BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah Berdasarkan kajian jurnal, banyak pemilik anjing yang kurang memperhatikan kesehatan anjingnya karena masalah biaya, keberadaan dokter hewan yang masih jarang (Setyarini, Putra, & Purnawan, 2013), dan kesulitan mengambil tindakan berdasarkan observasi karena hewan peliharaan tidak mampu berbicara dan mengekspresikan masalah kesehatan mereka (Saurkar & Watane, 2012). Penelitian sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit menular pada anjing ini dapat menjadi solusi dalam membantu pemilik anjing menentukan penyakit yang diderita anjingnya dengan panduan gejala yang diberikan. Dengan mengadaptasi pengetahuan yang didapat dari pakar kesehatan hewan khususnya di bidang virology (virus) dan imunologi (daya tahan), Drh. Rini Sulistyaningtyas Dharsana, M.Sc., PhD., diharapkan sistem ini dapat dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai pegangan dalam mendeteksi penyakit pada anjing dan cara menanggulanginya Analisis Kebutuhan Dengan melihat permasalahan di atas, dibutuhkannya informasi terkait penyakit menular pada anjing yang dapat diakses secara mudah dan tanpa biaya besar menjadi faktor utama dibuatnya sistem pakar ini. Informasi didapatkan dari buku rekomendasi pakar, hasil wawancara dengan pakar hewan, Drh. Rini Sulistyaningtyas Dharsana, M.Sc., PhD., dan memasukan data yang didapat ke dalam sistem pakar. 26

2 Analisis Wawancara Wawancara pakar dilakukan untuk menentukan ruang lingkup penyakit menular yang sering ditemukan pada anjing di Indonesia. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa terdapat banyak sekali penyakit menular yang ada pada anjing, sehingga dilakukan pembatasan ruang lingkup penyakit meliputi penyakit menular yang memiliki vaksinasi. Berikut penjelasan mendetail hasil wawancara : Penyakit menular yang ada di Indonesia yang memiliki vaksinasi meliputi : o Parainfluenza o Bordetella bronchiseptica o Kennel Cough o Leptospirosis o Hepatitis o Distemper o Parvovirus o Rabies o Coronavirus Vaksinasi tidak bersifat wajib, namun lebih baik dilakukan karena walaupun anjing tidak berinteraksi dengan anjing lain, virus maupun bakteri dapat tersebar melalui media perantara seperti udara, pakaian, bahkan tangan manusia. Seorang dokter umumnya mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala yang nampak. Bila gejala yang nampak tidak memberikan gambaran yang jelas kemungkinan penyakitnya, maka dapat dilakukan tes laboratorium. Kemampuan dokter melihat gejala dan menentukan penyakit dipengaruhi dua faktor, pengalaman dan epidemiologi (diagnosa dengan mempertimbangkan penyakit yang sedang mewabah di daerah tertentu).

3 28 Pada dasarnya penyakit akibat virus tidak memiliki obat yang menyembuhkan, sehingga perlu dilakukan vaksinasi sebagai tindakan pencegahan. Obat yang diberikan ketika anjing terkena infeksi virus umumnya untuk mencegah infeksi penyakit sekunder atau untuk meringankan gejala. Jadi, kesembuhan anjing bergantung pada kemampuannya menyembuhkan diri. Sedangkan penyakit akibat bakteri umumnya memiliki obat yang dapat menyembuhkan. Apabila ada sistem yang dapat mendiagnosa penyakit anjing berdasarkan gejala yang tampak, sistem itu akan sangat berguna sebagai acuan diagnosa, khususnya bagi dokter muda yang masih kurang pengalaman mengingat seringkali gejala yang nampak hampir sama Analisis Kuesioner Setelah kuesioner disebarkan dan dilakukan pengumpulan data responden, didapatkan hasil sebagai berikut : a. Pada pertanyaan pertama didapatkan jumlah responden yang memiliki anjing sebanyak 38 orang. Jika responden menjawab Ya, maka lanjut ke tabel 3.3. Bila jawabannya adalah Tidak, maka lanjut ke tabel 3.2. Tabel 3.1 Apakah Anda Memiliki Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya % Tidak %

4 29 61% 39% Ya Tidak Gambar 3.1 Jumlah Pemilik Anjing b. Pada pertanyaan di bawah, jumlah responden yang tidak memiliki namun menjawab tertarik dengan anjing sebanyak 49 orang. Bila pertanyaan ini dijawab dengan Ya maka lanjut ke tabel 3.3. Bila jawaban Tidak maka responden tersebut dianggap tidak memenuhi kriteria. Tabel 3.2 Apakah Anda Tertarik dengan Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya % Tidak % 18% 82% Ya Tidak Gambar 3.2 Jumlah Responden Tertarik pada Anjing

5 30 c. Pada pertanyaan di bawah, jumlah responden yang pernah mencari informasi terkait penyakit anjing sebanyak 35 orang. Pertanyaan kemudian dilanjutkan ke tabel 3.4 dan 3.5. Tabel 3.3 Apakah Anda Pernah Mencari Informasi Terkait Penyakit Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya % Tidak % 40% Ya 60% Tidak Gambar 3.3 Jumlah Responden Pernah Mencari Informasi Terkait Penyakit Anjing Tabel 3.4 Dari Mana Biasanya Anda Mendapatkan Informasi Terkait Penyakit Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Internet % Dokter atau orang lain 9 26 % Buku 4 11 %

6 31 26% 11% 63% Internet Dokter atau orang lain Buku Gambar 3.4 Sumber Informasi d. Pada pertanyaan di bawah, diketahui jumlah responden yang tertarik dengan aplikasi sistem pakar sebanyak 75 orang. Setelah responden menjawab Ya, maka pengisian kuesioner dianggap telah selesai. Bila responden menjawab Tidak, maka pertanyaan dilanjutkan ke tabel 3.6 dan kemudian pengisian kuesioner pun selesai. Tabel 3.5 Bila Ada Aplikasi untuk Mendiagnosa Penyakit Anjing Berdasarkan Gejala, Menampilkan Penyebab, Cara Mengatasinya, Penularan dan Pencegahannya, serta Peringatan Terhadap Lingkungan Sekitar, Apakah Anda Tertarik? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya % Tidak %

7 32 14% 86% Tertarik Tidak tertarik Gambar 3.5 Jumlah Responden Tertarik Terhadap Aplikasi Tabel 3.6 Mengapa (Tidak Tertarik Menggunakan Aplikasi Tersebut)? Jumlah Jawaban Responden Memilih langsung bertanya pada dokter hewan 5 Memilih bertanya pada orang yang lebih berpengalaman 6 Memilih mencari sendiri informasi dari buku atau internet 6 Tidak terlalu memperhatikan kesehatan anjing 4

8 33 19% 29% 24% 28% Memilih langsung bertanya pada dokter hewan Memilih bertanya pada orang yang lebih berpengalaman Memilih mencari informasi dari ` buku atau internet Tidak terlalu memperhatikan kesehatan anjing Gambar 3.6 Jumlah Responden Tidak Tertarik Terhadap Aplikasi Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan kesimpulan bahwa banyak orang (pemilik anjing maupun yang tidak memiliki anjing namun tertarik terhadap anjing) yang tertarik untuk menggunakan aplikasi sistem pakar ini. 3.2 Kerangka Berpikir Gambar 3.7 Metode Penelitian Penyebaran kuesioner dilakukan untuk menentukan jumlah orang yang tertarik maupun yang tidak tertarik terhadap sistem pakar yang akan dibuat beserta alasannya bila orang tidak tertarik. Dari hasil jawaban, dapat dilihat apakah pembuatan aplikasi ini diminati oleh banyak orang. Bila hasil menunjukan sistem pakar banyak diminati, maka langkah selanjutnya adalah mencari informasi yang berhubungan dengan penyakit menular pada anjing.

9 34 Informasi didapatkan dari buku rekomendasi pakar maupun dari pakar sendiri, Drh. Rini Sulistyaningtyas Dharsana, M.Sc, PhD.. Informasi kemudian disusun ke dalam tabel. Langkah selanjutnya adalah menentukan rule untuk setiap penyakit. Bila ada beberapa gejala yang hanya dimiliki oleh satu jenis penyakit, maka gejala tersebut akan dikombinasikan dan bernilai benar bila minimal ada setengah dari jumlah gejala. Sedangkan gabungan gejala dianggap salah bila jumlah gejala yang salah bernilai lebih dari setengahnya. Algoritma yang akan digunakan adalah backward chaining sehingga representasi pengetahuan dibuat dalam backward chaining tree. Pemrograman akan dilakukan dengan Java dan Jess, kemudian aplikasi akan dicoba beberapa kali oleh pakar untuk melihat tingkat presisi sistem pakar. 3.3 Metodologi Menyebarkan Kuesioner Penyebaran kuesioner yang dilakukan bersifat kuantitatif dan dibagikan secara softcopy dan hardcopy. Daftar mulai disebarkan pada tanggal 16 Desember Target responden yang diharapkan dan diterima sebanyak 98 orang responden. Beberapa informasi yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini adalah : Apakah saat ini responden memiliki anjing atau ketertarikan terhadap anjing? Apakah responden pernah mencari informasi terkait penyakit pada anjing? Dari mana responden biasanya mendapatkan informasi terkait penyakit anjing? Apakah responden tertarik menggunakan aplikasi sistem pakar yang akan dibuat? Tahapan penyebaran kuesioner terdiri atas: Membuat struktur kuesioner Di dalam kuesioner ini terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi dasar penentuan apakah aplikasi ini layak untuk dibuat atau

10 35 tidak dari segi kegunaan bagi orang banyak. Responden yang dapat berpartisipasi adalah semua orang yang memiliki anjing atau tertarik terhadap anjing. Menyebarkan kuesioner berupa softcopy ( , media sosial, layanan pesan singkat atau sms) dan hardcopy (lembaran tercetak) Tabel 3.7 Pertanyaan Kuesioner No Pertanyaan Pilihan Jawaban Keterangan 1 Apakah Anda memiliki anjing? Ya ; Tidak Pilih salah satu 2 Apakah Anda tertarik dengan anjing? Ya ; Tidak Pilih salah satu 3 Apakah Anda pernah mencari informasi tentang penyakit anjing? Ya ; Tidak Pilih salah satu 4 Dari mana biasanya Anda mendapatkan informasi terkait penyakit anjing? 5 Bila ada aplikasi untuk mendiagnosa penyakit anjing berdasarkan gejala, menampilkan penyebab, cara mengatasinya, penularan dan pencegahannya, serta peringatan terhadap lingkungan sekitar, apakah Anda tertarik? 6 Mengapa (tidak tertarik menggunakan aplikasi tersebut)? Buku ; internet ; dokter atau orang lain Ya ; Tidak Memilih langsung bertanya pada dokter hewan Memilih bertanya pada orang yang lebih berpengalaman Memilih mencari sendiri informasi dari buku atau internet Tidak terlalu memperhatikan kesehatan anjing Pilih salah satu Pilih salah satu Boleh memilih lebih dari satu

11 Gambar 3.8 Struktur Kuesioner 36

12 Menentukan Data Untuk Knowledge Base Data untuk knowledge base berupa penyakit menular pada anjing yang memiliki vaksinasi. Data masing masing penyakit terdiri atas nama penyakit, penyebabnya, gejala yang dialami dan dapat dilihat, proses penularan, pengobatan yang perlu dilakukan, proses pencegahan, dan peringatan bagi lingkungan dan manusia bila ada. Data dapat dilihat pada tabel 3.8 dan tabel 3.9.

13

14 Tabel 3.9 Informasi Pelengkap Terkait Penyakit Nama Penyakit Bordetella Bronchiseptica Penyebab Pengobatan Pencegahan Penularan Bakteri Bordetella bronchiseptica Tempatkan anjing di tempat hangat, bebas sampah, dan beratmosfer lembab. Hindari aktivitas yang menyebabkan stress. Pemberian antibiotik jika anjing demam dan mengeluarkan carian mucopurulent dari hidung. Vaksinasi bordetella Menghirup udara yang terkontaminasi. Peringatan Terhadap Lingkungan Dan Manusia Kennel Cough Gabungan virus parainfluenza dan bakteri Bordetella bronchiseptica Vaksinasi parainfluenza, bordetella, dan CAV-2 39

15 40 Parainfluenza Virus Influenza Vaksinasi Parainfluenza Menghirup udara yang terkontaminasi. Coronavirus Virus Corona Menjaga agar tidak dehidrasi Mengontrol muntah dan diare Vaksinasi, walaupun tidak direkomendasikan (jarang bersifat fatal dan biasanya cukup dengan pengobatan). Hepatitis Canine adenovirus- 1 Rawat inap untuk pengobatan intensif Vaksin hepatitis Kontak dengan sekresi tubuh dari hewan yang terinfeksi seperti urin, feses dan liur.

16 Leptospirosis Bakteri spirochetes : canicola, icterohemorrhagiae, grippotyphosa, pomona Rawat inap untuk perawatan intensif. Kombinasi antibiotik dari penisilin dan streptomycin. Pemberian doxycyline, enrofloaxacin, ciproflocacin. Pemberian cairan dan nutrisi ke dalam darah. Vaksinasi Leptospirosis Kontaminasi pada urin yang tercampur ke dalam air dan kemudian dikonsumsi. Bakteri masuk melalui celah di kulit. Kontak langsung dengan urin yang terkontamina si. Manusia dapat menderita leptospirosis dengan cara yang sama seperti anjing. 41

17 42 Distemper Virus Distemper Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, walau antibiotik tidak berpengaruh pada virus distemper. Pemberian cairan ke dalam pembuluh darah untuk mengatasi dehidrasi. Pemberian obat pencegah muntah dan diare. Pemberian anticonvulsants dan penenang untuk mengontrol kejang. Vaksinasi distemper saat umur 8 minggu, indukan diberi suntikan DHPP (Distemper, Hepatitis, Parvovirus, Parainfluenza) 2-4 minggu sebelum dikawinkan. Menghirup udara yang terkontaminasi.

18 Rabies Virus Rabies Bersihkan semua luka dan goresan dengan sabun dan air. Pemberian prophylaxis secepatnya (tidak lebih dari 14 hari penularan). Bila sudah pernah divaksinasi, langsung vaksinasi ulang dan diawasi ketat selama 45 hari. Bila belum pernah divaksinasi, anjing di eutanasia atau diawasi ketat selama 6 bulan dan divaksinasi pada bulan ke 5. Vaksinasi rabies antara usia 3-6 bulan, vaksinasi ulang setahun kemudian, dan diulang setiap 3 tahun. Kontak air liur hewan terinfeksi dengan luka terbuka, luka gigitan, atau selaput lendir. Infeksi kepada manusia terjadi melalui gigitan yang berasal dari anjing atau kucing yang terinfeksi. air liur yangterdapat didalam dan sekitar gigitan binatang dapat menginfeksi manusia jika air liur terkena luka atau membran kulit. Jangan menyentuh atau memberi pertolongan pada anjing yang diduga terkena rabies. Semua gigitan dari hewan liar atau yang tidak diketahui status rabiesnya, harus diasumsikan memiliki rabies. Bila digigit anjing yang diduga terkena rabies, hendaknya segera pergi ke dokter 43

19 44 Parvovirus Virus Parvo Pemberian cairan ke dalam pembuluh darah dan obat pengontrol muntah dan diare. Transfusi plasma darah Perawatan intensif di rumah sakit. Tidak makan / minum sampai muntah berhenti namun diberikan bantuan cairan (3-5 hari). Antibiotik pencegah septicemia dan komplikasi bakteri lainnya (penyebab kematian). Membersihkan dan membersihkan secara seksama tempat tinggal hewan terinfeksi dengan disinfektan (larutan pemutih 1:32). Cairan ditinggalkan di permukaan 20 menit sebelum dibilas. Vaksinasi mulai usia 8 minggu, memisahkan anak anjing dari anjing lainnya dan sumber potensi infeksi sampai rangkaian. Kontak dengan feses, terbawa di rambut dan kaki anjing, maupun kontainer, sepatu, dan benda lainnya yang terkontaminasi.

20 Menentukan Rule Data yang akan digunakan untuk sistem terdiri atas gejala dan nama penyakit. Data lainnya (penyebab, pengobatan, penularan, pencegahan, dan peringatan terhadap manusia dan lingkungan tempat tinggal) digunakan sebagai informasi pelengkap sehingga pengguna dapat mengetahui penyakit secara lebih mendalam. Gejala yang akan diberikan rule adalah gejala dominan, yaitu gejala yang pasti terlihat (tabel 3.8) Rule Kombinasi Gejala Pada tabel 3.8 dapat dilihat adanya beberapa gejala yang hanya dimiliki oleh penyakit tertentu, seperti gejala dengan nomor 6 10 hanya dimiliki oleh penyakit distemper. Kelima gejala ini akan dibuat kombinasi dengan aturan : bernilai benar apabila minimal tiga dari lima gejala adalah Ya (minimal 50%), sehingga bila ada gabungan gejala bernilai genap seperti dua gejala, maka harus ada setidaknya satu gejala Ya. Bila gabungan gejala bernilai ganjil, maka harus ada setidaknya lebih dari setengah jumlah gejala. o Kombinasi dari jumlah gejala genap : Gejala 1 dan 2 : Ya : minimal satu gejala adalah Ya, karena adanya salah satu gejala menunjukkan anjing tidaklah sehat Tidak : kedua gejala adalah Tidak Gejala 13 dan 14 : Ya : minimal satu gejala adalah Ya Tidak : kedua gejala adalah Tidak Gejala 13 dan 14 digabungkan walaupun dimiliki oleh lebih dari satu penyakit (Parvovirus dan Coronavirus) karena keduanya memiliki gejala awal yang berbeda (Parvovirus demam, sedangkan Coronavirus tidak).

21 46 Gejala 15 dan 16 : Ya : minimal satu gejala adalah Ya Tidak : kedua gejala adalah Tidak Gejala 23, 24, 25, dan 26 : Ya : minimal dua gejala adalah Ya Tidak : minimal tiga gejala adalah Tidak o Kombinasi dari jumlah gejala ganjil : Gejala 6, 7, 8, 9, 10 : Ya : minimal tiga gejala adalah Ya Tidak : minimal tiga gejala bernilai Tidak Gejala 18, 19, 20 : Ya : minimal dua gejala bernilai Ya Tidak : minimal dua gejala bernilai Tidak Rule Kelengkapan Gejala Berikut ini penjabaran lengkap dari rule berdasarkan setiap hipotesis : o Tidak terinfeksi penyakit menular Gejala 1 AND 2 = Tidak o Bordetella bronchiseptica Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 AND 5 = Ya Gejala 11 = Ya o Kennel Cough Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 AND 5 = Ya Gejala 11 = Tidak Gejala 12 = Ya

22 47 o Parainfluenza Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 AND 5 = Ya Gejala 11 = Tidak Gejala 12 = Tidak o Distemper Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 = Ya Gejala 5 = Tidak Gejala (6 AND 7 AND 8) OR (6 AND 7 AND 9) OR (6 AND 7 AND 10) OR (6 AND 8 AND 9) OR (6 AND 8 AND 10) OR (6 AND 9 AND 10) OR (7 AND 8 AND 9) OR (7 AND 8 AND 10) OR (7 AND 9 AND 10) OR (8 AND 9 AND 10) OR (6 AND 7 AND 8 AND 9 AND 10) = Ya o Leptospirosis Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Ya Gejala 21 = Ya o Hepatitis Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Ya Gejala 21 = Tidak Gejala 22 = Ya

23 48 o Parvovirus Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Tidak Gejala 13 OR 14 OR (13 AND 14) = Ya Gejala 15 OR 16 OR (15 AND 16) = Ya o Rabies Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Tidak Gejala 13 AND 14 = Tidak Gejala (23 AND 24) OR (23 AND 25) OR (23 AND 26) OR (24 AND 25) OR (24 AND 26) OR (23 AND 24 AND 25) OR (23 AND 24 AND 26) OR (23 AND 25 AND 26) OR (24 AND 25 AND 26) OR (23 AND 24 AND 25 AND 26) = Ya o Coronavirus Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Tidak Gejala 13 OR 14 OR (13 AND 14) = Ya Gejala 17 = Ya Menentukan Algoritma dan Membuat Representasi Pengetahuan Algoritma yang akan digunakan adalah backward chaining algorithm sehingga data berupa nama penyakit dan gejala dominan yang sebelumnya telah ditetapkan dan diberikan rule, direpresentasikan dengan backward chaining tree pada gambar 3.9.

24

25 Penjelasan Alur Algoritma Karena algoritma yang digunakan adalah backward chaining dengan metode pencarian depth first search, maka dilakukan pencarian mulai dari hipotesis paling kiri. Backward chaining merupakan pencarian terbalik, dimana untuk memenuhi hipotesis, sistem akan meminta pembuktian semua hipotesis tingkat tengah (Hipotesis Sementara atau HS) dan fakta (gejala) di bawahnya. Hipotesis Sementara (HS) bernilai awal kosong dan hanya dianggap benar apabila dibuktikan oleh fakta yang ada di bawahnya. Apabila suatu hipotesis tengah (HS) tidak terbukti, maka hipotesis tersebut dan semua hipotesis yang terhubung di atasnya tidak lagi dapat dibuktikan (mati) tanpa mematikan fakta atau HS lain yang ada di bawahnya. Selama masih ada hipotesis penyakit yang aktif (belum ada HS maupun gejala dibawahnya yang mati), pencarian akan terus dilanjutkan. Apabila suatu hipotesis berisi penyakit telah terbukti, maka pencarian akan berhenti. Apabila tidak ada hipotesis yang dapat dibuktikan, maka dianggap penyakit tidak terdeteksi Alur Pembuktian Hipotesis Alur pembuktian hipotesis dilakukan dengan melihat rule yang telah ditentukan dapat dijabarkan sebagai berikut : o Bordetella bronchiseptica HS 4 HS 3 HS 2 HS 1 Hipotesis Bordetella bronchiseptica benar apabila : HS 4 dibuktikan dengan HS 3 dan gejala 11 HS 3 dibuktikan dengan HS 2 dan gejala 5 HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Bordetella bronchiseptica meminta pembuktian HS 4. Karena HS 4 belum terbukti, maka HS 4 mengecek HS 3 dan gejala 11. Karena HS 3 belum terbukti, maka HS 3 mengecek HS 2 dan gejala 5. Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4.

26 51 Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 bernilai benar, maka HS 2 terbukti. Bila gejala 5 bernilai benar, maka HS 3 terbukti. Bila gejala 11 bernilai benar, maka HS 4 terbukti. Bila HS 4 terbukti, maka hipotesis Bordetella bronchiseptica terbukti. o Kennel Cough HS 5 HS 3 HS 2 HS 1 Hipotesis Kennel Cough benar apabila : HS 5 dibuktikan dengan HS 3 dan gejala 12 HS 3 dibuktikan dengan HS 2 dan gejala 5 HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Kennel Cough meminta pembuktian HS 5. Karena HS 5 belum terbukti, maka HS 5 mengecek HS 3 dan gejala 12. Karena HS 3 belum terbukti, maka HS 3 mengecek HS 2 dan gejala 5. Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4. Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 bernilai benar, maka HS 2 terbukti. Bila gejala 5 bernilai benar, maka HS 3 terbukti. Bila gejala 12 bernilai benar, maka HS 5 terbukti. Bila HS 5 terbukti, maka hipotesis Kennel Cough terbukti. o Parainfluenza HS 3 HS 2 HS 1 Hipotesis Parainfluenza benar apabila : HS 3 dibuktikan dengan HS 2 dan gejala 5 HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3

27 52 Penjelasan : Hipotesis Parainfluenza meminta pembuktian HS 3. Karena HS 3 belum terbukti, maka HS 3 mengecek HS 2 dan gejala 5. Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4. Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 benar, maka HS 2 terbukti. Bila gejala 5 benar, maka HS 3 terbukti. Bila HS 3 terbukti, maka hipotesis Parainfluenza terbukti. o Distemper HS 6 HS 2 HS 1 Hipotesis Distemper benar apabila : HS 6 dibuktikan dengan HS 2 dan kombinasi gejala (6,7,8,9,10) HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Distemper meminta pembuktian HS 6. Karena HS 6 belum terbukti, HS 6 mengecek HS 2 dan kombinasi gejala (6,7,8,9,10). Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4. Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 bernilai benar, maka HS 2 terbukti. Bila kombinasi gejala (6,7,8,9,10) bernilai benar, maka HS 6 terbukti. Bila HS 6 terbukti, maka hipotesis Distemper terbukti. o Leptospirosis HS 8 HS 7 HS 1 Hipotesis Leptospirosis benar apabila : HS 8 dibuktikan HS 7 dan gejala 21 HS 7 dibuktikan HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20) HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3

28 53 Penjelasan : Hipotesis Leptospirosis memintar pembuktian HS 8. Karena HS 8 belum terbukti, maka HS 8 mengecek HS 7 dan gejala 21. Karena HS 7 belum terbukti, maka HS 7 mengecek HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20). Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila kombinasi gejala (18,19,20) bernilai benar, maka HS 7 terbukti. Bila gejala 21 bernilai benar, maka HS 8 terbukti. Bila HS 8 terbukti, maka hipotesis Leptospirosis terbukti. o Hepatitis HS 9 HS 7 HS 1 Hipotesis Hepatitis benar apabila : HS 9 dibuktikan HS 7 dan gejala 22 HS 7 dibuktikan HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20) HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Hepatitis meminta pembuktian HS 9. Karena HS 9 belum terbukti, maka HS 9 mengecek HS 7 dan gejala 22. Karena HS 7 belum terbukti, maka HS 7 mengecek HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20). Karena HS 1 belum terpenuhi, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila kombinasi gejala (18,19,20) bernilai benar, maka HS 7 terbukti. Bila gejala 22 bernilai benar, maka HS 9 terbukti. Bila HS 9 terbukti, maka hipotesis Hepatitis terbukti. o Parvovirus HS 11 HS 1 HS 10 Hipotesis Parvovirus benar apabila : HS 11 dibuktikan HS 1 dan HS 10 HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 HS 10 dibuktikan kombinasi gejala (13,14) dan kombinasi gejala (15,16)

29 54 Penjelasan : Hipotesis Parvovirus meminta pembuktian HS 11. Karena HS 11 belum terbukti, maka HS 11 mengecek HS 1 terlebih dahulu. Karena HS 1 belum terpenuhi, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 terpenuhi, maka HS 1 terbukti. Selanjutnya HS 10 diperiksa karena belum terbukti. HS 10 mengecek kombinasi gejala (13,14) dan kombinasi gejala (15,16). Bila kombinasi gejala (13,14) dan kombinasi gejala (15,16) bernilai benar, maka HS 10 terbukti. Karena HS 1 dan HS 10 terbukti, maka HS 11 terbukti. Bila HS 11 terbukti, maka hipotesis Parvovirus terbukti. o Rabies HS 12 HS 1 Hipotesis Rabies benar apabila : HS 12 dibuktikan HS 1 dan kombinasi gejala (23,24,25,26) HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Rabies meminta pembuktian HS 12. Karena HS 12 belum terbukti, maka HS 12 mengecek HS 1 dan kombinasi gejala (23,24,25,26). Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3.Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Selanjutnya, dilakukan pengecekan kombinasi gejala (23,24,25,26). Bila kombinasi gejala (23,24,25,26) bernilai benar, maka HS 12 terbukti. Bila HS 12 terbukti, maka hipotesis Rabies terbukti. o Coronavirus HS 14 HS 13 Hipotesis Coronavirus benar apabila : HS 14 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan HS 13 HS 13 dibuktikan kombinasi gejala (13,14) dan gejala 17 Penjelasan : Hipotesis Coronavirus meminta pembuktian HS 14. Karena HS 14 belum terbukti, maka HS 14 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan HS

30 Pertama pengecekan dilakukan terhadap kombinasi gejala (1,2), Bila kombinasi gejala (1,2) bernilai benar, pengecekan dilanjutkan dengan HS 13. Karena HS 13 belum bernilai benar, maka HS 13 mengecek kombinasi gejala (13,14) dan gejala 17. Bila kombinasi gejala (1,2) bernilai benar, maka setengah nilai HS 14 sudah terbukti. Bila kombinasi gejala (13,14) dan gejala 17 bernilai benar, maka HS 13 terbukti. Karena HS 13 dan kombinasi gejala (1,2) telah terbukti, maka HS 14 terbukti. Bila HS 14 terbukti, maka hipotesis Coronavirus terbukti Alur Perpindahan Pembuktian Hipotesis Urutan pembuktian hipotesis berjalan dari kiri ke kanan, sehingga pembuktian hanya akan melompati suatu hipotesis apabila hipotesis tersebut tidak lagi dapat dibuktikan. Misalnya, apabila saat pengecekan awal (hipotesis Bordetella bronchiseptica) HS 1 tidak terbukti karena gejala 3 tidak ada, maka semua hipotesis yang memiliki gejala 3 dianggap tidak lagi dapat dibuktikan, sehingga pengecekan lompat ke hipotesis Coronavirus. Dengan demikian urutan pengecekan dapat dijelaskan sebagai berikut: Hipotesis Bordetella bronchiseptica akan dicek pertama kali. Bila HS 1, HS 2, HS 3, dan HS 4 terbukti, maka hipotesis Bordetella bronchiseptica terbukti. Hipotesis Kennel Cough dicek apabila HS 1, HS 2, dan HS 3 terbukti, namun HS 4 tidak terbukti. Hipotesis Parainfluenza langsung terbukti apabila HS 1, HS 2, dan HS 3 terbukti namun HS 4 dan HS 5 tidak terbukti. Hipotesis Distemper dicek apabila HS 1 dan HS 2 terbukti namun HS 3 tidak terbukti. Hipotesis Leptospirosis dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2 tidak terbukti.

31 56 Hipotesis Hepatitis dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2 dan HS 8 tidak terbukti. Hipotesis Parvovirus dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2 dan HS 7 tidak terbukti. Hipotesis Rabies dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2, HS 7, dan HS 10 tidak terbukti. Hipotesis Coronavirus dicek apabila HS 1 tidak terbukti Menentukan Bahasa Pemrograman Bahasa pemrograman yang digunakan dalam membuat aplikasi sistem pakar ini adalah Java dan Jess Pembuatan Aplikasi Pembuatan aplikasi dilakukan dengan menggunakan Jess sebagai rule engine dan Java untuk user interface Pengujian Oleh Pakar Pengujian dilakukan dengan memasukkan gejala ke dalam sistem dan membandingkan kecocokan hasil dari sistem dengan pendapat pakar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing ialah hewan yang dapat beradaptasi dengan mudah dan menjadi teman baik manusia sehingga banyak yang disayangi (Setyarini, Putra, & Purnawan, 2013). Wells (2007)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Dalam melakukan implementasi pada aplikasi diperangkat desktop komputer, perlu diperhatikan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan. Spesifikasi

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING Maria Frederika Fresia*, Fajriah Isnaini*, Meidy Hemawatie W.A* School of Computer Science, Bina Nusantara University,

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kucing yang membatasi tubuh dengan dunia luar, selain itu kondisi kulit merupakan refleksi kesehatan kucing secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara atau sebuah prosedur yang berisikan tahapan-tahapan yang jelas dan sistematis untuk melakukan proses penelitian dan pemecahan masalah dengan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan Penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan dari tugas akhir ini. I.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit pada kucing, seringkali membuat pemiliknya merasa bingung karena kurangnya pengetahuan pemilik tentang penyakit binatang tersebut. Permasalahan yang sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan yang mempelajari bagaimana mengadopsi cara seorang pakar berfikir dan bernalar dalam menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

Dokumentasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Anjing

Dokumentasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Anjing Dokumentasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Anjing Disusun Oleh 23508018 Danang Junaedi 23508019 Iwa Ovyawan Herlistiono 23508037 Tjokorda Agung 1. Pendahuluan Anjing sering disebut sebagai sahabat manusia

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR Disusun oleh : Nama : Niko Arieswara NIM : A11.2003.01520 Program Studi : Teknik Informatika FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi makhluk hidup. Tidak hanya manusia yang membutuhkan kesehatan tetapi hewan juga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi makhluk hidup. Tidak hanya manusia yang membutuhkan kesehatan tetapi hewan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi makhluk hidup. Tidak hanya manusia yang membutuhkan kesehatan tetapi hewan juga membutuhkannya. Dalam suatu

Lebih terperinci

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR CARA MENGATASI GIGITAN ULAR Waingapu, 18 Pebruari 2016 SAMPOERNA RESCUE 1 PEMBAHASAN Cara Mengatasi Gigitan Ular Berbisa Cara Mengatasi Gigitan Ular Tidak Berbisa Memahami Ular dan Gigitannya 2 MENGENAL

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit demam dengue atau demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang ini terutama dalam bidang teknik informasi telah menjadikan informasi merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Kerangka Berpikir Pneumonia merupakan penyakit mematikan yang kurang ditanggapi serius oleh masyarakat, padahal penyakit ini selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar

Lebih terperinci

2014 AEA International Holdings Pte. Ltd. All rights reserved. 1

2014 AEA International Holdings Pte. Ltd. All rights reserved. 1 2014 AEA International Holdings Pte. Ltd. All rights reserved. 1 VIRUS EBOLA 25 August 2014 Indonesian Bahasa Informationini telah disusun untuk tujuan pendidikan kesehatan dan bukan pengganti saran medis

Lebih terperinci

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining Mardiah Fadhli Politeknik Caltex Riau Jl. Umbansari No.1, telp/fax: 0761 53939/0761 554224 e-mail: rika@pcr.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada orang dewasa, sakit kepala parah adalah gejala yang paling umum meningitis - terjadi di hampir 90% dari kasus meningitis bakteri, diikuti oleh kaku kuduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesetiaannya. Selain itu anjing dan kucing mempunyai kesamaan yaitu sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan kesetiaannya. Selain itu anjing dan kucing mempunyai kesamaan yaitu sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anjing dan kucing sering disebut sebagai sahabat manusia karena loyalitas dan kesetiaannya. Selain itu anjing dan kucing mempunyai kesamaan yaitu sangat responsif,

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas tentang contoh-contoh sistem pakar yang telah dibangun sebelumnya dengan menggunakan metode Certainty Factor maupun dengan metode lainnya. Untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai uraian singkat hasil-hasil penelitian atau analisis terdahulu yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan ditinjau dalam tugas akhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana diagnosa digantikan oleh sebuah sistem pakar, maka sistem pakar

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana diagnosa digantikan oleh sebuah sistem pakar, maka sistem pakar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar menirukan perilaku seorang pakar dalam menangani suatu persoalan. Pada suatu kasus seorang pasien mendatangi dokter untuk memeriksa badannya yang mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas uraian singkat hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian, review aplikasi-aplikasi yang sejenis dengan Aplikasi Keanekaragaman Jenis

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Sry Yunarti Program Studi Sistem Informasi STMIK Profesional Makassar yeye_rumbu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis atau penyakit kuning merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyakit ini disebabkan bakteri Leptospira Icterohaemorrhagiae

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAK Hampir tidak ada penyakit anak yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penduduk salah satunya adalah menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), mulai dari tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia dari satu benua ke benua lainnya. Hal ini juga terjadi pada hewan, bakteri dan virus yang memungkinkan

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada kecerdasannya, dengan kecerdasannya ini manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sering dialami dan penanganan yang bisa dilakukan oleh cat lover.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sering dialami dan penanganan yang bisa dilakukan oleh cat lover. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan pada penanganan pertama pada kucing. Penanganan pertama pada penelitian ini difokuskan pada penyakit

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR A. Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah

Lebih terperinci

Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia

Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia Ferdio Grady Susanto 1, SusanaLimanto 1, dan Marcellinus Ferdinand Suciadi 1 1 Universitas Surabaya, Surabaya, Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. internet. Kemampuan komputer dalam mengolah angka menjadi sebuah data

BAB 1 PENDAHULUAN. internet. Kemampuan komputer dalam mengolah angka menjadi sebuah data BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu dan Teknologi yang semakin pesat khususnya dalam bidang komputer dan Teknologi Informasi membuat komputer merupakan perangkat yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi seseorang yang berprofesi sebagai dokter, kesalahan diagnosis suatu penyakit akan membawa dampak yang sangat fatal bagi pasiennya. Dalam kasus ini, penulis

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anjing merupakan salah satu hewan yang umum dijadikan peliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anjing merupakan salah satu hewan yang umum dijadikan peliharaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing merupakan salah satu hewan yang umum dijadikan peliharaan. Anjing menjadi hewan peliharaan favorit karena dinilai sebagai hewan yang cerdas dan setia. Anjing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur Sistem Pakar Forward Chaining Wawancara Pakar Studi Literatur Permasalahan Perawatan Penderita DBD Sebaran Angket Aturan/Kaidah Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan substansi yang dapat mengurangi gejala hingga menyembuhkan penyakit. Obat-obatan banyak yang beredar dan dijual bebas di pasaran. Ada yang bebas dibeli,

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akurat. Untuk itu komputer dijadikan sebagai salah satu alat yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. dan akurat. Untuk itu komputer dijadikan sebagai salah satu alat yang mendukung BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi komputer saat ini sangat pesat, pada sisi lain persoalan yang dihadapi manusia semakin banyak dan memerlukan penyelesaian yang cepat dan akurat.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tempat Sasaran Waktu : Imunisasi Campak : Pentingnya Imunisasi Campak bagi bayi : Puskesmas : Masyarakat : 09.00-09.35 WIB Hari dan Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Depkes RI & DITJEN PPM & PLP (1999) dalam buku Sodikin (2010), sampai saat ini penyakit diare (gastroenteritis) masih menjadi masalah kesehatan di indonesia

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini membawa manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini membawa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini membawa manusia menuju kehidupan yang

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum

Lebih terperinci

Re-branding Andrawina Pet Center 2008 BAB 1 PENDAHULUAN

Re-branding Andrawina Pet Center 2008 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial, dimana bersosialisasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupannya karena manusia hidup saling membutuhkan. Berteman termasuk dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH Putri Kurnia Handayani Jurusan Sistem Informasi Universitas Muria Kudus PO BOX 53 Gondangmanis Kudus e-mail : pu3_kurnia@yahoo.com

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2009/2010 SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT KULIT WAJAH Dewi Khatina Kusuma 2006250102 Desi Febrianti M.P.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sangat lama manusia akrab dengan sapi. Banyak sekali manfaat yang dihasilkan oleh sapi, dimulai dari daging, susu, kulit, dan tenaganya dapat dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?... PETUNJUK ANAMNESA CALON PENDO Apakah anda : 1. Merasa sehat pada hari ini? 2. Sedang minum antibiotik? 3. Sedang minum obat lain untuk infeksi? Dalam waktu 48 Jam terakhir 4. Apakah anda sedang minum Aspirin

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi 1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;

Lebih terperinci

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING Wisha Alvaliani Wirata (1) Rosa Delima (2) Katon Wijana (3) wisha_alvaliani@yahoo.co.id rosa@ukdw.ac.id katony@ukdw.ac.id Abstraksi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Medical Expert System, Mycin PENDAHULUAN

Abstrak. Kata Kunci : Medical Expert System, Mycin PENDAHULUAN Abstrak Sistem pakar dalam bidang diagnosis kesehatan telah dikembangkan pada pertengahan tahun 1970 di Stanford University. Sistem tersebut diberi nama MYCIN tersebut Sistem pakar medical yang bisa mendiagnosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak dewasa ini sangat mempengaruhi pola pemakaian komputer. Komputer yang pada awalnya hanya digunakan oleh para akademisi

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat ditularkan melalui sentuhan fisik melalui kulit. sentuhan kulit sangatlah besar dan sering terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat ditularkan melalui sentuhan fisik melalui kulit. sentuhan kulit sangatlah besar dan sering terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi manusia untuk dapat melakukan segala aktifitasnya dengan baik. Kesehatan kulit juga harus dijaga untuk melindungi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 18 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 2010 di kelas VIIIF semester ganjil SMP Negeri 1 Padangratu Tahun Pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang, khususnya di puskesmas sangat sulit dijumpai tenaga ahli kesehatan (spesialis), padahal orang tua sangat membutuhkan dokter spesialis

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RANCANG BANGUN SISTEM CERDAS UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT HEPATITIS B BERBASIS WEB BIDANG KEGIATAN: PKM - PENELITIAN Diusulkan oleh: 08.41010.0113

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Jantung adalah sebuah otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot jantung mati sewaktu

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Pemicu paling umum terhadap munculnya penyakit baru adalah perubahan

BAB I PENDAHULUAN. global. Pemicu paling umum terhadap munculnya penyakit baru adalah perubahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini masyarakat dunia menghadapi peningkatan ancaman penyakitpenyakit infeksius yang bersumber dari hewan, sebagai dampak kerusakan lingkungan, pemanasan global,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibentuk model matematika dari penyebaran penyakit virus Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada parameter laju transmisi. A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan aplikasi yang berkaitan dengan sistem pakar telah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat tentang penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai uraian singkat hasil-hasil penelitian atau analisis terdahulu yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan ditinjau dalam Tugas Akhir.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING ISSN : 2338-4018 SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING Level Perdana (lev.earthmover@gmail.com) Didik Nugroho (didikhoho@gmail.com) Kustanto (Kus_sinus@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Pada kegiatan usaha pembiakan anjing Labrador di D Sunflower Kennel, terdapat beberapa risiko produksi yang

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 DIAGNOSA JENIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN GIGITAN NYAMUK MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE WEB

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB Berlin P. Sitorus Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia E-Mail: sitorus1970@gmail.com ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE SOSIAL PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN HEWAN PELIHARAAN

BAB II KAMPANYE SOSIAL PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN HEWAN PELIHARAAN BAB II KAMPANYE SOSIAL PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN HEWAN PELIHARAAN II.1 Kesehatan Hewan Kesehatan hewan merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh semua pemilik hewan peliharaan. Tim Fokus Media (2009)

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL Achmad Solichin Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan,

Lebih terperinci