BAB I PENDAHULUAN. Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang secara resmi berdiri pada 10 Januari 1973 merupakan penggabungan atau fusi dari lima partai politik, yakni: Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Murba, dan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) 1. Pemusian partai ini tidak terlepas dari keinginan rezim Orde Baru untuk menyederhanakan sistem kepartaian. Masing-masing partai yang berfusi menjadi PDI tersebut memiliki latar belakang dan ideologi yang berbeda, sehingga tali pengikat partai dengan basis massa pendukungnya setelah fusi mengalami keterputusan. Dalam keadaan demikian, hubungan antara partai dengan basis massa pendukung bersifat longgar, tidak ada tali pengikat. Tambahan lagi, terdapat kecenderungan kepemimpinan partai berorientasi ke atas bukan ke bawah (massa partai). Hal ini juga karena siapapun yang menjadi pemimpin partai pada masa Orde Baru harus mendapat restu dari penguasa. 1 Persetujuan pembentukan PDI ditandatangani oleh wakil-wakil setiap unsur pada Pukul WIB, 10 Januari Mereka adalah: Mh. Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI), S. Mubantoko dan John Pakan (Murba), Achmad Sukarmadidjaja dan M. Sadrie (IPKI), Ben Mang Reng Say dan F.S. Wignjosoemarsono (Partai Katolik), A. Wenas dan Sabam Sirait (Parkindo). Cornelis Lay, Laporan Penelitian: Proses Kelahiran Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Yogyakarta: 1989, hlm

2 Kebijakan fusi pada dasarnya dapat juga diartikan sebagai pemutusan hubungan ideologis antara partai dengan basis massa pendukung. Dengan demikian maka sejak terbentuknya PDI melalui fusi, basis massa pendukung partai ini berada dalam kondisi yang dilematis. Banyak diantara pendukung salah satu unsur, baik PNI, Parkindo, Partai Katolik, Murba dan IPKI, tetap menyatakan diri sebagai pendukung unsur tersebut, tetapi tidak sebagai anggota PDI. Hal ini menunjukkan bahwa PDI sebagai wadah kegiatan politik masih asing di hadapan sebagian basis massa pendukung kelima unsur yang bergabung di dalamnya. Dengan latar belakang ideologi dan sejarah pembentukan yang berbedabeda, PDI sulit menjadi partai yang solid dalam hal identitas partai. Hal ini mengakibatkan PDI bukan saja kehilangan elemen perekat yang dapat menyatukan, melainkan juga memengaruhi eksistensi PDI di muka basis massa pendukungnya. Perbedaan basis legitimasi dan identitas antara berbagai unsur yang bergabung di dalamnya menyulitkan partai ini dalam mencapai perumusan tentang siapa dirinya terhadap massa. Adapaun upaya untuk menjelaskan ideologi partai atau identitasnya, PDI menyatakan dalam Anggaran Dasarnya bahwa PDI berwatak dan bercirikan Demokrasi Indonesia, Kebangsaan Indonesia, dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila 2. Meskipun demikian, penjelasan tersebut masih kabur atau belum cukup kuat untuk menjadi suatu penegasan tentang identitas yang dicari. Karena ketidakmampuannya merumuskan identitas partai 2 Pasal 4 AD/ART PDI Tahun

3 secara konkret, maka PDI kurang menumbuhkan proses identifikasi dirinya dengan masyarakat. Oleh karena itu, hubungan antara PDI dengan basis massa pendukungnya pada awal proses fusi memperlihatkan ciri sebagai hubungan antara massa pendukung dengan sebuah partai massa. Kekuatan partai ditentukan jumlah massa pendukung. Dalam kondisi demikian, kualitas atau kemampuan kader-kader partai menjadi pertimbangan nomor dua. Kondisi tersebut tidak menguntungkan dalam pola hubungan dengan basis massa, perekrutan kader-kader partai tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu, PDI mencari usaha lain untuk memperjelas identitas partainya. Misalnya mengangkat kembali identitas dan atribut-atribut yang pernah dipakai oleh PNI sebagai partai yang dominan di dalam PDI. PDI menggunakan simbol kepala banteng, warna merah dan hitam, dan memunculkan kembali figur Soekarno saat kampanye pemilu. Penghadiran kembali figur Soekarno juga dilakukan dengan menampilkan keluarga Soekarno dalam PDI. Itu dilakukan dengan merekrut anak-anak Soekarno untuk menjadi kader PDI. 3 Meskipun demikian, pengidentikan PDI dengan PNI menimbulkan persoalan baru buat PDI. Memang pengidentikan itu menguntungkan, karena dapat mempertahankan dan menarik massa pemilih PNI. Namun, penggunaan simbol-simbol PNI tersebut menimbulkan rasa cemburu di kalangan unsur non- PNI. Bagi pemerintahan Orde Baru, pemunculan simbol-simbol PNI dan figur Soekarno dimaknai sebagai warisan Orde Lama. 3 Sejak 1987, PDI merekrut Megawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra ke dalam PDI. 3

4 Selain persoalan identitas partai, hubungan PDI dengan massa pendukungnya dipengaruhi juga oleh konflik internal dan faktor eksternal. Konflik intern disebabkan oleh persaingan antarusnur dan antarindividu. Mereka yang sering berkonflik adalah mereka yang berasal dari unsur PNI. 4 Konflik internal di tubuh PDI berlangsung mulai sejak fusi partai hingga berakhirnya pemerintahan Orde Baru. Selain itu, faktor eksternal yang dimaksud adalah keberadaan sejumlah peraturan perundang-undangan tentang pemilu dan organisasi sosial politik yang tidak menguntungkan kehidupan parpol dan di dalamnya termasuk sikap birokrasi yang cenderung mempersempit ruang gerak parpol. Undang-undang, seperti UU tentang asas tunggal atau pun massa mengambang telah mengebiri aktivitas partai politik. Kebijakan perundang-undangan ini memutus hubungan partai politik dengan massa pendukungnya sehingga lahirlah massa mengambang. Kebijakan massa mengambang ini kemudian dijustifikasi dengan keluarnya UU No. 3/1975 dan kemudian diperbaharui dengan UU No. 3/1985. Organisasi politik hanya diizinkan aktif sampai tingkat ibukota kecamatan yang menyebabkan parpol kehilangan basis dukungan dari massanya di desa-desa. Pada awalnya kebijakan massa mengambang ini bertujuan untuk mengeliminasi konflik-konflik politik di desa serta menghapuskan kesan politik adalah panglima yang pernah ada pada masa Orde Lama. Namun dalam perkembangan selanjutnya, justru kebijakan ini menghambat proses kaderisasi 4 Adriana Elisabeth Sukamto, dkk, PDI Dan Prospek Pembangunan Politik, Jakarta: Penerbit Grasindo, 1991, hlm

5 parpol, khususnya PDI. PDI yang terbentuk dari partai yang mengakar di rakyat banyak, seperti PNI, jelas kehilangan basis dukungannya karena kebijakan ini. Hal yang sama ternyata tidak berlaku bagi Golkar. Identifikasi Golkar dengan birokrasi memudahkan Golkar melakukan kaderisasi sampai ke aparat pada level terbawah. Di tengah-tengah persoalan yang dialami oleh PDI, ada dua hal yang unik dan menarik dari perjalanan politik berlambang banteng ini dalam kaitannya dengan massa pendukung, yakni antusiasme kalangan muda dalam kegiatankegiatan yang dilakukan PDI dan penonjolan simbol-simbol Soekarno. Pemunculan gambar Bung Karno dalam kampanye PDI dikaitkan dengan kebutuhan generasi muda terhadap tokoh atau figur idola. 5 Meskipun demikian, pimpinan PDI mengaku tidak pernah secara resmi menganjurkan kepada para pendukung agar membawa poster atau gambar Bung Karno. 6 Besarnya antusiasme golongan muda ini terlihat sejak penyelenggaraan Pemilu Dalam kampanye Pemilu 1987, diperkirakan lebih dari satu juta orang yang sebagian besar orang muda memadati jalan-jalan, membawa gambar banteng dan Bung Karno. 7 Maka, masuk akal ketika PDI bisa dikatakan sukses meraih suara dalam Pemilu Keberhasilan PDI dalam pemilu juga dilanjutkan pada Majalah Tempo, 2 Mei 1987, hlm Menurut Soerjadi, secara formal dan informal, PDI tak pernah menginstruksikan untuk membawa gambar Bung Karno. Lihat Majalah Tempo, 16 Mei 1987, hlm Tempo, 15 Juni 1991, hlm

6 Di tengah-tengah konflik dualisme kepemimpinan antara kubu Soerjadi dengan kubu Megawati sejak 1996, banyak masyarakat menaruh simpati dan dukungan kepada PDI pro Megawati dengan mendirikan posko-posko PDI di berbagai wilayah. Bahkan sebagian masyarakat secara suka rela menyerahkan harta miliknya sebagai bentuk pembelaan terhadap PDI pimpinan Megawati. Megawati dijadikan sebagai simbol perubahan dan perjuangan rakyat. Kedekatan PDI dengan wong cilik pada akhirnya mengarah pada golongan menengah sehingga semakin mengokohkan citra PDI. Dukungan ini terus berlangsung hingga berdirinya PDI Perjuangan pada1 Februari 1999 hingga dalam Pemilu 1999 yang mengantarkan partai banteng sebagai pemenang dengan perolehan 34 persen suara atau 36 juta pemilih. B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara PDI (Perjuangan) dengan massa pendukungnya. Kelompok massa pendukung yang dijadikan obyek penelitian ini adalah pemuda dalam pengertian politik. Wilayah yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, dan Sumatera Utara. Pilihan ini didasarkan pada alasan bahwa wilayah tersebut adalah daerah basis PDI (Perjuangan). Meskipun demikian, Jakarta sebagai pusat perpolitikan merupakan wilayah kajian utama dalam penelitian ini. Selanjutnya, periode yang dipilih pada penelitian ini adalah Dipilihnya tahun 1973 sebagai batasan awal karena pada tahun inilah berdirinya 6

7 PDI yang merupakan fusi dari lima partai politik. Pasca fusi inilah PDI mengalami persoalan yang serius dalam membangun hubungan dengan massa pendukungnya. Tulisan ini dibatasi sampai tahun 1999, dimana pada tahun ini, PDI kubu Megawati Soekarnoputri mendirikan PDI Perjuangan. Pada tahun ini juga PDI Perjuangan menjadi pemenang Pemilu. Untuk itu disusun beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana hubungan PDI dengan massa pendukungnya setelah fusi partai tahun 1973 hingga berdirinya PDI Perjuangan? 2. Apa program dan strategi PDI (Perjuangan) untuk menggerakkan roda partai serta menarik dukungan massa khususnya dari kaum muda? 3. Mengapa golongan muda mendekatkan diri dengan PDI (Perjuangan)? 4. Mengapa PDI Perjuangan bisa memenangkan Pemilu 1999? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguraikan hubungan PDI dengan massa pendukungnya sebelum dan setelah fusi partai hingga berdirinya PDI Perjuangan. 2. Menguraikan program dan strategi PDI (Perjuangan) untuk menggerakkan roda partai serta menarik dukungan massa khususnya dari kaum muda. 3. Menjelaskan faktor pendorong sehingga golongan muda mendekatkan diri dengan PDI (Perjuangan). 4. Menjelaskan kemenangan PDI Perjuangan dalam Pemilu Manfaat dari penelitian ini adalah: 7

8 1. Menambah wawasan pembaca mengenai perjalanan politik PDI (Perjuangan) dalam peta politik nasional. 2. Menambah literatur dalam penulisan sejarah politik guna membuka ruang atau pun merangsang penulisan sejarah politik yang berikutnya. 3. Memberikan pelajaran bagi pembaca khususnya partai politik agar menjadi cermin dalam berdemokrasi. D. Tinjauan Pustaka Penulisan sejarah politik khususnya sejarah partai politik sudah banyak dilakukan oleh penulis. Mereka yang menulis sejarah partai politik pada umumnya berlatar belakang ilmu politik atau pun praktisi politik. Penulisan tentang PDI (Perjuangan) sendiri pun sudah banyak dilakukan, hanya saja belum ada secara spesifik yang menulis tentang hubungan PDI (Perjuangan) dengan basis massa pendukungnya khususnya pemuda. Dalam penulisan ini ada beberapa referensi yang relevan digunakan berkaitan dengan topik penelitian. Dalam buku Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah potret pasang-surut 8 yang ditulis oleh Rusli Karim, menjelaskan kehadiran partai politik di Indonesia yang secara garis besar adalah sebagai aktualisasi dari tiga aliran yaitu Islam, Nasionalisme, dan Marxisme/Sosialisme. Buku ini bisa dikatakan buku wajib bagi siapa pun yang mengkaji sejarah partai politik di Indonesia, karena buku tersebut memaparkan 8 Rusli Karim. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah potret pasang-surut, Jakarta: Penerbit CV Rajawali,

9 perjalanan partai politik di Indonesia sejak lahirnya partai politik hingga masa Orde Baru. Bahkan di dalam buku itu juga dijelaskan proses fusi partai politik. Namun demikian, buku ini hanya secara umum mengkaji sejarah partai politik di Indonesia sejak awal abad ke-20 hingga Orde Baru. Berbicara mengenai sejarah PDI (Perjuangan) tentu tidak bisa dilepaskan dari perjalan politik PNI. Hal ini karena salah satu partai politik terbesar yang berfusi menjadi PDI adalah PNI. Selain itu, tokoh-tokoh PNI merupakan kelompok yang dominan di dalam PDI. Di mana jabatan ketua umum selalu menjadi jatah PNI sebagai unsur terbesar dalam PDI di tingkatan pusat, sedangkan jabatan ketua yang terdiri dari enam orang dibagi antara kelima unsur. Dalam buku kedua yaitu Nasionalisme Mencari Ideologi: Bangkit dan Runtuhnya PNI yang ditulis oleh J. Eliseo Rocamora, menjelaskan bahwa PNI merupakan satu-satunya partai yang mendasarkan keberadaannya semata-mata pada apa yang diyakininya sebagai kebenaran nasionalisme. Dalam buku ini secara rinci menguraikan pasang surut perjalanan politik PNI yang sarat dengan pertikaian-pertikaian. Pertikaian di dalam tubuh PNI menandakan bahwa partai ini adalah partai yang dinamis. Bahkan pertikaian di antara eksponen-eksponennya masih terus berlanjut setelah partai ini meleburkan diri ke dalam PDI. Ada hal yang menarik dari konflik internal PDI sebagaimana dijelaskan dalam buku Melawan Negara: PDI yang ditulis oleh Cornelis 9 J. Eliseo Rocamora. Nasionalisme Mencari Ideologi: Bangkit dan Runtuhnya PNI , Jakarta: Grafiti, Cornelis Lay. Melawan Negara: PDI , Yogyakarta: Research Center for Politics and Government UGM,

10 Lay. Buku ini memberikan cara pandang yang berbeda melihat konflik internal PDI. Lay melihat konflik internal tersebut sengaja diciptakan oleh PDI sebagai bentuk perlawanan atas negara. Penciptaan konflik internal tersebut adalah salah satu metode perlawanan PDI yang menguras energi ekonomi, politik, dan moral negara. Sesuai dengan kurun waktunya, buku tersebut menjelaskan latar belakang dan proses pembentukan PDI pada tahun 1973, konflik internal PDI, hingga hadirnya figur baru yakni Soerjadi sebagai ketua umum PDI pada tahun Kehadiran Soerjadi sebagai pemimpin di kandang banteng membawa harapan baru bagi PDI. Selanjutnya dalam buku Analisa Kekuatan Politik Di Indonesia 11 yang merupakan kumpulan pilihan artikel Prisma, menyajikan sejumlah analisa kekuatan politik di Indonesia. Buku ini terdiri dari tiga bagian, yakni: militer dan negara, pemuda dan politik, dan partai-partai politik di Indonesia. Manuel Kaisiepo dalam artikelnya Dilema Partai Demokrasi Indonesia: Perjuangan Mencari Identitas menguraikan latar belakang dan proses pembentukan PDI, struktur organisasi dan pola rekrutmen, identitas yang kabur, konflik-konflik intern, dan upaya mencari identitas baru. Konflik di dalam tubuh PDI secara umum dibagi dalam tiga tipe, yaitu: konflik di tingkat pusat, konflik yang terjadi antar unsur, dan konflik antara pimpinan partai dengan anggota-anggotanya di DPR. Selain itu, perbedaan identitas masing-masing partai politik yang berfusi ke 11 Farchan Bulkin., dkk, Analisa Kekuatan Politik Di Indonesia Pilihan Artikel Prisma, Jakarta: Penerbit LP3ES,

11 dalam PDI menyebabkan PDI kesulitan mengidentifikasi dirinya terhadap massa pendukungnya. Berbicara partai politik, tentu juga tidak bisa dilepaskan dari pemimpinnya. Terpilihnya Soerjadi sebagai ketua umum PDI pada tahun menandakan berakhirnya kiprah generasi tua dalam tubuh PDI. Di bawah kepemimpinan Soerjadi, PDI berupaya mencari figur yang efektif menarik massa dan membangkitkan memori kolektif tentang Soekarno. Dalam buku Membangun Citra Partai: Profil Drs. Soerjadi Ketua Umum yang ditulis oleh Ohiao Halawa, menguraikan profil dan kepemimpinan Soerjadi dalam menggerakkan roda partai khususnya mengajak kalangan muda untuk mendukung PDI. Sejak kepemimpinan Soerjadi, PDI selalu diidentikkan dengan partainya orang muda. Soerjadi pun berhasil mengajak Megawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra masuk PDI. Kepemimpinan Soerjadi-Nico Daryanto berupaya mencari dukungan massa dengan memunculkan dan memanfaatkan nama besar Bung Karno yang melekat pada diri anak-anaknya. Dalam buku Megawati Soekarnoputri Dari Rumah Tangga Sampai Istana Negara 13 yang ditulis oleh Sumarno, menguraikan biografi Megawati Soekarnoputri hingga pilihannya terjun ke panggung politik, serta bayang-bayang Soekarno yang ada pada dirinya. 12 Ohiao Halawa. Membangun Citra Partai: Profil Drs. Soerjadi Ketua Umum , Jakarta: PT. Nyiur Indah Alam Sejati, Sumarno, Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara, Depok: Rumpun Dian Nugraha,

12 Mengenai aktivitas Megawati di PDI lebih lengkap dijelaskan dalam buku Megawati Soekarnoputri: Menolak Politik Anti Nurani 14 yang ditulis oleh Cornelis Lay. Bagi penguasa Orde Baru, kehadiran Megawati Soekarnoputri dalam politik (PDI) merupakan sebuah kekhawatiran hidupnya kembali paham Soekarnoisme. Sedangkan bagi PDI dan arus bawah, Megawati adalah harapan baru dan simbol perjuangan rakyat. Sedangkan buku kedelapan yang penulis gunakan berjudul PDI Dan Prospek Pembangunan Politik 15 yang ditulis oleh Adriana Elisabeth Sukamto, Ganewati Wuryandari, dan M. Riza Sihbudi. Buku ini menguraikan proses pemilu pada 1987, dimana PDI berhasil menarik simpati masyarakat yang ditandai dengan perolehan suara yang melonjak tajam dibandingkan dengan perolehan suara yang diperoleh pada Pemilu sebelumnya. Selain itu, buku ini juga mengkaji konflik intern yang dialami PDI, upaya penyelesaian konflik, serta masalahmasalah PDI yang lain, seperti identitas partai, kemandirian, dan kaderisasi. Selanjutnya dalam buku PDI Di Mata Golongan Menengah Indonesia 16 yang ditulis oleh Arif Zulkifli, mengkaji perjalanan PDI dalam konteks politik pada masa Orde Baru, mulai dari latar belakang fusi PDI, konflik, persoalanpersoalan yang dialami oleh PDI sebagai partai nasionalis, dan hubungannya dengan golongan menengah Indonesia. Golongan menengah yang dimaksud di 14 Cornelis Lay., dkk, Megawati Soekarnoputri: Menolak Politik Anti Nurani, Yogyakarta: Bigraf Publishing, Adriana Elisabeth Sukamto, dkk, PDI Dan Prospek Pembangunan Politik, Jakarta: Penerbit Grasindo, Arif Zulkifli. PDI Di Mata Golongan Menengah Indonesia, Jakarta: Penerbit Grafiti,

13 sini adalah intelektual, mahasiswa, kelompok profesional, pemimpin surat kabar, dan pengusaha/pedagang. Berdasarkan beberapa karya di atas dapat diketahui bahwa kajian tentang hubungan.pdi (Perjuangan) dengan basis massa pendukungnya masih terbatas. Oleh karena itu, tesis ini mencoba memaparkan hubungan PDI (Perjuangan) dengan basis massa pendukungnya. Secara khusus, basis massa pendukung yang dimaksud adalah pemuda. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lima tahapan, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. 17 Pada tahap pengumpulan sumber (heuristik), penulis mempergunakan buku-buku dan sumber tertulis lainnya seperti seperti arsip, majalah (Prisma, Tempo, Gatra, Pedoman, Basis), dan surat kabar yang berhubungan dengan topik penulisan. Sumber-sumber ini akan didapatkan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Pusat UGM, Pusat Studi Asia Tenggara UGM, Perpustakaan Ignatius, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Jogja Library Center, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Center for Strategic and International Studies (CSIS), Pusat Informasi Kompas, Kantor Pusat PDI Perjuangan, dan dari internet. 17 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005, hlm

14 Selain itu, penulis akan melengkapinya dengan melakukan studi lapangan dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh pemuda dan pimpinan PDI (Perjuangan) serta masyarakat sesuai dengan periode kajian penulis. Kemudian setelah data terkumpul memadai, penulis akan mengadakan kritik sumber (verifikasi), secara intern (kredibilitas) maupun ekstern (original). Setelah dilakukan kritik maka langkah selanjutnya adalah interpretasi berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Sebagai langkah akhir, penulis akan merangkai peristiwa sejarah secara kronologis maupun sistematis dalam bangunan tulisan (historiografi). F. Landasan Konseptual Tulisan yang berjudul Pemuda di Kandang Banteng: Hubungan antara PDI (Perjuangan) dengan Massa Pendukungnya ini, adalah tulisan sejarah politik. Sebagaimana dikemukanan oleh Sartono Kartodirdjo, proses politik sebagai kompleksitas hubungan antara pemimpin dan pengikut, otoritas dan ideologi, ideologi dan mobilisasi, solidaritas dan loyalitas, akan mampu mengungkapkan pola distribusi pengaruh dan kekuasaan dalam kaitannya dengan pola distribusi komoditi serta dengan pola distribusi hubungan sosial. 18 Menurut Max Weber, partai politik didefenisikan sebagai organisasi publik yang membawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya 18 Sartono Kartodirdjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993, hlm

15 untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut. 19 Hal yang senada juga disampaikan oleh Carl J. Friedrich. Menurut Friedrich, partai politik adalah sekolompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil. 20 Dengan demikian, partai politik berhubungan erat dengan kekuasaan. Setidaknya partai politik memiliki empat fungsi, yakni: (1) sebagai sarana komunikasi politik untuk menyalurkan berbagai aspirasi masyarakat; (2) sebagai sarana sosialisasi politik melalui ceramah, kursus kader, kursus penataran, dan sebagainya; (3) sebagai sarana rekrutmen politik untuk memperluas partisipasi politik masyarakat dan mempersiapkan golongan muda yang nantinya akan menggantikan pimpinan lama; dan (4) sebagai sarana pengatur konflik untuk mengatasi mengatasi konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 21 Meskipun demikian, fungsi-fungsi ini seringkali tidak dijalankan oleh partai politik karena berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. PDI sebagai salah satu partai politik yang merupakan fusi dari lima partai, pada awal pendiriannya bukanlah didasari oleh tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan. Partai ini berdiri bukanlah 19 Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, Jakarta: Obor, 2011, hlm Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, Hlm Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, Hlm

16 kehendak anggota-anggotanya yang secara sadar dan terorganisir untuk bersatu dengan orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Pendirian atau pemusian partai ini adalah kehendak dari rezim Orde Baru, sehingga terkesan dipaksakan. Bagi PDI, pemusian yang dipaksakan oleh rezim Orde Baru ini menimbulkan persoalan mendasar yang salah satunya adalah terganggunya hubungan partai dengan massa pendukungnya. Karena PDI kesulitan dalam menentukan identitas ideologi yang bisa diterima oleh semua massa pendukung partai yang ikut berfusi. Selain itu, ditambah lagi dengan perundang-undangan yang dibuat penguasa semakin menjauhkan partai politik (PDI) dengan massa pendukungnya, sehingga muncullah massa mengambang. Padahal sebelum ada fusi partai, masing-masing kelima partai tersebut memiliki massa pendukung yang jelas dengan ikatan primordial. Dalam tulisan ini, massa pendukung yang dimaksud adalah pemuda. Berdasarkan UU No. 40/2009, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Tetapi dalam tulisan ini, pemuda yang dimaksud bukan hanya pengertian pemuda yang dibatasi oleh usia, melainkan juga pemuda dalam arti politik. Menurut H.A.R. Tilaar, pemuda identik dengan pemberontak, berani, dinamik, penuh gairah. Jadi, pemuda dalam pengertian ini adalah berdasarkan pikiran-pikiran perubahan meskipun memang ide-ide baru tersebut populer di kalangan yang berumur muda. Sejarah Indonesia pada abad ke-20, tidak bisa dipisahan dengan peranan pemuda. Taufik Abdullah sendiri menulis mengenai peranan pemuda dalam 16

17 sejarah politik Indonesia, yang membaginya dalam angkatan 08, 28, 45, dan 66. Hal senada juga disampaikan oleh B. Anderson, bahwa Revolusi 45 adalah Revolusi Pemuda. Pada 1945, Belanda menyebut aktivis-aktivis yang menentang Belanda sebagai pemuda. Dengan demikian, konsep pemuda yang dipakai dalam penelitian ini adalah: orang-orang yang berusia tahun atau lebih, dengan catatan bahwa orang yang berusia lebih dari 30 tahun tersebut secara psikologis mempunyai jiwa kepemudaan dan semangat perubahan. Sementara konsep kandang banteng dalam penelitian itu maksudnya adalah PDI itu sendiri di mana simbol PDI adalah kepala banteng yang artinya demokrasi Indonesia. Jadi Pemuda di Kandang Banteng berarti hubungan antara pemuda dengan PDI. G. Sistematika Penulisan Tulisan ini secara sistematis terbagi dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan. Pada bab ini berisikan: latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, landasan konseptual, dan sistematika penulisan. Bab II membahas mengenai sejarah ringkas partai politik (PNI, Partai Katolik, Parkindo, Murba, dan IPKI) yang menjadi unsur-unsur dalam fusi PDI tahun Selain itu juga menguraikan proses fusi PDI dan struktur organisasi PDI. Selanjutnya dalam Bab III membahas mengenai hubungan PDI dengan basis massa pendukungnya khususnya kaum muda pasca fusi tahun

18 Dinamika Politik PDI pasca fusi meliputi hubungannya dengan sayap organisasi, berbagai persoalan yang memengaruhi hubungannya dengan basis massa pendukung, serta dampak dari persoalan tersebut terhadap perolehan suara. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai lahirnya PDI Perjuangan serta kemenangannya dalam Pemilu Kemudian dalam Bab IV membahas mengenai program dan strategi PDI (Perjuangan) untuk menggerakkan roda partai serta menarik dukungan massa khususnya kaum muda. Selain itu, dalam bab ini juga menjelaskan faktor pendorong sehingga kaum muda mendekatkan diri dengan PDI sejak Dalam Bab V berisi kesimpulan atas pembahasan pada bab-bab sebelumnya. 18

DAFTAR PUSTAKA Arsip, sumber resmi tercetak dan sumber internet Buku, makalah dan tulisan ilmiah

DAFTAR PUSTAKA Arsip, sumber resmi tercetak dan sumber internet Buku, makalah dan tulisan ilmiah DAFTAR PUSTAKA Arsip, sumber resmi tercetak dan sumber internet Buku Panduan Kader Partai Demokrasi Indonesia Bagian 1. Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat PDI, 1984. Dokumen Kongres Pertama PDI untuk Demokrasi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga BAB V KESIMPULAN Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga berdiri PDI-P, bisa dilihat dari dua aspek, yakni: antar unsur penyokong fusi dan hubungan profesional PDI dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa rezim Orde Baru kebebasan individu, dalam menyatakan pendapat, kebebasan berorganisasi dan kebebasan pers sangat dibatasi oleh aturan yang ketat secara

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas. Begitupun dengan Partai HANURA. Karena dengan adanya kader yang berkualitas bisa mengukur eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah satunya adalah dengan adanya pelaksanaan pemilihan umum. Esensi dari pemilihan umum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu menguntungkan, karena munculnya parpol-parpol tersebut tidak dikehendaki oleh pemerintahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? Oleh : Suswanta 4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? 1. Merupakan pengembangan dari skripsi beliau : Perkembangan PSII Sebelum Fusi Parpol : Analisis Konflik Kepemimpinan 1971-1973 2. Satu-satunya buku yang

Lebih terperinci

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA Drs. ZAKARIA Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Kehidupan Kepartaian selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. politik (parpol). Sayangnya, hingga saat ini parpol-parpol di Indonesia belum

PENDAHULUAN. politik (parpol). Sayangnya, hingga saat ini parpol-parpol di Indonesia belum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengawal demokrasi di Indonesia, masyarakat memiliki kekuatan penuh untuk ikut berpartisipasi dalam menegakkan pilar-pilar demokrasi melalui partai politik (parpol).

Lebih terperinci

ORGANISASI KEMASYARAKATAN. (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila. Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN

ORGANISASI KEMASYARAKATAN. (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila. Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak terasa saat ini Indonesia sebagai

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersamasama dan merealisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan media massa, baik elektronik maupun cetak mengalami pertumbuhan luar biasa. Indikasinya, bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah media massa yang terus mengalami

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan sebuah wadah untuk menciptakan pemerintah yang demokratis. Indonesia pun hingga saat ini telah melaksanakan pemilihan umum terhitung

Lebih terperinci

Partai Politik dan Kelompok Penekan

Partai Politik dan Kelompok Penekan Partai Politik dan Kelompok Penekan Makalah untuk memenuhi Tugas Ilmu kewarganegaraan Dosen pengampu Dikdik baehaqi Arif,Mpd Disusun oleh: Abdul Gofur 11009034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU DISUSUN OLEH : NAMA : FAJAR GINANJAR NIM : 21060110083001 PSD III TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAN DIPONEGORO SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada BAB V PENUTUP KESIMPULAN Organisasi Pemuda Pancasila merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan dengan eksistensi pergerakan tertua di Indonesia. Organisasi kemasyarakatan identik dengan pergerakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat ditunjukkan oleh partisipasi masyarakat yang menyalurkan aspirasinya dengan cara masuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset masyarakat. Seseorang atau komunitas manusia muda yang biasa di identikan dengan ke dinamisan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56 Generasi muda merupakan asset terpenting bagi masa depan suatu bangsa. Disadari atau tidak bahwa peran pemuda sangat berpengaruh dalamp roses pembangunan bangsa serta proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. 2 Peranan figur

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. 2 Peranan figur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia politik tanah air kerap kali diidentikkan dengan politik ketokohan, dimana pemimpin atau calon wakil rakyat menjadi sorotan tersendiri dalam menarik apresiasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20 Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017

PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017 PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA SYARIKAT ISLAM BANJARNEGARA DALAM PILKADA KABUPATEN BANJARNEGARA 2017 Oleh: Syafrizal Prabowo Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP Abstrak Dewasa ini, dinamika politik di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB I. Budaya dan Kepemimpinan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

BAB I. Budaya dan Kepemimpinan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan BAB I Budaya dan Kepemimpinan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan A. Latar Belakang Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui legitimasi yang dimiliki oleh Megawati Soekarnoputri sebagai ketua

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM 060210302244 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik merupakan sarana ataupun wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam kekuasaan atau pemerintahan di suatu negara. Di dalam bukunya Miriam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pertama, fungsi partai sebagai sosialisasi politik sangat minim dilakukan dan bahkan tidak ada, sebagai contoh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan rakyat. Melalui Pemilihan Umum juga diyakini akan melahirkan wakil dan pemimpin yang dikehendaki rakyatnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan penyusunan skripsi, mulai dari persiapan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

FUSI PDI: MASALAH YANG DIHADAPI SERTA KEBERHASILANNYA DALAM PEMILU 1987 DAN 1992

FUSI PDI: MASALAH YANG DIHADAPI SERTA KEBERHASILANNYA DALAM PEMILU 1987 DAN 1992 FUSI PDI: MASALAH YANG DIHADAPI SERTA KEBERHASILANNYA DALAM PEMILU 1987 DAN 1992 SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : JHON RIVEL PURBA NIM : 040706029 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. PENGUAT KONSEP Pada tahun 1971-an salah seorang aktivis yang bernama Arief Budiman mengkampanyekan agar masyarakat dalam pemilihan umum (pemilu) tidak memilih salah satu partai politik. Gerakan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci