BAB VI MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESMI"

Transkripsi

1 49 BAB VI MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESMI 6.1 Karakteristik Kedaulatan Pangan Kedaulatan masyarakat mempunyai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam proses membangun kedaulatan pangan terdapat karakteristik yang mencerminkan bahwa suatu kondisi mencapai karakter yang ideal. Kedaulatan pangan suatu masyarakat mempunyai karakter: produksi pangan lokal serta memanfaatkan usahatani petani kecil dan keluarga yang agro-ekologis; menjamin akses tanah dan sumber-sumber daya yang vital; menghormati peran wanita dalam produksi pangan, akses atas sumberdaya; mendorong kontrol komunitas atas sumberdaya produktif; dan melindungi benih dari pematenan. 6.2 Sistem Pertanian Lokal Kegiatan pertanian merupakan salah satu sektor utama penghidupan rumahtangga masyarakat Kampung di Sinar Resmi. Ada kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat kasepuhan bahwa siapa yang menggarap lahan pertanian dan bermatapencaharian sebagai petani, tentu hidupnya tidak akan kekurangan. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat adalah pertanian sawah tadah hujan, huma (ladang), dan kebun. Pertanian di huma maupun sawah merupakan kegiatan pertanian yang mendominasi masyarakat kasepuhan karena dari huma dan sawah ini masyarakat menanam padi yang merupakan komoditi pertanian utama. Padi yang dihasilkan merupakan padi lokal yang disebut pare ageung. Huma merupakan hal yang diutamakan dalam budaya masyarakat. Posisi huma ini menganjurkan agar mengelola huma harus lebih dulu kemudian mengelola sawah. Kegiatan ber-huma memanfaatkan musim penghujan, dimulai sekitar bulan September sampai Oktober, kemudian diikuti menanam padi sawah. Hasil dari menanam padi di huma dan sawah, nantinya ada yang masuk ke leuit masing-masing rumahtangga dan adapula yang masuk ke leuit sijimat (lumbung kasepuhan). Saat upacara seren Taun (pesta panen), setiap rumahtangga akan memberi hasil padinya sekitar dua pocong untuk dimasukkan ke dalam leuit sijimat yang digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat saat musim

2 50 paceklik. Selain itu, leuit sijimat dapat digunakan oleh masyarakat untuk keperluan meminjam padi. Dalam melaksanakan kegiatan menanam padi di huma maupun sawah, masyarakat memiliki prosesi kegiatan sesuai dengan aturan adat yang berlaku. Tahapan kegiatan menanam padi di huma dapat dilihat pada Tabel 13: Tabel 13. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Huma menurut Bulan dan Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 No Kegiatan Bulan (Sistem Pelaksana* Kalender Islam) 1 Narawas Jumadil Awal Lk (menandai lokasi yang akan dijadikan huma) 2 Nyacar Jumadil Awal Lk, Pr, P (membersihkan lahan, biasanya selama 1 minggu kemudian dikeringkan selama 15 hari sampai 1 bulan) 3 Ngaruhu Jumadil Akhir Lk (membakar semak yang kering untuk dijadikan pupuk) 4 Ngerukan Jumadil Akhir Lk, Pr, P (membakar sisa-sisa yang belum terbakar) 5 Ngaduruk Jumadil Akhir Lk, Pr (membakar sisa-sisanya) 6 Nyara Jumadil Akhir Lk, Pr, P (meremahkan tanah) 7 Ngaseuk Rajab Lk, Pr, P (penanaman bibit padi dengan menggunakan tongkat atau aseuk) 8 Ngored Ruwah Lk, Pr, P (menyiangi rumput) 9 Mipit/ Dibuat Haji Lk, Pr (memotong padi/ panen) 10 Ngadamet lantayan Haji Lk (membuat tempat menjemur padi) 11 Mocong Muharram Lk, Pr, P (mengikat padi yang kering) 12 Ngalantaykeun Muharram Lk, Pr (proses menjemur padi pada lantayakan) 13 Ngunjal Muharram Lk (diangkut ke lumbung padi) 14 Ngaleuitkeun Muharram Lk, Pr (memasukkan ke lumbung) 15 Ngeuleupkeun Muharram Lk (dirapikan) 16 Ngadieukeun indung pare (menyimpan padi di dalam leuit) Muharram Lk

3 51 17 Selametan (ampih pare) Muharram Lk, Pr, P Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Keterangan: *Lk: laki-laki, Pr: perempuan, P: pemuda/pemudi Tabel 13 menggambarkan mengenai prosesi kegiatan menanam padi di huma, yang dilakukan pada bulan tertentu dan ada pembagian tugas antara lakilaki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan sudah cukup merata. Peran wanita dalam produksi yang besar membuat posisi wanita penting dalam membangun kedaulatan pangan. Masyarakat kasepuhan diwajibkan untuk menanam padi di huma karena merupakan salah satu sistem pertanian warisan leluhur. Tabel 14. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Sawah menurut Bulan dan Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 No. Kegiatan Bulan Pelaksana* (Sistem Kalender Islam) 1 Numpang Galeng Muharram Lk, P (membuat pematang) 2 Ngabaladah Silih Mulud Lk, P (menyiangi lahan) 3 Ngambangkeun Jumadil Awal Lk, P (mengisi lahan dengan air/ merendam) 4 Ngangler Ruwah Lk, Pr, P (membersihkan permukaan lahan dari gulma yang tumbuh sebagian persiapan untuk tebar) 5 Tebar/ Ngipuk Jumadil Akhir Lk, Pr (membuat persemaian padi dengan cara menebar untaian padi) 6 Tandur Ruwah Lk, Pr, P (menanam padi) 7 Ngarambet Puasa Pr (membersihkan gulma yang ada di sawah) 8 Babat galeng Syawal Lk, Pr, P (membersihkan rumput di pematang sawah) 9 Dibuat ku etem/ neugel Haji Lk, Pr, P (panen padi dengan alat etem/ aniani) 10 Ngadamel lantayan Haji Lk (membuat tempat jemuran padi) 11 Ngalantay Haji Lk (menjemur padi di lantayan) 12 Mocong pare (mengikat padi menjadi pocong) Sapar Lk, Pr, P

4 52 13 Diangkut ka leuit/ Ngunjal (mengangkut padi ke leuit/ lumbung) Sapar 14 Ngaleuitkeun Sapar (memasukkan ke leuit/ lumbung) 15 Dieulep di leuit Sapar (merapikan padi di dalam leuit/ lumbung) 16 Ngadiukkeun indung Sapar (memasukkan padi induk ke dalam leuit) 17 Disalametan nganyaran Silih mulud (selamatan sebagai tanda syukur dengan memasak padi pertama kali) Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Keterangan: *Lk: laki-laki, Pr: perempuan, P:pemuda/pemudi Lk Lk Lk, Pr Lk, Pr Tabel diatas menggambarkan prosesi kegiatan menanam padi di sawah, yang dilakukan pada bulan tertentu dan pembagian peran antara laki-laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Peran tersebut relatif seimbang dan samasama dalam mengerjakan budidaya pertanian mulai dari persiapan lahan sampai proses pengolahan hasil panen. Meskipun demikian terdapat juga beberapa perbedaan jenis kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Terdapat aturan adat tertentu yang hanya memperbolehkan laki-laki atau perempuan saja mengerjakan suatu kegiatan budidaya pertanian. Dalam persiapan lahan sawah yang menggunakan bajak dan cangkul khusus dilakukan oleh laki-laki. Begitu pula yang memberi do a dan pemilihan benih padi harus Abah sebagai ketua adat. Untuk menanam, memeliihara tanaman (ngoret), memupuk dan memanen dapat dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun untuk menumbuk padi hanya diperbolehkan dilakukan oleh perempuan. Dari pembagian kerja tersebut, peran laki-laki dan perempuan sudah cukup seimbang dalam pertanian. Selain rangkaian tahapan menanam masyarakat Kampung Sinar Resmi juga memiliki berbagai kegiatan pertanian. Rangkaian seluruh kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Sinar Resmi antara lain: 1. Ngaseuk, merupakan dimulainya kegiatan menanam padi di huma dengan memasukan benih ke dalam lubang. 2. Beberes mager, merupakan ritual untuk menjaga padi dari serangan hama. Kegiatan ini dilakukan oleh pemburu di ladang milik kasepuhan dengan Pr

5 53 diawali dengan pembacaan doa. Kegiatan ini dilaksanakan sekitar bulan Muharam. 3. Ngarawunan, merupakan ritual untuk meminta isi padi agar tumbuh subur dan tidak ada gangguan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua incu putu setelah padi berumur tiga sampai empat bulan. 4. Mipit, merupakan kegiatan memanen padi yang dilakukan lebih dahulu oleh Abah sebagai pertanda masuknya musim panen. 5. Nutu, merupakan kegiatan menumbuk padi pertama setelah panen. 6. Nganyaran, merupakan kegiatan memasak nasi menggunakan padi hasil penen pertama, dua bulan setelah masa panen. 7. Tutup nyambut, merupakan kegiatan yang menandakan selesainya semua aktivitas pertanian di sawah yang ditandai dengan acara selamatan. Tutup nyambut juga dijadikan sebagai pertanda dimulainya masa untuk membajak sawah dan mempersiapkan lahan untuk ditanam kembali. 8. Seren taun, merupakan acara yang ditujukan untuk mensyukuri hasil panen pada tahun tersebut. Acara tersebut berisi hiburan untuk masyarakat yang telah bekerja dalam pertanian selama satu tahun. Sebulan sebelum acara saren taun dimulai, sebelumnya ada musyawarah yang melibatkan seluruh incu putu untuk menentukan besarnya anggaran yang dibutuhkan. Kegiatan pertanian sudah menjadi ciri khas, tradisi, dan cara hidup pada rumahtangga masyarakat Kampung Sinar Resmi. Gambaran rumahtangga masyarakat menunjukkan pencapaian dalam memenuhi kebutuhannya. Rumahtangga masyarakat di Kampung Sinar Resmi pada umumnya memiliki jumlah tanggungan tiga orang. Lahan garapan yang dikelola oleh rumahtangga di Kampung Sinar Resmi adalah 9.68 patok (3872 m 2 ). Ukuran patok merupakan ukuran yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat kasepuhan untuk mengetahui luas lahan yang digarap. Satu patok bila dikonversi dalam satuan luas sama artinya dengan 400 m 2. Sistem pertanian yang diterapkan yaitu huma, sawah, dan kebun dengan komoditi utama adalah padi lokal. Tanaman padi meskipun merupakan komoditi utama tetapi bukan untuk diperjualbelikan. Aturan adat kasepuhan melarang bagi para incu putu (pengikut) Kasepuhan Sinar Resmi untuk menjual padi apalagi dalam bentuk beras. Masyarakat percaya beras

6 54 merupakan sosok ibu yang filosofinya tidak boleh menjual ibu karena akan dianggap berdosa. Padi yang dihasilkan, hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja. Kalaupun ada rumahtangga yang kekurangan pangan dan membutuhkan padi, mereka bisa meminjam padi dari lumbung kasepuhan atas seizin Abah. Mengenai produktivitas padi, dalam sekali panen yakni satu tahun sekali, sesuai dengan aturan adat kasepuhan. Hasil yang diperoleh juga beragam sesuai dengan pengusahaan masing-masing rumahtangga. Jumlah padi yang dihasilkan dihitung berdasarkan satuan lokal yakni pocong. Jika dikonversikan menjadi kilogram maka 1 pocong sama dengan 4 kilogram. Berikut Tabel 15 menyajikan data hasil pertanian menurut luas pengusahaan di Kampung Sinar Resmi: Tabel 15. Jumlah Padi yang Dihasilkan Rumahtangga menurut Luas pengusahaan Tanah di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 Luas Pengusahaan Tanah Jumlah padi yang dihasilkan (pocong) Luas 3767 Sedang 2112 Sempit 1991 Total 7870 Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Rumahtangga responden masyarakat Kampung Sinar Resmi menghasilkan padi 7870 pocong atau sekitar 31,480 kilogram. Jika dihitung berdasarkan jumlah tanggungan rumahtangga, maka tiap rumahtangga memiliki produktivitas hasil pertanian rata-rata pocong atau kg/rumahtangga. Jumlah tersebut dirasakan cukup oleh responden untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama satu musim tanam. Tanaman pertanian lain yang biasanya dibudidayakan adalah tanaman palawija dan tanaman obat-obatan jenis kapulaga. Biji kapulaga biasanya dikeringkan dan dijual ke pedagang yang datang ke kampung ini. Selain dari tanaman, beberapa masyarakat memelihara ternak sebagai usaha sampingan dan tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang mendadak. Untuk menopang kebutuhan masyarakat juga ada yang mengolah aren. Masyarakat memposisikan pohon aren sebagai pohon yang cukup istimewa karena seluruh bagian dari pohon aren bermanfaat. Karena manfaat yang banyak inilah, orangtua atau kolot di masyarakat kasepuhan menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak-anaknya yaitu hirup kudu siga tangkal kawung yang artinya

7 55 sebagai manusia hidup harus seperti pohon aren yang memiliki banyak manfaat dan dapat berguna bagi orang lain. Semua bagian pohon aren dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, antara lain air nira untuk gula aren dan cuka, buah aren (kolang kaling) untuk dikonsumsi sebagai makanan, akarnya untuk obat tradisional, daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok, dan batangnya untuk membuat sagu aren serta berbagai macam peralatan dan bangunan. Masyarakat memanfaatkan air niranya untuk dijadikan gula aren dalam bentuk gula batok/kojor. Namun seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat mulai mengolah gula aren dalam bentuk gula semut. Awalnya aren merupakan salah satu hasil hutan atau kebun yang dimanfaatkan masyarakat kasepuhan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu hasil aren pun ternyata memiliki nilai ekonomis sehingga masyaarakat kasepuhan pun mulai memanfatkan aren sebagai sumber pendapatan bagi rumah tangga. Mata pencaharian utama masyarakat kasepuhan yang umumnya adalah petani padi, baik sawah maupun huma. Oleh karena itu, menyadap aren merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh masyarakat kasepuhan untuk menambah pendapatan mereka berupa uang. Selain itu, mereka juga memperoleh pendapatan dari menjual hasil kebun lain seperti sayur, buahbuahan, dan kayu serta pekerjaan lainnya sebagai tukang ojek dan kuli Terkait dengan pengolahan lahan pertanian., tidak semua pekerjaan bisa dilakukan sendiri oleh anggota rumahtangga. Selama satu musim tanam yang dilakukan terdapat kegiatan yang dilakukan dengan bantuan orang lain. Seperti pada saat kegiatan panen, masyarakat lain yang ingin membantu dapat ikut memanen. Karakteristik sistem penghidupan dan nafkah yang dikembangkan rumahtangga di pedesaan sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya masyarakat setempat dengan tiga elemen penting, yaitu: infrastruktur sosial, struktur sosial, dan supra struktur sosial. Terkait dengan struktur sosial (setting lapisan sosial, struktur sosial, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal). Infrastruktur sosial dalam hal ini adalah setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku. Infrastruktur sosial ini dilandasi oleh elemen supra

8 56 struktur sosial yang terdiri dari setting ideologi, etika moral ekonomi, dan sistem nilai yang berlaku. Kedua elemen ini satu sama lain saling berkaitan dan menjadi dasar pengembangan sistem kelembagaan ekonomi di masyarakat pedesaan. Dari elemen supra struktur sosial masyarakat kasepuhan yang mewakili masyarakat pedesaan tradisional setting ideologi, etika moral ekonomi dan sistem adat yang berlaku dilandaskan pada peraturan adat dimana manusia selaras dengan alam. Dengan sendirinya kelembagaan sosial dan tatanan sosial yang dibuat selalu menjaga agar terjadi harmonisasi dengan alam sekitarnya. Oleh karenanya kelembagaan ekonomi yang dibangun masih berupa sistem produksi subsisten yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Masyarakat Desa Sinar Resmi dalam kehidupan sehari-hari patuh terhadap peraturan adat yang berlaku. Peraturan adat sebagai infrastruktur sosial dalam komunitas ini dilandasi oleh supra struktur sosial yang menyelaraskan kehidupan antara manusia dengan alam. 6.3 Pertanian Agro-ekologis Ideologi yang paling mendasar pada masyarakat ini adalah menjunjung tinggi falsafah hidup Ibu Bumi Bapak Langit dan Guru Mangsa. Falsafah tersebut berarti bahwa manusia tergantung dengan alam seperti anak yang tergantung pada ibunya. Oleh karena itu, dimanapun tempat tinggalnya harus selalu menghormati alam di tempat tinggalnya. Falsafah ini yang kemudian juga diwujudkan dengan adanya aturan bahwa menanam padi hanya boleh satu tahun sekali. Menurut falsafah ini ibu sebagai bumi dengan Dewi Sri sebagai simbol kesuburan diibaratkan seperti ibu dan tanaman merupakan anak-anaknya. Oleh karena itu,jika bumi dieksploitasi dengan menanam padi lebih dari satu kali dalam satu tahun sama seperti seorang ibu yang dipaksakan melahirkan anak lebih dari satu tahun sekali, maka bumi akan menjadi rusak. Dasar falsafah ini menitikberatkan pada penyelarasan manusia dengan alam. Dalam istilah ekologi falsafah ini dapat disejajarkan dengan agro-ekologis, sehingga kebutuhan manusia terpenuhi namun alam tidak mengalami krisis ekologi yang berlebihan. Dari falsafah tersebut, masyarakat Sinar Resmi mengembangkan tiga konsep adat sebagai dasar kelembagaan/tatanan kehidupan sehari-hari (norma), yaitu:

9 57 a) Nyangkulu ka hukum, yang lebih tinggi dari kepala adalah hukum sehingga hukum harus asli dan diikuti oleh masyarakat. Manusia jika ingin teratur maka harus mengikuti aturan yang dibuat oleh pencipta manusia. Menurut dasar ini, norma utama yang harus dipegang oleh masyarakat adalah aturan agama. Dalam hal ini, bagi anggota masyarakat aturan agama yang dipegang adalah aturan agama Islam. b) Nunjang ka nagara, norma kedua yang harus dipatuhi oleh anggota komunitas adalah ketundukan kepada peraturan negara (hukum formal). Dengan dasar ini sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia, masyarakat kasepuhan juga merupakan warga negara dan sebagai warga negara harus patuh terhadap hukum yang berlaku di negara ini. Salah satu bentuk kepatuhan anggota komunitas adalah mendukung programprogram yang dicanangkan oleh pemerintah sepanjang tidak bertentangan dengan falsafah hidup dan hukum agama yang dipegang oleh masyarakat. c) Mupakat jeng balarea, norma yang ketiga bermanfaat untuk mengambil keputusan yang menjadi landasan dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam norma ini, pengambilan keputusan harus didasarkan pada musyawarah. Hal ini untuk memutuskan permasalahan permasalahan yang tidak ada dalam aturan agama atau aturan negara. Terkadang juga untuk menentukan keputusan apakah program-program pemerintah sesuai atau tidak dengan falsafah adat yang dijunjung. Hal ini terutama terkait dengan program modernisasi pedesaan dan pertanian yang seringkali bertentangan dengan falsafah adat. Ketiga norma di atas oleh masyarakat harus dilakukan secara bersamasama. Jika norma-norma tersebut dilanggar, maka hidupnya di dunia tidak akan selamat. Untuk menuntun aktivitas kehidupan anggota komunitas, banyak simbolsimbol adat yang dibuat yang menggambarkan tiga persenyawaan: 1. Tilu sapanulu: tekad, ucap, lampah (niat, ucapan, tindakan/perilaku). Ketiga hal ini harus sama-sama dilakukan dimana setiap tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang diniatkan/hati dan ucapan.

10 58 2. Dua saka rupa: buhun/mukaha, nagara, syara (aturan adat, pemerintah dan agama). Tiga kesatuan ini merupakan norma yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat dan tidak boleh dipisahkan. 3. Nu hiji eta kene: nyawa/ruh, raga, pakaian. Manusia harus memiliki ketiganya sehingga memiliki kemanusiaan. Jika tidak maka tidak akan disebut sebagai manusiawi karena manusia tanpa nyawa berarti mayat, manusia tanpa raga berarti makhluk gaib (tidak terlihat) dan manusia tanpa pakaian diibaratkan makhluk hidup yang telanjang (hewan). Dari ketiga kesatuan tersebut kemudian dijadikan pegangan masyarakat dalam bentuk aturan-aturan adat yang tidak tertulis untuk menjaga agar masyarakat hidup dengan teratur. Bagi masyarakat modern sekarang ini, bentukbentuk dari penerapan dari aturan ini dikenal dengan kearifan lokal. Bagi masyarakat Sinar Resmi, kearifan lokal ini dikembangkan dalam pengelolaan sumberdaya alam baik tanah, air maupun hutan. Ketiga komponen tersebut merupakan sumber alam yang mendukung sistem penghidupan masyarakatnya dan diatur dalam kelembagaan. Sistem kelembagaan masyarakat tersebut diwujudkan dalam bentuk tata aturan budidaya padi mulai dari menanam sampai menyimpan ke dalam leuit dengan beragam tata upacara adat didalamnya. Dalam budidaya tanaman padi mulai dari pola tanam memperlihatkan bahwa tanah yang diibaratkan sebagai ibu tidak boleh dipaksakan untuk ditanami lebih dari sekali dalam satu tahun. Jika dipaksa seperti seorang ibu yang harus melahirkan dua orang anak dalam satu tahun maka dalam jangka waktu pendek akan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat digunakan kembali. Oleh karena itu, meskipun mendapat beberapa lahan sawah yang pengairannya mengalir sepanjang tahun tetap hanya dilakukan penanaman padi sekali dalam setahun. Hal ini sesuai dengan penuturan tokoh adat di kasepuhan: masyarakat sini masih menjalankan pola tanam satu kali setahun dan menggunakan pupuk buatan sendiri (kotoran ternak) untuk kegiatan pertanian. Bibit yang ditanam adalah bibit padi lokal. Hasil panen padi lokal disimpan dalam leuit

11 59 Padi sebagai tanaman pokok masyarakat sesuai dengan tiga persenyawaan diatas juga tidak boleh untuk dijual dalam bentuk beras maupun olahannya. Padi yang dijual dalam bentuk beras diibaratkan sama dengan manusia yang menjual diri. Dengan kiasan tersebut memperlihatkan bahwa dalam upaya menjaga kedaulatan pangan masyarakat keberadaan padi/beras yang merupakan bahan pokok untuk bertahan hidup tetap dijaga. Karena hal inilah, pengenalan program yang memperkenalkan pola tanam padi tiga kali dalam satu tahun ditolak oleh anggota komunitas melalui pimpinan adatnya. 6.4 Lumbung Pangan (leuit): Jaminan Pangan Masyarakat Hal yang juga penting bagi masyarakat Sinar Resmi dalam menjaga ketersediaan pangan adalah leuit/lumbung pangan yang digunakan untuk menyimpan padi sebagai hasil bumi. Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan leuit juga memiliki fungsi simbol kesejahteraan bagi anggota komunitas. Hal ini juga menunjukkan semakin banyak jumlah padi yang dihasilkan dan berarti semakin luas tanah yang dikuasai oleh seseorang. Hal tersebut karena stratifikasi masyarakat dapat berupa penguasaan tanah yang dikelola oleh suatu rumahtangga. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Rumahtangga menurut Luas Penguasaan Tanah dan Jumlah Leuit yang Dimiliki di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 Luasan Jumlah leuit Total Penguasaan tanah n % n % n % n % Luas Sedang Sempit Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkatan penguasaan tanah yang mempengaruhi kepemilikan leuit. Pada penguasaan tanah sempit ( hektar) sebagian besar memiliki satu leuit, hanya 2 orang yang memiliki 2 leuit. Hal tersebut dikarenakan dulunya rumahtangga tersebut memiliki tanah yang cukup luas sebelum akhirnya dijual. Tingkat selanjutnya yakni penguasaan tanah sedang ( hektar) sebagian besar memiliki dua leuit. Tingkat paling luas

12 60 yakni lebih dari 0.5 hektar yang memiliki dua atau lebih. Pada tingkatan ini terdapat yang memiliki satu leuit, karena si pemilik hanya ingin mempunyai satu leuit untuk dimaksimalkan. Pemenuhan subsistensi pangan merupakan hal utama yang menjaga keamanan sosial dalam masyarakat. Leuit kemudian menjadi simbol utama bagi upaya menjaga keterjaminan keamanan sosial sebagai penyimpanan bahan pangan terutama pada leuit rumahtangga. Leuit komunal yang dikenal dengan nama leuit sijimat merupakan penjamin kebutuhan incidental bagi anggota masyarakat yang dapat diakses dengan mudah dan tersedia di setiap kampung. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk: abdi teu punya tanah buat bertani, cuma kerja di orang. Kadang-kadang teh abdi kurang buat makan, jadi abdi pinjam ka leuit sijimat. Panen berikutnya baru dikembalikan. Kadangkadang banyak juga yang ngebantu ngasi padi. Orang sini mah masi suka tolong menolong Masyarakat Kampung Sinar Resmi masih mempunyai hubungan yang kuat dalam memenuhi kebutuhannya. Adanya rasa tolong menolong menjadikan masyarakat yang kurang mampu memenuhi kebutuhannya dapat diselesaikan bersama-sama oleh masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas oleh peran leuit sijimat yang mengumpulkan partisipasi masyarakat untuk dapat saling berbagi. Masyarakat yang kekurangan padi pada musim paceklik dapat meminjam ke leuit sijimat. Padi yang yang sudah dipinjam tersebut akan dikembalikan sesuai dengan jumlah pinjaman pada musim panen berikutnya. Peminjaman padi di leuit sijimat berlaku bagi semua masyarakat selama rumahtangga tersebut kekurangan. Leuit memiliki aturan tersendiri dalam pembangunan dan pemanfaatannya. Aturan pendirian leuit mengikuti pola hitungan adat-istiadat yang digunakan oleh masyarakat. Hitungan tersebut dimulai dari tanggal pertama yang disebut kuta yang dikhususkan untuk tanggal membangun kandang kambing atau kerbau. Tanggal kedua disebut kusang yang dikhususkan untuk membangun kandang ayam. Tanggal ketiga disebut gelar yang ditujukan sebagai tanggal membangun masjid atau fasilitas publik. Tanggal keempat disebut naga yang digunakan untuk

13 61 membangun leuit. Tanggal kelima disebut jaya yang digunakan untuk membangun rumah. Arah leuit dikhususkan membujur dari selatan ke utara dengan salah satu ujungnya terdapat satu pintu. Masing-masing pojok bangunan terdapat daun-daun tertentu yang dimaknai sebagai penjaga leuit dari hama dan pencuri. Hasil panen padi selain disimpan pada masing-masing leuit rumahtangga, masyarakat juga menyimpan hasil panen ke leuit sijimat (komunal) dengan aturan 100 : 2 yang berarti hasil panen 100 pocong, menyimpan ke leuit si jimat sebanyak 2 pocong. Namun, pada dasarnya masyarakat dapat menyimpan lebih sesuai dengan keinginan individu masing-masing. Leuit sijimat digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat Kampung Sinar Resmi saat musim paceklik dan sebagai cadangan dalam berbagai kegiatan kasepuhan seperti seren taun. Tabel 17 menyajikan data yang menggambarkan partispasi masyarakat terhadap leuit sijimat sesuai dengan luasan yang dikelola. Tabel 17. Rata-rata Jumlah Padi yang diberikan ke Leuit Sijimat di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 Luas lahan Rata-rata yang diberikan ke leuit sijimat (pocong) Luas 6.37 Sedang 8.42 Sempit 2.25 Sumber: data primer (diolah), 2011 Jumlah padi yang diberikan beragam sesuai dengan panen yang dihasilkan dan keinginan untuk menyimpan lebih kepada leuit sijimat. Namun, umumnya semakin banyak hasil panen, maka semakin banyak yang disimpan. Pada pemilikan hektar, rata-rata yang disimpan di leuit sijimat lebih banyak karena dengan menyimpan lebih banyak mereka akan merasa lebih aman jika kekurangan dengan meminjam pada masa paceklik, sedangkan, masyarakat yang memiliki lebih besar dari 0.5 hektar menyimpan hanya sebagai keharusan mereka untuk berpartisipasi dalam menyimpan di leuit sijimat, untuk kebutuhan selanjutnya cukup dengan padi sendiri dan tidak perlu meminjam. 6.5 Kontrol Komunitas atas Sumberdaya Produktif Pertanian dijadikan sebagai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat kasepuhan. Selain sebagai mata pencaharian utama masyarakat,

14 62 pertanian juga menjadi bagian budaya masyarakat. Kegiatan pertanian masyarakat kasepuhan masih bersifat tradisional dan memiliki hubungan yang erat dengan sistem kepercayaan serta unsur-unsur alam seperti tanah, air, udara, cuaca, sinar matahari, dan lain-lain. Kegiatan pertanian masyarakat bertumpu pada filosofi Ibu Bumi, Bapak Langit, dan Guru Mangsa Aturan dalam memulai waktu musim tanam ditentukan berdasarkan filosofi bapak langit dan guru mangsa. Fisosofi bapak langit menunjukkan adanya pengetahuan masyarakat yang didasarkan pada peredaran rasi bintang di langit sebagai acuan dalam mengelola lahan garapan sedangkan filosofi guru mangsa untuk mengetahui waktu yang tepat dalam bertani dengan melihat kondisi alam sekitar. Rasi bintang yang dijadikan sebagai acuan terdiri dari rasi bintang kerti dan rasi bintang kidang. Berikut adalah beberapa posisi rasi bintang yang menentukan kegiatan dalam pertanian: 1. Tanggal kerti kana beusi, tanggal kidang turun kujang, yang berarti masyarakat harus mempersiapkan alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, garpu, dan lain sebagainya. 2. Kidang ngrangsang ti wetan, kerti ngrangsang ti kulon atau kidang-kerti paharep-harep, artinya pertanda musim panas yang lama sehingga waktu yang tepat untuk membakar ranting dan daun di huma. 3. Kerti mudun matang mencrang di tengah langit, artinya saat menanam padi di huma sudah tiba. 4. Kidang dan kerti ka kulon, yang berarti musim hujan akan segera tiba. 5. Kidang medang turun kukang, artinya pertanda adanya hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman padi. Segala bentuk kegiatan pertanian dari masa persiapan hingga pascapanen dilakukan ritual tertentu sebagai bentuk penghormatan. Kegiatan pertanian dapat dimulai setelah mendapat izin dari Abah yang diikuti dengan upacara ritual seperti membakar kemenyan dan memanjatkan doa. Awal tanam padi dilakukan secara serentak bersama-sama agar waktu panen juga dilaksanakan secara bersamaan. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk kekompakan dan kekeluargaan yang erat antar anggota masyarakat Kampung Sinar Resmi.

15 63 Jenis lahan pertanian yang terdapat di masyarakat Kampung Sinar Resmi terdiri dari tiga jenis lahan yaitu: lahan kering atau huma, sawah tadah hujan, dan sawah setengah irigasi. Huma merupakan sistem pertanian yang secara turuntemurun diwariskan oleh leluhur mereka. Lahan yang digunakan dalam huma, yaitu lahan kering yang biasanya cara penanaman padi berada disela-sela tanaman hutan sedangkan lahan sawah tadah hujan dan setengah irigasi yang membedakan hanya asal sumber airnya. Sawah tadah hujan sumber air berasal dari air hujan sedangkan sawah setengah irigasi sumber airnya dari mata air dengan irigasi yang masih sedarhana. Sawah tadah hujan lebih mendominasi dibandingkan sawah setengah irigasi karena tidak ada infrastruktur irigasi yang memadahi. Jenis padi yang ditanam merupakan padi lokal yang biasa disebut pare ageung. Jenis padi tersebut memiliki perbedaan dengan jenis padi varietas pada umumnya. Perbedaan yang mencolok pada usia tanam, tinggi tanaman, dan bulirbulir padi yang memiliki bulu halus berwarna hitam. Pemerintah telah mencoba untuk mengganti padi lokal dengan padi verietas unggulan tetapi masyarakat menolak dengan alasan padi lokal lebih baik dan cocok dengan kondisi iklim dan topografi Desa Sinar Resmi. Padi lokal memiliki beberapa jenis yang disesuaikan dengan jenis lahan yang digunakan. Tabel 18menyajikan data jenis padi dan jenis lahan yang digunakan: Tabel 18. Jenis Padi Lokal yang Digunakan menurut Jenis Lahan di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 Jenis Lahan Jenis Padi Lokal Huma Pare Batu, Jamudin, Loyor, dan Gadog. Sawah Tadah Hujan Pare Hawara, Cere Buni, dan Sadam. Sawah Setengah Irigasi Sri Kuning, Sri Mahi, Raja Denok, Raja Wesi, Para Nemol, Angsana, Para Terong, Tampeu, Pare Jambu, Pare Peteu, Cere Layung, Cere Gelas, dan Cere Kawat. Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Terdapat aturan dalam prosesi panen padi di masyarakat Kampung Sinar Resmi. Setelah dipanen, padi harus dijemur dengan cara digantung di sekitar areal lahan tanam menggunakan bambu yang disusun yang biasa disebut nglantai. Padi yang dipanen tersebut dipotong menggunakan ani-ani yang hanya memotong bagian ujung bulir-bulir padi. Setelah dipotong, padi diikat sebesar satu genggam ikatan tangan lalu dijemur. Seteleh kering padi diikat kembali dengan aturan dua

16 64 ikat padi yang basah menjadi satu ikat padi yang kering. Padi yang kering tersebut diangkut dengan sebilah bambu dan dimasukan dalam leuit rumahtangga. Aturan dalam memasuki leuit adalah tidak diperkenankan masuk leuit yang bersamaan dengan hari lahir yang punya leuit tersebut. Padi sebagai makanan pokok masyarakat disimbolkan sebagai Dewi Sri. Sesuai dengan aturan adat, padi tidak boleh dijual kecuali masih dalam bentuk pocong. Menurut filosofi masyarakat kasepuhan, padi itu seperti seorang ibu sehingga bila dijual sama dengan menjual ibu sendiri. Kegiatan menumbuk padi tidak boleh menggunakan mesin tetapi menggunakan halu dan ditumbuk di lesung. Padi juga harus dimasak menggunakan kayu bakar. Keterjaminan pangan merupakan bentuk jaminan kondisi yang baik bagi masyarakat Sinar Resmi. Dalam hal ini modernisasi pertanian melalui Revolusi Hijau yang pernah diperkenalkan dengan sistem pola tanam tiga kali dalam setahun dan menjanjikan peningkatan produksi padi sampai tiga kali lipat ternyata tidak mampu mengubah sistem budidaya pertanian yang merupakan sistem bagi masyarakat tani. BIMAS yang pernah memperkenalkan bibit unggul dan pernah dicoba ditanam oleh masyarakat dengan seizin pemimpin adat ternyata tidak tahan disimpan terlalu lama di lumbung sehingga masyarakat tidak menggunakannya dan kembali menggunakan bibit lokal. Penggunaan pupuk buatan untuk peningkatan produktivitas juga ditolak oleh masyarakat karena terkait dengan penggunaan biaya. Dalam praktek budidaya pertanian beberapa pendatang yang tinggal di Desa Sinar Resmi menggunakan pupuk buatan. Menurut penuturan responden setelah dibandingkan ternyata keuntungan lebih besar yang tanpa pupuk buatan tapi menggunakan pupuk organik (pupuk kandang). Hal ini terjadi karena terkait dengan biaya yang digunakan untuk pembelian pupuk lebih besar. Berikut penuturan salah satu responden mengenai program pertanian yang masuk ke lingkungan masyarakat: menanam pare ageung lebih bagus karena lebih tahan lama disimpan dan kalo dimakan lebih enak. Makan nya tidak usah banyak-banyak sudah kenyang. Nanam tidak pakai pupuk buatan juga menghasilkan padi yang lebih banyak. Dari pengalaman tetangga juga pernah pake pupuk tapi hasilnya malah sedikit

17 65 Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa masyarakat lebih memilih cara pertanian yang sudah diterapkan sebelumnya jauh sebelum program tersebut masuk. Masuknya program tidak membuat mereka beralih ke tatacara yang baru untuk menanam dengan menggunakan bibit unggul dan pupuk buatan. Dengan ketertutupan terhadap inovasi dalam bidang pertanian yang merupakan sistem penghidupan masyarakat, ketergantungan masyarakat akan input pertanian dari luar sangat rendah bahkan bisa dikatakan tidak ada. Kapitalisme pasar yang selama ini menjadi sumber utama permasalahan kemiskinan di pedesaan akibat tergantungnya petani dari input pertanian dari luar tidak berimbas pada masyarakat tani. 6.6 Ikhtisar Kedaulatan pangan masyarakat sangat ditentukan oleh kondisi masyarakat. Sistem pertanian lokal yang dikembangkan oleh masyarakat mengandung caracara yang jauh sebelumnya sudah terintegrasi. Masyarakat Kampung Sinar Resmi memproduksi pangan secara mandiri. Produksi pangan pada umumnya skala kecil untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Dalam proses produksi masyarakat Kampung Sinar Resmi menerapkan pertanian agro-ekologis. Pertanian yang menjadikan alam sebagai faktor yang harus dijaga keberlanjutannya. Hal tersebut tercermin dari cara masyarakat menghormati alam dengan menanam padi sekali setahun dan proses-proses yang berusaha tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dalam pengusahaan pertanian peran wanita juga dihormati terlihat peran wanita cukup besar mulai pra produksi sampai pasca panen. Rumahtangga di Kampung Sinar Resmi pada umumnya sedikit yakni ratarata mempunyai anggota rumahtangga tiga orang. Mereka dapat memenuhi pangan keluarga dengan jumlah yang cukup. Padi yang mereka konsumsi merupakan padi lokal yang dikembangkan sejak zaman nenek moyang. Varietas unggul pernah dicoba dikembangkan namun respon yang muncul kurang karena varietas unggul tidak tahan disimpan dalam leuit dalam jangka wakru panjang dan masyarakat merasakan padi varietas lokal lebih baik. masyarakat menolak berbagai inovasi pertanian melalui Kasepuhan Sinar Resmi. Selain fungsi penyimpanan leuit merupakan suatu salah satu cara masyarakat dalam membangun kedaulatan pangan. Masyarakat mengusahakan padi yang kemudian

18 66 disimpan di leuit sijimat yakni leuit komunal. Masing-masing rumahtangga menyimpan padi untuk dijadikan simpanan dan diberikan pinjaman ketika ada rumahtangga yang kekurangan padi pada musim paceklik. Keberadaan leuit dapat menjadi suatu jaminan bagi masyarakat Kampung Sinar Resmi untuk membangun kedaulatan pangan lokal.

VIII. STRATEGI ADAPTASI KELEMBAGAAN LOKAL SISTEM PERTANIAN AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

VIII. STRATEGI ADAPTASI KELEMBAGAAN LOKAL SISTEM PERTANIAN AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) VIII. STRATEGI ADAPTASI KELEMBAGAAN LOKAL SISTEM PERTANIAN AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 8.1. Sistem Pertanian Lokal Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Sistem pertanian

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. LAMPIRAN 93 94 Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Lampiran 2. Kuisioner Penelitian DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENGARUH MODERNISASI DALAM KEARIFAN LOKAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM (Studi Kasus : Kasepuhan Cipta Mulya, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi,

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani 2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani Pengambilan keputusan adalah tindakan untuk memilih salah satu dari berbagai alternatif yang mungkin. Sedangkan pengambilan keputusan menurut Besluitneming

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum didapati dalam wilayah agraris yaitu petani. Petani merupakan orang yang bekerja dalam hal bercocok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian 87 Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Sosial Karakteristik Individu Jenis Kelamin Teknologi Komoditi Sumberdaya Hambatan Alam Perempuan 88 (73,3) 5 (4,2) 5 (4,2) 17 (14,2) 4 (3,3)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa 4.1.1 Kondisi Topografi Desa Sinar Resmi merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hakekat mahluk hidup adalah terpenuhinya kebutuhan secara jasmani dan juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka sangat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) (Studi Kasus Pada Kelompoktani Angsana Mekar Desa Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten ) Oleh: Laras Waras Sungkawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

Tabel -10 Kebutuhan Data Metode, Jenis, dan Sumber Data

Tabel -10 Kebutuhan Data Metode, Jenis, dan Sumber Data LAMPIRAN 103 Lampiran 1. Tabel -10 Kebutuhan Data Metode, Jenis, dan Sumber Data No Kebutuhan Data Metode Jenis Data Sumber Data 1 Kondisi umum lokasi Studi dokumen, wawancara, pengamatan berperan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI

BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI 55 BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI Representasi sosial pemuda tani dilihat melalui dua dimensi yakni (1) dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja dan (2) dimensi lahan. Dimensi pola pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara

Lebih terperinci

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 7.1. Persepsi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terhadap Keberadaan Hutan Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT 1970-1990 Pada bab lima ini, penulis menganalisis bagaimana dampak dari program Revolusi Hijau terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI A. Gambaran umum Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 1. Letak geografis Desa Pondowan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang

Lebih terperinci

Bab III. Metode penelitian

Bab III. Metode penelitian 30 Bab III Metode penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Waktu penelitian dilakukan dengan dua tahap, penelitian tahap pertama dilaksanakan tanggal 29 Maret 2013 1 April 2013 fokus yang diamati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN AREN

BAB V KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN AREN 45 BAB V KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN AREN 5.1 Sejarah Pemanfaatan Aren Pohon aren banyak tumbuh di kebun-kebun milik masyarakat Kasepuhan atau biasa disebut talun. Kebun talun sendiri merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008. A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI

BAB 4 GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI BAB 4 GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI 4.1 Letak Geografis Komunitas adat Banten Kidul adalah suatu komunitas yang dalam kesehariannya menjalankan sosio-budaya tradisional

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL. Oleh: Gurniwan Kamil Pasya

PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL. Oleh: Gurniwan Kamil Pasya PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL Oleh: Gurniwan Kamil Pasya ABSTRAK Kerusakan hutan di Indonesia sudah sangat parah sebagai akibat banyak perusahaan kayu yang membabat hutan secara besar-besaran,

Lebih terperinci