"Dan seandainya pahon-pohon di bumi menjadi pena dan. lautan menjadi tintanya, ditambahkan kepadanya tujuh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""Dan seandainya pahon-pohon di bumi menjadi pena dan. lautan menjadi tintanya, ditambahkan kepadanya tujuh"

Transkripsi

1 "Dan seandainya pahon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tintanya, ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis- habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Haha Perkasa Lagi Naha Bijaksana". (Al-Qur'an, Surat Luqman Ayat 27) Kupersembahkan sebagai terima kasihku kepada Bapak, Ibu, Kakakkakakku dan Adik-adikku yang tercinta.

2 KAWAXTERlSTlK PENGUSAHA INDUSTRI KEGIL VAWG MEMPENGARUMI PERICEMBAlLlGAM USAHPLHVA ( Studi Kssus Kelompok lndustri Kecil Besi Beghel di Desa Gibanteng, ENDANG MULYANTl A JURUSAN llmu - ILMU SQSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTlTUT PERTANIAN BOGOR 1991

3 RINGKASAN ENDANG MULYANTI. Karaktristik Pengusaha Industri Kecil Yang Nempengaruhi Perkembangan Usahanya : Studi Kasus Kelor~pok Industri Kecil Besi Beghel di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Di bawah bimbingan Djuara P. Lubis dan H. M. Tamsur Narse). Tujuan dari praktek lapangan ini adalah untuk mengetahui : (1) pertumbuhan industri kecil, (2) kegiatan usaha industri kecil, (3) karakteristik pengusaha yang mempengaruhi kegiatan usaha, dan (4) bagaimana kegiatan usaha industri kecil dapat mempengaruhi perkembangan usaha yang dimiliki. Praktek lapangan ini dilakukan sejak 21 Nopember 1990 sampai 21 Desember Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data : karakteristik sosial dan ekonomi responden, kegiatan usaha, pembinaan dan perkembangan usaha. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan wawancara bebas terhadap responden. Responden diambil secara acak sederhana sebanyak 30 orang. Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa, Kantcr Kecamatan dan Instansi terkait lainnya. Data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, tabulasi dan persentase. Untuk melihat

4 hubungan antara karakteristik dan kegiatan usaha digunakan uj i korelasi Jenjang Spearman. Karakteristik sosial pengusaha yang ditemukan memperl ihatkan bahwa pengusaha kecil besi beghel terkonsentrasi pada usia tahun (90.00 persen), pend idikan terkonsen trasi pada tingkat pendidikan tidak tamat SD (56.67 persen), sebagian besar pengusaha mempunyai waktu lamanya berusaha kurang dari 5 tahun (60.00 persen), dan persen mengaku bahwa pekerjaan sebagai pengusaha besi beghel merupakan pelrerjaan pokok serta persen pengusaha tidak pernah mengikuti pembinaan. Sedangkan karakteristik ekonomi yang ditemukan menunjukkan bahwa pengusaha besi beghel mempunyai modal untuk pertama membuka usaha berkisar antara Rp ,- - Rp ,-. Kegiatan usaha pengusaha kecil besi beghel dipengaruhi oleh beberapa karakteristik. Kegiatan usaha tersebut adalah : jumlah tenaga kerja, asal bahan baku, curahan waktu, jumlah produksi dan pemasaran hasil produksi. Karakteristik pengusaha yang berhubungan nyata dengan kegiatan usaha ialah pendidikan, lamanya berusaha, status berusa.ha dan modal. Kegiatan usaha yang dilakukan akan mempengaruhi perkembangan usahanya. Perkembangan usaha dilihat dari jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi sejak tahun awal berdirinya usaha sampai tahun Pengusaha mengalami penurunan usaha ditinjau dari jumlah produksi yang

5 dihasilkan sebanyak persen. Perkembangan usaha yang menurun disebabkan oleh kurang berperannya pembinaan bagi para pengusaha. Nal ini disebabkan oleh pembinaan yang kurang merata, kurang intensif dan kurang sesuainya materi yang diberikan.

6 KARAKTERISTIK PENGUSAHA INDUSTRI KECIL YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAWANYA Studi Kasus Kelonpok Industri Kecil Besi Beghel di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Oleh : ENDANG HULYANTI A Laporan Praktek Lapangan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Hemperoleh Gelar Sar jana Pertanian Pads Fakutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor JURUSAN ILHU-ILMU SOSIAL EKONOHI PERTANIAN BOGOR

7 PERNYATAAN DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN IN1 BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAM TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUM Bogor, Agustus 1991, --. ENDANG HULYANTI

8 . FAKULTAS PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini Kami menyatakan bahwa laporan Praktek Lapangan yang ditulis oleh Nama Mahasiswa : ENDANG MULYANTI Nomor Pokok : A Judu 1 : KARAKTERISTIK PENGUSAHA INDUSTRI KECIL YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHANYA Studi Kasus Kelompok Industri Kecil Besi Beghel di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dapat diterima sebagai syarat kelulusan Sarjana Pertanian, Institut Pertanian Bogor. JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Menyetujui, Mengetahui, Tanggal Kelulusan : 24 Ag t stus 1991

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1967 di Jakarta, sebagai anak ketiga dari Bapak Soewarno dan Ibu Saniyah. Penulis menyelasaikan pendidikan dasar di SD Kuningan Barat Jakarta pada tahun 1980, pendidikan menengah pada tahun 1983 di SMP Negeri 43 Jakarta, dan pendidikan atas pada tahun 1986 di SWA Negeri 8 Jakarta. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PHDK dan pada tahun 1987 memilih Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Tahun 1988 penulis memilih Penyuluhan Dan Komunikasi Pembangunan sebagai program studi pilihan.

10 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek lapangan. Laporan praktek lapangan ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pada Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Djuara P. Lubis, MS dan Bapak Ir. H.M. Tamsur Harse, selaku dnsen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran sejak awal hingga selesainya laporan ini. 2. Ibu Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS dan Bapak Drs. Noerdin N. Zen, NS selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguj i. 3. Bapak Camat beserta staf yang telah memberikan ijin untuk melakukan praktek lapangan di wilayah Kecamatan Ciampea. 4. Bapak Kepala Desa Cibanteng beserta aparatnya yang banyak membantu penulis selama praktek lapangan. 5. Bapak-bapak di Desa Cibanteng yang telah bersedia menjadi responden, atas segala informasinya yang sangat berarti bagi penulis 6. Teman-teman dan rekan-rekan serta Soedjono yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

11 7. Semua yang telah berjasa sampai laporan ini selesai. Penulis juga mohon n~aaf bila ada hal-ha1 yang kurang berkenan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukan. Bogor, Agustus 1991 Penu 1 is

12 DAFTAR IS1 XATA PENGANTAR DAFTAR IS1... DAFTAR LAME'] RAN viii Latar Be Lakarlg.... Perunrusan Masal.:il?.... 'I'u,jr~r?ii da.n Keguna.an E"raltl;elf. Lapangai-I.... 1'in.jauan Pt~stn!ia Pendekatan Teoritis Perun~usan Hi~utesa... Lo1ia:;i. dari Waktu Pralrtek Lapangan..... i'eiigarnb i. i art Con tuli ll~lsp1indei engiliopu ltur [fatti... I-'oiigoi;ihnr~ dan L a. L)n La..... 'otak 1)csn... Kol-idisi 1 : k Ilesa.... Rendnan Pertanian... Prasarana dan Sarana..... Kea.daa.n Penduduk..... PERKEMRANGAN INDUSTHI KECIL BESI BEGHEL DI DESA CIBANTENG... Sejarah Singkat... Proses Produksi... Pemasaran...

13 KARAKTERISTIK DAN KEGIATAN IJSAHA PENGUSAHA KZCIL BESI BEGHEL DL DESA CIBANTENG... Ka.rakteristik Pengusaha Kecil I3esi Eeghel D i Desa. Cibanteng... Tingkat Pendidikan... Umur...:... Lamanya Berusaha... Status Eerusaha... Modal... Pernbinaan... Kegiatan Usaha Pengusaha Kecil Besi Beghel Dj Desa Cibanteng... Junilali Tenaga Kerja... Asal Bahan Baku... Curahan Waktu... Jumlah Produksi... Pemasauan.... PEMGARUH KARAKTERISTLK PENGUSAHA TERHADAP KEGIATAN 1.ISANA... Pembinaan... Tingkat Pendidikan... Umur... Lamanya Berusaha... Status Berusaha... Modal... NIJBUNGAN KEGIATAN USAHA TERHADAP PERKEMBANGAN USAHANYA... Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja... Perkemba-ngnn Jumlah Produksi... KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

14 DAFTAR GAMBAR NOMOR HALAMAN 1. Bagan Kerangka Pemikiran Karakteristik Pengusaha Industri Kecil Yang Mempengaruhi Perkembangan Usahanya... 15

15 DAFTAR TABEL NOMOR HALAMAN 1. Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia ( ) Jumlah Industri Kecil dbn Tenaga Kerja yang Diserapnya Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Logan di Indonesia P ada Periode Luas Lahan (ha) dan Penggunaan Tanah D i Desa Cibanteng, Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin D i Desa Cibanteng, Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan D i Desa Cibanteng, Jumlah Penduduk Yang Belterja Menuru t Sumber Penghasilan Penduduk D i Desa Cibanteng, Sebara-n Responden Menurut Tingkat Pendidilcan Formal Yang Dicapai D i Desa Cibanteng,l Sebaran Responden Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin D i Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Pengalaman Berusaha Yang Dimiliki Pengusaha Besi Beghel Pada Waktu Memulai Usaha D i Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Lamanya. Berusaha D i Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Status Eerusaha Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Modal Yang Digunakan D i Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Pembinaan Yang Pernah Diikuti D i Desa Cibanteng,

16 Sebaran Jumlah Tenaga Kerja Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Cara Pembelian Bahan Baku Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Curahan Waktu Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Jumlah Produksi Yang Dihasilkan Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Pemasaran Yang Dilakukan Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Yang Dimiliki Pada Tahun Awal Berdirinya Usaha dan Tahun 1990 Di Desa Cibanteng, Perubahan Jumlah Tenaga Kerja Sejak Tahun Awal Berdirinya Usaha Sampai Tahun 1990 Di Desa Cibanteng, Sebaran Responden Menurut Jumlah Produksi Yang Dihasilkan Pada Tahun Awal Berdirinya Usaha dan Tahun 1990 Di Desa Cibanteng, Perubahan Jumlah Produksi Sejak Tahun Awal Berdirinya Usaha Sampai Tahun 1990 Di Desa Cibanteng,

17 DAFTAR LAMP1 RAN HALAMAN Peta Kecamatan Ciampea, Kabupaten Eogor Peta Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Peta Penyebaran Lokasi Usaha Industri Besi Beghel Data Karakteristik Responden dan Kegiatan Usaha Data Ranking Karakteristik Responden dan Kegiatan Usaha Data Selisih Ranking (d) Antara Karakteristik Responden (x) dan Kegiatan Usaha (y) Data Julnlah Selisih Ranking Kuadrat (sd2) Antara Karakteristik Responden da.n Kegiatan Usaha Data Jumlah Faktor Korelasi (2T) dan Jumlah Kuadrat (-$x2! Karakteristik Responden dan Kegiatan Usaha Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (rs) Untuk Karakteristik Responden Dengan Kegiatan Usaha Masil t Hitung (t hitung) Untuk Karakteristik Responden Dengan Kegiatan Usaha Kaidah Keputusan Persebaran Responden Menurut Pembinaan dan Kegiatan Usaha Persebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kegiatan Usaha Persebaran Responden Menurut Umur dan Kegiatan Usaha Persebaran Responden Menurut Lamanya Berusaha dan Kegiatan Usaha

18 16. Persebaran Responden Menurut Status Eerusaha dan Kegiatan Usaha Persebaran Responden Menurut Modal dan Kegiatan Usaha Hubungan Antara Rarakteristik Umur Dengan Lamanya Eerusaha Hubungan Antara Pengalaman Eerusaha Dengan Lamanya Berusaha Cara Perhitungan U j i Korelasi Jenjang Spearman Definisi Operasional

19 PEMDAWULUAN Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (1978) dinyatakan bahwa sasaran utama pembangunan jangka panjang 25 tahun tahap pertama di bidang ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi dengan titik berat kekuatan industri yang didukung oleh bidang pertanian yang kuat. Pada Pelita V ini proses industrialisasi akan lebih dimantapkan guna mendukung berkembangnya industri sebagai penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja (DJIK, 1989). Dalam kebijaksanaan pembangunan yang tertuang dalam Repelita V, dinyatakan bahwa proses pembangunan yang direncanakan akan menuju ketergantungan ekonomi yang semakin besar pada sektor industri. Ketergan tungan tersebut akan menimbulkan pergeseran kesempatan kerja penduduk Indonesia dari sektor pertanian menuju ke sektor non pertanian. Berkenaan dengan ha1 di atas, Mayling Oey (1988) menyatakan dari tahun 1971 sampai 1980 peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun dari sektor pertanian lebih kecil dibandingkan peningkatan PDB dari sektor industri. Rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto per

20 tahun dari sektor pertanian 3.90 persen, sedangkan dari sektor industri persen (RAFBN 1982/1983). Hal ini disebabkan oleh semakin padat jumlah penduduk, sehingga bertambahnya penduduk dalam areal yang tetap menyebabkan penyempitan lahan garapan per keluarga petani. Pada akhirnya kesempatan kerja di sektor pertanian menjadi semakin sempit dan tidak mampu lagi menampung seluruh tenaga kerja di luar sektor pertanian (Suud, 1989). Salah satu sektor yang potensial untuk menampung tenaga kerja ia.lah sektor industri, baik industri besar, sedang maupun kecil. Hal ini terlihat dari data yang menunjukan bahwa persentase kesempatan kerja di sektor pertanian turun sebesar 12 persen, dan di sektor non pertanian na.ik sebesar 11 persen pada periode (Tabel 1). Tabel 1. Anglratan Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia ( ) Keterangan Jumlah ('000 orang) Angkatan Kerja Kesempatan Kerja - Pertanian - Pertambangan & Industri - Jasa-jasa... Sumber : BPS, Analisa Ketenagakerjaan Di Indonesia (1984)

21 J i ~ m lah indust.ri lrecil ya.ng ada dan jt~nilah tenaga kerjn yang rnainpu diserapnya da.pat dilihat pada Ta.bel 2. Dari Tabel 2 tampak bahwa julnlah unit usaha inengalami kenaikan da.ri tahun 1983 sampai tahun 1987 sebesar unit usaha (11.3 persen) dan junilah tenaga kerja meningkat sebanyak orang (24.1 persen). Tabel 2. Jum1a.h Industri Kecil dan Tenaga kerja. Yang Disera.pnya ( ) Tahun Jumlah Industri Kecil Jumlah Tenaga Kerja (Unit Usaha) (orang) Sumber : DJIK, Laporan Rerja Pelita IV (1989) Sektor industri kecil mempunyai peranan besar dalam pembangunan desa. Upaya pengembangan sektor industri, khususnya industri pedesaan, antara lain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan dan menyerap kelebihan tenaga kerja di pedesaan (Mubyarto, 1683). Hal ini sejalan dengan sifat dan keadaan industri pedesaan yang padat karya dengan menggunakan teknologi madya dan

22 Salah satu ca.bang industri yang cukup berkemba.ng ada1.a.h industri logam. Berbagai. jenis barang dari loga.m, antara lain logam besi, isanyak dikerjalian oleh masyaraliat di desa, yang secara tra.disioni1 terkenal sebagai desa pengrajin besi atau pandai besi. D i antara hasil dari pengrajin besi, besi beghel merupakan salah satu hasil yang cukup berkembang, karena sangat diperlukan untuk rangka bangunan dan pembuatannya mudah, dengan menggunakan teknologi sederhana. Da.1am melaksanakan kegiatan usaha industri besi beghel diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karakteristik sosial dan ekonomi. Kegiatan usaha itu sendiri akan mempengaruhi perkembangan usaha. Proses menuju perkembangan usaha dimulai dengan melaksanakan kegiatan usaha dengan baik antara lain dengan membuat perencanaan usaha, yang kemudian mengelola kegiatan usaha tersebut. Aspek kegiatan usaha merupakan bagian yang penting untuk mengarahkan agar tercapai perkembangan usa.ha yang diharapkan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha adalah pembinaan. Pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan pengusaha dan memberikan dorongan serta motivasi dalam berusaha. Pembinaan tersebut juga diusahakan agar dapat meningkatkan pengetahuan dalam menciptakan dan memasarkan produk yang dihasilkan, yang pada. gilirannya akan dapat pula

23 dihasilkan, yang pada gilirannya akan dapat pula meningkatkan kemampuan dan pendapatan mereka serta perkembangan usahanya. Pembinaan dari cabang dinas Perindustrian setempat umumnya dilakukan melalui sentrasentra produksi yang ada di pedesaan. Bentuk pembinaan yang diberikan berupa : Bimbingan dan penyuluhan (bimbuluh), Pendidikan dan Latihan (Diklat), Studi Perbandingan, Promosi dan Penyebaran Informasi tentang produk (DJIK, 1988). Pembinaan yang dilakukan terhadap Industri Kecil yang ada di pedesaan, secara garis besar diarahkan pada dud program (DJIK, 1985) : 1. Penciptaan iklim usaha yang menunjang dan menguntungkan industri kecil. 2. Pemberian bantuan, baik dalam bentuk perangkat keras berupa peralatan dan sarana usaha maupun perangkat lunak berupa pemberian Bimbingan dan Penyuluhan serta Pendidikan dan Latihan. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dan melihat keadaan masyarakat yang heterogen, terutama dalam ha1 tingkat pendidikan, umur dan status sosial ekonomi maka penelitian ini memberi perhatian pada beberapa karakteristik yang mempengaruhi perkembangan industri

24 kecil di pedesaan, dan masalah yang menjadi t i t i k perhatian adalah : 1. Bagaimanakah pertumbuhan kawasan industri kecil besi beghel di pedesaan? 2. Karakteristik pengusaha yang bagaimana yang mempengaruhi kegiatan usaha industri kecil besi beghel? 3. Bagaimanakah kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha industri kecil besi beghel? 4. Bagaimanakah kegiatan usaha yang dilakukan para pengusaha mempengaruhi perkembangan industri yang dimilikinva? Tujuan dan Kequnaan Praktek Lapanoan Sesuai dengan masalah yang ingin ditelaah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari pertumbuhan kawasan industri kecil besi beghel di pedesaan. 2. Mengetahui karakteristik pengusaha industri besi beghel yang mempengaruhi kegiatan usaha yang dimilikinya. 3. Mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha industri kecil besi beghel dipedesaan. 4. Mengetahui bagaimana kegiatan usaha tersebut mempengaruhi perkembangan industri pengusaha besi

25 beghel. Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Dapat membandingkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dengan kenyataan yang ada selama praktek dilapangan. 2. Dapat dijadikan bahan masukan oleh semua pihak dalam memajukan para pengusaha industri kecil di pedesaan. Industri kecil termasuk da1a.m industri pedesaan (yang dimaksud industri pedesaan adalah suatu bentuk transisi antara industri yang bersifat artisan dengan industri modern). Industri pedesaan itu dapat berfungsi sebagai alat pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini industrialisasi pedesaan, melalui mekanisme pasar dapat mengakumulasikan dan mengalihkan modal dari sektor pertanian ke sektor industri. Industrialisasi pedesaan dapat pula meningkatkan penyerapan angkatan kerja yang senantiasa bertambah di pedesaan. Batasan-batasan d i atas menun jukan bahwa industrialisasi pedesaan memiliki dimensi dan implementasi yang luas. Di Indonesia industrialisasi pedesaan cenderung diartikan sebagai bagian dari alat pembangunan pedesaan (dengan ukuran industri kecil dan industri rumah

26 tangga), bukan bagian dari industri modern. Industrialisasi pedesaan dalam konteks ekonomi Indonesia haruslah dilihat dalam pengertian yang lebih luas, yakni sebagai usaha transformasi niasyarakat pertanian pedesaan ke arah masyarakat yang bersifat industrial. Dalam ha1 ini industrialisasi pedesaan menampilkan peranan yang penting dalam pembentukan organisasi sosial yang bersifat industrial. Industrialisasi pedesaan sekaligus juga berfungsi meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, dan ha1 ini dapat diukur antara lain dari segi pendapatan dan lapangan kerja baru. Secara sempit industrialisasi pedesaan bertujuan untuk menganekaragamkan ekonomi pedesaan melalui penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan, dan peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat pedesaan. Industri menengah/besar pun termasuk dalam industri pedesaan, tapi yang dianggap industri pedesaan adalah yang tumbuh dari bawah/setempat dan industri tersebut tidak dimonopoli satu daerah/bidang. Biasanya pengusaha dalam industri pedesaan adalah orang dari daerah setempat. Secara teritorial istilah pedesaan belum tentu sama dengan definisi BPS, melainkan lebih dekat dengan istilah daerah (Tambunan, 1990). Batasan mengenai industri kecil di Indonesia, umumnya didasarkan pada jumlah tenaga kerja, investasi yang ditanamkan dalam peralatan, jenis produksi, dan proses

27 produksi. Batasan industri kecil tersebut sangat beragam, di antaranya yaitu dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, dan Bank Indonesia (BI). Biro Pusat Statistik rnendefinisikan industri kecil sebagai unit usaha industri yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang. Dalam ha1 ketenagakerjaan termasuk tenaga kerja dibayar, tenaga kerja pemilik dan tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar. Untuk unit usaha industri yang jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau keraj inan tangan. Menurut Departemen Perindustrian industri kecil adalah industri yang memiliki investasi mesin dan tan tidak lebih dari 70 juta rupiah, investasi per perala- tenaga kerja tidak lebih da-ri 625 ribu rupiah dan pernilik usaha adalah warga negara Indonesia (Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 133/M/SK/8/1979, tanggal 3 Agustus 1979). Batasan industri kecil menurut Bank Indonesia adalah perusahaan milik pribumi yang mempunyai kekayaan bersih kurang dari 100 juta rupiah untuk sektor industri dan konstruksi atau dibawah 10 juta rupiah untuk sektor lain. Perusahaan milik pribumi adalah perusahaan yang sekurang- kurangnya 50%-75% dari modal usaha dimiliki oleh pribumi (Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/11/UPK, tanggal 23

28 September 1980). Kelolnpok industri yang tergabung dalam industri kecil meliputi lima cabang yaitu : 1. Industri pangan 2. Industri sandang dan kulit 3. Industri kimia dan bahan bangunan 4. Industri kerajinan dan umum 5. Industri logam. Kelima cabang industri tersebut digolongkan ke dalam tiga karakteristik industri kecil, yang terdiri dari : industri modern, tradisional dan kerajinan (DJIK, 1988). Menurut Hartarto (1985), kelompok-kelompok industri tersebut mempunyai misi khusus, yaitu misi pemerataan dan pertumbuhan. Untuk industri hulu (industri dasar) mempunyai misi pertumbuhan ekonomi dan penguat struktur dengan mengendalikan teknologi maju dan sifat usahanya yang padat modal, sedangkan industri hilir terutama kelompok aneka industri mengemban tugas pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dengan mendasarkan usahanya pada teknologi maju dan madya, serta usahanya padat modal dan padat karya. Khusus untuk kelompok industri kecil dan kerajinan rumah tangga, tugas pemerataan terletak di pundaknya, karena sifat usahanya padat karya dengan menggunakan teknologi madya dan sederhana.

29 Dari lima cabang industri yang ada, salah satu di antaranya adalah industri logam. Industri logam menempati peringkat kelima untuk unit usaha dan tenaga kerja, sedangkan untuk nilai produksi menempati peringkat keempat. Industri logam tersebut sebagian besar berada di daerah perkotaan atau pinggiran perkotaan. Hanya sebagian kecil industri logam yang berada di daerah pedesaan. Dari tahun 1984 sampai tahun 1987, cabang industri logam mengalami fluktuasi dalam ha1 jumlah unit usaha dan nilai produksi. Sedangkan dalam ha1 jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, ha1 ini disebabkan karena adanya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri logam (DJIK, 1988). Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri sangat penting karena lemahnya keterkaitan sektor industri dengan sektor pertanian dan sektor lain sebenarnya kurang menguntungkan bagi perkembangan industri itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Livingstone (1985) yang mengemukakan pentingnya peranan d an kedudukan industrialisasi untuk mendukung pembangunan pertanian, karena terdapatnya saling ketergantungan antara sektor pertanian dan industri, serta sumbangan yang terbesar dari sektor pertanian dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto.

30 Tabel 3. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Logam di Indonesia Pada Periode Tahun Jumlah Jumlah TK Nilai Produksi Unit Usaha (orang) (Rp milyar)... Sumber : DJIK, 1988 Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai mana yang lebih menguntungan antara program pertanian atau industri adalah : kemampuan menyerap tenaga kerja, cepat lambat dan besar kecilnya modal kembali, kebutuhan investasi, besar kecilnya atau turun naiknya produksi, keuntungankeuntungan yang bisa diperoleh dari faktor-faktor luar, besar kecilnya laba, perataan pendapatan perseorangan, tingkat teknologi dan modernitas masyarakat yang dibutuhkan dan mudah sukarnya diperoleh pada masyarakat yang masih terbelakang (Rahardjo, 1985). Dengan semakin berkembangnya industrialisasi di pedesaan, akan menimbulkan kecenderungan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri kecil.

31 Sejak awal Pelita IV Pemerintah telah berupaya melaksanakan pembinaan terhadap cabang-cabang industri yang ada melalui sentra-sentra industr i kecil agar pembinaan dapat lebih terarah dan efektif. Untuk mendukung pembinaan sentra, Pemerintah membangun Unit Pelayanan Teknis (UPT). Pada akhir Pelita IV jumlah UPT yang telah didirikan untuk melayani usaha industri logam sebanyak 26 UPT (DJIK, 1988). Melalui pengembangan industri kecil di Indonesia diharapkan dapat dicapai peningkatan dan pemerataan hasil pembangunan dengan penyebaran kegiatan di semua daerah. Peningkatan partisipasi golongan ekonomi lemah dalam pemilikan dan penyelenggaraan industri kecil lebih dimungkinkan. Saat ini belum besar peranan industri kecil di Indonesia dalam kegiatan perekonomian secara keseluruhan, tetapi dalam jangka panjang melalui serangkaian pembinaan yang intensif dan terpadu, industri kecil memiliki potensi dalam sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (Budi, 1981). Pendekatan Teoritis Prospek pengembangan industri kecil mempunyai masa depan cukup baik, bila dilihat dari m i s i pengembangannya dalam penyerapan tenaga kerja dan pemerataan hasil daerah pedesaan, antara lain pertambahan penduduk, rendahnya tingkat pendapatan yang menyebabkan makin bertambahnya

32 jumlah penduduk secara mutlak di bawah garis kemiskinan dan terjadinya proses urbanisasi yang menjadi masalah dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan pengembangan industri kecil dalam ha1 ini di arahkan untuk mengatasi masalah-masalah di atas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perkembangan industri kecil di pedesaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri kecil di pedesaan tersebut, khususnya industri kecil besi beghel. Yang men j ad i perhatian dalam penelitian in i adalah karakteristik yang dimiliki oleh pengusaha, pengaruh karakteristik tersebut terhadap kegiatan usaha, dan perkembangan usahanya. Untuk lebih sistematis maka penjabaran kerangka pemikiran dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Beberapa karakteristik pengusaha yang berpengaruh terhadap kegiatan usaha. 2. Kegiatan usaha dan perkembangan usaha. Kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Beberapa Karakteristik Pengusaha Yang Berpengaruh Terhadap Kegiatan Usaha Dengan mengacu kepada perumusan masalah seperti yang disebutkan sebelumnya, penelitian ini menelaah beberapa karakteristik pengusaha yang berpengaruh terhadap kegiatan usahanya. Kegiatan usaha adalah segala kegiatan

33 I. Fendic1ii:an '1. -..!.bibtr.i.. L.mr~.j,,a Fls!r..u~aha 4. Status Pe~?..!~ha /

34 yang dilakukan dalam mengelola usaha. Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial ekonomi yang akan ditelaah adalah : ( 1) Tingkat pendidikan (2) Umur (3) Lamanya berusaha (4) Status berusaha (5) Modal Pemilihan terhadap beberapa karakteristik pengusaha tersebut di atas berdasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut : Sebagaimana diketahui munculnya pegusaha industri kecil bukan saja disebabkan oleh faktor-faktor internal saja melainkan juga faktor-faktor external. Salah satu diantaranya adalah tingkat pendidikan yang telah dicapai, antara lain berupa tingkat pendidikan formal yang merupakan pendidikan pokok. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang secara formal merupakan modal yang sangat penting, karena memberikan kondisi yang sangat menunjang perkembangan segala aspek kepribadian manusia selain itu bahwa kemampuan baca tulis merupakan keterampilan pribadi yang mendasar yang melandasi seluruh urutan modernisasi. Dengan demikian orang yang berpendidikan akan peka dalam mengamati perubahan-perubahan dan memiliki kemampuan

35 adaptasi yang tinggi dalam menyelaraskan pandangan- pandangan atau kepercayaan dengan tuntutan kebutuhan baru (Prasodjo, 1987). Tingkat pendidikan formal responden mempengaruhi dalam penggunaan teknologi dan management usaha, karena untuk menjalankan suatu usaha industri kecil diperlukan tingkat pengetahuan tertentu. Oleh karena itu diduga bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kegiatan usaha. Faisal (1984) mengemukakan bahwa partisipasi dalam proses pendidikan ditentukan oleh ukuran ascriatif seperti jenis kelamin, usia dan keturunan. Dalam kegiatan usaha khususnya untuk bidang industri besi beghel lebih membutuhkan keterampilan dan kekuatan, ha1 ini lebih banyak dilakukan oleh kaum pria yang berumur cukup dewasa. Dengan semakin bertambahnya umur semakin banyak pengalaman yang telah diperolehnya, maka diduga bahwa umur berpengaruh terhadap kegiatan usaha. Lamanya berusaha menunjukkan waktu yang telah dilalui untuk berusaha pada suatu bidang usaha. Dari lamanya berusaha tersebut dapat diperoleh pengalaman-pengalaman dalam berusaha. Dengan semakin lama seseorang menggeluti bidang usaha maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh.

36 Siagian (1984) mengemukakan bahwa pengalaman merupakan modal yang tidak kecil artinya dalam menjalankan roda organisasi dengan lebih berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu pengalaman bekerja dapat memberikan pengaruh positif dan negatif. Pengalaman bekerja bagi kaum remaja memberikan perkembangan kedewasaan, identitas diri, meningkatkan kepercayaan diri, memantapkan kebiasaan dan hubungan kerja (Widodo, 1984). Dengan demikian pengalaman yang dimiliki oleh seseorang pada waktu menggeluti suatu bidang usaha akan banyak memberikan manfaat bagi dirinya. Oleh karena itu melalui pengalaman-pengalaman yang sudah diperoleh dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menghadapi situasi-situasi pada masa yang akan datang. Dengan semakin lama seseorang menggeluti suatu bidang usaha maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh, oleh karena itu diduga bahwa lamanya berusaha berpengaruh terhadap kegiatan usaha. Status berusaha menunjukkan pekerjaan sebagai pengusaha kecil besi beghel merupakan pekerjaan pokok atau sambilan. Pengusaha yang menganggap pekerjaan industri kecil besi beghel sebagai pekerjaan pokok tidak mempunyai pekerjaan lain selain industri kecil besi beghel, sehingga cenderung melaksanakan kegiatan usaha dengan konsentrasi penuh. Sedangkan pengusaha yang menganggap pekerjaan industri kecil besi beghel sebagai pekerjaan sambilan memiliki pekerjaan lain yang merupakan pekerjaan utamanya,

37 sehingga cenderung tidak terkonsentrasi pada pekerjaan industri kecil besi beghel. Oleh karena itu diduga bahwa status berusaha mempengaruhi kegiatan usaha. Modal merupakan unsur terpenting bagi pengusaha agar dapat melaksanakan usaha industri kecil. Dengan adanya modal pengusaha baru dapat memulai usahanya, karena dengan modal itu pengusaha dapat menyediakan alat-alat dan bahan-bahan yang sangat dibutuhkan untuk melaksanakan proses kegiatan usahanya. Sumber modal yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu : (1) yang menggunakan modal sendiri, (2) menjual barang-barang titipan, (3) menggunakan modal sendiri dan sebagian merupakan barang-barang titipan, (4) modal pinjaman dari keluarga, (5) modal pinjaman dari pelepas uang dan harus dibayar kembali dengan bunga (Esra, 1990). Pengusaha yang bermodal besar cenderung melaksanakan kegiatan usaha dengan skala usaha yang besar, sehingga jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak. Sedangkan pengusaha yang bermodal kecil cenderung melaksanakan kegiatan usaha dengan skala ussha yang kecil, sehingga jumlah produksi yang dihasilkan juga sedikit. Dengan alokasi modal, modal dapat digunakan sebagai modal tetap dan modal tidak tetap. Oleh karena itu diduga bahwa modal berpengaruh terhadap kegiatan usaha.

38 Kegiatan usaha tersebut dipengaruhi pula oleh pemb inaan. Pemb inaan merupakan bantuan dari seseorang/sekelompok orang lain (yang dibina) dengan sengaja dan akan dipertanggungjawabkan secara moral dengan maksud untuk pemenuhan kebutuhan pihak yang dibina agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka (Babari, 1984). Pembinaan dapat pula diidentikkan dengan penyuluhan. Karena pada dasarnya pembinaan merupakan proses belajar mengajar yang sif atnya tidak memaksa dan tujuannya sama dengan penyu1uha.n yaitu merubah perilaku sasaran baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Selain itu pembinaan juga dapat dinyatakan sebagai pendidikan nonformal, karena dalam pelaksanaannya seperti penyuluhan yaitu tidak berpegang pada kurikulum yang baku melainkan disesuaikan pada kebutuh8.n sasaran (Vitayala, 1986). Pembinaan para pengusaha pada pelaksanaannya harus dikembangkan secara serasi dan sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan pengusaha itu sendiri. Mengingat pada umumnya pengusaha yang ada di pedesaan masih tergolong pada tingkat pengetahuan yang rendah maka pembinaan harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat pengetahuan mereka. Selain memperhatikan kebutuhan sasaran, pelaksanaan pembinaan sendiri juga harus memperhatikan baik tentang tujuan dan penggunaan, kelompok yang dijadikan sasaran dan

39 pendekatan yang dilakukan. Ketiga ha1 ini akan sangat membantu keberhasilan pelaksanaan pembinaan. Keberhasilan pembinaan ini sangat ditentukan pula oleh orang yang membina, orang yang dibina, materi yang diajarkan, metode pengajaran serta organisasi pengajaran (Darmarahayu 1987). Pembinaan pada industri kecil perlu ditunjang oleh prasarana dan sarana yang baik agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat terjamin. Prasarana dan sarana tersebut antara lain adalah pembina, Unit Pelayanan Teknis (UPT). Sedangkan pembinaan tersebut dilaksanakan melalui program Pendidikan dan Latihan (Diklat) dan Bimbingan dan Penyuluhan (Bimbuluh). Kegiatan Usaha dan Perkenbangan Usaha Kegiatan usaha adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha terhadap usahanya. Kegiatan usaha yang dilakukan bertujuan agar usaha yang dimiliki dapat terus berjalan dengan baik, atau bahkan mengalami perkembangan kearah kemajuan. Dalam melaksanakan kegiatan usaha, pengusaha diharapkan mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan tersebut dengan pertimbangan berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada dirinya, selain itu juga dengan memperhatikan pengalaman

40 yang telah diperoleh. Kegiatan pengusaha dalam melaksanakan usahanya, meliputi kegiatan perencanaan suatu kegiatan usaha pada masa yang akan datang, mengkoordinir berbagai macam kegiatan dalam mengelola kegiatan usaha, dan mengawasi serta mengevaluasi berbagai kegiatan usaha. Dengan adanya semua kegiatan tersebut pengelola-an terhadap kegiatan usaha dapat berjalan lancar dan terarah. Aspek-aspek kegiatan usaha yang dimaksud antara lain : (1) jumlah tenaga kerja, (2) memperoleh bahan baku, (3) curahan waktu, (4) jumlah produksi, dan (5) memasarkan hasil produksi. Dengan adanya pema.haman akan pentingnya kegiatan usaha oleh para pengusaha yang diwu judkan dalam per ilaku sehari-hari dalam mengelola usahanya, diharapkan akan dapat memunculkan pengusaha-pengusaha yang berhasil. Keberhasilan seorang pengusaha dapat dilihat dari perkembangam usahanya. Usaha yang berkembang dapat diketahui melalui beberapa elemen yang mendukung pada aktivitas perkembangan usaha (Rahayu, 1990), yaitu : ( 1) Perkembanga.n pemasaran (2) Perkembangan pembeli (3) Perkembangan tenaga kerja (4) Perkembangan modal kerja (5) Perkembangan alat-a1a.t kerja. (6) Perkembangan pemakaian bahan

41 (7) Perkembangan hasil produksi (8) Perkembangan keuntungan Dalam penelitian ini keberhasilan pengusaha dilihat melalui perkembangan tenaga kerja dan produksinya. Dengan melihat jumlah tenaga kerja dan produksi pada saat pertama kali menjalankan usaha dan pada saat setelah usaha berjalan sampai dengan tahun diadakannya penelitian ini (1990), dapat terlihat perkembangan usahanya, apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Berdasarkan pads masalah, kerangka pemikiran dan maka tujuan penelitian ini menguji hipotesa pokok yaitu semakin tinggi karakteristik sosial ekonomi pengusaha maka semakin tinggi tingkat kegiatan usaha. Sedangkan hipotesa kerjanya adalah : (1) Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pengusaha maka semakin tinggi tingkat kegiatan usaha yang dilakukan. (2) Semakin tinggi tingkat umur seorang pengusaha maka semakin tinggi tingkat kegiatan usaha yang dilakukan. (3) Semakin tinggi tingkat lamanya berusaha seorang pengusaha maka semakin tinggi tingkat kegiatan usaha yang dilakukan. (4) Semakin tinggi tingkat status berusaha seorang

42 pengusaha maka semakin tinggi tingkat kegiatan usaha yang dilakukan. (5) Semakin tinggi tingkat modal seorang pengusaha maka semakin tinggi tingkat kegiatan usaha yang dilakukan.

43 BETODOLOGI Lokasi dan Waktu Praktek Lapanoan Praktek lapangan ini dilakukan di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa ini dipiliti atas dasar pertimbangan bahwa di desa tersebut terdapat sejumlah pengusaha industri kecil khususnya industri kecil besi beghel yang sudah cukup lama berusaha. Pelaksanaan praktek lapangari ini berlangsung selama satu bulan, dimulai sejak 21 November 1990 dan berakhir 21 Desember Penoambilan Contoh Responden Sebagai unit analisa adalah pengusaha kecil yang bergerak di bidang usaha industri besi beghel. Pengambilan contoh responden dilakukan terhadap pengusaha industri besi beghel yang berada di desa penelitian. Pengambilan contoh responden tersebut dilakukan secara acak sederhana (Singarimbun, 1989). Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang pengusaha. Sebagai informan antara lain : Pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua Rukun Kampung, Ketua Rukun Tetangga, Ketua KUU dan tokoh industri kecil besi beghel.

44 Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data kuantitatif dan kuaiitatif yaitu : karakteristik sosial responden, karakteristik ekonomi responden, kegiatan usaha atau proses produksi, pembinaan dan perkembangan usaha. Data ini dapat diperoleh melalui wawancara denga.n menggunakan kuesioner dan wawancara bebas untuk mendapatkan data. yang mencakup perubahan-perubahan faktor sosiai dan ekonomi dari pengusaha. Selain itu peneliti juga melakukan observasi terhadap satuan unit-unit usaha. Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa, Kecamatan, KUD dan Dinas Perindustrian dengan menlpelajari beragam dokumen yang tersedia di setiap instansi tersebut dan yang berhubungan dengan tujuan pene1itia.n. Data yang diperoleh dari studi kasus (data primer) dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilaksanakan dengan menaf sirkan data untulc menggambarlian f enomena yang terjadi. Analisa kuantitatif menggunakan statistik deskriptif dengan metode tabulasi dan persentase. Sedangkan uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik pengusaha dengan kegiatan usahanya digunakan uji korelasi jenjang Spearman (Siegel, 1985).

45 GAMBARAN UMUM DESA CIBANTENG Letak Desa Desa Cibanteng termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak % 11 ktn dari ibulcota kabupateri dan 5 2 km dari kecamatan Ciampea serta terletak pada jalan raya Bogor - Leuwiliyang (Lampiran 1). Desa Cibanteng di sebelah utara berbatasan dengan Desa Benteng, sebelah timur berbatasan dengan Desa Babakan yang merupakan wilayah Kecamatan Ciomas. Dua desa itu dipisahkan oleh sungai Cihideung. Di sebelah selatan berbatasari dengan Desa Cihideung Ilir dan Desa Cihideung Udik, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol dan Desa Benterig, yang dipisahkan oleh sungai Cinangneng (Lampiran 2). Secara singkat mengenai keadaan umum daerah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. Kondisi Fisik Desa Wilayah Kecamatan Ciampea memiliki 19 buah desa, salah satu diantaranya adalah Desa Cibanteng. Desa Cibanteng rnerupakan desa pemekaran dari Desa Cihideung Ilir pada tahun 1978 dari rnerupakan desa swasembada. Desa ini terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 24 Rukun Tetangga (RT). Desa Cibanteng terletak pada ketinggian meter. Luas desa ha, dan digunakan sebagai tanah

46 sawah yaitu sebesar persen, sedangkan untuk tanah kering sebesar persen, dan untuk yang lain-lain sebesar 0.93 persen. Penggunaan lahan tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Lahan (ha) dan Penggunaan Tanah di Desa C i banteng, 1990 Tanah Menurut Penggunaannya Jumlah (ha) Persentase 1. Tanah Sawah - Irigasi 1/2 teknis - Alarn/biasa 2. Tanah Kering - Tegalan dan Bangunan Lain-lain (sungai, jalan, kuburan, dan lain-lain) T o t a l Sumber : Laporan Monografi Desa Cibanteng, Keadaan Pertanian Tanaman pertanian yang ditanam adalah tanaman palawija dan hortikultur khususnya ubikayu, ubijalar, kacangkacangan dan sayur-sayuran yang ditanam di lahan sawah. Sedangkan yang ditanam di lahan kering adalah pisang dan kelapa. Pemeliharaan ternak juga menjadi salah satu usaha \ sampingan, ternak yang dipelihara antara lain : kerbau (26 ekor), sapi (1 ekor), kambing (219 ekor), ayam kampung (587 ekor), itik (49 ekor), entok (144 ekor) dan angsa (19 ekor).

47 Antara kegiatan peternakan dan pertanian saling mendukung, limbah pertanian dapat dipergunakan sebagai makanan ternak, sedangkan kotoran ternak dapat dipakai sebagai - pupuk. Hasil penjualannya seringkali d2gunakan untuk menambah kebutuhan pembelian sarana produksi pertanian, demikian pula sebaliknya bila terdapat sisa keuntungan dari penjualan hasil pertanian seringkali diinvestasikan dalam bentuk ternak. Sarana transportasi atau perhubungan dapat dikatagorikan cukup baik sehingga tidak terlalu sulit untuk mencapai desa ini. Sarana transportasi yang berupa kendaraan umum yang melalui desa ini antara lain motor, angkutan desa dan kota serta bis antar kota jumlahnya cukup banyak, demikian pula dengan prasarana transportasi cukup menunjang. Sedangkan jaringan jalan dalam desa sudah cukup baik sehingga dapat dilalui kendaraan. Tampaknya fasi1ita.s perhubungan di Desa Cibanteng cukup lancar. Sarana pendidikan yang ada terdiri dari 5 buah Sekolah Dasar, 4 buah Madrasah, dan 1 buah pesantren. Pada umumnya masyarakat yang ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi mencari di ibukota kabupaten atau ke kota lain dengan menglajo atau menetap di kota lain.

48 Tempat peribadatan yang ada di Desa Cibanteng meliputi 5 buah mesjid, 26 musholah dan 11 madjlis talim atau perkumpulan pengajian. Fasilitas peribadatan di desa ini tampaknya sudah mencukupi kebutuhan masyarakat. Sarana kesehatan yang dimiliki adalah Posyandu yang berjumlah 12 buah dengan seorang mantri dan seorang bidan serta sebuah balai pengobatan swasta. Untuk fasilitas kesehatan ini tampaknya sudah mencukupi kebutuhan masyarakat. Sarana perekonomian yang ada ialah sebuah koperasi yang sekarang bernama KUD Karya flekar, 7 kios/toko dan 30 warung serta sebuah kelompok pengrajin besi. Fasilitas perekonomian ini tampaknya sudah mencukupi kebutuhan masyarakat. Sarana komunikasi dan informasi yang ada di desa ini dapat dilihat dari jumlah pemilikan radio sebanyak 715 buah atau rata-rata 1 radio untuk 2 kepala keluarga, dan TV sebanyak 470 buah atau rata-rata 1 pesawat TV untuk 3 kepala keluarga. Fasilitas tersebut ketersediaannya dipengaruhi oleh fasilitas penerangan (listrik/pln). Dengan adanya sarana komunikasi dan informasi yang cukup banyak tersebut menunjukkan bahwa penerimaan masyarakat terhadap informasi-informasi melalui radio dan TV cukup tersebar dengan cepat. Dengan demikian sarana komunikasi

49 Prasarana pertanian yang ada di Desa Cibanteng adalah irigasi. Sarana irigasi ini tampaknya sudah cukup baik dirasakan oleh para petani. Penduduk Desa Cibanteng berjumlah jiwa, terdiri dari (50.43 persen) jiwa laki-laki dan (49.57 persen) jiwa nanita. Dilihat dari jumlah keluarga maka terdapat kepala keluarga (KK), dengan rata-rata 5 jiwa per kepala keluarga. Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cibanteng, 1990 Jenis KeLamin Kelompok Urnu?... laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber : Laporan Monografi Desa Cibanteng, 1990

50 Dari Tabel 5 terlihat bahwa proporsi golongan usia 0-14 tahun cukup besar. Hal ini disebabkan karena banyaknya perkawinan dalam usia muda, sehingga dapat dikatakan bahwa program KB di Desa Cibanteng belum tercapai dengan baik. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai komposisi penduduk dapat dilihat pada Tabel 5. Apabila seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas digolongkan ke dalam usia kerja, maka desa ini memiliki penduduk usia kerja sebanyak jiwa (70.16 persen). Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Cibanteng Tahun 1990 Pendidikan yang Jumlah Penduduk Persentase ditamatkan (orang) (2)... Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tanat SD Tamat SLP Tamat SLA Akademi Perguruan Tinggi T o t a l Sumber : Laporan Monograf i Desa Cibanteng, 1990

51 Keadaan penduduk bila dikaitkan dengan variabel pendidikan yang dicapainya dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6 terlihat bahwa persen berpendidikan sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Cibanteng baru mencapai taraf sedang. Tabel 7. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Sumber Penghasilan Penduduk Desa Cibanteng, Sumber Penghasilan Jumlah Penduduk Persentase (orang)... Petani pemilik Buruh tani Pengusaha Buruh Pegawai Negeri Pensiunan Pedagang Pengangkutan Lain-lain... T o t a l Sumber : Laporan Monografi Desa Cibanteng, 1990 Penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian (petani sendiri, petani penggarap dan buruh tani) sebesar persen dari angkatan kerja yang ada, di bidang industri (pengusaha dan buruh industri) sebesar persen. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan data nasional yang menunjukkan jumlah orang yang bekerja

52 dibidang pertanian sebesar persen tahun 1985, sedangkan untuk bidang industri nilai tersebut jauh lebih besar dari data Nasional yaitu 8.63 persen (BPS, 1986). Dari Tabel 7 di atas terlihat pengusaha dan buruh industri menduduki peringkat ke dua setelah petani dan buruh tani. Jumlah pengusaha dan buruh tersebut sebagian besar adalah pengusaha industri besi beghel. Selain pertanian dan industri, sumber penghasilan yang cukup besar adalah pedagang dan pengangkutan. Organisasi sosial yang ada di desa antara lain : PKK, kelompok arisan, P3A atau Mitra Cai, AMS dan AMPI. Tampaknya organisasi tersebut cukup maju, ha1 ini terlihat dari jumlah anggota organisasi tersebut cukup banyak, misalnya hampir seluruh petani menjadi P3A. Organisasi sosial tersebut sangat penting bagi masyarakat, karena dengan adanya. organ isa.si sosial tersebut diharapkan adanya hubungan antar pribadi, antar kelompok, maupun antara pribadi dan kelompok. Hubungan ini disebut interaksi sosial, di mana bila terjadi berulang kali akan menimbulkan kebudayaan. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya t ida.k ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya (Soekanto, 1987).

53 PERKENBANGAN INDUSTRI BESI BEGHEL DI DESR CIBANTENG Sejarah Sin~kat Pada rnulanya Desa Cibanteng rnerupakan daerah yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Pertanian mer-upakan poterisi asli daerati tersebut, sehingga pernbangunan pertanianlah yang sangat diharapkan untuk memajukan perkembangan desa. Dari tiasil pertanian tersebut para petani mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena rnasyarakat Desa Cibanteny bermata pencaharian utarna dalam pertanian, maka sangat dibutuhkan alat-alat pertanian urituk pekerjaannya. Sekitar tahun 15'30-an mulai tirnbul suatu usaha industri yaitu industri alat-alat pertanian. Industri alat-alat pertanian ini sangat besar peranannya bagi masyarakat Desa Cibanteng, karena dengan adanya alat-alat pertanian di desa tersebut, maka petani dapat dengan mudah memperoleh alat-alat pertanian yang dibutuhkankannya. Dari usaha industri tersebut diciptakan alat-alat pertanian yang bahan bakunya adalah besi, antara lain berupa cangkul, arit, linggis, yarpu, parang. Bahan baku tersebut didatangkan oari luar Desa Cibanteng yaitu Cirnahi. Hasil produksi alat-alat pertanian tidak hanya dipasarkan di desa tersebut, tetapi juga disebarkan ke pasar Ciarnpea, Lewiliyang dan Bogor.

54 Usaha industri tersebut dapat dikatakan berkembang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa usaha industri alat-alat pertanian yang muncul kemudian di Desa Ci.banteng. Perkembangan industri alat-alat pertanian tersebut menimbulkan persaingan di antara pengusaha. Hal ini menyebabkan pengusaha mencari jenis produk lain. Maka berkembang pula jenis produk lain yang dihasilkan dengan bahan baku berupa besi, misalnya ranjang atau tempat tidur besi. D i Desa Cibanteng produksi ranjang besi ini mulai ada sekitar tahun 1950-an. Industri ranjang besi ini, mulai membuka lapangan kerja baru bagi para penganggur di desa tersebut, selain lapangan kerja pada industri alat-alat pertanian. Hal ini disebabkan karena ranjang yang dihasilkan tersebut masih berupa ranjang kasar, yang dalam pengerjaannya tidak menggunakan mesin, melainkan tenaga manusia. Industri ranjang tersebut dapat pula dikatakan berkembang cukup baik karena banyak pengusaha-pengusaha baru yang membuka bengkel ranjang, sedangkan industri alat-alat pertanian sudah mulai menurun, karena beberapa pengusaha alat-alat pertanian beralih menjadi pengusaha ranjang yang sedang berkembang pada waktu itu.

"Dan seandainya pahon-pohon di bumi menjadi pena dan. lautan menjadi tintanya, ditambahkan kepadanya tujuh

Dan seandainya pahon-pohon di bumi menjadi pena dan. lautan menjadi tintanya, ditambahkan kepadanya tujuh "Dan seandainya pahon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tintanya, ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis- habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam daerah pengembangan Kabupaten Bogor wilayah Barat, yang mempunyai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

Kecamatan Selat Nasik

Kecamatan Selat Nasik Katalog BPS: 1101001.1902063 Statistik Daerah Kecamatan Selat Nasik 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BELITUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SELAT NASIK 2015 ISSN : 2407-2869 No. Publikasi : 19020.1507

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT LAUT 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT LAUT 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1614 Katalog BPS : 1101002.5314020 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1617 Katalog BPS : 1101002.5314041 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini akan mengemukakan hasil temuan data pada lokasi yang berfungsi sebagai pendukung analisa permasalahan yang ada. 4.. Gambaran Umum Desa Pulorejo 4... Letak geografis

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 Katalog BPS : 1101002.3504180 No. Publikasi : 35040.1241 Ukuran Buku : B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah Halaman : iv + 15 Halaman Naskah

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci