RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS"

Transkripsi

1 1

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, peningkatan daya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. Sedangkan perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial pada suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Searah dengan upaya pembangunan daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat serta memperhatikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk menyusun sendiri rencana pembangunan yang akan dilaksanakan. Hal ini menjadi peluang besar bagi pemerintah daerah dan perangkatnya untuk melaksanakan tugastugas Pemerintahan Umum sebagai tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan tersebut, pemerintah daerah wajib menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, yang termuat baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Demikian halnya dengan SKPD diharuskan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan yang dimuat dalam Dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dalam Rangka Penyusunan dan penetapan Renstra-SKPD sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 merupakan bagian dari proses penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM Daerah (Pasal 15 Ayat 3), selanjutnya Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD dengan berpedoman pada RPJP Daerah (Pasal 15 Ayat 4). Berdasarkan pasal 15 ayat 4 tersebut dapat diambil suatu pemahaman bahwa penyusunan dan penetapan Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan suatu proses yang sejalan dan timbal balik dengan penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Ealuasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah telah diamanatkan pula bahwa Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat isi, misi, tujuan, 2

3 strategi, kebijakan, program, dan kegiatan SKPD, serta disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dengan berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Program pembangunan pemerintah proinsi Jawa Tengah periode termasuk 11 program unggulannya yang termuat dalam dokumen RPJMD Jawa Tengah harus bersinergi dengan orientasi menggiatkan lapangan kerja dan penempatan tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah secara umum menunjukkan adanya perbaikan, yang terlihat dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), tahun 2008 sebesar 7,35% dan tahun 2012 sebesar 5,63% menjadi 4,63 pada tahun Namun demikian secara absolut penganggur masih cukup tinggi yaitu dari sebesar orang di tahun 2012 menjadi orang pada tahun Oleh karenanya diperlukan upaya penanganan pengangguran baik melalui perluasan kesempatan kerja maupun peningkatan kompetensi dan keterampilan tenaga kerja serta mengupayakan hubungan industrial yang harmonis guna meminimalisasi PHK. Pada kenyataannya, menangani pengangguran harus berfokus pula pada upaya perlindungan, pemberdayaan dan pengembangan kelompok seperti buruh tani dan petani penggarap, nelayan, buruh industrikecil dan sektor UMKM. Upaya pengurangan pengangguran harus terintegrasi dengan pembangunan kedaulatan pangan, kedaulatan energi, pengentasan kemiskinan dan pembangunan infrastruktur, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru, dan yang kemudian aspek-aspek produktif tersebut mampu menjamin keberlanjutan pasar tenaga kerja. Isu-isu terkait ketenagakerjaan dan transmigrasi merupakan tugas yang diampu oleh Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah. Sebagai salah satu SKPD dilingkungan Pemerintah Proinsi Jawa Tengah maka urgensi perencanaan strategis menjadi penting untuk menjawab tantangan dan isu-isu terkait pembangunan dan pengembangan bidang tenagakerjaan dan transmigrasi secara khusus di Jawa Tengah. Oleh karenanya, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah disusun sebagai pedoman dan arah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pelaksanaan program dan kegiatan selama 5 tahun yang disesuaikan dan mengacu pada Visi, Misi Gubernur Jawa Tengah Periode Terkait dengan hal tersebut diatas Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Kependudukan Proinsi Jawa Tengah telah menetapkan dokumen Rencana Strategis untuk tahun melalui Keputusan Kepala Dinas Nomor : /2332/2014 tentang Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Proinsi Jawa Tahun Namun sehubungan dengan telah ditetapkan Perda Perubahan RPJMD Proinsi Jawa Tengah Tahun yaitu Perda Nomor : 3 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang RPJMD Proinsi Jawa Tengah Tahun , maka Dokumen Rencana Strategis tersebut perlu dilakukan penyesuaian atau perubahan. 3

4 1.2. LANDASAN HUKUM Landasan Hukum dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah Tahun adalah: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian; 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan; 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 10. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-UndangNomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan 15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Ealuasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Ealuasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 19. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Proinsi Jawa Tengah; 20. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Proinsi Jawa Tengah; 21. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Proinsi Jawa Tengah Tahun ; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Ealuasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 24. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan; 4

5 25. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per. 2/MEN/II/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan; 26. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah. 27. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 103 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah. 28. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor : 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Proinsi Jawa Tengah Tahun ; 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penyusunan Renstra Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah Tahun adalah 1. Memberikan gambaran kondisi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pembangunan bidang Tenaga Kerja Dan Transmigrasi; 2. Memberikan acuan landasan yang jelas bagi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah dalam menyelenggarakan program pembangunan di bidang Tenaga Kerja Dan Transmigrasi; 3. Sebagai bahan acuan dalam menyusun pertanggungjawaban Kepala Dinas atas kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi selama 1 (satu) tahun dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP). 4. Tujuan dari Renstra Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah Tahun adalah untuk: 5. Menjelaskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan Pembangunan bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian Proinsi Jawa Tengah yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2013 sampai dengan tahun Sebagai dasar dalam penyusunan rencana kerja (Renja Tahunan) Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah. 7. Memberikan pedoman dalam penyusunan instrumen pengendalian, pengawasan dan ealuasi pembangunan, khususnya di urusan ketenagakerjaan dan transmigrasi. 5

6 1.4. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika dalam penulisan Renstra Renstra Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah Tahun didasarkan pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, yaitu: BAB I BAB II BABIII BAB IV BAB V BAB VI BAB VII PENDAHULUAN. Memuat penjelasan umum mengenai Latar Belakang; Landasan Hukum; Maksud dan Tujuan; serta Sistematika Penulisan. GAMBARAN PELAYANAN. Memuat Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi; Sumber Daya; Kinerja Pelayanan; serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS OPD BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. Berisi tentang Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi; Telaahan Visi, Misi, dan Program Gubernur Jawa Tengah; Telaahan Renstra Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi; Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Proinsi Jawa Tengah; dan Penentuan Isuisu Strategis. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Berisi tentang Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi; Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Tenaga Dan Kerja, Transmigrasi; serta Strategi dan Kebijakan. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF. Berisi tentang rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DANTRANSMIGRASI YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD. Berisi tentang indikator kinerja Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. PENUTUP. Memuat kaidah pelaksanaan yang meliputi penjelasan renstra SKPD merupakan pedoman dalam penyusunan Renja SKPD; Penguatan peran stakeholder dalam pelaksanaan Renja SKPD; Dasar ealuasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja tahunan dan lima tahunan, catatan dan harapan kepala SKPD. 6

7 BAB II GAMBARAN PELAYANAN 2.1. TUGAS POKOK FUNGSI DANSTRUKTUR Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Proinsi Jawa Tengah Pasal 3 dan berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja DinasTenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah menjelaskan bahwa Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang tenaga kerja dan bidang transmigrasiyang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui SEKDA. Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasimempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan bidang tenaga kerja dan transmigrasi yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan Kebijakan bidang pelatihan kerja dan produktiitas, penempatan tenaga kerja dan transmigrasi, hubungan industrial dan jaminan sosial, dan pengawasan ketenagakerjaan; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pelatihan kerja dan produktiitas, penempatan tenaga kerja dan transmigrasi, hubungan industrial dan jaminan sosial, dan pengawasan ketenagakerjaan; 3. Pelaksanaan ealuasi dan pelaporan bidang pelatihan kerja dan produktiitas, penempatan tenaga kerja dan transmigrasi, hubungan industrial dan jaminan sosial, dan pengawasan ketenagakerjaan; 4. Pelaksanaan dan pembinaan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas; dan 5. Pelaksanaan fungsi kedinasan yang lain diberikan oleh Gubernur, sesuai tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi dan Tugas Pokok, Fungsi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi didasarkan pada Peraturan Gubernur Jateng Nomor : 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah terdiri dari: 1. Kepala Dinas; 2. Sekretariat; Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Dinas. Sekretariat Dinas, melaksanakan fungsi : a) Penyiapan bahan koordinasi kegiatan dilingkungan Dinas; b) Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program dan kegiatan dilingkungan Dinas; 7

8 c) Penyiapan bahan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaiaan, hukum, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip dan dokumentasi di lingkungandinas; d) Penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana di lingkungan Dinas; e) Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah dan pengelolaan informasi dan dokumentasi f) Penyiapan bahan pengelolaan barang/kekayaan milik daerah dan pelayanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Dinas; g) Penyiapan bahan ealuasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya; dan Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1. Bidang Pelatihan Kerja dan Produktiitas; mempunyai tugas melaksanakan melaksanakan pemyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang pelatihan kerja dan produktiitas meliputi pelatihan dan pemagangan, standarisasi dan sertifikasi, dan produktiitas. Bidang Pelatihan Kerja dan Produktiitas, melaksanakan fungsi : a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang pelatihan dan pemagangan; b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang standarisasi dan sertifikasi; c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang produktiitas; dan d) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mempunyai tugas : melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang penempatan tenaga kerja dan transmigrasi meliputi penempatan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan transmigran. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, melaksanakan fungsi: a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang penempatan tenaga kerja; b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang perluasan kesempatan kerja; c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang transmigrasi; dan d) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, mempunyai tugas :melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang hubungan industrial dan jaminan sosial meliputi syarat kerja dan jaminan sosial, kelembagaan dan hubungan industrial, pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja. 8

9 Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, melaksanakan fungsi : a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan dibidang syarat kerja dan jaminan sosial, b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang kelembagaan dan hubungan industrial; c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan,koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja; dan d) Pelaksanaaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan, mempunyai tugas :melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang norma kerja, pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum ketenagakerjaan. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan, melaksanakan fungsi : a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang norma kerja; b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja; c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, ealuasi dan pelaporan di bidang penegakan hukum ketenagakerjaan; dan d) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 5. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) di lingkungan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 103 Tahun 2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: a. Balai Latihan Kerja Industri Kelas A (BLK Industri Cilacap), merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu di bidang pelatihan tenaga kerja industri. Balai Latihan Kerja Industri Kelas A melaksanakan fungsi : 1). Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pelatihan dan pemasaran tenaga kerja industri; 2). Koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional di bidang pelatihan dan pemasaran tenaga kerja industri; 3).Ealuasi dan pelaporan di bidang pelatihan dan pemasaran tenaga kerja industri; 4). Pengelolaan ketatausahaan; 5). Pelaksanaannya tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. b. Balai Latihan Kerja Pertanian Dan Transmigrasi A (BLKP Trans di Klampok- Banjarnegara), merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu di bidang latihan kerja pertanian dan transmigrasi. 9

10 Balai Latihan Kerja Pertanian dan Transmigrasi Kelas A melaksanakan fungsi : 1). Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pelatihan dan pemasaran kerja pertanian dan transmigrasi; 2). Koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional di bidang pelatihan dan pemasaran kerja pertanian dan transmigrasi; 3). Ealuasi dan pelaporan di bidang pelatihan dan pemasaran kerja pertanian dan transmigrasi; 4). Pengelolaan ketatausahaan; 5). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. c. Balai Pengembangan Produktiitas Tenaga Kerja Kelas A, merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/ataukegiatan teknis penunjang tertentu di bidang pelatihan dan produktiitas tenaga kerja Balai Pengembangan Produktiitas Tenaga Kerja Kelas A melaksanakan fungsi : 1). Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pelatihan dan produktiitas tenaga kerja; 2). Koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional di bidang pelatihan dan produktiitas tenaga kerja; 3). Ealuasi dan pelaporan di bidang pelatihan dan produktiitas tenaga kerja; 4). Pengelolaan ketatausahaan Balai; 5). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. d. Balai Pelayanan Penyelesaian Perselisihan Tenaga Kerja Kelas A, merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu di bidang penyelesaian perselisihan tenaga kerja. Balai PelayananPenyelesaian PerselisihanTenaga Kerja Kelas A melaksanakan fungsi: 1). Penyusunan rencana teknis operasional di bidang penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan penyelesaiaan perselisihan penempatan tenaga kerja; 2). Koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional di bidang penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan penyelesaian perselisihan penempatan tenaga kerja; 3). Ealuasi dan pelaporan di bidang penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan penyelesaian perselisihan penempatan tenaga kerja; 4). Pengelolaan ketatausahaan Balai; 5). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. e. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kelas A (Balai K3), merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu di bidang hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kelas A melaksanakan fungsi : 1). Penyusunan rencana teknis operasional dibidang hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja; 2). Koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional di bidang-bidang hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja; 10

11 3). Ealuasi dan pelaporandi bidang-bidang hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja; 4). Pengelolaan ketatausahaan; 5). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. f. BalaiLatihan Kerja Dalam Dan Luar Negeri Kelas A (BLK DLN), merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/ataukegiatan teknis penunjang tertentudi bidang pelatihan dan pemagangan. Balai Latihan Kerja Dalam Dan Luar Negeri Kelas A melaksanakan fungsi : 1). Penyusunan rencana teknis operasional dibidang pelatihan dan pemagangan; 2). Koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional di bidang pelatihan dan pemagangan; 3). Ealuasi dan pelaporandi bidang pelatihan dan pemagangan ; 4). Pengelolaan ketatausahaan; 5). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. g. Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan Kelas B, merupakan unsur pelaksana tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu di bidang pengawasan tenaga kerja. Satuan Pengawas Ketenagakerjaan Kelas B meliputi : 1).Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah Semarang dengan Tempat Kedudukan Kota Semarang; Wilayah Kerja : Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kendal, Kota Salatiga. 2). Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah Pati dengan Tempat Kedudukan Wilayah Pati; Wilayah Kerja : Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora. 3). Satuan Pengawasan KetenagakerjaanWilayah Surakarta dengan Tempat Kedudukan di Kota Surakarta; Wilayah Kerja : Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo. 4). Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah Magelang dengan Tempat Kedudukan Kota Magelang; Wilayah Kerja : Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purworejo. 5). Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah Banyumas dengan Tempat Kedudukan Kabupaten Banyumas; Wilayah Kerja : Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara. 6). Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah Pekalongan dengan Tempat Kedudukan Kota Pekalongan; Wilayah Kerja : Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Batang. Selengkapnya struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah tersaji pada gambar 2.1 : 11

12 Gambar2.1. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah 12

13 2.2. SUMBER DAYA Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah didukung personil/pegawai sejumlah 609 orang. Daftar jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebagaimana gambar 2.2. Gambar 2.2. Sebaran Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat sebaran jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin, dimana jumlah pegawai laki-laki lebih dominan yakni sebanyak 368 orang atau 60 persen sedangkan jumlah pegawai perempuan berjumlah 241 orang atau 40 persen. Sementara itu, selain sebaran berdasarkan jenis kelamin, pada gambar dibawah juga terlihat sebaran pegawai berdasarkan tingkat pendidikan pegawai yang ada dilingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah sebagaimana gambar 2.3. Gambar 2.3. Sebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun

14 Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa, jumlah pegawai di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi didominasi oleh lulusan S-1 sebanyak 300 orang pegawai atau sebesar 46,26 persen, lulusan SLTA sebanyak 148 pegawai atau 24,30 persen dan kemudian lulusan S-2 sebanyak 93 pegawai atau 15,27 persen serta lulusan S3 sebanyak 1 pegawai atau 0,16 persen. Artinya, dengan tingkat pendidikan yang baik (lulusan S-1 dan S-2 serta S3), pegawai di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah memiliki kompetensi secara akademis yang mendukung dalam menjalankan tugas pokok fungsinya masing masing. Sebaran pegawai juga dapat dikelompokkan berdasarkan struktur seperti terlihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4. Sebaran Pegawai Berdasarkan Struktur Tahun 2017 Struktural 12,28 % Fungsional Umum 70,43 % Fungsional Tertentu 17,29 % Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan sebaran pegawai di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi berdasarkan struktur dimana fungsional umum sebanyak 361 pegawai atau 59,27 persen. Sementara untuk jabatan fungsional tertentu berjumlah sebanyak 189 pegawai atau 31,03 persendan jabatan struktural sebanyak 59 pegawai atau 10 persen. Selain sumber daya manusia di lingkungan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi juga perlu melihat dukungan aset dan sarana prasarana penunjang pelayanan dalam menjalankan tugas pokok fungsi, seperti terlihat pada tabel

15 Tabel 2.1. Aset dan Sarana Prasarana Dinas Tahun 2014 s/d 2016 Keadaan Per 31-Desember Keadaan Per 31-Desember Keadaan Per 31- Desember No Nama Bidang Barang Jumlah Barang Harga (rp) Jumlah Barang Harga (rp) Jumlah Barang Jumlah harga (Rp.) 1 TANAH Tanah PERALATAN MESIN Alat Berat Alat Angkutan Alat Bengkel Alat Pertanian / Peternakan Alat Kantor dan Rumah Tangga Alat Studio dan Komunikasi Alat Kedokteran Alat Laboratorium Alat Persenjataan / keamanan GEDUNG DAN BANGUNAN Bangunan Gedung Bangunan Monumen JALAN DAN IRIGASI Jalan dan Jembatan Bangunan Air / Irigasi Instalasi Jaringan ASET TETAP LAINNYA Buku Perpustakaan Barang Bercorak seni dan Budaya Hewan Ternak dan Tanaman KONSTRUKSI DLM PENGERJAAN JUMLAH KESELURUHAN

16 Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat dilihat kondisi aset dan sarana prasana per 31 Desember 2016 yang terdiri dari tanah, peralatan mesin, gedung bangunan, jalan dan irigasi, aset tetap lainnya dimana terjadi perkembangan dan penambahan nilai aset dari per 31 Desember 2014, dari Rp ,- menjadi Rp ,- atau mengalami peningkatan nilai di tahun 2016 sebesar Rp , KINERJA PELAYANAN Ealuasi Kinerja Renstra OPD. Kinerja Pelayanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dijelaskan berdasarkan realisasi capaian target Renstra PD Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Tahun berdasarkan Urusan Wajib dan Pilihan yang diampu, yaitu Urusan Ketenagakerjaan; Urusan Transmigrasi dan Kependudukan. Selengkapnya diuraikan sebagaimana terlihat pada tabel

17 Tabel 2.2 Pencapaian Kinerja Pelayanan OPD Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi OPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra OPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada tahun ke Urusan Tenaga Kerja 1 %Tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi 72,93 75,15 78,95 82,99 86,22 89,79 85,58 87,90 123,12 113,88 111,34 2 %Tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat 77,71 83,82 87,28 88,33 89,05 77,66 84,18 82,67 99,94 100,43 94,72 3 %Tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kewirausahan 57,74 60,48 62,00 62,00 63,49 66,86 70,48 74,93 115,79 116,53 120,85 4 %Produktiitas TK (dl juta rupiah) 14,23 14,91 15,63 16,41 17,23 55,93 49,16 51,44 393,04 329,71 329,11 5 %Laju PDRB per tenaga kerja 14,23 14,91 15,63 16,41 17,23 11,13 6,18 5,30 78,22 41,45 33,91 6 %Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja keluarga terhadap total kesempatan kerja 7 %Pembinaan kelembagaan pelatihan dan produktiitas 37,27 36,08 34,91 33,77 32,68 31,96 30,50 29,00 85,75 84,53 83,07 17,00 19,50 22,00 24,50 26,00 17,13 21,71 33,86 100,76 111,36 153,91 17

18 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi OPD Target SPM Target IKK Target Indikat or Lainnya Target Renstra OPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada tahun ke %Tenaga Kerja yang disertifikasi 12,59 12,80 13,02 13,26 13,50 9,30 14,91 15,19 73,87 116,48 116,67 9 %Tingkat Pengangguran Terbuka 5,04 4,96 4,60 4,20 4,13 5,68 4,99 4,63 106,97 101,22 104,51 10 %Besaran pencari kerja terdaftar yang di tempatkan V 51,33 60,67 70,00 78,06 86,11 71,55 73,90 76,55 139,39 121,81 109,36 11 %Partisipasi angkatan kerja 12 %Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia kerja 72,27 72,58 72,9 73,22 73,55 69,68 67,86 67,15 96,42 93,50 92,11 69,32 70,18 71,01 71,83 72,63 65,72 64,49 64,04 94,81 91,89 90,18 13 Jumlah penempatan AKAN 14 Jumlah LKS Bipartit 15 Jumlah Peraturan Perusahaan 16 Jumlah Perjanjian Kerja Bersama ,93 66,91 57, ,72 100,24 105, ,44 100,05 104, ,52 100,13 100,00 18

19 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi OPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra OPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada tahun ke % Besaran kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama 87,72 88,42 88,57 88,81 89,09 80,04 90,79 85, Jumlah kasus dan status penyelesaian Hubungan Industrial 19 %Rasio Upah Minimum Kab / kota dibanding Kebutuhan Hidup Layak(KHL) ,49 76,70 51,40 97,40 97,50 97,60 97,70 97,80 98,96 100,33 100,32 101,60 102,90 102,46 20 %Besaran pekerja buruh yang menjadi peserta Jamsostek 21 Jumlah perusahaan penyedia fasilitas kesejahteraan tenaga kerja 22 %Besaran pemeriksaan perusahaan 23 %Besaran pengujian peralatan di perusahaan 72,87 75,65 78,34 80,34 81,64 79,43 89,39 93,21 109,00 118,16 118, ,00 100,00 104,99 39,59 42,7 42,77 46,88 49,36 39,63 52,05 42,07 100,10 121,90 98,36 63,4 64,81 69,98 76,9 80,7 63,40 64,00 69,98 100,00 98,75 100,00 24 Jumlah pelanggaran norma ketenagakerjaan ,91 65,05 100,00 19

20 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi OPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra OPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada tahun ke Jumlah angka kecelakaan kerja Jumlah Perusahaan yang Menerapkan K3 27 Menurunnya Jumlah penyakit akibat kerja ,94 100,63 100, ,00 0,00 6,25 28 %Rasio Perusahaan Zero Accident 1,12 1,31 1,43 1,50 1,60 1,17 1,37 1,48 104,46 104,58 103,50 29 %Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 62,72 63,97 65,22 66,48 67,73 56,93 53,89 53,94 90,77 84,24 0,00 30 Jumlah Pekerja Anak / jumlah pekerja dibawah umur (orang) ,97 90,42 87,01 Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil 31 %Rasio penduduk memiliki e- KTP per wajib e-ktp ,07 89,87 99,03 88,07 89,87 99,03 20

21 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi OPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra OPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada tahun ke Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil 32 %Prosentase penduduk 0-18 tahun memilliki Akta Kelahiran 33 Jumlah Kabupaten/ Kota mengoperasikan SIAK ,37 81,37 82,50 180,82 147,95 126, ,00 100,00 100,00 34 %Kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 penduduk 35 %Prosentase Penduduk yang memiliki Akta Kematian ,10 47,50 66,07 164,40 118,75 0, ,94 49,00 68,96 292,93 245,00 0,00 36 %Rasio Pasangan yang memiliki Akta Nikah ,00 100,00 100,00 Non Urusan 21

22 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi OPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra OPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada tahun ke %Rasio Pegawai mengikuti Bintek 38 Terbentuk-nya Unit Pelayanan Publik (UPP) ,00 100,00 100, ,00 100,00 39 Pengukuran indeks kepuasan masyarakat pada UPP Dinakertransduk Urusan Transmigrasi 40 Jumlah calon transmigran yang mendapatkan pelatihan dasar umum (PDU); (KK) ,50 29,09 95,00 41 Kesepakatan kerjasama antar wilayah (Proinsi) dalam pengembangan kawasan transmigrasi (Pro) 42 Jumlah Transmigran yg ditempatkan (KK) ,67 120,00 100, ,33 89,50 159,00 22

23 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 42 Indikator target kinerja urusan ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan yang diampu oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Kependudukan Proinsi Jawa Tengah terdiri dari 14 indikator RPJMD/IKK dan 28 merupakan indikator SPM atau indikator lainnya.berdasarkan ealuasi hasil perencanaan pada urusan ketenagakerjaan,dari30 indikator yangterdiri 9 indikator RPJMDsebanyak 5 indikator telah tercapai, dan 4indikator target kinerja diperhitungkan akan tercapai yaitu : 1) Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)dengan capaian 67,15 % rendah dari target 72,90 % dengan tingkat capaian 92,00, lebih rendah dari capaian tahun sebelumnya 67,86 %, rendahnya capaian dikarenakan lowongan kerja sektor formal terbatas sehingga lebih banyak bekerja di sektor informal. 2) IndikatorRasio kesempatan Kerja terhadap Penduduk Usia Kerja 2016 dengan capaian 64,04% lebih rendah dari tahun sebelumnya 64,49% rendahnya tingkat capaian Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja Tahun 2016 dengan capaian 64,04% lebih rendah dari target 71,01% dengan tingkat capaian 90,18%, lebih rendah dari tahun sebelumnya 64,49% rendahnya tingkat capaian dikarenakan lowongan kerja yang tersedia mensyaratkan spesifikasi kompetensi dalam hal tingkat pendidikan dan keterampilan. 3) Indikator Jumlah Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Tahun 2016 dengan capaian orang lebih rendah dari target orang dengan tingkat capaian 57.91%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebanyak orang, rendahnya capaian dikarenakan Ketentuan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 246/2015 tentang penghentian dan pelarangan penempatan tenaga kerja Indonesia pada pengguna perseorangan di negaranegara kawasan Timur Tengah menyebabkan berkurangnya Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja melalui Antar Kerja Antar Negara (AKAN). 4) Indikator Laju PDRB per Tenaga Kerja sebesar 5,30 pada tahun 2016 atau turun 0,70 dari tahun 2015 yaitu 6,00 indikator, ini belum mencapai target karena ada perubahan tahun dasar penghitungan PDRB. Sedangkan 21 indikator lainnya pada urusan ketenagakerjaan, 19 indikator telah tercapai targetnya, tetapi ada 2 indikator yang menurun capaiannya dibanding tahun 2015, yaitu: 1)Indikator % besaran kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama tahun 2016 terealisasi sebanyak 85,42 % lebih rendah dari target sebesar 88,57% dan lebih rendah dari capaian tahun 2015 yaitu sebesar 88,42%. Pencapaian ini karena kedua belah pihak melaksanakan bipartit sesuai dengan saran dar BP3TK sehingga terjadi kesepakatan tanpa melalui proses mediasi di BP3TK atau upaya pencegahan terhadap terjadinya perselisihan hubungan industrial dikatakan berhasil; 2) Jumlah angka kecelakaan kerja pada tahun 2016 sebanyak 3092 lebih tinggi yang ditargetkan 1795 karena kecelakaan kerja terjadi tidak hanya terjadi di tempat kerja tetapi dihitung dari berangkat sampai pulang sehingga jumlahnya lebih tinggi. 23

24 Sementara itu, target indikator kinerjapembangunan pada urusan Kependudukan dan Catatan Sipil adalah dari 6 indikator kinerja yang terdiri dari 3 indikator RPJMD dan 3 indikator lainnya. Untuk realisasi capaian pada urusan Kependudukan dan Catatan Sipil sebanyak 3 target indikator kinerja RPJMD sebanyak 2 indikator telah tercapai dan 1 target indikator akan tercapai yaitu Rasio Penduduk memiliki e-ktp per wajib e-ktp, dengan capaian 99,03 % lebih rendah dari target 100 % dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya 89,87 % (status indikator RPJMD: akan tercapai); Persentase penduduk 0-18 tahun memiliki akta kelahiran, dengan capaian 82,50 % melebihi target 65 % karena didukung Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor : 470/ tanggal 31 Maret 2016 tentang Pencapaian Target Standar Minimal Dokumen Kependudukan dan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 471/1768/SJ tanggal 12 Mei 2016 perihal percepatan penerbitan KTP-el dan akta kelahiran yang mengamanatkan untuk segera melakukan percepatan layanan perekaman dan penerbitan KTPel serta penerbitan akta kelahiran; Jumlah kabupaten/kota yang capaian 35 kabupaten/kota, sesuai dengan target. Untuk realisasi capaian 3 indikator kinerja lainnya pada urusan kependudukan dan catatan sipil telah tercapai. Sedangkan berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja pembangunan urusan transmigrasi dengan 3 indikator kinerja yang terdiri 2 indikator kinerja RPJMD dan 1 indikator lainnya,2 target kinerja urusan transmigrasi yang merupakan indikator RPJMDtelah tercapai dan masih terdapat 1 indikator lainnya yaitu target kinerja yang perluupaya keras supaya tercapai untuk diwujudkan yaitu Penempatan Transmigran, dari target kuota dari tahun 2013 s/d 2016 sebanyak KK terealisasi KK, hal ini disebabkan Kuota yang disediakan pemerintah pusat sangat terbatas dan tidak sebanding dengan animo masyarakat serta ketidaksiapan lokasi daerah calon penerima transmigran sehingga Pemerintah Proinsi Jawa Tengah memberikan dukungan melalui pola sharing dengan daerah atau proinsi tujuan transmigrasi. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya pelayanan bidang nakertransduk diwujudkan dalam indikator Non Urusan yaitu capaian target 3 indikator kinerja yang telah tercapai seperti yang terlihat dalam tabel diatas. 24

25 Tabel 2.3 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Proinsi Jawa Tengah Uraian **) Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke Rata-rata Pertumbuhan BELANJA Anggaran Realisasi BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai BELANJA LANGSUNG ,57 66,87 67,04 1,27-6,27 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur ,57 47,12 70,28-12,20-5, ,01 54,11 57,33 11,93-14,04 25

26 Uraian **) Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Realisasi Program Peningkatan Disiplin Aparatur ,00 60,41 32,54 6,56-26,71 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur ,00 92,74 36,59 10,06-21,27 5. Program Pendidikan Non Formal dan Informal ,00 56,71 40,54 25,39-7,20 6. Program Penataan Administrasi Kependuduk an ,50 110,13 57,93 4,86-8,56 26

27 Uraian **) Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Realisasi Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak ,68 70,08 78,01 40,49 53,64 8. Program Kelembagaan Pengarusuta maan Gender dan Anak ,45 57,53 32,75 7,72-15,87 9. Program Peningkatan Kesempatan Kerja ,02 97,91 62,13 7,48-17, Program Peningkatan Kualitas dan Produktiitas Tenaga Kerja ,80 133,13 92,32 9,97 8,07 27

28 Uraian **) Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Realisasi Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerja an ,63 85,62 63,75-8,08-12, Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi ,27 103,57 226,53 4,77 42, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur = = = 28

29 Berdasarkan tabel tersebut diatas, target anggaran dan realisasi anggaran dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 pada beberapa program mengalami penurunan anggaran dibandingkan dengan target yang telah direncanakan, pada urusan Ketenagakerjaan yaitu Program Peningkatan Kualitas dan Produktias Tenaga Kerja, Program Peningkatan Kesempatan Kerja serta Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. Pada urusan Dukcapil yaitu program penataaan administrasi kependudukan juga mengalami penurunan anggaran dibandingkan yang ditargetkan. Sedangkan pada urusan transmigrasi, yaitu dengan program pengembangan wilayah transmigrasi antara target anggaran dan realisasi capaian anggaran mengalami peningkatan anggaran. Pada program Non urusan, mengalami penurunan realisasi anggaran dibandingkan dengan yang telah ditargetkan atau yang telah direncanakan. Kinerja pelayanan Disnakertransduk merupakan kondisi capaian indikator di bidang ketenagakerjaan, kependudukan dan transmigrasi. Gambaran kinerja pelayanan Disnakertransduk diuraikan sebagai berikut: 1. Bidang Ketenagakerjaan a. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah selama kurun waktu tahun 2012hingga tahun 2016 cenderung mengalami penurunan, yaitu pernah mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi sebesar 6,02% dari 5,63% (tahun 2012). Namun pada tahun 2013 hingga tahun 2016 terus menurun menjadi sebesar 4,63%. Kondisi Tingkat Pengangguran Terbuka Proinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 relean terhadap capaian Nasional yang juga mengalami penurunan menjadi sebesar 5,61%, secara rinci Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan Tabel

30 Gambar 2.5. Persebaran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota di Proinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Sumber : BPS Proinsi Jawa Tengah, 2016 Tabel 2.4. Jumlah Penganggur dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Proinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Jumlah Penganggur (orang) TPT(%) , , , , ,63 Sumber : BPS Proinsi Jawa Tengah, 2016 Ket : *) data per Agustus tahun bersangkutan Posisi relatif TPT kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2015 dibandingkan dengan rata-rata TPT Proinsi Jawa Tengah sebesar 4,99% dan rata-rata TPT Nasional sebesar 6,18% masih terdapat 9 kabupaten/kota berada di atas Proinsi Jawa Tengah dan Nasional, yaitu Tegal, Kota Tegal, Cilacap, Kendal, Pemalang, Brebes, Kota Salatiga, Kota Magelang dan Banyumas. Sedangkan 7 kabupaten/kota berada di bawah Proinsi Jawa Tengah dan di atas Nasional, 19 kabupaten/kota lainnya berada di bawah Proinsi Jawa Tengah dan Nasional. Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2016 mengalami penurunan, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menyebutkan TPT Jateng pada agustus 2016 sebesar 4,63% atau mengalami penurunan sebesar 0,36%, dibandingkan dengan TPT yang sama tahun lalu sebesar 4,99%. 29

31 Sedangkan jika dibandingkan dengan pada Februari, TPT Agustus mengalami peningkatan sebesar 0,43%.TingkatPengangguran Terbuka (TPT) di Proinsi Jawa Tengah Tahun 2016 sebesar 4,63 % lebih rendah sebesar 0,98 % bila dibandingkan dengan capaian realisasi TPT Nasional (Indonesia) tahun 2016 mencapai5,61 %selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6. Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten/Kota di Proinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Sumber : BPS Proinsi Jawa Tengah, 2016 b. Pencari Kerja yang Ditempatkan Persentase pencari kerja yang ditempatkan terhadap pencari kerja yang terdaftar dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi fluktuasi, yaitu pada tahun 2012 sebesar 32,66% terus naik hingga tahun 2014 menjadi sebesar 71,55%, namun pada tahun 2015 naik menjadi sebesar 78,00% dan tahun 2016 kembali turun menjadi sebesar 76,55%, secara rinci pencari kerja yang ditempatkan bisa dilihat pada Tabel

32 Tabel 2.5. Pencari Kerja yang Ditempatkan di Proinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Pencari Kerja yang Pencari Kerja yang Terdaftar Ditempatkan Persentase , , , , ,55 Sumber : Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Proinsi Jawa Tengah, 2016 c. Tingkat Produktiitas Tenaga Kerja Tingkat produktiitas tenaga kerja di Jawa Tengah selama periode Tahun cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp. 42,85 Juta hingga tahun 2015 terus naik menjadi sebesar Rp. 49,07 Juta, dan terjadi peningkatan pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp. 51,44 Juta. Meskipun demikian selama kurun waktu lima tahun mengindikasikan bahwa kualitas tenaga kerja di Jawa Tengah semakin produktif. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.6. PDRB ADHK Tahun 2010 per Tenaga Kerja di Proinsi Jawa Tengah Tahun Tahun PDRB ADHK 2010(juta Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja PDRB ADHK 2010/Tenaga Kerja (Juta Rupiah) , , , , , , , , , ,44 Sumber : BPS Proinsi Jawa Tengah, 2016 d. Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja (yang bekerja) Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja keluarga terhadap total kesempatan kerja (yang bekerja) di Jawa Tengah selama periode tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami penurunan yang mengindikasikan semakin meningkatnya pekerja formal 31

33 di berbagai sektor, yaitu pada tahun 2012 sebesar 55,40% dan pada tahun 2016 turun cukup signifikan menjadi sebesar 29,00%, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.7. Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja (yang bekerja) (%) di Proinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Proporsi Tenaga Kerja dan Pekerja Keluarga terhadap Total Kesempatan Kerja (%) , , , , ,00 Sumber : BPS Proinsi Jawa Tengah dan Pusdatinaker, 2016 (diolah) e. Rasio Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dibanding Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Pencapaian rasio UMK dibandingkan KHL di Jawa Tengah selama periode tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami peningkatan, bahkan pada tahun 2015 dan 2016 telah mencapai lebih dari 100%, yaitu pada tahun 2015 sebesar 100,33% dan tahun 2016 sebesar 100,32%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pendapatan tenaga kerja di Jawa Tengah telah memenuhi kebutuhan hidup layak, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.8. Rasio Rata-Rata Upah Minimum Kabupaten/Kota Dibanding KHL di Proinsi Jawa Tengah Tahun Tahun UMK (Rp/bln/orang) KHL (Rp/bln/orang) Rasio (%) , , , ,30 98, , ,32 100, , ,12 100,32 Sumber : Dinakertransduk Proinsi Jawa Tengah,

34 f. Jumlah Kepesertaan Jamsostek dalam Hubungan Industrial Tabel 2.9. Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Mengikuti Program Jamsostek di Proinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja Sumber : Dinakertransduk Proinsi Jawa Tengah, g. Jumlah pekerja/buruh sektor non formal yang menjadi peserta program Jamsostek Tabel Perkembangan Jumlah Pekerja Sektor Non Formal yang Mengikuti Program Jamsostek di Proinsi Jawa Tengah Tahun (orang) Tahun Jumlah Tenaga Kerja Sumber : Dinakertransduk Pro. Jateng,

35 2. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil a. Rasio/Persentase Penduduk ber KTP Kepemilikan KTP bagi penduduk wajib KTP di Proinsi Jawa Tengah dari tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 83,40% dan pada tahun 2016 hampir mencapai 100% sebesar 99,03%.Kenaikan tersebut dikarenakan penerapan kebijakan e-ktp dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat strategis tentang kepemilikan dokumen kependudukan dan pencatatan sipil. Sesuai UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, penyebutan e-ktp dirubah menjadi KTP-el, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.7 Persentase Kepemilikan KTP (KTP-el) di Proinsi Jawa Tengah Tahun Sumber : Dinakertransduk Proinsi Jawa Tengah, 2016 b. Persentase Penduduk Berakte Kelahiran Kepemilikan akte kelahiran penduduk usia 0 18 tahun di Jawa Tengah dari tahun 2012 ke tahun 2016 terus mengalami peningkatan, bahkan pada tahun 2014 meningkat sangat signifikan dari tahun 2013 sebesar 78,57% menjadi 81,37%. Kondisi ini disebabkan diberlakukannya UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, khususnya terkait peran aktif pemerintah dan masyarakat (semula menganut stelsel aktif masyarakat), pendaftaran akte berdasarkan azas domisili, dihapuskannya mekanisme sidang pengadilan untuk keterlambatan lebih dari satu tahun, pelayanan gratis (dikenakan denda keterlambatan mengurus sesuai dengan peraturan daerah di masing-masing kabupaten/kota), serta kerjasama lintas sektor (dengan rumah sakit bersalin, bidan dan pelayanan kesehatan lainnya).perkembangan kepemilikan akte lahir penduduk usia 0-18 tahun di Jawa Tengah tahun 2012hingga tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar

36 Gambar 2.8 Perkembangan Kepemilikan Akte Lahir Penduduk Usia 0-18 Tahun di Jawa Tengah Tahun Sumber : Dinakertransduk Proinsi Jawa Tengah,

37 c. Rasio Pasangan Berakte Nikah Tabel Rasio Pasangan Berakte Nikah Menurut Kabupaten/Kota di Proinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Sumber : Dinakertransduk Proinsi Jateng,

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN LAMPIRAN II KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 82 Tahun 2014 TANGGAL : 30 Desember 2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018 NAMA SKPD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

TRIWULAN IV DESEMBER Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

TRIWULAN IV DESEMBER Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan TRIWULAN IV DESEMBER 2016 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Kata Pengantar Buku Data dan Statistik Ketenagakerjaan, Ketransmigrasian dan Kependudukan Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntabilitas adalah salah satu tonggak penting era reformasi. UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juli 2016 KEPALA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juli 2016 KEPALA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR KATA PENGANTAR Ucapan puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, bahwa penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Provinsi Jawa Tengah 1 Dasar Hukum 2 1. Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah adalah proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juni 2017 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juni 2017 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR KATA PENGANTAR Ucapan puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, bahwa penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019 telah

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 No. 79/11/33/Th. XI, 06 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Halaman : RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 0 Formulir RKA-SKPD. Urusan Pemerintahan :.0. - PERTANIAN Organisasi :.0.0. - Dinas Peternakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA TENGAH, Membaca : Surat Kepala Dinas Tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

Rancangan Akhir Renstra Dinas Peternakan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancangan Akhir Renstra Dinas Peternakan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang No. 12 tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkenaan dengan telah disusunnya Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengamanatkan kepada Kepala Daerah untuk menyusun pembangunan daerah yang merupakan kesatuan dalam

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diharuskan untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) yang

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH,

GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran

Lebih terperinci

DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH JL. Pemuda No. 148 Telp. 3513366, 3515871 Psw. 1250 s/d 1254 1350 s/d 1352 SEMARANG Kode Pos 50132 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS TENAGA KERJA

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS TENAGA KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkenaan dengan telah disusunnya Perubahan Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Proses penyusunan dan penetapan Renstra SKPD tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada mekanisme perencanaan

1.1. Latar Belakang. Proses penyusunan dan penetapan Renstra SKPD tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada mekanisme perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta perangkat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA KERANGKA ACUAN KERJA Rakor Pengurangan Melalui Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tahun 2016 BIRO BINA SOSIAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 0 A. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA

PENEMPATAN TENAGA KERJA PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.

Lebih terperinci

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dinamika dan perkembangan sistem pemerintahan mengalami perubahan yang sangat pesat sejalan dengan perubahan paradigma yang berkembang di masyarakat. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan Halaman : 1 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 2017 Formulir RKA-SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 2.02. - Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

DATA BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

DATA BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DATA BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS A. KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN SDM PADA DINAKERTRANS PROV. JATENG a. BLKI Cilacap : 8 orang instuktur b. BLK Pertanian dan Trans Klampok

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 20 - VISI : Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing dan harmonis, masyarakat transmigrasi yang mandiri,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Tahun Anggaran ini tanpa kendala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah disingkat Disnakertrans Prov. Jateng merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan rencana Pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI (DISNAKERTRANS) JL. PELABUHAN II KM. 6 NO 703 TLP /FAX (0266) 226088 SUKABUMI 43169 EMAIL : DISNAKERTRANS_KABSMI@YAHOO.COM

Lebih terperinci

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG PERKIRAANALOKASIDANABAGI HASILCUKAIHASILTEMBAKAU BAGIANPEMERINTAHPROVINSIJAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATENjKOTADI JAWATENGAHTAHUNANGGARAN2016

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA KERJA BADAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS (RENJA SKPD) TAHUN 2015 HIDUP MUARA BELITI 2014 i DAFTAR ISI Kulit Muka Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB. I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 IR. SUGIONO, MP Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961 1 BBPTU HPT BATURRADEN Berdasarkan Permentan No: 55/Permentan/OT.140/5/2013 Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia dianggap sebagai titik sentral dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan dikendalikan oleh sumber

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Halaman : RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 05 Formulir RKA-SKPD. Urusan Pemerintahan :.. - KETAHANAN PANGAN Organisasi :..0. - Badan

Lebih terperinci