BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Image Preprocessing Masalah umum pada tahap awal proses preprocessing OCR adalah menyesuaikan orientasi area teks. Baris teks seharusnya sejajar dengan batas gambar. Pada bagian ini kami menyajikan sebuah algoritma memecahkan masalah ini. Pentingnya tahap preprocessing dari sistem pengenalan karakter terletak pada kemampuannya. Untuk memperbaiki beberapa masalah yang mungkin terjadi karena beberapa faktor. Tingkat pengenalan, penting untuk memiliki tahap preprocessing yang efektif, menggunakan algoritma preprocessing yang efektif membuat sistem OCR lebih kuat terutama melalui peningkatan kualitas gambar yang akurat, noise removal, thresholding gambar, condong deteksi/koreksi, segmentasi halaman, segmentasi karakter, normalisasi karakter (Bieniecky, et al., 2012). Teknik preprocessing dibutuhkan pada gambar dokumen warna, abuabu atau gambar biner berisi teks atau grafik. Dalam sistem pengenalan karakter sebagian besar aplikasi gunakan gambar abu-abu atau biner karena memproses gambar berwarna secara komputasi yang lebih sulit. Seperti itu gambar mungkin juga mengandung latar belakang atau tanda air yang tidak seragam sehingga menyulitkan ekstrak dokumen teks dari gambar tanpa melakukan beberapa preprocessing, karena itu hasil yang diinginkan dari preprocessing adalah gambar biner yang hanya berisi teks (Alginahi, 2013). Pada bagian image preprocessing dilakukan proses grayscalinge dan thresholding. Pada bagian ini diharapkan menghasilkan citra biner yang nantinya menjadi masukan pada tahap berikutnya tahap feature extraction Grayscaling Proses grayscaling mengubah citra berwarna menjadi hitam putih dengan mengubah warna setiap komponen RGB gambar menjadi bernilai sama. Proses threshold digunakan untuk mengekstrak foreground (tinta) dari background

2 8 (kertas) dan mengubah menjadi citra biner. Proses Thresholding mengubah warna gambar menjadi citra biner (binary image) dimana ditentukan sebuah nilai level threshold kemudian piksel yang memiliki nilai di bawah level threshold diset menjadi warna putih (0 pada nilai biner) dan nilai di atas nilai threshold diset menjadi warna hitam (1 pada nilai biner). Konversi citra berwarna menjadi grayscale merupakan tahapan awal dalam image preprocessing. Pada proses grayscaling, citra yang pada awalnya terdiri dari 3 layer matriks, yaitu R-layer, G-layer, dan B-layer akan diubah menjadi 1 layer matriks dan hasilnya adalah citra grayscale yang hanya memiliki derajat keabuan. Untuk mengubah citra berwarna, fungsi yang digunakan adalah ARGB_8888 yaitu mendefinisikan nilai alpha channel, merah, hijau, dan biru yang kemudian dapat dirumuskan dengan persamaan di bawah agar menjadi citra dengan derajat keabuan...(1) Dengan format warna ini dihasilkan citra grayscale dengan intensitas keabuan yang dipengaruhi oleh variabel warna merah hijau, dan biru Global Thresholding Metode Otsu Threshold adalah proses membagi gambar ke background dan latar depan. Hasil lambang adalah hitam atau putih. Pada teknik pengolahan citra, ambang batas dapat dikelompokkan menjadi lambang global dan lokal. Kinerja hasil ambang batas, ambang adaptif atau lokal menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan global ambang batas. Nilai ambang T memainkan peran penting, baik pixel yang diputaruntuk background atau foreground itu tergantung nilainya. Pengingat dari bagian ini dibahas tiga metode untuk menemukan nilai threshold T (maksudnya, median dan OTSU) (Razali, et al., 2014) Metode OTSU diperkenalkan oleh Nobuyuki Otsu. OTSU ambang batas adalah keputusan tingkat binariasi otomatis berdasarkan Histogram. Tujuan dari algoritma ini adalah untuk menemukan nilai threshold T yang meminimalkan varians dalam kelas tertimbang. Ini kemudian menghitungnilai ambang optimal

3 9 yang meminimalkan bobot di kelas varians dari dua kelas ini. Ini terbukti secara matematis meminimalkan varians dalam kelas sama dengan memaksimalkan antara varian kelas Metode OTSU telah diterapkan di percobaan sebelumnya, namun hasil segmentasi ternyata tidak mampu untuk mengelompokkan seluruh gigi. Pada proses selanjutnya citra akan berubah menjadi citra biner yang hanya mempunyai dua kemungkinan nilai yaitu 0 untuk hitam dan 1 untuk putih. Pada proses ini tiap piksel pada citra akan diklasifikasikan berdasarkan ambang batas tertentu, jika nilai piksel kurang dari ambang batas, maka piksel tersebut akan bernilai 0. Namun, jika nilai piksel lebih dari atau sama dengan ambang batas, maka piksel tersebut akan bernilai 1. Dalam proses binerisasi citra ini menggunakan global thresholding metode Otsu dengan tujuan untuk membagi histogram citra gray ke dalam dua daerah yang berbeda secara otomatis tanpa membutuhkan masukan nilai ambang batas. Probabilitas setiap piksel pada level ke-i dapat dinyatakan sebagai berikut. (2) = jumlah piksel pada level ke-i N = total piksel pada citra Dalam menentukan nilai ambang batas pada metode Otsu, ada beberapa hal yang perlu diketahui, nilai zeroth cumulative moment, first cumulative moment, dan nilai mean berturut-turut dapat dinyatakan dengan rumus berikut (Putra, 2004). ( ) ( )...(3) Nilai ambang k dapat ditentukan dengan memaksimumkan persamaan ( ) ( ) dengan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (4) Gambar proses penerapan Threshold Metode Otsu dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

4 10 2.2Optical Character Recognition ( OCR ) Optical Character Recognition atau yang biasa disebut dengan OCR adalah suatu proses pengkonversian dari scanned image menjadi editable text. Editable text didapatkan dari sebuah scanned image yang bisa saja diambil dari hasil pemotretan atau juga hasil scan gambar yang kemudian dimasukkan kedalam komputer. Scanned image ini terdiri dari satu kesatuan konten-konten yang nantinya akan dipilah menjadi konten-konten tersendiri. Teknologi ini membuat sebuah mesin dapat mengenali sebuah teks secara otomatis (Mithe, et al., 2012). OCR memungkinkan untuk mengedit teks, mencari kata atau frase, dan menerapkan teknik seperti mesin penerjemahan, text-to-speech dan text mining. OCR biasa digunakan untuk bidang penelitian dalam pengenalan pola, kecerdasan buatan (artificial intelligent) dan computer vision. Sistem OCR memerlukan kalibrasi untuk membaca font yang spesifik versi awal harus diprogram dengan gambar karakter masing-masing, dan bekerja pada satu font pada suatu waktu (Rakshit, et al., 2009). Gambar 2.1 Proses sebelum dan sedudah metode OTSU Menurut Patel et.al (2012) hal ini dapat diumpamakan seperti kombinasi antara mata dan pikiran dari tubuh manusia. Sebuah mata yang dapat melihat teks yang terdapat pada suatu gambar dan secara langsung otak kita akan memproses mengekstrak teks tersebut dari gambar dan dibaca oleh mata. Konten-konten yang telah terkarakteristik kemudian dilakukan proses pengenalan dengan mengubahnya menjadi kode-kode karakter seperti ASCII atau Unicode lainnya. Setelah proses ini, konten-konten yang terdapat pada image tersebut yang sebelumnya tidak dapat di-edit akan menjadi karakter-karakter yang dapat di-edit ataupun juga di proses untuk keperluan selanjutnya seperti melakukan

5 11 perhitungan pada karakter-karakter numerik. Secara garis besar proses OCR dapat dijelaskan pada gambar 2.2 GAMBAR Image Preprocessing Segmentasi Ekstraksi Fitur Pengenalan Text Gambar 2.2 Proses OCR (Aprilia 2012) Didalam OCR, gambar yang berisi karakter yang ingin dikenali dilakukan preprocessing. Preprocessing adalah proses menghilangkan konten-konten yang tidak diinginkan seperti noise dan juga untuk memperbaiki kualitas gambar agar lebih mudah dikenali. Dalam tahap pertama preprocessing dilakukan grayscalling. Grayscalling adalah mengubah gambar yang berwarna menjadi gambar yang hanya memiliki derajat keabuan saja. Selanjutnya dalam tahap kedua dilakukan noise filtering, yaitu proses mengurangi atau mereduksi noise yang ada pada gambar. Noise yang terlalu banyak dapat mengurangi keakuratan dalam pengenalan karakter. Dan tahap terakhir dari preprocessing yaitu thresholding. Thresholding memisahkan konten yang akan dikenali dengan background dengan mengubah gambar menjadi hitam putih. Dengan berakhirnya tahap thresholding maka tahap preprocessing selesai dilakukan. Tahap selanjutnya adalah segmentasi. Segmentasi melakukan pemisahan karakter yang berarea besar menjadi area yang lebih kecil seperti suatu kalimat menjadi kata-kata, dan kata menjadi karakter. Setelah dilakukan segmentasi maka dilakukan normalisasi. Normalisasi mengubah karakter karakter hasil segmentasi menjadi suatu karakter yang memiliki karakterisitik yang telah ditentukan, seperti dimensi region dan ketebalan karakter. Setelah proses normalisasi dilakukan maka

6 12 selanjutnya dilanjutkan pada tahap ekstraksi fitur. Ekstraksi fitur dilakukan untuk mendapatkan karakteristik khas yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter. Dan tahap akhir dalam proses OCR ini adalah recognition, dimana dilakukannya pengenalan dengan cara membandingkan ciri-ciri fitur yang ingin dikenali dengan data yang telah tersimpan sebelumnya sesuai dengan algoritma pengenalan yang dipakai. Hasil perbandingan yang miriplah yang kemudian keluar menjadi suatu hasil pengenalan berupa teks Tesseract OCR Engine Mesin OCR Tesseract adalah salah satu dari 3 mesin teratas dalam Tes Akurasi UNLV Antara tahun 1995 dan 2006, hanya ada sedikit aktivitas di Tesseract, sampai open-source oleh HP dan UNLV di tahun 2005.Mesin Tester Oter Tesseract awalnya dikembangkan untuk bahasa Inggris, sejak itu diperluas untuk mengenal Prancis, Italia, Jerman, Spanyol dan Belanda. Ini memiliki kemampuan untuk melatih bahasa dan skrip lain juga. Algoritma yang digunakan dalam berbagai tahap mesin sesuai dengan alfabet bahasa Inggris, yang membuatnya lebih mudah untuk mendukung skrip lain yang secara struktural serupa dengan hanya melatih kumpulan karakter dari skrip baru (Hasanat, 2013) Arsitektur Tesseract OCR Pada arsitekturnya, Tesseract OCR menyatakan input yang diterima merupakan sebuah binary image. Secara umum arsitektur Tesseract OCR dapat dilihat pada Gambar 2.3.

7 13 Gambar 2.3Arsitektur Tesseract OCR Setelah mengasumsikan bahwa input merupakan binary image proses dilanjutkan pada Page Layout Analysis dimana analisis dilakukan pada komponen terhubung (Connected Component) untuk menemukan dimana outline komponen disimpan (Aprilia, 2012). Outlines komponen yang telah disimpan dikumpulkan bersama untuk membentuk blob. Blob adalah kawasan gambar yang saling berlengketan. Blob ini lalu disusun menjadi suatu barisan teks, sedangkan garis dan region di analisa untuk pitch tetap dan teks proporsional (Aprilia, 2012). Teks dengan pitch tetap dipecah menjadi sel-sel karakter. Teks proporsional dibagi menjadi kata-kata dengan menggunakan ruang pasti dan ruang fuzzy. Selanjutnya pengenalan kata image dilakukan pada dua tahap yang disebut dengan pass-two (Smith, 2007). Pass pertama dilakukan untuk mengenali masing-masing kata.

8 14 Kata-kata yang melewati pass pertama adalah kata-kata yang cocok dengan kamus dan diteruskan pada adaptif classifier untuk selanjutakan dipakai sebagai data pelatihan. Setelah sampel mencukupi, classifier adaptif ini juga dapat memberikan hasil klasifikasi bahkan pada pass pertama (Aprilia, 2012). Kata-kata yang mungkin kurang dikenali atau terlewat pada pass pertama akan dilanjutkan pada proses pass two. Pada kondisi ini classifier adaptif yang telah mendapatkan informasi lebih pada pass pertma akan lebih dapat mengenali kata yang terlewatkan atau kurang dikenali sebelumnya Pengenalan Karakter oleh Tesseract Menurut Smith (2007) beberapa langkah yang dilakukan oleh Tesseract untuk pengenalan karakter adalah sebagai berikut : Pencarian Teks line dan kata a. Line finding Algoritma Line finding dirancang untuk dapat mengenali halaman miring tanpa harus melalui proses de-skew, hingga tidak menurunkan kualitas gambar (Smith, 2007). Kunci dari proses ini adalah filterisasi blob dan Line constructing mengasumsikan analisa tata letak halaman telah mendapatkan daerah teks yang memiliki ukuran teks yang seragam, filter presentasi ketinggian sederhana menghilangkan drop-caps dan garis vertikal yang menyentuh karakter. Rata tengah dari tinggi mendekati dari besar teks di dalam daerah tersebut, sehingga aman untuk menyaring blobs yang lebih kecil dari beberapa pecahan dari rata-rata tengah, seperti tanda baca dan juga noise. Filterisasi blob lebih cocok kepada pemodelan non-overlapping, paralel, tetapi sloping lines (Smith, 2007). Penyortingan dan pemrosessan pada blob oleh kordinat-x memungkinkan untuk menentukan blob menjadi text line yang unik, sementara pelacakan kemiringan di sepanjang halaman, dengan sangat mengurangi kesalahan menempatkan text line yang salah didalam kemiringan. Setelah blob yang di filter disejajarkan pada garis, rata tengah terakhir dari squares fit digunakan untuk memperkirakan baselines, dan blob yang telah difilter akan dipasang kembali ke line yang tepat.

9 15 Filterisasi blob lebih cocok kepada pemodelan non-overlapping, paralel, tetapi sloping lines (Smith, 2007). Penyortingan dan pemrosesan pada blob oleh kordinat-x memungkinkan untuk menentukan blob menjadi text line yang unik, sementara pelacakan kemiringan di sepanjang halaman, dengan sangat mengurangi kesalahan menempatkan text line yang salah didalam kemiringan. Setelah blob yang di filter disejajarkan pada garis, rata tengah terakhir dari squares fit digunakan untuk memperkirakan baselines, dan blob yang telah difilter akan dipasang kembali ke line yang tepat. b. Baseline Fitting Setelah text lines ditemukan, garis pangkal (baselines) dicocokkan dengan lebih tepat menggunakan quadratic splines. Hal inilah merupakan hal baru dalam sistem OCR, dimana tesseract memungkinkan dapat menangani halaman dengan baseline yang miring. Baseline dicocokkan dengan partisi blob kedalam sebuah kelompok perpindahan yang cukup berkelanjutan baseline lurus yang asli. Sebuah quadratic spline dicocokkan pada partisi yang paling padat (diasumsikan sebagai baseline). Kelebihan dari Quadratic Spline terletak dari kemampuan berhitungnya yang stabil, namun memiliki kelemahan yaitu diskonitinuitas dapat muncul pada beberapa saat segmen spline diperlukan. Gambar 2.4Contoh fitted baseline c. Chopping Pada bagian ini, baris karakter yang berhasil diidentifikasi akan dilakukan proses chopping atau dipisahkan untuk tiap karakternya agar proses pengenalan karakter menjadi lebih akurat. Akan tetapi, syarat dari proses pemisahan karakter adalah jarak antarkarakter terdeteksi dengan jarak yang tetap atau fixed pitch detection, jika jarak antarkarakter tidak tetap atau non-fixed pitch detection, maka

10 16 akan dicari dulu ambang batas jarak antarkarakter untuk menentukan karakter yang terhubung dan karakter yang terpisah. Adapun contoh pemisahan karakter dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5Contoh pemisahan karakter Pengenalan Karakter dan Kata Bagian dari proses pengenalan pada pengenalan segala karakter adalah dengan mengidentifikasi bagaimana sebuah kata atau karakter disegmentasi menjadi karakter atau simbol-simbol (Aprilia, 2012). Hasil akhir dari segmentasi awal akan diklasifikasikan sisa terakhir dari proses ini hanya dilakukan pada teks yang non fixed-pitch. a. Pemisahan Karakter terhubung Apabila hasil dari pemisahan kata tidak memuaskan, Tesseract akan berusaha untuk memisahkan blob dengan kemugkinan terburuk dari classifier karakter (Smith, 2007). Kandidat dari titik potong di dapat dari simpul cekung dari pendekatan poligonal outline, dan dapat saja ditemukan simpul cekung lainnya dari titik yang berlawanan, atau garis segmen. Untuk karakter ASCII setidaknya menghabiskan sampai 3 pasang titik pemotongan untuk memisahkan karakter yang terhubung. Titik pemotongan dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Titik Pemotongan Karakter(Smith 2007) Pada gambar menampilkan sebuah set dari kandidat titik dengan panah dan pemisahan yang terpilih sebagai garis yang menelusuri outline dimana karakter r bersentuhan dengan karakter m. Pemotongan dilakukan Pada gambar menampilkan sebuah set dari kandidat titik dengan panah dan pemisahan

11 17 yang terpilih sebagai garis yang menelusuri outline dimana karakter r bersentuhan dengan karakter m. Pemotongan dilakukan. b. Menyatukan Karakter yang Rusak Ketika pemotongan yang dilakukan tidak mendapatkan hasil yang tepat, kata atau karakter masih belum cukup, maka akan diberikan kepada associator. Associator ini membuat pencarian A* (terbaik pertama) dari graph segmentasi untuk kombinasi yang memungkinkan dari pemotongan blob maksimal menjadi kandidat karakter. Hasil pencarian A* dengan menarik kandidat state baru dari antrian prioritas dan mengevaluasi kandidat dengan mengklasifikan kombinasi fragmen yang belum terklasifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.7. Gambar 2.7Kata yang Mudah di kenali(smith 2007) Dengan segmentasi A* ini membuat tesseract dapat dengan mudah mengenali karakter yang rusak seperti pada gambar. 2.3 String Matching Pengertian String Matching String matching adalah pencarian sebuah pattern pada sebuah teks (Cormen, T.H. et al. 1994). String matching digunakan untuk menemukan suatu string yang disebut dengan pattern dalam string yang disebut dengan teks (Charras, C. & Lecroq, T. 1997). Prinsip kerja algoritma string matching (Effendi, D. et al. 2013) adalah sebagai berikut: 1. Memindai teks dengan bantuan sebuah window yang ukurannya sama dengan panjang pattern. 2. Menempatkan window pada awal teks. 3. Membandingkan karakter pada window dengan karakter dari pattern. Setelah pencocokan (baik hasilnya cocok atau tidak cocok) dilakukan pergeseran ke kanan pada window. Prosedur ini dilakukan berulang-ulang

12 18 sampai window berada pada akhir teks. Mekanisme ini disebut mekanisme sliding window. Algoritma string matching mempunyai tiga komponen utama (Effendi, D. et al. 2013), yaitu: 1. Pattern, yaitu deretan karakter yang akan dicocokkan dengan teks, dinyatakan dengan [0 m 1], panjang pattern dinyatakan dengan m. 2. Teks, yaitu tempat pencocokan pattern dilakukan. Dinyatakan dengan [0 n 1], panjang teks dinyatakan dengan n. 3. Alfabet, berisi semua simbol yang digunakan oleh bahasa pada teks dan pattern, dinyatakan dengan dengan ukuran dinyatakan ASIZE Cara kerja String Matching Cara yang jelas untuk mencari pattern yang cocok dengan teks adalah dengan mencoba mencari di setiap posisi awal dari teks dan mengabaikan pencarian secepat mungkin jika karakter yang salah ditemukan (Knuth, D.E. et al. 1977). Proses pertama adalah menyelaraskan bagian paling kiri dari pattern dengan teks. Kemudian dibandingkan karakter yang sesuai dari teks dan pattern. Setelah seluruhnya cocok maupun tidak cocok dari pattern, window digeser ke kanan sampai posisi (n m + 1) pada teks. Menurut Singh, R. & Verma, H.N. (2011), efisiensi dari algoritma terletak pada dua tahap: 1. Tahap praproses, tahap ini mengumpulkan informasi penuh tentang pattern dan menggunakan informasi ini pada tahap pencarian. 2. Tahap pencarian, pattern dibandingkan dengan window dari kanan ke kiri atau kiri ke kanan sampai kecocokan atau ketidakcocokan terjadi. Dengan sebuah nilai karakter (m < n) yang akan dicari dalam teks. Dalam Algoritma pencocokan string, teks diasumsikan berada di dalam memori, sehingga bila kita mencari string di dalam sebuah arsip, maka semua isi arsip perlu dibaca terlebih dahulu kemudian disimpan di dalam memori. Jika pattern muncul lebih dari sekali di dalam teks, maka pencarian hanya akan memberikan keluaran berupa lokasi pattern ditemukan pertama kali(wulan, 2011).

13 Klasifikasi Algoritma String Matching Algoritma string matching dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut arah pencariannya (Charras, C. & Lecroq, T. 1997), yaitu: 1. From left to right dari arah yang paling alami, dari kiri ke kanan, yang merupakan arah untuk membaca. Algoritma yang termasuk dalam kategori ini adalah Algoritma Brute Force, Algoritma Morris dan Pratt yang kemudian dikembangkan menjadi Algoritma Knuth-Morris-Pratt. 2. From right to left dari arah kanan ke kiri, arah yang biasanya menghasilkan hasil terbaik secara partikal. Contoh algoritma ini adalah Algoritma Boyer-Moore, yang kemudian banyak dikembangkan menjadi Algoritma Tuned Boyer-Moore, algoritma Turbo Boyer-Moore, Algoritma Zhu Takaoka dan Algoritma Horspool 3. Dari arah yang ditentukan secara spesifik oleh algoritma tersebut, arah ini menghasilkan hasil terbaik secara teoritis. Algoritma yang termasuk kategori ini adalah Algoritma Colussi dan Algoritma Crochemore-perrin.

14 Algoritma Horspool Algoritma Boyer-Moore (BM) memposisikan pola pada karakter paling kiri. Dalam teks dan mencoba untuk mencocokkannya dari kanan ke kiri. Jika tidak terjadi ketidakcocokan, maka pola telah ditemukan. Jika tidak, algoritma menghitung pergeseran, jumlah dengan yang polanya dipindahkan ke kanan sebelum upaya pencocokan baru dilakukan.pergeseran ini bisa dihitung dengan dua heuristik. Pertandingan heuristik dan kemunculannya heuristis. Dalam tulisan ini kami hanya mempertimbangkan yang kedua; Ini terdiri dari menyelaraskan yang terakhir. Ketidakcocokan karakter dalam teks dengan karakter pertama dari pola pencocokannya.penyederhanaan diajukan pada tahun 1980 oleh Horspool. Untuk memaksimalkan rata-rata pergeseran setelah ketidakcocokan, karakternya dibandingkan dengan karakter terakhir dari pola dipilih untuk penyelarasan. Ini juga menyiratkan itu perbandingan dapat dilakukan dalam urutan apapun (kiri-ke-kanan, kanan-ke-kiri, acak. Hasil empiris menunjukkan bahwa versi yang lebih sederhana ini sama baiknya dengan algoritma aslinya.kode untuk Algoritma BayerMoore-Horspool sangat sederhana dan mudah Algoritma Horspool mempunyai nilai pergeseran karakter yang paling kanan dari window. Pada tahap observasi awal (preprocessing), nilai shift akan dihitung untuk semua karakter. Pada tahap ini, dibandingkan pattern dari kanan ke kiri hingga kecocokan atau ketidakcocokan pattern terjadi. Karakter yang paling kanan pada window digunakan sebagai indeks dalam melakukan nilai shift. Dalam kasus ketidakcocokan (karakter tidak terdapat pada pattern) terjadi, window digeser oleh panjang dari sebuah pattern. Jika tidak, window digeser menurut karakter yang paling kanan pada pattern (Baeza-Yates, R.A. & Regnier, M. 1992) Pencarian Dengan Algoritma Horspool Terdapat dua tahap pada pencocokan string menggunakan algoritma Horspool (Singh, R. & Verma, H.N. 2011), yaitu: 1. Tahap praproses

15 21 Pada tahap ini, dilakukan observasi pattern terhadap teks untuk membangun sebuah tabel bad-match yang berisi nilai shift ketika ketidak cocokan antara pattern dan teks terjadi. Secara sistematis, langkah-langkah yang dilakukan algoritma Horspool pada tahap praproses adalah: a. Algortima Horspool melakukan pencocokan karakter ter-kanan pada pattern. b. Setiap karakter pada pattern ditambah ke dalam tabel bad-match dan dihitung nilai shift-nya. c. Karakter yang berada pada ujung pattern tidak dihitung dan tidak dijadikan karakter ter-kanan dari karakter yang sama dengannya. d. Apabila terdapat dua karakter yang sama dan salah satunya bukan karakter terkanan, maka karakter dengan indeks terbesar yang dihitung nilai shift-nya. e. Algoritma Horspool menyimpan panjang dari pattern sebagai panjang nilai shift secara default apabila karakter pada teks tidak ditemukan dalam pattern. f. Nilai (value) shift yang akan digunakan dapat dicari dengan perhitungan panjang dari pattern dikurang indeks terakhir karakter dikurang 1, untuk masing-masing karakter, value=m 1. Sebagai contoh, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Pattern: PELATIH P E L A T I H Tabel 2.1 Bad-Match Pada Praproses Karakter Index Value P 0 6 E 1 5 L 2 4 T 3 3 I 5 1 * - - Value =7-0-1= 6 Value =7-1-1= 5 Value =7-2-1= 4 Value =7-3-1= 3 Value =7-5-1= 1 *: Karakter yang tidak dikenali

16 22 2. Tahap pencarian Secara sistematis, langkah-langkah yang dilakukan algoritma Horspool pada tahap praproses adalah: a. Dilakukan perbandingan karakter paling kanan pattern terhadap window. b. Tabel bad-match digunakan untuk melewati karakter ketika ketidakcocokan terjadi. c. Ketika ada ketidakcocokan, maka karakter paling kanan pada window berfungsi sebagai landasan untuk menentukan jarak shift yang akan dilakukan. d. Setelah melakukan pencocokan (baik hasilnya cocok atau tidak cocok) dilakukan pergeseran ke kanan pada window. e. Prosedur ini dilakukan berulang-ulang sampai window berada pada akhir teks atau ketika pattern cocok dengan teks. Untuk menggambarkan rincian algoritma, akan diberikan contoh kasus dimana pattern P = PRATAMA dan teks T = DHIWA ARIEPRATAMA. Inisialisasi awal dan pembuatan bad-match terlihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.2Inisialisasi awal bad-match m T D H I W A A R I E P R A T A M A P P R A T A M A I Tabel 2.3Pembuatan Bad-match P P R A T M * I V Seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 di atas, inisialisasi awal bad-match dilakukan. Setiap teks dan pattern masing-masing diberi nilai m dan i, dimana m sebagai panjang pattern dan i sebagai indeks. Tabel 2.3 menunjukkan nilai pergeseran bad-match dengan menghitung nilai v seperti yang telah dilakukan pada Tabel 2.1. Pada tahap awal pencarian, dilakukan perbandingan karakter

17 23 paling kanan pattern terhadap window. Apabila terjadi ketidak cocokan, akan dilakukan pergeseran ke kanan untuk melewati karakter yang tidak cocok dimana nilai pergeserannya terdapat pada tabel bad-match. Karakter paling kanan teks pada window berfungsi sebagai landasan untuk menentukan jarak geser yang akan dilakukan. Hal ini terlihat pada Tabel 2.4 berikut. Tabel 2.4Iterasi Algoritma Horspool Pertama m T D H I W A A R I E P R A T A M A P P R A T A M A I Terdapat ketidakcocokan seperti yang terlihat pada Tabel 2.4. Karakter A adalah karakter paling kanan teks pada window. Pada tabel bad-match, nilai geser karakter A adalah 4. Maka, dilakukan pergeseran ke kanan pada window sebanyak 4 kali. Hal ini terlihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5Iterasi Algoritma Horspool Kedua m T D H I W A A R I E P R A T A M A P P R A T A M A I Pada Tabel 2.5, terdapat ketidak cocokan kembali antara karakter P dan A. Pada tabel bad-match, nilai geser karakter R adalah 6. Maka, dilakukan pergeseran ke kanan pada window sebanyak 6 kali. Hal ini terlihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6Iterasi Algoritma Horspool Ketiga m T D H I W A A R I E P R A T A M A P P R A T A M A I Pada Tabel 2.6, window telah berada pada akhir teks dan semua pattern cocok dengan teks. Seluruh pencocokan karakter menggunakan algoritma Horspool telah selesai dan berhenti pada iterasi ketiga.

18 Huruf Jepang Jenis Katakana Huruf Jepang memiliki beberapa jenis huruf yaitu Hiragana, Katakana, Kanji dan Roomaji. Tentu saja ke semua jenis huruf itu memiliki perbedaan dalam bentuk huruf dan penggunaanya. Dalam penelitian ini menitik beratkan pada huruf Katakana saja Huruf Katakana Di jaman dahulu huruf Katakana hanya digunakan oleh kaum lelaki, oleh karena itu bentuk hurufnya lurus-lurus. Digunakan untuk kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang kemudian diserap menjadi bahasa Jepang. Misalnya nama orang asing, nama negara dan kota asing (kecuali China dan Korea) dan bendabenda dari negara asing. Selain itu juga digunakan untuk menulis onomatope (bentuk kata yang menirukan suatu bunyi/suara, baik dari manusia, hewan atau benda Huruf Dasar Katakana Huruf dasar Katakana dapat dilihat pada gambar 2.8 di bawah ini : Gambar 2.8 Huruf Dasar Katakana

19 Huruf Tambahan Katakana Huruf tambahan Katakana dapat dilihat pada gambar 2.9 di bawah ini : Gambar 2.9 Huruf Tambahan Katakana

20 Huruf Gabungan Katakana Huruf gabungan Katakana dapat dilihat pada gambar 2.10 di bawah ini : Gambar 2.10 Huruf Gabungan Katakana

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Information Retrieval Information Retrieval atau sering disebut temu kembali infromasi adalah suatu sistem yang mampu melakukan penyimpanan, pencarian, dan pemeliharaan informasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam perancangan sistem pemindai meteran air pada platform android. Hal-hal ini meliputi sistematika pembacaan meteran

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Bila ditinjau dari sudut pandang

BAB 2 LANDASAN TEORI. sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Bila ditinjau dari sudut pandang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Citra (Image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Bila ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 String Matching 2.1.1 Pengertian String Matching String matching adalah pencarian sebuah pattern pada sebuah teks (Cormen, T.H. et al. 1994). String matching digunakan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakter ASCII ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode. Kode ASCII

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

1.1. Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara 2 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian judul skripsi Implementasi Global Tresholding Metode Otsu Dan OCR Tesseract Engine Dengan Algoritma Horspool Untuk Menerjemahkan

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Automatic Number Plate Recognition (ANPR) Berdasarkan penjelasan dari penelitian sebelumnya mengenai deteksi plat nomor, maka dapat disimpulkan bahwa pendeteksian ini sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kamus Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Kamus berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Automatic Number Plate Recognition Automatic Number Plate Recognition atau yang disingkat dengan ANPR adalah metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aplikasi Berbasis Web Aplikasi merupakan program yang berisikan perintah-perintah untuk melakukan pengolahan data. Secara umum, aplikasi adalah suatu proses dari cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kamus Kamus menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan dan makna,

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

Aplikasi String Matching Pada Fitur Auto-Correct dan Word-Suggestion

Aplikasi String Matching Pada Fitur Auto-Correct dan Word-Suggestion Aplikasi String Matching Pada Fitur Auto-Correct dan Word-Suggestion Johan - 13514206 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Adhika Aryantio School of Electrical Engineering and Informatics Institute Technology of Bandung 10th Ganeca Street Bandung, Indonesia. Adhikaaryantio.x6@gmail.com

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS Ikhwan Ruslianto KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS IKHWAN RUSLIANTO Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teks digital yang dapat dikenali oleh komputer maupun teks non digital seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. teks digital yang dapat dikenali oleh komputer maupun teks non digital seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi teks merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia dalam hal berkomunikasi. Informasi teks dapat diperoleh dalam bentuk teks digital yang

Lebih terperinci

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI Marina Gracecia1, ShintaEstriWahyuningrum2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Katolik Soegijapranata 1 esthergracecia@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Pencocokan String Algoritma pencocokan string merupakan komponen dasar dalam pengimplementasian berbagai perangkat lunak praktis yang sudah ada. String matching

Lebih terperinci

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Komang Budiarta,

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan, No.86, Renon, Denpasar, Bali Email: naser.jawas@gmail.com ABSTRAK Meter air adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen Yusfia Hafid Aristyagama (23214355) Electrical Engineering, Digital Media and Game Technology Institut Teknologi Bandung Bandung,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang transportasi darat khususnya kendaraan bermotor, semakin membantu masyarakat penggunanya, sehingga menjadikan kendaraan bermotor sebagai

Lebih terperinci

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC Naser Jawas STMIK STIKOM BALI naser.jawas@stikom-bali.ac.id Abstrak Binerisasi citra dokumen adalah sebuah langkah awal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS

WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS C. Pickerling Teknik Informatika,Sekolah Tinggi Teknik Surabaya e-mail: pickerling@stts.edu ABSTRAK Scrapbook merupakan salah satu kegemaran

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Secara umum penelitian pengenalan plat nomor kendaraan terdiri dari tiga tahapan [1][7][11], yaitu deteksi plat nomor kendaraan, segmentasi karakter,

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan kata dalam dunia teknologi informasi merupakan suatu permasalahan yang tidak asing dalam bidang kecerdasan buatan. Pengenalan kata dalam bidang kecerdasan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRING MATCHING DENGAN ALGORITMA BOYER MOORE PADA APLIKASI FONT ITALIC UNTUK DETEKSI KATA ASING

PENERAPAN STRING MATCHING DENGAN ALGORITMA BOYER MOORE PADA APLIKASI FONT ITALIC UNTUK DETEKSI KATA ASING PENERAPAN STRING MATCHING DENGAN ALGORITMA BOYER MOORE PADA APLIKASI FONT ITALIC UNTUK DETEKSI KATA ASING Rohmat Indra Borman 1), Agus Pratama 2) 1) Komputerisasi Akuntansi, STMIK Teknokrat 2) Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Muhammad Hanif Dwiadi¹, Sofia Naning Hertiana², Gelar Budiman³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas Telkom Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM).

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Di dalam desain penelitian ini akan menggambarkan proses pengenalan tulisan tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). Praproses Input

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian pesatnya, seperti penelitian segmentasi dokumen. Segmentasi dokumen membuat pengguna menjadi mudah

Lebih terperinci

Analisis Algoritma Knuth Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore dalam Proses Pencarian String

Analisis Algoritma Knuth Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore dalam Proses Pencarian String Analisis Algoritma Knuth Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore dalam Proses Pencarian String Rama Aulia Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM 3.1 Gambaran Umum Gambar 3.1 Gambar Keseluruhan Proses Secara Umum 73 74 Secara garis besar, keseluruhan proses dapat dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan pada saat ini semakin berkembang dengan pesat yang disertai dengan semakin banyaknya arus informasi dan ilmu pengetahuan ilmiah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION Jurnal Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 29 PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION Raden Sofian Bahri 1, Irfan Maliki 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengenalan citra merupakan suatu ilmu yang berguna untuk melakukan klasifikasi berdasarkan ciri atau sifat-sifat dari suatu objek. OCR atau Optical Character

Lebih terperinci

Kombinasi Algoritma Pattern Matching dan BFS-DFS pada aplikasi Music Discovery

Kombinasi Algoritma Pattern Matching dan BFS-DFS pada aplikasi Music Discovery Kombinasi Algoritma Pattern Matching dan BFS-DFS pada aplikasi Music Discovery Disusun Oleh : Levanji Prahyudy / 13513052 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Kombinasi Algoritma

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY DAN TEKNIK CONNECTED COMPONENT LABELING Oleh I Komang Deny Supanji, NIM 0815051052 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang 17 BAB II REKOGNISI KARAKTER NUMERIK 2.1 Gambaran Singkat Rekognisi Karakter Optik Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang dirancang untuk menerjemahkan teks baik berupa

Lebih terperinci

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto Media Informatika Vol. 14 No.3 (2015) Abstrak PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN Sudimanto Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Knuth Morris Pratt pada Alat Penerjemah Suara

Implementasi Algoritma Knuth Morris Pratt pada Alat Penerjemah Suara Implementasi Algoritma Knuth Morris Pratt pada Alat Penerjemah Suara Bima Laksmana Pramudita (13511042) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA BRUTE FORCE DALAM PENCARIAN DATA KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA BRUTE FORCE DALAM PENCARIAN DATA KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN IMPLEMENTASI ALGORITMA BRUTE FORCE DALAM PENCARIAN DATA KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN Mesran Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No.338 Simpang Limun Medan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB

Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB Dani Rohpandi 1), Asep Sugiharto 2),

Lebih terperinci

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017 Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING Michael Ryan dan Novita Hanafiah School of Computer Science, Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27,Kebon Jeruk, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara banyak fungsi komputer yang digunakan oleh manusia adalah. pencarian data serta pengurutan data (Handoyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diantara banyak fungsi komputer yang digunakan oleh manusia adalah. pencarian data serta pengurutan data (Handoyo, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini penggunaan komputer sudah merakyat dan hampir selalu digunakan untuk menjalankan berbagai aktivitas manusia. Diantara banyak fungsi komputer

Lebih terperinci

Aplikasi String Matching pada Plugin SMS Blocker untuk Validasi Pesan

Aplikasi String Matching pada Plugin SMS Blocker untuk Validasi Pesan Aplikasi String Matching pada Plugin SMS Blocker untuk Validasi Pesan Mario Tressa Juzar 13512016 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

Perbandingan Penggunaan Algoritma BM dan Algoritma Horspool pada Pencarian String dalam Bahasa Medis

Perbandingan Penggunaan Algoritma BM dan Algoritma Horspool pada Pencarian String dalam Bahasa Medis Perbandingan Penggunaan BM dan Horspool pada Pencarian String dalam Bahasa Medis Evlyn Dwi Tambun / 13509084 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Folder Sebuah directory (folder) adalah seperti ruangan-ruangan (kamar-kamar) pada sebuah komputer yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari berkas-berkas (file).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Meteran Air Meteran air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung,

Lebih terperinci

Penggunaan String Matching Dalam Mencari Kata Dalam Permainan Mencari Kata Dari Sebuah Matriks Huruf

Penggunaan String Matching Dalam Mencari Kata Dalam Permainan Mencari Kata Dari Sebuah Matriks Huruf Penggunaan String Matching Dalam Mencari Kata Dalam Permainan Mencari Kata Dari Sebuah Matriks Huruf Luthfi Kurniawan 13514102 1 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Pada penelitian ini, algoritma untuk identifikasi sidik jari tersusun dari 3 tahapan proses yakni tahap preprocessing fingerprint image, minutiae extraction, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan pola merupakan permasalahan kecerdasan buatan yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan pola merupakan permasalahan kecerdasan buatan yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan pola merupakan permasalahan kecerdasan buatan yang secara umum sering digunakan dalam sistem berbasis pengetahuan. Pengenalan pola memiliki peranan penting

Lebih terperinci

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Pattern Matching untuk Mengidentifikasi Musik Monophonic

Penerapan Algoritma Pattern Matching untuk Mengidentifikasi Musik Monophonic Penerapan Algoritma Pattern Matching untuk Mengidentifikasi Musik Monophonic Fahziar Riesad Wutono (13512012) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Algoritma ditemukan oleh seorang ahli matematika dari Uzbekistan, yang bernama Abu Ja far Muhammad Ibnu Al-Kwarizmi (770-840). Dalam bukunya yang berjudul Al-Jabr

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD Murinto, Resa Fitria Rahmawati Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Mencari Pola dalam Gambar dengan Algoritma Pattern Matching

Mencari Pola dalam Gambar dengan Algoritma Pattern Matching Mencari Pola dalam Gambar dengan Algoritma Pattern Matching Muhammad Farhan Majid (13514029) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENALAN PLAT NOMOR MELALUI CITRA DIGITAL DENGAN OPENCV

PERANCANGAN PENGENALAN PLAT NOMOR MELALUI CITRA DIGITAL DENGAN OPENCV PERANCANGAN PENGENALAN PLAT NOMOR MELALUI CITRA DIGITAL DENGAN OPENCV Abdillah Komarudin 1401139432 Program Studi Sistem Komputer, Universitas Bina Nusantara, abdee_dillah@yahoo.com Ahmad Teguh Satria

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen, dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 3.1 Pengumpulan Data Tahap ini merupakan langkah awal dari penelitian. Dataset

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma BFS dan String Matching pada Tag Suggestions di Facebook

Aplikasi Algoritma BFS dan String Matching pada Tag Suggestions di Facebook Aplikasi Algoritma BFS dan String Matching pada Tag Suggestions di Facebook Catherine Pricilla 13514004 1 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) dua dimensi, dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Pencarian Potongan Gambar Menggunakan Algoritma Boyer Moore

Pencarian Potongan Gambar Menggunakan Algoritma Boyer Moore Pencarian Potongan Gambar Menggunakan Algoritma Boyer Moore Andrian Octavianus-13512602 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 590~595 PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION 590 Indra Gunawan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem parkir khususnya untuk parkir mobil di tempat-tempat pusat perbelanjaan di Indonesia pada umumnya sudah menerapkan sistem otomatis. Setiap mobil yang

Lebih terperinci

BAB IV PREPROCESSING

BAB IV PREPROCESSING BAB IV PREPROCESSING 4.1 Langkah yang Dilakukan Interpretasi visual citra Pap smear merupakan hal yang sangat rumit. Hal ini disebabkan karena citra Pap smear memberikan hasil sel yang beragam mulai dari

Lebih terperinci

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter Roslyn Yuniar Amrullah 7406040026 Abstrak Computer Vision merupakan disiplin ilmu perpanjangan dari pengolahan citra digital dan kecerdasan buatan.

Lebih terperinci

TECHNICAL REPORT PENGGUNAAN ALGORITMA PENCOCOKAN STRING BOYER-MOORE DALAM MENDETEKSI PENGAKSESAN SITUS INTERNET TERLARANG

TECHNICAL REPORT PENGGUNAAN ALGORITMA PENCOCOKAN STRING BOYER-MOORE DALAM MENDETEKSI PENGAKSESAN SITUS INTERNET TERLARANG TECHNICAL REPORT PENGGUNAAN ALGORITMA PENCOCOKAN STRING BOYER-MOORE DALAM MENDETEKSI PENGAKSESAN SITUS INTERNET TERLARANG Ario Yudo Husodo Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR. Abstrak

UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR. Abstrak UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR Teady Matius Surya Mulyana tmulyana@bundamulia.ac.id, teadymatius@yahoo.com Teknik Informatika Universitas Bunda Mulia Abstrak Kebutuhan binarisasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memindahkan data secara manual ke dalam komputer untuk dapat diolah lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. memindahkan data secara manual ke dalam komputer untuk dapat diolah lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang terus berkembang membuat sistem komputerisasi bergerak dengan cepat, namun hal ini tidak seimbang dengan kemampuan manusia memindahkan data secara manual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci