RAYAP dan ANCAMANNYA V TERHADAP BANGUNAN

Transkripsi

1 RAYAP dan ANCAMANNYA V TERHADAP BANGUNAN Oleh: lr.dodi Nandika dan Dr.lr. Suryono Suryokusumo DISAJIKAN DALAM RANGKA DISKUSI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN. BAHAYA RAYAP. PADA BANGUNAN 1 SEPTEMBER 1983 JAKARTA, 31 AGUSTUS KERJA SAMA OIREKTORAT TATA BANGUNAN IKATAN ARSITEK INDONESIA

2 RAYAP DAN ANCAMANNYA TERHADAP BANGUNAN _ DOD I_ - OLEH : NAf'tDI KA DAN SURYONO SURYOKUSUMO

3 RAYAP DAN ANCAMANNYA TERHADAP BANGUNAN Oleh DOD! NAND IKA dan SURYONO SURYOKUSUMOl) PENDAHULUAN Dalam dua puluh tahun terakhir ini kebutuhan akan bangunan (perumahan) terasa meningkat dengan cepat. Hal itu bukan hanya disebabkan oleh peledakan jumlah penduduk, akan tetapi juga karena meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pemukiman yang lebih baik. Menyadari akan hal itu maka sejak awal Pelita III pemerintah telah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah perumahan, dan menempatkannya sebagai salah satu program nasional. Hal ini terbukti de ngan terus dilaksanakannya pembangunan rumah-rumah sederhana secara be sar-besaran di berbagai kota diseluruh Indonesia. Sasaran yang ingin c! i.capai oleh! ~egiatan per.;!:>angunan ter sebut itdak lain a.clalah terpei&uhi nya kebutuhan masyarakat akan perumahan yang layak, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun demikian, karena besarnya laju pertambahan penduduk maka sasaran tersebut belum seluruhnya tercapai. Bahkan menj elang tar\un 2000 ini masih diper lukan penambahan juta rumah setiap tahun ( Batubara, 1981 ). l) Staf Pengajar Departemen Hasil Hutan, Fakul tas Kehutanan IPB.

4 2 Dilain pihak, Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa sela in beruntung karena kaya akan beraneka ragam flora dan fauna, juga ha rus rnenanggung resiko berupa hadirnya berbagai jenis serangga harna. Salah satu golongan serangga yang banyak rnenirnbulkan kerusakan pada bangunan (perumahan) di daerah tropika t~rma. suk Indonesia adalah. ra- Laporan dari berbagai daerah antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Biak rnenunjukkan bahwa keru sakan bangunan (perurnahan) akibat serangan serangga tersebut cukup se yap ( ordo Isoptera ). Kerusakan terutarna terjadi pada kornponen-kornponen yang terbuat dari kayu, baik dalarn struktur aslinya rnaupun yang sudah diolah se perti kayu lapis, papan partikel, papan blok dan lain-lain. rius. Berdasarkan hal-hal diatas, sudah saatnya perhatian terhadap rnasalah rayap ditingkatkan agar kerugian yang lebih besar dapat dihin Sebagai langkah awal, perlu digalang kesarnaan pandangan akan bahaya rayap. Pelaksanaan berbagai pihak terutarna para penentu kebijakan, perencana, pelaksa na, peneliti serta~ara pen~usaha yang berge darkan. rak dalarn pengendalian rayap. Makalah ini disajikan dengan harapan dapat rnernberikan sedikit garnbaran rnengenai apa dan bagairnana rayap me rusak bangunan. BIOLOGI DAN EKOLOGI. Menurut Borror dan De Long (1954) rayap adalah serangga ya~g ber ukuran tubuh kecil sampai sedang, hidup d~larn kelornpok-kelornpok sosial dengan sistem kasta yang telah berkembang. Dalarn koloni terdapat serangga bersayap dan yang tidak bersayap, ada juga yang hanya ~empu nyai tonjolan sayap saja. Sayapnya dua pasang yang menempel pada bagian torak dengan tekstur seperti selaput serta pola pembuluh sayap Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan sayap belakang, dan oleh karena itulah ordonya dinrunio Isoptera (Iso= sederhana dan reticulate. sama, ptera = sayap). Rayap dari berbagai species tersebar di seluruh bagian bumi yang beriklim panas dan sedang. Secara umum rayap tersebar antara garis lintang 50 Lintang Utara - 50 Lintang Selatan, tetap i di daerah tro pika lebih banyak jumlahnya (Metcalf et al., 1951 ).

5 3 Oleh karena itu lah Fi ndlay (1967) menganggap rayap sebagai serangga tropika. Dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta dinamai menurut fungsinya masing-masing yaitu kasta pekerja, yang kasta prajurit dan kasta reproduktif yang terdiri dari kasta primer ( raja dan ratu ) serta kasta reproduktif suplementer. Dalam hal ini, bentuk (morfologi) dari setiap kasta sesuai dengan fungsinya masing - rna sing (Kofoid, 1946). Kasta pekerj a merupakan anggota yang terbesar dalam koloni, berbentuk seperti nimfa dan berwarna pucat dengan kepala hipognat tanpa mata faset. Mandibelnya relatif kecil bila dibandingkan dengan kasta prajurit, sedangkan fungsinya adalah mencari makanan, merawat telur serta membuat dan memelihara sarang. Mereka mengatur efektivitas koloni dengan jalan membunuh dan memakan individu- individu yang lemah atau mati untuk menghemat energi dalam koloninya. Sifat kanibalisme seperti ini umum pada setiap jenis rayap, dan sering berhubungan erat dengan perilaku lainnya yang disebut trofalaksis yaitu saling menjilat tubuh sesamanya sekaligus lapisan kutikula pada stomodaeum dan proktodaeum yang dikeluarkan dalam proses ganti kulit ( ecdysis). Kasta reproduktif primer terdiri serangga-serangga dewasa yang bersayap dan menjadi pendiri koloni (raja dan ratu). Bila masa perka winan telah tiba imago-imago ini terbang keluar dari sarang dalam jum lah yang besar. Masa bersialang (swarming) ini m~rupakan masa perkawinan dimana sepasang imago (jantan dan betina) bertemu dan segera me nanggalkan sayapnya serta mencari tempat yang sesuai didalam tanah atau kayu. Pekerjaan semasa hidupnya hanya menghasilkan telur, sedang kan dilayani oleh para pekerja. Seekor ratu dapat hidup 6-20 tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Apabila reproduktif primer mati atau koloni membutuhkan penambahan reproduktif bagi perluasan koloni nya maka akan dibentuk reproduktif sekunder (rteoten). Neoten juga- akan terbentuk jika sebagian koloni terpisah (terisolasi) dari sarang utamanya, sehingga suatu koloni baru akan terbentuk. Kasta ini dapat terbentuk beberapa kali dalam jumlah yang besar sesuai dengan perkem bangan koloni.

6 4 Kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya besar dengan penebalan kuli t yang nyata. Anggota-anggota kasta ini mempunyai rahang (mandibel atau rostum) yang besar dan kuat. Berdasarkan bentuk dari kasta prajuritnya, rayap dibedakan atas 2 kelompok yaitu tipe mandibulate dan tipe nasuti. Pada tipe mandibulate prajurit-prajurit mempunyai rahang (mandibel) yang kuat dan besar tanpa rostrum yang panjang tapi mandibelnya kecil. Fungsi kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Pada prinsipnya makanan utama rayap adalah selulosa. Oleh karena itu kayu dan jaringan tanaman lainnya yang merupakan "gudang selulosa" merupakan sasaran serangan rayap. Bahkan lebih daripada itu, dengan ukuran populasinya yang sangat besar disertai daya jelajah yang tinggi maka rayap mampu menjangkau dan merusak beraneka ragam bahan yang menjadi kepentingan manusia seperti kertas, karton, kain, plastik dan lain-lain. Sasarannyapun kadang-kadang terletak jauh dari sa rangnya. Dengan demikian dapatlah dimengerti mengapa bangunan atau perumahan yang bertingkat sekalipun seringkali rusak akibat serangan rayap. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa rayap mempunyai dampak ekonomis yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Salah satunya memperpertdek umur pakai (service life) bangunan. Sampai saat ini telah tercatat kira-kira 1800 jenisr ayap yang tersebar diseluruh dunia (Harris, 1971), sedangkan di Indonesia telah ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap (Tarumingkeng, 1975). Dari sekian banyaknya jenis rayap, ternyata yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah golongan rayap subteran. Rayap subteran ada' lah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah dan telah membangun liang-liang kembora yang menghubungkan sarang dengan benda yang dise' 1 ' rangnya. Golongan rayap ini selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi dalam kehidupannya. Hal ini dapat dipenuhi, karena berfungsi seba gai "air conditioning". Yang termasuk golongan ini adalah anggota - anggota famili Rhisio termitida'e dan sebagian anggota famili Termitidae. Berbeda dengan rayap subteran golongan rayap kayu dan tidak mem punyai hubungan langsung dengan tanah. Golongan rayap ini mampu hidup pada kayu-kayu yang kadar airnya rendah. Golongan ini terdiri da. ri anggota famil i Kalotermi tidae.

7 5 SERANGAN DAN TIPE KERUSAKAN Adanya serangan rayap untuk pertama kalinya dilaporkan secara ter perinci oleh Henry Smeathman Kepala Royal Society of London pada tahun 1781, sekemba1inya ia dari Guinea (Howse, 1970). Selanjutnya serangan rayap terhadap hutan dan hasil hutan baik di daerah tropika maupun di daerah subtropika te lah banyak dibahas an tara lain oleh Harris (1971), Hickin ( 1971), Gray ( 197 2) dan Sand (1973). Sedangkan untuk daerah In donesia masalah ter sebut telah banyak dibahas oleh Kalshoven (1959, 1960). Jenis-jenis rayap yang sarnpai saat ini telah diketahui sering menimbulkan kerugian baik sebagian hama hutan maupun hasil hutan di Indo nesia termasuk kedalam famili Kalotermitidae, Rhimotermitidae dan Termitidar yaitu : Neotermes tectonae. Dammerman, dalbergiae Khu, Cryptotermes cynocepphalus Light, C. duldegi Banks, f_. domesticus Haviland J f_. Sumatranus Kemmer (Ka lo termi tidae), Coptotermes travians Haviland J f_. Curvignathus Holmgren, C. Kolshoveni Kemmer, f_. borneoensis Oshima (Rhinotermitidae), Macro~ termes gilvus Hagen,!i barneyi Light,!i Malaccen~is Haviland, Odontotermes javanicus Holmgren, Q_. indrapurensis Holmgren, Q_. grandiceps Holmgren, Q_. makasarensis KemmerJ Q_. sundaicus Kemmer, Microtermes in tertoides Holmgren,!i palidus Haviland,!i insperatus Kemner, dan Nasusitermes javanicus Holmgren (Termitidae) (Tarumingkeng, 1971). Serangan raya.p subteran pada bangunan dan perurnahan dapat terjadi melalui berbagai cara antara lain (a) hubungan langsung antara tanah dan kayu, misalnya pada tiang-tiang rurnah, tiang tilpon dan lain-lain, (b) mela1ui retakan-retakan atau rongga-rongga dalam tembok. Hal ini dapat menimbulkan efek langsung pada struktur balok dan konstruksi bangunan, atau (c) dengan membuat saluran-saluran atau jalan-jalan tertutup uang berupa lorong-lor ong diatas permukaan kayu, beton, pipa dan sebagainya (Anders on, 1960). Rayap kayu kering mempunyai kemampuan hidup pad a kayu- kayu kering dalam rumah, mereka tidak membangun sarang atau terowongan pada tempat tempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui.

8 6 Pada kayu yang diserang terjadi lubang yang berbentuk sarang lebah dan lorong-lorong yang saling berhubungan. Kayu yang diserang menjadi lapuk tanpa adanya pecahan pada permukaan. Adanya serangan rayap pada kayu kering dapat diketahui dari eksperimen-eksperimen be- rupa butir-butir kecil, licin, lonjong, dan agak bertakik. Secara acak rayap akan menyerang baik kayu lapuk maupun kayu sehat, tapi bila rayap diharuskan memilih antara kayu lapuk dan kayu se hat maka rayap cenderung akam memilih kayu yang lapuk. Rayap lebih menyukai kayu yang lapuk oleh jamur, mereka tertarik oleh berbagai se nyawaan yang terdapat pada atau didalam kayu lapuk dan didalam miseli urn. Bahkan bau dari jamur dapat menstimulir rayap untuk makan dan membuat liang-liang kembara (Becker, 1976). Meskipun Lund (1960) mengatakan bahwa mungkin untuk j enis -j enis nyap subteran tertentu, serangan terhadap kayu dapat terjadi tanpa terlebih dahulu ada serangan jamur, tapi dari hasil penelitian yang kemudian dilakukan oleh para ahli ternyata terdapat suatu hubungan etologi yang sedikit banyak definitif antara kayu yang terserang jamur dengan jenis-jenis rayap subteran tertentu. Banyak rayap memperlihatkan preferensi terhadap kayu yang sedikit banyak telah lapuk oleh jamur, termasuk jenis-jenis yang sanggup menyerang kayu yang sehat. Interaksi antara rayap dengan jamur merupakan problema yang kamplek. Beberapa ilmuwan telah membuktikan bahwa beberapa jenis jamur dapat memproduksi bahan-bahan yang aktraktif dan sebagian ada juga yang mem produksi bahan yang bersifat racun terhadap rayap. Interaksi antara jamur dengan rayap mendapat spesialisasi yang tinggi pada Macrotermitidae atau yang disebut juga rayap pemelihara jamur (Noirot dan Noirot -Timothee, 1969). Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan PengembanganPerkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta, jenis rayap perusak kayu bangun an yang paling dominan di DKI adalah Microtermes dan Macrotermes gilvus, sedangkan jenis-jenis lainnya yang merusak kayu bangunan antara lain adalah Coptotermes travians, Microtermes irtsperatus; Macrotermes gilvus, Odontotermes javanicus; Odontotermes grandi c eps dan Odontoter mes mallacensis (Anonymous, 1982).

9 7 Menurut Barly dan Abdurrohim (1982) kerusakan kayu dan bahan organik lain yang dipakai sebagai komponen rumah di Jawa Barat sebagian besar disebabkan oleh r ayap kayu kering (59%), kemudian cendawan( 53 % ), rayap t a nah ( 26 % ), bubuk kayu kering ( 21 ~o ) dan j enis- jenis kumbang ( 9 % ). Beber apa hal yang mendorong timbulnya serangan rayap pada bangun an antara lain adalah banyaknya kayu yang tertimbun didalam tanah pada waktu pemba ngunan, adanya celah-celah dalam f ondasi/tembok, sistim ventilasi bangunan yang kurang baik, adanya kayu yang langsung dengan tanah dan lain-lain. P E NGE NDA L I AN Sampai saat ini usaha pengendalian serangan rayap pada bangunan kebanyakan dilakukan menggunakan pestisida baik melalui pengawetan ka yu, maupun pera ncang t anah (Soil treatment) dan cara-cara lainnya. Usaha tersebut mernang menunjukkan hasil yang cukup efektif, akan teta urai pi mengingat pestisida yang digunakan kebanyakan bersifat tahan (persistence) dan tidak selektif maka kemungkinan terjadinya pencemar Oleh karena itu dirasa perlu untuk terus mengembangkan metoda pencegahan yang efektif akan tetapi cukup murah an lingkungan cukup besar. biayanya serta tidak mengganggu keseimbangan ekosistem, disamping meningkatkan pengawasan terhadap cara-cara pengendalian yang sekarang berkembang. Dalam rangka pengendalian serangan rayap, masalah yang perlu men dapat perhatian adalah memasyarakatkan sistim pengendalian terpadu yang fisik, mekanik, kimiawi, biolog i s, undang-undang dan lain-lain) efektif praktis. Sistim tersebut hendaknya bersandar kepada 3 prin- sip yai tu 1. Mencegah lebih baik dari pada menanggulangi 2. Biaya pengendalian lebih kecil dari nilai ke r usakan 3. Pengendalian tidak mengganggu keseimbangan ekosistem. Sehubungan dengan masalah diatas maka sudah saatnya dipertimbang kan perlunya penelitian a t au telaah kelayakan (feasibil i ty study) se-

10 8 belum membuka wilayah-wilayah pemukiman baru. Penelitian terutama ter utama menyangkut survai jenis dan penyebaran ra yap, biologi da n ekolog i, ser ta kerentanan (sensativity) bangunan (kayu) yang akan di bangun. Hal ini penting untuk dapat meramalkan kemungkinan s erangan rayap dan bagaimana cara mengatasinya. KESIMPU LAN DAN SARAN Rayap (Ordo isoptera) menyatakan salah satu faktor peru sak bangunan yang bes ar dampak ekonomisnya di negara-negara tropika terma suk Indonesia. Oleh karena itu sudah saatnya perhatian yang lebih besar diberikan dalam rangka pengendaliannya. Perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan sistim pengendalian rayap terpadu yang layak ditinjau dari segi teknis, ekonomis dan ekologis. Dalam kaitan ini s ebe lum membangun wilayah pemukiman baru hendaknya di l akukan penelitian atau te laah kelayakan dar i segi besar nya ancaman rayap. Sudah saatnya pemerintah mengeluarkan suatu peraturan yang meng haruskan adanya sistem pengenda lian/pencegahan rayap bagi setiap bangunan yang akan didirikan. Sebagai konsekwensinya maka harus diang garkan suatu biaya pengendalian rayap (termite control cost) dalam perencanaan biaya pembangunan. Adapun besarnya biaya tersebut perlu dibicarakan dengan menda l am. Dalam jangka panjang perlu diusahakan pembuatan "Peta Bahaya Rayap" (termite maping) di Indonesia, kegiatan ini dapat dilakukan secara bertahap dengan sis tem prioritas.

11 D A.F T A R P U S T A K A Ander son, R.F Fores t and Shade Tree Entomologi Wiley &Sons. New York. Anonymous, Penanggulangan bahaya rayap. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta, Jakarta. Barly &Abdurrohim, Studi Pendahuluan Pengawetan kayu pada ru mah-rumah rakyat di Jawa Barat. Laporan BPHH/FPRI No.l6l.Bogor. Batubara, C., Masalah Perumahan di Indonesia. Pidato Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat. Kantor Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Jakarta. Becker, H Concerning termites and woods. Unasylva 28 : 2-11 Borror, D. J. and D.M. De Long, An Introduction to the study of Insects Holf, Rinehart and Winston. New York, 1030 pp. Dhanarajan, G The effect of biocides to the behaviour of sub terranean termite. Paper pada symposium on forest Pest and Diseases. Biotrop-Bogor. Findlay, W.P.K., Timber Pest and Diseases. York. 280 pp. Pergamon Press,New Graham, S. A., Forest Entomologi. 3rd ed. Me. Graw Hill. York - Toronto - London, pp New Harris, W.V.,, Termites, Their Recogmtion and Control. 2rd ed. Longmans, Green and Co. Ltd., London 186 pp. Howse, P. N Termite a study in social behaviour Hutchinson University Library. London. 150 pp. Kofoid, C.A. (ed) Termites nad Termite control. University of California Press, Berkeley, California, 795 pp. Lund, A.E., : Ter mites and Wood- destroying fungi. Pest Control

12 Metcalf, C.L., W.P.. Flint and R.L: Metcalf Destructive and useful Insect, Their habits and control. Me Graw Hill Book Co., Inc., New York Toronto- London, pp Noirot CHand Noirot- Timothee The digestivesystems In "Biologi of Termites" Vol I p by K. Krisha and F.M; Wees ner. Acad. P ess, New York - London. Tarumingkeng, R.C Biologi dan Pengenalan rayap perusak kayu - Indonesia. Lap. LPPK. No p.

13

14