Pembentukan Fasa Kristalin dalam Proses Pemanasan Tempurung Kelapa Muda Dalam Sawarna (Cocos Nucifera L.) dengan Atmosfer Udara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembentukan Fasa Kristalin dalam Proses Pemanasan Tempurung Kelapa Muda Dalam Sawarna (Cocos Nucifera L.) dengan Atmosfer Udara"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Pembentukan Fasa Kristalin dalam Proses Pemanasan Tempurung Kelapa Muda Dalam Sawarna (Cocos Nucifera L.) dengan Atmosfer Udara Adhi Y. Perkasa, Darminto Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya darminto@physics.its.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pembentukan fasa kristalin dalam proses pemanasan tempurung kelapa muda. Bahan dasar yang digunakan berupa limbah organik tempurung kelapa muda jenis dalam sawarna (Cocos Nucifera L.). Pemanasan dilakukan selama 5 jam menggunakan furnace pada variasi suhu 400 o C, 600 o C dan 750 o C dengan kondisi atmosfer udara sekitar. Setelah proses pemanasan, Sebagian sampel dicuci menggunakan 2 ml aquades. Karakterisasi menggunakan X-ray Diffractometer (XRD) dan SEM/EDX. Analisis secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan terhadap hasil XRD dengan menggunakan perangkat lunak X Pert High Score Plus (HSP) dan metode Scherrer. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa terdapat fasa amorf carbon dengan kondisi kristal graphite yang kecil ketika proses pemanasan dilakukan pada suhu 750 o C. Selain fasa amorf carbon, muncul impuritas berupa fasa sylvite (KCl) dengan ukuran kristal terbesar yaitu 769 nm. Impuritas yang mudah larut dalam air tersebut, tersebar tidak merata di atas permukaan arang.. Kata Kunci Arang, Metode Scherrer, Proses pemanasan, SEM/EDX, Tempurung kelapa, XRD. L I. PENDAHULUAN imbah tempurung kelapa muda menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena limbah ini selain banyak jumlahnya, juga belum termanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan fungsi limbah organik tersebut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tempurung kelapa memiliki kandungan molekul organik berupa material cellulose dan lignin[12] yang dapat menghasilkan carbon (C) berupa arang (char) ketika mengalami perlakuan panas[8]. Adanya carbon pada arang tempurung kelapa, merupakan akibat terjadinya proses dekomposisi material organik yang menyisakan ikatan aromatic carbon[10]. Jika dilihat dari ikatan carbon yang ada, hasil dekomposisi tersebut sangat menarik untuk dikaji pembentukan fasanya karena memiliki ikatan aromatic carbon yang merupakan ikatan berbentuk cincin datar dasar pembentuk graphite[5]. Hasil analisis fasa akan membuka wawasan tentang struktur arang tempurung kelapa yang kaya akan ikatan carbon, karena ikatan carbon memiliki berbagai jenis alotrop carbon antara lain graphite, black carbon, fullerene dan carbon nano tube (CNT). Carbon dari arang tempurung kelapa memiliki alotrop carbon yang cenderung mengarah pada graphite, meskipun kondisi kristalnya masih kurang sempurna. Telah banyak hasil penelitian yang menyimpulkan kondisi tersebut, misalnya penelitian terhadap kalsinasi dengan variasi gas inert nitrogen (N 2 ) dan argon (Ar) terhadap carbon arang tempurung kelapa[9], penelitian tentang pemanasan tempurung kelapa menggunakan gas inert N 2 dengan variasi larutan KOH dan ZnCl 2 [5] dan penelitian yang dilakukan oleh Destyorini dkk[4] tentang variasi suhu pemanasan menggunakan gas inert N 2 serta splash sintering ketika menggunakan suhu 1200 o C. Penggunaan gas inert memiliki fungsi untuk menaikan kadar carbon, meminimalisir impuritas dan menghindari asupan oksigen (O 2 ). Adanya oksigen saat proses pemanasan berlangsung sangat dihindari, karena akan menimbulkan degradasi pada material yang dipanasaka[11]. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kadar carbon yang tekandung. Pemanasan dengan kondisi oksigen berlebih tidak harus ditinggalkan, karena dapat membantu proses dekomposisi molekul organik dan tidak mengakibatkan rusaknya ikatan aromatic carbon yang merupakan salah satu ikatan kimia kuat[3]. Berdasarkan teori tersebut maka penelitian terhadap fasa arang tempurung kelapa yang dibuat dengan menggunkan pemanasan sederhana dapat dilakukan. Selain itu metode ini merupakan suatu cara untuk menurunkan nilai ekonomi nya. Penelitian ini merupakan tahap awal dan belum pernah dilakukan sebelumnya, dikarenakan menggunakan metode sederhana dalam memperoleh carbon arang tempurung kelapa yang diharapkan memperoleh struktur kristal yang mengarah pada graphite. Suhu pemanasan menggunkan rentang suhu rendah (450 o C-700 o C) dan juga berdasarkan dengan uji termal bahan dasar. Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap terbentuknya fasa dalam pemanasan kelapa dalam muda sawarna (Cocos Nucifera L). II. METODE Penelitian ini menggunakan limbah tempurung kelapa dari buah kelapa muda jenis dalam sawarna yang berasal dari kota Jember, Jawa Timur, Indonesia. Agar hasil yang didapatkan maksimal maka tempurung kelapa yang diperoleh harus dibersihkan terlebih dahulu dari serabut dan daging buah yang tersisa, hingga hanya tersisa tempurung nya saja. Setelah itu direduksi ukurannya menjadi 1-2 cm 2, kemudian dikeringkan

2 JURNAL TEKNIK POMITS menggunakan oven dengan suhu 120 o C dengan kenaikan 10 o C/menit serta waktu penahanan 1 jam. Sebelum dikeringkan ada sebagian kecil tempurung kelapa yang diserbukkan untuk dilakukan karakterisasi berupa uji DSC/DTA dan EDX. Pemanasan tempurung kelapa dilakukan dengna dua cara yaitu, pemanasan tanpa pencucian dan pemanasan dengan pencucian. Pemanasan ini dilakukan pada variasi suhu rendah yaitu, 400 o C, 600 o C dan 750 o C yang dipanaskan menngunakan tube furnace dengan atmosfer udara. Tahap pertama yang dilakukan sebelum melakukan pemanasan adalah siapkan serbuk sebanyak 10 gram yang ditimbang menggunakan timbangan digital, setelah itu tempatkan serbuk tersebut kedalam boat crusible, kemudian masukkan kedalam tube furnace. Setelah itu setting dengan suhu dan waktu penahanan yang sesuai (400 o C/5 jam, 600 o C/5 jam dan 750 o C/5 jam). Setelah proses pemanasan selesai, ambil crusible boat yang didalamnya terdapat tempurung kelapa muda yang telah mengalami proses pemanasan. Kemudian reduksi sample tersebut menjdi serbuk dengan menggunakan mortar. Untuk mendapatkan fixed carbon tanpa impuritas maka sebagian serbuk arang tersebut akan dicuci menggunakan aquades. Serbuk yang dibutuhkan pada proses pencucian ini sebanyak 1 gram, kemudian serbuk tersebut ditempatkan pada kertas saring tipis berlapis dua lembar, selanjutnya disiram menggunakan aquades sebanyak 20 ml. Hasil pemanasan yang diperoleh, selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan uji XRD. Uji XRD dalam penelitian ini menggunakan radiasi Cu-Kα dengan panjang sinar-x 1,54051 Å dan analisis sudut 5 o - 90 o dengan step size 0,02 o. Analisis data XRD menggunakan perangkat lunak X pert High Score Plus untuk mengidentifikasi fasa dan Fityk untuk memodelkan data.untuk mengidentifikasi fasa. Sedangkan analisis kuantitatif diperoleh menggunakan metode Scherrer[6] dengan persamaan sebagai berikut: ( ) dengan: D = ukuran kristal (nm), λ = nm (panjang gelombang sinar-x yang digunakan dalam uji XRD), k = konstanta Scherrer FWHM = lebar puncak pada setengah tinggi puncak maksimum, FWHM sd = FWHM standar ITS (sample Y 2 O 3 ) Dan juga dilakukan perhitungan fraksi volume menggunakan persamaan sebagai berikut: A. Analisis Bahan Dasar III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil karakterisasi EDX yang disajikan dalam Tabel 1, diketahui bahwa unsur paling dominan berupa carbon (C) (1) (2) Tabel 1. Hasil Karakterisasi EDX Persentase Atom Unsur Tempurung Kelapa Muda Dalam Sawarna (Cocos Nucifera L.) Unsur C (%) O (%) Si (%) S (%) Cl (%) K (%) Nilai 58,03 41,37 0,34 0,08 0,05 0,13 σ 0,66 0,64 0,01 0,01 0,00 0,01 σ adalah rentang yang diperoleh dari tiga kali akuisisi data Gambar. 1. Hasil uji DSC/TGA, kurva merah merupakan DSC dan kurva hitam merupakan TGA. dengan atomic percent sebesar 58,03% dan oksigen (O 2 ) 41,37%. Selain itu juga terdapat kandungan silica (Si) 0,34%, sulfur (S) 0,08%, chloride (Cl) 0,05% dan potassium (K) 0,13%. Adanya oksigen dan carbon dengan persentase yang cukup tinggi, merupakan ciri khas dari bahan organik. Setelah data DSC diproses secara kuantitatif, didapatkan bahwa reaksi eksoterm terjadi pada suhu 328,77 o C dan menghasilkan nilai heatflow 4,81 mw. Sedangkan reaksi endoterm terjadi pada suhu 62,59 o C dan 974,07 o C dengan menghasilkan nilai heatflow -8,50 mw dan -52,95. Jika dihubungkan dengan data kuantitatif yang dimiliki oleh hasil uji TGA (Gambar 2), maka dapat disimpulkan bahwa akan terjadi dekomposisi bahan dasar pada rentang suhu 268,35 o C- 353,09 o C, dikarenakan pada rentang suhu tersebut terjadi reaksi eksoterm yang diikuti dengan berkurangnya massa secara signifikan yaitu sebesar 45,2546% dari massa total sebesar 12,5 mg. Rentang suhu 268,35 o C-302,26 dan terjadi pengurangan massa sebesar 22,8683% dari massa total, merupakan area terjadinya proses dekomposisi senyawa cellulose. Sedangkan dekomposisi pada lignin, terjadi pada rentang suhu 314,60 o C-353,09 o C dan mengakibatkan pengurangan massa sebesar 22,3863% dari massa total. Hasil dekomposisi senyawa organik inilah yang mengakibatkan perubahan fasa tempurung kelapa muda menjadi arang. Selain itu juga akan terjadi proses menguapnya kandungan air pada rentang suhu mula-mula hingga 120 o C yang mengakibatkan pengurangan massa sebesar 2,7092% dari massa total. Pernyataan tersebut juga berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Li dkk[7]. B. Analisis XRD Setelah pengujian XRD dilakukan maka diperoleh data berupa pola difraksi yang ditampilkan pada Gambar 2. Dari gambar tersebut terdapat puncak lebar yang berada di sekitar sudut 2θ 24 o dan 44 o serta beberapa puncak yang berada di sekitar sudut 2θ 28 o, 40 o, 50 o, 58 o, 66 o dan 73 o.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Gambar. 2. Pola difraksi arang tanpa pencucian dengan berbagai variasi suhu beserta bidang hkl dan pola difraksi tempurung kelapa muda murni (pure). ( ) puncak sylvite dengan komposisi KCl, ( ) indikasi kristal graphite dan ( ) cellulose. Berdasarkan pola difraksi penelitian sebelumnya, puncak yang melebar tersebut merupakan amorf carbon dengan kecenderungan struktur kristalnya mengarah pada graphite. Muncul nya puncak lebar di sekitar sudut 2θ 24 o, merupakan refleksi dari bidang 002. Refleksi tersebut mengindikasikan adanya lembaran graphene yang merupakan penyusun graphite[5]. Sedangkan puncak lebar yang muncul di sekitar sudut 2θ 42 o, merupakan refleksi bidang 100, yang mengindikasikan adanya honeycomb bentukan dari hibridasi sp 2 [5]. Lembaran graphen yang tersusun dari struktur honeycomb, terbentuk dari proses dekomposisi molekul organik yang menyisakan ikatan aromatic ketika tempurung kelapa mengalami proses pemanasan. Puncak-puncak yang muncul mengindikasikan bahwa arang tempurung kelapa yang telah dibuat tidaklah murni akan tetapi terdapat impuritas. Hasil analisis secara kualitatif menggunakan software X Pert High Score Plus, diperoleh bahwa puncak tersebut sesuai dengan data sekunder PDF yaitu sylvite dengan komposisi KCl. Sylvite merupakan garam yang tersusun dari unsur potassium (K) dan chloride (Cl). Senyawa ini sangat mudah larut dengan air. Oleh karena itu dilakukan proses pencucian menggunakan aquades pada setiap arang tempurung kelapa yang diperoleh. Dari proses pencuciann itu dilakukan uji XRD untuk mengetahui secara jelas pola difraksi dari arang tempurung kelapa. Pola difraksi arang tempurung kelapa yang telah dicuci dengan aquades dapat dilihat pada Gambar 4.9. Setelah proses pencucian, pola difraksi amorf carbon semakin terlihat jelas bahwa puncak lebar tersebut indikasi dari kristal graphite yang mulai tumbuh sebanding dengan berubahnya suhu pemanasan. Pada suhu awal yaitu 400 o C dan 600 o C, pola difraksi belum mengalami perubahan yang signifikan, terutama belum adanya refleksi dari bidang 100 yang muncul di rentang sudut 2θ 42 o, akan tetapi terjadi sedikit pergeseran pada rentang sudut 2θ 24 o. Perubahan pola difraksi yang signifikan terjadi pada suhu 750 o C, dalam pola tersebut tergambarkan munculnya puncak lebar pada rentang sudut 2θ 24 o dan pergeseran puncak lebar di rentang sudut 2θ 42 o telah Gambar 3. Pola difraksi arang yang telah dicuci dengan aquades. ( ) puncak yang identik dengan graphite. Tabel 2. Hasil Ukuran Kristal Sylvite Berdasarkan Bidang Suhu pemanasan ( o C) FWHM (2θ O ) Ukuran Kristal (nm) 400 0, , , bergeser jauh mendekati puncak kristal puncak graphite dengan data sekunder PDF Perubahan ini menunjukan bahwa amorf carbon yang ada dalam arang tempurung kelapa, struktur kristalnya mulai tersusun dan mengarah pada struktur kristal graphite. Lebarnya puncak mengindikasikan kekristalanya masih belum sempurna, seperti kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Rampe dkk[9], bahwa struktur posisi atom C merupakan amorf menuju semi kristalin yang tumbuh mengarah pada kristal graphite. Hasil kuantitatif yang diperoleh adalah ukuran kristal dari sylvite dan persentase fraksi volume pada pola amorf carbon dan kristal sylvite. Tabel 2 merupakan data ukuran kristal sylvite yang diperoleh dengan menggunakan metode Scherrer. Ukuran kristal yang terhitung pada tabel berdasarkan bidang pantul hkl Berdasarkan Tabel 2, proses pemanasan dengan menggunakan variasi suhu menyebabkan perubahan pada ukuran kristal sylvite. Semakin tinggi suhu pemanasan yang digunakan, menyebabkan ukuran kristal pada sylvite bertambah. Permodelan dibuat dengan menggunakan software Fityk Hasil dari permodelan tersebut berupa fraksi volume carbon dan fraksi volume sylvite yang telah tercantum pada Tabel 3. Fraksi volume setiap pola tidak mengalami perubahan secara signifikan ketika suhu pemanasan berubah. C. Analisis SEM/EDX Untuk mengetahui kondisi morfologi arang tempurung kelapa dan kandungan unsurnya, maka dilakukan uji SEM yang digubungkan dengan EDX. Hasil EDX merupakan data unsur secara mikro yang mewakili sebgian kecil sampel penelitian. Pengambilan sampel difokuskan pada kepingan

4 JURNAL TEKNIK POMITS Suhu peman asan ( o C) Luas area carbon Tabel 3 Hasil Fraksi Volume Carbon dan Sylvite Luas area sylvite Total area Fraksi Volume amorf (%) Fraksi Volume Sylvite (%) 2354,64 491, ,11 82,7 17,3 2031,33 838, ,03 68,2 28,1 2733,48 547, ,97 83,3 16,7 pada suhu 600 pemanasan total tidak 100% karena sisanya merupakan puncak impuritas unknown Tabel 4 Hasil Karakterisasi EDX Tempurung Kelapa Muda Pemanasan 750 o C Unsur Nilai (%) σ O 46,87 5,7 C 32,46 3,6 K 7,38 0,5 Cl 3,72 0,5 Mg 5,37 0,5 P 1,05 0,2 Si 2,49 0,1 Na 0,66 0,1 arang yang banyak impuritas (bintik-bintik putih) agar dapat diketahui unsur yang terkandung di dalam impuritas tersebut. Tabel 4 merupakan hasil uji EDX, dari hasil uji tersebut diketahui bahwa unsur carbon dan oksigen memiliki persentase unsur yang tinggi yaitu 32,46% dan 46,87% meskipun sampel yang diambil merupakan kepingan arang yang memiliki impuritas. Tinggi nya persentase atom carbon mendukung hasil analisis data XRD yang menyatakan puncak lebar intu merupakan amorf carbon dengan pertumbuhan kristal mengarah pada graphite. Selain unsur carbon dan oksigen, muncul unsur potasium dan magnesium yang persentasenya diatas 5%. Dan ada juga unsur chloride dengan persentase atom sebesar 3,72. Unsur-unsur tersebut mendukung kesimpulan dari hasil analisis XRD yang menyatakan bahwa ada senyawa KCl di dalam arang tempurung kelapa. Secara teori unsur potassium merupakan golongan 1 dalam tabel periodik dan chloride merupakan golongan 7. Jika dilihat dari elektron valensinya, maka akan terjadi ikatan ion[3]. Sedangkan unsur magnesium yang memiliki sifat yang identik dengan unsur potassium karena berapa pada satu periode dan golongan 2, maka mampu masuk dan menggantika beberapa unsur potassium yang ada di dalam senyawa KCl. Sebaran senyawa KCl yang muncul didalam arang tempururng kelapa dapat dilihat pada Gambar 4. Pada gambar tersebut diketahui bahwa bintik-bintik putih yang merupakan impuritas yang muncul pada sampel penelitian, merupakan senyawa KCl yang di dalam setruktur tersebut terdapat unsur lain yang identik seperti magnesium dan natrium. IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: 1. Perubahan fisis tempurung kelapa muda terjadi pada suhu 400 o C. Gambar 4. Distribusi penyebaran unsur K (hijau) dan Cl (merah) 2. Analisis kualitatif pola difraksi menunjukkan bahwa terdapat fasa amorf carbon yang terindikasi kristal graphite. 3. Pertumbuhan kristal graphite sangat jelas terlihat pada suhu 750 o C. 4. Terdapat impuritas fasa sylvite berupa KCl dengan ukuran kristal terbesar yaitu 769 nm. 5. Fasa kristal sylvite muncul pada permukaan arang dengan bentuk menyerupai kubus. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Angkasa Pura II yang telah memberikan dana pada penelitian ini melalui beasiswa BUMN peduli tugas akhir DAFTAR PUSTAKA [1] Abbdullah, M Pengantar Nanosains. Bandung: Penerbit ITB. [2] Arsa, M Kandungan Natrium dan Kalium Larutan Isotonik Alami Air Kelapa (Cocos Nucifera) Varietas Eburnia, Viridis dan Hibrida. Denpasar: Tesis Program PascasarjanaUniversitas Udayana. [3] Chang, R Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 1. Diterjemahkan oleh Departemen kimia ITB. Jakarta: Erlangga. [4] Destyorini, F. dkk. Des Pengaruh Suhu Karbonisasi Terhadap Struktur dan Konduktivitas Listrik Arang Serabut Kelapa. Jurnal Fisika HFI 10: 2. [5] Hwang, Y.J. Nov High capacity disordered carbons obtained from coconut shells as anode materials for lithium batteries. Journal of Alloy and Compounds 448: [6] Langford, J.I. Wilson, A.J.C. Okt Seherrer after Sixty Years: A Survey and Some New Results in the Determination of Crystallite Size. J. Appl. Cryst 11: [7] Li, W. dkk. Feb Effects of Carbonization Temperatures on Characteristics of Porosity in Coconut Shell Chars and Activated Carbons Derived From Carbonized Coconut Shell Chars. Industrial Crops and Product 28: [8] Menendez, J.A. dkk. Agus Microwave Heating Processes Involving Carbon Materials. Full Processing Technology 91: 1-8.

5 JURNAL TEKNIK POMITS [9] Rampe, M.J. dkk. The Effect of Temperature on The Crystal Growth of Coconut Shell Carbon. Proceedings of the Third International Conference on Mathematics and Natural Sciences. [10] Shiengchum, T. dkk. Okt Fast Pyrolysis of Coconut Biomass An FTIR study. Fuel 105: [11] Van Vlack, L.H Ilmu dan Teknologi Bahan edisi kelima. diartikan oleh Djaprie, S. Jakarta: Erlangga. [12] Warnijati, S. dkk. Dec Pyrolysis of Coconut Shells in a Concentric Three Tubes Reactor. Renewable Energy vol. 9:

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

Analisis Fasa dan Lebar Celah Pita Energi Karbon Pada Hasil Pemanasan Tempurung Kelapa

Analisis Fasa dan Lebar Celah Pita Energi Karbon Pada Hasil Pemanasan Tempurung Kelapa JURNAL SENI DAN SAINS POMITS 1 Analisis Fasa dan Lebar Celah Pita Energi Karbon Pada Hasil Pemanasan Tempurung Kelapa Muhammad Nashrullah, Darminto Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE 1 PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE Arum Puspita Sari 111010034 Dosen Pembimbing: Dr. Mochamad Zainuri, M. Si Kamis, 03 Juli 2014 Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-81 Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb Tahta A, Malik A. B, Darminto Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH Istianah () Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MATERIAL JURUSAN

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN terkandung dalam sampel. Analisis EDX dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Departemen Kehutanan Bogor. Analisis FTIR Sampel silika dan silikon dianalisis menggunakan Spektrometer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI UKURAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA DENGAN AKTIVASI KOH 3 M TERHADAP KELEMBABAN DALAM RUANG UJI SKALA LABORATORIUM

PENGARUH VARIASI UKURAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA DENGAN AKTIVASI KOH 3 M TERHADAP KELEMBABAN DALAM RUANG UJI SKALA LABORATORIUM PENGARUH VARIASI UKURAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA DENGAN AKTIVASI KOH 3 M TERHADAP KELEMBABAN DALAM RUANG UJI SKALA LABORATORIUM Arjuna*, Erman Taer, Rakhmawati Farma Mahasiswa Program S1 Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Reaksi Reduksi Terhadap Pemurnian Karbon Berbahan Dasar Tempurung Kelapa

Pengaruh Suhu Reaksi Reduksi Terhadap Pemurnian Karbon Berbahan Dasar Tempurung Kelapa 159 NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 Pengaruh Suhu Reaksi Reduksi Terhadap Pemurnian Karbon Berbahan Dasar Marsi Bani 1)*, Djoko H Santjojo 2), Masruroh 2) 1) Program Studi Magister Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

WULAN NOVIANA ( )

WULAN NOVIANA ( ) PENGARUH VARIASI WAKTU DAN MASSA SINTESIS APATITE DARI TULANG SAPI MENGGUNAKAN METODE GELOMBANG MIKRO DAYA 900 WATT WULAN NOVIANA (2710100097) DOSEN PEMBIMBING: YULI SETIYORINI ST, M.Phil L/O/G/O Latar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti

Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti Budi Amin Simanjuntak, Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PEMBENTUKAN PORI-PORI ARANG KARBON AKTIF AMPAS TEBU. Usman Malik Jurusan Fisika FMIPA Univ.

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PEMBENTUKAN PORI-PORI ARANG KARBON AKTIF AMPAS TEBU. Usman Malik Jurusan Fisika FMIPA Univ. PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PEMBENTUKAN PORI-PORI ARANG KARBON AKTIF AMPAS TEBU Abstrak Usman Malik Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru Pengaruh temperatur terhadap pembentukan pori-pori arang karbon

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill I Wayan Yuda Semaradipta 2710100018 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN. Fitri, Rakhmawati Farma

PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN. Fitri, Rakhmawati Farma PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN Fitri, Rakhmawati Farma Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X Sahriar Nur Aulia H Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111, Indonesia Email:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ZnCl 2 TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT UBI KAYU UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT

PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ZnCl 2 TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT UBI KAYU UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ZnCl 2 TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT UBI KAYU UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT Ellis Fitriyani 1, Rakhmawati Farma 2 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 1 Dosen Bidang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al., 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Natrium oksida (Na 2 O) merupakan salah satu senyawa penting dalam ilmu material karena dibutuhkan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan material, antara lain sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu di Laboratorium

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.2, No.1, Juni 2010 : 21 26 PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA EFFECT OF ACTIVATOR IN THE MAKING OF ACTIVATED CARBON FROM COCONUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODOLOGI III.1 BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah : a. Pembuatan serbuk LiFePO 4 1. Gelas beaker 250 ml 2. Gelas beaker 500 ml 3. Sendok 4. Cawan porselin 5. Magnetic Stirer 6. Pipet volume

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam sejarah industri, bukan saja untuk keperluan sehari-hari seperti

I. PENDAHULUAN. penting dalam sejarah industri, bukan saja untuk keperluan sehari-hari seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persediaan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) dan natrium oksida (Na 2 O) merupakan isu penting dalam sejarah industri, bukan saja untuk keperluan sehari-hari seperti sabun

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN Tri Mashela Noviani*, Erman Taer, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci