HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar sungai. Berdasarkan survei di lapangan yang dilakukan di sepanjang ekosistem Sungai Siak dengan sampel sebanyak 65 responden, responden yang diwawancarai tidak semuanya penduduk asli. Sebagian besar responden sebesar 76,92 % merupakan penduduk asli yang dari lahir hingga saat ini tinggal di daerah tersebut dan sisanya sebesar 23,08 % bukan merupakan penduduk asli. Gambar 3 menunjukkan persentase penduduk asli dan bukan penduduk asli dari responden yang ada di ekosistem Sungai Siak. 23,08 % 76,92 % Penduduk Asli Bukan Penduduk Asli Gambar 3. Asal Penduduk Dilihat dari tingkat pendidikan responden diperoleh responden yang tidak sekolah sebesar 23,08 %, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 53,85 %, responden dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 21,54 %, dan responden 47

2 dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 1,53 %. Keterangan mengenai tingkat pendidikan dari responden dapat dilihat pada Gambar 4. 1,53 % 21,54 % 23,08 % 53,85 % Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dilihat dari tingkat penghasilan yang diperoleh responden, sebanyak 4,6 % responden memiliki penghasilan lebih kecil dari Rp ,00. Sebanyak 50,8 % responden memilki penghasilan Rp ,00 Rp ,00, sebanyak 40 % responden memiliki penghasilan Rp ,00 Rp ,00, sebanyak 3,07 % responden memiliki penghasilan Rp ,00 Rp ,00, dan sebanyak 1,53 % responden memiliki penghasilan lebih besar Rp ,00. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai tingkat penghasilan dari responden dapat dilihat pada Gambar 5. Tidak Sekolah SD SMP SMA 48

3 40 % 3,07 % 1,53 % 4,6 % 50,8 % < Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 > Rp ,00 Gambar 5. Tingkat Penghasilan Diperoleh penilaian masyarakat mengenai kondisi ekosistem Sungai Siak saat ini, sebagian besar responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak dalam keadaan yang buruk dengan persentase sebanyak 60 % responden, sebanyak 12,3 % responden menyatakan kondisi ekosistem sungai baik, 13,85 % responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak sangat buruk, 13,85 % responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak cukup baik. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai persepsi dari responden terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak dapat dilihat pada Gambar % 13,85 % 13,85 % 12,3 % Sangat Baik Cukup Baik Baik Buruk Sangat Buruk Gambar 6. Kondisi Ekosistem Sungai Siak 49

4 Dari seluruh responden yang berhasil diwawancarai mengaku merasakan perubahan dari ekosistem Sungai Siak. Sebanyak 49,24 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar 0-10 tahun yang lalu, 35,38 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar tahun yang lalu, dan sebanyak 15,38 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar tahun yang lalu. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 7. 15,38 % 49,24 % 35,38 % 0-10 tahun tahun tahun Gambar 7. Perubahan Ekosistem Sungai Siak Dulunya kondisi ekosistem Sungai Siak jauh lebih baik daripada sekarang, bahkan air sungai dapat dimanfaatkan sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga oleh masyarakat. Air Sungai Siak saat ini tidak dapat digunakan lagi sebagai air minum oleh masyarakat yang tinggal di sekitar sungai karena telah mengalami perubahan baik secara fisik dan biologi. Udara di sekitar sungai dulunya juga bersih, tidak seperti sekarang yang tercemar oleh asap dari pabrik-pabrik dan juga asap yang berasal dari kebakaran hutan yang ada di 50

5 ekosistem Sungai Siak. Jumlah tangkapan ikan dan udang yang diperoleh nelayan saat ini juga mengalami penurunan. Sungai Siak memiliki karakteristik yang istimewa karena melintasi lima kabupaten/kota dalam satu provinsi. Banyaknya beban pencemaran yang masuk mengakibatkan kualitas air semakin menurun, diantaranya adalah limbah cair dari pabrik/industri yang berada di sepanjang Sungai Siak. Di Kota Pekanbaru terdapat tiga pabrik karet dan satu pabrik kayu lapis yang berada di tepi Sungai Siak dan menjadikan Sungai Siak sebagai media pembuangan limbah (Status Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, 2007). Banjir juga sering terjadi apabila curah hujan tinggi, namun apabila tidak turun hujan dalam beberapa minggu maka akan terjadi kekeringan. Penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity) seperti hilangnya vegetasi-vegetasi yang ada di ekosistem sungai, penurunan jumlah ikan dan udang yang ada di Sungai Siak dikarenakan pencemaran oleh limbah industri serta penangkapan dengan penggunaan bom atau racun sehingga sangat merugikan bagi nelayan lainnya yang tidak mencari ikan dan udang dengan bom ataupun racun. Beberapa masyarakat mengatakan perbedaan jumlah tangkapan ikan dan udang sekarang dengan jumlah tangkapan 10 tahun yang lalu sangat berbeda sejak adanya pencemaran di Sungai Siak. Dulunya tangkapan ikan dan udang yang diperoleh dapat menopang kehidupan ekonomi dari nelayan sekarang hal itu tidak memungkinkan lagi karena penurunan jumlah tangkapan. 51

6 6.2. Preferensi Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Kelestarian Ekosistem Sungai Siak Masyarakat yang ada di sekitar ekosistem Sungai Siak sangat menginginkan adanya perbaikan terhadap ekosistem Sungai Siak. Kondisi ekosistem yang semakin mengkhawatirkan menyebabkan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat dan berpengaruh buruk terhadap perekonomian dari masyarakat yang tinggal dan menjadikan Sungai Siak sebagai sumber matapencahariannya. Berdasarkan survei di lapangan, 100% responden setuju dengan adanya perbaikan terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak Setuju Tidak Setuju 10 0 Masyarakat Gambar 8. Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak Masyarakat menginginkan perbaikan pada kondisi air sungai karena air sungai sudah tercemar parah oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar Sungai Siak. Kasus limbah yang parah terjadi pada tahun 2004, berdasarkan penuturan dari beberapa responden pada saat kasus terjadi ribuan ekor ikan dan udang dari berbagai jenis mati mengapung di sepanjang Sungai 52

7 Siak. Selain menyebabkan penurunan jumlah ikan maupun udang yang ada di Sungai Siak. Hal ini sangat berakibat buruk terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Jumlah tangkapan yang diperoleh oleh nelayan mengalami penurunan dan menyebabkan pendapatan nelayan berkurang bahkan ada beberapa dari nelayan yang beralih profesi. Perbaikan kondisi air sungai yang tercemar limbah agar dapat digunakan seperti dulu sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dari masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Adanya sampah-sampah rumah tangga juga sangat mengganggu kondisi ekosistem Sungai Siak dan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir, banyak ditemukan sampah-sampah yang mengapung pada sungai maupun anak-anak Sungai Siak. Masyarakat juga menginginkan peran serta dari pemerintah dalam mengatasi penangkapan ikan yang menggunakan bom maupun racun. Masyarakat mengaku saat ini belum ada bukti nyata dari pemerintah dalam penegakan peraturan yang mengatur tentang penangkapan ikan di Sungai Siak. Saat ini masih banyak nelayan-nelayan yang menggunakan bom atau racun, penggunaan bom atau racun menyebabkan penurunan kualitas air sungai, jumlah ikan serta udang dalam jumlah yang besar. Untuk itu masyarakat mengharapkan dari pemerintah agar melakukan penertiban terhadap nelayan-nelayan yang menggunakan bom atau racun serta penertiban terhadap pabrik-pabrik yang membuang limbah ke Sungai Siak. Selain itu masyarakat juga menginginkan adanya penambahan jumlah ikan dan udang di Sungai Siak dengan cara penambahan benih ke sungai dikarenakan jumlah ikan dan udang yang semakin sedikit karena adanya pencemaran. 53

8 Penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity) di ekosistem Sungai Siak juga terjadi akibat penebangan hutan oleh perusahaan dan penebangan hutan secara liar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Vegetasi alami dari ekosistem Sungai Siak juga semakin berkurang akibat pencemaran sungai dan hempasan gelombang dari kapal-kapal yang berlayar melintasi sungai padahal vegetasi sangat dibutuhkan untuk mencegah banjir dan erosi dari tebing Sungai Siak. Banjir yang kerap terjadi sangat mengganggu kehidupan dari masyarakat yang tinggal di ekosistem Sungai Siak. Banjir terjadi setiap tahun tiap musim hujan. Apabila beberapa minggu tidak hujan maka akan terjadi kekeringan sehingga debit air menjadi kecil dan pasokan air baku PDAM menjadi terganggu. Hal ini terjadi karena terganggunya fungsi hidrologis dari DAS Sungai Siak. Fungsi hidrologis terganggu karena adanya konversi hutan menjadi perkebunan monokultur, yaitu perkebunan kepala sawit. Pendangkalan atau sedimentasi terhadap Sungai Siak juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, saat musim hujan sungai tidak mampu menampung air, sehingga air meluap keluar dan terjadi banjir. Masyarakat mengharapkan agar segera dilakukan perbaikan terhadap ekosistem Sungai Siak agar kondisi Sungai Siak kembali bersih dan baik seperti dahulu. Jumlah ikan dan udang di Sungai Siak diharapkan semakin bertambah banyak daripada sekarang. Ekosistem Sungai Siak juga kembali bersih dari berbagai macam pencemaran baik pencemaran terhadap air maupun terhadap udara. Perbaikan sistem drainase dan bangunan pencegah banjir yang telah ada agar dapat berfungsi maksimal sehingga tidak terjadi lagi banjir dimasa yang akan datang sehingga kehidupan dari masyarakat dapat kembali nyaman serta 54

9 kesejahteraan dari masyarakat yang tinggal di ekosistem Sungai Siak dapat meningkat seiring dengan perbaikan ekosistem sungai. Kebijakan dalam mempertahankan sumberdaya alam dari ekosistem Sungai Siak, antara lain : 1. Adanya kawasan lindung berupa sempadan sungai dengan adanya vegetasivegetasi alami yang berfungsi memperbaiki kualitas air, mempercepat aliran hujan ke dalam tanah, mencegah banjir, sebagai tempat hidup bagi biota-biota sungai serta melindungi properti-properti yang ada dibagian luar sempadan sungai. 2. Membatasi jumlah beban pencemar, pemantauan kualitas air, dan juga mengadakan program peningkatan kualitas air. 3. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap alat-alat tangkap yang digunakan nelayan agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam penangkapan ikan yang dapat merusak ekosistem Sungai Siak Analisis Estimasi Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak Manfaat Langsung Nilai manfaat langsung diperoleh dengan menghitung manfaat langsung yang diterima oleh masyarakat sekitar Sungai Siak. Manfaat langsung meliputi manfaat penangkapan ikan dan udang serta manfaat dari air baku yang dikelola oleh PDAM Tirta Siak. Berdasarkan wawancara langsung dengan 50 orang nelayan berikut jenis-jenis tangkapan ikan dan udang yang biasa diperoleh nelayan, yaitu ikan baung (Mystus nemurus), ikan tapah (Wallago leerie), ikan betutu (Oxyeleotris marmorat), ikan selais (Kryptopterus apogon Blkr), ikan pantau (Rasbora borneesis), ikan juara (Pangisius pdyuranodon), ikan gabus 55

10 (Channa striatus) dan udang (Macrobrachium rosenbergii). Perhitungan manfaat penangkapan ikan dan udang dihitung dengan menggunakan harga pasar yang diperoleh dengan melakukan observasi di pasar-pasar yang ada di sekitar sungai, berikut Tabel 22 harga jenis-jenis tangkapan yang biasa diperoleh nelayan di Sungai Siak. Tabel 22. Harga Jenis-Jenis Tangkapan di Sungai Siak No Jenis Ikan Harga (Rp/kg) 1 Baung Tapah Betutu Selais Pantau Juara Gabus Udang Nelayan-nelayan dalam melakukan penangkapan ikan dan udang menggunakan berbagai macam peralatan, seperti sampan, pompong, jaring, pancing, jala, tangguk, belat, dan sebagainya. Umur dari pemakaian alat-alat berbeda untuk masing-masing nelayan, tergantung pemakaian dari nelayan tersebut. Berdasarkan survei dari 50 orang nelayan, nelayan yang menangkap ikan dan juga menangkap udang memiliki persentase sebesar 66 %, nelayan yang menangkap ikan saja sebesar 30 %, dan nelayan ikan keramba sebesar 4 %. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai pembagian nelayan dapat dilihat pada Gambar 9. 56

11 4 % 30 % 66 % Gambar 9. Pembagian Nelayan Sesuai hasil wawancara terhadap responden, diperoleh jumlah total tangkapan ikan baung sebanyak ,50 kg/tahun, untuk ikan selais sebanyak 8.997,75 kg/tahun, ikan tapah sebanyak 2.832,2 kg/tahun, ikan juara sebanyak 1.391,65 kg/tahun, ikan betutu sebanyak 1.465,6 kg/tahun, ikan pantau sebanyak 2.041,2 kg/tahun, ikan gabus sebanyak kg/tahun, dan udang sebanyak 3332,05 kg/tahun. Nilai manfaat dari nelayan yang menangkap ikan dan udang sebesar Rp ,18 (Lampiran 3) dan nelayan yang menangkap ikan saja, diperoleh nilai manfaat tangkapan ikan sebesar Rp ,84 (Lampiran 4). Nelayan Ikan dan Udang Nelayan Ikan Nelayan Ikan Keramba Nelayan ikan keramba membudidayakan jenis ikan baung. Ikan ini dibudidayakan karena sangat digemari oleh masyarakat di Provinsi Riau sebagai makanan khas masyarakat melayu serta untuk memenuhi permintaan dari rumah makan melayu yang ada di Kota Pekanbaru sehingga kebutuhan akan ikan baung semakin meningkat, dan ikan ini merupakan ikan air tawar yang cocok dibudidayakan di Sungai Siak. Nilai manfaat dari ikan keramba sebesar Rp ,00 dengan total ikan keramba sebanyak kg/tahun (Lampiran 5). 57

12 Jumlah nelayan yang ada di ekosistem Sungai Siak Kota Pekanbaru sebanyak 127 jiwa (Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Riau, 2011). Penjumlahan manfaat dari nelayan ikan dan udang, nelayan ikan serta nelayan ikan keramba dibagi dengan 50 responden kemudian nilai rata-rata (mean) dikalikan dengan total seluruh nelayan yang ada di ekosistem Sungai Siak sehingga diperoleh nilai manfaat ekonomi total dari ikan dan udang sebesar Rp ,48 per tahun. Keterangan mengenai nilai manfaat ekonomi total dari ikan dan udang di Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Manfaat Ekonomi Ikan dan Udang No Mata Pencaharian Nilai Manfaat 1 Nelayan Ikan dan Udang ,18 2 Nelayan Ikan ,84 3 Nelayan Ikan Keramba ,00 Total ,02 Rata-Rata ,46 Jumlah Nelayan 127 Manfaat Ikan dan Udang ,48 Penyediaan air bersih di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdapat di setiap provinsi di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah yang diberi tanggung jawab dalam mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Pengawasan dan pemonitoran dari PDAM dilakukan oleh aparat pemerintah dari masing-masing daerah. Air baku di Kota Pekanbaru dikelola oleh PDAM Tirta Siak dimana air baku berasal dari Sungai Siak. Air baku tersebut diolah menjadi air bersih/air minum yang kemudian didistribusikan ke rumah tangga, industri, perusahaan, kantor pemerintahan, dan sebagainya yang ada di Kota Pekanbaru. Berikut nilai 58

13 ekonomi air Sungai Siak sebagai bahan baku air minum di Kota Pekanbaru sebagaimana tampak pada Tabel 24. Tabel 24. Nilai Ekonomi Air Baku PDAM No. Keterangan Harga per unit (Rp/m 3 ) Nilai Total (Rp/tahun) 1 Harga jual air minum 2.674, ,18 2 Total biaya 1.247, ,45 Biaya pengolahan air : a. Biaya bahan kimia ,00 b. Upah tenaga kerja ,00 c. Penyusutan mesin ,45 d. Rupa-rupa biaya pengolahan air ,00 e. Biaya pemeliharaan pengolahan air ,00 Biaya langsung usaha : a. Biaya operasi sumber air ,00 b. Biaya pemeliharaan sumber air ,00 c. Biaya baku air ,00 Biaya transmisi dan distribusi : a. Biaya pemakaian bahan dan perlengkapan ,00 b. Biaya pemeliharaan transmisi dan ,00 distribusi Pemeliharaan gedung dan peralatan : a. Pemeliharaan inventaris kantor ,00 b. Pemeliharaan kendaraan dinas ,00 c. Pemeliharaan bangunan ,00 d. Pemeliharaan instalasi umum ,00 e. Pemeliharaan taman dan bangunan ,00 3 Keuntungan usaha (15%* Rp. 187, , ,36) 4 Nilai/Harga air baku 1.239, ,06 Catatan : Jumlah Produksi air minum ,57 m 3 /tahun Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak, diolah (2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM Tirta Siak, harga air minum Rp 2.674,00 per m 3 dan jumlah produksi air minum sebanyak ,57 m 3 per tahun, sehingga nilai total dari penerimaan, yaitu sebesar Rp ,18 per tahun. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah air, yaitu sebesar Rp ,45 per tahun dengan total biaya per unit sebesar Rp ,36 per m 3. Biaya-biaya itu mencakup biaya pengolahan air, biaya langsung usaha, biaya transmisi dan distribusi serta biaya pemeliharaan gedung dan peralatan. Keuntungan usaha yang dihitung sebagai balas jasa terhadap modal 59

14 yang dipasok oleh produsen sebesar 15% x Rp ,45 per tahun = Rp ,67 per tahun. Diperoleh nilai/harga air baku, yaitu sebesar Rp ,06 per tahun dengan harga per unit sebesar Rp 1.239,53 per m 3 (Lampiran 6). Untuk keterangan lebih lanjut mengenai nilai manfaat langsung ekosistem Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 25. Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Sungai Siak No Manfaat Nilai Manfaat Rp/tahun Persentase (%) 1 Penangkapan Ikan dan Udang ,48 22,77 2 Air baku PDAM ,06 77,23 Total ,54 100, Manfaat Tidak Langsung Banjir di Sungai Siak sering terjadi disetiap musim hujan. Hal ini karena secara topografi Kota Pekanbaru terletak pada dataran rendah. Selain itu saluran drainase dan anak-anak sungai mengalir tidak lancar yang menyebabkan genangan lokal di daerah rawan banjir. Permasalahan banjir ini telah mengganggu aktifitas dan perekonomian dari masyarakat Kota Pekanbaru, untuk mengontrol air sungai agar tidak terjadi banjir maka dibangun beberapa bangunan pengendali banjir. Bangunan pengendalian banjir yang ada di Kota Pekanbaru terbagi menjadi enam sektor dengan luas kawasan sebesar 1860 ha. Sektor-sektor pengendali banjir dibagi berdasarkan daerah yang rawan banjir, sektor-sektor ini berada pada Kecamatan Senapelan, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Payung Sekaki, dan Kecamatan Rumbai Pesisir sebanyak dua tempat. Masing-masing dari sektor pengendali banjir yang dibangun memiliki ketahanan 60

15 selama 20 tahun. Untuk keterangan mengenai nilai dari sektor-sektor pengendali banjir dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Nilai Sektor Pengendali Banjir No Pengendali Banjir Lokasi Luas (Ha) Biaya 1 Sektor 1, Kecamatan Senapelan ,00 2 Sektor 2, Kecamatan Lima Puluh ,00 3 Sektor 3, Kecamatan Rumbai ,00 4 Sektor 4, Kecamatan Rumbai Pesisir ,00 5 Sektor 5, Kecamatan Rumbai Pesisir ,00 6 Sektor 6, Payung Sekaki ,00 Total ,00 Nilai ekonomi per tahun ,00 Sumber : Balai Wilayah Sungai, diolah (2011) Jadi, manfaat tidak langsung dari sektor-sektor pengendali banjir yang ada di ekosistem Sungai Siak sebesar Rp ,00 per tahun Manfaat Pilihan Manfaat pilihan dari ekosistem Sungai Siak diperoleh dari willingness to pay (WTP) yang diajukan kepada masyarakat. Diperoleh nilai WTP yang berbeda-beda dari responden, berdasarkan tingkat pendidikan. Nilai manfaat yang diberikan responden yang tidak sekolah sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SD sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SMP sebesar Rp ,00 Rp ,00, dan responden yang tingkat pendidikannya SMA sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata (mean) dari manfaat pilihan dikalikan dengan jumlah kepala keluarga. Dari hasil perhitungan didapat total nilai manfaat pilihan sebesar Rp ,86 per tahun (Lampiran 7). 61

16 Manfaat Keberadaan Manfaat keberadaan dari Ekosistem Sungai Siak juga diperoleh dengan willingness to pay (WTP). Nilai WTP berdasarkan tingkat pendidikan dari responden. Nilai manfaat dari responden yang tidak sekolah sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SD sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SMP sebesar Rp ,00 Rp ,00, dan responden yang tingkat pendidikannya SMA sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata (mean) dari manfaat keberadaan dikalikan dengan jumlah kepala keluarga. Sehingga diperoleh nilai total dari manfaat keberadaan sebesar Rp ,71 per tahun (Lampiran 8). Tabel 27. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak No Manfaat Nilai Manfaat (Rp/tahun) Persentase (%) 1 Manfaat Langsung ,54 31,65 2 Manfaat Tidak Langsung ,00 61,40 3 Manfaat Pilihan ,86 3,50 4 Manfaat Keberadaan ,71 3,45 Total ,11 100,00 Dari hasil perhitungan (Tabel 27), diperoleh nilai ekonomi total (total economic value) dari ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru sebesar Rp ,11 per tahun. Manfaat langsung yang terdiri dari manfaat ikan dan udang serta manfaat air baku PDAM sebesar Rp ,54 per tahun, manfaat tidak langsung yang berasal dari manfaat dari sektor pengendali banjir sebesar Rp ,00 per tahun. Nilai ekonomi kegunaan (use value) merupakan penjumlahan dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung sehingga diperoleh nilai ekonomi kegunaan sebesar Rp ,54 per tahun. 62

17 Manfaat keberadaan dari ekosistem Sungai Siak sebesar Rp ,71 per tahun. Nilai manfaat yang paling besar diperoleh dari manfaat pilihan dengan nilai manfaat sebesar Rp ,86 per tahun. Sehingga nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) yang merupakan penjumlahan antara manfaat keberadaan dan manfaat pilihan sebesar Rp ,57 per tahun. 63

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan luas lahan garapan. Pofil tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan luas lahan garapan. Pofil tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Profil petani responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas petani usahatani padi daerah hulu dan hilir di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI Ba b 5 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI 5.1. Potensi Sumberdaya Perairan dan Perikanan Sumberdaya perairan yang terdapat di Kecamatan Teluk Meranti diantaranya terdapatnya empat buah tasik

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3). VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

3.1 Metode Identifikasi

3.1 Metode Identifikasi B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN MARGIN TATANIAGA HASIL PERIKANAN TANGKAP DIDESA BULUH CINA KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU By

ANALISIS KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN MARGIN TATANIAGA HASIL PERIKANAN TANGKAP DIDESA BULUH CINA KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU By ANALISIS KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN MARGIN TATANIAGA HASIL PERIKANAN TANGKAP DIDESA BULUH CINA KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU By Dani Ramizan 1) Eni Yulinda 2) Lamun Bathara 3) ABSTRAC

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Acara :

Disampaikan Pada Acara : Disampaikan Pada Acara : Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate Change and Conservation (Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan, Perubahan Iklim

Lebih terperinci

rata-rata P 75%

rata-rata P 75% LAMPIRAN 21 Lampiran 1 Hasil Perhitungan Peluang Hujan Terlampaui Peluang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah rata-rata 200 192 255 276 207 133 157 170 206 264 328 269 2657 SD 96 124

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas sekitar 13.000 km2. Sumber daya air ini telah digunakan untuk mensuplai kebutuhan

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub DAS Cikapundung berada di bagian hulu Sungai Citarum dan merupakan salah satu daerah yang memberikan suplai air ke Sungai Citarum, yang meliputi Kab. Bandung Barat,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia dengan segala macam kegiatannya, dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, keperluan umum, industri, perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lokasi hutan mangrove yang ada diwilayah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat sebagaima tercantum dalam peta lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

penamaan bagi danau yang memiliki ukuran yang kecil 1.

penamaan bagi danau yang memiliki ukuran yang kecil 1. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah perairan di Indonesia terdiri atas perairan laut dan perairan darat. Perairan laut berupa lautan serta selat sedangkan perairan darat mencakup sungai dan danau.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai kesatuan hidrologis, air mengalir dari hulu ke hilir akan sangat bergantung / ditentukan oleh tinggi rendanya kapasitas penyimpanan air oleh sistem ekologi di kawasan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Umum Wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai luas wilayah ± 1.000,33 KM 2. Yang terdiri dari 12 (Dua Belas ) Desa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991 tentang Rencana

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN 61 VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN 7.1. Nilai Manfaat Langsung (Direct Use Value) Berdasarkan hasil analisis data diperoleh total nilai manfaat langsung perikanan tangkap (ikan) sebesar Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kabupaten Cilacap memiliki beragam ekosistem seperti: ekosistem estuarin, ekosistem mangrove, dan pantai berpasir. Hal ini menjadikan Cilacap memiliki

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa fungsi utama Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur sebagai konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Belik merupakan anak Sungai Gajahwong yang mengalir melintasi tiga pedukuhan, yaitu Pedukuhan Karangwuni, Pedukuhan Karanggayam, dan Pedukuhan Kocoran. Sungai

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b Tema 7 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai Muhammad Rijal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PELARANGAN PENGUNAAN ALAT-ALAT TANGKAP YANG DAPAT MERUSAK HABITAT IKAN DAN BIOTA LAUT DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 1. Untuk menambah air tanah, usaha yang perlu dilakukan adalah... membuat sumur resapan penggalian sungai-sungai purba tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4 1. Yang termasuk sumber daya adalah SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4 Segala barang/jasa yang dibayar dengan uang Faktor-faktor produksi yang digunakan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xiii xv xvi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

USAHA PERIKANAN IKAN ASAP SELAIS DI RANTAU KOPAR KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

USAHA PERIKANAN IKAN ASAP SELAIS DI RANTAU KOPAR KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU Jurnal Perikanan dan Kelautan, (0) : 56-6 USAHA PERIKANAN IKAN ASAP SELAIS DI RANTAU KOPAR KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU M. Ramli ) ) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan yang memiliki ciri khas didominasi pepohonan yang mampu tumbuh di perairan asin. Komunitas pepohonan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya jumlah volume air adalah tetap, namun distribusinya tidak sama sehingga ketersediaan air tidak seimbang menurut lokasi dan musim. Ketersediaan air di musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam (SDA) merupakan unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan. SDA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air vii B Tinjauan Mata Kuliah uku ajar pengelolaan sumber daya air ini ditujukan untuk menjadi bahan ajar kuliah di tingkat sarjana (S1). Dalam buku ini akan dijelaskan beberapa pokok materi yang berhubungan

Lebih terperinci

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci