ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS BRANTAS ANGGI PUTRI ANTIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS BRANTAS ANGGI PUTRI ANTIKA"

Transkripsi

1 ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS BRANTAS ANGGI PUTRI ANTIKA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN ANGGI PUTRI ANTIKA. Analisis Willingness to Accept Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Brantas. Dibimbing oleh ADI HADIANTO Salah satu solusi guna mengatasi potensi konflik dan kompetisi dalam pemanfaatan air adalah penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). Dalam penerapan PJL perlu adanya studi yang mengkaji mengenai besarnya nilai pembayaran yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis persepsi petani terhadap program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas; (2) mengestimasi besarnya dana kompensasi yang mau diterima petani atau Willingness to Accept (WTA) terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas; (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA responden terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS Brantas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, Contingent Valuation Method (CVM), dan analisis regresi. Analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam menganalisis presepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan. CVM digunakan untuk mengestimasi nilai WTA masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan, sedangkan analisis regresi digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi sebagian besar responden menilai baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang pernah berjalan. Responden menilai baik terhadap program dikarenakan selama berjalanya program responden terlibat langsung. Kendala-kendala yang dialami responden akan di selesaikan bersama. Responden juga merasa puas karenakan perubahan kualitas lingkungan yang semakin baik. Udara yang lebih sejuk serta kuantitas air yang melimpah baik di musin kemarau maupun musim hujan. Responden juga menilai cara penetapan nilai konpensasi cukup baik karena dianggap sesuai dengan harapan. Hanya lima dari 54 responden yang menyatakan tidak bersedia menerima nilai pembayaran sesuai dengan skenario yang ditawarkan dengan alasan mereka sudah terlalu tua atau tidak ada waktu lagi untuk mengurus lahan mereka. Selain itu, beberapa responden mengatakan tanah mereka juga akan dibagi kepada anakanaknya. Responden yang tidak bersedia pada umumnya adalah responden dengan usia lanjut atau tua. Berdasarkan hasil analisis CVM diperoleh nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp per pohon per tahun. Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran dengan jumlah pohon yang ada pada 17 ha lahan yang diikutkan pada program, maka nilai total yang harus diserahkan kepada Kelompok Tani Sumber Urip adalah Rp per tahun. Evaluasi pelaksanaan CVM dilakukan dengan melihat nilai R 2 analisis berganda yaitu sebesar 43,6%. Nilai R 2 yang kecil ini disebabkan oleh pengambilan data primer cross section yang dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan untuk populasi belum dapat menangkap keragaman yang ada secara keseluruhan.

3 Sementara itu, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi nilai WTA responden adalah jumlah pohon yang diikutkan dalam program PJL, tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama tinggal, kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi. Setelah dilakukan analisis regresi berganda dengan menggunakan Minitab for Windows Release 14, diperoleh bahwa nilai WTA responden Kelompok Tani Sumber Urip dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jumlah pohon yang diikutsertakan dalam program pembayaran jasa lingkungan dan jumlah tanggungan responden. Kata Kunci : Pembayaran Jasa Lingkungan, WTA ii

4 ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS BRANTAS ANGGI PUTRI ANTIKA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul Skripsi : Analisis Willingness to Accept Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Brantas Nama : Anggi Putri Antika NIM : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Adi Hadianto, S.P, M.Si NIP: Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr.Ir. Aceng Hidayat, MT NIP: Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS BRANTAS BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, April 2011 Anggi Putri Antika H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Anggi Putri Antika, dilahirkan pada tanggal 03 Oktober 1988 di Malang. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Supardi dan Sri Syahadatina. Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Tunjungsekar 03 Malang, kemudian melanjutkan ke SLTPN 11 Malang dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMU Laboratorium Universitas Negeri Malang dan lulus pada tahun Setelah menyelesaikan pendidikan 12 tahun, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Penulis diterima di perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Pada tahun 2007, secara resmi diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Menejemen (FEM), IPB. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan. Pada tahun 2007 aktif sebagai staf Information And Comunication REESA IPB hingga tahun Pada Tahun 2008 penulis menerima dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat dengan judul Pembudidayaan Jahe dan Pengembangannya Menjadi Usaha Jahe Instan di Wilayah Padat Pemukiman Posdaya Tegal Gundil, Kota Bogor.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, karunia serta segala pertolongan dan kemudahan yang diberikan-nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Willingness To Accept Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Brantas. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh potensi penebangan secara berlebihan oleh masyarakat sekitar DAS Brantas. DAS Brantas merupakan sumber mata air yag menopang kegiatan ekonomi Kota Malang dan Kota Batu. Solusi yang dapat diterapkan yaitu Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis Willingness to Accept (WTA) dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, April 2011 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan syukur yang tak terhinggga kepada Allah SWT yang memberikan izin serta ridho-nya atas terlaksananya penelitian ini. Penulis pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Adi Hadianto, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan perhatiannya. 2. A. Faroby Falatehan, S.P, ME dan Nuva, S.P, M.Sc yang berkenan sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran. 3. Ayahanda Supardi, ibunda Sri Syahadatina atas doa, motivasi dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Kartomo sebagai Ketua Kelompok Tani Sumber Urip, Perum Jasa Tirta I dan instansi-instansi lainnya yang telah membantu dalam penelitian. 5. Adnan Rifaie Ulya dan Haidar Rifaie Mulyana, atas doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. 6. Rekan-rekan satu bimbingan Dwi Handayani, Eka Ratnawati dan Luki Amirul Samsi yang telah memberikan dukungan. 7. Keluarga besar ESL 43, teman terbaik sebagai batu pijak meraih mimpi. Sahabat-sahabat Sari, Rahmi, Emil, Tina, Bryan, Aryo, Ulhaq dan Meirina atas suka duka dan kebersamaan dalam ruang dan waktu. 8. Seluruh dosen dan staf departemen yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.

10 DAFTAR ISI RINGKASAN.. HALAMAN PENGESAHAN.... HALAMAN PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... II. TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Alam dan Lingkungan Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai Nilai Ekonomi Suberdaya Alam dan Lingkungan Pembayaran Jasa Lingkungan Pengertian Pembayaran Jasa Lingkungan Mekenisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mafaat Pembayaran Jasa Lingkungan Metode Estimasi Penilaian Jasa Lingkungan Konsep Contingent Valiation Method (CVM) Tahapan Contingent Valiation Method (CVM) Penelitian Terdahulu... III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Langkah-langkah untuk mengetahui Nilai Willingness to Accept Responden Analisis Regresi Linier Halaman i iv v vi vii viii ix xii xiii xiv

11 3.2 Kerangka Operasional... IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Penentuan Jumlah Responden Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Persepsi Petani Terhadap Program Pembayaran jasa lingkungan Estimasi Nilai WTA Responden Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Analisis Fungsi WTA Hipotesa Pengujian Parameter... V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kependudukan Krakteristik Sosial Ekonomi Responden Jenis Kelamin Usia Lama Pendidikan Formal Jumlah Tanggungan Tingkat Pendapatan Lama Tinggal Status Kepemilikan Lahan.. VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Pengetahuan Responden Mengenai Peran Penting Serta Usaha Konservasi DAS Brantas Pengetahuan Responden Mengenai Program Pembayaran Jasa Lingkungan Penilaian Responden Terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan Penilaian Responden Terhadap Cara Penetapan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan.. VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Kesediaan Responden Analisis Willingness to Accept (WTA). 7.3Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Accept (WTA)... VII. KESIMPULAN DAN SARAN x

12 8.1 Kesimpulan 8.2 Saran.. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xi

13 DAFTAR TABEL Nomor Metode Analisis Data... Luas Wilayah Desa Tlekung Menurut Penggunaannya Tahun Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Tlekung Tahun Peran Penting DAS Brantas.. Alasan Perusahaan Membayarkan Dana Kompensasi.. Besaran WTA Responden..... Besaran Nilai WTA Responden... Total WTA Responden..... Hasil Analisis Nilai WTA Responden.. Halaman

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan... Diagram Alur Kerangka Pemikiran... Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Sebaran Responden Menurut Usia Sebaran Responden Menurut Lama Pendidikan Formal.. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan... Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan... Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal. Penilaian Responden Mengenai Pentingnya Usaha Konservasi. Pengetahuan Responden Mengenai Pihak yang Memberikan Kompensasi dalam Pembayaran Jasa Lingkungan... Pengetahuan Responden Mengenai Perannya dalam Program Pembayaran Jasa Lingkungan... Penilaian Responden terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan... Kepuasan Responden terhadap Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan... Kesediaan Responden dalam Menerima Nilai Pemabayaran Jasa Lingkungan Dugaan Kurva Tawaran WTA Responden... Halaman

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Hasil Estimasi Model WTA... Hasil Run Test. Hasil Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil Uji Glesjer.. Dokumentasi Kondisi Lahan Sebelum dan Sesudah Program Pembayaran Jasa Lingkungan.. Halaman

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia. Menurut Fauzi (2006), hutan termasuk sumber daya alam terbarukan. Sumber daya ini merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan. Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki bebagai manfaat yang dapat diberikan bagi kehidupan manusia. Menurut Nilsson dalam Suhendang (2002) macam-macam fungsi hutan dapat dikelompokan ke dalam fungsi untuk: 1) menghasilkan kayu industri, 2) menghasilkan kayu bakar dan arang, 3) menghasilkan hasil hutan bukan kayu, 4) menyediakan lahan untuk pemukiman manusia dan pertanian, 5) memberikan perlindungan terhadap siklus air dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengendalian erosi, 6) tempat penyimpanan karbon, 7) pemeliharaan keanekaragaman hayati dan habitat serta, 8) obyek ekoturisme dan rekreasi alam. Terkait dengan fungsi hutan sebagai perlindungan siklus air dalam DAS, keberadaan pohon-pohon dari hutan dalam DAS sangatlah penting. Apabila pohon-pohon tersebut ditebang habis maka air hujan yang jatuh

17 dalam DAS akan langsung mengalir melalui aliran permukaan tanpa terserap terlebih dahulu ke dalam tanah. Air merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Peningkatan jumlah penduduk terkadang menimbulkan masalah mengenai fluktuasi kuantitas air serta penurunan kualitas air. Penyediaan air yang baik secara kualitas maupun kuantitas erat kaitannya dengan pengelolaan DAS sebagai daerah sumber air. Menurut Tim Studi PES RMI (2007) Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa. DAS Brantas sebagai sumber mata air bagi sektor pertanian, industri serta jasa. Kontribusi DAS Brantas sangat besar bagi kegiatan ekonomi di Kota Batu dan Kota Malang. Segala aktivitas ekonomi dapat berjalan lancar apabila didukung dengan terjaganya kondisi hulu DAS Brantas Pada awalnya, di daerah tersebut terdapat 13 mata air, akan tetapi saat ini jumlah mata air tersebut semakin berkurang. Penyebab berkurangnya disebabkan aktifitas yang berlebihan dari masyarakat, pengusaha, petani maupun penebang liar di hutan sekitar mata air tersebut. Aktifias berlebihan tidak hanya menurunkan kuantitas air namun juga menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas dan kuantitas air yang terjadi di DAS Brantas dapat memicu konflik dan kompetisi dalam pemanfaatan air. Guna mengatasi potensi konflik dan kompetisi diperlukan solusi dalam mengelola DAS Brantas. Salah satu instrument ekonomi yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah melalui penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). PJL merupakan pembayaran jasa lingkungan antara pemanfaat jasa maupun penyedia jasa. Hal ini bertujuan agar masyarakat di daerah hulu sebagai penyedia jasa lingkungan memperoleh intensif atas upaya konservasi hutan dan upaya tata guna lahan bagi kepentingan tata guna 2

18 air di bagian hulu. Masyarakat di daerah hilir sebagai pemanfaat jasa lingkungan dapat memanfaatkan ketersediaan air secara berkelanjutan sehingga dapat mendukung berbagai kegiatan ekonomi. Berdasarkan kondisi DAS Brantas saat ini, peneliti merasa perlu adanya studi yang mengkaji mengenai besarnya nilai pembayaran yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). CVM merupakan salah satu pendekatan ekonomi dalam menentukan nilai ekonomi dari suatu barang lingkungan. CVM dapat memberikan informasi mengenai nilai perbaikan jasa lingkungan berdasarkan jumlah nominal yang bersedia diterima masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Pembayaran jasa lingkungan (PJL) dalam model hubungan hulu-hilir di DAS Brantas pernah dilaksanakan pada tahun PJL dilakukan antara Perum Jasa Tirta I (PJT-I) sebagai pemanfaat dengan masyarakat Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu. Masyarakat yang mengikuti program ini adalah Kelompok Tani Sumber Urip Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu, dikarenakan lahan-lahan yang digunakan dalam program ini adalah lahan yang dikelola oleh para petani tersebut. PJT-I sebagai pihak yang wajib mengeluarkan dana atas PJL DAS Brantas menyerahkan dana tersebut kepada Yayasan Pengembangan Pedesaan (YPP). YPP merupakan pihak yang berperan sebagai perantara dari proses PJL DAS Brantas. Kesepakatan antara YPP dengan petani berlangsung selama 12 bulan. 3

19 Kesepakatan dalam hubungan hulu-hilir ini mewajibkan PJT-I menyerahkan dana PJL sebesar Rp kepada masyarakat untuk lahan seluas 17,72 ha. Dana dalam program ini diberikan kepada masyarakat dan digunakan untuk pembelian bibit tanaman, pupuk untuk perawatan serta melakukan pelatihan bagi para petani 1. Masyarakat sebagai pihak yang menerima dana PJL diwajibkan untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tersebut meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiraman dan lain sebagainya secara swadaya sampai tanaman tersebut masuk masa panen. Hasil panen tanaman tersebut sepenuhnya sebagai milik masyarakat namun, untuk hasil kayu masyarakat harus memperolehnya dengan sistem tebang pilih sesuai dengan perjanjian. Sistem tebang pilih ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kondisi DAS Brantas. Setelah program berjalan selama 12 bulan, pihak PJT-I akan melakukan negoisasi kembali saat tanaman masyarakat tumbuh dengan baik. Pada tahun 2010 tanaman masyarakat khususnya tanaman kayu telah mulai memasuki masa panen, sehingga PJT-I mulai merencanakan untuk melakukan negoisasi dengan masyarakat untuk menentukan nilai PJL. Program ini merupakan program yang seharusnya terlaksana secara berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan nilai yang sesuai dengan upaya masyarakat dalam mengkonservasi DAS Brantas sesuai dengan presepsi petani tersebut. Nilai dari dana pembayaran jasa lingkungan yang sesuai dengan upaya masyarakat dalam mengkonservasi DAS Brantas akan mampu mendukung terlaksananya pembayaran jasa lingkungan secara berkelanjutan. Sehingga, dalam penelitian ini 1 Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Sumber Urip, Kartomo pada tanggal 29 November

20 akan mencoba mencari nilai Willingness to Accept (WTA) terhadap PJL dari presepsi petani atas upaya konservasi yang mereka lakukan di DAS Brantas. Berdasarkan uraian diatas, beberapa permasalahan yang dapat ditarik yaitu: 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas? 2. Berapakah besarnya dana kompensasi yang mau diterima masyarakat (WTA) terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTA responden terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. 2. Mengestimasi besarnya dana kompensasi yang mau diterima masyarakat (WTA) terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA responden terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian tentang penilaian jasa lingkungan diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti dan mahasiswa sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Perum Jasa Tirta I (PJT I) sebagai bahan masukan untuk melakukan penyesuaian antara keinginan membayar PJT I sebagai pemanfaat jasa 5

21 lingkungan DAS Brantas dengan keinginan masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan DAS Brantas. 3. Pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan terkait penerapan kebijakan dalam pengelolaan DAS Brantas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Wilayah penelitian dilakukan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu 2. Objek penelitian adalah program pembayaran jasa lingkungan dan masyarakat yang tinggal di wilayah penelitian. 3. Penelitian hanya dilakukan pada daerah hulu dari pembayaran jasa lingkungan karena ingin melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam program pembayaran jasa lingkungan. 6

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Dalam pandangan Adam Smith, sumberdaya diartikan sebagai seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan output (Fauzi, 2006). Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam dapat diartikan sebagai segala sumberdaya hayati dan non hayati yang dimanfaatkan umat manusia sebagai sumber pangan, bahan baku dan energi. Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasajasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya (Fauzi, 2006) Jasa Lingkungan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan, jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Jasa lingkungan dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.

23 Pemanfaatan secara langsung seperti rekreasi, sedangkan secara tidak langsung seperti pengendali erosi dan banjir. Menurut Wunder (2005), ada empat tipe jasa lingkungan yang saat ini mengemuka yaitu: 1. Penyerap dan penyedia karbon (carbon sequestration and storage), 2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection), 3. Perlindungan Daerah Aliran Sungai (wathershed protection), dan 4. Pelestarian keindahan bentang alam (protection of landscape beauty) Daerah Aliran Sungai Salah satu jasa lingkungan yang dihasilkan oleh ekosistem hutan yaitu perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS). Menurut Asdak (1995), DAS merupakan satuan wilayah tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau dan laut serta mengisi air bawah tanah. Menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. Menurut Pagiola et al. (2002), jasa perlindungan daerah aliran sungai mencakup: 1. Pengaturan aliran air (water flow), pemeliharaan aliran musim kering dan mengontrol banjir. 8

24 2. Pemeliharaan kualitas air, meminimalisir beban endapan (sediment load), beban nutrient (misalnya, phosphorous dan nitrogen), beban kimia dan kadar garam. 3. Control terhadap erosi tanah dan sedimentasi 4. Penurunan salinitas tanah dan atau pengaturan level air tanah. 5. Pemeliharaan habitat akuatik. 2.2 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Beberapa sumberdaya termasuk ke dalam kategori barang publik (public goods). Pemanfaatan barang publik sering menimbulkan masalah yaitu terjadi konsumsi yang berlebihan. Menurut Fauzi (2006), berdasarkan ciri-cirinya, barang publik memiliki dua sifat dominan berikut: 1. Non-rivalry (tidak ada ketersaingan) atau non-divisible (tidak habis). Artinya, konsumsi seseorang terhadap barang publik tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang yang sama. Misalnya uadara yang kita hirup, dalam derajat tertentu tidak berkurang bagi orang lain dalam menghirupnya. 2. Non-excludable (tidak ada larangan). Artinya, sulit untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Seperti pada saat kita menikmati pemandangan laut yang indah di pantai misalnya, kita tidak bisa atau sulit melarang orang lain tidak melakukan hal yang sama karena pemandangan adalah public goods. Sumberdaya alam dan lingkungan yang termasuk dalam barang publik memerlukan penilaian secara ekonomi guna mengatasi masalah konsumsi secara berlebihan. Nilai manfaat pada sumberdaya dan lingkungan dapat diperoleh 9

25 dengan memasukkan nilai manfaat yang ada tersebut. Komponen-komponen dari nilai total ekonomi diantaranya adalah: 1. Nilai kegunaan konsumtif (use value) Merupakan nilai yang diperoleh atas pemanfaatan dari sumberdaya alam. Use value terdirir dari: a. Nilai guna langsung (direct use) merupakan nilai yang diperoleh individu dari pemanfaatan langsung sumberdaya alam dimana individu tersebut berhubungan langsung dengan sumberdaya alam dan lingkungan. b. Nilai guna tak langsung (indirect use) merupakan nilai yang didapat atau dirasakan secara tidak langsung dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. 2. Nilai kegunaan non konsumtif (non-use value) Merupakan nilai sumberdaya alam dan lingkungan yang muncul karena keberadaannya meskipun tidak dikonsumsi secara langsung. Nilai ini lebih sulit diukur karena didasarkan pada preferensi individual terhadap sumberdaya alam dan lingkungan daripada pemanfaatan langsung. Non-use value terdiri dari: a. Nilai keberadaan (existence value) merupakan nilai yang didasarkan pada terpeliharanya sumberdaya alam tanpa menghiraukan manfaat dari keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan tersebut. b. Nilai warisan (bequest value) merupakan nilai yang diberikan oleh generasi saat ini terhadap sumberdaya alam dan lingkungan agar dapat diwariskan pada generasi mendatang. 10

26 2.3 Pembayaran Jasa Lingkungan Pengertian Pembayaran Jasa Lingkungan Pembayaran jasa lingkungan (payment environmental services) secara umum dapat didefinisikan sebagai mekanisme kompensasi dimana penyedia jasa (services providers) dibayar oleh penerima jasa (services users). Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu mekanisme yang fleksibel, dimana dapat diadaptasi dalam kondisi yang berbeda-beda (The Regional Forum on Payment Schemes for Enviromental Services in Wathershed, the Third Latin American Congress on Watershed Management, 2003) 1. Pembayaran jasa lingkungan merupakan sebuah transaksi sukarela (voluntary) yang melibatkan paling tidak satu penjual (one seller), satu pembeli (one buyer) dan jasa lingkungan yang terdefinisi dengan baik (weel-defined environmental services), dimana di sini berlaku pula prinsip-prinsip bisnis hanya membayar bila jasa telah diterima (Wunder, 2005). Menurut Tim Studi PES RMI (2007) pembayaran jasa lingkungan didasarkan pada pemberian skema-skema kompensasi untuk menghargai upaya masyarakat dalam mengelola ekosistem untuk menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang lebih baik. Dewasa ini,negara maju serta beberapa negara berkembang mulai membahas mengenai pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan antara lain dapat diterapkan pada pengelolaan daerah aliran sungai. 2 Diakses pada tanggal 16 Maret 2010 pukul

27 2.3.2 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Menurut World Bank diacu dalam Wunder (2005), mekanisme pembayaran jasa lingkungan akan dijelaskan pada Gambar 1. Pemerintah Daerah Penyedia Manfaat Mekanisme Mekanisme Pengguna Manfaat Keuangan Pembayaran Jasa Lingkungan Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Penyedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan suatu jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh mekanisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri. Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah sehingga manghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. 12

28 2.3.3 Manfaat Pembayaran Jasa Lingkungan Pembayaran jasa lingkungan mempunyai manfaat apabila diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan. Menurut Tim Studi PES RMI (2007), manfaat dari pembayaran jasa lingkungan antara lain: 1. Dapat dimanfaatkan untuk membangun kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lebih baik. 2. Dapat menfasilitasi penyelesaian konflik dan membangun kesepakatan di antara para pelaku yang terlibat dalam pengelolaan SDA dan lingkungan. 3. Dapat meningkatkan rasionalitas (efisiensi) dalam pemanfaatan barang dan jasa lingkungan (ekosistem) melalui penciptaan nilai atas barang dan jasa tersebut yang menurut karakteristiknya sebagian besar diantaranya merupakan non-marketable goods and services (NMGS). 4. Dapat dijadikan sumber pendanaan alternatif bagi upaya-upaya konservasi, rehabilitasi dan pengelolaan SDA. 5. Sebagai peluang untuk mentransfer sumberdaya dari penerima manfaat kepada penyedia jasa yang secara sosial ekonomi umumnya termarjinalkan. 2.4 Metode Estimasi Penilaian Jasa Lingkungan Barang dan jasa lingkungan termasuk ke dalam barang yang tidak memiliki nilai pasar (non-market value). Menurut Garrod dan Willis (1999), terdapat dua kelompok utama pendekatan untuk menilai dan mengukur barang tersebut, yaitu: (1) revealed preference approaches (revealed preference techniques), dan (2) stated preference approaches (expressed preference techniques). Revealed preference approaches merupakan pendekatan untuk 13

29 melihat bagaimana masyarakat membuat keputusan atas aktivitas-aktivitas yang menghormati dan ramah terhadap kegunaan atau dampak lingkungan. Fokus dari pendekatan ini adalah mengukur nilai kegunaan langsung (direct use value) dan nilai kegunaan tidak langsung (indirect use value). Sedangkan stated preference approaches merupakan pendekatan yang menggunakan pertanyaan nilai kegunaan langsung dari individu-individu. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengukur nilai kegunaan langsung (direct use value) dan nilai kegunaan tidak langsung (indirect use value). Menurut Yakin (1997), metode penilaian terhadap barang dan jasa lingkungan saat ini telah berkembang sekitar 15 metode. Diantaranya adalah Dose-Responsen Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), dan Averting Behaviour Method (ABM). Saat ini metode dalam menilai barang dan jasa lingkungan yang paling popular adalah Contingent Valuation Method (CVM). CVM dapat mengukur nilai dari barang dan jasa lingkungan dengan secara langsung menanyakan kepada individu atau masyarakat Konsep Contingent Valuation Method (CVM) Menurut Fauzi (2006), pendekatan CVM disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat bergantung pada hipotesis yang dibangun. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering dikenal juga dikenal dengan nilai keberadaan. Fauzi (2006) menyatakan bahwa pendekatan CVM secara teknis dapat dilakukan dengan cara yaitu: (1) dengan teknik eksperimental melalui simulasi 14

30 dan permainan, (2) dengan teknik survei. Pada hakikatnya CVM bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar (Willingness to Pay atau WTP) dari masyarakat dan keinginan menerima (Willingness to Accept atau WTA) dari masyarakat. Ketika individu yang ditanya memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan adalah WTA kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumberdaya alam yang mereka miliki. Jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan adalah WTP utuk memperoleh barang tersebut Tahapan Contingent Valuation Method (CVM) Menurut Hanley dan Spash (1993), di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan atau proses, yaitu: 1. Membuat pasar hipotesis Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus terlebih dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi. Dalam hal ini bisa membuat kuisioner. Kuisioner ini bisa terlebih dahulu diuji pada kelompok kecil untuk mengetahui reaksi atas proyek yang akan dilakukan sebelum proyek tersebut betul-betul dilaksanakan. 2. Mendapatkan nilai lelang (bids) Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang. Ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan kuisioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Tujuan dari survei langsung adalah untuk memperoleh nilai maksimum atau minimum dari responden terhadap suatu proyek. Nilai lelang ini bisa dilakukan dengan 15

31 teknik permainan lelang (bidding game), pertanyaan terbuka, payment cards, model referendum atau discrete choice (dischotomous choice). 3. Menghitung rataan WTP dan WTA Tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). 4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve) Kurva lelang atau bid curve diperoleh dengan, misalnya, meregresikan WTP atau WTA sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa variabel bebas. 5. Mengagregatkan Data Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N). 2.5 Penelitian Terdahulu Salah satu peneliti yang melakukan penelitian Pembayaran Jasa Lingkungan DAS adalah Triani dari Sekolah Sarjana Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Triani (2005), melakukan penelitian dengan judul Analisis Willingness to Accept Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau (studi kasus: Desa Citanam Kabupaten Serang). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16

32 pendekatan CVM. Metode ini digunakan untuk mengkaji seberapa besar dana yang bersedia diterima masyarakat. Hasil dari penelitian Triani adalah Mekanisme pembayaran jasa lingkungan lingkungan DAS Cidanau melibatkan Forum Komunikasi DAS Cidanau; Desa Ciatanam, Desa Cikumbeun dan Desa Kadu Agung sebagai penyedia jasa lingkungan (seller); dan PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan (buyer) dengan metode transaksi secara tidak langsung (indirect payment). Responden menilai kualitas lingkungan semakin baik setelah adanya upaya konservasi. Sebagian besar responden menilai baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang sedang berjalan. Cara penetapan nilai pembayaran dinilai buruk oleh sebagaian besar responden. Hanya dua responden dari 43 responden menyatakan tidak bersedia menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan dengan alasan program tidak membuat anggota kelompok kehilangan tegakan pohon yang ada di atas lahan miliknya. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp 5.056,98 per pohon per tahun. Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran terkait nilai rata-rata WTA masyarakat, dengan jumlah pohon sebanyak 500 pohon per ha, maka nilai pembayaran yang harus diserahkan kepada penyedia jasa lingkungan adalah Rp ,00 per ha per tahun. Nilai total WTA responden sebesar Rp ,00. Nilai WTA responden Kolompok Tani Karya Muda II dipengaruhi oleh faktor nilai pendapatan dari pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, kepuasan terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, jumlah pohon, tingkat pendapatan rumah tangga, lama tinggal, dan penilaian terhadap cara penetapan nilai pembayaran. 17

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden adalah: 1. Responden merupakan masyarakat yang terletak di lokasi program pembayaran jasa lingkungan dan menerima pembayaran jasa lingkungan. 2. Perum Jasa Tirta I (PJT-I) sebagai pemanfaat jasa lingkungan bersedia memberikan dana kompensasi atas upaya konservasi yang harus dilakukan Kelompok Tani Sumber Urip. 3. Responden dipilih dari penduduk yang relevan dan merupakan kepala keluarga dari masing-masing rumah tangga. 4. Harga yang ditawarkan kepada masyarakat dalam penentuan harga penawaran dimulai dari Rp Langkah-langkah untuk mengetahui Nilai Willingness to Accept Responden Nilai WTA dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan CVM. Tahapan-tahapan dalam melakukan pendekatan CVM (Hanley dan Spash, 1993) yaitu: 1. Membangun Pasar Hipotesis Pasar hipotesis dalam penelitian ini dibangun atas dasar dikhawatirkan terjadinya penebangan secara berlebihan pada tanaman petani yang telah masuk masa panen. Program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas pernah diterapkan pada tahun 2004 dan berlangsung selama 12 bulan. Dalam 18

34 program ini, masyarakat diharuskan melakukan konservasi yaitu dengan melakukan penanaman serta pemeliharaan atas lahan miliknya. Dana yang diberikan ke masyarakat sebesar Rp Nilai tersebut harus disesuaikan kembali sehubungan dengan rencana negoisasi atas lanjutan program pembayaran jasa lingkungan. Ketidaksesuaian nilai ini dapat memicu masyarakat kembali ke pola kehidupan mereka yang membahayakan kelestarian hutan DAS Brantas. Sehingga, penentuan nilai kompensasi berdasarkan keinginan masyarakat menjadi penting. Pasar hipotesis dibentuk dalam skenario berikut: Skenario; Supaya pengelolaan DAS Brantas lebih baik akan diajukan suatu kebijakan baru yaitu peningkatan nilai kompensasi berdasarkan keinginan masyarakat dalam program pembayaran jasa lingkungan dengan syarat bahwa masyarakat harus meningkatkan upaya mereka dalam mengkonservasi terhadap lahan mereka. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan insentif bagi masyarakat dalam upaya mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan milik mereka sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi program pembayaran jasa lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut akan ditanyakan apakah masyarakat bersedia atau tidak menerima kebijakan tersebut serta berapakah besarnya dana kompensasi yang sebenarnya bersedia masyarakat terima. 2. Mendapatkan Nilai Tawaran Teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai tawaran WTA dalam pebelitian ini adalah dengan metode bidding game. Metode ini 19

35 mempertanyakan nilai WTA dimana kepada responden ditawarkan harga yang semakin meningkat sampai nilai maksimum yang mau diterima oleh responden. 3. Memperkirakan Nilai Rataan WTA Dugaan nilai rataan WTA dihitung dengan rumus: EWTA = dimana: EWTA = Dugaan nilai rataan WTA xi = Jumlah tiap data n = Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (i = 1,2,,k) 4. Memperkiraan Kurva WTA Pendugaan kurva menggunakan nilai WTA sebagai variabel tak bebas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas. WTA = f (JBTP, PNDP, PDDK, TNGG, LTGL, PUAS, ε) dimana: WTA JBTP PNDP PDDK TNGG LTGL PUAS = Nilai WTA responden = Jumlah batang pohon dalam program (batang) = Tingkat pendapatan rumah tangga (rupiah/ bulan) = Tingkat Pendidikan (Tahun) = Jumlah tanggungan (orang) = Lama tinggal (tahun) = Kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi (bernilai 1 untuk puas dan 0 untuk tidak puas ) 5. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTA maka dapat diduga nilai WTA dari masyarakat dengan rumus: 20

36 TWTA = dimana: TWTA = Total WTA WTAi = WTA individu ke-i ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA I = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (i = 1, 2,, k) 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi penggunaaan CVM adalah penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikassian penggunaan CVM. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTA. Uji atas evaluasi dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R-squares (R²) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTA Analisis Regresi Linier Untuk mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square atau OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu (Residual Sum of Squares atau RRS) yaitu ² = minimum (terkecil). Metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum digunakan. Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2004): 1. Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari tergantung pada tertentu adalah nol. 21

37 2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif ataupun negatif. 3. Varians bersyarat dari adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama homoskedastisitas. 4. Variable bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam penyempelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan. 5. Tidak ada multikolinieritas antara variable penjelas satu dengan yang lainnya. 6. didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (Best Linier Unbiased Estimator atau BLUE). Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sadangkan asumsi 1,4, dan 6 tidak. 3.2 Kerangka Operasional DAS Berantas mempunyai peran penting bagi kehidupan dalam menopang perekonomian wilayah Kota Malang serta Kota Batu. Hal yang menjadikan DAS Brantas memiliki peran penting yaitu perannya sebagai penyedia air baku bagi sejumlah agromerasi perkotaan di wilayah propinsi Jawa Timur yang mengandalkan sektor pertanian, industri dan jasa. Peran penting lainnya adalah keberadaan kawasan hutan konservasi. Aktivitas ekonomi masyarakat secara berlabihan menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di daerah hulu telah 22

38 mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas serta kuantitas air setiap tahunnya, sehingga menunjukan ketersediaan air yang memiliki kecenderungan menurun. Di sisi lain permintaan akan air semakin mengalami peningkatan. Berawal dari permasalahan tersebut muncul gagasan mengenai hubungan hulu-hilir dengan program pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan mampu menjadi solusi bagi pengelolaan DAS Brantas secara umum, serta khususnya untuk keberlanjutan ketersediaan air. Program pembayaran jasa lingkungan ini pernah dilakukan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada tahun 2004 selama 12 bulan. Nilai kompensasi yang dibayarkan kepada masyarakat didasarkan pada kesepakatan antara Kelompok Tani Sumber Urip dengan Perum Jasa Tirta I. Setelah lima tahun program berjalan tanaman masyarakat telah memasuki masa panen. Beberapa masyarakat telah menebang tanaman mereka. Dikhawatirkan akan terjadi penebangan yang dilakukan secara berlebihan seperti yang pernah terjadi di desa tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan serangkaian penelitian yang mengkaji mengenai presepsi petani sebagai penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada, estimasi nilai Willingness to Pay (WTA) petani serta faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai tersebut. Kajian mengenai presepsi penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada akan akan dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis mengenai estimasi nilai keinginan masyarakat untuk menerima kompensasi (WTA) dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam pendekatan CVM. Analsis mengenai faktor-faktor 23

39 apasajakah yang mempengaruhi nilai WTA dilakukan dengan analisis regresi linier. Hasil dari penelitian diharapkan biasa menjadi rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai program pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan DAS Brantas. Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagaram alur kerangka berpikir pada Gambar 2. 24

40 Peran Penting DAS Brantas Penyedia air baku Keberadaan Hutan Konservasi Penurunan kualitas dan kuantitas air Eksploitasi sumberdaya hutan Mekanisme pembayaran jasa lingkungan Persepsi penyedia jasa lingkungan Estimasi Nilai WTA Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA Analisis Deskriptif Kualitatif CVM Analisis Regresi Rekomendasi kebijakan pembayaran jasa lingkungan Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran 25

41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Tlekung pernah ditetapkan sebagai desa yang menerima kompensasi dalam program pembayaran jasa lingkungan. Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan November-Desember Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden di lokasi penelitian melalui kuisioner. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi pemerintah di lokasi penelitian dan instansi-instansi terkait dengan program pembayaran jasa lingkungan di lokasi penelitian. Data primer yang dibutuhkan meliputi: karakteristik responden, respon responden mengenai peran penting DAS Brantas, respon responden mengenai mekanisme pembayaran jasa lingkungan, respon responden mengenai seberapa besar nilai WTA responden dikarenakan adanya program pembayaran jasa lingkungan yang mengharuskan responden melakukan upaya konservasi terhadap pohon di atas lahan miliknya. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data yang menyangkut informasi mengenai program pembayaran jasa lingkungan serta data sosial demografis penduduk Desa Tlekung.

42 4.3 Penentuan Jumlah Responden Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 54 kepala keluarga. Teknik sensus digunakan karena jumlah populasi yang dijadikan responden dapat dijangkau untuk melakukan wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga dari tiap-tiap rumah tangga yang terdaftar sebagai anggota dari kelompok tani Desa Tlekung. 4.4 Metode Pengumpulan Data Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara langsung kepada responden. Alat bantu yang digunakan adalah kuisioner. Wawancara dengan responden dilakukan dengan mendalam guna menggali informasi yang lebih akurat. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analsis data dilakukan secara manual dengan menggunakan program Microsoft Office Excel dan Minitab for Windows Release 14. Metode analisis yang diguanakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. 27

43 Tabel 1. Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Kajian mengenai persepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan Kuisioner wawancara responden dan dengan Analisis deskriptif kualitatif 2 Kajian mengenai estimasi nilai WTA masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan Kuisioner wawancara responden dan dengan Tahapan CVM 3 Kajian mengenai identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA Kuisioner wawancara responden dan dengan Analisis regresi dengan menggunakan Minitab for Windows Release Analisis Persepsi Petani terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan Identifikasi karakteristik responden serta persepsi responden terhadap program pembayaran jasa lingkungan di lokasi penelitian yang telah berlangsung diperlukan analisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil wawancara data yang diperoleh yaitu pengetahuan responden mengenai peran penting DAS Brantas, pengetahuan respoonden mengenai program pembayaran jasa lingkungan, kepuasan responden mengenai besarnya nilai kompensasi yang diterima dalam program pembayaran jasa lingkungan, serta penilaian responden terhadap cara penetapan nilai kompensasi dalam program pembayaran jasa lingkungan. Data-data hasil wawancara tersebut akan dianalisis secara kualitatif Estimasi Nilai WTA Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Cara untuk mengetahui nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan CVM yang terdiri dari enam tahap, yaitu: 28

44 1. Membangun Pasar Hipotesis 2. Memperoleh Nilai Tawaran 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA 4. Menduga Kurva Penawaran WTA 5. Menjumlahkan Data 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Analisis Fungsi WTA Analisis fungsi WTA digunakan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTA responden. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi linier. Persamaan regresi besarnya nilai WTA adalah sebagai berikut: LnWTA = β0 + β1 JBTPi + β2 PNDPi + β3 PDDKi + β4 TNGGi + β5 LTGLi + β6 PUASi + εi dimana: LnWTA = Nilai Ln WTA responden β0 = Intersep β2, β3,, β7 = Koefisien regresi JBTP = Jumlah batang pohon dalam program (batang) PNDP = Tingkat pendapatan rumah tangga (rupiah/ bulan) PDDK = Tingkat Pendidikan (Tahun) TNGG = Jumlah tanggungan (orang) LTGL = Lama tinggal (tahun) PUAS =Kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi (bernilai 1 untuk puas dan 0 untuk tidak puas ) i = Koefisien regresi ε = Galat 4.6 Hipotesa Hipotesa penelitian ini adalah: 1. Nilai WTA masyarakat diduga dipengaruhi oleh jumlah pohon yang diikutkan dalam program PJL, tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, 29

45 jumlah tanggungan, lama tinggal, kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi. 2. Jumlah pohon yang diikutkan program PJL, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, lama tinggal, diduga akan berkorelasi positif terhadap nilai WTA. 3. Tingkat pendapatan, serta kepuasan responden terhadap besarnya dana kompensasi yang diterima diduga akan berkorelasi negatif dengan nilai WTA. 4.7 Pengujian Parameter Pengujian parameter secara statistik perlu dilakukan guna memeriksa kebaikan suatu model yang telah dibuat. Uji yang dilakukan yaitu: 1. Uji Kenormalan Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikan dibawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Artinya, data tersebut tidak normal. Jika signifikan diatas 5% berarti data yang akan diuji tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Artinya, data tersebut normal. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan presepsi diantara satu pengamat dengan pengamat yang lain. 2. Uji Keandalan Uji ini dilakukan dalam mengevaluasi pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya CVM dilihat dari nilai R-squares (R²) dari OLS (Ordinary Least Square) 30

46 WTA. Nilai R² yang tinggi dapat menunjukan tingkat kredibilitas penggunaan CVM. 3. Uji Multikolinier (Multicolinearity) Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multicolinearity, yaitu terjadi korelasi kuat antar variabel-variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multicolinearity dalam sebuah model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R²) dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r²). Masalah multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana apabila nilai VIF (Varian Inflation Factor) < 10 maka tidak ada masalah multicolinearity. 4. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskesdastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskesdastisitas atau heteroskesdastisitas. Untuk mendeteksi masalah heteroskesdastisitas dapat dilakukan uji glejser. Uji glesjer dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya (Gujarati, 2003). Residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi. Sedangkan absolut adalah nilai mutlaknya. Dikatakan tidak terdapat heteroskesdastisitas apabila nilai signifikan dari hasil uji glesjer lebih besar dari α (5%), dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka dikatakan terdapat heteroskesdastisitas. 31

47 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa ini berbatasan dengan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu di sebelah utara. Desa Gading, Kecamatan Dau merupakan batas sebelah Selatan. Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Perhutani, Kecamatan Batu. Desa ini terletak di ketinggian meter dpl dengan curah hujan mm/ th. Luas wilayah Desa Tlekung sebesar 765 ha. Luas wilayah desa ini menurut penggunaannya dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 2. Luas Wilayah Desa Tlekung menurut Penggunaannya Tahun 2007 No Penggunaan Luas Wilayah 1 Sawah Irigasi 38 Ha 2 Sawah Setengah Teknis 12 Ha 3 Sawah Tadah Hujan 6 Ha 4 Ladang/ Tagalan 87 Ha 5 Perkebunan Rakyat 52 Ha 6 Hutan Lindung 123 Ha 7 Hutan Produksi 14 Ha 8 Perkantoran 3 Ha 9 Sekolah 3 Ha 10 Jalan 14 Ha 11 Lapangan Sepak Bola 0,5 Ha 12 Perikanan Darat/ Air Tawar Kolam 0,6 Ha Sumber: Data Potensi Desa/ Kelurahan Kota Batu (2007) Orbitasi Desa Tlekung dengan ibukota kecamatan terdekat sejauh 1,5 Km dengan lama tempuh 15 menit. Jarak ke ibukota kabupaten/ kota terdekat sejauh 6,8 Km dengan lama tempuh 30 menit. Aksesibilitas menuju kantor kecamatan tergolong mudah karena jalan yang telah di aspal seluruhnya dan sudah ada

48 beberapa lampu penerangan jalan namun, transportasi umum yang ada hanyalah atau motor sewaan. Aksebilitas menuju kantor pemerintah daerah juga tergolong mudah. Selain jalan yang telah di aspal serta lampu penerangan jalan, transportasi umum yang ada berupa angkutan umum dan motor sewaan. Desa Tlekung adalah desa sekitar hutan. Kualitas udara di desa ini tergolong baik, karena polusi udara dengan tingkat relatif rendah selain itu juga banyak pepohonan besar yang membuat udara semakin segar. Lahan sangat subur di Desa Tlekung sebanyak 181 ha, lahan subur sebanyak 73 ha, lahan sedang sebanyak 3 ha, sedangkan lahan kritis 3 ha. Luas datarannya 88 ha, luas kawasan perbukitan atau pegunungan yaitu 149 ha. Menuju kawasan pegunungan didominasi dengan pepohonan. Jenis pepohonan terbagi menjadi pohon berkayu dan pohon buah-buahan. Janis pohon kayu didominasi oleh Pohon Sengon (Paraserienthes falcataria). Sebagian kawasan pegunungan Desa Tlekung adalah lokasi program pembayaran jasa lingkungan (PJL) dengan luas 17,72 ha. Sebelum program PJL masuk lahan kawasan ini adalah lahan sedang. Kondisi akibat terjadinya perambahan hutan besar-besaran. Program PJL ini mengharuskan masyarakat menerima dana kompensasi yang digunakan untuk membeli bibit tanaman kayu atau buah-buahan dimana masyarakat harus melakukan penanaman serta pemeliharaan. Hal ini membawa dampak positif terhadap kondisi lingkungan di desa tersebut. Sarana pendidikan formal yang terdapat di Desa Tlekung antara lain, dua Sekolah Dasar (SD) yaitu SDN 01 dan SDN 02 Tlekung, dua Taman Kanak-kanak yaitu TK RA 12 dan TK PKK Melati. Saran ibadah yang terdapat di desa ini 34

49 diantaranya enam unit masjid, 10 unit mushola dan satu unit gereja. Sarana ibadah tersebut dalam keadaan baik. Desa ini juga memiliki sarana olahraga yaitu satu buah lapangan sepak bola dan satu buah lapangan volley. 5.2 Kependudukan Jumlah penduduk Desa Tlekung tahun 2006 yaitu sebanyak 3620 jiwa sedangkan tahun 2007 sebanyak 3730 jiwa. Desa ini memiliki 532 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk sangat beragam, yaitu terdiri dari petani, pekerja sektor jasa, pegawai kelurahan, PNS, ABRI, guru, dokter, bidan, pensiunan ABRI/ sipil, pegawai swasta, warung/ kios/ toko, sopir/ motor sewaan, tukang kayu, tukang jahit dan tukang cukur. Tabel 3. Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Tlekung Tahun 2007 Struktur Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%) Petani ,17 Pekerja Sektor Jasa 8 1,50 Pegawai kelurahan 10 1,88 PNS 17 3,19 ABRI 17 3,19 Guru 8 1,50 Dokter 5 0,94 Bidan 2 0,38 Pensiunan ABRI/ Sipil 12 2,26 Pegawai Swasta 48 9,02 Warung/ Kios/ Toko 63 11,84 Sopir/ Motor Sewaan 8 1,50 Tukang Kayu 91 17,11 Tukang Jahit 4 0,75 Tukang Cukur 4 0,75 Jumlah Sumber: Data Potensi Desa/ Kelurahan Kota Batu (2007) Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 44,17% penduduk desa bekerja sebagai petani, 17,11% bekerja sebagai kuli bangunan, 11,84% penduduk memiliki warung/ toko/ kios dan sisanya sangat beragam. Dominasi pekerjaan penduduk sebagai petani berkaitan erat dengan tipe desa yang merupakan desa 35

50 sekitar hutan. Letak yang berada di sekitar hutan menyebabkan perekonomian sebagian masyarakat bergantung pada hasil hutan. 5.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Ditetapkannya lokasi penyedia jasa lingkungan di Desa Tlekung untuk menerima pembayaran jasa lingkungan dirasa perlu dibentuk sebuah kelompok tani yang beranggotakan para pemilik lahan di sekitar DAS Brantas yang terletak di Desa Tlekung. Pada tanggal 17 Juli 2004 dibentuk Kelompok Tani Sumber Urip yang beranggotakan 54 orang. Kelompok Tani Sumber Urip dibentuk dengan tujuan menyamakan visi dan misi sehingga program pembayaran jasa lingkungan dapat berjalan dengan baik. Kondisi sosial ekonomi anggota kelompok tani dapat dilihat dari tingkat pendidikan serta tingkat pendapatan. Tingkat pendidikan terakhir cenderung sama yaitu hingga Sekolah Dasar (SD). Pekerjaan utama anggota kelompok tani hampir seluruhnya sebagai petani. Tingkat pendapatan yang diperoleh tergantung pada hasil pertanian di lahan yang dimiliki petani. Umumnya para petani memiliki pendapatan tambahan dari perahan susu sapi yang dimiliki. Warga desa ini banyak yang memiliki sapi perah dimana hasil perahannya ditampung di KUD terdekat Jenis Kelamin Jumlah anggota kelompok tani yang menjadi responden adalah seluruhnya yaitu sebanyak 54 orang. Sebagian besar responden berjenis kelamin pria karena selain sebagai pemilik lahan responden adalah kepala keluarga. Seorang kepala keluarga biasanya berperan sebagai pengambil keputusan sehingga lebih jelas dalam menjawab pertanyaan pada saat dilakukan survei. Berdasarkan survei, 36

51 responden laki-laki sebanyak 90,7% dan perempuan sebanyak 9,3%. Perbandingan responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 3. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Usia Tingkat usia responden cenderung terkonsentrasi di sua sebaran usia, yaitu usia dan tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia tahun yaitu sebanyak 42,6%. Hal ini dikarenakan masyarakat yang menjadi dalam anggota kelompok tani telah lama tinggal dan bertani di desa tersebut. Responden dengan sebaran usia tahun sebesar 38,9%. Seluruh responden dalam penelitian ini telah menikah. Perbandingan responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Usia 37

52 5.3.3 Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan. Responden cenderung memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu Sekolah Dasar (SD) atau sederajat. Hal inlah yang mendasari pengklasifikasian tingkat pendidikan respoden. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan 4-6 tahun dan lebih tinggi dari SD atau sederajat, yaitu dengan komposisi masing-masing 70,4% dan 24,1%. Meskipun beberapa responden memiliki latar belakang lebih dari SD yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama) sederajat dan SMA sederajat (Sekolah Menengah Atas), akan tetapi tidak ditemukan responden dengan latar pendidikan Perguruan Tinggi. Jarang sekali responden yang tidak pernah bersekolah atau tepatnya hanya satu orang. Kondisi perekonomian yang tergolong sulit saat itu mendorong masyarakat untuk tidak meneruskan sekolah pada tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden cenderung masih rendah. Perbandingan distribusi lama pendidikan formal responden dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 5. Sebaran Responden Menurut Lama Pendidikan Formal 38

53 5.3.4 Jumlah Tanggungan Berdasarkan hasil survei, jumlah tanggungan responden terkonsentrasi di dua sebaran yaitu 1-3 orang dan 4-6 orang. Sebanyak 51,9% responden memiliki tanggungan 1-3 orang dan 46,3% responden memiliki tanggungan 4-6 orang. Jumlah tanggungan responden tergolong tidak terlalu banyak dikarenakan anakanak responden yang sudah besar dan telah hidup mandiri. Bahkan ada beberapa responden yang hanya tinggal berdua dengan pasangan (istri) mereka. Perbandingan distribusi jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 6. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Tingkat Pendapatan Berdasarkan hasil survei, sebagian besar pendapatan responden berada pada sebaran Rp Rp dan Rp Rp Masingmasing komposisinya yaitu 22,2% dan 31,5%. Pekerjaan utama responden sebagai petani tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan petani karena jumlah pendapatan bergantung pada hasil panen. Untuk memenuhi kebutuhannya kebanyakan petani memiliki sumber pendapatan lain yaitu dari perahan susu sapi yang mereka miliki. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 39

54 pendapatan responden tidak terlalu rendah dikarenakan sumber pendapatan lain yang mereka miliki. Perbandingan distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 7. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 7. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan Lama Tinggal Lama tinggal responden di Desa Tlekung sebagian besar berkisar antara tahun dan tahun dengan komposisi masing-masing yaitu 37% dan 44,4%. Responden sebagian besar merupakan penduduk yang tinggal di Desa Tlekung sejak lahir sehingga lama tinggal mereka di desa ini tergolong lama. Responden dengan lama tinggal <31 tahun dan >60 tahun memiliki presentase yang sama yaitu 9,3%. Perbandingan distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 8. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal 40

55 5.3.7 Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan di lokasi program penyedia jasa lingkungan seluruhnya adalah lahan milik responden bersifat pribadi. Lahan tersebut merupakan lahan yang termasuk hutan rakyat, dimana kepemilikan serta pengelolaan serta hasil diserahkan kepada rakyat. Kepemilikan lahan yang seluruhnya milik responden memudahkan program pembayaran jasa lingkungan karena keputusan langsung di ambil oleh pemilik sekaligus anggota kelompok tani. 41

56 VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasrkan Tim Studi PES RMI (2007) program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) DAS Brantas melibatkan beberapa pihak dalam implementasi mekanisme. Pihak-pihak yang terlibat diantaranya Parum Jasa Tirta-I (PJT-I) sebagai pemanfaat jasa, Kelompok Tani Sumber Urip sebagai penyedia jasa, serta Yayasan Pengembangan Pedesaan (YPP) sebagai perantara. Dalam program PJL PJT-I berkewajiban menyerahkan dana kompensasi sebesar Rp kepada YPP untuk melaksanakan penghijauan atau usaha konservasi dalam rangka mewujudkan kelestarian sumberdaya air dengan melibatkan partisipasi masyarakat di Desa Tlekung. PJT-I berhak melakukan pengecekan lokasi yang telah ditentukan sebelum pekerjaan dimulai, melakukan pengawasan dan evaluasi atas pekerjaan yang ditentukan. Selain itu, PJT-I juga berhak mendapatkan laporan keseluruhan, baik laporan pekerjaan maupun laporan keuangan. Dalam program PJL YPP berhak menerima dana kompensasi dari PJT-I sebesar Rp YPP berkewajiban membayarkan dana sebesar Rp kepada Kelompok Tani Sumber Urip untuk usaha penghijauan atau konservasi sumberdaya air. YPP juga berkewajiban menyediakan dana dan memberikan pendidikan, pelatihan, pengawasan, dokumentasi, pendampingan dan asistensi kepada Kelompok Tani Sumber Urip. Dalam program PJL Kelompok Tani Sumber Urip berkewajiban melakukan upaya konservasi di lokasi yang telah disepakati dengan tanaman yang telah ditentukan. Berdasarkan kesepakatan jumlah tanaman dalam program PJL

57 sebanyak pohon dengan jenis yaitu tanaman berkayu seperti sengon, mahoni, dan jati serta tanaman buah-buahan seperti durian, mangga, kopi dan lain sebagainya. Anggota kelompok tani juga waib melakukan sistem tebang pilih pohon. Kelompok Tani Sumber Urip berhak menerima dana dari YPP sebesar Rp Kelompok tani juga berhak memperoleh pendidikan, pelatihan dan asistensi dari YPP. Mekanisme pembayaran dalam program PJL DAS Brantas dimulai dengan pembayaran PJT-I kepada YPP, Selanjutnya pembayaran dari YPP kepada kelompok tani. Pembayaran PJT-I kepada YPP dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu: 1. Tahap Pertama : sebesar Rp dibayarkan selambat-lambatnya 10 hari setelah kesepakatan ditandatangani oleh kedua belah pihak. 2. Tahap Kedua : sebesar Rp dibayarkan setelah laporan akhir kegiatan diterima oleh pihak PJT-I. Pembayaran YPP kepada kelompok tani dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap Pertama : sebesar Rp dibayarkan setelah perjanjian telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. 2. Tahap Kedua : sebesar Rp dibayarkan setelah tiga bulan masa penanaman bibit, tanaman mulai tumbuh dan penyulaman telah dilaksanakan, 3. Tahap Ketiga : sebesar Rp dibayarkan pada akhir program PJL setelah tim monitoring dan evaluasi melakukan penilaian. 43

58 6.2 Pengetahuan Responden mengenai Peran Penting serta Usaha Konservasi DAS Brantas DAS Brantas sebagai sumber air memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat hulu hingga hilir. Hal ini melatarbelakangi perlunya upaya konservasi untuk menjaga keberadaan sumber air tersebut. Hampir seluruh masyarakat mengetahui peran DAS Brantas sebagai penjamin ketersediaan air hingga hilir, yaitu sebanyak 77,7%. Dapat dilihat dari aktivitas warga Desa Tlekung yang memanfaatkan DAS Brantas sebagi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari yang dikelola secara swadaya. Beberapa orang memiliki jawaban lain yang beraneka ragam salah satunya menilai DAS Brantas berperan sebagai pengurang sedimentasi dan erosi. Keterangan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Peran Penting DAS Brantas Peran Penting DAS Brantas Jumlah (%) Menjamin ketersediaan air hingga hilir 77,7 Menjamin ketersediaan air hingga hilir dan penopang ekonomi 13 Kota Batu dan Malang Lainnya 9,3 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Pengetahuan mengenai pentingnya upaya konservasi DAS Brantas melatarbelakangi motivasi responden untuk menerima program pemabayaran jasa lingkungan. Responden yang menganggap pentingnya upaya konservasi menerima dana pembayaran jasa lingkungan tidak hanya berorientasi pada nilai kompensasi yang diberikan. Keasadaran ini didasari atas pengetahuan responden mengenai manfaat terjaganya alam sekitar untuk dan berbagai dampak negatif yang akan timbul bila terjadi kerusakan alam. 44

59 Hampir seluruh responden menilai usaha konservasi penting untuk dilaksanakan guna menjaga kelestarian DAS Brantas. Hanya satu orang yang menganggap uapaya konservasi tidak penting dikarenakan tidak paham akan arti konservasi. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya upaya konservasi dikarenakan peran serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) desa tersebut yang berperan aktif untuk memberikan pengertian akan hal ini. Selain itu perubahan kualitas lingkungan yang semakin baik yaitu terjaganya kuantitas air semenjak pelaksanaan program PJL juga memberikan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya konservasi. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 9. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 9. Penilaian Responden Mengenai Pentingnya Usaha Konservasi 6.3 Pengetahuan Responden Mengenai Program Pembayaran Jasa Lingkungan. Program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) melibatkan dua pihak yaitu penyedia dan konsumen. Perum Jasa Tirta I (PJT-I) berperan sebagai konsumen dan Kelompok Tani Sumber Urip sebagai penyedia. Dirancang beberapa pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai PJL tentang pihak yang memberikan kompensasi atas jasa lingkungan yang telah berjalan, alasan pihak tersebut memberikan kompensasi jasa lingkungan, serta peran responden dalam program PJL. 45

60 Hampir seluruh responden atau tepatnya 88,9% responden mengetahui bahwa pihak yang memberikan kompensasi atas jasa lingkungan di lahan mereka adalah PJT-I. Sedangkan sisanya 11,1% responden tidak mengetahui pasti pihak yang memberikan kompensasi. Seluruh responden yang tidak mengetahui PJT-I sebagai pemberi kompensasi cenderung mengarah pada pihak lain yaitu Pemerintah. Menurut mereka selama ini bantuan-bantuan yang datang berasal dari pemerintah, baik pemerintah kota maupun pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan mereka jarang hadir dalam pertemuan rutin kelompok tani sehingga banyak kehilangan informasi mengenai PJL. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 10. Pengetahuan Responden Mengenai Pihak yang Memberikan Kompensasi dalam Pembayaran Jasa Lingkungan Mengenai alasan pihak tersebut memberikan kompensasi, sebanyak 41,7% responden menganggap bahwa alasan perusahaan membayarkan dana kompensasi karena perusahaan tersebut peduli terhadap kelestarian DAS Brantas. Sedangkan responden yang menganggap peusahaan membayarkan dana kompensasi karena peduli terhadap kelestarian DAS Brantas dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebanyak 25%. Keterangan dapat dilihat pada Tabel 5. 46

61 Tabel 5. Alasan Perusahaan Membayarkan Dana Kompensasi Alasan Persahaan Menbayarkan Dana Kompensasi Jumlah (%) Karena peduli terhadap kelestarian DAS Brantas 41,7 Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 33,3 Karena peduli terhadap kelestarian DAS Brantas dan untuk 25 meningkatkan kesejahteraan masyarakat Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Mengenai peran responden terhadap program pembayaran jasa lingkungan, hampir seluruh responden tepatnya 83,3% mengetahui peran mereka dalam program PJL. Sebanyak 16,7% responden tidak mengetahui pasti peran mereka dalam program PJL. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 11. Pengetahuan Responden Mengenai Perannya dalam Program Pembayaran Jasa Lingkungan Pengetahuan responden mengenai perannya yaitu merawat tanaman yang telah mereka tanam di lahan milik mereka. Komitmen ini mereka wujudkan dalam bentuk mereka berupaya menambah jumlah tanaman di lahan mereka dengan jalan melakukan pembibitan secara swadaya oleh seluruh anggota kelompok tani. Pemahaman responden mengenai kewajiban dalam program PJL diperoleh dari rutinnya mereka mengadakan pertemuan secara berkala yaitu selama dua minggu 47

62 sekali. Salam pertemuan rutin, seluruh anggota dapat mengutarakan kendalakendala yang kemudian mencari jalan keluar secara bersama. 6.4 Penilaian Responden terhadap Program Pemabayaran Jasa Lingkungan Program pemabayaran jasa lingkungan DAS Brantas berlangsung selama satu tahun. Waktu lima tahun setelah jalannya program diharapkan dapat membuat responden memberikan penilaian mengenai program yang telah berjalan dan dampak yang dirasakan dari program itu sendiri. Hampir seluruh responden yaitu 94,4% memberikan penilaian baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan. Hanya sedikit responden yang memberikan penilaian buruk terhadap program tersebut. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 12. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 12. Penilaian Responden terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan Responden menilai baik terhadap program dikarenakan selama berjalannya program responden terlibat langsung. Kendala-kendala yang dialami responden juga ditampung untuk di selesaikan bersama. Sedangkan responden yang menilai buruk dikarenakan bibit yang mereka terima tidak tepat pada saat masa tanam sehingga beberapa tanaman terutama tanaman buah-buahan tidak dapat tumbuh atau mati. 48

63 Kepuasan responden juga dikarenakan perubahan kualitas yang semakin baik yang dirasakan oleh responden. Udara yang lebih sejuk serta kuantitas air yang melimpah baik di musin kemarau maupun musim hujan. Dahulu sebelum adanya program mereka cukup sulit mencari air untuk pengairan sawah dan kebutuhan sehari-hari namun sekarang hal tersebut sudah tidak terjadi lagi. 6.5 Penilaian Responden terhadap Cara Penetapan Nilai Pemabayaran Jasa Lingkungan Dana kompensasi yang diberikan kepada Kelompok Tani Sumber Urip sebagian digunakan untuk pembelian bibit. Bibit ini harus ditanam oleh anggota kelompok tani. Seluruh responden mengetahui proses penetapan, karena seluruh responden hadir pada saat negoisasi dilakukan yang juga dihadiri pihak perwakilan kantor desa. Seluruh responden mengetahui bahwa nilai atau jumlah dan jenis bibit yang diterima sesuai dengan keinginan responden. Selain penentuan jumlah bibit, dalam pertemuan tersebut juga ditetapkan secara bersama dana yang diterima untuk biaya perawatan tanaman berupa pupuk serta biaya untuk melakukan pertemuan rutin. Pengetahuan responden mengenai cara penetapan nilai pembayaran jasa lingkungan mempengaruhi penilaian responden terhadap cara tersebut. Nilai yang diterima oleh Kelompok Tani Sumber Urip sesuai dengan keinginan petani. Hal ini membuat seluruh responden memberi nilai baik terhadap penetapan nilai pembayaran jasa lingkungan. Jumlah dan jenis bibit yang diberikan sesuai permintaan petani sebagai pemilik tanah dinilai baik karena apabila tidak sesuai maka dapat terjadi kemungkinan petani tidak mau menanam serta merawat tanaman pada program pembayaran jasa lingkungan. 49

64 Kepuasan terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan hasil musyawarah didasarkan pada kesesuaian nilai pemabayaran jasa lingkungan musyawarah dengan keinginan sebenarnya responden. Hampir seluruh responden atau tepatnya 90,7% responden merasa puas akan nilai pembayaran jasa lingkungan hasil musyawarah. Responden yang merasa tidak puas atas nilai pemabayarn jasa lingkungan sebanyak 9,3%. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 13. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 13. Kepuasan Responden terhadap Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan Sejumlah responden yang merasa tidak puas akan nilai pemabayaran jasa lingkungan memiliki alasan yang sama. Mereka pada saat negoisasi hanya mengikuti apa yang disarankan beberapa teman atau saudara meskipun hal itu bertentangan dengan keinginan mereka. Sehingga setelah program berjalan mereka merasa kurang puas dengan hasil yang diterima. 50

65 VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Kesediaan Responden Berkaitan dengan berkelanjutannya program pembayaran jasa lingkungan di Desa Tlekung, diperlukan analisis Willingness o Accept (WTA) yang dapat mendekati nilai kesediaan masyarakat untuk menerima pembayaran jasa lingkungan karena upaya konservasi yang harus dilakukan terhadap lahan milik responden. Sebelum melakukan analisis WTA harus dilakukan identifikasi kesediaan responden dalam menerima nilai pembayaran jasa lingkungan. Sebanyak 54 responden diminta pendapatnya mengenai kesediaannya menerima nilai pembayaran jasa lingkungan. Terdapat 90,7% responden bersedia menerima dan 9,3% responden tidak bersedia menerima. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 14. Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 14. Kesediaan Responden dalam Menerima Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan Responden yang tidak bersedia pada umumnya adalah responden yang termasuk sudah tua. Alasan responden tidak bersedia menerima nilai pembayaran jasa lingkungan adalah sudah terlalu tua atau sudah tidak ada waktu lagi untuk mengurus atau merawat tanah mereka. Selain itu, beberapa responden mengatakan

66 tanah mereka juga akan dibagi kepada anak-anaknya. Responden yang tidak bersedia pada umumnya adalah responden dengan usia lanjut atau tua Analisis Willingness to Accept (WTA) Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dalam penilitian ini digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai kompenasi yang ingin diterima masyarakat dalam program pembayaran jasa lingkungan. Hasil dari pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut: 1. Membangun Pasar Hipotesis Seluruh responden diberikan informasi bahwa berhubungan dengan peran penting DAS Brantas, dibuat program pembayaran jasa lingkungan yang melibatkan Perum Jasa Tirta I (PJT-I) dan Kelompok Tani Sumber Urip. Dalam program pihak PJT-I selaku pemanfaat jasa lingkungan akan memberikan nilai kompensasi bagi Kelompok Tani Sumber Urip selaku penyedia jasa lingkungan, namun dengan konsekuensi seluruh anggota kelompok tani harus melakukan upaya konservasi pada lahan milik mereka. Program ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam usaha mengkonservasi pohon diatas lahan miliknya. Dengan demikian responden mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai nilai kompensasi dalam program pembayaran jasa lingkungan. 2. Mendapatkan Nilai WTA Besarnya nilai WTA (obtaining bids) didapatkan dari hasil wawancara dengan responden menggunakan kuisioner. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapat nilai pembayaran jasa lingkungan yang bersedia 52

67 diterima oleh responden. Responden memberikan nilai yang bervariasi mulai dari Rp hingga Rp Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA Dugaan nilai rataan WTA (estimating mean WTA) responden dihitung berdasarkan distribusi WTA responden. Perhitungan WTA rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 6. Dugaan nilai rataan WTA rumahtangga dari perhitungan pada tabel di dibawah adalah sebesar Rp per pohon per tahun. Tabel 6. Besaran WTA Responden No Nilai WTA (Rp/pohon/tahun) Frekuensi (Orang) Frekuensi Relatif Mean WTA (Rp/pohon/tahun) , , , , , ,13 0, Total 49 1, Sumber: Data Primer Diolah, Menduga Bid Curve Berdasarkan pada nilai WTA responden terhadap dana kompensasi yang diinginkan atas program pembayaran jasa lingkungan akan dibentuk kurva WTA. Kurva ini menggambarkan hubungan antara tingkat WTA responden (Rp/pohon/tahun) dengan jumlah batang pohon yang diikutkan dalam program (pohon). Didapat kurva tawaran WTA yang dapat dilihat pada Gambar

68 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 15. Dugaan Kurva Tawaran WTA Responden 5. Menentukan Total WTA Hasil perhitungan WTA total responden dapat dilihat pada Tabel 8. Lokasi pada program pemabayaran jasa lingkungan mempunyai luas lahan sebesar 17,72 ha dengan jumlah tanaman sebanyak pohon. Berdasarkan hasil perhitungan yang ada pada tabel diperoleh nilai total WTA Kelompok Tani Sumber Urip sebesar Rp per tahun. Nilai tersebut merupakan nilai yang diinginkan Kelompok Tani Sumber Urip untuk menerima konservasi atas upaya konservasi yang dilakukannya. Tabel 8. Total WTA Responden No Nilai Tengah (Rp/pohon/tahun) Frekuensi Rata-Rata Jumlah Pohon Jumlah WTA (Rp/tahun) Total Sumber: Data Primer Diolah,

69 6. Evaluasi Pelaksanaan CVM Berdasarkan analisis regresi berganda yang dilakukan, diperoleh nilai R 2 sebesar 43,6%. Nilai menunjukkan bahwa keragaman WTA dapat dijelaskan dengan baik oleh faktor-faktor dalam model, sebesar 56,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai R 2 yang kecil ini disebabkan oleh pengambilan data primer cross section yang dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan untuk beberapa sampel sehingga belum dapat menangkap keragaman yang ada secara keseluruhan. Nilai WTA yang ditawarkan responden sebesar Rp per pohon per tahun. Nilai ini merupakan nilai yang bersedia diterima responden untuk melaksanakan sistem tebang pilih dalam pemanfaatan pohon yang ada pada lahan mereka. Dalam sistem tebang pilih masyarakat akan melakukan penebangan setelah menyiapkan tanaman pengganti sesuai dengan jumlah pohon yang akan ditebang. Jadi, nilai WTA responden merupakan nilai dari usaha responden dalam menyiapkan tanaman pengganti atas pohon yang akan ditebang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Accept (WTA) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTA dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel tidak bebasnya (dependen) adalah nilai WTA responden. Sedangkan variabel bebasnya (independen) terdiri dari jumlah batang pohon pada lahan yang diikutsertakan dalam program, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama tinggal, serta kepuasan responden terhadap nilai kompensasi yang pernah berlaku. Hasil Analisis nilai WTA responden dapat dilihat pada tabel 9. 55

70 Tabel 9. Hasil Analisis Nilai WTA Responden Variabel Koefisien T P Constant 8, ,53 0,000 JBTP 0, ,99 0,000* PNDP -0, ,36 0,721 PDDK 0, ,03 0,583 TNGG 0, ,72 0,094** LMTG 0, ,41 0,168 PUAS -0, ,33 0,192 R-Squares Adjusted R-Squareas 43,6% 35,2% Keterangan : * nyata pada taraf (α) 0.05 ** nyata pada taraf (α) 0.10 Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai keragaman sebesar 43,6%. Nilai ini menunjukan bahwa keragaman WTA responden dapat dijelaskan oleh model, sisannya yaitu sebesar 56,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Model regrasi yang sesuai dengan OLS harus memenuhi beberapa asumsi yaitu kenormalan sisaan, kehomogenan ragam (homoscesdasticity), kebebasan sisaan (autocorrelation) dan bebas dari multikolinearitas. Kenormalan sisaan dapat dilihat secara eksploratif melalui Normal Probability Plot dan Histogram Residual. Tebaran sisaan pada Normal Probability Plot mengikuti garis peluang normal dan Histogram Residual membentuk kurva bell seperti kurva normal, maka sisaan menyebar normal (Lampiran 1). Untuk lebih memastikan lagi dilakukan uji Kolmogorov Smornov (Lampiran 3). Pada output komputer memnunjukan bahwa P-value berada diatas 0,05, maka memenuhi asumsi sisaan menyebar normal. Pemeriksaan asumsi untuk menguji masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada output komputer (Lampiran 1) menunjukkan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh ( VIF < 10). Hal ini menandakan tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas. Pemeriksaan 56

71 kehomogenan ragam (homoscesdasticity) dapat dilihat secara eksploratif melalui Plot Residual Versus Fits. Lebar pitaan di atas dan di bawah sama, maka sisaan bersifat homogen. Untuk lebih memastikan lagi dilakukan Uji Glejser. Hasil uji ini (Lampiran 4) menunjukkan bahwa P-value berada diatas 0,05, maka tidak terdapat pelanggaran asumsi homoskedastisitas. Model yang dihasilkan dari analisis ini adalah: Ln WTA = 8, , JBTP 0, PNDP + 0,00038 PDDK + 0,03953 TNGG + 0, LMTG 0,11892 PUAS Beberapa variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap nilai WTA responden yaitu sebagai berikut: 1. Jumlah Batang Pohon Variabel jumlah batang pohon dengan P-value 0,000 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden dengan taraf nyata α 0,05 (5%). Nilai koefisien variabel jumlah batang pohon memiliki tanda positif (+) berarti jika jumlah batang pohon yang dimiliki responden meningkat satu satuan (pohon), maka nilai WTA responden akan meningkat pula sebesar 0, %. Semakin banyak jumlah pohon yang dimiliki oleh responden maka semakin besar pula insentif yang dibutuhkan responden untuk melakukan konservasi atas lahan mereka. Besarnya insentif dipengaruhi oleh biaya imbangan apabila pohon-pohon tersebut dijual. Sehingga responden yang mempunyai jumlah pohon lebih banyak akan memberikan penawaran yang semakin tinggi. 57

72 2. Jumlah Tanggungan Variabel jumlah tanggungan dengan P-value 0,094 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden dengan taraf nyata α 0,1 (10%). Nilai koefisien variabel jumlah tanggungan memiliki tanda positif (+) berarti jika jumlah tanggungan responden meningkat satu satuan (orang), maka nilai WTA responden akan meningkat pula sebesar 0,03953%. Semakin banyak jumlah tanggungan responden maka semakin banyak pula pengeluaran rumahtangga responden. Program PJL mengaharuskan masyarakat melakukan upaya konservasi terhadap pohon di atas lahan milik mereka. Beban pengeluaran atas tanggungan responden dapat ditutupi dengan memanfaatkan atau menjual pohon yang mereka miliki. Semakin banyak jumlah tanggungan responden maka jumlah pohon yang akan dijual cenderung lebih banyak. Sehingga semakin banyak jumlah tanggungan responden akan semakin tinggi pula nilai WTA yang ditawarakan. Beberapa variabel yang tidak nyata berpengaruh terhadap nilai WTA responden adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Pendapatan Variabel tingkat pendapatan memiliki koefisien bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 0, Artinya jika pendapatan responden meningkat satu satuan (rupiah), maka nilai WTA yang diberikan responden akan menurun sebesar 0, %. Variabel tingkat pendapatan diduga tidak berpengaruh nyata terhadap model. Hal ini dikarenakan pendapatan responden tidak berasal dari satu sumber saja. Pada umumnya responden memiliki sapi perah yang hasil perahannya dijual setiap hari. Bahkan bagi beberapa responden hasil 58

73 susu sapi perah lebih besar dari hasil pekerjaan utama yaitu sebagai petani dan mampu memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Terpenuhinya kebutuhan pokok sehari-hari dapat mengurangi kecenderungan responden dalam menjual pohon diatas lahan mereka yang diikutkan program PJL. Hal ini yang menyebabkan variabel tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap model. 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki koefisien bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0, Artinya, jika lama pendidikan responden meningkat satu satuan (tahun), maka nilai WTA yang deberika responden akan meningkat pula sebesar 0,00038%. Variabel tingkat pendidikan diduga tidak berpengaruh nyata terhadap model karena tingkat pendidikan cenderung homogen diantara responden. Hampir seluruh anggota Kelompok Tani Sumber Urip mempunyai latar belakang pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar. Hal ini yang menyebabkan pengetahuan yang dimiliki responden cenderung seragam dalam menanggapi sesuatu hal relatif sama. Hal ini yang menyebabakan variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap model. 3. Lama Tinggal Variabel lama tinggal memiliki koefisien bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0, Artinya, jika lama tinggal responden meningkat sebesar satu satuan (tahun) maka nilai WTA yang diberikan responden akan meningkat pula sebesar 0,004036%. Variabel lama tinggal diduga tidak berpengaruh nyata terhadap model. Hal ini dikarenakan responden yang lebih 59

74 lama tinggal meskipun memiliki rasa kepemilikan yang tinggi akan lingkungan sekitar yang mendorong pemanfaatan seluruh sumber daya alam di sekitar, sudah memahami peran penting keberadaan pohon terhadap lingkungan sekitar. Kekeringan atau susahnya air pernah dialami oleh desa mereka. Kejadian tersebut membuat responden baik tinggal lebih lama maupun tidak di desa tersebut mengerti bahwa perlu adanya pembatasan pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini yang menyebabkan variabel lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap model. 4. Kepuasan terhadap Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan yang Diterima Variabel kepuasan terhadap nilai pembayaran lingkungan yang diterima memiliki koefisien bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 0, Artinya responden yang merasa tidak puas terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan yang pernah diterima akan memberikan peningkatan WTA sebesar 0,11892%. Variabel ini duduga tidak berpengaruh nyata terhadap model karena hampir semua responden merasa puas terhadap nilai pembayaran yang diterima. Responden yang tidak puas dikarenakan kesalahan sendiri yang terlalu mengikuti orang lain dalam menentukan nilai pembayaran jasa lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan variabel kepuasan terhadap nilai pembayaran lingkungan yang diterima tidak berpengaruh nyata terhadap model. 60

75 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden menilai baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang pernah berjalan. Responden menilai kualitas lingkungan semakin baik setelah adanya program. Cara penetapan nilai konpensasi dinilai baik oleh responden karena sesuai dengan keinginan masing-masing responden. 2. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp 8.265,31 per pohon per tahun. Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran dengan jumlah pohon yang ada pada 17,72 ha lahan yang diikutkan pada program, maka nilai total yang harus diserahkan kepada Kelompok Tani Sumber Urip adalah Rp ,00 per tahun. 3. Nilai WTA responden Kelompok Tani Sumber Urip dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jumlah pohon yang diikutsertakan dalam program pembayaran jasa lingkungan dan jumlah tanggungan responden Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan bagi penyedia supaya penyedia terus mempertahankan serta maningkatkan upaya konservasi yang sudah dilakukan.

76 2. Besarnya nilai rata-rata WTA Kelompok Tani Sumber Urip dapat dijadikan acuan oleh Perum Jasa Tirta I dalam memberikan nilai pembayaran jasa lingkungan kepada masyarakat. 3. Mengingat banyaknya lahan di kawasan DAS Brantas yang dapat mengganggu keseimbangan serta guna terciptanya keseimbangan hubungan hulu-hilir, maka perlu dilakukan perluasan lokasi penyedia program pembayaran jasa lingkungan. 62

77 DAFTAR PUSTAKA Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Fauzi, A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Firdaus, M Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta. Garrod, G. dan Kenneth G. W Economics Valuation of The Environmental. Edward Elgar Publishing, Inc. Massachussetts. Gujarati, D. N Basic Econometrics. Fourth Edition. Mc Graw Hill Book Company. Singapore. Hanley, N dan C. L. Spash Cost-Benefit Analisys and Environmental. Edward Elger Publishing Limited. England. Juanda, B Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor Merryna, A Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Pagiola, S., J. Bishop dan dan N. Landell-Mills Selling Forest Environmental Services: Market Based Mechanisms for Conservation and Development. Earthscan Publication Ltd. London. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta. Suhendang, E Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Tim Studi PES RMI. Laporan Studi PES untuk Mengembangkan Skema PES di DAS Deli, Sumatra Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah.

78 Triani, A Analsis Willingness To Accept Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Wunder, S Payment for Environmental Services : Some Nuts and Bolts. Research. Center for International Forestry Research. Yakin, A Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: CV. Akademika Persindo. 64

79 LAMPIRAN

80 Lampiran 1. Hasil Estimasi Model WTA Regression Analysis: Ln WTA versus Jumlah Batang Pohon, Pendapatan,... The regression equation is Ln WTA = Jumlah Batang Pohon Pendapatan Pendidikan Jumlah Tanggungan Lama Tinggal Puas Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant Jumlah Batang Pohon Pendapatan Pendidikan Jumlah Tanggungan Lama Tinggal Puas S = R-Sq = 43.6% R-Sq(adj) = 35.2% PRESS = R-Sq(pred) = 16.29% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Residual Error Total Source DF Seq SS Jumlah Batang Pohon Pendapatan Pendidikan Jumlah Tanggungan Lama Tinggal Puas Unusual Observations Jumlah Batang Obs Pohon Ln WTA Fit SE Fit Residual St Resid X RX R R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic =

81 Residual Plots for Ln WTA Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values Percent Residual Residual Fitted Value Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data 0.2 Frequency Residual Residual Observation Order

82 Lampiran 2. Hasil Run Test Runs test for RESI1 Runs above and below K = E-15 The observed number of runs = 26 The expected number of runs = observations above K, 19 below P-value =

83 Lampiran 3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Probability Plot of RESI1 Normal Percent Mean E-15 StDev N 47 KS P-Value RESI

84 Lampiran 4. Hasil Uji Glejser Regression Analysis: abs(resi1) versus FITS1 The regression equation is abs(resi1) = FITS1 Predictor Coef SE Coef T P Constant FITS S = R-Sq = 5.5% R-Sq(adj) = 3.4% PRESS = R-Sq(pred) = 0.00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Residual Error Total Unusual Observations Obs FITS1 abs(resi1) Fit SE Fit Residual St Resid X RX R X R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic =

85 Lampiran 5. Dokumentasi Kondisi Lahan Sebelum dan Sesudah Program Pembayaran Jasa Lingkungan Gambar 1. Kondisi Lahan Sebelum Program Pembayaran Jasa Lingkungan Gambar 2. Kondisi Lahan Setelah Program Pemabayaran Jasa Lingkungan 71

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) pertimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.

Lebih terperinci

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasrkan Tim Studi PES RMI (2007) program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) DAS Brantas melibatkan beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumberdaya Air Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang antara lain terdiri dari sub sistem sumberdaya lahan, sumberdaya hutan, sumberdaya sosekbud,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2013. Lokasi penelitian merupakan bagian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Konservasi menurut Parera (2010) memiliki nilai hidro-orologi dan ekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap ekonomi lokal, bangsa, regional dan global.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jasa Lingkungan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung pada bulan April 2014. Lokasi penelitian merupakan bagian hulu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taman Hutan Raya. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taman Hutan Raya. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT GARNA YUANA SUHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dan merupakan sumber air yang penting bagi masyarakat di sekitarnya yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 61 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam hutan (SDAH) adalah faktor produksi dan konsumsi untuk kesejahteraan bangsa khususnya dan umat manusia pada umumnya. SDAH dalam memberikan manfaat kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991 tentang Rencana

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuatunya yang mudah dan praktis. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh produsen

BAB III METODE PENELITIAN. sesuatunya yang mudah dan praktis. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh produsen BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Kerangka Pemikiran Teh hijau merupakan minuman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Masyarakat moderen sekarang ini selalu menginginkan segala sesuatunya yang mudah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Pemilihan dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Serambi Botani yang berlokasi di lantai dasar GF 14-15 mall Botani Square, Jalan Raya Padjajaran, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Konsep Imbal Jasa Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air Oleh: Khopiatuziadah *

Konsep Imbal Jasa Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air Oleh: Khopiatuziadah * Konsep Imbal Jasa Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air Oleh: Khopiatuziadah * Pada akhir masa sidang III lalu, Rapat Paripurna DPR mengesahkan salah satu RUU usul inisatif DPR mengenai

Lebih terperinci

IV. METODELOGI PENELITIAN

IV. METODELOGI PENELITIAN IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA PENDAHULUAN Penilaian terhadap barang lingkungan yg Non-Market mempunyai implikasi kebijakan yang penting. Dulu, barang tersebut dianggap bernilai nol atau bernilai rendah

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PETANI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN IRIGASI Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah Oleh : FAHMA MINHA A14303054 PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi mahluk hidup dan tanpa air maka tidak akan ada kehidupan. Dalam Pasal 5 UU No.7 tahun 2004 tentang sumberdaya air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994). TINJAUAN PUSTAKA Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan Berdasarkan Undang Undang No 41 tahun 1999 Pasal 1 ayat 2 bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan berisi sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan hutan. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah berupaya memaksimalkan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung PENDAHULUAN Ekosistem penghasil beragam produk dan jasa lingkungan keberlanjutan kehidupan. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung Nilai guna langsung pangan, serat dan bahan bakar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Juniapratiwi2406@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR OLEH : TOMMY FAIZAL W. L2D 005 406 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup dan sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global commons atau common

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Air 2.1.1 Karakteristik Sumber Daya Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi ini. Sumber daya air merupakan sumber daya

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA AIR TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, JAWA BARAT PRADIPTA MUTIARA PURNAMA

POLA PEMANFAATAN DAN PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA AIR TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, JAWA BARAT PRADIPTA MUTIARA PURNAMA POLA PEMANFAATAN DAN PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA AIR TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, JAWA BARAT PRADIPTA MUTIARA PURNAMA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci