BAB 2 LANDASAN TEORI. sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Bila ditinjau dari sudut pandang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Bila ditinjau dari sudut pandang"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Citra (Image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Bila ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dan intensitas cahaya pada bidang 2 dimensi. (Rinaldi Munir, 2004) Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun seringkali citra yang dimiliki mengalami penurunan mutu misalnya mengandung cacat, warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring), dan sebagainya. Tentu saja citra seperti ini menjadi lebih sulit diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi berkurang. Agar citra yang mengalami gangguan menjadi lebih mudah diinterpretasikan baik oleh manusia maupun oleh komputer, maka citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik. Bidang studi yang menyangkut hal ini adalah pengolahan citra (image processing). 2.2 Ekstraksi Kontur Menurut Pedro dalam jurnal yang berjudul Computational Geometry of Contour Extraction pada tahun 2009, menjelaskan kontur adalah garis batas dari bentuk geometris dalam gambar digital. Karena identifikasi kontur sangat penting untuk

2 10 menganalisis isi gambar, ekstraksi kontur menjadi salah satu bagian penting dalam masalah computer vision dan pengenalan pola. Gambar 2.1 (a) Bentuk dari sebuah citra digital (b) Kontur dari sebuah citra mobil Algoritma ekstraksi kontur terdapat dua tahapan utama. Tahap pertama adalah preprocessing untuk mengekstrak satu set poin berorientasi dari input gambar. Tahap kedua menentukan kontur diantara titik yang berorientasi menggunakan geometri. Tahap kedua terebut masih terdiri lagi dari beberapa langkah yaitu titik disaring dengan teknik pengelompokkan, selanjutnya titik dihubungkan berdasarkan kedekatan dan orientasi ke jalur yang mewakili kontur, dan akhirnya jalur yang disederhanakan dengan mengurangi jumlah titik yang mereka miliki. (Pedro.et al, 2009, p1) Prinsip Edge Detection untuk Pencarian Letak Plat Nomor Menurut Nelson dalam jurnalnya yang berjudul Plate Recognition pada tahun 2007 menjelaskan, langkah pertama untuk pengenalan plat nomor otomatis adalah deteksi area plat nomor kendaraan. Permasalahan ini mencakup algoritma yang mampu mendeteksi area persegi dari plat nomor pada image asli. Plat nomor didefinisikan sebagai area persegi panjang dengan terjadinya peningkatan pada tepi horizontal dan vertikal.

3 11 Pendeteksian tepi merupakan langkah pertama untuk melingkupi informasi di dalam citra. Tepi mencirikan batas-batas objek dan karena itu tepi berguna untuk proses segmentasi dan identifikasi objek di dalam citra. Tujuan operasi pendeteksian tepi (edge detection) adalah untuk meningkatkan penampakan garis batas suatu daerah atau objek di dalam citra. (Munir, 2004) Edge Detection dengan Operator Gradien Pertama Menurut Martinsky dalam tesis yang berjudul Algorithmic and Mathematical Principles Of Automatic Number Plates Recognition Systems pada tahun 2007, menyatakan bahwa perubahan intensitas yang besar dalam jarak yang singkat dipandang sebagai fungsi yang memiliki kemiringan yang besar. Kemiringan fungsi biasanya dilakukan dengan menghitung turunan pertama (gradient). Menurut Rinaldi Munir dalam buku yang berjudul Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik pada tahun 2004, karena citra f(x,y) adalah fungsi dua dimensi dalam bentuk diskrit, maka turunan pertamanya adalah secara parsial, masingmasing dalam arah x dan dalam arah y sebagai berikut: dalam hal ini,,,,,,, Biasanya 1, sehingga persamaan turunan pertama menjadi:

4 12,, 1,,, 1, Kedua turunan tersebut dapat dipandang sebagai dua buah mask konvolusi atau template sebagai berikut: 1 1 dan 1 1 Berdasarkan konvolusi dengan kedua mask (template) tersebut, kita menghitung kekuatan tepi G[f(x,y)], yang merupakan magnitude dari gradien untuk setiap pixel:, Sedangkan arah tepi, untuk setiap pixel:, Menurut Rinaldi Munir (2004), karena menghitung akar merupakan persoalan rumit, maka dalam praktek kekuatan tepi biasanya disederhanakan perhitungannya dengan menggunakan pendekatan salah satu dari alternatif rumus berikut:,, atau (1),, atau (2), max,, atau..(3), max, (4) Dalam praktek, persamaan (1) dan (4) biasanya lebih disukai dan lebih mudah dikerjakan karena mengandung jumlah operasi aritmetika yang lebih sedikit.

5 13 Hasil pendeteksian tepi adalah citra tepi (edge image) yang dinotasikan sebagai g(x,y), yang nilai setiap pixel-nya menyatakan kekuatan tepi, ditunjukkan oleh persamaan matematika:,, Dalam menentukan apakah suatu pixel merupakan tepi atau bukan, dapat dinyatakan dengan operasi pengambangan berikut:, 1,, 0, Dalam hal ini T adalah nilai ambang (threshold), piksel tepi dinyatakan putih sedangkan piksel bukan tepi dinyatakan hitam. 2.3 Prosedur ALPR ALPR singkatan dari Automatic License Plate Recognition. Sebenarnya banyak istilah yang intinya mengarah pada pengenalan plat nomor secara otomatis selain ALPR, diantaranya ANPR (Automatic Number Plate Recognition) atau Car Plate Recognition atau LPR (License Plate Recognition). Menurut Wawrzyniak dalam License plate localization and recognition in camera pictures pada tahun 2002, ALPR melibatkan sejumlah langkah-langkah proses prosedural di antara adalah: a) Ekstrak wilayah tertentu dari frame. b) Konversikan ke skala abu-abu (gray scale). c) Lakukan deteksi tepi (edge detection) berdasarkan thresholding otomatis atau manual. d) Buat atau bangkitkan list of objects (blobs) dengan dimensi minimum

6 14 Dalam computer vision, blob detection mengacu pada modul visual yang bertujuan untuk mendeteksi poin atau daerah dalam gambar yang berbeda dalam sifat-sifat seperti kecerahan atau warna yang dibandingkan dengan sekitarnya. e) Ekstrak rectangular blobs (yang membatasi rasio aspek sesuai) dari citra skala abu-abu (gray scale) Setelah terbentuk blob, maka dilakukan ekstraksi sampai seluruh blob akhirnya membentuk suatu rectangle (persegi panjang). f) Terapkan Otsu Thresholding ke blobs yang sudah diekstrak. Dalam computer vision dan pengolahan citra (image processing), metode Otsu digunakan secara otomatis melakukan bentuk berbasis histogram citra thresholding, atau reduksi gambar gray level ke citra biner. Algoritma ini mengasumsikan bahwa gambar yang akan di-threshold berisi dua kelas pixel atau bimodal histogram (misalnya latar depan atau latar belakang) kemudian menghitung optimum threshold yang memisahkan dua kelas intra class varians adalah minimal. g) Buat atau bangkitkan lists of objects (blobs) dari blob yang telah diekstrak. h) Lakukan iterasi atau perulangan melalui blobs jika jumlah minimum ditemukan. i) Hapus blob dengan dimensi luar 20% dari rata-rata yang diekstrak. j) Buat gambar baru dari blob yang diekstrak (vertikal untuk memastikan karakter dan tidak ekstraksi kata dari OCR) k) Masukkan gambar baru tersebut ke OCR (digunakan tesseract OCR open source). l) Lakukan parsing hasil OCR.

7 Optical Character Recognition (OCR) Manusia mengenali objek-objek yang ada di sekelilingnya, dengan cara ini mata menerapkan mekanisme optik. Namun sementara otak melihat input, kemampuan untuk memahami sinyal-sinyal ini bervariasi pada setiap orang sesuai dengan banyak faktor. Begitu halnya dengan OCR (Optical Character Recognition). Teknologi ini memungkinkan mesin untuk secara otomatis mengenali karakter melalui mekanisme optik. (AIM.Inc, 2000) AIM. Inc dalam artikel berjudul Optical Character Recognition pada tahun 2000 juga menjelaskan, OCR banyak digunakan untuk mengkonversi buku-buku dan dokumen ke dalam bentuk file elektronik, misalnya dalam bentuk PDF dan lain sebagainya, untuk mengkomputerisasi sistem pencatatan misalnya di kantor, atau untuk mempublikasikan teks pada website. OCR memungkinkan untuk mengedit teks, mencari kata atau frase, dan menerapkan teknik seperti mesin penerjemahan, text-to-speech dan text mining. OCR biasa digunakan untuk bidang penelitian dalam pengenalan pola, kecerdasan buatan (artificial intelligent) dan computer vision. Sistem OCR memerlukan kalibrasi untuk membaca font yang spesifik, versi awal harus diprogram dengan gambar karakter masing-masing, dan bekerja pada satu font pada suatu waktu. Sistem cerdas (intelligent system) dengan tingkat akurasi yang tinggi pengakuan untuk font yang paling sekarang umum. Beberapa sistem mampu mereproduksi output diformat yang erat mendekati halaman yang dipindai asli termasuk gambar, kolom dan non-tekstual komponen. (Nelson, 2007)

8 16 Secara umum, proses pengenalan karakter yang dilakukan oleh OCR disajikan pada diagram di bawah ini. Segmentasi Normalisasi Ekstraksi Fitur Hasil Pengenalan Gambar 2.2 Proses pengenalan oleh OCR secara umum Proses segmentasi bertujuan untuk memisahkan wilayah (region) objek dengan wilayah latar belakang agar objek dalam citra mudah dianalisis dalam rangka mengenali objek. Dengan demikian citra yang besar terdiri dari objek karakter dapat disegmentasi menjadi masing-masing karakter. Proses selanjutnya adalah normalisasi, yang di dalamnya masih terdapat 2 proses lagi yaitu: Scalling, adalah fungsi untuk mengubah ukuran suatu gambar dimana scalling merupakan istilah yang cenderung untuk memperbesar gambar, dan shrink untuk memperkecil gambar. Thinning, adalah operasi morfologi yang digunakan untuk menghapus piksel foreground yang terpilih dari gambar biner, biasanya digunakan untuk proses mencari tulang dari sebuah objek. Langkah selanjutnya adalah ekstraksi fitur (feature extraction). Feature Extraction adalah suatu proses analisis citra dalam mengidentifikasi sifat-sifat yang

9 17 melekat dari tiap-tiap karakter atau disebut juga dengan fitur dari sebuah objek yang terdapat dalam citra. Karakteristik ini digunakan dalam mendeskripsikan sebuah objek atau atribut dari sebuah obyek, kemudian fitur yang dimiliki oleh karakter dapat digunakan sebagai proses recognition. Setelah langkah-langkah di atas selesai dilakukan, maka OCR siap untuk melakukan tahap pengenalan dan akan memberikan output atau hasil pengenalan karakter angka maupun huruf. Saat ini banyak sekali OCR yang ada, salah satunya adalah tesseract ocr yang akan dibahas selanjutnya. 2.5 Tesseract OCR Tesseract adalah engine open source OCR yang awalnya dikembangkan HP (Hewlett-Packard) antara tahun 1984 dan Tesseract dimulai dari sebuah proyek penelitian PhD di HP Laboratorium, Bristol oleh Ray Smith. Setelah penelitian bersama antara HP Labs Bristol dan Scanner HP divisi di Colorado, tesseract secara signifikan memimpin dalam akurasi atas mesin komersial tetapi tidak menjadi produk. (Ray Smith, 2005, p1) Tahap perkembangan berikutnya kembali di HP Lab Bristol sebagai investigasi OCR untuk kompresi. Pada akhir proyek ini, pada tahun 1994, pengembangan berhenti sepenuhnya. Mesin ini dikirim ke UNLV (University Nevada Las Vegas) pada tahun 1995 menjalani tes akurasi tahunan OCR. (Ray Smith, 2005)

10 Artitektur Tesseract Gambar 2.3 Arsitektur tesseract Tesseract OCR mengasumsikan input yang diterima berupa sebuah binary image. Pertama, analisis dilakukan pada komponen terhubung/connected Component (CC) untuk menemukan di mana outline komponen disimpan. Pada tahap ini outlines dikumpulkan bersama menjadi blob. Blob disusun menjadi baris teks, sedangkan garis dan region dianalisis untuk pitch tetap dan teks proporsional. Baris teks dipecah menjadi kata-kata berbeda menurut jenis spasi karakter. Teks dengan pitch tetap dibagi menjadi sel-sel karakter. Teks proporsional dipecah menjadi kata-kata dengan menggunakan ruang pasti dan ruang fuzzy. Pengenalan kata pada image dilakukan pada dua tahap proses yang disebut pass-two (Smith, 2009). Pada pass pertama dilakukan untuk mengenali masing-masing kata pada gilirannya. Kata-kata yang sukses pada pass pertama yaitu kata-kata yang terdapat di kamus dan tidak ambigu kemudian diteruskan ke adaptive classifier sebagai data pelatihan. Begitu adaptive classifier memiliki sampel yang cukup, adaptive classifier ini dapat memberikan hasil klasifikasi bahkan pada pass pertama. Proses pass kedua

11 19 dilakukan untuk mengenali kata-kata yang mungkin saja kurang dikenali atau terlewatkan pada pass pertama, pada tahap ini adaptive classifier telah memperoleh informasi lebih dari pass pertama. Tahap terakhir menyelesaikan ruang fuzzy dan memeriksa hipotesis alternatif pada ketinggian-x untuk mencari teks dengan smallcap. Tesseract dirancang untuk mengenali teks putih di atas latar hitam dan teks hitam di atas latar putih. Hal ini menyebabkan rancangan mengarah pada analisis komponen terhubung/connected component (CC) dan operasi pada outline komponen. Langkah pertama setelah analisis CC ialah menemukan blob pada region teks. Sebuah blob merupakan unit putatif yang dapat diklasifikasikan, yang mana bisa satu atau lebih komponen-komponen yang saling tumpang tindih secara horizontal. Menurut Smith (2009) ada beberapa langkah yang dilakukan oleh tesseract untuk pengenalan karakter adalah sebagai berikut : Pencarian Teks-Line dan Kata Algoritma line finding dirancang supaya halaman yang miring dapat dikenali tanpa harus de-skew (proses untuk mengubah halaman yang miring menjadi tegak lurus) sehingga tidak menurunkan kualitas gambar. Kunci bagian proses ini adalah blob filtering dan line construction. (Smith, 2009,p1). Filtered blob lebih cenderung cocok dengan model non-overlapping, parallel, tetapi berupa garis-garis miring (sloping line). Pemrosesan blob oleh koordinat x memungkinkan untuk menetapkan blob ke sebuah baris teks yang unik. Sementara penelusuran kemiringan di seluruh halaman, dengan banyak mengurangi bahaya penugasan ke baris teks yang salah dengan adanya kemiringan (skew). Setelah blob tersaring ditetapkan ke garis, sebuah median terkecil dari kotak-kotak yang cocok

12 20 digunakan untuk memperkirakan baseline, dan blob yang sudah difilter dengan baik dipasang kembali ke garis yang sesuai. (Ray Smith, 2009, p2) Langkah terakhir dari proses pembuatan garis (line creation) adalah menggabungkan blob yang overlapping, menempatkan diacritical marks dengan dasar yang tepat, dan menghubungkan bagian-bagian dari beberapa karakter yang rusak secara benar. (Ray Smith, 2009, p2) Baseline Fitting Setelah baris teks telah ditemukan, garis pangkal (baseline) dicocokan secara lebih tepat menggunakan quadratic spline. Hal ini merupakan salah satu kelebihan sistem OCR dan memungkinkan tesseract untuk menangani halaman dengan garis pangkal (baseline) yang miring. (Ray Smith, 2009, p2) Baseline dicocokan oleh partisi blob menjadi beberapa kelompok dengan sebuah perpindahan kontinu yang cukup layak untuk garis pangkal lurus yang asli. Quadratic spline dicocokan ke partisi yang paling padat (diasumsikan sebagai baseline) dengan kuadrat terkecil. Quadratic spline memiliki keuntungan bahwa perhitungan ini cukup stabil tetapi merugikan jika muncul diskontinuitas ketika beberapa segmen spline diperlukan. Dalam hal ini, cubic spline bekerja lebih baik. (Ray Smith, 2009, p2) Gambar 2.4 Contoh halaman dengan baseline miring Perkiraan Ketinggian X Pada Teks Setelah menemukan baris teks dan menyusun blok blob menjadi baris-baris, Tesseract mengestimasi ketinggian-x untuk setiap baris teks. Pertama, algoritma estimasi ketinggian-x menentukan batas-batas maksimum dan minimum dari ketinggian-

13 21 x yang dapat diterima berdasarkan ukuruan garis inisial yang dihitung untuk blok. Kemudian, setiap baris secara terpisah, ketinggian bounding box blob terjadi pada garis dikuantisasi dan dikumpulkan menjadi sebuah histogram. Dari histogram ini, algoritma pencarian ketinggian-x mencari ketinggian dua mode yang paling sering terjadi yang cukup jauh terpisah untuk menjadi ketinggian-x dan ketinggian-ascender. Untuk mengantisipasi noise, algoritma memastikan mode ketinggian yang diambil menjadi ketinggian-x dan ketinggian-ascender memiliki jumlah yang cukup atau kejadiankejadian relatif terhadap jumlah keseluruhan blob pada baris Chopping atau Pemotongan Karakter Tesseract menguji garis teks (text line) untuk menentukan apakah mereka merupakan fixed pitch. Bila ditemukan fixed pitch text, tesseract memotong kata-kata menjadi karakter-karakter. (Ray Smith, 2009, p2) Gambar 2.5 Pemotongan karakter Pemisahan Karakter Terhubung Apabila hasil dari pengenalan kata tidak memuaskan, tesseract berusaha untuk memperbaiki hasil dengan memisahkan blob dengan keyakinan terburuk dari pengklasifikasian (classifier) karakter. Kandidat untuk titik-titik pemisahan ditemukan dari simpul cekung dari pendekatan poligonal outline dan mungkin saja terdapat titik cekung berlawanan lainnya atau segmen garis. Ini akan menghabiskan sampai 3 pasang titik pemotongan untuk memisahkan karakter yang terhubung dari set ASCII. (Ray Smith, 2009, p3)

14 22 Gambar 2.6 Kandidat Titik Potong Gambar 2.6 di atas menunjukkan satu set calon titik potong (chop points) dengan tanda panah dan potongan terpilih sebagai sebuah garis melintasi kerangka dimana huruf r bersentuhan dengan m. (Ray Smith, 2005, p3) Asosiasi Karakter Patah Ketika potongan yang potensial tidak ada lagi, ketika kata tersebut masi belum cukup baik, hal ini diberikan kepada associator. Associator membuat pencarian A* (best first search) dari segmentasi grafik yang mungkin kombinasi dari blob yang dipotong secara maksimal ke dalam kandidat karakter. Ketika A* segmentation digunakan untuk diimplementasikan pertama kali pada tahun 1989, akurasi tesseract terhadap karakter yang rusak cukup baik yang menjadikan tesseract mesin komersial pada saat itu. (Ray Smith, 2005, p3) Gambar 2.7 Sebuah kata yang rusak bisa dikenali Klasifikasi Bentuk Static Classifier Sebuah versi awal dari tesseract digunakan topologi fitur yang dikembangkan dari karya Shillman. Ide selanjutnya melibatkan penggunaan segmen dari poligonal

15 23 pendekatan sebagai fitur, tapi pendekatan ini juga tidak cukup kuat untuk karakter yang rusak. Solusi terobosan yang digunakan adalah gagasan bahwa fitur yang tidak diketahui tidak perlu sama dengan fitur dalam data pelatihan. Selama pelatihan, segmen dari pendekatan poligonal digunakan untuk feature, namun pada proses pengenalan, feature kecil yang panjangnya tetap (dalam unit ternormalisasi) diekstraksi dari outline dan dicocokkan secara many-to-one terhadap prototipe feature yang ter-cluster pada data pelatihan. (Ray Smith, 2009,p3) Adaptive Classifier Tesseract tidak menggunakan template classifier, tetapi menggunakan feature yang sama seperti static classifier. Perbedaan yang signifikan antara static classifier dan adaptive classifier, terlepas dari data pelatihan, adaptive classifier menggunakan normalisasi isotropic baseline/x-height, sedangkan static classifier menormalisasi karakter oleh centroid (momen pertama) untuk posisi dan momen kedua untuk normalisasi ukuran yang anisotropic. (Ray Smith, 2005, p4) Feature merupakan komponen pendekatan poligonal dari outline sebuah bentuk. Pada training, vektor fitur 4 dimensi (x, posisi-y, arah, panjang) diturunkan dari setiap elemen pendekatan poligonal dan dikelompokkan untuk membentuk prototipikal vektor fitur. Pada pengenalan, elemen-elemen poligon dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih pendek dengan panjang yang sama, sehingga dimensi panjang dieliminasi dari vektor fitur. Beberapa fitur pendek dicocokkan dengan setiap fitur prototipikal dari training, hal ini membuat proses klasifikasi lebih kuat terhadap karakter yang terputus. (Ray Smith, 2005, p5)

16 24 Gambar 2.8 (a) Prototipe huruf h (b) Pencocokan huruf h terhadap prototipe 2.6 EmguCV EmguCV merupakan suatu library open source lintas platform. EmguCV sebenarnya adalah.net Wrapper pada OpenCV library image processing. EmguCV dapat memanggil fungsi-fungsi pada OpenCV dari bahasa pemrograman kompatibel seperti C#, VB, C++, IronPhyton, dan lain sebagainya. EmguCV dapat dikompilasi di Mono dan dijalankan pada sistem operasi linux, MacOS, windows, dan lain sebagainya. (emgucv.com) Kelebihan EmguCV diantaranya adalah: 1. Lintas Platform Tidak seperti wrapper lainnya seperti opencv.net, sharpercv.net yang mana menggunakan code yang tidak aman. EmguCV ditulis sepenuhnya menggunakan bahasa pemrograman C#. 2. Dapat digunakan untuk lintas bahasa pemrograman dan diberikan contoh code EmguCV dapat digunakan untuk beberapa bahasa pemrograman seperti C#, VB.Net, C++, dan IronPhyton. 3. Terdapat kelas gambar dengan warna generic dan memiliki kedalaman.

17 25 4. Dapat menggunakan fungsi-fungsi opencv. 2.7 Software Engineering Menurut Roger S. Pressman dalam bukunya yang berjudul Software Engineering A Practitioners Approach 7 edition (2010), Software Engineering (Rekayasa Piranti Lunak) merupakan teknik rekayasa pengembangan piranti lunak (software) dengan menggunakan metode atau tahapan-tahapan pengembangan software untuk menghasilkan software yang berkualitas Model Proses Prototyping Dalam suatu kegiatan rekayasa pengembangan piranti lunak (software), diperlukan model proses yang sesuai. Dalam skripsi ini, akan digunakan model proses prototyping untuk proses pengembangan piranti lunaknya, yang tahapannya disajikan dalam gambar 2.9 berikut ini.

18 26 Gambar 2.9 Model Proses Prototyping Dari beberapa model proses yang ada dalam software engineering, dipilih model proses prototyping untuk diaplikasikan dalam pembuatan skripsi ini karena dalam prototyping dituntut lebih cepat dalam tahapan pembuatan software sehingga lebih cocok diterapkan untuk menyelesaikan skripsi yang memerlukan waktu pembuatan software tidak banyak. Software yang dihasilkan nanti hanya dalam bentuk prototype sederhana yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut. Roger S. Pressman menambahkan bahwa dalam merancang suatu prototype, diperlukan tahapan-tahapan dalam model proses prototyping meliputi:

19 27 1. Communication Pelanggan dan pengembang bertemu bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat. 2. Planning Melakukan perencanaan pembuatan perangkat lunak secara cepat yaitu membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output). 3. Modelling Rencana pembuatan perangkat lunak, selanjutnya dilakukan pemodelan sistem yang akan dibuat. Lalu dilakukan evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil. Jika tidak, prototyping direvisi dengan mengulangi langkah 1, 2, dan Construction Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai. 5. Deployment Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain. Selanjutnya Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Jika ya, perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap

20 28 untuk digunakan.dilakukan. Jika tidak, dilakukan kembali konstruksi sistem testing, dan evaluasi Kelebihan dan Kelemahan Prototyping Model proses prorotyping terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan. (Pressman, 2010,p73) Adapun keunggulan prototyping adalah: 1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan. 2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan. 3. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem. 4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem. 5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya. Namun model proses prototyping memiliki kelemahan (Pressman, 2010, p76), sebagai berikut: 1. Proses analisis dan perancangan perangkat lunak terlalu singkat. 2. Biasanya model proses prototyping mengesampingkan alternatif pemecahan masalah. 3. Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari bahwa perangkat lunak yang ada belum mencantumkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan juga belum memikirkan kemampuan pemeliharaan untuk jangka waktu lama. 4. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek. Sehingga menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk membuat prototyping lebih cepat selesai. 5. Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah diubah. 6. Biasanya model proses prototyping kurang fleksibel bila terjadi perubahan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Automatic Number Plate Recognition (ANPR) Berdasarkan penjelasan dari penelitian sebelumnya mengenai deteksi plat nomor, maka dapat disimpulkan bahwa pendeteksian ini sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Automatic Number Plate Recognition Automatic Number Plate Recognition atau yang disingkat dengan ANPR adalah metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Image Preprocessing Masalah umum pada tahap awal proses preprocessing OCR adalah menyesuaikan orientasi area teks. Baris teks seharusnya sejajar dengan batas gambar. Pada

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. negara misalnya untuk penegakkan hukum oleh polisi (police enforcement). Sistem ini

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. negara misalnya untuk penegakkan hukum oleh polisi (police enforcement). Sistem ini BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Kebutuhan User Beberapa aplikasi pengenalan plat nomor sudah banyak digunakan di beberapa negara misalnya untuk penegakkan hukum oleh polisi (police enforcement).

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENALAN PLAT NOMOR MELALUI CITRA DIGITAL DENGAN OPENCV

PERANCANGAN PENGENALAN PLAT NOMOR MELALUI CITRA DIGITAL DENGAN OPENCV PERANCANGAN PENGENALAN PLAT NOMOR MELALUI CITRA DIGITAL DENGAN OPENCV Abdillah Komarudin 1401139432 Program Studi Sistem Komputer, Universitas Bina Nusantara, abdee_dillah@yahoo.com Ahmad Teguh Satria

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

Pengenalan Plat Nomor Kendaraan Secara Otomatis Untuk Pelanggaran Lalu Lintas

Pengenalan Plat Nomor Kendaraan Secara Otomatis Untuk Pelanggaran Lalu Lintas Pengenalan Plat Nomor Kendaraan Secara Otomatis Untuk Pelanggaran Lalu Lintas. Riza Prasetya Wicaksana Teknik Komputer dan Telematika Jurusan Teknik Elektro Insitut Teknologi Sepuluh Nopember Suarabaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memindahkan data secara manual ke dalam komputer untuk dapat diolah lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. memindahkan data secara manual ke dalam komputer untuk dapat diolah lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang terus berkembang membuat sistem komputerisasi bergerak dengan cepat, namun hal ini tidak seimbang dengan kemampuan manusia memindahkan data secara manual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL Muhammad Affandes* 1, Afdi Ramadani 2 1,2 Teknik Informatika UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kontak Person : Muhammad

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen Yusfia Hafid Aristyagama (23214355) Electrical Engineering, Digital Media and Game Technology Institut Teknologi Bandung Bandung,

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1 DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ Muhammad Imron Rosadi 1 Prodi Teknik Informatika, Universitas Yudharta Pasuruan Purwosari 67162 Pasuruan Jawa Timur 1 Email : Imron_uyp@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Muhammad Hanif Dwiadi¹, Sofia Naning Hertiana², Gelar Budiman³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas Telkom Abstrak

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA PLAT NOMOR KENDARAAN BERBASIS CHAIN CODE

PENGENALAN POLA PLAT NOMOR KENDARAAN BERBASIS CHAIN CODE PENGENALAN POLA PLAT NOMOR KENDARAAN BERBASIS CHAIN CODE Muhammad Luqman Afif - A11.2009.04985 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRAK Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Meteran Air Meteran air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Plat mobil merupakan nomor identitas dari setiap mobil yang ada. Tentunya setiap mobil yang ada mempunyai plat nomor yang berbeda untuk masing-masing menunjukkan identitas kendaraan tersebut.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer Vision didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana computer dapat mengenali obyek yang diamati. Computer Vision

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teks digital yang dapat dikenali oleh komputer maupun teks non digital seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. teks digital yang dapat dikenali oleh komputer maupun teks non digital seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi teks merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia dalam hal berkomunikasi. Informasi teks dapat diperoleh dalam bentuk teks digital yang

Lebih terperinci

Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB

Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB Dani Rohpandi 1), Asep Sugiharto 2),

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang transportasi darat khususnya kendaraan bermotor, semakin membantu masyarakat penggunanya, sehingga menjadikan kendaraan bermotor sebagai

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD Murinto, Resa Fitria Rahmawati Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad

Lebih terperinci

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN) Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN) Iman Ilmawan Muharam Manajemen Sistem Informasi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat ilmawan@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan, No.86, Renon, Denpasar, Bali Email: naser.jawas@gmail.com ABSTRAK Meter air adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC Naser Jawas STMIK STIKOM BALI naser.jawas@stikom-bali.ac.id Abstrak Binerisasi citra dokumen adalah sebuah langkah awal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto Media Informatika Vol. 14 No.3 (2015) Abstrak PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN Sudimanto Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Secara umum penelitian pengenalan plat nomor kendaraan terdiri dari tiga tahapan [1][7][11], yaitu deteksi plat nomor kendaraan, segmentasi karakter,

Lebih terperinci

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Komang Budiarta,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017 Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING Michael Ryan dan Novita Hanafiah School of Computer Science, Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27,Kebon Jeruk, Jakarta

Lebih terperinci

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang 17 BAB II REKOGNISI KARAKTER NUMERIK 2.1 Gambaran Singkat Rekognisi Karakter Optik Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang dirancang untuk menerjemahkan teks baik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) dua dimensi, dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 48 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 2012. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA. thresholding

SEGMENTASI CITRA. thresholding SEGMENTASI CITRA Dalam visi komputer, Segmentasi adalah proses mempartisi citra digital menjadi beberapa segmen (set piksel, juga dikenal sebagai superpixels). Tujuan dari segmentasi adalah untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian pesatnya, seperti penelitian segmentasi dokumen. Segmentasi dokumen membuat pengguna menjadi mudah

Lebih terperinci

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Review Paper Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Agus Zainal Arifin a,*, Akira Asano b a Graduate School of Engineering, Hiroshima University, 1-4-1 Kagamiyama,

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan salah satu panca indra yang digunakan manusia untuk melihat. Namun mata manusia memiliki keterbatasan dalam menangkap sinyal elektromagnetik.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teks Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks pada citra digital dan mengalihkannya pada dokumen digital. Aplikasi dari teknologi pengenalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Citra Citra merupakan istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT Andhika Pratama, Izzati Muhimmah Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN ALGORITMA FAST CONNECTIVE HOUGH TRANSFORM DAN ANALISIS HISTOGRAM UNTUK MENENTUKAN LOKASI PLAT NOMOR

2015 PENGGUNAAN ALGORITMA FAST CONNECTIVE HOUGH TRANSFORM DAN ANALISIS HISTOGRAM UNTUK MENENTUKAN LOKASI PLAT NOMOR BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pengawasan menggunakan kamera merupakan salah satu aplikasi praktis dari perkembangan teknologi yang dapat membantu permasalahan seharihari. Dengan sistem pengawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Sri Enggal Indraani, Ira Dhani Jumaddina, Sabrina Ridha Sari Sinaga (enggal24@gmail.com, Ira.dhani5393@gmail.com,

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem parkir khususnya untuk parkir mobil di tempat-tempat pusat perbelanjaan di Indonesia pada umumnya sudah menerapkan sistem otomatis. Setiap mobil yang

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila, Handayani Tjandrasa, dan Nanik

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Digital FAJAR ASTUTI H, S.KOM., M.KOM

Pengolahan Citra Digital FAJAR ASTUTI H, S.KOM., M.KOM Pengolahan Citra Digital FAJAR ASTUTI H, S.KOM., M.KOM PENILAIAN TUGAS : 30% UTS : 30% UAS : 40% REFERENSI Slides & Hand outs; Digital Image Processing; Rafael C. Gonzalez & Richard E Woods; Addison Wesley

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan proses pengolahan citra digital (digital image processing), dimana data berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan proses pengolahan citra digital (digital image processing), dimana data berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya, komputer hanya dapat digunakan untuk melakukan pemrosesan terhadap data numerik. Tetapi pada sekarang ini, komputer telah membawa banyak perubahan dan

Lebih terperinci

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP. 1202 109 022 Teknologi fotografi pada era sekarang ini berkembang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan adanya kamera digital. Bentuk dari kamera digital pada umumnya kecil,

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK Pemrosesan gambar secara digital telah berkembang dengan cepat. Pengolahan gambar ini didukung dengan kemajuan teknologi perangkat keras yang signifikan. Produk produk pengolah

Lebih terperinci

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan energi listrik merupakan suatu kebutuhan atau tuntutan hidup yang tidak dapat dipisahkan untuk memenuhi menunjang aktivitas sehari hari. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Wawan Kurniawan Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi wwnkurnia79@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks, tetapi sangat dapat diandalkan. Sistem ini memberikan sarana pengenalan obyek yang

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Optical Character Recognition Untuk Mendeteksi Plat Nomor Kendaraan

Penerapan Teknologi Optical Character Recognition Untuk Mendeteksi Plat Nomor Kendaraan Penerapan Teknologi Optical Character Recognition Untuk Mendeteksi Plat Nomor Kendaraan Kiki Kusumawati 1, Dery Willy Cahyadi 2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Univesitas Satya Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Gambar analog dibagi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci