IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016

2 IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016

3 IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM: Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016

4 SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN Pada hari ini, Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : M. Hendriansyah Jumari Tempat/Tanggal Lahir : Simpang Raya, 09 Febuari 1993 Nim : Program Studi Jurusan Universitas Semester Alamat rumah : Teknologi Hasil Hutan : Teknologi Pertanian : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda : VI (Enam) : Jl. Samratulangi, Samarinda Seberang Adalah benar-benar MELAKSANAKAN PENELITIAN dan PENGUJIAN terhitung mulai tanggal 21 Desember 2015 sampai dengan 29 Juni 2016, dengan Judul Penelitian Identifikasi Jenis Rayap di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dibawah Bimbingan Bapak Dr. Ir. F. Dwi Joko Priyono, MP dan PLP pendamping Ibu Farida Ariyani S.Hut, MP. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 12 Agustus 2016 Mahasiswa yang bersangkutan M. Hendriansyah Jumari Nim:

5 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Identifikasi Jenis Rayap di Kawasan Politknik Pertanian Negeri Samarinda N a m a : M. Hendriansyah Jumari N I M : Program Studi Jurusan : Teknologi Hasil Hutan : Teknologi Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Dr.Ir.F.Dwi Joko Priyono, MP NIP Ir. H. Joko Prayitno, MP NIP Ir. Abdul Kadir Yusran NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Hj.Eva Nurmarini,S.Hut, MP NIP Hamka.S.TP, M.Sc NIP Lulus Ujian Pada Tanggal:

6 ABSTRAK M. Hendriansyah Jumari, Identifikasi Jenis Rayap di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (dibawah bimbingan F. Dwi Joko Priyono). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rayap yang ada di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dalam 3 lokasi yang berbeda yaitu di lokasi hutan, di lokasi terbuka dan lokasi yang terhuni, masing-masing kawasan dibuat 5 plot pengamatan sampel sebanyak 15 plot. Pemasangan plot menggunakan kayu berukuran 100 cm (1 meter) sebagai turus dan ukuran plot adalah 3 x 5 meter yang dibatasi dengan tali rafia. Pengambilan sampel dilakukan secara manual menggunakan bulu ayam, sebanyak 10 ekor rayap prajurit untuk setiap plot yang ditemui. Contoh uji diambil dan dibawa ke Laboratorium SKAP (Sifat Kayu dan Analisis Produk) untuk diidentifikasi menggunakan mikroskop, kemudian diidentifikasi kecocokan jenisnya dengan menggunakan pedoman Tarumingkeng (1971). Hasil penelitian menunjukkan adanya jenis rayap Nasutitermes spp yang dicirikan dengan jumlah ruas antena 10, panjang capit 1,6 mm panjang kepala 2,8 mm, panjang thorak 1,2 mm, panjang abdomen 2,8 mm, dan panjang seluruh tubuh 7,6 mm. Jenis rayap Macrotermes gilvus Hagen jumlah ruas antena 15, panjang Capit 1,2 mm, panjang kepala 4 mm, panjang thorak 1,2 mm, panjang abdomen 3,2 mm dan panjang seluruh tubuh 9,6 mm. Jenis rayap Coptotermes curvignathus Holmgren dengan jumlah ruas antena 15, panjang Capit 1,2 mm, panjang kepala 1,2 mm, panjang thorak 0,8 mm, panjang abdomen 2,8 mm, dan panjang seluruh tubuh 6,32 mm. Dari kawasan yang diteliti dengan intensitas sampling 8 % ditemukan jenis Nasutitermes spp dengan jumlah presentase 40 %, Macrotermes gilvus Hagen dengan jumlah presentase 20 %, Coptotermes curvignathus Holmgren 13,4 %, dan kawasan bebas rayap dengan jumlah presentase 26,6 %. Kata kunci: Rayap, lokasi terhuni, lokasi terbuka, lokasi hutan.

7 RIWAYAT HIDUP M. Hendriansyah Jumari. Lahir pada tanggal 09 Febuari 1993 di Simpang Raya Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Syahrudin dan Ibunda Kasli. Pendidikan dasar dimulai pada tahun di Sekolah Dasar Negeri 002 Simpang Raya. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun di SMP Negeri 01 Sendawar. Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun di SMK Negeri 2 Sendawar, Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada tahun Pada tanggal 3 Maret-30 April 2016 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Intracawood Manufacturing di Tarakan, Kalimantan Utara. Selama melaksanakan kuliah pernah mendapat beasiswa yaitu beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2014, Kal-tim Cemerlang pada tahun 2015 dan beasiswa kabupaten (stimulant biaya belajar) pada tahun Sebagai salah satu syarat mendapat gelar ahli madya dengan judul penelitian Karya Jenis Rayap di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda bimbingan Bapak Dr. Ir. F. Dwi Joko Priyono, MP dan PLP Pendamping Ibu Farida Ariyani S.Hut, MP

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan dari Perguruan tinggi Politeknik Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyadari bahwa penulis masih memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan karya ilmiah ini baik dari segi teknis penulisan maupun uji materi penulisan yang masih sangat jauh dari kesempurnaan dengan kemampuan yang penulis miliki. Namun berkat bantuan, berkat bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak sehingga Laporan Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala kemurahan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada: 1. Ayahanda Syahrudin tercinta dan Ibu Kasli tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, berupa moril maupun material, selalu memberikan perhatiannya dan merelakan berkurangnya perhatian dari awal perkuliahan sehingga penulis dapat, menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini selama bersekolah di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 2. Kakak tersayang Kasrini (Alm) dan Adik tersayang Supriyadi, Agus Setiawan yang telah banyak memberikan dukungan, berupa moril maupun material, merelakan berkurangnya perhatian dari awal perkuliahan sehingga penulis dapat, menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini selama bersekolah di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Ir. Hasanudin, MP Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kalimantan Timur. 4. Bapak Hamka, STP, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 5. Ibu Hj. Eva Nurmarini S.Hut, MP selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan

9 v 6. Bapak Dr. Ir. F. Dwi Joko Priyono, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam penulisan. 7. Bapak, Ir. H Joko Prayitno, MP selaku Dosen penguji I, dan Bapak Ir. Abdul Kadir Yusran selaku Dosen penguji II, yang telah memberikan bimbingan, saran, masukkan untuk kesempurnaan laporan karya ilmiah ini. 8. Ketua Laboratorium Sifat kayu dan Analisis Produk Bapak Ir. Wartomo, MP dan PLP Pendamping Ibu Farida Ariyanti S.Hut, MP 9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf teknisi pendamping lapangan program studi Teknologi Hasil Hutan. 10. Untuk Dwi Atini Putri tercinta yang bersedia mendampingi penulis selama berada di bangku perkuliahan dengan kesabaran dan perhatiannya selama penulis menyelesaikan studi di Perguruan tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 11. Rekan-rekan mahasiswa/i angkatan 2013 Program Studi Teknologi Hasil Hutan yang telah memberikan saran-saran dan mengeluarkan ide-ide selama penulisan dan peyelesaian penulisan Laporan karya ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Karya Ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pertanian dan kehutanan, kampus, dan seluruh pihak yang satu komunitas dan segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, amin. Samarinda, Agustus 2016 Penulis Kampus Sei Keledang, Agustus 2016

10 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Pengertian Rayap... 3 B. Biologi Rayap... 5 C. Siklus Hidup Rayap D. Morfologi dan Anatomi Rayap E. Sarang Rayap F. Jenis-jenis Rayap G. Kasta Rayap H. Sifat dan Perilaku Rayap I. Habitat Rayap J. Metamorfosis Rayap K. Fosil Rayap III. METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian B. Tempat Penelitian C. Alat dan Bahan D. Prosedur Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 48

11 vi DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Jenis Rayap Nasutitermes spp Jenis Rayap Macrotermes gilvus Hagen Jenis Rayap Coptotermes curvignhatus Holmgren Jenis Rayap Glyptotermes ssp Jenis Rayap Cryptotermes ssp Jenis Rayap Coptotermes ssp Jenis-jenis Rayap Tanah Siklus rayap Fosil Rayap Ratu Rayap Jenis Macrotermes Laron (Archotermopsis) Rayap Prajurit Jenis Coptotermes Formosanus Rayap Pekerja Jenis Nasutitermes Spp Pengamatan di Laboratorium SKAP Pembuatan Plot Pengambilan Rayap dengan Bulu Ayam Jenis Foto Rayap Hasil Pengamatan dan Foto Hasil Penelitian Sebelumnya 42 Lampiran 18. Jenis Rayap yang Telah Di Jenis Rayap yang Telah Diidentifikasi (Macrotermes gilvus Hagen) Jenis Rayap yang Telah Diidentifikasi (Coptotermes curvignathus Holmgren)... 55

12 vii DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman Jadwal Pelaksanaan Penelitian Lokasi Penelitian Jenis Rayap yang Ditemukan di Area Penelitian Ciri Rayap Hasil Identifikasi dan Ciri Menurut Pustaka yang Ditemukan Lampiran 6. Identifkasi Rayap di Plot Terhuni A Jenis Rayap Macrotermes gilvus Identifikasi Rayap di Plot Terhuni B Jenis Rayap Coptotermes curvignathus Identifikasi Rayap di Plot Terhuni E Jenis Rayap Nasutitermes spp Identifikasi Rayap di Plot Terbuka A Jenis Rayap Nasutitermes spp Identifikasi Rayap di Plot Terbuka C Jenis Rayap Macrotermes gilvus Identifikasi Rayap di Plot Terbuka E Jenis Rayap Nasutitermes spp Identifikasi Rayap di Plot Hutan B Jenis Rayap Macrotermes gilvus Identifikasi Rayap di Plot Hutan C Jenis Rayap Coptotermes curvignathus Holmgren Identifikasi Rayap di Plot Hutan D Jenis Rayap Nasutitermes spp Identifikasi Rayap di Plot Hutan E Jenis Rayap Nasutitermes spp... 53

13 BAB I PENDAHULUAN Kepustakaan mengenai rayap sudah ada sejak akhir abad ke-19, tetapi terutama berkembang selama abad ke-20. Diseluruh dunia, jenis rayap yang telah dikenal ada sekitar 2000 spesies (sekitar 120 spesies merupakan hama), sedangkan di negara kita diketahui sekitar 20 spesies yang berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan atau pertanian (Tarumingkeng, 2005). Rayap berguna mengubah bahan organik mengandung selulosa untuk dijadikan humus. Namun dapat pula merusak bangunan gedung dengan komponen kayu sebagai bahan bakunya. Serangannya sangat cepat dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah (Metcalf dan Flint, 1982, dalam Tobing, 2007). Terdapat tiga famili rayap perusak kayu, yaitu famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae. Kerusakan akibat serangan rayap pada bangunan tidak terbatas pada komponen-komponen bangunan dari bahan kayu saja, melainkan juga merusak komponen-komponen lain terutama yang terbuat dari bahan organik yang mengandung selulosa. Ditinjau dari ni lai bangunan, kerusakan oleh rayap mempunyai dampak ekonomi yang cukup besar dalam kehidupan manusia, salah satunya memperpendek umur pakai bangunan (Hudiatomo, 1983, dalam Safarudin, 1994). Menurut Tarumingkeng (2005). Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, terutama di

14 2 daerah tropis. Jenis-jenis rayap yang telah dikenal di Indonesia berjumlah kurang lebih 200 dan mungkin masih banyak lagi yang belum ditemukan. Menurut (Tarumingkeng, 2005), taksonomi dan pengenalan rayap seringkali membingungkan karena di samping jenisnya banyak, perbedaan morfologi antara spesies pada tiap-tiap genus sangat kecil. Disamping belum pernah dilakukan penelitian identifikasi Jenis Rayap di kawasan Politani Samarinda, penulis mencoba mengetahui jenis rayap dan penyebarannya di kawasan tersebut agar di peroleh jenis pengendalian yang sesuai. Adapun tujuan dari penelitian d Identifikasi Jenis Rayap di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah untuk melakukan identifikasi jenis rayap yang ada di kawasan Politani Samarinda dalam 3 lokasi yang berbeda yaitu di lokasi hutan, di lokasi terbuka dan lokasi yang berpenghuni. Adapun hasil yang diharapkan setelah melakukan penelitian dengan judul tifikasi Jenis Rayap di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri adalah sebagai berikut: a. Memberikan informasi terhadap identifikasi beberapa jenis rayap yang di lakukan saat penelitian b. Dari informasi jenis yang ditemukan maka dapat dipersiapkan perlakuan pengendalian yang sesuai dengan jenis rayapnya.

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rayap Rayap juga merupakan serangga Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama perusak bangunan, perumahan, arsip, buku, tanaman, dan sebagainya. Padahal pada awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah alam. Saat ini, rayap perusak termasuk serangga yang sangat meresahkan masyarakat karena tingkat serangannya sangat cepat, ganas, dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah Hal ini akibat habitat rayap yang terganggu oleh pembangunan yang dilakukan oleh manusia (Nandika, 2003). Menurut Borror dan De Long (1998), rayap hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam koloni terdapat serangga bersayap dan serangga tidak bersayap, ada juga yang hanya mempunyai tonjolan sayap saja. Sayapnya berjumlah dua pasang yang menempel pada bagian toraks dan berbentuk seperti selaput, dengan pertulangan sederhana dan reticulate. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan sayap belakang, dan oleh karena itilah ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama, petra = sayap). Menurut Tarumingkeng (2004), rayap adalah serangga sosial pemakan selulosa yang berukuran sedang, merupakan ordo isoptera, secara efektif kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Bagi masyarakat pengendali hama, pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap merupakan pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat

16 4 pemukimannya, juga sebagai upaya melakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan hama perusak kayu. Menurut Tarumingkeng (2004), rayap merupakan salah satu serangga yang berperan penting dalam kerusakan kayu di dunia. Serangga ini merusak kayu dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap. Hal ini menyebabkan kayu menjadi keropos dan hancur. Rayap adalah serangga yang bersifat sosial oleh karena itu berada dalam koloni-koloni yang jelas dengan kondisi yang berdesakan (secara positif bersifat tigmotaksik). Ukuran koloni ini mungkin bervariasi dari beberap individu sampai berjuta-juta rayap. Kebanyakan spesies bersifat kriptobiotik. Rayap memerlukan tingkat kelembaban dan karbondioksida yang tinggi, serta menghindari sinar (fototaksik negatif), dengan demikian rayap ditemukan secara umum dalam keadaan di bawah tanah. Rayap terdapat diseluruh dunia, dan dapat ditemukan diantara 50 0 garis lintang utara dan 50 0 lintang selatan (Coulsun et al, 1973). Menurut Nandika (2003), umur rayap sekitar 3-5 tahun, dalam satu koloni rayap dapat berkembang biak ratusan ribu hingga jutaan ekor. Rayap berkembang biak sangat cepat sementara usia produktif mereka berbeda tiap jenisnya. Untuk ratu sekitar 20 tahun, sedangkan rayap pekerja sekitar 3 tahun. Dalam satu koloni terdapat sepasang ratu dan raja dengan ribuan tentara. Sisanya adalah pekerja. Rayap pekerja mencari makanan 24 jam secara terusmenerus. Berdasarkan hasil penel itian, untuk luas wilayah 295 m 2, populasi rayap mencapai 610 ribu. Di Jakarta populasi rayap mencapai 1,7 Juta. Daya jelajah maksimal 118 meter dan berat tubuh rayap 2,5 miligram. Sedangkan satu

17 5 ekor rayap memerlukan sekitar 0,24 miligram makanan setiap hari, maka koloni rayap di Jakarta mengkonsumsi kayu sebanyak 408 gram setiap harinya. Rayap yang merupakan serangga berukuran kecil ini hidup berkelompok dengan system kasta yang berkembang biak dengan sempurna. Rayap memakan tanaman, pohon kayu, serta bahan makanan lain seperti humus, rumput dan jamur. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber makanan yang mengandung selulosa. Rayap hidup di tempat yang temperaturnya hangat serta karakteristik tanahnya subur. Kisaran temperature yang disukai rayap adalah 21,1-26,6 0 C dan kelembapan optimal %. Tidak mengherankan bila di Indonesia menjadi istana rayap karena temperature udara antara 25,7-28,9 0 C dan kelembaban % (Susanta, 2007). Rayap termasuk ordo Isoptera karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh (Coulsun et al, 1973). Isoptera adalah serangga yang bersifat sosial dengan system kasta yang dikembangkan dengan baik. Kelompok ini dicirikan oleh pemilikan dua pasang sayap mirip membrane berukuran sama (dalam bentuk tahap bersayap), bagian-bagian mulut pengunyah, dan metamorphosis sederhana. Mulutnya bersambung secara lebar pada toraks, yang sifat khasnya adalah berperan untuk memisahkan kelompok itu dari semut. B. Biologi Rayap Berdasarkan sejarah evolusinya, rayap digolongkan sebagai hewan primitif. Rayap merupakan salah satu serangga sosial yang paling berhasil mempertahankan populasinya. Sumber makanannya berupa selulosa, yang merupakan materi paling berlimpah yang ada di bumi sementara organisme lain

18 6 tidak dapat menggunakan selulosa sebagai sumber makanannya (Tarumingkeng, 1971). Rayap mengalami metamorposa gradual atau bertahap. Kelompok hewan ini pertumbuhannya melalui tiga tahap, tahap telur, tahap nimfa dan tahap dewasa (Hasan, 1986). Telur Rayap berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari (Nandika dkk, 2003). Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu lapisan tipis epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini berfungsi untuk mencegah rayap dari kekeringan, menjaga kelembaban, dan mencegah infeksi oleh organisme lai n. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang jelas kecuali pada bagian kepala (Krishna, 1969). Perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri. Mereka membentuk pipa pelindung dari bahan tanah atau humus (Tarumingkeng, 2005) menjelaskan bahwa dalam keadaan sulit rayap suka membunuh terhadap sesamanya. Kanibalisme ini berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, juga berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap (Tarumingkeng, 1971). Sifat trofalaksis juga merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi individu yang baru saja berganti kulit (eksidis), Sifat ini juga diperlukan agar terdapat pertukaran feromon diantara para individu (Tarumingkeng, 2005).

19 7 Rayap hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Komunitas tersebut bertumbuh efisien dengan adanya spesialisasi (kasta). Masing -masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda-beda. Menurut Nandika (2003) kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu: 1. Kasta Reproduktif Kasta ini terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (ratu), tugasnya bertelur dan jantan (raja), tugasnya membuahi betina. Menurut Prasetyo dan Yusuf (2005), menjelaskan bahwa ukuran ratu umumnya sebesar jempol pria dewasa bahkan lebih sedangkan raja hanya 1/10 dari ukuran ratu. Telurnya mencapai ± sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih. Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada diinti sarang dan tidak keluar sampai akhir hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Dalam satu koloni hanya ada satu ratu dan raja (Tarumingkeng, 2005). 2. Kasta Prajurit Kasta prajurit jumlahnya ± 15% dari seluruh anggota koloni. Tugasnya menjaga dan menemani rayap pekerja di sekitar sumber makanan untuk berjaga dari serangan predator. Bentuk tubuh kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup koloni. Prajurit rayap biasanya dilengkapi mandibel (rahang) yang berbentuk gunting (Taruminkeng, 2005). 3. Kasta Pekerja Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Kurang lebih 85% populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Dari ketiga kasta rayap, hanya kasta pekerjalah yang merusak bangunan. Memiliki warna tubuh

20 8 pucat dan mengalami penebalan di bagian kutikula (Borror dan De Long,1971). Tugasnya mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, membunuh dan memakan rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri (Tarumingkeng, 2001). C. Siklus Hidup Rayap Menurut Borror dkk (1996) menjelaskan bahwa, Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih. telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur C.curvignathus akan menetas setelah berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan yang sebagian besar diatur dalam koloni dan terisolir dari pengaruh luar. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur menjadi anggota kasta. Menurut Nandika (2003), nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudianberkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron. Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari seluruh kasta yang terdapat dalamkoloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baruakan berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan darikeadaan telur sampai dapat bekerja secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta pekerja dapat mencapai bulan. Kastapekerja berikutnya berbentuk dari nimfa-nimfa yang cukup besar dan mempunyaiwarna yang lebih gelap dibandingkan denan anggota perbentukan pertama. Kepaladilapisin dengan

21 9 polisacharida yang disebut chitin dan menebal pada bagianrahangnya. Pada segmen terakhir dari pangkal sterink terdapat alat kelamin yangtidak berkembang dengan sempurna sehingga membuat kasta pekerja ini menjadi mandul (Hasan, 1986). Menurut Prayogo (2007), struktur hidup rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Satu koloni rayap terdiri atas kasta reproduksi (jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta prajurit dan kasta pekerja). Rayap kastareproduksi berperan dalam pembentukan dan penyebaran koloni. Apabila ada mandible rayap kasta gunting menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Menurut Susanta (2007), rayap merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna (Hemimetabola), karena dari fase pertama yang disebut larva/nimfa menuju dewasa mengalami pertumbuhan berulang dan pergantian kulit (ekdisis), fase ini disebut fase Instar, tanpa melewati fase pupa atau chrysalis atau pembentukan kepompong. Menurut Ismantono (2005), peran pertama adalah rayap pekerja, dengan jumlah terbanyak di koloni. Tugas mereka mencari dan menyimpan makanan, merawat induk dan larva, membangun dan memperbaiki sarang. Peran kedua adalah menjadi rayap prajurit yang bertugas menjaga sarang dan keseluruhan koloni. Kasta prajurit memiliki spesialisasi anatomi dan perilaku untuk melawan

22 10 serangan musuh utama mereka, yaitu semut. Rayap jenis ini memiliki rahang yang besar sehingga mereka tidak bisa makan sendiri, mereka bergantung pada rayap pekerja untuk menyuapi mereka makanan. Rayap prajurit dan rayap pekerja sama-sama tidak memiliki mata dan biasanya hidup maksimal dua tahun. Peran terakhir adalah menjadi rayap reproduksi (laron/alates), rayap-rayap ini mempunyai sayap yang diperlukan untuk berpindah tempat untuk membangun koloni baru, dua pasang sayap dengan ukuran sama akan muncul dari punggung mereka. Menurut Hasan (1986), laron adalah calon raja dan ratu koloni baru nantinya. Untuk menjadi laron, nimfa rayap harus melalui proses metamorfosis tidak sempurna. Sayap mereka sangat rapuh dan akan segera rontok begitu mereka telah menemukan tempat untuk membangun koloni baru.jika telah menjadi ratu, tubuh laron betina akan mengalami obesitas, karena tujuan hidupnya hingga mati adalah bertelur untuk koloni. Rayap reproduksi (laron/alates) memiliki mata yang tidak dimiliki oleh rayap pekerja atau rayap atau rayap prajurit. Ratu rayap merupakan serangga dengan umur terpanjang di dunia, ratu rayap dapat hidup 50 tahun pada kondisi ideal. Kebanyakan serangga hanya hidup dalam hitungan bulan atau hari, bahkan lalat capung (mayfly) yang merupakan serangga dengan umur terpendek di dunia hanya hidup dalam hitungan jam. Perkembangan hidup rayap sebagian besar diatur dalam koloni dan terisolir dari pengaruh nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur menjadi anggota kasta. Biasanya koloni yang sedang bertumbuh subur memiliki pekerja yang sangat banyak dengan jumlah prajurit yang tidak banyak (kurang lebih 2-4 persen), sedangkan koloni yang mengalami banyak gangguan, misalnya karena terdapat banyak semut

23 11 disekitarnya akan membentuk lebih banyak prajurit (7-10 persen), karena diperlukan untuk mempertahankan sarang. Umur kasta pekerja dapat mencapai bulan. D. Morfologi dan Antomi Rayap Rayap yang ditemukan di daerah tropis jumlah telurnya dapat mencapai ± sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Bentuk telur rayap ada yang berupa butiran yang lepas dan ada pula yang berupa kelompok terdiri dari butir telur yang melekat satu sama lain. Telur-telur ini berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm (Hasan, 1986). Menurut Nandika dkk (2003), nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron. Kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuningkuningan Tubuh Isoptera tersusun oleh: 1. Capit Prognathous. Mempunyai mata majemuk, kadang-kadang mengecil, mempunyai dua ocellus atau tidak mempunyai. Antena panjang tersusun atas sejumlah segmen, sampai tigapuluh segmen. Tipe mulut penggigit dan pengunyah (Rizali, 1995).

24 12 2. Thorax Mempunyai dua pasangan sayap yang bersifat membran, kedua pasang sayap ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, pada keadaan istirahat pasangan sayap melipat di bagian dorsal abdomen. Kebanyakan pekerja dan tentara tidak bersayap. Pasangan-pasangan kaki pendek, coxae sangat berkembang, tarsusu terdiri atas empat sampai lima segmen, dengan sepasang ungues (Rizali, 1995). 3. Abdomen Tersusun atas sebelas segmen. Sternum segmen abdomen pertama mengecil. Sternum segmen abdomen kesebelas menjadi paraproct. Cercus pendek tersusun atas enam sampai delapan segmen (Rizali, 1995). E. Sarang Rayap Menurut Tarumingkeng (2000), sarang rayap bisa mencapai ketinggian 3-4 meter. Dalam pengamatan penelitian, model dan bentuk struktur sarang rayap belum pernah diteliti dan dijadikan metafor dalam wujud bangunan karya arsitektur. Dengan mencoba menggunakan sarang rayap sebagai bahan untuk dijadikan model atau bentuk struktur, tentunya akan menambah keragaman bentuk dan struktur dalam arsitektur. Sehingga kita tidak melulu menggunakan bentuk dan konstruksi yang itu-itu saja, tetapi dapat mencari alternatif lain dengan cara mengadopsi bentuk dan model sarang rayap. Tentunya pengadopsian ini tidak terlepas dari kaidah struktur dan estetika. Deskripsi umum rayap dalam hidupnya, rayap mempunyai sifat atau perilaku kriptobiotik, trofalaksis, kanibalistik dan nekrologi. Sifat kriptobiotik adalah sifat yang ingin selalu menyembunyikan diri dan menjauhi cahaya. Akibat dari sifat ini, rayap selalu bersembunyi di tempat gelap dan bila terpaksa harus

25 13 berjalan di permukaan terbuka, mereka membentuk pipa pelindung atau liang kembara. Dalam membuat liang kembara ini kadang-kadang plastik, logam tipis atau tembok ditembusnya. Untuk tempat hidup dan persembunyian ini rayap membentuk sistem sarang yang melindungi mereka dari lingkungan luar atau musuh-musuhnya. Di dalam sarang ini mikroklimat 3 dapat dikontrol dengan baik. Selain itu sarang juga dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan sehingga mereka tidak perlu setap saat mencari makanan, mereka akan menumpuk daun, kayu, kulit kayu dan sebagainya dalam sarang. Menurut Cahyani dkk (2002), awal pembentukan sarang dibentuk rayap sesuai dengan habitat dimana mereka hidup, bisa di dalam kayu, bangunan, dalam tanah, dan di atas permukaan tanah membentuk gunung di daerah yang dingin tidak ada sarang berbentuk gunung yang terbentuk, tetapi dibangun dibawah tanah, begitu juga di daerah berpasir. Sedangkan di daerah yang kering sarang dibangun dalam ukuran kecil untuk mengurangi kehilangan air. Beberapa rayap memiliki sarang tambahan agar mereka dapat bergerak sesuai dengan cadangan makanan dan lingkungan. entuk sarang ini berbeda-beda untuk setiap koloni walaupun speciesnya sama. Pembangunan sarang awalnya merupakan reaksi pertahanan untuk hidup dan mengembangkan diri. Menurut Jeyasingh dkk (2004), sarang terbentuk pada umumnya diawali oleh laron betina (calon ratu) yang akan melepaskan sex pheromon untuk menarik jantan sehingga kemudian terbentuk pasangan kawin. Pasangan inilah yang kemudian mencari retakan atau celah pada kayu atau daerah lembab pada tanah untuk 4 membuat sarang. Laron betina lalu berubah menjadi ratu, ratu ini hanya sekali dibuahi oleh raja dan selanjutnya spermanya disimpan dalam tubuh ratu. Selanjutnya proses reproduksi di lakukan sendiri oleh ratu.

26 14 Menurut Tarumingkeng (2000), sarang ini akan mengalami perkembangan ukuran seiring peningkatan jumlah populasi koloni. Ratu dalam setiap bertelur jumlahnya selalu berkelipatan (Xn), misal pertama bertelur berjumlah butir, lalu reproduksi kedua bisa berjumlah butir. Pengembangan ukuran sarang biasanya terjadi pada rayap tingkat tinggi, sedangkan pada rayap tingkat rendah tidak umum terjadi ecuali pada Coptotermes, yaitu species yang mampu membentuk sarang berbentuk gunung. Menurut Cahyani dkk (2002), perkembangan dan pertumbuhan sarang tidak merupakan struktur yang statis. Dimensinya dapat berkembang sejalan dengan berkembangnya jumlah rayap. Perkembangan sarang dilakukan dengan berbagai macam cara, perkembangan dan perbesaran ruangan selalu berasosiasi dengan makan. Bagaimanapun yang paling tua dipadati dan diisi dengan fecal pellets. Sarang rayap subterranean dapat juga tumbuh dengan penggalian yang sederhana dari cabang-cabang galeri. Menurut Jeyasingh dkk (2004), Proses pertumbuhan sarang dapat lebih bervariasi di dalam species rayap yang membuat sarang khususnya bila ada arsitektur tanaman yang pasti. Tahap perkembangan diketahui dengan baik jika setengah dari sekumpulan species. Namun kita dapat mengusahakan untuk membedakan dua tipe pertumbuhan tergantung pada apakah bagian yang telah dibangun telah dimodifikasi atau tidak selama perkembangannya. Beberapa metode pertumbuhan dan perkembangan sarang diantaranya adalah: 1. Konstruksi dengan Penambahan Dalam bentuk yang palaing sederhana muncul sebagai sebuah jamur yang besar, tetapi dengan waktu strukturnya menjadi lebih kompleks. Arsitektur dasar meliputi elemen yang berbeda kolom silinder vertikal dan tudung yang

27 15 menutupi kolom tersebut. Terdapat 0-5 tudung. Sebaliknya struktur bagian dalam sangat seragam dan dalam setiap bagian sarang terdiri dari sel yang menghubungkan satu dengan lainnya dengan celah yang sempit. Dinding eksternal hanya sedikit lebih tebal dibandingkan dengan dinding lainnya dan tidak terdapat sel raja dan ratu. 2. Konstruksi dengan Reorganisasi 6 Tahap permulaan dari perkembangan sarang telah dipelajari. Pasangan pemula membangun sebuah terowongan vertikal dalam tanah berliat kemudian ruangan tambahan yang berdiameter 2-3 cm (copularium) dimana telur-telur diletakkan dan pertama kali larva dipelihara. Pekerja-pekerja secara terus menerus membangun sebuah ruang yang luas dari kopularium sebuah sel ovoid dengan dinding yang sangat tipis (kecuali bagian dasar) dimana pasangan raja dan ratu tertutup dan dimana para pekerja pertama kalinya membangun kebun jamur. 3. Sarang Policalic Dalam sarang policalic, konstruksi unit baru atau calies dengan jelas membentuk tipe pertumbuhan lain. Sarang dapat tumbuh baik dengan perluasan calies yang telah ada atau dengan mengembangkan calies baru. Hal ini memungkinkan kedua prosedur oleh sebagian besar species yang memiliki sarang policalic. Menurut Tarumingkeng (2000) beberapa tipe-tipe sarang rayap sebagai berikut: 1. Sarang Rayap Pada Kayu Koloni kecil yang hidup dalam lembaran kayu mungkin tidak pernah tumbuh lebih dari seratus individu, tetapi beberapa dapat mencapai

28 16 beberapa ribu individu. Coptotermes dan Retikulitermes serta Macrotermes dapat 7 mencapai beberapa juta individu. Coptotermes dilaporkan mempunyai sarang dengan jumlah individu sembilan juta. Terowongan pada tipe sarang ini bisa berupa kayu mati (timber) atau kayu hidup. 2. Sarang Yang Berasosiasi Dengan Pohon Di hutan tropis, dimana curah hujan dapat merusak sarang, beberapa rayap mengembangkan struktur pelindung hujan. Constrictotermes membentuk jembatan pelindung hujan pada pohon untuk mengalirkan hujan secara langsung dari sarang. Schedorrinotermes lamaniamus mempunyai banyak sarang tambahan di sekitar pohon yang dihubungkan dengan terowongan. Pada sarang tipe ini sering terdiri dari campuran kayu yang tidak tercerna dan fragmen kayu dan saliva. 3. Sarang rayap subterran Di daerah perkotaan sarang dari Coptotermes, Retikulitermes, acrotermes dan Scedorhinotermes umumnya berkembang luas dibawah bangunan. Tipe sarang ini dapat berupa kumpulan atau ruangan-ruangan yang tersebar. Sarang Hodotermes mempunyai beberapa ruangan terbesar. Sedangkan sarang Coptotermes umumnya ditemukan di dalam kayu/pohon mati atau di daerah yang lebih hangat berupa gunung dengan lapisan luar berupa tanah yang keras dan karton. Rayap yang menumbuhkan jamur seperti Microtermes mempunyai sarang yang sangat menyebar dengan jaringan yang mengandung ruang-ruang kecil. 4. Gunungan rayap Gunungan ini seringkali dibangun setelah koloni berkembang dibawah tanah. Gunung ini bisa mencapai tinggi 5,5 m dengan lebar yang

29 17 bervariasi antara 0,9-1,2 m. Di dalam gunung ini biasanya ada suatu sel/ruangan tempat raja dan ratu biasanya lebih keras dan lebih tebal dari bagian yang lainnya. Pada Macrotermes sel ini sangat keras dan mempunyai rongga-rongga tempat masukknya pekerja dan prajurit. Pada banyak jenis rayap, ada hubungan antara panjang ratu dengan ukuran ruang ratu, dan ada juga hubungan antara ukuran sarang dengan jumlah populasi dalam sarang. Menurut Jeyasingh dkk (2004), bagian-bagian sarang sarang dan strukturnya dibagi menjadi 4 bagian: 1. Endoecie, merupakan ruangan dimana pasangan ratu dan raja hidup, tempat telur disimpan dan ditetaskan dan pada beberapa species merupakan tempat penyimpanan makanan dan jamur dibudidayakan. 2. Periecie, yaitu jaringan terowongan peferal untuk berkomunikasi dengan sumber makanan dan bahan-bahan pembangun sarang. 3. Exoecie, yang terdiri dari suatu sistem rongga diluar endoecie dan periecie. Rongga ini terbuka terhadap dunia luar tetapi tidak ada hubungan yang permanen dengan endoecie dan periecie. 4. Paraecie yaitu suatu bagian terbuka yang seringkali ditemukan antara sarang subterran dengan tanah disekitarnya. F. Jenis-jenis Rayap 1. Jenis Nasutitermes Spp Menurut Tarumingkeng (2001), rayap tanah merupakan serangga sosial yang hanya dapat hidup jika berada di dalam koloninya, karena di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Rayap tanah sangat ganas dan dapat

30 18 menyerang objek -objek berjarak 200 m dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Jenis rayap ini biasannya menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah, misalnya bantalan rel kereta api ataupun tiang listrik. Meskipun demikian rayap ini juga menyerang kayu yang tidak berhubungan dengan tanah melalui terowongan yang dibuat dari dalam tanah. Menurut Tarumingkeng (1971), jenis rayap Nasutitermes spp, yaitu nasus prajurit bebentuk kerucut, bagian pangkal menebal dan agak lengkung ikasi jenis rayap Nasutitermes spp adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Superorder Order Subfamily Genus Species : Animalia : Arthopoda : Insekta : Dictyopetra : Blattodea : Nasutitermitinae : Nasutitermes : Nasutitermes spp Nasutitermes spp, yaitu nasus prajurit bebentuk kerucut, bagian diperlihatkan pada gambar 1. sebagaimana

31 19 Gambar 1. Jenis Rayap Nasutitermes spp 2. Jenis Rayap Macrotermes gilvus Hagen Menurut Tarumingkeng (2005), jenis-jenis rayap-rayap memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Di seluruh dunia Jenis-jenis rayap yang telah dikenal (dideskripsikan dan diberi nama) ada sekitar 2000 spesies (sekitar 120 spesies merupakan hama). Sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 179 jenis yang telah berhasil diidentifikasi (ditentukan jenisnya secara ilmiah), yaitu 4 jenis rayap kayu kering, 166 jenis rayap kayu basah, dan 9 jenis rayap tanah (subterannean), sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama pertanian. Menurut Krishna dan Weesner (1969), rayap diklasifikasikan kedalam 6 Famili (Mastotermitidae, Kalotermitidae, odotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae). Rayap tanah Macrotermes gilvus termasuk famili Termitidae sub famili Macrotermitinae. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

32 20 filum kelas sub-kelas ordo famili sub-famili genus spesies : Arthropoda : Insecta : Pterigota : Isoptera : Termitidae : Macrotermitinae : Macrotermes : Macrotermes Gilvus Hagen. Menurut Krishna dan Weesner (1969), rayap M. gilvus hidup berkoloni yang mempunyaikasta prajurit mayor dan minor. Ciri-ciri kasta prajurit secara umumadalah kepala bewarna coklat tua, mandibel berkembang dan berfungsi, mandibel kiri dan kanan simetris,tidak memiliki gigi marginal, ujung mandibel melengkung yang berfungsi untuk menjepit. Ujung labrum tidak jelas, pendek dan melingkar, antena terdiri atas ruas. Menurut Thapa (1981) dan Tho (1992), ciri-ciri dari kasta prajurit mayor yaitu kepala bewarna coklat kemerahan, panjang kepala dengan mandibel 4,80-5,00 mm, lebar kepala 2,88-3,10 mm,antena 17 ruas, ruas ketiga sama panjang dengan ruas kedua dan ruas ketiga lebih panjang dari ruas keempat. Sedangkan kasta prajurit minor kepala bewarna coklattua, panjang kepala 1,84-2,08 mm dan lebar 1,52-1,71 mm serta panjang kepala dengan mandibel 3,07-3,27 mm. Antena17 ruas, ruas kedua sama panjang dengan ruas keempat. Menurut Nandika dkk (2003), rayap M. gilvus banyak tersebar di Indonesia, umumnya bersarang dalam tanah atau di dalam kayu yang 6

33 21 berhubungan dengan tanah. Rayap membiakkan cendawan yang berbentuk bunga karang, serta bangunan-bangunan liat dalam tanah dan untuk menemukan sumber makanan dengan membuat tabung kembara dari humus atau tanah sebagai jalur jelajah. Gambar Macrotermes gilvus Hagen yang dijumpai seperti pada gambar 2. Gambar 2. Jenis Rayap Macrotermes gilvus Hagen 3. Jenis Rayap Coptotermes curvignhatus Holmgren Menurut Tarumingkeng (2001), rayap tanah merupakan serangga sosial yang hanya dapat hidup jika berada di dalam koloninya, karena di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Rayap tanah sangat ganas dan dapat menyerang objek -objek berjarak 200 m dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Jenis rayap ini biasannya menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah, misalnya bantalan rel kereta api ataupun tiang listrik.

34 22 Meskipun demikian rayap ini juga menyerang kayu yang tidak berhubungan dengan tanah melalui terowongan yang dibuat dari dalam tanah. Klasifikasi jenis rayap ini adalah: Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Insekta : Isoptera : Rhinotermitidae : Coptotermitinae : Coptotermes : Coptotermes curvignathus Holmgren Rayap tanah Coptotermes curvignhatus Holmgren seperti pada gambar 3, untuk prajuritnya memiliki ciri sebagai berikut: Gambar 3. Jenis Rayap Coptotermes curvignathus Holmgren Rayap tanah mudah menyerang kayu sehat atau kayu busuk yang ada di dalam atau di atas tanah lembab, juga dapat membentuk saluransaluran yang terlindung pada pondasi-pondasi atau penghalang-penghalang lain yang tidak dapat ditembus serta dapat mendirikan sarang berbentuk

35 23 seperti menara langsung dari tanah. Saluran-saluran dan menara-menara yang terbuat dari tanah yang halus akan dicerna sebagian, kemudian direkatkan bersama dengan ekskresi serangga, memungkinkan rayap tersebut menciptakan kondisi kelembaban dalam kayu yang cocok, jika tidak kayu akan kering sehingga tahan terhadap serangan dari jenis rayap ini (Hunt dan Garratt 1986). Rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) kasta prajurit memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat; antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan keempat sama panjangnya, mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung di ujungnya, batas antar sebelah dalam dari mandibel sama sekali rata, panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,56-1,68 mm, lebar kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6,0 mm, bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri, abdomen berwarna putih kekuning-kuningan (Nandika dkk 2003). Jenis jenis rayap berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut : 1. Rayap pohon, jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh: Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati 2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah Jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes.spp. famili Kalotermitidae), seperti tampak pada gambar 4.

36 24 Gambar 4. Jenis Rayap Glyptotermes spp 3. Rayap kayu kering, Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Tanda serangannya adalah terdapat butir-butir kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.rayap kayu kering, Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), seperti pada gambar 5. Gambar 4. Jenis Rayap Glyptotermes spp 4. Rayap kayu kering, Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Tanda serangannya adalah terdapat butir-butir kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah

37 25 dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.rayap kayu kering, Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), seperti pada gambar 5 Gambar 5. Jenis Rayap Cryptotermes.ssp 5. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae, terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah, perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Jenis dari famili Rhinotermitidae, terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dapat dilihat pada gambar 6.

38 26 Gambar 6. Jenis Rayap Coptotermes.ssp 6. Rayap tanah, bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus), Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis Macrotermes spp. (terutama M. gilvus), Odontotermes spp. dan Microtermes spp, yang ketiganya nampak pada gambar 7

39 27 Gambar 7. Jenis-jenis Rayap Tanah Rayap tanah adalah serangga pemakan selulosa yang termasuk ke dalam Ordo Blatodea, tubuhnya berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta. Dalam setiap koloni rayap, umumnya terdapat tigakasta, yaitu kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (Borror dkk 1992). Menurut Supriana (1994), kasta pekerja umumnya berjumlah paling banyak dalam koloni dan berfungsi sebagai pencari dan pemberi makan bagi seluruh anggota reproduktif (raja atau ratu) yang berfungsi untuk berkembang biak, dan kasta prajurit berfungsi untuk menjaga koloni dari seranga musuh, seperti semut. Makanan dari kasta pekerja disampaikan kepada kasta prajurit dan kasta reproduktif melalui anus atau mulut. Rayap tanah merupakan rayap yang masuk ke dalam kayu melalui tanah atau lorong-lorong pelindung yang dibangunnya. Untuk hidupnya diperlukan kelembaban tertentu secara tetap (Nandika dkk 2003).

40 28 G. Kasta Rayap Kasta jika kita kaitkan dengan suatu kehidupan sosial, contohnya pada kehidupan social masyarat hindu di India maka dapat artikan kasta tersebut seperti tingkatan-tingkatan dalam masyarakat tersebut, yang mana pada setiap kasta yang diduduki tersebut ada pembagian-pembagian tugas atau kedudukan dari setiap anggota atau individu dalam masyarakat tersebut. Dalam dunia rayap juga akan kita temukan akan adanya kasta-kasta seperti itu tersebut. Susanta (2007), mengemukakan bahwa rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam satu koloni. Sebuah koloni rayap selalu terdiri dari beberapa kasta, yaitu: (1) kasta reproduktif yang terdiri dari sepasang ratu dan raja, (2) kasta pekerja, dan (3) kasta prajurit. Coulsun et al., (1973) membagi rayap dalam tiga bagian, yakni: 1. Serangga dewasa Jika bersayap, sayapnya mirip membran, bervariasi warnanya dari transparan sampai coklat muda dan umumnya sekitar dua kali panjang badan serangga. Ukuran dewasa berkisar dari 0,25 0,75 Warna berkisar hitam bagi serangga dewasa yang utama sampai putih kekuningan-kuningan bagi lain-lainnya. 2. Pekerja suatu kasta pekerja pada banyak spesies mungkin tidak nampak nyata, tetapi jikalau ada pekerja dapat diidentifikasikan oleh kepalanya yang agak membesar dan kepala yang mengalami kitinisasi serta toraks dengan badan yang putih kotor. Ukuran pekerja pada umumnya lebih kecil daripada serangga dewasa. Kasta ini adalah yang paling banyak terlihat bilamana kayu yang diduduki dibuka, dan kebanyakan kerusakan kayu di sebabkan oleh kasta pekerja itu.

41 29 3. Prajurit Kasta ini mudah dikenal dengan kepala yang sangat membesar serta mandibel-mandibelnya yang memiliki besar dan tebal. Pada spesies terntentu suatu tonjolan mirip tanduk nyata sekali tampak di kepala. Cairan yang kental dikeluarkan dari bagian tubuh ini kalau prajurit itu terganggu. Prajurit itu sering kali lebih besar daripada pekerjanya. H. Sifat dan Perilaku Rayap Adapun istilah dari sifat dan perilaku rayap (Susanta, 2007) antara lain sebagai berikut: 1. Trophalaxis adalah transfer material (makanan, senyawa kimia, dan protozoa) dakam satu koloni. 2. Proctodeal adalah transfer material melalui anus. 3. Stomadeal adalah transfer material melalui mulut. 4. Foraging adalah perilaku rayap yang suka mengembara mencari makanan secara kontinu dan dilakukan secara acak. 5. Cryptobiotik adalah sifat rayap yang peka terhadap cahaya, suka pada tempat yang gelap, serta terlindung cahaya dan sinar matahari. I. Habitat Rayap Satu keturunan rayap selalu hidup dalam satu kelompok yang disebut dengan koloni dengan pola hidup social. Satu koloni terbentuk dari sepasang laron (alates) betina dan jantan yang mampu memperoleh habitat yang cocok, yaitu bahan berselulosa untuk membentuk sarang utama. Individu betina pertama yang disebut ratu meletakkan beribu-ribu telur kemudian menetas dan berkembang menjadi individu-individu yang berbeda bentuk berupa kasta-kasta dan individu-individu muda yang disebut dengan larva (Susanta, 2007).

42 30 Menurut Susanta (2007), habitat memiliki arti sebagai tempat tinggal makhluk hidup sejenis yang mana antara yang satu dengan yang lainnya yang mana diantara makhluk hidup tersebut terjadi interaksi atau hubungan. Habitat rayap memiliki arti sebagai tempat tinggal koloni rayap dalam melangsungkan kehidupan mereka. Rayap jika dilihat dari penggolongannya dapat diketahui tempat tinggalnya, dan yang lebih penting untuk diketahui bahwa rayap tersebut akan membuat habitat mereka pada bahan-bahan yang memiliki selulosa. Selulosa merupakan komponen kimia dari suatu kayu yang merupakan hasi turunan dari karbohidrat sehingga menjadi sumber makanan bagi rayap dan serangga lain yang menjadi hama bagi kayu tersebut. Golongan rayap yang menjadi indikator penentu habitat bagi rayap tersebut dapat dilihat dari tabel yang dibuat oleh Coulsun et al., (1973) sebagai Tabel 1 berikut: Tabel 1. Golongan Famili rayap sesuai habitatnya Familia dan Forma Nama Umum Tipe Kerusakan Rhinotermitidae, rendah Rayap bawah tanah Sarang lebah pada kayu lembab Kalotermitidae, rendah Rayap kayu kering Sarang lebah pada kayu kering Termitidae, tinggi Rayap bawah tanah, pembuat Sarang lebah pada hampir gunungan, atau sarang pada pohon setiap macam bahan selulosa, hidup atau mati Termopsidae, rendah Rayap kayu lembab Serang lebah pada kayu lembab Mastotermitidae, rendah Spesies rayap yang hidup tunggal Sarang lebah pada kayu lembab dan kering Hodotermitidae Rayap pemanen Rayap tumbuhan

43 31 J. Metamorfosis Rayap Siklus hidup rayap dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini: Gambar 8. Siklus Hidup Rayap Menurut Susanta (2007), Metamorfosis adalah proses perubahan bentuk, perilaku dan habitat yang dialami suatu hewan dari masa kelahiran sampai dewasa. Tidak semua hewan melewati fase-fase yang sama, oleh karena itu dibedakan menjadi metamorfosis sempurna (Holometabola) dan metamorfosis tak sempurna (Hemimetabola). Dalam siklus hidup rayap mengalami metamorfosis tak sempurna (Hemimetabola) karena dari fase pertama yang disebut larva/nimfa menuju dewasa mengalami pertumbuhan berulang dan pergantian kulit (ekdisis), fase ini disebut fase Instar. tanpa melewati fase pupa atau chrysalis atau pembentukan kepompong.

44 32 K. Fosil Rayap Beberapa fosil telah ditemukan diberbagai tempat diseluruh dunia seperti terlihat pada gambar 9 beberapa fosil berdasarkan waktu geologis. Gambar 9. Fosil Rayap Menurut Anonim (2016), Berdasarkan waktu geologis keberadaan rayap di bumi sudah terdeteksi dari zaman Mesozoic atau akhir zaman Palaezoic atau sekitar 225 juta tahun yang lalu. Beberapa fosil telah ditemukan di berbagai tempat di seluruh dunia. Fosil tertua ditemukan di hutan Arizona yang diperkirakan berumur 220 juta tahun yang lalu. Fosil lainnya ditemukan di Inggris utara yang diperkirakan berumur 120 juta tahun yang lalu, kemungkinan dari golongan Cretatemitinae. Di Brazil ditemukan fosil yang lebih muda yaitu berumur sekitar 110 juta tahun yang lalu yaitu rayap Meiatermes araipena. Pada zaman Miocene dan zaman Oligocene sekitar 26 sampai 38 juta tahun yang lalu ditemukan fosil rayap Mastotermitidae di Mexiko dan Eropa. Raja dan ratu rayap adalah kasta reproduktif pada suatu koloni rayap. Raja dan ratu rayap terbentuk melalui beberapa cara. Pertama terbentuk dari sepasang laron yang memisahkan diri dari sarang, bersialang atau swarming ke

45 33 luar sarang untuk membentuk koloni baru, disebut kasta reproduktif primer. Kedua terjadi karena umur yang terlalu tua atau mati dan digantikan oleh sepasang rayap pengganti. Pada awal pembentukan koloni, sepasang raja dan ratu rayap melakukan perkawinan atau kopulasi. Perut (abdomen) ratu rayap mengalami pembesaran dari setiap ruasnya setelah melakukan perkawinan yang disebut Physogastric. Ini terjadi karena mulai terjadi pembentukan telur, dan terus mengalami pembesaran seiring umur ratu rayap. Masa puncak reproduksi ratu rayap dapat bertelur 30 ribu sampai 36 ribu telur setiap hari dan umur ratu rayap dapat mencapai 20 tahun. Umur ratu rayap biasanya lebih panjang bila dibandingkan dengan umur raja rayap. Ratu rayap mempunyai kantung sperma (spermateka) untuk menyimpan sperma pejantan. Sehingga ratu rayap masih bisa menghasilkan telur tanpa raja rayap selama masih menyimpan sperma dalam spermateka. (dilihat pada gambar 10). Gambar 10. Ratu Rayap Jenis Macrotermes

46 34 Pada awal musim hujan biasanya banyak laron yang berterbangan menuju cahaya lampu di sekitar rumah. Laron adalah rayap yang telah mencapai tahap dewasa/imago dan siap untuk melakukan perkawinan. Laron terbang keluar sarang (swarming) secara berkelompok untuk mencari pasangan dan membentuk koloni baru (dilihat pada gambar 11). Gambar 11. Laron (Archotermopsis) Setelah menemukan pasangan, rayap berjalan beriringan, dimana rayap betina berada didepan rayap jantan. Pasangan rayap akan mencari tempat yang tepat untuk memulai membangun sarang. Dalam beberapa hari setelah mendiami sarang, pasangan rayap akan melakukan perkawinan/kopulasi. Rayap betina/ratu rayap akan mengalami pembesaran perut/abdomen dari ruas di ujung kepala sampai ruas paling belakang (physogastric). Beberapa hari berikutnya telur mulai menetas, dalam jangka waktu 6 bulan sampai 7 bulan anak rayap sudah mulai dapat bekerja, dan terbentuklah koloni baru yang terdiri dari raja dan ratu rayap, rayap prajurit dan rayap pekerja (dilihat pada gambar 12).

47 35 Gambar 12. Rayap Prajurit Jenis Coptotermes Formosanus Rayap prajurit populasinya sangat sedikit bila dibanding dengan populasi rayap pekerja yaitu hanya 10% sampai 20% dari total populasi. Peran rayap prajurit adalah menjaga koloni dari serangan predator seperti semut atau binatang kecil. Rayap prajurit berukuran lebih besar dari rayap pekerja. Mempunyai senjata mandibel di kepalanya yang dapat berfungsi sebagai penusuk, pengiris dan penjepit. Rayap golongan tertentu mempunyai "senjata kimia" yaitu cairan sekresi kelenjar frontal yang disemprotkan melalui nasut (nasutoid) dan kelenjar saliva yang disemprotkan melalui mulut. Dengan resiko kematian rayap prajurit mengorbankan dirinya sendiri untuk menjaga sarangnya. Rayap prajurit bisa berjenis kelamin jantan atau betina tergantung jenisnya. Species-species tertentu rayap prajuritnya mempunyai ukuran yang berbeda-beda (polimorfisme) ada prajurit yang berukuran besar/mayor, prajurit sedang/intermediet dan prajurit yang berukuran kecil/minor (dilihat pada gambar 13).

48 36 Gambar 13. Rayap Pekerja Jenis Nasutitermes spp Rayap pekerja merupakan tulang punggung kehidupan sebuah koloni rayap. Mendominasi sekitar 80% sampai 90% jumlah populasi dalam suatu koloni. Bertugas mulai dari mencari makanan, membangun dan merawat sarang, memberi makan semua anggota koloni (ratu, raja dan rayap prajurit) dan merawat telur dan bayi-bayi rayap. Kalau ratu rayap dapat hidup sampai 20 tahun, rayap pekerja hanya hidup sampai kurang lebih 3 tahun. Rayap pekerja mulai aktif bekerja dari umur 6 sampai 7 bulan. Karena peran tersebut di atas, maka rayap pekerjalah yang bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman, rumah atau bangunan yang merugikan manusia.

49 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan mulai dari 21 Desember 2015 sampai 29 Juni Adapun waktu penelitian ini meliputi pembuatan plot di tiga lokasi Politani, (Lokasi Terhuni, Lokasi Terbuka, dan Lokasi Hutan) mengambil sampel rayap yang dijumpai untuk dilakukan identifikasi, kemudian melakukan pengamatan di Laboratorium Sifat-sifat Kayu dan Analisis Produk di Politani Samarinda, pengolahan data, dan pembuatan karya ilmiah. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitaan Tanggal No Kegiatan Kegiatan 1 10 Desember 2015 Persiapan 2 21 Desember 2015 Pembuatan Plot 3 21 Desember s/d Pengambilan 22 Febuari 2016 sampel (Rayap) Identifikasi Jenis 4 22 Febuari 2016 Rayap di Lab SKAP 5 30 Mei s/d 29 Juni Mencocokan 2016 Jenis Rayap 6 01 s/d 29 Juni 2016 Pengolahan Data Juli 2016 Penulisan Laporan Bulan Kegiatan I II III IV V VI

50 37 B. Tempat Penelitian Penelitian identifikasi rayap dilakukan di Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Lokasi penempatan plot penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3. Lokasi Penelitian No Plot Lokasi Terhuni Lokasi Terbuka Lokasi Hutan Di depan asrama Di pinggir Jalan menuju Di belakang kampus 1 A putra asrama putra MH Di samping rumah Di belakang gedung 2 B No. 10 Perum Di samping tower RKU Dosen 3 C 4 D 5 E Di samping asrama putri Di samping rumah No. 04 Perum Dosen Kampus THH, di samping MAPA POLITANI Di pinggir jalan menuju tower Di samping Perpustakaan Di samping Auditorium Di seberang asrama putri Di bawah gunung (tower) samping Jembatan ulin Di samping Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu Gambar 14. Pengamatan di Laboratorium SKAP

51 38 C. Alat dan Bahan 1. Alat Peralatan penelitian terdiri atas parang, cangkul, bulu ayam, tali rafia, kayu (untuk turus tali raf ia), meteran, gunting, gelas plastik, mikroskop, penggaris, kalkulator, alat tulis menulis dan Kamera. 2. Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rayap prajurit yang diperoleh melalui pengambilan langsung dari koloninya. D. Prosedur Penelitian Adapun langkah-langkah kerja adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan Plot Pembuatan plot, dilakukan di areal yang akan diambil rayapnya sebagai sampel yang akan diidentifikasi. Pemasangan plot ukuran 3 x 5 meter menggunakan kayu reng sepanjang 100 cm (1 meter) sebagai turus dan untuk dijadikan toggak dengan menggunakan tali rafia sebagai batas plot. Gambar 15. Pembuatan Plot

52 39 2. Jumlah Plot dan Intensitas Sampling Jumlah plot sebanyak 15 plot, terbagi menjadi 5 plot di lokasi hutan, 5 plot di lokasi terhuni, 5 plot di lokasi terbuka, dan dari masing-masing plot diambil 10 ekor rayap prajurit sebagai ulangan. Dengan demikian intensitas sampling pengamatan rayap di kawasan Politani adalah sebesar 8 % (Seluas 28 ha). 3. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel rayap dilakukan secara manual menggunakan bulu ayam. Penggunaan bulu ayam akan menjamin tubuh rayap tidak rusak atau cacat pada saat pengambilan rayap tersebut. Gambar 16. Pengambilan Rayap dengan Bulu Ayam 4. Pengujian sampel Contoh uji atau sampel yang telah di ambil dan terkumpul kemudian di bawa ke Laboratorium kemudian diletakkan di kaca preparat untuk dilihat di mikroskop. Rayap diambil, dalam bentuk kasta prajurit, kasta pekerja dan ratu rayap (bila ada). Identifikasi dilakukan dengan petunjuk identifikasi menurut Tarumingkeng (1971).

53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil penelitian identifikasi Jenis rayap di kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Menunjukkan jenis rayap sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Jenis Rayap Yang Ditemukan di Area Penelitian Plot Terhuni Terbuka Hutan A Macrotermes gilvus Hagen Nasutitermes spp Nasutitermes spp B Coptotermes Macrotermes gilvus curvignathus Kosong Hagen Holmgren C Kosong Macrotermes Gilvus Hagen Coptotermes curvignathus Holmgren D Kosong Kosong Nasutitermes spp E Nasutitermes spp Nasutitermes spp Nasutitermes spp Identifikasi jenis Jenis Rayap diperoleh dari membandingkan ciri rayap yang melalui penelitian dengan data yang ada di pedoman identifikasi menurut Tarumingkeng 1971) Seperti tercantum pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Ciri Rayap Hasil Identifikasi dan Ciri Menurut Pustaka yang Ditemukan. No Jenis Data Lapangan yang ditemui 1 Nasutitermes spp 1. Ruas antena : Capit : 1,6 mm 3. kepala : 2,8 mm 4. thorax : 1,2 mm 5. abdomen : 2,8 mm 6. seluruh tubuh :7,6 mm Nasutitermes spp berbentuk kerucut bagian pangkal menebal dan agak lengkung Data menurut Tarumingkeng (1971) Nasus prajurit berbentuk kerucut, bagian pangkal menebal dan agak

54 Macrotermes gilvus Hagen Coptotermes curvignathus Holmgren 1. Ruas antena : Capit : 1,2 mm 3. kepala : 4 mm 4. thorax : 1,2 mm 5. abdomen : 3,2 mm 6. seluruh tubuh : 9,6 mm Macrotermes gilvus Hagen warna kepala prajurit berwarna cokelat merah 1. Ruas antena : Capit : 1,2 mm 3. kepala : 1,2 mm 4. thorax : 0,8 mm 5. abdomen : 2,8 mm 6. seluruh tubuh : 6,32 mm Coptotermes curvignathus Holmgren memiliki abdomen agak memanjang, prajurit hanya satu macam. Macrotermes gilvus Hagen dengan jenis berukuran besar, prajurit dan pekerja, panjang tubuh prajurit besar (termasuk mandible), 4,8-5,5 mm, prajurit kecil 3,0-3,4 mm, warna kepala prajurit berwarna cokelat merah terdapat diseluruh Indonesia. Coptotermes curvignathus Holmgren dengan jumlah ruas antena prajurit mm, panjang kepala prajurit (termasuk mandible) 2,4-2,6 mm. Jenis yang terbesar. Identifikasi jenis rayap juga menggunakan pengamatan hasil foto dengan membandingkan foto identifikasi dari penelitian sebelumnya, seperti pada gambar 17 sebagai berikut: No Jenis Foto Identifikasi Rayap Foto Identifikasi Menurut Pustaka 1 Nasutitermes spp Tarumingkeng (2001)

55 42 2 Macrotermes gilvus Hagen Tarumingkeng (2001) 3 Coptotermes curvignathus Holmgren (Anonim 2016) Gambar 17. Jenis Foto Rayap Hasil Pengamatan dan Foto Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Nasutitermes spp B. Pembahasan Nasutitermes berbentuk kerucut, bagian pangkal menebal dan agak l, dengan klasifikasi jenis Nasutitermes Spp adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class : Animalia : Arthopoda : Insekta

56 43 Superorder Order Subfamily Genus Species : Dictyopetra : Blattodea : Nasutitermitinae : Nasutitermes : Nasutitermes spp Jenis rayap Nasutitermes spp menempati 6 plot dari 15 plot yang diteliti, atau menghuni areal pengamatan sebesar 40 %. Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa 40 % kawasan Politani berpenghuni Jenis rayap Nasutitermes spp dengan intensitas sampling sebesar 8%. 2. Macrotermes gilvus Hagen Dengan klasifikasi jenis Macrotermes gilvus adalah sebagai berikut: klasifikasinya adalah sebagai berikut: filum kelas sub-kelas ordo famili sub-famili genus spesies : Arthropoda : Insecta : Pterigota : Isoptera : Termitidae : Macrotermitinae : Macrotermes : Macrotermes gilvus Hagen Jenis rayap Macrotermes gilvus Hagen menempati 3 plot dari 15 plot yang diteliti sebesar 20 %. Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa 20 % kawasan Politani berpenghuni jenis rayap Macrotermes gilvus Hagen dengan intensitas sampling sebesar 8%.

57 44 3. Coptotermes curvignathus Holmgren Dengan klasifikasi jenis Coptotermes curvignathus Holmgren sebagai berikut: Klasifikasi jenis rayap ini adalah: Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Insekta : Isoptera : Rhinotermitidae : Coptotermitinae : Coptotermes : Coptotermes curvignathus Holmgren Jenis rayap Coptotermes curvignathus Holmgren menempati 2 plot dari 15 plot yang diteliti sebesar 13,4 %, Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa 13,4 % kawasan Politani berpenghuni jenis rayap Coptotermes curvignathus Holmgren dengan intensitas sampling sebesar 8%. Dari kawasan yang diteliti juga ditemukan data kawasan yang bebas rayap adalah sebesar 26,6 %. Pengenalan jenis rayap sangat penting guna memehami perilaku serangan terhadap kayu atau bahan penting lainya sehingga akan diperoleh cara penanggulangannya yang lebih tepat sesuai dengan jenisnya.

58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil penelitian identifikasi jenis rayap di Kawasan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda adalah sebagai berikut: 1. Dari Identifikasi jenis rayap ditemukan beberapa jenis rayap diantaranya adalah Nasutitermes spp, Macrotermes gilvus Hagen, dan Coptotermes curvignathus Holmgren. 2. Dari pengamatan dengan intensitas 8 % ditemukan lokasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda di huni jenis rayap Nasutitermes spp dengan presentase 40 %, jenis Macrotermes gilvus Hagen dengan presentase 20 %, jenis Coptotermes curvignathus Holmgren dengan presentase 13,4 %, serta kawasan bebas rayap sebesar 26,6 %. B. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu menambah presentase intensitas penelitian sehingga diperoleh jenis atau jumlah rayap yang mungkin lebih banyak. 2. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis rayap selain tiga jenis yang ditemukan.

59 DAFTAR PUSTAKA Anonim (2016) a, Dr.Rayap (Diakses tanggal 12 Agustus 2016). (2016) b, all about Termities. Termitie Pictures and Information www. Termitidae.com (Diakses tanggal 12 Agustus 2016). Borror, D.J. and D.M. De long, An Introduction to The Study of Insects. United State of America. Borror, D.J., Thriphelehorn, CA, dan Johnson, NF. (1992). Pengenalan Serangga Edisi 6 Yogyakarta: UGM Press. Borror, D.J Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta, UGM Press. Coulsun, Lund, dan Nicholas (1973), Pengenalan Hama (Serangga) Perusak Bangunan dan Pengendaliannya Universitas Pertanian. IPB Bogor Cahyani D, Indriaati E, Puri I, dan Hardjanto E Struktur Sarang Rayap. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Hasan, T Rayap dan Pemberantasannya. Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa, Jakarta. Holmgren N Termitenstudien. 4. Versuch einer systematischen Monograohie der Termiten der orientalischen Region. Hudiatomo, Perilaku Rayap dan Pengendaliannya IPB Bogor. Hunt GM dan Garratt GA Keawetan Kayu., Diterjemahkan oleh Mohamad Jusuf., Disunting Oleh Soenardi Prawirohatmojo. Jakarta: Akademika Pressindo. Ismantono, R. (2005). Fisiologi Dan Kebiasaan Rayap (Online). kicauan.net/news-siklus-hidup. Diakses tanggal 05 Mei Jeyasingh, P.D dan Fuller C.A Habitat Specific Life History Variation In The Caribbean Termite Nasutitermes acajutlae (Isoptera : Termitidae). Ecol.Entomol: 29, Krishna, K dan F.M. Weesner (Eds.). 1969/1970. Biology of Termites, Vol. I dan II. Academic Press, New York etc. Vol I 598 p, Vol. II 643 p. Khrisna dan F.M. Weesner Biology of Termites. Volume II. Academic Press,New York. 643 h. Tobing D R., Rayap Biologi dan Pengendaliannya, Muhammadiyah University Press. Surakarta.

60 47 Nandika, D, Y. Rismayadi dan F. Diba Rayap, Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press, Surakarta. 216 h. Nandika, et al Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Harun JP Ed.Muhammadiyah University Press, Surakarta. Prayogo, I Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap dan Upaya Pencegahannya (Online). repository. usu. ac.id/ bitstream/ / 21340/ 4/ Chapter % 20II. pdf. Diakses tanggal 06 Agustus Prasetiyo, K.W. dan S. Yusuf Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agro Media Pustaka, Depok. 63 h. Rizali, Susunan Tubuh Rayap (Isoptera) Istitut Pertanian Bogor (IPB). Safarudin Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan Didua Wilayah DKI Jakarta (Kota Madya Jakarta barat dan Jakarta timur). IPB Bogor. Supriana N Perilaku Rayap. Bogor: Badan Pengembangan dan Penelitian Departemen Kehutanan. Susanta G, Kiat Mencegah dan Membasmi Rayap Jakarta: Penebar Swadaya. Susanta, Cara Mencegah dan Membasmi Rayap. Griya Kreasi. Jakarta Peneber Swadaya. Tambunan, B. Dan D. Nandika Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis. UPT Produksi Media Informasi, Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor. Tarumingkeng, R.C Biologi dan Pengendalian Rayap Kayu Indonesia, LPPK 138 : 28 p. Tarumingkeng, Rudy C., H.C. Coppel dan F. Matsumura Morphology and Ultrastructure of the Antennal Chemoreceptors of Worker Coptotermes formosanus Shiraki. Cell and Tissue Research (Springer Verlag) 173 : Tarumingkeng, R.C Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan. Ukrida 23 Press, Jakarta., Biologi dan Perilaku Rayap (Biology and behavior of termities).

61 47, Pengendalian Hama Terpadu Rayap Tanah Coptotermes Pada Kawasan Pemukiman Berdasarkan Faktor Genetik Di Pulau Jawa. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat-Institut Pertanian Bogor., Organisme Perusak Tanaman (OPT) dan alternative pencegahanya dalam persiapan implementasi ISPM tomoutou.net/rudy/opt-ispm 15.htm. Thapa, RS Termities Sabah. India: Entomology Branch Forest Research Institut and Colleges Dehradun. Tho, Y.P Termities Of Peninsullar Malaysia In : Kirton, L.G (Eds). Malayan Forest Record No hal. Forest Research Institut Malaysia, Kepong, Kuala Lumpur. Tobing, D Penggunaan berbagai Konsentrasi hitosan dan Fipronil terhadap Pengendalian Hama Rayap (Online). repository. usu. ac.id/ bitstream/ / 7702/ 1/ 09E pdf. Diakses tanggal 05 Agustus 2016.

62 48 Tabel 6. Identi fikasi Rayap di Plot Terhuni A (Jenis Rayap Macrotermes gilvus Hagen) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 2 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 3 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 4 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 5 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 6 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 7 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 8 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 9 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm 10 Prajurit 15 1,2 mm 4,0 mm 1,2 mm 3,2 mm 9,6 mm Tabel 7. Identifikasi Rayap di Plot Terhuni B (Jenis Rayap Coptotermes curvignhatus Holmgren) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 2 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 3 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 4 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 5 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 6 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 7 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 8 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 9 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 10 Prajurit 15 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm

63 49 Tabel 8. Identifikasi Rayap di Plot Terhuni E (Jenis Rayap Nasutitermes spp) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 2 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 3 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 4 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 5 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 6 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 7 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 8 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 9 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm 10 Prajurit 12 1,2 mm 1,2 mm 1,2 mm 2,8 mm 5,2 mm Tabel 9. Identi fikasi Rayap di Plot Perbuka A (Jenis Rayap Nasutitermes spp) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 2 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 3 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 4 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 5 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 6 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 7 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 8 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 9 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm 10 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 0,6 mm 2,6 mm 5,2 mm

64 50 Tabel 10. Identifikasi Rayap di Plot Terbuka C (Jenis Rayap Macrotermes gilvus Hagen) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 2 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 3 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 4 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 5 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 6 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 7 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 8 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 9 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm 10 Prajurit 15 2,6 mm 5,2 mm 2,0 mm 4,0 mm 13,6 mm Tabel 11. Identifikasi Rayap di Plot Terbuka E (Jenis Rayap Nasutitermes spp) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 2 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 3 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 4 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 5 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 6 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 7 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 8 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 9 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm 10 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,6 mm 5,6 mm

65 51 Tabel 12. Identifikasi Rayap di Plot Hutan A (Jenis Rayap Nasutitermes spp) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 2 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 3 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 4 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 5 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 6 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 7 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 8 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 9 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm 10 Prajurit 10 1,6 mm 2,8 mm 1,2 mm 2,8 mm 7,6 mm Tabel 13. Identifikasi Rayap di Plot Hutan B (Jenis Rayap Macrotermes gilvus Hagen) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 2 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 3 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 4 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 5 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 6 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 7 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 8 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 9 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm 10 Prajurit 11 1,4 mm 2,0 mm 0,8 mm 2,8 mm 7,2 mm

66 52 Tabel 14. Identifikasi Rayap di Plot Hutan C (Jenis Rayap Coptotermes curvignhatus Holmgren) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 2 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 3 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 4 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 5 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 6 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 7 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 8 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 9 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm 10 Prajurit 16 1,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 2,8 mm 6,32 mm Tabel 15. Identifikasi Rayap di Plot Hutan D (Jenis Rayap Nasutitermes spp) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 2 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 3 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 4 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 5 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 6 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 7 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 8 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 9 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm 10 Prajurit 12 1,2 mm 1,6 mm 1,2 mm 3,2 mm 6,4 mm

67 53 Tabel 16. Identifikasi Rayap di Plot Hutan E (Jenis Rayap Nasutitermes spp) No Jenis Rayap Jumlah ruas antena capit Kepala Thorak abdomen Seluruh tubuh 1 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 2 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 3 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 4 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 5 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 6 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 7 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 8 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 9 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm 10 Prajurit 11 1,2 mm 2,0 mm 1,2 mm 4,0 mm 6,4 mm

68 ?? Gambar 18. Jenis Rayap Yang Telah di Identifikasi (Nasutitermes spp) Gambar 19. Jenis Rayap Yang Telah di Temukan (Macrotermes gilvus Hagen )

69 55 Gambar 20. Jenis Rayap Yang Telah di Temukan (Coptotermes curvignathus Holmgren)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut Nandika, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Menurut Nandika, dkk (2003) sistematika dari rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR SARANG RAYAP

KARAKTERISTIK STRUKTUR SARANG RAYAP 2005 Niken Subekti Posted: January, 2005 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng, M F (Penanggung Jawab) Prof.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar:

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Menurut Nandika dkk (2003) klasifikasi rayap subteran sebagai berikut : Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa. pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa. pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa hemimetabola, yaitu secara bertahap, yang secara teori melalui stadium (tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber : TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Menurut Nandika et al. (2003) sistematika dari rayap (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rayap Coptotermes curvignathus Hobngren Rayap dikenal sebagai serangga sosial yang berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam koloni-koloni dan membagi kegiatan-kegiatan utamanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. R a y a p Rayap adalah serangga sosial yang hidup secara berkelompok dan bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Titik Kartika Pusat Penelitian Biomaterial RUANG LINGKUP Memberikan pengertian 1. Tentang rayap

Lebih terperinci

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Moh. Wahyu Taufiq/10612028 ( Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) Salah satu serangga yang dapat menjadi hama dan mengganggu serta sangat merugikan bagi

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM. 100 500 103 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut TINJAUAN PUSTAKA Ciri Umum dan Kondisi FisikKota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan Ibukota provinsi Riau dengan luas 632,26 km 2. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak anatara 101 14-101 34 bujur Timur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemunduran Mutu Kayu Bowyer et al. (2003) menyebutkan bahwa faktor penyebab kemunduran (deteriorasi) mutu kayu terbagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor biologis dan faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah subtropika. Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa 10 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG Shofi Annisa, Retno Hestiningsih, Mochamad Hadi Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis rumput-rumputan dan hanya tumbuh di daerah beriklim tropis termasuk Indonesia. Dalam marga Saccharum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

Oleh: Tarsoen Waryono **)

Oleh: Tarsoen Waryono **) 1 EKOSISTEM RAYAP DAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN *) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak Bentuk ancaman lingkungan hunian selain rusaknya bangunan akibat serangan rayap, juga dideritanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. Muhammad Sayuthi Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No.

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No. I. Identitas Responden Developer Masing-Masing Perumahan Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No. Telp 061-8469121

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik ataupun sintesis kemudian

Lebih terperinci

Musca domestica ( Lalat rumah)

Musca domestica ( Lalat rumah) PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahoni Mahoni merupakan famili Meliaceae yang meliputi dua jenis yaitu Swietenia macrophylla King (mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni Jacq (mahoni daun kecil). Daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

Lebih terperinci

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. 2 lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. Identifikasi rayap Identifikasi rayap menggunakan rayap kasta prajurit. Rayap kasta prajurit mayor digunakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 27 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 2 KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Ameilia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci