INTEGRASI SELF ORGANIZING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTEGRASI SELF ORGANIZING"

Transkripsi

1 INTEGRASI SELF ORGANIZING MAPS DAN ALGORITME K-MEANS UNTUK CLUSTERING DATA KETAHANAN PANGAN KABUPATEN DI WILAYAH PROVINSI BALI, NUSA TENGGARA BARAT, DAN NUSA TENGGARA TIMUR ULFA KHAIRA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i

2 ii INTEGRASI SELF ORGANIZING MAPS DAN ALGORITME K-MEANS UNTUK CLUSTERING DATA KETAHANAN PANGAN KABUPATEN DI WILAYAH PROVINSI BALI, NUSA TENGGARA BARAT, DAN NUSA TENGGARA TIMUR ULFA KHAIRA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Ilmu Komputer DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii

3 iii ABSTRACT ULFA KHAIRA. Integration of Self Organizing Maps and K-means Algorithm for Food Security Cluster in Region Province of Bali, Nusa Tenggara Barat, and Nusa Tenggara Timur. Supervised by ANNISA. The assessment of food security as a measure of development is very important. Food security in a region has multidimentional characteristics that need to be analyzed. The purpose of this research is to implement the S-K algorithm (combination of Self organizing maps -SOM- and K-means algorithm) for data clustering and to gain data characteristics as the result of data clustering. The used data is the indicator for the food security from 30 districts in the provinces of Bali, Nusa Tenggara Barat, and Nusa Tenggara Timur. These data are the input for S-K algorithm. SOM clustering result is validated using Davies-Bouldin Index (DBI). Centroid and the number of cluster from SOM are utilized as the input for K-means algorithm, which is used to refine the final cluster. In this research, these data are also clustered by K-means algorithm with randomly generated initial centroids. The value of DBI results of SOM, S-K, K-means clustering has been compared and it is found that S-K algorithm has the minimum value of DBI. Thus, it is proved that the S-K algorithm gives good clustering results. Based on the data analysis, the districts in the Province of Nusa Tenggara Timur are categorized as the areas with food insecurity. Meanwhile, the districts in the Province of Nusa Tenggara Barat are included in the relatively food insecurity areas. Food security in all districts in the Province of Bali are satisfactory. Keywords: Davies-Bouldin Index, Food Security, K-means, Self Organizing Maps iii

4 iv Judul Skripsi Nama NIM : Integrasi Self Organizing Maps dan Algoritme K-means untuk Clustering Data Ketahanan Pangan Kabupaten di Wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur : Ulfa Khaira : G Menyetujui: Pembimbing, Annisa, S.Kom, M.Kom NIP Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Komputer Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom NIP Tanggal Lulus: iv

5 v KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil aalamiin, rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta ala atas segala curahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Integrasi Self Organizing Maps dan Algoritme K-means untuk Clustering Data Ketahanan Pangan Kabupaten di Wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu a laihi wasallam, keluarganya, para sahabat, serta para pengikutnya. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. H. M. Saman Sulaiman, M.A dan Ibunda Hj. Darniati yang sampai detik ini selalu memberikan dukungan, semangat, doa, dan curahan kasih sayang yang tiada terhingga, begitu juga dengan kedua adik penulis, Atar Satria Fikri dan Zahratirizka yang menjadi penyemangat bagi penulis untuk selalu melakukan yang terbaik. Serta keluarga besar penulis di Jambi terima kasih atas segala doa dan perhatiannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Annisa, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Hari Agung Adrianto, S.Kom, M.Si dan Bapak Azis Kustiyo, S.Si, M.Kom selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dan perbaikan dalam menyempurnakan tugas akhir ini. Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1 Mrs.Coco Ushimaya, Bapak Dedi Junadi, dan seluruh staf United Nations World Food Programme (WFP) Indonesia yang telah membantu dalam penyediaan data ketahanan pangan. 2 Teman-teman satu bimbingan: Fahrul, Norma, Muti, Hutomo, Stefanus, Delki, dan Zico atas bantuan, dukungan, serta motivasi yang selalu diberikan. 3 Teman-teman yang selalu sabar ditanyai oleh penulis, senantiasa berbagi ilmu, membantu, dan mengajarkan penulis dalam proses menyelesaikan tugas akhir, yaitu: Isnan Mulia, Indra Lesmana, dan Wangi Saraswati. 4 Vininta Ayudiana, Kurnia Nuraeni, Mayanda Mega, serta teman-teman seperjuangan Ilmu Komputer angkatan 45 atas segala bantuan, dukungan, dan kenangan bagi penulis selama menjalani masa studi. 5 Teman-teman kostan SQ: Hana M, Fitra, Kak Dayu, Kak Mumpuni, Kak Septi, Nurul, Mita, Hana A, Orin, Anni, Fida, Lina, Nia, dan Lia atas segala dukungan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 6 Saudara seperantauan Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA) terima kasih atas segala bantuan, perhatian, dan semangat yang diberikan. Semoga kita bisa memajukan dan membangun Provinsi Jambi dengan ilmu yang kita dapatkan selama studi di IPB. 7 Suyitno, A.Md dan teman-teman Galaxy: Kak Agung, Uni Romi, Mba Dina, dan Mba Septy atas perhatian, nasihat, serta motivasi yang selalu diberikan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta ala selalu menyambungkan tali silaturahim ini. 8 Seluruh staf dan karyawan Departemen Ilmu Komputer, serta pihak lain yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Segala kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta ala, semoga tulisan ini dapat bermanfaat, Aamin. Bogor, Desember 2012 Ulfa Khaira v

6 vi RIWAYAT HIDUP Ulfa Khaira dilahirkan di Kota Jambi pada tanggal 29 Desember 1989 dari pasangan Bapak Drs. H. M.Saman Sulaiman, M.A dan Ibu Hj. Darniati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2008, penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Jambi dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tanggal 4 Juli 2011 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Kementerian Lingkungan Hidup RI pada sampai dengan tanggal 19 Agustus 2011 di bagian Asisten Deputi Data dan Informasi. Penulis juga seorang pecinta dunia tulis-menulis, sejak mengenyam pendidikan di bangku SMP penulis aktif mengisi tulisan di majalah sekolah. Sebagai mahasiswa perantauan, penulis ikut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa daerah Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA). Penulis pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2011 di Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor. vi

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 Ruang Lingkup Penelitian... 1 TINJAUAN PUSTAKA Clustering... 1 Normalisasi z-score... 2 Algoritme K-means... 2 Self Organizing Maps (SOM)... 2 Algoritme Self Organizing Maps... 3 Validitas Cluster... 3 Indeks Davies-Bouldin... 4 Ketahanan Pangan... 4 METODE PENELITIAN Data Indikator Ketahanan Pangan... 4 Praproses Data... 4 Data Mining... 4 Representasi Pengetahuan... 5 Lingkungan Implementasi... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Indikator Ketahanan Pangan... 5 Praproses Data... 6 Tiga Metode Clustering... 6 Penerapan Algoritme SOM... 6 Indeks Davies-Bouldin (DBI)... 6 DBI Terbaik... 6 Clustering dengan Algoritme S-K... 6 Perbandingan Hasil Clustering... 7 Deskripsi Hasil Cluster... 8 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 9 Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN v

8 vi DAFTAR TABEL Halaman 1 Indeks Davies-Bouldin terbaik untuk tiap ukuran cluster Banyak anggota masing-masing cluster dengan ukuran cluster Nama anggota pada masing-masing cluster hasil clustering dengan algoritme S-K Nama anggota pada masing-masing cluster hasil clustering dengan algoritme SOM Nama anggota pada masing-masing cluster hasil clustering dengan algoritme K-means... 7 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Ilustrasi lingkungan (Demuth dan Beale 2003) Diagram alur penelitian Gambar sebaran jumlah anggota berdasarkan provinsi... 8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Langkah-langkah clustering dengan algoritme K-means Langkah-langkah clustering dengan algoritme SOM Langkah perhitungan Indeks Davies-Bouldin Indikator ketahanan pangan Data indikator ketahanan pangan sebelum dinormalisasi Data indikator ketahanan pangan setelah dinormalisasi Pengamatan terhadap DBI Hasil clustering dari algoritme SOM, K-means, dan S-K Bobot optimal dari SOM sebagai initial centroid bagi K-means Penilaian setiap indikator Karakteristik cluster vi

9 1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kebijakan peningkatan ketahanan pangan yang ditetapkan dalam kerangka pembangunan nasional berimplikasi bahwa pengkajian ketahanan pangan sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan menjadi penting. Ketahanan pangan di suatu wilayah mempunyai sifat multidimensional yang memerlukan analisis dari berbagai indikator, tidak hanya produksi dan ketersediaan pangan saja. Meskipun tidak ada cara spesifik untuk mengukur ketahanan pangan, kompleksitas ketahanan pangan dapat disederhanakan dengan menitikberatkan pada tiga dimensi yang berbeda namun saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu. Pengelompokan daerah berdasarkan indikator ketahanan pangan sangat penting dilakukan untuk mengambil kebijakan dalam hal penentuan sasaran dan memberikan rekomendasi untuk intervensi kerawanan pangan di tingkat provinsi dan kabupaten. Teknik data mining diperlukan untuk ekstraksi informasi dari data. Clustering merupakan salah satu metode dalam data mining untuk mengelompokkan himpunan objek ke dalam kelas-kelas. Pada data mining baik algoritme k-means dan self organizing maps (SOM) merupakan proses unsupervised learning yang penting untuk mendapatkan pola pada kumpulan data yang tidak berlabel. SOM tidak dapat menyajikan hasil clustering yang tepat dan kecepatan konvergensi yang lambat. Sedangkan K-means bergantung pada initial centroid, jika terjadi kesalahan pada pengambilan initial centroid maka hasil clustering yang terjadi akan berkumpul pada titik yang tidak optimal. Penelitian ini menggunakan algoritme S-K (Wang et al. 2010) yang merupakan kombinasi dari SOM dan K-means untuk pengelompokan daerah berdasarkan indikator ketahanan pangan. Pada penelitian Wang (2010), algoritme S-K memberikan efisiensi yang baik dan cluster yang akurat. Self organizing maps digunakan untuk mengetahui jumlah cluster dan initial centroid yang digunakan sebagai input untuk k-means, selanjutnya, akan dihasilkan clustering terbaik dari metode k-means (Kuo et al. 2001). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1 Menerapkan algoritme S-K untuk clustering ketahanan pangan. 2 Memperoleh karakteristik data ketahanan pangan kabupaten di wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada penggunaan teknik clustering dengan metode selforganizing maps (SOM) dan k-means. Data yang digunakan adalah data indikator ketahanan pangan kabupaten di wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Clustering TINJAUAN PUSTAKA Clustering adalah pengelompokan dari record, observasi-observasi atau kasus-kasus ke kelas yang memiliki kemiripan objekobjeknya. Cluster adalah koleksi dari record yang mirip, dan tidak mirip dengan record dari cluster lain. Clustering berbeda dengan klasifikasi, dalam hal tidak ada variabel target untuk clustering. Clustering tidak mengklasifikasikan, meramalkan, atau memprediksi nilai dari sebuah variabel target. Algoritme-algoritme clustering digunakan untuk menentukan segmen keseluruhan himpunan data menjadi subgroup yang relatif sama atau cluster, dengan kesamaan record dalam cluster dimaksimumkan dan kesamaan record di luar cluster diminimumkan (Larose 2004). Secara umum metode utama clustering dapat diklasifikasikan menjadi kategorikategori berikut (Han dan Kamber 2006): Metode partisi. Misalkan ada sebuah basis data berisi n objek. Metode partisi membangun k partisi pada basis data tersebut, dengan tiap partisi merepresentasikan cluster dan k n. Partisi yang terbentuk harus memenuhi syarat yaitu setiap cluster harus berisi minimal satu objek dan setiap objek harus termasuk tepat satu cluster. Metode hirarki, yaitu membuat sebuah dekomposisi berhirarki dari himpunan data (atau objek) menggunakan beberapa kriteria. Metode ini memiliki dua jenis pendekatan yaitu:

10 2 o o Agglomerative, dimulai dengan titik-titik sebagai cluster individu. Pada setiap tahap dilakukan penggabungan setiap pasangan titik pada cluster sampai hanya satu titik (atau cluster) yang tertinggal. Divisive, dimulai dengan satu cluster besar yang berisi semua titik data.pada setiap langkah, dilakukan pemecahan sebuah cluster sampai setiap cluster berisi sebuah titik (atau terdapat k cluster). Metode berdasarkan kepekatan, merupakan pendekatan yang berdasarkan pada konektivitas dan fungsi kepadatan. Metode berdasarkan grid, merupakan pendekatan yang berdasarkan pada struktur multiple-level granularity. Metode berdasarkan model, yaitu: sebuah model yang dihipotesis untuk tiap cluster dan ide dasarnya adalah untuk menemukan model yang cocok untuk tiap cluster. Normalisasi z-score Normalisasi merupakan bagian dari transformasi data, yaitu atribut diskalakan ke dalam rentang nilai tertentu yang lebih kecil seperti -1,0 1,0 atau 0,0 1,0. Salah satu teknik normalisasi yang dapat digunakan adalah z-score. Normalisasi z-score (zero-mean normalization) merupakan normalisasi berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari suatu atribut. Misalkan nilai v merupakan elemen dari A, Ᾱ adalah rata-rata, dan σ A adalah nilai standar deviasi dari atribut A, maka nilai v akan ditransformasikan menjadi v dengan fungsi v' = v-a σ A...(1) Normalisasi z-score berguna ketika nilai aktual dari maksimum dan minimum suatu atribut tidak diketahui atau ketika outlier mendominasi pada normalisasi min-max. (Han dan Kamber 2006). Algoritme K-means K-Means merupakan algoritme clustering yang bersifat partitional yaitu membagi himpunan objek data ke dalam sub himpunan (cluster) yang tidak overlap, sehingga setiap objek data berada tepat dalam satu cluster. Strategi partitionalclustering yang paling sering digunakan adalah berdasarkan kriteria square error. Secara umum, tujuan kriteria square error adalah untuk memperoleh partisi (jumlah cluster tetap) yang meminimalkan total square error. Misal, diberikan himpunan N objek data yang telah dipartisi ke dalam K cluster {C 1, C 2,,C k }. Setiap C k memiliki n k objek data dan tepat dalam satu cluster sehingga n k = N, dimana k=1,,k. Mean vector M k dari cluster C k didefinisikan sebagai centroid dari cluster (Kantardzic 2003) dengan x ik cluster C k. Mk = 1 n k n k x ik i=1... (2) merupakan objek data ke-i milik Langkah-langkah dalam algoritme K- means adalah (Kantardzic 2003): 1. Ditentukan initial partion dengan k cluster berisi sample yang dipilih secara acak, kemudian dihitung pusat cluster dari tiap-tiap cluster, 2. Dibangkitkan partisi baru dengan penugasan setiap sample terhadap pusat cluster terdekat, 3. Hitung pusat-pusat cluster baru, 4. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai nilai optimum dari fungsi kriteria dipenuhi (atau sampai cluster membership telah stabil). Untuk lebih jelasnya langkah-langkah clustering dengan algoritme K-means untuk jumlah cluster 3 dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil cluster dengan metoda K-means sangat bergantung pada nilai pusat cluster awal yang diberikan. Pemberian nilai awal yang berbeda bisa menghasilkan hasil cluster yang berbeda. Self Organizing Maps (SOM) Self Organizing Maps (SOM) diperkenalkan oleh Teuvo Kohonen seorang ilmuwan Finlandia pada tahun 1982, sehingga SOM dikenal juga dengan jaringan Kohonen. SOM merupakan salah satu jaringan syaraf tiruan yang dikonfigurasi untuk pengelompokan data. Jaringan SOM Kohonen menggunakan metode pembelajaran unsupervised yang proses pelatihannya tidak memerlukan pengawasan (target output). SOM memperlihatkan tiga karakteristik: kompetisi yaitu setiap vektor bobot saling berlomba untuk menjadi simpul pemenang,

11 3 kooperasi yaitu setiap simpul pemenang bekerjasama dengan lingkungannya, dan adaptasi yaitu perubahan simpul pemenang dan lingkungannya (Larose 2004). Algoritme Self Organizing Maps Misalkan himpunan dari m nilai-nilai field untuk record ke-n menjadi sebuah vektor input x n = x n1, x n2, x n3,, x nm, dan himpunan dari m bobot untuk simpul output tertentu j menjadi vektor bobot w j = w 1j, w 2j,, w mj (Larose 2004). Langkah-langkah clustering dengan algoritme SOM dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara garis besar langkah-langkah algoritme SOM (Larose 2004) seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk setiap vektor x, lakukan: Kompetisi. Untuk setiap simpul output j, hitung nilai D(w j,x n ) dari fungsi jarak. Tentukan simpul pemenang j yang meminimumkan D(w j,x n ) dari semua simpul output. Kooperasi. Identifikasikan semua simpul output j dalam lingkungan simpul pemenang j didefinisikan oleh lingkungan berukuran R. Untuk simpul-simpul ini, lakukan: Adaptasi. Perbarui nilai bobot: w ij,new = w ij,current + η( x ni w ij,current )...(3) Perbarui learning rate (η) dan ukuran lingkungan R seperlunya. Hentikan perlakuan ketika kriteria pemberhentian dicapai. Keterangan: Inisialisasi nilai bobot biasanya menggunakan nilai tengah (middle point/midpoint) atau menggunakan nilai acak (Demuth dan Beale 2003). Lingkungan berukuran R berisi indeks dari semua simpul-simpul yang berada dalam radius R dari simpul pemenang i*. N i (d) = {j,d ij R} (Demuth dan Beale 2003). Gambar 1 Ilustrasi lingkungan (Demuth dan Beale 2003) Gambar 1 mengilustrasikan konsep lingkungan. Gambar 1 kiri menunjukkan lingkungan dari radius R=1 sekeliling simpul 13. Gambar 1 kanan menunjukkan lingkungan dari radius R=2. Topologi lingkungan yang umum digunakan ada tiga yaitu topologi grid, topologi hexagonal, dan topologi random (Demuth dan Beale 2003, diacu dalam Edward 2006). Fungsi jarak biasanya digunakan jarak Euclidean D(w j, x n ) = i w ij -x ni 2... (4) (Demuth dan Beale 2003). Perubahan tingkat pembelajaran ( LR/α/η) 0 <η<1,dengan rumus α(t+1) = θ α(t). Lambang θ adalah penurunan tingkat pembelajaran (PLR), menurun seiring perubahan waktu t (Laurence 1994). Kriteria pemberhentian bias berupa pembatasan jumlah iterasi, atau ketika η = 0 (Larose 2004). Validitas Cluster Validasi clustering adalah prosedur yang mengevaluasi hasil analisis cluster secara kuantitatif dan objektif (Jain dan Dubes 1988). Terdapat tiga pendekatan untuk mengeksplorasi validitas cluster: 1. kriteria eksternal, mengevaluasi hasil dari metode clustering berdasarkan praspesifikasi struktur yang diterima dari sebuah data yang mencerminkan intuisi pengguna tentang struktur clustering dari data, 2. kriteria internal, mengevaluasi hasil clustering dalam konsep kuantitatif yang didapat dari data, dan 3. kriteria relatif, membandingkan sebuah struktur clustering dengan struktur clustering yang lain yang didapatkan dari metode clustering yang sama tetapi nilainilai parameternya dimodifikasi (Salazar et al. 2002). Untuk memilih skema clustering optimal, ada dua kriteria (Salazar et al. 2002): 1. Compactness, yaitu anggota dari masingmasing cluster harus sedekat mungkin dengan yang lain, dan 2. Separation, yaitu cluster harus terpisah secara luas dari cluster lain. Indeks validitas digunakan sebagai metode validasi cluster untuk evaluasi kuantitatif dari hasil clustering (Salazar et al. 2002). Beberapa indeks yang biasa digunakan adalah: Hubert Statistic, Indeks Dun, indeks Davies-Bouldin, Root-mean-square standard deviation (RMSSTD), dan R-squared (RS) (Salazar et al. 2002).

12 4 Indeks Davies-Bouldin Pendekatan pengukuran ini untuk memaksimalkan jarak inter-cluster antara cluster C i dan C j dan pada waktu yang sama mencoba untuk meminimalkan jarak antar titik dalam sebuah cluster. Jarak intra-cluster sc (Qk) dalam cluster Qk ialah: sc(q k ) = i X i C k...(5) N k dengan Nk adalah banyak titik yang termasuk dalam cluster Q k dan C k adalah centroid dari Cluster Q k. Jarak Inter-cluster didefinisikan: d kl = C k -C l...(6) dengan C k dan C l adalah centroid cluster k dan cluster l. Di lain pihak, Indeks Davies- Bouldin didefinisikan: DB(nc)= 1 nc nc max sc Q k +sc(q l ) k=l..(7) d kl (Q k,q l ) dengan nc adalah banyak cluster. Skema clustering yang optimal menurut Indeks Davies-Bouldin ialah yang memiliki Indeks Davies-Bouldin minimal (Salazar et al. 2002). Langkah-langkah perhitungan Indeks Davies- Bouldin disajikan pada Lampiran 3. Ketahanan Pangan Dalam undang undang No.7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi-kondisi: (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia, (2) terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama, (3) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air, (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Saliem et al. 2007). METODE PENELITIAN Penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahap. Gambar 2 menunjukan tahapan dari metode penelitian. Data Indikator Ketahanan Pangan Data indikator ketahanan pangan yang digunakan adalah data yang dikumpulkan oleh DKP dan WFP (2009). Pada penelitian ini difokuskan pada wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Praproses Data Penelitian ini akan dilakukan menggunakan proses data mining. Tahapan yang termasuk dalam praproses yaitu pembersihan data, integrasi data, transformasi data, dan seleksi data. Tahap pembersihan dan integrasi data telah dilakukan sebelumnya oleh tim dari United Nations World Food Programme (WFP) dan Dewan Ketahanan Pangan (DKP). Selanjutnya pada tahap seleksi data akan dipilih data indikator ketahanan pangan di wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahap transformasi dilakukan pengubahan data agar dapat digunakan dalam proses data mining, transformasi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan normalisasi data dengan normalisasi z-score. Data Mining Data mining yang dilakukan pada penelitian ini adalah clustering data menggunakan algoritme SOM. Masukan ke algoritme SOM adalah data dari praproses dengan kombinasi dari parameter awal. Parameter awal dari algoritme SOM yang akan digunakan adalah: 1. Learning rate (η): 0.1, 0.5, dan Ukuran cluster: 3, 4, 5, 6

13 5 3. Ukuran lingkungan (R): 1 4. Penurunan learning rate (θ ): 0.1, 0.5, 0.9, dan 1. Metode inisialisasi nilai vektor bobot menggunakan midpoint dengan topologi yang digunakan adalah topologi grid. Fungsi jarak yang digunakan adalah Euclidean, dan kriteria pemberhentian algoritme SOM adalah epoch, dengan banyak epoch: 100, 200, dan 300. Seluruh hasil clustering dari algoritme SOM akan divalidasi menggunakan validasi cluster Indeks Davies-Bouldin (DBI). Dari berbagai kombinasi parameter awal, akan dipilih clustering yang menghasilkan DBI minimal sebagai clustering terbaik. Jumlah cluster dan bobot dari hasil metode SOM merupakan input untuk metode K- means, bobot yang optimal dari hasil metode SOM dijadikan sebagai initial centroid bagi K-means. Dari hasil clustering tersebut akan dilakukan validasi dan perbandingan terhadap clustering dengan menggunakan metode algoritme SOM saja dan K-means saja. Apabila hasil valid dan memiliki nilai yang lebih kecil dari metode algoritma lain maka dilanjutkan dengan melakukan analisa hasil klaster, namun apabila masih belum maka akan kembali dilakukan pemilihan dan pembersihan data. Representasi Pengetahuan Representasi pengetahuan akan dilakukan terhadap cluster yang sudah divalidasi. Representasi tersebut akan memperlihatkan karakteristik masing-masing cluster. Informasi penting yang terdapat dari hasil clutering diharapkan bermanfaat sehingga dapat diperoleh penanganan terhadap cluster yang bersangkutan. Tidak Apakah hasil cluster telah valid Iya Data Indikator Ketahanan Pangan Pembersihan, Integrasi,& Seleksi data Transformasi Data Penerapan SOM Jumlah cluster yang didapat Validasi dengan DBI K-Means cluster Validasi dengan DBI Hasil cluster Lingkungan Implementasi Beberapa perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk mengembangkan sistem adalah sebagai berikut: Perangkat lunak: Sistem operasi: Microsoft Windows 7 Professional MATLAB R2008b Minitab 14 Perangkat keras: Prosesor: Intel T GHz Memori 2 GB RAM Monitor dengan resolusi Mouse dan keyboard Representasi Pengetahuan Gambar 2 Diagram alur penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Data Indikator Ketahanan Pangan Data sumber yang digunakan pada penelitian ini adalah data indikator ketahanan pangan kabupaten di wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2009 dengan jumlah record sebanyak 30 baris dan 9

14 6 atribut. Indikator ketahanan pangan dan definisinya dapat dilihat pada Lampiran 4. Praproses Data Proses normalisasi terhadap data dilakukan terlebih dahulu sebelum masuk ke tahap proses data mining, karena data yang digunakan memiliki rentang nilai yang sangat besar. Rentang nilai yang sangat besar cukup mempengaruhi pada metode clustering yang berbasis jarak. Normalisasi pada umumnya digunakan untuk menyetarakan atribut agar atribut satu dengan lainnya memiliki ukuran yang sama, memiliki rataan dan standar deviasi nol. Normalisasi juga membuat rentang nilai menjadi jauh lebih kecil sehingga membantu perhitungan jarak menjadi lebih cepat dan efisien. Teknik normalisasi yang digunakan pada penelitian ini adalah z-score. Data indikator ketahanan pangan sebelum dan sesudah dinormalisasi disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Tiga Metode Clustering Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan terhadap tiga metode clustering yaitu: a. SOM Dengan menggunakan parameter awal yang dapat menghasilkan nilai DBI terbaik. b. SOM+Kmeans (Algoritme S-K) Dengan menggunakan ukuran cluster 3 dan initial centroid yang didapatkan dari metode SOM yang menghasilkan DBI terbaik, namun menggunakan algoritme k- means. c. K-means Menggunakan ukuran cluster 3 dan initial centroid yang dibangkitkan secara acak. Penerapan Algoritme SOM Data indikator ketahanan pangan yang telah dinormalisasi akan di-cluster menggunakan algoritme Self Organizing Maps (SOM). Masukan ke algoritme SOM adalah data dari praproses dengan kombinasi dari parameter awal. Kriteria pemberhentian clustering dilakukan dengan pembatasan jumlah epoch. Algoritme SOM dijalankan dengan 100, 200, dan 300 epoch. Hasil pengamatan Indeks Davies-Bouldin disajikan pada Lampiran 7. Jumlah cluster dan bobot yang didapat dari algoritme SOM akan menjadi input awal bagi algoritme clustering K-means. Indeks Davies-Bouldin (DBI) Pengamatan terhadap DBI dilakukan untuk mengukur validitas dari hasil clustering algoritme SOM dengan kombinasi berbagai parameter. Skema clustering yang optimal menurut Indeks Davies-Bouldin adalah yang memiliki Indeks Davies-Bouldin minimal. Hasil pengamatan dengan kombinasi berbagai parameter disajikan pada Lampiran 7. DBI terbaik untuk tiap ukuran cluster dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Indeks Davies-Bouldin terbaik untuk tiap ukuran cluster Ukuran cluster LR PLR Epoch DBI DBI Terbaik Dari hasil penelitian, Indeks Davies- Bouldin terbaik dihasilkan dengan parameter awal: ukuran cluster 3, learning rate 0.5, penurunan learning rate 1, iterasi 100 menghasilkan DBI (Tabel 1). Bobot optimal dengan ukuran cluster 3 dapat dilihat pada Lampiran 8. Clustering dengan Algoritme S-K Ukuran cluster dan bobot dari SOM dengan Indeks Davies-Bouldin terbaik menjadi masukan bagi algoritme K-means untuk mendapatkan final cluster (Tabel 2). Initial centroid sangat dibutuhkan pada algoritme K-means karena pada K-means nilai initial centroid dipilih secara acak sehingga mempengaruhi hasil clustering. Begitu juga dengan ukuran cluster, algoritme K-means tidak dapat menentukan ukuran cluster yang baik. Bobot optimal yang dihasilkan SOM digunakan sebagai initial centroid bagi algoritme K-means. Pada tahap ini akan dihasilkan cluster mengenai data indikator ketahanan pangan. Kemudian selanjutnya akan dilakukan perhitungan validasi dengan DBI. Dari algoritme S-K ini dihasilkan cluster dengan nilai DBI sebesar

15 7 Banyaknya anggota masing-masing cluster dengan ukuran cluster 3 disajikan pada Tabel 2. Nama-nama anggota masing-masing cluster dengan ukuran cluster 3 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2 Banyak anggota masing-masing cluster dengan ukuran cluster 3 Cluster ke- Banyak anggota Persentase banyak anggota % % % Tabel 3 Nama anggota pada masing-masing cluster hasil clustering dengan algoritme S-K Cluster ke- Anggota 1 Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Lembata, Sikka, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat, Alor, Ende, Flores Timur, Ngada. 2 Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima, Sumbawa Barat. 3 Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karang Asem. Perbandingan Hasil Clustering Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan terhadap hasil clustering algoritme SOM, S-K, dan K-means. Clustering menggunakan algoritme K-means dengan ukuran cluster 3 dan initial centroid yang dibangkitkan secara acak menghasilkan cluster dengan nilai DBI sebesar Final cluster dari penerapan algoritme S-K menghasilkan nilai DBI sebesar Nilai DBI hasil clustering menggunakan algoritme S-K lebih kecil dibanding nilai DBI hasil clustering SOM sebelumnya yang sebesar Nama-nama anggota masing-masing cluster dengan ukuran cluster 3 hasil clustering SOM dan hasil clustering K-means disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Nomor cluster tidak menunjukan tingkatan. Tabel 4 Nama anggota pada masing-masing cluster hasil clustering dengan algoritme SOM Cluster ke- Anggota 1 Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Lembata, Sikka, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat, Alor, Ende. 2 Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima, Sumbawa Barat, Flores Timur, Ngada. 3 Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karang Asem. Tabel 5 Nama anggota pada masing-masing cluster hasil clustering dengan algoritme K-means Cluster ke- Anggota 1 Sumbawa, Bima, Sumbawa Barat, Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat. 2 Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan. 3 Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karang Asem. Dari Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 terlihat bahwa hasil clustering dengan SOM, S-K, dan K-means untuk cluster 3 sama persis, perbandingan anggota hasil clustering disajikan pada Lampiran 9. Untuk menentukan hasil clustering yang terbaik dilakukan perbandingan terhadap hasil DBI. Nilai DBI yang dihasilkan oleh SOM sebesar

16 , nilai DBI hasil clustering algoritme S- K sebesar 1.011, dan nilai DBI clustering K- means sebesar 1.635, skema clustering yang optimal menurut Indeks Davies-Bouldin (DBI) adalah yang memiliki DBI minimal. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa algoritme S-K memberikan hasil clustering yang terbaik. Deskripsi Hasil Cluster Untuk mengetahui karakteristik indikator ketahanan pangan perlu dilakukan analisis, untuk mendapatkan hasil analisis yang baik tentunya membutuhkan hasil clustering yang valid. Dari hasil pengamatan nilai DBI SOM sebesar 2.696, DBI algoritme S-K 1.011, dan DBI K-means 1.635, menunjukan bahwa algoritme S-K menghasilkan clustering yang valid. Menurut instrumen situasi ketahanan pangan suatu wilayah, penilaian ketahanan pangan dikategorikan menjadi enam prioritas, di mana prioritas 1 merupakan wilayah sangat rawan pangan, prioritas 2 wilayah rawan pangan, prioritas 3 wilayah agak rawan pangan, prioritas 4 wilayah cukup tahan pangan, prioritas 5 wilayah tahan pangan, dan prioritas 6 wilayah sangat tahan pangan (DKP dan WFP 2009). Penilaian setiap indikator dan karakteristik cluster disajikan pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Cluster 1 yang memiliki 50% dari data (Tabel 2), adalah cluster yang memiliki nilai buruk pada indikator akses listrik, berat badan bayi di bawah standar, dan kemiskinan (prioritas 1). Hal yang perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah adalah perbaikan di bidang ekonomi untuk mengurangi angka kemiskinan, akses yang cukup terhadap listrik perlu ditingkatkan secara signifikan, merevitalisasi peran dan fungsi posyandu, PKK, dan bidan desa untuk menekan angka berat badan bayi di bawah standar, penyuluhan kesehatan dan gizi lebih digiatkan agar masyarakat dapat hidup sehat. Cluster 1 termasuk wilayah rawan pangan. Cluster 2 (23.33% dari data) adalah cluster yang memiliki nilai buruk pada indikator kemiskinan, berat badan bayi di bawah standar, dan angka harapan hidup berada prioritas 2, indikator perempuan buta huruf berada pada prioritas 3. Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan pembangunan ekonomi produktif, akses terhadap listrik perlu ditingkatkan, dan pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi posyandu, PKK, dan bidan desa, serta penyuluhan pola pengasuhan agar balita dapat berkembang dengan baik. Kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan pada cluster 2 ini adalah agak rawan pangan. Cluster 3 (26.67% dari data) adalah cluster yang memiliki indikator ketahanan terbaik. Namun cluster 3 berada di prioritas 3 pada indikator perempuan buta huruf. Program pendidikan, baik formal dan non-formal perlu diperhatikan dan dilaksanakan. Untuk indikator lainnya berada pada prioritas 5 dan prioritas 6. Ketahanan pangan di cluster 3 terjamin. Jumlah Anggota Bali NTB NTT Cluster Cluster Cluster Gambar 3 Gambar sebaran jumlah anggota berdasarkan provinsi Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kabupaten yang berada di Provinsi Bali termasuk dalam cluster yang memiliki kondisi ketahanan pangan yang terjamin (cluster 3). Bali harus melanjutkan usaha-usaha terbaiknya untuk memelihara tingkat komitmen saat ini. Seluruh kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk dalam cluster 2 dengan kondisi agak rawan pangan. Seluruh kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur berada di cluster yang memiliki nilai indikator yang buruk (cluster 1) dengan kondisi rawan pangan. Secara keseluruhan indikator yang memiliki nilai yang baik adalah akses terhadap fasilitas kesehatan. Akses terhadap fasilitas kesehatan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, hal ini disebabkan oleh meningkatnya investasi pemerintah pusat dan daerah untuk pembangunan infrastruktur kesehatan di seluruh Indonesia.

17 9 Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini telah diimplementasikan clustering menggunakan algoritme S-K untuk data ketahanan pangan di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dari hasil percobaan menggunakan SOM ditemukan bahwa clustering data ketahanan pangan yang memiliki Indeks Davies-Bouldin minimal adalah ukuran cluster 3, learning rate 0.5, penurunan learning rate 1, epoch 100 menghasilkan nilai Indeks Davies-Bouldin sebesar Bobot optimal yang dihasilkan SOM kemudian digunakan sebagai initial centroid bagi algoritme K-means untuk mendapatkan final cluster. Hasil validasi final cluster didapatkan nilai DBI sebesar Pada penelitian ini juga dilakukan clustering dengan algoritme K-means yang initial centroid-nya dibangkitkan secara acak, hasil validasi dengan DBI sebesar Jika dibandingkan nilai DBI hasil clustering algoritme SOM, S-K, dan K-means, algoritme S-K memiliki nilai DBI yang minimal. Terbukti bahwa algoritme S-K memberikan hasil clustering yang baik. Akan tetapi, pada penelitian ini masih terdapat anomali pada nilai DBI yang dihasilkan dari clustering SOM, secara teori seharusnya nilai DBI yang dihasilkan dari clustering SOM tidak terlalu jauh dari nilai DBI clustering S-K. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai validasi clustering. Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada cluster yang memiliki status rawan pangan. Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk dalam cluster dengan kondisi agak rawan pangan. Provinsi Bali berada pada cluster dengan kondisi ketahanan pangan terjamin. Saran Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan kombinasi dari algoritme clustering lainnya seperti integrasi algoritme semut dan K-means. Selain itu, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi hasil analisis cluster. DAFTAR PUSTAKA Demuth H, Beale M Neural Network Toolbox For Use with MATLAB. Massachusetts: The MathWorks. [DKP dan WFP] Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Indonesia. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI. Edward Clustering menggunakan self organizing maps (studi kasus: data PPMB IPB) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Han J, Kamber M Data Mining: Concepts and Techniques. Ed ke-2. San Francisco: Morgan Kaufman. Jain AK, Dubes RC Algorithms for Clustering Data. New Jersey: Prentice Hall. Kantardzic M Data Mining: Concepts, Models, Methods, and Algorithm. New Jersey: John Wiley & Sons. Kuo RJ, Ho LM, Hu CM Integration of self organizing feature map and K-means algorithm for market segmentation. Computers and Operations Research 29: Larose DT Discovering Knowledge in Data: An Introduction to Data mining. New Jersey: Wiley. Laurence F Fundamentals of Neural Networks. New Jersey: Prentice Hall. Salazar GEJ, Veles AC, Parra MCM, Ortega LO A cluster validity index for comparing non-hierarchical clustering methods. [terhubung berkala]. er.pdf [20 Jun 2012]. Saliem HP, Lokollo EM, Ariani M, Purwantini TB, Marisa Y Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Barat Dan Jawa Timur. Laporan Penelitian Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian RI. Wang HB, Yang HL, Xu ZJ, Yuan Z A clustering algorithm use SOM and K- means in intrusion detection. International Conference on E-Business and E- Government; Guangzhou, 7-9 Mei hlm

18 LAMPIRAN 10

19 Lampiran 1 Langkah-langkah clustering dengan algoritme K-means Clustering dengan K-means Jumlah cluster 3 Initial centroid Bobot optimal dari SOM digunakan sebagai initial centroid bagi K-means Data (x) V V V V4 Iterasi 1 Menghitung jarak antara data vektor input dan centroid dengan rumus jarak euclidean, jarak minimal menentukan vektor input masuk ke dalam cluster mana. C1 C2 C3 Cluster V V V V

20 Lampiran 1 Lanjutan Menghitung centroid baru C C C Iterasi 2 Menghitung jarak antara data vektor input dan centroid dengan rumus jarak euclidean, jarak minimal menentukan vektor input masuk ke dalam cluster mana. Lakukan hingga anggota cluster stabil. c1 c2 c3 Cluster v v v v Menghitung centroid baru C C C

21 Lampiran 2 Langkah-langkah clustering dengan algoritme SOM Clustering dengan algoritme SOM Tentukan parameter awal Learning rate 0.5 Penurunan learning rate 0.9 Ukuran tetangga 0 Ukuran cluster 3 Bobot awal (w) Data (x)

22 Lampiran 2 Lanjutan Epoch 1 Untuk vektor (x1) D(1) D(2) D(3) D(3) minimum maka vektor bobot di baris 3 dimodifikasi. w3 baru w baru Untuk Vektor (x2) D(1) D(2) D(3) D(2) minimum maka vektor bobot di baris 2 dimodifikasi. w2 baru w baru

23 Lampiran 2 Lanjutan Untuk vektor (x3) D(1) D(2) D(3) D(1) minimum maka vektor bobot di baris 1 dimodifikasi. w1 baru w baru Untuk vektor (x4) D(1) D(2) D(3) D(2) minimum maka vektor bobot di baris 2 dimodifikasi. w2 baru w baru Sebelum melakukan iterasi kedua dalam mengubah bobot, terlebih dahulu dilakukan modifikasi learning rate 15

24 Lampiran 2 Lanjutan Epoch 2 Learning rate baru = 0.45 Untuk vektor (x1) D(1) D(2) D(3) D(3) minimum maka vektor bobot di baris 3 dimodifikasi w3 baru w baru Untuk vektor (x2) D(1) D(2) D(3) D(2) minimum maka vektor bobot di baris 2 dimodifikasi w2 baru

25 Lampiran 2 Lanjutan w baru Untuk vektor (x3) D(1) D(2) D(3) D(1) minimum maka vektor bobot di baris 1 dimodifikasi w1 baru w baru Untuk vektor (x4) D(1) D(2) D(3) D(2) minimum maka vektor bobot di baris 2 dimodifikasi 17

26 Lampiran 2 Lanjutan w2 baru w baru Misalkan maksimum epoch adalah 2, maka bobot akhir yang kita dapatkan adalah w

27 Lampiran 2 Lanjutan Pengelompokan vektor dilakukan dengan menghitung jarak vektor dengan bobot optimal vektor(x1) vektor(x2) vektor(x3) D(1) D(1) D(1) D(2) D(2) D(2) D(3) D(3) D(3) Vektor (x1) masuk ke cluster 3 Vektor (x2) masuk ke cluster 2 Vektor (x3) masuk ke cluster 1 vektor(x4) D(1) D(2) D(3) Vektor (x4) masuk ke cluster 2 19

28 Lampiran 3 Langkah perhitungan Indeks Davies-Bouldin Nk = 3 Indeks Davies-Bouldin(DBI) Centroid Xi Mencari jarak intra cluster Mencari jarak inter-cluster sc(qk) = i X i - C k N k d kl = C k C l C k = Centroid dari cluster Q k X i = data, C k = Centroid N k =Banyak anggota dalam cluster Sc (c1) Sc (c2) Sc (c3) d 1, d 1, d 2, d 2, d 3, d 3,

29 21 Lampiran 3 Lanjutan Indeks Davies-Bouldin DB(nc)= 1 nc max sc Q k +sc(q l ) nc k=l d kl (Q k,q l ) nc = number of cluster (Sc1+Sc2)/d 1, (Sc2+Sc1)/d 2, (Sc3+Sc1)/d (Sc1+Sc3)/d 1, (Sc2+Sc3)/d 2, (Sc3+Sc2)/d 3, max max max DB (nc) = =

30 22 Lampiran 4 Indikator ketahanan pangan No Indikator Definisi 1 Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi+jagung+ubi kayu+ubi jalar 2 Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan 3 Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai 4 Persentase rumah tangga tanpa akses listrik 5 Angka harapan hidup pada saat lahir 6 Berat badan balita di bawah standar (Underweight) Ketersediaan bersih serealia per kapita per hari dihitung dengan membagi total ktersediaan serealia kabupaten dengan jumlah populasi. Konsumsi normatif serealia/hari/kapita adalah 300 gram/orang/hari. Kemudian dihitung rasio konsumsi normatif perkapita terhadap ketersediaan bersih serealia perkapita. Rasio lebih besar dari 1 menunjukan daerah defisit pangan dan daerah dengan rasio lebih kecil dari 1 adalah surplus untuk produksi serealia. Nilai rupiah pengeluaran perkapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Garis kemiskinan nasional menggunakan US$ 1,55 (Purchasing Power Parity) per orang per hari. Lalu lintas antar desa yang tidak bisa dilalui oleh kendaraaan roda empat. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator. Perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya. Anak di bawah lima tahun yang berat badannya kurang dari -2 Standar Deviasi (-2 SD) dari berat badan normal pada usia dan jenis kelamin tertentu (Standar WHO 2005). 7 Perempuan buta huruf Persentase perempuan di atas 15 tahun yang tidak dapat membaca atau menulis. 8 Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih 9 Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air minum yang berasal dari air leding/pam, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindungi. Persentase rumah tangga yang tinggal pada jarak lebih dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan ( rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, dan paramedik) 22

31 Lampiran 5 Data indikator ketahanan pangan sebelum dinormalisasi ID PROVINSI Kabupaten Listrik Air Buta Huruf Kemiskinan Jalan Kesehatan BB bayi di bawah standar Angka harapan hidup Rasio konsumsi 1 Bali Jembrana Bali Tabanan Bali Badung Bali Gianyar Bali Klungkung Bali Bangli Bali Karang Asem Bali Buleleng Nusa Tenggara Barat Lombok Barat Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Nusa Tenggara Barat Sumbawa Nusa Tenggara Barat Dompu Nusa Tenggara Barat Bima

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB)

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) Irman Hermadi 1, Imas S. Sitanggang 1, Edward 2 1 Staf Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan sehingga dapat diproses dengan SOM. Pada tahap seleksi data, dipilih data perkembangan anak berdasarkan kategori dan rentang usianya. Kategori perkembangan tersebut merupakan perkembangan kognitif, motorik

Lebih terperinci

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) Oleh: EDWARD G

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) Oleh: EDWARD G CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) Oleh: EDWARD G64102008 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PERKEMBANGAN ANAK DI KABUPATEN BOGOR) WANGI SARASWATI

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PERKEMBANGAN ANAK DI KABUPATEN BOGOR) WANGI SARASWATI i CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PERKEMBANGAN ANAK DI KABUPATEN BOGOR) WANGI SARASWATI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM)

Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM) Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM) 1 Tantri Lestari, 2 Abdul Kudus, 2 Sutawanir Darwis

Lebih terperinci

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600 Citra asli Citra ya Inisialisasi: Topologi jaringan, Bobot awal, Lebar tetangga, Nilai laju awal pembelajaran Kriteria pemberhentian Training Error> -6 Epoch< 4 Alpha> HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang Abstract: Various methods on artificial neural network has been applied to identify

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITME FEATURE SELECTION INFORMATION GAIN DAN SYMMETRICAL UNCERTAINTY PADA DATA KETAHANAN PANGAN DELKI ABADI

PERBANDINGAN ALGORITME FEATURE SELECTION INFORMATION GAIN DAN SYMMETRICAL UNCERTAINTY PADA DATA KETAHANAN PANGAN DELKI ABADI PERBANDINGAN ALGORITME FEATURE SELECTION INFORMATION GAIN DAN SYMMETRICAL UNCERTAINTY PADA DATA KETAHANAN PANGAN DELKI ABADI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Implementasi Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian

Implementasi Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Implementasi Sistem Clustering FCM diimplementasikan pada program yang dikembangkan dengan perangkat lunak Matlab v.7.7. Tahap implementasi sistem mengikuti langkahlangkah melakukan clustering dengan FCM,

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN CITRA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE SOM KOHONEN DUA DIMENSI DAN PRAPROSES WAVELET SARIBATIARA

PENGELOMPOKAN CITRA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE SOM KOHONEN DUA DIMENSI DAN PRAPROSES WAVELET SARIBATIARA PENGELOMPOKAN CITRA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE SOM KOHONEN DUA DIMENSI DAN PRAPROSES WAVELET SARIBATIARA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki penduduk 230 juta dengan beraneka ragam budaya, sosio-ekonomi dan letak geografis menduduki peringkat 107 dari 177 negara untuk indeks pembangunan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Abstrak

PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Abstrak PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Dini Fakta Sari Teknik Informatika STMIK AKAKOM Yogyakarta dini@akakom.ac.id Abstrak Tenaga

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 16/07/Th. XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PENGGALIAN DATA UNTUK PEMETAAN Rosihan Asmara, SE, MP Email :rosihan@brawijaya.ac.id UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Peta Kerawanan Pangan Peta kerawanan pangan pada tingkat provinsi merupakan alat-bantu

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BERBASIS LVQ MENGGUNAKAN OPTIMASI LEARNING RATE UNTUK MEMILIH SISWA PESERTA OSN

KLASIFIKASI BERBASIS LVQ MENGGUNAKAN OPTIMASI LEARNING RATE UNTUK MEMILIH SISWA PESERTA OSN KLASIFIKASI BERBASIS LVQ MENGGUNAKAN OPTIMASI LEARNING RATE UNTUK MEMILIH SISWA PESERTA OSN Wahyu Hadi Pujianto 1), Mochamad Hariadi 2) dan Surya Sumpeno 3) 1) Bidang Keahlian Telematika (Kosentrasi CIO)

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT

1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT Upaya pengurangan angka kemiskinan dan kelaparan di dunia pada Tahun 2015 sampai setengahnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 05/05/53/Th. XX, 20 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

Disusun oleh MUHAMMAD NAJIB HILMI SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan Statistika

Disusun oleh MUHAMMAD NAJIB HILMI SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan Statistika PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DENGAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) (Studi Kasus di Fakultas Sains dan Matematika Universitas

Lebih terperinci

PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS

PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS Ahmad Mulla Ali Basthoh 1, Surya Sumpeno 2, dan I Ketut Eddy Purnama 3 Jurusan Teknik Elektro FTI, ITS, Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode BAB III K-MEANS CLUSTERING 3.1 Analisis Klaster Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis klaster tidak ada

Lebih terperinci

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means,

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means, K- Pembentukan cluster dalam Knowledge Discovery in Database dengan Algoritma K-Means Oleh: Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,email: andayani@uny.ac.id Abstrak Pembentukan cluster merupakan

Lebih terperinci

2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan

2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DATA KORDINAT BTS MENGGUNAKAN k-means DAN VISUALISASI BERBASIS GOOGLE MAP

PENGELOMPOKAN DATA KORDINAT BTS MENGGUNAKAN k-means DAN VISUALISASI BERBASIS GOOGLE MAP PENGELOMPOKAN DATA KORDINAT BTS MENGGUNAKAN k-means DAN VISUALISASI BERBASIS GOOGLE MAP Rudy Hermayadi 1), Hery M. Purnomo 2) dan I Ketut Eddy Purnama 3) 1) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Muhammad Toha, 1), I Ketut Edy Purnama 2) dan Surya Sumpeno 3) 1) Bidang Keahlian Telematika (Konsentrasi CIO) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Lingkungan Pengembangan Data Mining HASIL DAN PEMBAHASAN Preprocessing Data

Lingkungan Pengembangan Data Mining HASIL DAN PEMBAHASAN Preprocessing Data Setelah dilakukan analisis clustering maka algoritme tersebut akan dibandingkan berdasarkan cluster yang terbentuk dari hasil analisis cluster-nya. Hasil perbandingan diharapkan dapat membuktikan bahwa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA

PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 11 PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA Lilia Rahmawati 1, Andharini Dwi Cahyani 2, Sigit Susanto Putro

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN aturan 3--5 untuk menentukan interval akan dibagi menjadi berapa kelompok. Hasilnya akan menjadi hirarki paling atas. Kemudian nilai maksimum dan nilai minimum diperiksa apakah nilainya masuk ke dalam

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang BAB III PEMBAHASAN Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang diperkenalkan oleh Professor Teuvo Kohonen pada tahun 1982. Self Organizing Map merupakan salah satu bentuk topologi

Lebih terperinci

DATA MINING CLUSTERING DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN JADWAL KEBERANGKATAN DI TRAVEL PT. XYZ TASIKMALAYA

DATA MINING CLUSTERING DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN JADWAL KEBERANGKATAN DI TRAVEL PT. XYZ TASIKMALAYA DATA MINING CLUSTERING DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN JADWAL KEBERANGKATAN DI TRAVEL PT. XYZ TASIKMALAYA Aseptian Nugraha, Acep Irham Gufroni, Rohmat Gunawan Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN Fauziah Nur1, Prof. M. Zarlis2, Dr. Benny Benyamin Nasution3 Program Studi Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pengembangan Perangkat Lunak Berbasis Suara Ucapan untuk Membuka dan Mencetak Dokumen

Tugas Akhir Pengembangan Perangkat Lunak Berbasis Suara Ucapan untuk Membuka dan Mencetak Dokumen Tugas Akhir Pengembangan Perangkat Lunak Berbasis Suara Ucapan untuk Membuka dan Mencetak Dokumen Oleh: Abd. Wahab 1208100064 Pembimbing: Drs. Nurul Hidayat, M.Kom 19630404 198903 1 002 BAB1 Pendahuluan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 429-437 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN METODE K MEANS DAN SELF ORGANIZING MAP (STUDI KASUS:

Lebih terperinci

Student Clustering Based on Academic Using K-Means Algoritms

Student Clustering Based on Academic Using K-Means Algoritms Student Clustering Based on Academic Using K-Means Algoritms Hironimus Leong, Shinta Estri Wahyuningrum Faculty of Computer Science, Faculty of Computer Science Unika Soegijapranata marlon.leong@gmail.com

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MULTIDIMENSI MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING BERBASIS MAHALANOBIS DISTANCE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MULTIDIMENSI MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING BERBASIS MAHALANOBIS DISTANCE SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MULTIDIMENSI MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING BERBASIS MAHALANOBIS DISTANCE WRS Nurwidodo 1) dan Mochamad Hariadi 2) Jurusan Teknik Elektro FTI, ITS, Surabaya Kampus ITS Keputih,

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N Latar Belakang

P E N D A H U L U A N Latar Belakang KLASIFIKASI KEKERAPAN KUNJUNGAN LOKASI BERBASIS LOCATION BASED SERVICE (LBS) MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAP (SOM) Oleh : Dhanang Fitra Riaji (NRP : 2208205737) PROGRAM MAGISTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia Menggunakan Kohonen Self Organizing Maps

Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia Menggunakan Kohonen Self Organizing Maps Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 188-194 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 188 Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia

Lebih terperinci

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz Data yang pada awalnya berupa chanel stereo diubah ke dalam chanel mono. Kemudian data tersebut disimpan dengan file berekstensi WAV. Praproses Pada tahap ini dilakukan ekstraksi ciri menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam manajemen informasi karena jumlah informasi yang semakin besar jumlahnya. Data mining sendiri

Lebih terperinci

PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DENGAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM)

PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DENGAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 53-60 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

VISUALISASI K-MEANS CLUSTERING PADA DATA POTENSI PERTANIAN DESA DI BOGOR MENGGUNAKAN MAPSERVER HENRI HARIANJA

VISUALISASI K-MEANS CLUSTERING PADA DATA POTENSI PERTANIAN DESA DI BOGOR MENGGUNAKAN MAPSERVER HENRI HARIANJA VISUALISASI K-MEANS CLUSTERING PADA DATA POTENSI PERTANIAN DESA DI BOGOR MENGGUNAKAN MAPSERVER HENRI HARIANJA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means

Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means Yohannes Teknik Informatika STMIK GI MDD Palembang, Indonesia Abstrak Klasterisasi merupakan teknik pengelompokkan data berdasarkan kemiripan data.

Lebih terperinci

Better Prepared And Ready to Help

Better Prepared And Ready to Help Mengukur dan Memahami Kerawanan Pangan di Indonesia: Pengalaman WFP Emergency Retno Sri Handini Preparedness VAM Officer Mission Nepal Yogyakarta, 10 Desember 2015 Outline 1. Program WFP di Indonesia 2.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Transformasi data, mengubah data ke bentuk yang dapat di-mine sesuai dengan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian. Penentuan Data Latih dan Data Uji Dalam penelitian ini data terdapat dua metode

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN ABSTRAK

KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN ABSTRAK KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN Safwandi. ST., M.Kom 1, Yenni Maulida, S.T ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan tentang suatu metode klasifikasi bentuk daun berdasarkan input berupa bentuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur Ekonomi Sumbawa Barat Sebelum Transformasi Sektor pertambangan memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembentukan nilai output Kabupaten Sumbawa Barat dengan nilai

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dalam penelitian ini berjudul Penentuan Wilayah Usaha Pertambangan Menggunakan Metode Fuzzy K-Mean Clustering

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Proses Dasar Sistem Proses dasar pengembangan sistem secara umum terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1 Praproses. Pada tahap ini dilakukan persiapan yang meliputi seleksi data, transformasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KLASTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA PADA PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STRATA SATU

PENERAPAN METODE KLASTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA PADA PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STRATA SATU PENERAPAN METODE KLASTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA PADA PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STRATA SATU Gita Premashanti Trayasiwi Program Studi Teknik Informatika S1,

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp. 37-42 ISSN: 2303-1751 KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR Ni Luh Ardila Kusumayanti 1, I Komang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering

HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Clustering Perangkat lunak: Sistem operasi: Windows XP Home Edition, WEKA versi 3.5.7, ArcView GIS 3.3, Map Server For Windows (ms4w) 2.3.1 Chameleon 2.4.1 Perangkat keras: Prosessor intel Pentium 4 ~2GHz Memory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Oleh karena itu untuk meningkatkan akurasinya, proses learning harus dihentikan lebih awal atau melakukan pemotongan tree secara umum. Untuk itu diberikan 2 (dua) buah threshold yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI

PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI PENGGEROMBOLAN DUA TAHAP DESA-DESA DI JAWA TENGAH ALIFTA DIAH AYU RETNANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN ALIFTA DIAH AYU RETNANI.

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 016 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 009-013 MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING

IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING Yoga Bhagawad Gita 1, Ahmad Saikhu 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BAYI DAN BALITA PADA KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BAYI DAN BALITA PADA KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BAYI DAN BALITA PADA KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH Erga Aprina Sari Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian

Lebih terperinci

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Kajian 0854-0675 Pustaka Volume14, Nomor 4, Oktober 2006 Kajian Pustaka: 147-153 Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto (versi 1.3) Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami

Lebih terperinci

TAKARIR. : Mengelompokkan suatu objek yang memiliki kesamaan. : Kelompok atau kelas

TAKARIR. : Mengelompokkan suatu objek yang memiliki kesamaan. : Kelompok atau kelas TAKARIR Data Mining Clustering Cluster Iteratif Random Centroid : Penggalian data : Mengelompokkan suatu objek yang memiliki kesamaan. : Kelompok atau kelas : Berulang : Acak : Pusat area KDD (Knowledge

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PROSES BUSINESS DATA MAHASISWA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG MENGGUNAKAN TEKNIK DATA MINING

KLASIFIKASI PROSES BUSINESS DATA MAHASISWA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG MENGGUNAKAN TEKNIK DATA MINING KLASIFIKASI PROSES BUSINESS DATA MAHASISWA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG MENGGUNAKAN TEKNIK DATA MINING Moh Ahsan Universitas Kanjuruhan Malang ahsan@unikama.ac.id ABSTRAK. Universitas Kanjuruhan Malang

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROGRAM PNPM MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR TUGAS AKHIR

PENGELOMPOKAN PROGRAM PNPM MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR TUGAS AKHIR PENGELOMPOKAN PROGRAM PNPM MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR TUGAS AKHIR Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami tipe-tipe data dalam clustering Memahami beberapa algoritma

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/ KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors

Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors Gede Aditra

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi nusa tenggara timur sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta

Lebih terperinci

DIAGNOSA PENYAKIT PARU EFUSI PLEURA DENGAN PENDEKATAN POSSIBILISTIC FUZZY LEARNING VECTOR QUANTIZATION SKRIPSI

DIAGNOSA PENYAKIT PARU EFUSI PLEURA DENGAN PENDEKATAN POSSIBILISTIC FUZZY LEARNING VECTOR QUANTIZATION SKRIPSI DIAGNOSA PENYAKIT PARU EFUSI PLEURA DENGAN PENDEKATAN POSSIBILISTIC FUZZY LEARNING VECTOR QUANTIZATION SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Strata Satu Jurusan Informatika Disusun

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian

Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian Wiji Lestari, Singgih Purnomo STMIK Duta Bangsa Surakarta ABSTRAK Clustering adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Clustering adalah proses di dalam mencari dan mengelompokkan data yang memiliki kemiripan karakteristik (similarity) antara satu data dengan data yang lain. Clustering

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM)

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM) KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM) Bambang Trianggono *, Agus Zainal Arifin * Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan data mahasiswa Fakultas Teknik alumni 2013-2015, rentan waktu itu di jadikan sebagai bahan penelitian karena cukup relevan dengan tahun sekarang, faktor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Strata Satu Jurusan Informatika. Disusun Oleh: WINA ISTI RETNANI NIM.

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Strata Satu Jurusan Informatika. Disusun Oleh: WINA ISTI RETNANI NIM. PERBANDINGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION LEVENBERG MARQUARDT (LM) DENGAN BACKPROPAGATION GRADIENT DESCENT ADAPTIVE GAIN (BPGD/AG) DALAM PREDIKSI JUMLAH PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR

SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN SISTEM REKOMENDASI PEMINJAMAN BUKU BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAP CLUSTERING PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN (BAPERSIP) PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN KATA PADA BERBAGAI KONDISI KESEHATAN PEMBICARA BAYU INDRAYANA

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN KATA PADA BERBAGAI KONDISI KESEHATAN PEMBICARA BAYU INDRAYANA PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN KATA PADA BERBAGAI KONDISI KESEHATAN PEMBICARA BAYU INDRAYANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kesehatan balita bisa diketahui salah satunya melalui penilaian status gizinya. Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

Kesehatan balita bisa diketahui salah satunya melalui penilaian status gizinya. Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah 16 khazanah informatika Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika 1* 1 1 Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta *fyai181@ums.ac.id Kesehatan balita bisa diketahui salah satunya

Lebih terperinci

Pengelompokan Data Guru Untuk Pemilihan Calon Pengawas Satuan Pendidikan Menggunakan Metode Fuzzy C-Means dan Kohonen Self Organizing Maps

Pengelompokan Data Guru Untuk Pemilihan Calon Pengawas Satuan Pendidikan Menggunakan Metode Fuzzy C-Means dan Kohonen Self Organizing Maps Pengelompokan Data Guru Untuk Pemilihan Calon Pengawas Satuan Pendidikan Menggunakan Metode Fuzzy C-Means dan Kohonen Self Organizing Maps Muslem 1, Eko Mulyanto Yuniarno 2, I Ketut Eddy Purnama 3 Magister

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data Faktor-Faktor Penentu Wilayah Rawan Penyakit Malaria di Provinsi NTT

Lampiran 1: Data Faktor-Faktor Penentu Wilayah Rawan Penyakit Malaria di Provinsi NTT LAMPIRAN Lampiran 1: Data FaktorFaktor Penentu Wilayah Rawan Penyakit Malaria di Provinsi NTT Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Malaria (jiwa) X1 Curah hujan (mm) X2 Ketinggia n Wilayah (mdpl) X3 Kepadatan Penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Sponge atau poriferans berasal dari bahasa Latin yaitu porus yang artinya pori dan ferre yang artinya memiliki. Sponge adalah hewan berpori, pada umumnya terdapat di lautan,

Lebih terperinci

dengan Algoritma K Means

dengan Algoritma K Means K Pembentukan cluster dalam Knowledge Discovery in Database dengan Algoritma K Means Oleh: Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,email: andayani@uny.ac.id Abstrak Pembentukan cluster merupakan

Lebih terperinci

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fitri Hidayah Sundawati 1), Jadi Suprijadi 2), Titi Purwandari 3) 1) Mahasiswa Statistika Terapan, UniversitasPadjadjaran-Indonesia 2) Pengajar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014 IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014 Kanthi Wulandari, Akhmad Fauzy Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

SISTEM MARKET BASKET UNTUK MENENTUKAN TATA LETAK PRODUK PADA SUATU SWALAYAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING SKRIPSI STEFFI ANDINA SEBAYANG

SISTEM MARKET BASKET UNTUK MENENTUKAN TATA LETAK PRODUK PADA SUATU SWALAYAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING SKRIPSI STEFFI ANDINA SEBAYANG SISTEM MARKET BASKET UNTUK MENENTUKAN TATA LETAK PRODUK PADA SUATU SWALAYAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING SKRIPSI STEFFI ANDINA SEBAYANG 071402041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK

CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK Budi Warsito, Dwi Ispriyanti dan Henny Widayanti Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Semarang ABSTRACT Industrial

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Levina Fitri Rahmawati, Isnandar Slamet, dan Diari Indriati Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung keputusan Pengertian keputusan Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternative

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung keputusan Pengertian keputusan Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternative BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung keputusan 2.1.1. Pengertian keputusan Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternative yang dilakukan secara sadar dengan menganalisa kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci