuraji, dalam Nugroho, 2014). Berikut tahapan masa persiapan tanam sampai pada panen padi di lokasi peneltiian pada hamparan Kelompok Tani Sido Makmur Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, yaitu: 1. Persiapan benih a) Benih yang dipakai petani Baturejo selain menggunakan benih panen sendiri 4 juga memakai benih berlabel atau membeli dari toko pertanian 5 b) Benih direndam dalam ember. c) Kebutuhan benih petani Baturejo mencapai 40 kg/kg. Kebutuhan tersebut merupakan keputusan petani sendiri, tidak sesuai anjuran pemerintah (25 kg/ha), meskipun pemerintah juga telah melakukan sosialisasi penghematan kebutuhan benih di lahan. 6 d) Setelah di rendam selama 24 jam kemudian dikeringkan sinar matahari secara langsung selama 2 hari, agar pertumbuhan gabah menjadi kecambah lebih sempurna. e) Setelah menjadi kecambah benih sudah siap untuk disemaikan. 4 Hasil panen sendiri yang dimaksud adalah petani Baturejo menyisihkan sebagian hasil panen untuk di pergunakan sebagi benih musim tanam berikutnya, tapi biasanya petani membuat benih pada saat panen musim tanam ke 2, caranya dengan hasi panen yang di anggap bagus kemudian di buang butir hampanya melalui berbagai cara seperti menggunakan blower, manual berupa di tampi. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan agar benih yang akan di pakai memiliki kwaliatas baik( menthes) 5 Benih berlabel yang di maksud adalah benih yang mempunyai label yang di produksi oleh perusahan benih sebagai contoh benih Ciherang, Ciboga, dan IR 64 dengan harga Rp ,-/kg. 6 Petani merasa puas jika tanaman padi berwarna hijau sehingga dalam menanam benih padi diperbanyak sehingga jika tumbuh akan keliahatn hijau sawahnya 59

12 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan 2. Persiapan lahan persemaian a) Lahan yang akan di pergunakan untuk pesemaian dilakukan pembajakan dan garu sampai berlumpur 2-3 hari sebelum benih di sebar. b) Lahan untuk persemaian benih di sesuaikan dengan banyaknya benih yang akan disemai, sebagai contoh benih 5 kg di butuhkan lahan semai 2 x 10 m atau 4 x 10 m. c) Pada saat sebar benih lahan harus tidak tegenang air, karena hal ini akan mengakibatkan benih tak dapat tumbuh sempurna, tetapi jika lahan kering akar benih tidak mampu tumbuh sempurna dan akibatnya benih akan mati. 3. Pemupukan benih Pemupukan benih dilakukan setelah umur benih di pesemaian mencapai satu minggu, namun pemupukanya 7 sebaiknya di sesuaikan dengan jadwal tanam, langkah ini dilakukan karena jika benih di tanam pada umur hari sebaiknya dosis pupuk di kurangi hal ini di lakukan agar pada saat benih di tanam kandungan pupuk yang ada dalam benih tersebut sudah kurang sehingga tanaman tak mudah layu, tetapi jika benih di tanam pada umur hari maka dosis pupuk sedikit ditambah yang bertujuan untuk memudahkan pencabutan benih itu sendiri. Pada lahan rawa biasanya umur benih sampai 36 hari atau 'selapan' pada MT 1 yang bertujuan agar tanaman lebih tinggi dari genangan pada saat itu. 4. Persiapan tanam a) Sebelum tanam lahan dibajak 15 hari sebelum tanam jika MT I model pembajakan di lakukan dengan bajak luku, tapi jika MT II pembajakan dilakukan dengan 'blebeg' yang digerakan 7 Pemupukan dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan, pupuk yang digunakan urea dan phonska tetapi jika petani menggunakan model organik pemupukan diberikan dengan pupuk kandang (5 kwintal) sebelum benih disemai 60

13 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim menggunakan mesin traktor, alat yang di pakai memang ada perbedaan karena jika MT I kondisi tanah relatif keras dan kalau MT II kondisi tanah sudah berlumpur. b) Setelah dibajak baru ketika waktu tanam sudah dekat lahan baru di garu dengan tenggang waktu 2-3 hari sebelum tanam. c) Jika lahan sudah digaru dan jadwal tanam yang di tentukan sudah tiba tanam bisa dilakukan, seiring dengan banyaknya tenaga dari luar wilyah Desa Baturejo model tanam di lakukan dengan sistim borong kedokan, maksudnya petani tinggal bayar sesuai luas lahan yang di miliki kemudian sudah ada tenaga yanga siap mengerjakan d) Biaya tanam model borongan per ha Rp e) Jarak tanam pemborong ditentukan oleh permintaan pemilik lahan. Penentuan Awal Musim Tanam Dalam memulai musim tanam petani desa Baturejo memiliki 2 (dua) pedoman dalam menentukan dimulainya musim tanam. Penentuan tersebut didasarkan pada dibukanya pintu air Klambu Kanan dan datangnya hujan untuk mengawali musim tanam pertama. Kewenangan atas buka tutupnya Pintu Air Klambu Kanan dipegang oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Tengah yang kemudian memberikan Surat Edaran pada BUPATI atau Dinas Pertanian yang memiliki ketergantungan pada Sistem Irigasi Klambu Kanan. 8 Pemberitahuan tersebut diteruskan pada Petugas Penyuluh Lapangan di tingkat Kecamatan dan Desa untuk memberikan informasinya pada petani untuk mempersiapkan musim tanam pertamanya. Karena petani desa Baturejo mendapatkan air buangan 8 Pintu air Klambu Kanan tahun 2008 dibuka pada tanggal 1 Oktober 2008, sisa limpahan air berada di Sungai Tus kurang lebih 5 hari sampai 2 minggu setelah dibukanya pintu air Klambu Kanan karena banyak terjadi kebocoran saluran irigasi sehingga air limpasan dapat masuk pada Sungai Tus relatif lebih cepat. 61

14 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan yang berada di Sungai Tus ketika air hujan tidak mencukupi untuk memulai musim tanamnya, petani menggunakan pompa air untuk mengambil air yang berada di Sungai Tus. Meskipun hujan sudah mulai turun, pompa air tetap digunakan karena luasnya lahan dan karakter tanah pasca musim kemarau menyebabkan kebutuhan air cukup tinggi. Selain faktor dibukanya Pintu Air Klambu Kanan yang berasal dari Bendung Wilalung, penentuan kedua didasarkan pada puncak hujan pada bulan Januari dan Pebruari. Pada bulan tersebut curah hujan yang tinggi menyebabkan lahan pertanian tergenang (banjir) sehingga petani berusaha untuk memanen padi pada bulan Januari atau paling lambat awal Pebruari. Penentuan musim tanam oleh petani di Desa Baturejo, menjadi penting karena dimulainya keputusan tanam berpengaruh terhadap risiko bencana yang terjadi pada puncak hujan karena informasi pembukaan jaringan irigasi bersamaan dengan pengumuman pemerintah atas dimulainya musim tanam nek nganggo pengumuman pemerintah sing disampeke lewat PPL...sawah kene kebanjiran kabeh...gak iso panen mas... jaringan irigasi gak ono banyune soale wis enthek di nggo sawah nduwurku disik, dadi gak tekan kene...dadi kali tus kui nak ono banyune, dipompa wae kanggo milike banyu nang sawah sak durunge musim tanam dimulai...dimajuke ben gak keneng banjir...lha nak nunggu saran pemerintah gak pernah panen soale keneng banjir (...jika menggunakan pengumuman pemerintah yang disampaikan melalui PPL...sawah disini kena banjir semua..tidak bisa panen mas...jaringan irigasi sudah tidak ada airnya karena sudah dipakai sawah diatasnya, jadi tidak sampai...jadi Sungai Tus itu jika ada airnya dipompa saja unutk dialirkan ke sawah sebelum musim tanam dimulai...dimajukan biar tidak kena banjir...wah..jika menunggu saran pemerintah, tidak bisa panen karena kena banjir... ) (Tanto Pursudi) Pemajuan awal musim tanam menjadi kunci petani untuk menghindari puncak hujan. Kepuusan memulai musim tanam terse-

15 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim but merupakan bentuk tanggapan petani unutk beradaptasi terhadap risiko iklim dan bencana yang sering petani hadapi setiap MT I. Foto satelit di bawah ini (Gambar 4.6.) merupakan kejadian banjir awal tahun 2006 di sekitar wilayah Pegunungan Muria, Jawa Tengah bagian utara, yang merugikan petani karena gagal panen akibat banjir. Gambar 4.6.Informasi Spasial Penginderaan Jauh-Kejadian Banjir Kabupaten Pati Jawa Tengah, Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), Petani Menggeser Waktu Tanam Pembasahan lahan dilakukan dengan mesin pompa ketika Sungai Tus dirasa mencukupi untuk dipompa. Keputusan pembasahan lahan dengan menggunakan pompa ini dikarenakan kemampuan air yang tersedia di Pintu Air Saluran Klambu Kanan tidak mampu mencapai wilayah ini, sehingga jika terlambat karena menunggu jatah air maka petani tidak dapat mengolah lahan pertaniannya karena mengalami banjir. 63

16 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Penentuan pengolahan dan semaian pertama, tidak tergantung pada pertemuan anggota kelompok tani, melainkan pengurus kelompok tani. Dalam memulai semaian pada MT I dan II, pengurus kelompok tani mulai menyebar semaian pertama kali kemudian diikuti oleh anggota kelompok lainnya. Kondisi ini disebabkan dan dipengaruhi oleh pengelolaan pompa dan serangan hama tikus. Pengelolaan pompa merupakan tanggung jawab pengurus kelompok tani. Biaya operasional pompa baik solar (BBM), oli dan perawatan mesin ditanggung oleh pengurus kelompok tani yang menjabat. Anggota kelompok tani akan membayar ketika hasil panen padi yaitu dengan seperdelapan (1/8) hasil panen petak sawah dengan menggunakan tali sebelum dijual ke tengkulak. Sehingga pengurus kelompok tani menanggung beban pembiayaan yang tinggi dan jika tidak berhasil maka pengurus kelompok mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, penentuan musim tanam yang diawali dengan persemaian diawali oleh pengurus kelompok tani. Ketakutan petani dalam mengawali persemaian pada musim tanam disebabkan karena hama tikus yang akan menyerang. Populasi tikus yang cukup besar di wilayah tersebut menyerang bahkan merusak persemaian jika petani memulai sendiri musim tanamnya kecuali secara bersama-sama karena banyaknya tikus tidak sebanding dengan hamparan yang luas jika dilakukan bersama-sama. Upaya yang dilakukan kelompok tani adalah dengan gropyokan tikus atau dengan setrum listrik sampai padi berumur dua puluh (20) hari. Tikus pada usia padi tersebut mengalami musim kawin dan kembali ke lubang persembunyiannya sehingga serangan pada tanaman padi relatif berkurang. Kondisi lahan pertanian melandasi petani memilih jenis tanaman yang berumur pendek (3 bulan) karena merupakan lahan genangan atau bekas rawa. 9 Jenis tanaman yang dipilih saat ini seperti 9 Sebelum jaringan irigasi dibangun pemerintah (1987) petani memilih tanaman yang memiliki umur 4-6 bulan karena kondisi lahan petanian hanya menggantungkan curah hujan (lahan tadah hujan) tetapi setelah dibangun sistem irigasi semi teknis petani muklai beralih pada tanaman yang memiliki umur 3 bulan, 64

17 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim IR 64, Ciherang, Ciboga, dan Cigelis. Jenis tanaman Ciherang, Ciboga dan Cigelis banyak dipilih petani selaian memiliki produksi yang tinggi juga memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan tahan terhadap kerebahan. Petani Desa Baturejo mengenal jenis tanaman (bibit) yang sesuai dengan kondisi lahan dari boro atau menjadi buruh tani di luar wilayah desa, kecamatan ataupun kabupaten, selain informasi dari penyuluh pertanian. Petani mendapatkan informasi di luar wilayah desanya disebabkan karena perbedaan musim panen wilayah yang lain, petani desa Baturejo mencari nafkah dengan menjadi buruh panen padi di wilayah lain sehingga mereka mengenal jenis padi yang baru. Jenis tanaman padi juga di ketahui petani melalui penebas (pedagang padi) yang membeli hasil panen petani atau tengkulak dengan memperkenalkan jenis padi baru yang memiliki keunggulan tertentu. 10 Gambar 4.7. Lahan Pertanian Dekat Rawa, Adi Nugroho, 2014 Masa pemeliharaan sampai panen, petani tidak mengalami kesulitan. Pemahaman petani atas pestisida dalam menanggulangi hama padi selama pemeliharaan sangat mumpuni (paham) karena selaian itu wilayah tersebut sangat dipengaruhi oleh genangan air ketika musim hujan yang jatuh pada bulan Januari Pebruari pada msuim tanam pertama. 10 Penebas memberikan informasi jenis padi berdasarkan pada hasil produksi gabah yang dibeli dari petani sedangkan tengkulak memberikan informasi berdasarkan pada rendemen beras. 65

18 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan banyak formulator (peramu) pestisida dari berbagai perusahaan memberikan informasi dan melakukan uji coba dilapangan. Kondisi yang paling dihindari petani adalah banjir pada puncak hujan yang jatuh pada bulan Januari-Pebruari. Sedangkan pada hamparan tanah ngrowo, MT II dimulai pada bulan April-Mei karena puncak hujan terjadi pada bulan Februari disertai dengan banjir atau genangan air yang relatif lama. Berbeda dengan tanah nggenengan, MT II bisa dimulai persemaian pada bulan Februari karena banjir 11 tidak memengaruhi wilayah tersebut. Kebiasaaan pada tanah ngrowo persiapan Musim Tanam II dilakukan pada bulan April dan memulai musim tanamnya pada bulan Mei sehingga bulan Juli dapat dipanen hasilnya. Peluang petani pada MT II ini sangat tinggi dibandingkan pada musim tanam pertama karena selain ketercukupan air dalam memulai musim tanam dan pengelolaanya sangat terbantu pada saat musim penghujan. Penentuan musim tanam kedua dilakukan di bulan April merupakan kebiasaan petani Desa Baturejo dalam mengelola lahan pertaniannya karena selain air yang masih cukup tinggi dan genangan air paska puncak hujan juga pada bulan Maret banyak petani dari daerah lain seperti hamparan pertanian Desa Talun termasuk wilayah Kecamatan Kayen sudah panen sehingga ditakutkan hama akan berpindah dengan cepat ke hamparan yang akan ditanami (Desa Baturejo) yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sukolilo. Sehingga Organisme Penggangu Tanaman (OPT) berkembang sangat cepat pada hamparan tersebut. Selain itu, menurut penuturan Mujono, Santosa dan beberapa petani lainnya pada bulan tersebut sering terjadi kondisi timbreng (mendung tapi tidak turun hujan) sehingga OPT seperti wereng coklat, penggerek batang, hama putih palsu, dan ulat grayak, berkembang sangat cepat. Kondisi ini dikarenakan beberapa petani yang terletak pada hamparan desa lainnya telah 11 Petani memanfaatkan kondisi banjir tersebut dengan mencari ikan dan keong, karena wilayah lain yang berdekatan dengan bantaran sungai telah dibuat kolam ikan sehingga ikan yang dikelola keluar dari kolam tersebut, ketika banjir. 66

19 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim panen sehingga hama tersebut berpindah dengan cepat, berbeda jika diberi jeda dalam memulai musim tanam kedua. MT III sebagian kecil petani mengelola lahan pertaniannya dengan menanam tanaman palawija seperti semangka kwaci, blewah, waloh, tomat yang hanya membutuhkan sedikit air karena selain kebutuhan air yang relatif sedikit juga waktu yang sempit karena akan memasuki musim tanam III, sebagian besar petani mengistirahatkan lahannya (bero). Musim Bulan Tanam Keterangan (MT) MT 1 x X X X MT I (anjuran pemerintah) X x X X Pemajuan MT I (biasa) Pemajuan Musim Tanam (ekstrim) MT 2 X X X X Pemunduran MT II MT 3 = = = Isitrahat atau palawija Puncak Puncak Kemarau Hujan Gambar 4.8. Kalender Musim Tanam Petani Desa Baturejo, Diadaptasi dari Ketua Kelompok Tani Sido Makmur ( , 2014) dan Bendahara Kelompok Tani Sido Rukun, Model tanam yang banyak dipakai oleh petani Desa Baturejo adalah Jajar Legowo tidak murni atau sering disebut tandur paliran karena petani memberikan sela antar tanaman padi bukan berdasar pada jarak tanam model jajar legowo selebar cm, hanya untuk memberikan ruang atau jalan petani merawat tanaman. Petani Desa Baturejo tidak bebas menentukan pola tanam karena tergantung pada kelompok tani dan pengurus pompa sehingga menunggu aliran air dari irigasi pompa dioperasionalkan. Sampai saat ini, belum ada inisiatif petani membuat sumur panthek karena air 67

20 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan dari sumur panthek tidak mencukupi lahan pertanian yang dimiliki (terlalu kecil dalam memenuhi kebutuhan air lahan pertanian padi). Selain itu, pengalaman petani membuat sumur panthek tidak keluar air. Jika pun keluar, kualitas air buruk karena berasa asin. Wilayah ini tidak memungkinkan untuk menanam selain padi karena merupakan wilayah rawa dimana ketika musim penghujan kondisi tanah menjadi bacek (kandungan air dalam tanah terlalu tinggi). Keuntungan Petani Mengelola Risiko Iklim Pemajuan musim tanam yang cukup ekstrim merupakan salah satu upaya petani untuk menghindari banjir pada bulan Januari sampai Maret (MT I) yang dilakukan mulai tahun dan Kelompok Sido Rukun pada MT 1 tahun Menurut penuturan Tanto, mantan Ketua Kelompok Tani Sido Makmur, masalah utama untuk memajukan pola tanam adalah operasional pompa seperti solar, oli, suku cadang dan umur teknis mesin. Besar biaya yang dikeluarkan pada Kelompok Tani Sido Makmur yang beranggotakan 171 pada tahun kurang lebih juta untuk mengairi lahan 156 ha pada MT I, yang ditanggung oleh pengurus kelompok tani tersebut asal due modal akeh, majuke musim tanam ki gak masalah...pengurus kelompok tani biasane nggadeke sertifikat, BPKP motor ben enthuk silihan seko bank opo rentenir..ben iso tuku solar karo ndandani saluran sing wis rusak... (...asal punya modal banyak, memajukan musim tanam tidak maslah...pengurus kelompok tani biasanya menggandikan sertifikat tanah, BPKP motor biar mendapat pinjaman dari bank atau rentenir...untuk membeli solar dan memperbaiki saluran irigasi yang sudah rusak... ) (Tanto Pusidi) Beban operasional tersebut dibayar anggota kelompok tani dengan membagi seperdelapan (1/8) hasil panen padi pada pengurus kelompok tani yang sekaligus pengurus pompa air. Dampak yang

21 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim dirasakan oleh Kelompok Tani Sido Makmur Desa Baturejo adalah beban biaya operasional pompa menjadi tinggi karena petani mengandalkan air yang berasal dari JU II yang dipasok dari limpahan sungai pembuang irigasi Klambu Kanan. Selain itu hama tikus berkembang sangat cepat yang menurunkan hasil atau produk panen petani kurang lebih 5%. Meskipun dari serangan hama tikus yang menyerang ketika memajukan musim tanam pada bulan Agustus tetapi kelompok tani tersebut masih mendapatkan keuntungan karena harga jual gabah hasil panen pada bulan awal Januari relatif lebih tinggi (Rp ,-/kg Gabah Kering Panen, jika menggunakan pola tanam biasa hanya Rp ,-/kg GKP) selain itu aman dari banjir atau genangan banjir yang menyebabkan padi puso. 12 Dengan harga yang tinggi petani merasa mendapatkan keuntungan yang lebih besar baik dari sisi harga, tenaga maupun dari ancaman banjir pada bulan Januari-Pebruari, meskipun ancaman hama tikus sangat besar (kurang dari 5%) Keterlibatan Perempuan Pada pengelolaan lahan pertanian di Desa Baturejo, keterlibatan perempuan dapat dilihat dari model borongan dalam setiap pengelolaan tanaman padi. Buruh tani borongan relatif didominasi oleh perempuan khususnya dalam ndawut dan penanaman bibit padi pada lahan hamparan yang telah disiapkan, sedangkan penyiapan lahan untuk semai dilakukan oleh laki-laki. Semai sendiri dilakukan oleh kebanyakan kaum laki-laki. Tetapi setiap petani pemilik lahan memiliki perlakuan berbeda untuk 12 Puso dimaknai oleh petani bahwa terjadi kegagalan panen lebih dari 50%. 13 Hama tikus pada musim tanam pertama menyerang padi yang hampir masak (mrapu) tetapi pada musim tanam kedua hama tikus pun menyerang semaian padi. 14 Upaya petani melawan hama tikus dengan sistem gropokan dan memasang jaringan aliran listrik di sekeliling areal pertanian dengan menggunakan mesin disel sebagai sumber energi listrik, tetapi jika tikus menyerang semaian, petani membuat penghalang dengan plastik di sekeliling semaian. 69

22 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan melakukan semai. Terkadang hanya perempuan saja dalam melakukan persemaian tetapi juga dilakukan oleh keduanya. Di lahan satu (1) hektar kebutuhan buruh tani dalam menanam bibit tanaman kurang lebih 40 orang, 30 diantaranya didominasi perempuan. Buruh tani borongan tersebut kebanyakan dipimpin oleh laki-laki untuk melakukan negoisasi dengan pemilik lahan yang akan ditanami. Dalam 1 bahu lahan pertanian untuk melakukan ndawut dan penanaman bibit padi pada lahan dihargai Rp ,-/bahu, yang dibagi kurang lebih orang setiap rombongannya. Kebanyakan pemilik lahan lebih memilih model borongan karena dianggap lebih murah dibandingkan sistem harian. Buruh tani rombongan tersebut banyak berasal dari kabupaten Kudus, Grobogan dan atau wilayah desa maupun kecamatan yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh musim tanam yang serentak atau bersama-sama untuk menghindari hama tikus. Pengelolaan hamparan paska tanam seperti pemupukan, penyemprotan (jika ada penyakit tanaman) maupun pembersihan rumput dilakukan oleh pemilik lahan jika memiliki lahan yang relatif sempit tetapi jika lahannya luas lebih dari 1 kotak dilakukan oleh buruh tani harian. Seperti dalam pembersihan rumput, buruh tani yang digunakan lebih banyak perempuan 15 tetapi pemupukan dan penyemprotan dilakukan oleh buruh tani laki-laki atau pemilik lahan (laki-laki). Peran perempuan pada tahap panen menjadi tersingkir, jika maih terlihat perempuan di belakang dhos (alat pemisah bulir padi dengan batang) itu pun hanya sebagai pengasak atau pencari sisa bulir 15 Buruh tani perempuan dalam sistem pertanian padi dihargai lebih rendah dibandingkan laki-laki. Penghargaan tersebut oleh pemilik lahan berdasarkan pada tenaga yang dimiliki karena perempuan memiliki tenaga lebih kecil dibandingkan kaum laki-laki. Besaran upah yang diberikan oleh pemilik lahan berkisar Rp ,- per hari yang bekerja mulai pukul WIB sampai WIB. Berbeda dengan laki-laki, upah yang diterima mencapai Rp ,-per hari dengan beban kerja dan waktu yang sama dengan kaum perempuan, sedangkan makan, minum dan rokok bagi kaum laki-laki menjadi tanggungan pemilik lahan yang membutuhkan tenaganya. 70

23 Tanggapan Petani Padi Desa Baturejo Menghadapi Cekaman Iklim padi yang belum terpisahkan dari batangnya. Perempuan pengasak tersebut mendapatkan gabahnya dari sisa dhos dan memisahkan dengan cara memukul batang padi sisa dhos tersebut dengan kayu. Posisi perempuan pada tahap pasca panen tersebut berada di belakang pengedhos (orang yang menjalankan mesin dos). Tetapi berbeda jika hasil produksi rendah, buruh tani perempuan akan dioptimalkan dalam panen karena menurut pandangan pemilik lahan kaum perempuan lebih sabar dan teliti untuk memilih dan memilah hasil panen dibandingkan laki-laki. Meskipun demikian pemilik lahan tetap memberikan upah lebih rendah dibandingkan laki-laki. Catatan Penutup Pertanian padi rentan terhadap perubahan pola musim khususnya pada pertanian yang bergantung pada curah hujan atau tidak memiliki sumber air tetap seperti irigasi. Perubahan pola musim yang mendadak (cekaman) berpengaruh terhadap gagalnya produksi padi baik pada seluruh tahap produksi pertanian selain serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Ketidakpastian musim atau ketidakteraturan curah hujan menyebabkan petani sulit menentukan keputusan tanamnya. Petani Desa Baturejo menggantungkan air Sungai Tus (JU II) untuk memulai musim tanam pertama agar dapat terhindar dari puncak hujan pada bulan januari sampai Maret. Penggunaan pompa air merupakan upaya petani memulai musim pertama lebih awal dibandingkan dengan informasi pemerintah yang selalu tidak tepat. Ketidaktepatan informasi tersebut dikarenakan pada akhir MT I, hamparan lahan pertanian kelompok Sido mamkur terjadi genangan air yang cukup tinggi sehingga menggagalkan hasil panen pertanian sawah mereka. Upaya menggeser waktu tanam pada musim tanam pertama, membutuhkan kesepakatan bersama antara pengurus Kelompok Tani Sido Makmur untuk memastikan ketersediaan air yang cukup, kebutuhan bahan bakar, infrastruktur, dan antisipasi OPT. Selain modal keuangan yang mencukupi untuk menggeser waktu tanam, 71

24 Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan Kelompok Tani Sido Makmur juga membutuhkan modal sosial dalam menghadapi ketidakpastian musim. 72

BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA

BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA Pengantar Ketergantungan petani padi pada hamparan tandah hujan terhadap musim tanam sangat tinggi. Pengaruh cekaman iklim berpengaruh terhadap hasil

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BAB V KEPEMIMPINAN PETANI: INOVASI DAN STRATEGI PETANI MENYIASATI MUSIM

BAB V KEPEMIMPINAN PETANI: INOVASI DAN STRATEGI PETANI MENYIASATI MUSIM BAB V KEPEMIMPINAN PETANI: INOVASI DAN STRATEGI PETANI MENYIASATI MUSIM Pengantar Bentuk penyiasatan petani dalam menghadapi puncak hujan yang dilakukan dengan menggeser waktu tanam merupakan upaya petani

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip yang akan menjadi pedoman pengembangan suatu kawasan potensial untuk menjadi daerah irigasi yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat selalu akan diawali

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

2. Kabupaten Pontianak

2. Kabupaten Pontianak BOKS 1. MONITORING APLIKASI TRICHODERMA PADA TANAMAN PADI DI KABUPATEN LANDAK, KABUPATEN PONTIANAK, KABUPATEN BENGKAYANG, KABUPATEN SAMBAS, DAN KABUPATEN KUBU RAYA Monitoring aplikasi Trichoderma dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (Kamis,14 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Disusun oleh: PADIL, ST,

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO 1. Gambaran Umum Desa Lengkong A. Keadaan Geografis Desa Lengkong adalah sebuah desa yang berada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Implementasi Program Asuransi Pertanian terhadap Pendapatan. Petani Anggota Gapoktan Bangkit Jaya

BAB IV ANALISIS DATA. A. Implementasi Program Asuransi Pertanian terhadap Pendapatan. Petani Anggota Gapoktan Bangkit Jaya BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai asuransi dan pendapatan dan BAB III yang berisi tentang hasil penelitian, maka dalam BAB IV penulis akan mencoba melakukan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang dilakasanakan pada musim gadu bulan Juli-Oktober 2012. Pengamatan dilakukan

Lebih terperinci

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS TIM PENYUSUN: SETIYO BUDI PURWANTO, SST JAJA SUDIRJA BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PENGATURAN POPULASI TANAMAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGATURAN POPULASI TANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGATURAN POPULASI

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim merupakan realitas yang diangkat sebagai isu global yang akhir-akhir ini telah menjadi realitas dan isu lokal. Penelitian yang paling mencengangkan pada

Lebih terperinci