HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Lokasi dan Sejarah Perusahaan Rokok (PR) Kembang Arum merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pembuatan rokok. Perusahaan tersebut terletak di Dusun Demangan Desa Mijen RT 09/ RW 06 Kecamatan Kaliwungu Kudus Jawa Tengah. PR Kembang Arum didirikan pada tahun 2007 oleh Dharma Haryanto berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus Nomor IPB/647/458/10/2007 tentang Pemberian Izin Penggunaaan Bangunan. Pada tahun 2008, perusahaan ini memperoleh izin dari Kepala kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus Nomor 502.6/159/2008 tentang Pemberian Izin Gangguan. Pada tahun 2011, perusahaan tersebut memperoleh Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Departemen Keuangan Republik Indonesia. Perusahaan Rokok tersebut merupakan pengembangan usaha dari CV. Wali Songo, penyuplai dan pendistribusi tembakau untuk wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Jenis rokok yang dihasilkan berupa Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Investasi peralatan yang dimiliki perusahaan berupa gedung pabrik, perkantoran, gudang, dan musholla. Struktur Organisasi PR Kembang Arum dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi tiga departemen. Ketiga departemen tersebut terdiri atas marketing, selling (penjualan), dan accounting. Koordinator penjualan membawahi dua bagian, yaitu administrasi gudang dan administrasi penjualan. Accounting Departement membawahi dua bagian, yaitu personalia officer dan kasir, sedangkan personalia officer membawahi bagian keamanan. Struktur organisasi PR Kembang Arum bisa dilihat pada Gambar 5.

2 41 Direktur Marketing Koordinator Penjualan Accounting Ga Adm. Gudang Adm. Penjualan Personalia Officer Kasir Security Gambar 5 Struktur organisasi PR Kembang Arum Fasilitas dan Pelayanan Fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja antara lain tiga pakaian seragam yang berwarna putih, merah, dan hijau; bonus tahunan dan tunjangan hari raya; serta acara-acara keagamaan rutin. Acara keagamaan meliputi sholat istighosah setiap jumat pahing, pengajian asmaul husna setiap hari kamis, manakib Sunan Kedu setiap malam jumat kliwon, dan pemberian santunan anak yatim setiap malam jumat pahing. Seluruh fasilitas diatur langsung oleh direktur perusahaan. Ketenagakerjaan Perkembangan kegiatan produksi PR Kembang Arum meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja perusahaan mengalami peningkatan dan perubahan sesuai dengan kebutuhan. Berikut disajikan sebaran tenaga kerja yang diperoleh dari hasil wawancara. Tabel 7 Sebaran jumlah tenaga kerja PR Kembang Arum tahun 2011 Karyawan Jumlah Harian Sales marketing 10 Accounting 3 Selling (Penjualan) 1 Satpam 8 Karyawan SKM 4 Karyawan Gudang 15 Tembakau Cleaning service 3 Borongan Karyawan giling 24 Karyawan batil 24 Karyawan contong 24 Total 116

3 42 Waktu Kerja Waktu kerja dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu dengan sistem pembagian kerja berdasarkan pekerjaan yang dilakukan. Pembagian jam kerja sebagai berikut: Harian (kecuali satpam) : Dari pukul Karyawan giling dan batil : Dari pukul Karyawan contong : Dari pukul Satpam : Shift 1 pukul Shift 2 pukul Shift 3 pukul Kualitas Udara di dalam Lingkungan Kerja 1. Kadar Debu di Udara Tempat Kerja Kadar debu di udara tempat kerja diukur dengan menggunakan low volume dust sampler (LVS). Hasil pengukuran dengan metode gravimetri pada suhu 26 o C dengan tekanan udara 751 mmhg, kecepatan pompa LVS 485 L/menit serta lama pemaparan selama 60 menit menunjukkan total partikel debu (TSP) di ruang kerja Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah sebesar 0.1 mg/m 3. Pengukuran tersebut menunjukkan bahwa kadar debu di ruang kerja masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan dalam SE-01/MEN/1997 yaitu nilai ambang batas (NAB) debu tembakau adalah 10 mg/m 3 (BSN 2004). Konsentrasi debu di udara memerlukan pembatasan. Menurut Suma mur (1986), debu-debu yang dihirup ke paru-paru dapat mengurangi pengunaan optimal alat pernapasan untuk mengambil zat asam di udara serta menyebabkan pneumoconioses. 2. Suhu dan Kelembaban Ruang Kerja Berdasarkan pengukuran suhu udara yang dilakukan selama dua kali pada pukul dan diketahui bahwa suhu ruang kerja pada pukul adalah 27 o C dan pada pukul adalah 29 o C. Rata-rata suhu ruang kerja adalah 28 o C. Suhu ruang tersebut masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri. Kepmenkes RI (2002) menyebutkan syarat suhu ruang di lingkungan kerja industri yaitu o C.

4 43 Menurut Suma mur (1986) suhu dan kelembaban udara di lingkungan kerja berpengaruh terhadap effisiensi kerja. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi saraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. Hasil pengukuran tersebut yaitu kelembaban udara di ruang kerja Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah sebesar 79 %. Hal tersebut menunjukkan kelembaban udara di ruang SKT masih memenuhi persyaratan kelembaban udara ruang kerja industri yang disarankan oleh Kepmenkes RI (2002) yaitu berada di antara 65% - 95%. Karakteristik Contoh Usia Gambar 6 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan usia. Usia contoh berkisar antara 19 sampai 60 tahun dengan rata-rata usia 31.6 tahun. Lebih dari separuh contoh (61.9 %) berada pada masa dewasa muda, 20 % contoh berada pada masa dewasa madya, dan 18.2 % contoh berada pada masa dewasa akhir. Penelitian Sutanto (2003) menunjukkan rata-rata umur pekerja wanita pabrik rokok yaitu 35 tahun. Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan usia (%) Menurut Robbisns dan Judge (2008), terdapat hubungan antara usia dengan produktivitas kerja. Produktivitas seseorang akan menurun dengan semakin bertambahnya usia. Semakin tua seorang pekerja, semakin kecil kemungkinan berhenti dari pekerjaan karena semakin sedikit mendapatkan pekerjaan alternatif bagi mereka.

5 44 Pendidikan Tingkat pendidikan contoh cenderung heterogen. Gambar 5 memperlihatkan sebaran pendikan contoh. Sebagian besar contoh berpendidikan SMP/Sederajat (38.2%) atau SD/Sederajat (32.7%). Sebanyak 12.7% contoh tidak tamat SD dan 16.4% contoh berpendidikan SMA/Sederajat. Gambar 7 Sebaran pendidikan contoh Hal tersebut menunjukkan terdapat kesamaan persebaran presentase tertinggi untuk pendidikan contoh dengan banyaknya penduduk (10 tahun ke atas) Kabupaten Kudus pada tahun 2010 berpendidikan SMP/Sederajat (31.4%). Selanjutnya, sebaran pendidikan di Kabupaten Kudus adalah 21% SD/Sederajat, 20.2% tidak tamat SD, 14.7% SMA/Sederajat, 7% D1 ke atas, 5.9% dan tidak sekolah (BPS 2011). Sementara itu, tingkat pendidikan di Indonesia berdasarkan kepemilikan ijazah penduduk dewasa wanita (WNPG 2004) menunjukkan bahwa sebagian besar wanita tidak sekolah (34%), kemudian 33% wanita berpendidikan SD, 14% SMP, 14% SMA, 3% DIII, dan 2% DIV/S1/S2/S3. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan contoh lebih baik dibandingkan dengan sebagian besar tingkat pendidikan wanita dewasa di Indonesia. Upah Seluruh pekerja wanita di ruang produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) memiiliki upah di bawah standar Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kabupaten Kudus yaitu dibawah Rp Rata-rata contoh memiliki upah sebesar Rp Hal tersebut karena contoh mendapatkan upah borongan, sedangkan jumlah hari kerja contoh tidak penuh selama satu minggu. Rata-rata contoh bekerja selama 3-4 kali dalam satu minggu. Penelitian Supardi (2008)

6 45 juga menyebutkan bahwa sebagian besar pekerja borongan (karyawan giling, batil, contong) mempunyai pendapatan keluarga dalam sebulan kurang dari UMR (90%). Gambar 8 Sebaran upah contoh Besar Keluarga Besar keluarga menurut Hurlock (1993) dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil yang beranggotakan 4 orang, keluarga sedang yang terdiri dari 5-7 orang, dan keluarga besar yang memiliki anggota keluarga 8 orang. Keluarga contoh termasuk kategori keluarga sedang (47.3 %), keluarga kecil (43.6 %), dan hanya 9.1% contoh berada pada kategori keluarga besar (Gambar 9). Gambar 9 Besar keluarga contoh Suhardjo (1989) mengemukakan keluarga atau rumah tangga merupakan faktor utama dalam pembentukan pola perilaku makan dan juga dalam pembinaan kesehatan keluarga. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Sumarwan (2004), jumlah angota keluarga atau rumah tangga akan menentukan pola konsumsi suatu barang atau jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota

7 46 yang lebih banyak akan membeli dan mengonsumsi beras, daging, sayuran, dan buah-buahan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit. Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita contoh dikategorikan berdasarkan standar deviasi (Walpole 1995) dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah (< Rp ), sedang (Rp Rp ), dan tinggi (> Rp ). Rata-rata pendapatan per kapita contoh adalah Rp Pendapatan per kapita tertinggi pada contoh sebesar Rp , sedangkan pendapatan per kapita terendah contoh adalah sebesar Rp Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita (%) Gambar 10 menunjukkan bahwa mayoritas contoh (89.1%) mempunyai pendapatan per kapita sedang, 9.1% contoh mempunyai pendapatan per kapita tinggi, dan 1.8% contoh mempunyai pendapatan per kapita rendah. Jika dibandingakan dengan Garis Kemiskinan Propinsi Jawa Tengah yaitu Rp ,00 per bulan (BPS 2011), masih terdapat sebanyak 38.2% contoh berada pada kategori miskin. Garis Kemiskinan Internasional pada Millennium Development Goals menggunakan cut off US$1 per hari [setara dengan Rp /hari kurs tanggal 20 Mei 2011 (BI 2011)]. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut sebanyak 67.3% contoh berada pada kategori miskin dan 32.7% lainnya berada pada kategori tiadak miskin (Stalker 2008; UN 2011). Kemudian, apabila dibandingakan dengan Sebaran contoh berdasarkan Garis Kemiskinan Internasional MDGs dapat dilihat pada Gambar 11.

8 47 Gambar 11 Garis Kemiskinan Internasional Perubahan pendapatan per kapita secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Penyediaan pangan dalam hal kualitas akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan (Madanijah 2004; Sukandar 2007). Masa Kerja Gambar 12 menunjukkan masa kerja buruh pabrik rokok. Lebih dari separuh jumlah contoh (76.4%) mempunyai masa kerja pada kategori rendah, 18.2% contoh memiliki masa kerja kategori sedang, dan 5.5% contoh mempunyai masa kerja kategori lama. Rata-rata masa kerja contoh di pabrik tersebut adalah 1.3 tahun. Masa kerja contoh yang paling baru di pabrik yaitu 0.1 tahun atau kurang lebih selama tiga minggu, sedangkan masa kerja terlama contoh adalah lima tahun atau sejak pabrik tersebut didirikan. Gambar 12 Sebaran masa kerja buruh wanita pabrik rokok

9 48 Gaya Hidup Kebiasaan Berolahraga Definisi olahraga menurut Mutohir & Maksum (2007) adalah segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Berdasarkan definsi tersebut, hanya sedikit (34,5%) yang memiliki kebiasaan berolah raga. Lebih dari separuh contoh (65.5%) tidak pernah berolahraga (Gambar 8). Gambar 13 Sebaran kebiasaan olahraga contoh Selengkapnya, jenis, frekuensi, dan durasi olahraga yang biasa dilakukan sebagaian kecil ontoh tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Sebanyak 84.2% contoh melakukan olahraga dengan frekuensi cukup, 15.8% contoh berolahraga dengan frekuensi sering, dan tidak terdapat contoh yang berolahraga dengan frekuensi kurang. Tabel 8 Frekuensi, durasi, dan jenis olahraga contoh Variabel Kategori n % Frekuensi Olahraga Durasi Olahraga Jenis Olahraga Kurang (< 1 kali per minggu) 0 0 Cukup (1 5 kali per minggu) Sering (> 5 kali per minggu) Total < 12 menit menit > 42 menit Total Jogging Bersepeda Senam Total

10 49 Oswari (1997) menyatakan bahwa frekuensi latihan dalam seminggu paling sedikit dilakukan selama tiga kali, tetapi akan lebih baik apabila dilakukan sebanyak empat sampai lima kali seminggu. Hal tersebut dikarenakan setelah 48 jam daya tahan seseorang akan menurun, sehingga diperlukan berlatih kembali sebelum penurunan tersebut terjadi. Latihan yang dilakukan dua kali dalam seminggu hasilnya lebih baik jika dibanding dengan tidak latihan sama sekali. Sebagian besar contoh (78.9%) melakukan olahraga dengan durasi menit setiap kali berolahraga. Sebanyak 15% contoh berolahraga dengan durasi lebih dari 41.6 dan 5.3% contoh berolahraga dengan durasi kurang dari 12.1 menit setiap kalinya. Menurut Blair et al. (2004), olahraga selama tiga puluh menit dengan intensitas sedang setiap hari dapat memberikan manfaat lebih terhadap kesehatan daripada orang-orang yang mempunyai gaya hidup sedentary. Dosis olahraga ini digunakan untuk mencegah peningkatan berat badan yang tidak sehat dan pembatasan kalori untuk meeminimalkan kemungkinan peningkatan berat badan selanjutnya. Berdasarkan pendapat Oswari (1997) dan Blaire et al. (2004) tersebut, hanya 3.6% contoh mempunyai kebiasaan berolahraga dalam kategori baik yaitu minimal tiga kali sehari dengan masing-masing frekuensi berdurasi tidak kurang dari 30 menit, sedangkan 96.4% contoh lainnya mempunyai kebiasaan olahraga dalam kategori kurang baik. Jenis olahraga yang dilakukan contoh meliputi jogging (84.2%), bersepeda (5.3%), dan senam (10.5%). Jenis olahraga yang dilakukan contoh tersebut termasuk dari beberapa jenis olahraga terbaik. Jogging menjadi pilihan jenis olahraga terbesar yang dilakukan contoh. Hal tersebut diduga jogging merupakan olahraga mudah dan murah karena tanpa menggunakan peralatan khusus untuk melakukannya. Para peneliti olahraga aerobik melihat empat olahraga terbaik untuk kesehatan, yaitu: berjalan cepat (brisk walk), jogging, berenang, dan bersepeda (Kuntaraf & Kuntaraf 1992). Kebiasaan Merokok Keseluruhan contoh pada penelitian ini tidak memiliki kebiasaan merokok. Hal tersebut diduga karena masih terdapat aturan adat yang menyatakan

11 50 perempuan dianggap berperilaku buruk (tabu) apabila merokok. Namun, lebih dari separuh contoh (72.7%) berada satu rumah dengan perokok, sedangkan 27.3% contoh lainnya tidak berada satu rumah dengan perokok (Gambar 14). Gambar 14 Sebaran keberadaan perokok di rumah contoh Menurut Latifah et al. (2002), asap rokok juga termasuk ke dalam bahan kimia beracun. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Aditama (1992) yang menyatakan bahwa asap rokok berbahaya bagi perokok pasif. Perokok pasif menghisap asap sampingan (sidestream smokei) dan juga asap rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif sehingga beresiko terkena berbagai macam penyakit. Konsumsi Alkohol Keseluruhan contoh pada penelitian ini tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Hal tersebut diduga karena masih terdapat aturan adat yang menyatakan perempuan dianggap berperilaku buruk (tabu) apabila mengkonsumsi alkohol. Menurut Latifah et al. (2002), alkohol bisa berpengaruh terhadap perilaku karena mengganggu kerja susunan saraf pada otak. Keberanian yang timbul karena pengaruh alkohol sering menimbulkan perilaku buruk seperti suka berkelahi, mencuri, pergaulan bebas dan lain-lain. Orang yang suka minum minuman keras biasanya mengalami penurunan nafsu makan sehingga badannya sering lemas dan selalu malas. Tingkat Aktivitas Fisik FAO/WHO/UNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik berasarkan nilai Physical Activity Level (PAL) dibagi menjadi tiga, yaitu ringan (1.40 PAL 1.69), sedang (1.70 PAL 1.99), dan berat (2.00 PAL 2.40). PAL

12 51 merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) selama 24 jam dibagi Basal Metabolic Rate selama 24 jam. Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisiknya dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Sebaran aktivitas fisik contoh Rata-rata tingkat aktivitas fisik contoh berada pada kategori ringan dengan rata-rata nilai PAL Lebih dari separuh contoh (65.5%) mempunyai tingkat aktivitas fisik ringan. Bappenas (2011) mengungkapkan hampir seluruh penduduk Indonesia (48.2%) kurang melakukan aktivitas fisik. Sebanyak 32.7% contoh memiliki aktivitas fisik sedang serta tidak terdapat contoh yang mempunyai tingkat aktivitas fisik berat. Selain itu, 1.8% contoh memiliki nilai PAL kurang dari 1.4 yang berada di luar pengkategorian tingkat aktivitas fisik FAO/WHO/UNU 2001 sehingga dianggap sangat rendah. Jenis aktivitas fisik, alokasi waktu, serta rata-rata nilai PAL contoh disajikan pada Tabel 9. Jenis aktivitas contoh dikelompokkan menjadi enam aktivitas dari delapan jenis aktivitas berdasarkan FAO/WHO/UNU Keenam pengelompokan jenis aktivitas tersebut adalah aktivitas umum (general personal activities), kegiatan transportasi (means of transport), kegiatan rumah tangga (domestic chores), aktivitas pertanian (agricultural activities), kategori pekerjaan (occupational categories), dan bermacam-macam kegiatan rekreasi (miscellaneous recreational activities). Secara keseluruhan, data jenis aktivitas fisik, alokasi waktu, serta rata-rata nilai PAL contoh dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

13 52 Tabel 9 Jenis aktivitas fisik, alokasi waktu, dan rata-rata nilai PAL contoh No Aktivitas Padanan Akivitas* PAR** Alokasi waktu (jam/hari) PAL Aktivitas umum/ General personal activities 1 Tidur Sleeping Berpakaian Dressing Mandi Washing hands/face and hair 4 Istirahat. Berbaring Lying Makan Eating Duduk Sitting quietly Light Leisure 7 Beribadah activities Kegiatan transportasi/ Means of transport 8 Berjalan kaki. berangkat kerja Walking at varying paces without a load Bersepeda Cycling Berangkat kerja naik Sitting on a motor motor cycle 11 Berangkat kerja naik Bus/angkot Commuting to/from work on the bus Kegiatan rumah tangga/ Domestic chores 12 Memasak Cooking Mencuci piring Washing dishes Mencuci pakaian Washing clothes Menyetrika Ironing clothes Menyapu dan membersihkan rumah Sweeping & house cleaning Mengepel Mopping/washing floor Merawat anak Child care Memandikan anak Bathing child Kegiatan rumah tangga lainnya House work Belanja di 21 Shopping pasar/warung Aktivitas pertanian/agricultural Activities 22 Menyiangi sawah Weeding

14 53 Tabel 9 Jenis aktivitas fisik, alokasi waktu, dan rata-rata nilai PAL contoh (lanjutan) No Aktivitas Padanan Akivitas* PAR** Alokasi waktu (jam/hari) PAL 23 Menjemur padi Threshing Kategori pekerjaan/occupational categories 24 Mengikuti pengajian/membaca Reading Bekerja melinting. memotong (batil). mengemas (contong) Factory worker Penjahit Tailor Bermacam-macam kegiatan rekreasi/miscellaneous recreational activities 27 Nonton TV Watching TV Menengarkan musik Listening to radio/music Aktivitas di waktu luang. ngobrol/diskusi/rapat Miscellaneous light leisure activities Jumlah Keterangan : *) Padanan aktivitas yang terdapat dalam FAO/WHO/UNU (2001) **) Physical activity ratio (PAR/ Faktor aktivitas) Aktivitas umum yang dilakukan oleh contoh adalah tidur, berpakaian, mandi, isitrahat/berbaring, makan, duduk, dan beribadah. Alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh pada kelompok aktivitas umum yaitu tidur dengan alokasi waktu sebanyak 8.41 jam/hari. Puspitorini (2009) menyebutkan rata-rata individu membutuhkan tidur minimal 8 jam. Menurut sebuah laporan dari Dayton Veterans Administration Hospital di Ohio, mengurangi tidur 1.5 jam saja dalam semalam dapat mengurangi kewaspadaan pada siang hari sampai 33 persen (Puspitorini 2009). Nilai PAL untuk tidur adalah sebesar 0.35 atau 21.2% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Alokasi waktu terbesar untuk kegiatan transportasi yaitu pada kegiatan bersepeda. sedangkan alokasi waktu terkecil yaitu berjalan kaki. Rata-rata alokasi waktu untuk kegiatan bersepeda tersebut adalah sebesar 0.4 jam/hari dengan nilai PAL sebanyak 0.06 atau 3.6% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Kegiatan berjalan kaki mendapatkan alokasi waktu sebesar 0.2 jam/hari dengan nilai PAL 0.03 atau 1.6% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Kegiatan rumah tangga contoh meliputi memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyetrika, menyapu dan membersihkan rumah, mengepel,

15 54 merawat anak, memandikan anak, belanja di warung/pasar, serta kegiatan rumah tangga lainnya seperti merapikan perabotan dapur, menjemur pakaian. Alokasi waktu terbesar pada kegiatan rumah tangga yaitu memasak dengan ratarata waktu yang dialokasikan sebanyak 0.81 jam/hari. Kegiatan memasak tersebut mempunyai nilai PAL sebesar 0.07 atau 4.3% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Selain melakukan kegiatan pekerjaan utama di pabrik rokok, sebagian waktu pekerja juga dialokasikan untuk melakukan aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh contoh yaitu menyiangi sawah dan menjemur padi. Waktu yang dialokasikan contoh untuk menyiangi sawah yaitu sebesar 0.05 jam/hari dengan nilai PAL sebesar 0.01 atau 0.5% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Alokasi waktu pada aktivitas pertanian untuk menjemur padi adalah sebesar 0.01 jam/hari dengan nilai PAL atau 0.18% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Aktivitas pada kelompok kategori pekerjaan contoh yaitu mengikuti pengajian/membaca, bekerja di pabrik rokok meliputi pelintingan rokok, pemotongan rokok (batil), pengemasan rokok (contong), serta bekerja sebagai penjahit pakaian. Alokasi waktu terbesar contoh pada kelompok kategori pekerjaan adalah ketika bekerja di pabrik rokok. PAR pekerja pabrik rokok mempunyai padanan dengan karyawan pabrik tekstil (textile factory worker) berdasarkan FAO/WHO/UNU 2001 karena mempunyai jam kerja, tempat kerja (pabrik), dan kegiatan-kegiatan pekerjaan yang relatif sama jenisnya. Alokasi waktu contoh ketika bekerja di pabrik rokok adalah sebesar 5.7 jam/hari dengan nilai PAL 0.52 atau 31.6% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Kegiatan yang dilakukan contoh pada kelompok bermacam-macam kegiatan rekreasi meliputi menonton TV, mendengarkan musik, dan aktivitas di waktu luang seperti mengobrol, berdiskusi, atau rapat. Alokasi waktu terbesar pada kelompok kegiatan tersebut yaitu pada kegiatan menonton TV dengan jumlah waktu yang dialokasikan sebesar 2.86 jam/hari. Nila PAL pada kegiatan menonton TV tersebut adalah 0.2 atau 11.8% dari total rata-rata nilai PAL contoh. Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Konsumsi pangan contoh merupakan konsumsi pada hari kerja dengan rata-rata konsumsi sebesar 1124±413 kkal. Asupan pangan tersebut termasuk

16 55 dalam kelompok sangat rawan pangan (asupan kalori < 1400 Kkal/orang/hari) (Bappenas 2011). Sementara itu, rata-rata konsumsi protein contoh adalah sebesar 25.9±10.9 g/hari, sedangkan rata-rata konsumsi vitamin C dan zat besi berturut-turut adalah 50.3±218.2 mg/hari dan 9.7±6 mg/hari. Pengeluaran energi digunakan untuk menentukan angka kebutuhan energi (estimated average requirement/ear). Menurut FAO/WHO/UNU (2001). penentuan angka kebutuhan energi akan lebih tepat jika menggunakan EAR dibandingkan dengan AKG. Hal tersebut karena EAR menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat), serta aktivitas fisik. Tingkat kecukupan energi contoh dihitung menurut AMB Oxford equation. Menurut WNPG (2004), Oxford equation merupakan meta analisis untuk mengestimasi energi basal metabolisme berdasarkan berat badan. Penggunaan oxford equation dikarenakan sampel penelitian termasuk populasi Asia (China dan Philipina) yang postur tubuhnya mirip dengan populasi Indonesia (WNPG 2004). Rata-rata kebutuhan energi contoh berasarkan Oxford equation yaitu 1989±152 kkal dengan tingkat kecukupan energi sebesar 56±88%. Tingkat Kecukupan Energi Tabel 10 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh jumlah contoh (74.5%) mengalami defisit tingkat berat, sebanyak 10.9% contoh mengalami defisit tingkat sedang, 5.5% contoh mengalami defisit tingkat ringan dan 9.1% lainnya berada pada tingkat kebutuhan energi normal. Tidak terdapat contoh yang berada di atas tingkat kebutuhan energi. Tabel 10 Sebaran tingkat kebutuhan energi contoh berasarkan pengklasifikasian tingkat kecukupan energi Depkes 1996 Tingkat Kecukupan Energi Pekerja n % Defisit tingkat berat ( <70% ) Defisit tingkat sedang ( 70-79% ) Defisit tingkat ringan ( 80-89% ) Normal/cukup ( % ) Diatas tingkat kecukupan ( > 120%) Total

17 56 Hal tersebut diduga karena sebagian besar contoh mempunyai pola konsumsi yang tidak teratur dengan jumlah konsumsi yang sedikit. Bappenas (2011) mengungkapkan peta penduduk rawan pangan yang diumumkan oleh BPS pada tahun 2009 masih menunjukkan situasi yang memprihatinkan dengan jumlah penduduk sangat rawan pangan mencapai persen. Tingkat Kecukupan Protein Tingkat kecukupan protein rata-rata contoh yaitu 51.83% AKG. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kecukupan protein contoh tergolong defisit tingkat berat berdasarkan pengkasifikasian tingkat kecukupan energi dan protein Departemen Kesehatan Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran tingkat kecukupan protein contoh Tingkat Kecukupan Protein Pekerja n % Defisit tingkat berat ( <70% ) Defisit tingkat sedang ( 70-79% ) Defisit tingkat ringan ( 80-89% ) Normal/cukup ( % ) Diatas tingkat kecukupan ( > 120%) Total Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein dari 85.5% contoh berada pada kategori defisit tingkat berat, 9.1% contoh mengalami defisit tingkat sedang, serta tidak terdapat contoh yang mengalami defisit tingkat rendah. Sebanyak 3.6% contoh mempunyai tingkat kecukupan protein normal serta 1.8% contoh lainnya berada di atas tingkat kecukupan protein. Sebagian besar contoh mengalami tingkat kecukupan protein pada kategori defisit. Hardinsyah dan Tambunan (2004) juga mengemukakan bahwa mutu protein makanan penduduk Indonesia masih rendah. Tingkat Kecukupan Vitamin C Berdasarkan pengkategorian tingkat kecukupan vitamin dan mineral Gibson (2005), rata-rata tingkat kecukupan vitamin C contoh kurang dari 77%

18 57 sehingga termasuk kategori kurang. Tabel 12 memperlihatkan bahwa hampir keseluruhan contoh (96.4%) defisit dalam pemenuhan kecukupan vitamin C (<77%), hanya 3.6% contoh yang normal atau tercukupi kebutuhan vitamin C. Almatsier (2009) menyebutkan vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol. Berdasarkan hasil recall 24 jam, ketidakcukupan kebutuhan vitamin C dikarenakan kurangnya konsumsi buahbuahan yang merupakan sumber utama vitamin C. Tabel 12 Sebaran tingkat kecukupan vitamin C contoh Tingkat Kecukupan Vitamin C Pekerja n % Defisit ( <77% ) Normal/cukup ( 77% ) Total Setiawan dan Rahayuningsih (2004) mengemukakan bahwa kekurangan vitamin C yang berat akan mengakibatkan gangguan pada fungsi sistem kolagen dan akan terlihat perdarahan terutama pada jaringan lunak, seperti gusi. Gejala ini disebut scury. Pada derajat yang lebih ringan. diduga kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan kecepatan penyembuhan luka. Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) Angka kecukupan zat besi untuk wanita dewasa berdasarkan AKG yaitu 50 mg. Rata-rata tingkat kecukupan zat besi contoh yaitu 44.5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecukupan kurang dari 77% sehingga termasuk kategori kurang. Tabel 13 Sebaran tingkat kecukupan zat besi contoh Tingkat Kecukupan Fe Pekerja n % Defisit ( <77% ) Normal/cukup ( 77% ) Total

19 58 Tabel 13 memperlihatkan bahwa sebagian besar contoh (89.1%) mengalami defisit dalam kecukupan zat besi, hanya 10.9% contoh yang normal atau tercukupi pemenuhan zat besi. Almatsier (2009) menyebutkan besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani serta besi nonhem dalam makanan nabati. Sumber besi dari makanan hewani yaitu seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber lainnya yaitu telur, serealia tumbuk kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Ketidakcukupan pada pemenuhan zat besi contoh disebabkan kurangnya mengkonsumsi sumber besi dari makanan hewani yang jumlah lebih besar dan bioavailabilitasnya relatif lebih tinggi dibanding dengan sumber besi dari makanan nabati. Status Gizi Rata-rata berat badan contoh ± standar deviasi (SD) yaitu 49.2±10 kg. Berat badan maksimal dari 55 contoh adalah 77 kg, sedangkan berat badan minimal dari contoh yang diteliti adalah 35 kg. Rata-rata tinggi badan contoh ± standar deviasi (SD) yaitu 150.4±10.7 cm. Maksimal tinggi badan contoh yang diteliti yaitu 165 cm, sedangkan minimal tinggi badan contoh yaitu 137 cm. Penentuan status gizi contoh berdasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO Klasifikasi IMT dibagi menjadi enam, yaitu: sangat kurus (<14.9), kurus ( ), normal ( ), gemuk ( ), obesitas I ( ), dan obesitas II (>40). Sebaran mengenai status gizi contoh dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran status gizi contoh Status Gizi n % Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas I Obesitas II Total

20 59 Sebanyak 50.9% contoh mempunyai status gizi normal, sebanyak 20% contoh memiliki status gizi kurus, 16.4% berstatus gizi gemuk, dan 12.7% mempunyai status gizi obesitas I. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, tidak terdapat contoh yang mempunyai status gizi sangat kurus ataupun obesitas II. Azwar (2004) mengemukakan bahwa masyarakat yang keadaan gizinya baik adalah masyarakat yang terbebas dari masalah gizi kurang dan gizi lebih. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian dari seluruh jumlah contoh mempunyai masalah gizi. Status Kesehatan Menurut UU No. 9 tahun 1960, kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (Slamet 2007). Status kesehatan contoh dalam penelitian ini dilihat dari morbiditas, tekanan darah, frekuensi denyut nadi, dan frekuensi pernapasan. Skor Morbiditas Pengkategorian morbiditas dalam penelitian ini meliputi kejadian sakit, skor morbiditas, dan keluhan kesehatan. Berdasarkan Gambar 16 dapat diketahui bahwa sebanyak 83.6% pernah mengalami kejadian sakit selama satu bulan terakhir, sedangkan 16.4% contoh tidak pernah mengalami kejadian sakit selama satu bulan terakhir. Menurut Alan (1986), lemahnya daya tahan individu terhadap penyakit-penyakit yang umumnya tidak berbahaya merupakan dampak relatif gizi kurang. Gambar 16 Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit Skor morbiditas contoh diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi dengan lama sakit dalam hari pada setiap jenis penyakit. Berdasarkan

21 60 perhitungan klasifikasi kelas Sugiono (2009), skor morbiditas dibedakan menjadi rendah (<21.7), sedang ( ), dan tinggi (>43.3). Sebanyak 83.6% contoh mempunyai skor morbiditas dengan kategori rendah dan 14.6% lainnya mempunyai skor morbiditas dengan kategori sedang. Kemudian, hanya 1.8% contoh yang mempunyai skor morbiditas tinggi. Skor morbiditas rata-rata±sd yaitu sebesar 11.2±13. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata contoh mempunyai skor morbiditas rendah. Sebaran mengenai skor morbiditas disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan skor morbiditas Skor Morbiditas n % Rendah (<21.7) Sedang ( ) Tinggi (>43.3) Total Penyakit yang pernah diderita contoh selama satu bulan terakhir beraneka ragam. Sebaran penyakit yang diderita contoh disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Sebaran jenis penyakit yang diderita contoh Penyakit ISPA mempunyai prevalensi tertinggi diantara penyakit lain yaitu sebanyak 45.8%, kemudian diikuti oleh diare serta gigi dan mulut yang masingmasing mempunyai prevalensi sama yaitu 10.4%. Sebagian besar penyakit yang diderita contoh termasuk penyakit infeksi. Menurut Notoatmojo (2007), penyakit infeksi atau penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang satu ke orang lain baik secara langsung maupun melalui perantara). Anies (2006) menyebutkan penyakit menular adalah penyakit yang mudah

22 61 menyebar melalui kontak sepintas dan merupakan sebuah ancaman terhadap orang lain. Penelitian ini menunjukkan jenis keluhan contoh terbanyak (22.0%) selama satu bulan terakhir yaitu pusing. Sementara 1.2% contoh memiliki keluhan lemah, letih, dan lesu serta flu. Prevalensi keluhan lain yang sering dialami oleh contoh yaitu batuk (11.9%), nafsu makan menurun (8.5%), mual (7.9%), sesak napas (5.1%), nyeri dada (4.5%), perih mata (4%), sesak dada (1.1%), pegal (1.1%), ngilu (0.6%), mata berair (0.6%), dan mata pegal (0.6%) (Tabel 16). Selain itu, terdapat empat responden yang tidak mempunyai keluhan mengenai kesehatannya. Tabel 16 Sebaran conton berdasarkan keluhan kesehatan Keluhan Kesehatan n % Pusing Lemah. letih. dan lesu Sesak napas Batuk Flu Mual Nafsu makan menurun Susah buang air besar Perih mata Sesak dada Nyeri dada Pegal Ngilu Mata berair Mata pegal Total Tekanan Darah Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan (Hull 2001). Pearce (2006) menyebutkan tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang dihasilkan otot jantung yang mendorong darah dari bilik kiri jantung ke aorta (tekanan saat

23 62 jantung berkontraksi. Sementara itu, tekanan darah diastolik merupakan tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi). Tekanan darah normal pada umumnya berkisar rata-rata nilai normal tekanan sistolik sekitar 120 mmhg dan tekanan diastolik 80 mmhg (Masud 2002). Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik Tekanan Darah (mm Hg) Sistolik Diatolik Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Standar Deviasi ± 18.3 ± 8.6 Tekanan darah sistolik contoh berkisar antara 90 mmhg sampai 160 mmhg. Rata-rata contoh mempunyai tekanan darah sistolik mmhg. Nilai rata-rata tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Sabunga (2007) yang menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik mahasiswi Diploma IPB adalah mmhg yang masih berada dalam kategori normal. Chobanian et al. (2003) mengklasifikasikan tekanan darah sistolik dan diastolik menjadi empat, yaitu: normal (<120/80 mmhg), prehipertensi ( /80-89 mmhg), hipertensi stadium 1 ( mmhg), hipertensi stadium 2 ( 160/100 mmhg). Berdasarkan Chobanian et al. (2003), lebih dari separuh (81.8%) contoh mempunyai tekanan darah sistolik normal, 7.3% contoh tergolong prehipertensi, 7.3% contoh lainnya tergolong hipertensi stadium 1, dan 3.6% contoh termasuk hipertensi stadium 2 (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik Tekanan Darah Sistolik (mmhg) n % Normal (<120) Prehipertensi ( ) Hipertensi Stadium 1 ( ) Hipertensi Stadium 2 ( 160) Total Chobanian et al. (2003) menjelaskan bahwa prehipertensi bukan termasuk dalam kategori penyakit. Sebaliknya, prehipertensi merupakan indikator yang mengidentifikasikan seseorang beresiko tinggi terkena hipertensi.

24 63 Tekanan darah diastolik contoh berkisar antara mmhg. Rata-rata contoh mempunyai tekanan darah normal yaitu 73.4 mmhg (Tabel 17). Nilai ratarata tersebut hampir sama dengan penelitian Sabunga (2007) yang menunjukkan rata-rata tekanan darah diastolik mahasiswi Diploma IPB adalah 73.1 mmhg. Menurut pengklasifikasian tekanan darah Chobainan et al. (2003), tekanan darah diastolik yang lebih dari 89 mmhg termasuk dalam kategori hipertensi. Berdasarkan pendapat tersebut, lebih dari separuh contoh (74.6%) mempunyai tekanan darah diastolik normal, 16.4% contoh prehipertensi, 3.6% contoh menderita hipertensi stadium 1, dan 5.4% contoh terkena hipertensi stadium 2 (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah diastolik Tekanan Darah Diastolik (mmhg) n % Normal (< 80) Prehipertensi (89-99) Hipertensi Stadium 1 (90-99) Hipertensi Stadium 2 ( 100) Total Tekanan darah sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada berbagai individu dan dapat mengalami perubahan setiap waktu. Hull (2001) mengemukakan tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari sesuai dengan situasi. Tekanan darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas, atau sewaktu melakukan aktivitas fisik. Setelah situasi berlalu, tekanan darah akan kembali normal. Denyut Nadi Denyut nadi atau denyut arteri merupakan suatu gelombang denyut jantung yang teraba pada nadi, saat darah dipompa keluar dari jantung. Denyut nadi mudah diraba pada nadi yang melintas tulang yang terletak dekat permukaan tubuh (Roosita et al. 2007). Pearce (2006) menyebutkan denyut nadi diukur dengan menghitung jumlah denyut pada pergelangan tangan selama satu menit. Kecepatan normal denyut nadi (dalam setiap menit) pada orang dewasa yaitu denyut per menit. Denyut nadi dikategorikan menjadi tiga, yaitu: bradikardi (<60 denyut/menit), normal (60-80 denyut/menit), dan takikardi (>80

25 64 denyut/menit) (Guyton & Hall 1997). Berikut disajikan tabel mengenai sebaran contoh berdasarkan denyut nadi. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan denyut nadi Denyut Nadi (denyut/menit) n % Bradikardi (< 60) Normal (60-80) Takikardi (> 80) Total Tabel 20 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (60%) contoh tergolong memiliki denyut nadi takikardi, 38.2 contoh mempunyai denyut nadi normal, dan hanya 1.8 contoh yang memiliki denyut nadi bradikardi. Denyut nadi contoh berkisar antara denyut/menit. Rata-rata contoh mempunyai denyut nadi 82.6 denyut/menit sehingga tergolong takikardi. Frekuensi Napas Kecepatan pernapasan normal orang dewasa sebesar kali/menit (Pearce 2006). Kecepatan pernapasan contoh berkisar antara kali/menit. Rata-rata kecepatan pernapasan contoh adalah 22.3 kali/menit. Kecepatan pernapasan tersebut melebihi normal atau di atas 20 kali/menit. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pernapasan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi napas Frekuensi Napas (kali/menit) n % Normal (10-20) Di atas normal (>20) Total Tabel tersebut memperlihatkan bahwa persentase contoh yang mempunyai frekuensi napas nomal hampir sama dengan di atas normal. Contoh yang mempunyai frekuensi napas normal yaitu sebesar 50.9%, sedangkan contoh yang mempunyai frekuensi napas di atas normal sebesar 49.1%.

26 65 Hubungan Beberapa Faktor dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Hubungan Umur dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Umur contoh mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap IMT (p<0.05, r=0.306) berdasarkan hasil uji Pearson. Hal tersebut mempunyai arti bahwa semakin tinggi umur contoh, maka semakin tinggi IMT contoh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2011) yang melaporkan bahwa kejadian obesitas (kenaikan IMT) cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Almatsier (2009) menyebutkan semakin tua tubuh semakin banyak mengandung jaringan lemak, sehingga angka metabolisme basal menurun. Seseorang yang mempunyai kecepatan metabolisme basal rendah cenderung lebih mudah gemuk dibandingkan dengan orang yang mempunyai kecepatan metabolisme tinggi. Tabel mengenai sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 22 yang menggambarkan bahwa proporsi terbesar contoh yaitu pada usia tahun dengan status gizi normal. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi Status Gizi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas 1 Obesitas 2 Total n % n % n % n % n % n % n % Umur (tahun) Total Tabel 22 menunjukkan status gizi contoh bertambah sejalan bertambahnya nilai umur. Namun, sebagian besar contoh (32.7%) mempunyai status gizi normal dengan rentang usia tahun. Karakteristik umur contoh tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap skor morbiditas, denyut nadi, dan frekuensi napas contoh. Namun, karakteristik umur contoh mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap tekanan darah sistolik (p<0.05, r=0.553) dan tekanan darah diastolik (p<0.05, r=0.449). Hal tersebut mempunyai arti semakin tinggi umur contoh maka tekanan darah sistol dan diastol contoh semakin tinggi juga. Palmer dan Williams (2005) menyatakan bahwa salah satu dari beberapa faktor resiko tekanan darah tinggi yang tidak dapat diubah yaitu usia yang berarti

27 66 tekanan darah seseorang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Penelitian Widyaningsih (2008) menunjukkan bahwa setiap kenaikan umur 1 tahun maka tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar mmhg dan sebesar mmhg untuk tekanan darah diastolik, sehingga menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hasil tabulasi mengenai hubungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 23 dan Tabel 24. Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan umur dan tekanan darah sistolik Tekanan Darah Sistol Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium 1 Hipertensi Stadium 2 Total n % n % n % n % n % Umur (tahun) Total Tabel 23 menunjukkan bahwa prevalensi sebaran terbesar contoh berada pada umur tahun dengan tekanan darah sistolik normal. Sama halnya pada Tabel 24 yang memperlihatkan bahwa persentase terbesar berada pada contoh dengan usia tahun dan tekanan darah diastolik normal. Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan umur dan tekanan darah diastolik Tekanan Darah Diastol Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium 1 Hipertensi Stadium 2 Total n % n % n % n % n % Umur (tahun) Total Hubungan Masa Kerja dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan status gizi dan status kesehatan contoh. Hal tersebut karena contoh merupakan perkerja borongan, masa kerja contoh

28 67 dalam jangka waktu pendek, sehingga kemungkinan efek akumulatif paparan lingkungan masih belum terlihat. Selain itu, paparan lingkungan (debu, suhu, dan kelembaban) juga masih di bawah NAB. Hubungan Pendapatan per Kapita dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendapatan dengan status kesehatan. Sementara itu, terdapat kecenderungan hubungan negatif antara pendapatan dan status gizi contoh (r=-0.311, p<0.05), tetapi nilai korelasinya sangat rendah. Tabulasi silang mengenai hubungan antara pendapatan dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status gizi Sangat kurus Status Gizi Kurus Normal Gemuk Total n % n % n % n % n % Rendah Pendapatan Sedang Tinggi Total Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berpendapatan sedang dengan status gizi kurus (43.6%). Sementara itu, terdapat beberapa contoh yang berpenghasilan tinggi tetapi mempunyai status gizi sangat kurus (3.6%) dan kurus (3%). Padahal, hanya 1.8% contoh yang berpenghasilan rendah dengan status gizi kurus. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang berpendapatan tinggi belum tentu memiliki asupan pangan yang baik dikarenakan beberapa faktor lain, seperti pendidikan dan pengetahuan gizi. Selain itu, masalah gizi merupakan manifestasi dari kekurangan atau kelebihan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang relatif lama (Supariasa et al. 2002). Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Uji chi-square menunjukkan bahwa status gizi (normal ataupun tidak normal) tidak tergantung pada durasi dan frekuensi olahraga. Begitu juga halnya

29 68 dengan status kesehatan, hasil uji menunjukkan skor morbiditas contoh tidak tergantung pada durasi dan frekuensi olahraga. Tidak adanya hubungan antara status gizi dan olahraga diduga karena status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh olahraga, melainkan ada faktor langsung dan tidak langsung yang mempengaruhinya. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, serta higine, sanitasi dan lingkungan (Unicef 1998). Sementara itu, tidak adanya hubungan antara status kesehatan dengan olahraga diduga karena morbiditas tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas berolahraga saja. Namun, morbiditas juga dipengaruhi oleh pemaparan akibat lingkungan kerja (Kusnoputranto 1995). Hubungan Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi. Selain itu, tingkat konsumsi zat gizi (protein, vitamin C, dan zat gizi) juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap status gizi. Tingkat kecukupan energi mempunyai kecenderungan hubungan negatif terhadap status gizi (r=-0.326, p<0.05), tetapi nilai korelasinya sangat rendah. Hasil tabulasi silang antara TKE dengan status gizi disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan status gizi Tingkat kecukupan energi (Oxford equation) Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Lebih Total n % n % n % n % n % n % Kurus Status Gizi Normal Gemuk Obesitas Total

30 69 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase terbesar (35%) contoh dengan tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat mempunyai IMT normal. Hal tersebut diduga sedikitnya jumlah konsumsi contoh pada saat sedang dilakukan Recall. Pengaruh Tingkat Kecukupan Energi terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Skor Morbiditas sebagai Variabel Kontrol Pada penelitian ini, IMT diduga dipengaruhi oleh TKE dan Skor Morbiditas contoh. Persamaan garisnya adalah sebagai berikut: y = (-0.052x 1 ) x 2 y = Indeks Massa Tubuh (IMT) x 1 = Tingkat Kecukupan Energi (TKE) x 2 = Skor Morbiditas Uji regresi linier yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap IMT contoh adalah TKE. Dari uji regresi linier yang dilakukan juga didapatkan nilai R 2 sebesar Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti dapat menjelaskan pengaruh sebesar 33% terhadap IMT. Hubungan Status Gizi dengan Skor Morbiditas, Tekanan Darah Sisitolik, dan Tekanan Darah Diastolik Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan nyata antara status gizi dengan skor morbiditas. Begitu juga halnya dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, hasil uji memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikasn secara nyata antara status gizi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal tersebut karena status kesehatan individu tidak hanya ditentukan oleh status gizi (induk semang/host), melainkan dipengaruhi juga oleh keberadaan penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment) (Notoadmodjo 2007).

METODOLOGI. Pekerja Bagian Produksi 76 orang. Bagian Produksi SKT 72 orang. Contoh Penelitian 55 orang. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh

METODOLOGI. Pekerja Bagian Produksi 76 orang. Bagian Produksi SKT 72 orang. Contoh Penelitian 55 orang. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan penellitian cross sectional yang dilakukan di Perusahaan Rokok Kembang Arum, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN BURUH PABRIK ROKOK DI PERUSAHAAN KEMBANG ARUM KABUPATEN KUDUS, JAWA TENGAH

STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN BURUH PABRIK ROKOK DI PERUSAHAAN KEMBANG ARUM KABUPATEN KUDUS, JAWA TENGAH LAMPIRAN 78 Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kode:... STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN BURUH PABRIK ROKOK DI PERUSAHAAN KEMBANG ARUM KABUPATEN KUDUS, JAWA TENGAH Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT

AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT (Physical Acitivity, Energy Intake, and Nutritional Status of Women Workers of Tea Plantation in PTPN

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 90 LAMPIRAN 91 Lampiran 1: Prosedur Tes Bangku 3 Menit YMCA METODE TES KEBUGARAN: TES BANGKU 3 MENIT YMCA/ YMCA 3-MINUTE STEP TEST (Nieman, 2007) Tes bangku 3 menit YMCA dilakukan pada responden yang telah

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh setiap umat manusia karena peranannya yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 46 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Pada proses perencanaan penelitian, hasil kalkulasi ukuran sampel beda proporsi menghasilkan angka sebesar 75 sampel. Sementara itu, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel 104 METODE Sumber Data, Disain, Cara Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain penelitian

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Air Mancur Palur, Karanganyar PT Air Mancur merupakan salah satu perusahaan jamu terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini mengolah bahan alami menjadi produk jamu siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

METODE. Desain, Waktu dan Tempat Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor risiko dengan faktor risiko lain yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA Oleh : Farida Mulyaningsih, M.Kes PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PENDERITA JANTUNG

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah 4 TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990). Usia prasekolah merupakan periode keemasan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Tugurejo Semarang dahulu merupakan rumah sakit khusus kusta di semarang pada tahun 1952. Pada tanggal 30 Mei 1996 mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058 Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN KONSUMSI CAIRAN, AKTIFITAS FISIK DAN BERAT JENIS URIN PADA SISWI SMU NEGERI 3 KUPANG (DATARAN RENDAH) DAN SMU NEGERI KAPAN (DATARAN TINGGI) DI NUSA TENGGARA TIMUR

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Pandeglang terletak di Jl. Pendidikan No. 2 Ciekek Pandeglang. Sekolah ini didirikan pada tanggal 8 Oktober 2001.

Lebih terperinci