BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4. 1 GAMBARAN UMUM PT.INSE SEJARAH PERUSAHAAN PT.INSE adalah pecahan dari PT. KGD, pecahan PT. KGD yang lainnya antara lain adalah Indonesia Nippon Seiki, Toyo Denso Indonesia, Shindengen Indonesia, Honda Lock Indonesia, dan Mitsuba Indonesia. PT.KGD berdiri pada tahun 1979 dan berlokasi di Jl. Siliwangi Kelurahan Keroncong Kecamatan Jatiuwung Kota Tanggerang. Kemampuan PT. KGD telah diakui dimata masyarakat, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat ISO 9002, yaitu standar system mutu dan jaminan mutu terhadap pelanggan yang diterapkan pada bidang usaha produksi, perakitan dan pelayanan. Karena perkembangannya yang sangat pesat, PT. KGD dipecah menjadi 6 perusahaan pada juni 2002 yang kemudian diresmikan pada tahun PT. INSE berpusat di Negara Jepang dan sampai saat ini PT.INSE telah memiliki 34 cabang perusahaan dibeberapa Negara di luar Indonesia. 24

2 25 PT.INSE yang ada di Negara Indonesia merupakan anak cabang ke- 24. Beberapa cabang lainnya dari PT.INSE adalah di Jerman, Perancis, Inggris, Hongaria, China, India, Taiwan 2 perusahaan, Vietnam, Thailand 2 perusahaan, Singapura, Australia, dan di Benua Amerika 4 perusahaan sedang di Jepang sendiri ada 11 perusahaan. PT.INSE berdiri pada 11 September 2001, awal pelaksanaannya Juli PT.INSE didirikan dengan modal dasar USD, dengan luas tanah m2. Luas bangunan m2. jumlah karyawan mencapai 2000 orang dan berlokasi di Jl. Bhumimas I No.17 Desa Telaga, Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang ( Kawasan Industri Cikupamas ), Jakarta barat ( ±40 km dari barat Jakarta). PT.INSE adalah perusahaan yang didirikan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan para pembuat kendaraan roda 2 dan 4 diindonesia yang diharapkan akan memperluas perindustrian mobil. Pada awalnya, PT.INSE memulai industri moulding dan lampu yang diutamakan pada parts alat-alat penerangan kendaraan roda 2 dan 4, dan untuk tahap berikutnya adalah perencanaan pembuatan parts elektronik kendaraan roda 2 dan 4. Walau resminya PT.INSE baru berdiri selama11 tahun tetapi dalam waktu singkat PT.INSE sudah siap untuk menjadi salah satu perusahaan yang go internasional, bahkan melebihi usaha-usaha yang pernh dilakukan di PT.KGD, hal ini dibuktikan dengan selain mengadopsi dari sistem kerja dan manajemen kerja PT. KGD yang telah diakui dengan sertifikat ISO 9002, PT.INSE juga menggunakan berbagai macam metode-metode baru untuk meningkatkan volume produksinya dan kualitas produknya untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan memberikan pelayanan

3 26 yang menuaskan terhadap konsumen. Diantaranya adalah dengan menggunakan system produksi baru yaitu NAP (New Acces for Higher Produktivity). NAP merupakan salah satu cara meningkatkan produktivitas dengan mengurangi lost time dan lost mesin. Dengan adanya NAP, PT.INSE akan menghasilkan efektivitas yang tinggi, persaingan dan sistem produksi yang fleksibel dengan tingkat investasi yang rendah dalam memenuhi kebutuhan konsumen, penggunaan mesin-mesin produksi robotic yang canggih yang langsung diimpor dari Jepang. Untuk memenuhi standar mutu industry dan menunjang pelaksanaan perbaikan terus-menerus, perusahan juga menerapkan kaizen ( hari ini harus lebih baik dari hari kemarin ), penggunaan checklist pada seluruh bagian PT.INSE, penerapan 2S (Seiri dan Seiton) setiap hari untuk seluruh karyawan PT. INSE tanpa terkecuali untuk menjaga kenyaman dan kebersihan para pekerja terhadapan lingkungannya, adanya standar kerja dan instruksi kerja pada tiap stasiun kerja. Sistem produksi NAP tersebut adalah gerakan reformasi baru PT.INSE, yaitu : 1. Benar-benar menghilanhkan produksi NG (cacat) 2. Seminimal mungkin dapat mengurangi penggunaan modal investor Dengan demikian dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan menuju sistem produksi dengan harga bersaing. Bersamaan dengan dijadikannya Negara-negara Asia sebagai pusat produksi, PT.INSE mengharapkan untuk saling mengisi dalam memproduksi moulding dan lampu di wilayah Asia dan lebih memperkuat jaringan kerja di Asia. Dalam produksi lampu kendaraan PT.INSE tidak menjual lampu kendaraan tersebut secara eceran,

4 27 dapat dikatakan bahwa PT.INSE merupakan subkontak dari perusahaanperusahaan seperti Astra Honda Motor, Toyota, Suzuki, Mitsubishi, Kawasaki, Yamaha, dan lain-lain. Sehingga PT.INSE hanya memproduksi lampu kendaraan sesuai dengan permintaan pesanan customernya tersebut. Produk-produk dari PT. INSE ada juga yang diekspor ke luar negeri. Seluruh karyawan PT.INSE dengan kesadaran diri bersama-sama mengkomitmenkan diri untuk bekerja semaksimal mungkin untuk mengasilkan produk-produk yang berkualitas dengan melakukan continuous improvement terus-menerus VISI DAN KEBIJAKAN 1. Visi PT.INSE adalah MELEBIHI KECEPATAN CAHAYA 2. Sedangkan visi PT.INSE adalah MENGGAPAI INDONESIA-MENGGAPAI ASIA 3. Kebijakan Manajemen tahun Fiskal 2014 adalah Kepedulian KEPEDULIAN KERJA

5 28 Dengan Sikap terbuka dan fleksibel, marilah kita peduli akan tanggung jawab social, mengutamakan kepuasan pelanggan sebagai nomor 1, meningkatkan kemampuan teknik, pembuatan barang, dan kualitas kerja. Dengan point penting: VISION : Kebahagian terhadap kebersihan kerja merupakan tantangan kerja yang akan dating. SNAP : Tetap mempertahankan semangat baru dan keseriusan dalam bekerja. GLOBAL : Memanfaatkan kelebihan yang ada secara grobal untuk menciptakan inovasi. CAST FLOW : Investasi dilakukan atas biaya sendiri, dan pengembalian atas investasi tersebut harus lancar. QUALITY : Tidak membuat dan meloloskan produk barang NG. Teliti dan mampu mengendalikan setiap perubahan yang terjadi. 4. Kebijakan manajemen PT.INSE Tahun 2014 adalah Dengan peduli terhadap quality, cost, delivery, dan design menuju PERUSAHAAN NO.1 DI ASIA.

6 29 Lamp factory Dengan penuh percaya diri dapat memberikan hasil yang baik sehingga mendapatkan kepercayaan dan kepuasan dari pelanggan. Dengan cara: 1. Tidak membuat dan mengirim produk NG 2. Dengan sepenuh hati bertekad menghilangkan pemborosan dan membuat produk dengan harga yang paling murah. Mold factory Berfikir secara global terhadap produk-produk yang dibutuhkan Negara lain sebagai challenge terhadap produk dan design baru. Memperkuat teknologi mold die casting untuk memenuhi kebutuhan part PT.INSE Lead time pembuatan mold (design finishing) lebih cepat dari mold maker manapun. Adminitrasi Division Cepat, Tepat, dan benar dalam memberikan data ke tiaptiap seksi. Memelihara dan menjaga semua ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Memberikan data-data penting dengan cepat, tepat dan benar.

7 LOKASI PERUSAHAAN Jalan Bhumimas I No. 17 Kawasan Industri Cikupamas PO BOX 388, Tanggerang 15001, Banten Indonesia.

8 4.1.4 STRUKTUR ORGANISASI UTAMA PT.INSE 31

9 ASPEK PERSONALIA a. Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja yang berkerja pada PT.INSE saat ini adalah berjumlah ±2000 karyawan. Sebagai tambahan selain gaji pokok, perusahaan juga memberi berbagai macam tunjangan guna mendorong semangat kerja karyawan, tunjangan tersebut antara lain : Tunjangan Perumahan Tunjangan tranportasi Gaji lembur THR Bonus di awal tahun dan pertengahan tahun. b. Jam Kerja Jam kerja yang berlaku adalah sebagai berikut: Shift 1 : Masuk Kerja : : Istirahat : : Masuk kembali : : Istirahat : : Masuk kembali : : Istirahat : : Masuk kembali :

10 33 Shift 2 : Masuk Kerja : : Istirahat : : Masuk kembali : : Istirahat : : Masuk kembali : Shift 3 : Masuk Kerja : : Istirahat : : Masuk kembali : : Istirahat : : Masuk kembali : c. Sistem Penggajian Sistem penggajian dasarkan pada tingkat keahlian dan pendidikan tenaga kerja. Perusahaan menggolongkan tingkat pendidikan dari SD, SMP,SMA, sampai perguruan tinggi. Maksud penggolongan ini adalah untuk mengetahui kedudukan yang tepat bagi karyawan dalam bekerja. d. Kesejahteraan Karyawan Perusahaan memberikan beberapa fasilitas untuk menunjang kesejahteraan karyawan dan memberikan beberapa hal yang perlu diterima, antara lain :

11 34 Tunjangan Hari Raya (THR) Tunjangan kesejahteraan yang diberikan setiap menjelang hari raya. Mengikutsertakan karyawan dalam Asuransi Jaminan Hari Tua Tunjangan Kesejahteraan berupa pembayaran asuransi yang dibayarkan perusahaan kepada jasa asuransi. Fasilitas pengobatan dan kesehatan Cuti hamil Tunjangan ini berupa upah yang diberikan 100%, yang diberikan selama karyawan melakukan cuti Fasilitas Transportasi antar-jemput Memberikan pakaian seragam dan safety shoes. Kegiatan family gatering setiap setahun sekali ASPEK PRODUKSI a. Jenis Produk yang dihasilkan Jenis produk yang dihasilkan oleh PT.INSE adalah Assy lamp/ lampu assy untuk kendaraan roda 2 maupun roda 4. b. Bahan Baku Secara umum bahan baku yang digunakan dalam proses produksi secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :

12 35 1. Bahan baku utama ( untuk membuat lampu) Bijih plastic (PP,PMMA,PC,ASA,PET,dan PBT) 2. Bahan baku untuk membuat cetakan lampu ( Mould) Material Besi (S50C, HPM7,PCM30,KPM30,PX4,HPM PRO, dll) Part Standart (Ejector, Guide Bush,Guide Pin, Ejector Guide Bush, Ejector Guide Pin,dll) PROSES PRODUKSI Proses Produksi Produk Mold and Dies Plant Secara garis besar, divisi mould and dies plant memiliki business scope sebagai berikut : Kegiatan mould and die plant dibagi menjadi 2 kategori yaitu inplan yang artinya kegiatan yang ada didapatkan dari local informasi dan outplan yang artinya kegiatan yang ada didapatkan dari approved quotation and purchase order. Yang termasuk didalam ke-2 kategori tersebut adalah kegiatan-kegiatan seperti : repair mould and dies, modifikasi mould and dies, periodic maintenance mould and dies, renew mould and dies, dan pembuatan new mould and dies, yaitu sebagai berikut: Dimulai dari drawing assembly mould /dies yang akan dibuat tersebut disertakan juga partlist dari mould/ dies yang akan dibuat tersebut, setelah itu diajukan kepelanggan dan apabila belum disetujui

13 36 oleh pelanggan maka gambar drawing assembly tersebut akan diperbaiki lagi kemudian diajukan kepelanggan hingga disetujui oleh pelanggan setelah itu melangkah ke tahap selanjutnya yaitu membuat drawing part yang lebih mendetail dari mould/dies yang akan dibuat tersebut. Kemudian setelah drawing part selesai maka material bahan pembuat mould/dies itu disiapkan, kemudian instalasi program CAM pada mesin yang akan memproduksi mould.dies tersebut, selanjutnya adalah kegiatan machining dan quality control kemuadian di assembly dan masuk ketahap trial mould/dies. Jika dari trial tersebut mengasilkan produk (lampu) yang ok maka akan dilanjutkan ke tahap injeksi dan produksi ANALISA PEMBAHASAN MASALAH Pada bagian ini akan dilakukan analisa dan pembahasan mengenai analisis penggunaan metode MRP untuk menunjang kelancaran produksi di PT.INSE. PT.INSE merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan mould yang melakukan proses produksi jika terdapat pemesanan dari customer. Dalam persediaan bahan baku/ material dan part standard, bahan baku yang terdapat digudang tidak terlalu banyak dan hanya memperkirakan barang yang harus ada untuk persediaan seperti baut, mur, dowel pin, dll tanpa memperhitungkan jumlah barang yang digunakan untuk setiap produk(mould). Selain itu perusahaan juga menerapkan zero stock, dimana

14 37 tidak ada stock material bahan baku digudang karena seperti yang dijelaskan diatas bahwa perusahaan hanya jika ada pesanan saja, selain itu setiap pesanan mould/cetakan lampu pasti setiap ukuran mould akan selalu berbeda sesuai dengan ukuran lampu yang dipesan maka dari itu ukuran material yang digunakanpun akan selalu berbeda MASTER PRODUCTION SCHEDULE (MPS) Proses produksi yang dibahas pada penelitian ini adalah pada periode Maret 2014 Mei 2014 yang merupakan pesanan pada bulan Februari Pesanan ini harus sudah selesai berproduksi pada akhir bulan Mei 2014 dan merupakan pesanan yang bersifat terus menerus. Pada bulan Februari perusahaan memperoleh pesanan 1 set head lamp motor yang berjumlah 2 mould yang harus dipenuhi pada akhir bulan Mei Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan harus memproduksi 2 Mould. Berikut ini disajikan perincian skedul produksi mould selama periode Maret 2014 Mei Tabel 4.1. Skedul Produksi Mould PERIODE/MINGGU MARET APRIL MEI JUMLAH PRODUKSI =2mould 1 1

15 38 Tabel skedul produksi mould diatas menjelaskan tentang skedul pembuatan mould. Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa waktu untuk memproduksi 1 mould diperlukan waktu 2-3 bulan. Dibawah ini juga akan dijelaskan tabel skedul pembuatan mould. Tabel 4.2. Skedul Pembuatan 1 Mould PERIODE/MINGGU MARET APRIL M EI CAD O Δ CAM O Δ PROSES MESIN O Δ FINISHING O Δ ASSEMBLING O Δ TRIAL O Δ REPAIR O Δ Dari tabel diatas dijelaskan bahwa proses pembuatan 1 mould diperlukan waktu 2-3 bulan dengan detail proses seperti pada tabel 4.2. Pesanan dari customer adalah 2 mould dengan detail proses pembuatan sebagai berikut:

16 39 Tabel 4.3. Skedul Pembuatan 2 Mould PERIODE/MINGGU MARET APRIL M EI Mould 1 CAD O Δ CAM O Δ PROSES MESIN O Δ FINISHING O Δ ASSEMBLING O Δ TRIAL O Δ REPAIR O Δ Mould 2 CAD O Δ CAM O Δ PROSES MESIN O Δ FINISHING O Δ ASSEMBLING O Δ TRIAL O Δ REPAIR O Δ BILL OF MATERIAL (BOM) Bill Of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan MPS, yang memuat banyaknya bahan dan sub-sub bahan untuk merancang produk utama. Secara umum Bill Of Material (BOM) dari bahan mould adalah sama, perbedaannya adalah pada jumlah bahan dan ukuran material yang dibutuhan dalam pembuatan tiap mould. Berikut adalah tabel bahan baku untuk setiap mould.

17 40 Tabel 4.4. Bahan Baku Mould No. Jenis Bahan Baku Jumlah Item A Mould 2 B Material Terlampir C Part Proses Terlampir D Part Standar Terlampir Berikut adalah detail kebutuhan bahan baku per-mold Mold 1: Material Tabel 4.5. Material Mould 1 No Nama Part Material Jumlah Specifikasi 1 Upper Plate S50C 1 590x550x35 2 Seatle Block HPM x550x190 3 Moving Block PCM x550x190 4 Insert Core 1 HPM x140x200 5 Insert Core 2 HPM7 1 95x50x55 6 Support Plate S50C 1 460x550x55 7 Spacer Block S50C 2 73x550x25 8 Ejector Holder S50C 1 310x550x25 Plate 9 Ejector Backing S50C 1 310x550x30

18 41 Plate 10 Lower Block S50C 1 590x550x35 11 Sprue Bushing QDA61 1 Ø50x Locating Ring S50C 1 Ø120x24 13 Ejector Block 1 HPM x50x85 14 Ejector Block 2 HPM x55x Ejector Block 3 HPM x52x98 16 Guide Bush Spacer S50C 4 Ø60x45 17 Guide Pin Spacer S50C 4 Ø45x Lifting Core S50C 4 36x26x30 19 Setting Plate QKS x50x15 20 Support Pillar S50C 8 Ø50x95 21 Cover Acrilic 1 418x95x5 22 Buffle Board Brass 1 18x880x2 23 Jig For Insert Core S50C 1 75x110x40

19 42 Part Proses Tabel 4.6. Part Proses Mould 1 No. Nama Part Material Jumlah Specifikasi 1 Ejector Rectangular Punch Industri 5 ERHS 12-7,0-9, N150-T4 2 Shaft Block 1 Ejector Mizumi 4 SFNA P10- M8-N8-LKC 3 Shaft Block 2 Ejector Mizumi 4 SFNA P10- M8-N8-LKC 4 Shaft Block 3 Ejector Mizumi 2 SFNA P10- M8-N8-LKC 5 Runner Puller Punch Industri 1 EP4NL Part Standar Tabel 4.7. Part Standar Mould 1 No. Nama Part Material Jumlah Specifikasi 1 Guide Bush Punch Industri 4 GGBHE Guide Pin Punch Industri 4 GGPJL N50 3 Ejector Guide Bush Punch Industri 4 EEGBH 30-25

20 43 4 Ejector Guide Pin Punch Industri 4 EEGHC Return Pin Punch Industri 4 RRP8TL Coil Spring Mizumi 4 SSWF Oil Free Bushing Mizumi 10 MPFZ Counter Mizumi 1 CVPL 9 Screw Plug Punch Industri 20 MMSWT 3 10 Screw Plug Punch Industri 22 MMSWT 4 11 Cooling Joint Mizumi 8 JEMM Couple Cupla 8 3P 13 Shaft Mizumi 2 SFJT M8 14 Oring Punch Industri 12 OORP24 15 Dowel Pin Punch Industri 10 MMSTH Dowel Pin Punch Industri 4 MMSTH Dowel Pin Punch Industri 4 MMSTH Dowel Pin Punch Industri 2 MMSTH Eye Bolt Punch Industri 4 CCHI Bolt Punch Industri 2 CCB 4-25

21 44 21 Bolt Punch Industri 2 CCB Bolt Punch Industri 4 CCB Bolt Punch Industri 24 CCB Bolt Punch Industri 2 CCB Bolt Punch Industri 4 CCB Bolt Punch Industri 10 CCB Bolt Punch Industri 16 CCB Bolt Punch Industri 18 CCB Bolt Punch Industri 6 CCB Bolt Punch Industri 4 CCB Bolt Punch Industri 6 CCB Bolt Punch Industri 2 CCB Mold 2 : Material Tabel 4.8. Material Mould 2 No Nama Part Material Jumlah Specifikasi 1 Upper Plate S50C 1 700x600x40

22 45 2 Seatle Block KPM x600x165 3 Moving Block PCM x600x220 4 Spacer Block S50C 2 600x100x100 5 Ejector Holder Plate S50C 1 600x390x25 6 Ejector Backing Plate S50C 1 600x390x30 7 Lower Block S50C 1 700x600x35 8 Sprue Bushing QDA 61 1 Ø50x90 9 Locating Ring S50C 1 Ø120x24 10 Insert Cavity KPM x265x80 11 Setting Plate QKS x330x15 12 Slider PX4 2 68x100x60 13 Locking Block QKS x95x85 14 Guide Rail QKS x80x15 15 Base Plate QKS x108x10 16 Bush SKS 3 4 Ø30x Washer SKS 3 4 Ø40x10 18 Support Pillar S50C 10 Ø70x100

23 46 19 Holder Plate S50C 1 70x72x12 20 Buffle Board Brass 1 44x350x2 21 Holder LS S50C 1 70x20x40 22 Stopper LS S50C 1 20x45x42 23 Mold Lock S50C 2 70x20x10 Part Proses Tabel 4.9. Part Proses Mould 2 No. Nama Part Material Jumlah Specifikasi 1 Cavity Pin 1 Punch Industri 2 EP4NL Cavity Pin 2 Punch Industri 2 EP4NL Core Pin 1 Punch Industri 2 EP4NL Core Pin 2 Punch Industri 2 EP4NL Core Pin 3 Punch Industri 2 EP4NL Insert Slider Punch Industri 4 EP4NL Runner Puller Punch Industri 1 EP4NL

24 47 Part Standar Tabel Part Standar Mould 2 No. Nama Part Material Jumlah Specifikasi 1 Guide Bush Punch Industri 4 GGBHE Guide Pin Punch Industri 4 GGPJL N50 3 Ejector Guide Bush Punch Industri 4 EEGBH Ejector Guide Pin Punch Industri 4 EEGHC Return Pin Punch Industri 4 RRP8TL Coil Spring Punch Industri 4 SSWF Counter Mizumi 1 CVPL 8 Limit Switch Omron 1 Z-15GQ-B 9 Bolt Punch Industri 4 CCB Bolt Punch Industri 1 CCB Bolt Punch Industri 2 CCB Bolt Punch Industri 1 CCB Bolt Punch Industri 1 CCB Nut - 2 M6 15 Screw Plug Punch Industri 24 MMSWT 3

25 48 16 Screw Plug Punch Industri 20 MMSWT 6 17 O Ring Punch Industri 4 OORP20 18 Cooling Joint Mizumi 8 JEMM Couple Cupla 8 3P 20 Angular Pin Punch Industri 2 AAP16-122,5-N30-A11 21 Screw Plug Punch Industri 4 MMSW Screw Plug Punch Industri 4 MMSWPN Coil Spring Punch Industri 2 SSWF Bolt Punch Industri 8 CCB Bolt Punch Industri 2 CCB Bolt Punch Industri 12 CCB Bolt Punch Industri 4 CCB Bolt Punch Industri 4 CCB Shaft Mizumi 2 SFJT M8 30 Dowel Pin Punch Industri 2 MMSTH Eye Bolt Punch Industri 2 CCHI Bolt Punch Industri 2 CCB 5-16

26 49 33 Bolt Punch Industri 60 CCB Bolt Punch Industri 2 CCB Bolt Punch Industri 10 CCB Bolt Punch Industri 6 CCB Bolt Punch Industri 6 CCB Bolt Punch Industri 14 CCB Bolt Punch Industri 6 CCB Bolt Punch Industri 4 CCB Ejector Pin Punch Industri 30 EP4NL Gambar 4.2. BOM Bahan Baku Mould

27 LEAD TIME TIAP KOMPONEN Lead time untuk komponen yang diproduksi dihitung dari mulai proses produksi hingga perakitan sedangkan untuk komponen yang dibeli lead time mencangkup waktu antara diketahui adanya kebutuhan akan sebuah pesanan dan pesanan tersebut tersedia untuk diproduksi. tiap komponen pada pembuatan mould dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu material ( bahan baku untuk pembuatan part ), part proses ( part standar yang diproses mesin lagi ) dan part standar. Lead time untuk setiap kelompok komponen bahan baku adalah sama. Lead time untuk setiap kelompok komponen bahan baku dapat dilihat pada tabel Tabel Bahan Baku No. Jenis Bahan baku A Mould 12 Minggu B Material 2 Minggu C Part Proses 3 Minggu D Part standar 3 Minggu

28 51 Berikut adalah detail Lead time untuk setiap bahan baku Mold 1 : Material Tabel Material Mold 1 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 1 Upper Plate 1 1 Support Plate 1 1 Seatle Block 1 1 Spacer Block 2 1 Moving Block 1 1 Ejector Holder Plate 1 1 Insert 1 Core 2 1 Ejector Backing Plate 1 1 Insert 2 Core 1 1 Lower Plate 1 Jumlah Periode 1 12 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 2 Sprue Bushing 1 2 Ejector Block 2 2

29 52 2 Locating Ring 1 2 Ejector Block Ejector Block Jig Core Insert 1 Jumlah Periode 2 8 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 3 Guide Bush Spacer 4 3 Support Pillar 8 3 Guide Spacer Pin 4 3 Cover 1 3 Lifting Core 4 3 Buffle Board 1 3 Setting Plate 6 Jumlah Periode 3 28 Part Proses Tabel Part Proses Mold 1 Periode Nama Part Jumlah 4 Ejector Rectangular 5 4 Shaft Ejector Block 1 4

30 53 4 Shaft Ejector Block Shaft Ejector Block Runner Puller 1 Jumlah Periode 4 16 Part Standar Tabel Part Standar Mold 1 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 5 Guide Bush 4 5 Return Pin 4 5 Guide Pin 4 5 Coil Spring 4 5 Ejector Guide Bush 4 5 Oil Bushing Free 10 5 Ejector Guide Pin 4 5 Counter 1 Jumlah Periode 5 35 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 6 Screw Plug 20 6 Cooling Joint 8 6 Screw Plug 22 6 Couple 8

31 54 Jumlah Periode 6 58 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 7 Shaft 2 7 Bolt 4 7 O Ring 12 7 Bolt 24 7 Dowel Pin 10 7 Bolt 2 7 Dowel Pin 4 7 Bolt 4 7 Dowel Pin 4 7 Bolt 10 7 Dowel Pin 2 7 Bolt 16 7 Eye Bolt 2 7 Bolt 18 7 Bolt 2 7 Bolt 6 7 Bolt 2 7 Bolt 4 7 Bolt 2 7 Bolt 6 Jumlah Periode 7 134

32 55 Mold 2 : Material Tabel Material Mold 2 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 1 Upper Plate 1 1 Ejector Holder Plate 1 1 Seatle Block 1 1 Ejector Backing Plate 1 1 Moving Block 1 1 Lower Plate 1 1 Spacer Block 2 Jumlah Periode 1 8 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 2 Sprue Bushing 1 2 Locking Block 2 2 Locating Ring 1 2 Guide Rail 4 2 Insert Cavity 1 2 Base Plate 2 2 Setting Plate 1 2 Bush 4

33 56 2 Slider 2 2 Washer 4 Jumlah Periode 2 22 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 3 Support Pillar 10 3 Holder LS 1 3 Holder Plate 1 3 Stopper LS 1 3 Buffle Board 1 3 Mold Lock 2 Jumlah Periode 3 16 Part Proses Tabel Part Proses Mold 2 Periode Nama Part Jumlah 4 Cavity Pin Cavity Pin Core Pin Core Pin Core Pin Insert Slider 4

34 57 4 Runner Puller 1 Jumlah Periode 4 10 Part Standar Tabel Part Standar Mold 2 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 5 Guide Bush 4 5 Ejector Guide Pin 4 5 Guide Pin 4 5 Return Pin 4 5 Ejector Guide Bush 4 5 Coil Spring 4 Jumlah Periode 5 24 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 6 Counter 1 6 Bolt 2 6 Limit Switch 1 6 Bolt 1 6 Bolt 4 6 Bolt 1 6 Bolt 1 6 Nut 2 Jumlah Periode 6 13

35 58 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 7 Screw Plug 24 7 Cooling Joint 8 7 Screw Plug 20 7 Couple 8 7 Oring 4 Jumlah Periode 7 68 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 8 Angular Pin 2 8 Bolt 2 8 Screw Plug 4 8 Bolt 12 8 Screw Plug 4 8 Bolt 4 8 Coil Spring 2 8 Bolt 4 8 Bolt 8 Jumlah Periode 8 42 Periode Nama Part Jumlah Periode Nama Part Jumlah 9 Shaft 2 9 Bolt 6 9 Dowel Pin 2 9 Bolt 6 9 Eye Bolt 2 9 Bolt 14

36 59 9 Bolt 2 9 Bolt 6 9 Bolt 60 9 Bolt 4 9 Bolt 2 9 Ejector Pin 30 9 Bolt 10 Jumlah Periode RENCANA KEBUTUHAN MATERIAL KOTOR Setelah data mengenai master production schedule, daftar kebutuhan barang, catatan persediaan barang dan pembelian, serta lead time tiap komponen terpenuhi, langkah selanjutnya adalah membuat rencana kebutuhan material kotor. Rencana ini menunjukan kapan sebuah barang harus dipesan dari pemasok atau kapan produksi dari sebuah barang harus dimulai untuk memenuhi permintaan produk pada tanggal tertentu. Pada rencana kebutuhan material kotor diasumsikan tidak ada persediaan ditangan maupun penerimaan pesanan yang akan datang. Berikut ini disajikan rencana kebutuhan material kotor dari produksi mould pada periode maret-mei 2014.

37 60 Tabel Rencana Kebutuhan Kotor Mould Periode Maret-Mei 2014 PERIODE/MINGGU PEB MARET APRIL MEI Mould 1 1 RD 12 OD RD 8 OD RD 28 OD RD 16 OD RD 35 OD RD 58 OD RD 134 OD Mould 2 1 RD 8 OD RD 22 OD RD 16 OD RD 10 OD RD 24 OD RD 13 OD RD 68 OD RD 42 OD RD 146 OD

38 61 Keterangan Tabel : RD OD LT : Required date : Order date : RENCANA KEBUTUHAN BERSIH Rencana Kebutuhan Bersih (net requirements plan) dibuat setelah cacatan mengenai persediaan telah tersedia. Catatan tersebut adalah data mengenai persediaan awal bulan, dan data mengenai pemesanan bahan baku yang telah dieksekusi dan data pengirimannya. Sebuah rencana mengenai kebutuhan bersih meliputi kebutuhan kotor, persediaan ditangan, kebutuhan bersih, penerimaan dan pelepasan pesanan yang dijadwalkan untuk setiap barang. Berikut ini adalah tabel rencana kebutuhan bersih.

39 62 MOULD 1 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 1 Mould 1 : 2 Minggu Item : 1 ON HAND : 0 STARTING GR 12 SR Net Req. 12 PO Rec. 12 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 2 Mould 1 : 2 Minggu Item : 2 ON HAND : 0 ST ARTING GR 8 SR Net Req. 8 PO Rec. 8 PO Rel. 8..

40 63 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 3 Mould 1 : 2 Minggu Item : 3 ON HAND : 0 ST ARTING GR 28 SR Net Req. 28 PO Rec. 28 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 4 Mould 1 : 3 Minggu Item : 4 ON HAND : 0 ST ARTING GR 16 SR Net Req. 16 PO Rec. 16 PO Rel

41 64 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 5 Mould 1 : 3 Minggu Item : 5 ON HAND : 0 ST ARTING GR 35 SR Net Req. 35 PO Rec. 35 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 6 Mould 1 : 3 Minggu Item : 6 ON HAND : 0 ST ARTING GR 58 SR Net Req. 58 PO Rec. 58 PO Rel

42 65 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 7 Mould 1 : 3 Minggu Item : 7 ON HAND : 0 ST ARTING GR 134 SR Net Req. 134 PO Rec. 134 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 1 Mould 2 MOULD 2 : 2 Minggu Item : 1 ON HAND : 0 ST ARTING GR 8 SR Net Req. 8 PO Rec. 8 PO Rel. 8..

43 66 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 2 Mould 2 : 2 Minggu Item : 2 ON HAND : 0 ST ARTING GR 22 SR Net Req. 22 PO Rec. 22 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 3 Mould 2 : 2 Minggu Item : 3 ON HAND : 0 ST ARTING GR 16 SR Net Req. 16 PO Rec. 16 PO Rel. 16..

44 67 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 4 Mould 2 : 3 Minggu Item : 4 ON HAND : 0 ST ARTING GR 10 SR Net Req. 10 PO Rec. 10 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 5 Mould 2 : 3 Minggu Item : 5 ON HAND : 0 ST ARTING GR 24 SR Net Req. 24 PO Rec. 24 PO Rel

45 68 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 6 Mould 2 : 3 Minggu Item : 6 ON HAND : 0 ST ARTING GR 13 SR Net Req. 13 PO Rec. 13 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 7 Mould 2 : 3 Minggu Item : 7 ON HAND : 0 ST ARTING GR 68 SR Net Req. 68 PO Rec. 68 PO Rel

46 69 Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 8 Mould 2 : 3 Minggu Item : 8 ON HAND : 0 ST ARTING GR 42 SR Net Req. 42 PO Rec. 42 PO Rel Tabel Rencana Kebutuhan Bersih Item 9 Mould 2 : 3 Minggu Item : 9 ON HAND : 0 ST ARTING GR 146 SR Net Req. 146 PO Rec. 146 PO Rel Dari perhitungan MRP diatas dapat disusun sebuah daftar rencana kebutuhan komponen untuk mould selama bulan Maret-Mei 2014 sebagaimana dijelaskan oleh tabel berikut.

47 70 Tabel Kebutuhan Mould Periode Maret-Mei 2014 Item Komponen Kebutuhan Kotor Persediaan Kebutuhan Bersih A Mould 2-2 B Material Terlampir - Terlampir C Part Proses Terlampir - Terlampir D Part Standar Terlampir - Terlampir Dari kebutuhan bersih seperti pada tabel diatas maka ditentukan kapan waktu dan kualitas pembuatan, ataupun pemesanan bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi mould pada periode Maret- Mei 2014, seperti ditujukan pada tabel berikut. Tabel Daftar Pemesanan Bahan Baku Periode Maret-Mei 2014 KOMPONEN / ITEM PEBRUARI MARET ST ARTING APRIL MEI MOULD MOULD

48 71 Dari Daftar kebutuhan diatas maka dapat disusun sebuah daftar rencana kebutuhan komponen material seperti berikut : Tabel Daftar Kebutuhan Bahan Baku Periode Maret-Mei 2014 Item Mold 1 Mold 2 Periode Nama Jumlah Periode Nama Jumlah 1 4 Material Material Material Material Material Material Part Proses Part Proses Part Standar Part Standar Part Standar Part Standar Part Standar Part Standar Part Standar Part Standar 5 146

49 MENENTUKAN LOT LIZING ( JUMLAH PESANAN ) Perhitungan Lot Lizing bermanfaat untuk menentukan jumlah dan kapan dilaksanakannya produksi dengan biaya yang minimal, perhitungan ini berdasarkan pada kebutuhan bersih atau net requirement, ada beberapa alternatif untuk menentukan lot lizing ini dan alternatif itu dipilih berdasarkan jumlah biaya total terendah yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan produksi selama 3 bulan yaitu Maret, April, Mei Penentuan lot lizing ini bisa merubah jadwal produksi utama. Biaya pemesanan/ holding cost telah ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp ,00 dan biaya simpan untuk material adalah Rp ,00 per part/ minggu. Dalam penelitian ini akan ditetapkan 4 metode penentuan lot lizing, yaitu: LFL, EOQ, POQ, dan FOQ a. Metode Lot for Lot Teknik ini pemenuhan kebutuhan dilakukan disetiap periode, besar ukuran pemesanan adalah sama dengan kebutuhan bersih pada periode yang bersangkutan. Dalam metode ini produksi disesuaikan dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin atau bahkan tidak ada persediaan sehingga biaya yang timbul adalah biaya pemesanan saja

50 73 Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 1 : 2 Minggu Item : 1 ON HAND : 0 STARTING GR 12 8 SR Net Req PO Rec PO Rel Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 2 : 2 Minggu Item : 2 ON HAND : 0 STARTING GR 8 22 SR Net Req PO Rec PO Rel

51 74 Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 3 : 2 Minggu Item : 3 ON HAND : 0 STARTING GR SR Net Req PO Rec PO Rel Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 4 : 3 Minggu Item : 4 ON HAND : 0 STARTING GR SR Net Req PO Rec PO Rel

52 75 Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 5 : 3 Minggu Item : 5 ON HAND : 0 STARTING GR SR Net Req PO Rec PO Rel Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 6 : 3 Minggu Item : 6 ON HAND : 0 STARTING GR SR Net Req PO Rec PO Rel

53 76 Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 7 : 3 Minggu Item : 7 ON HAND : 0 STARTING GR SR Net Req PO Rec PO Rel Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 8 : 3 Minggu Item : 8 ON HAND : 0 STARTING GR 42 SR Net Req. 42 PO Rec. 42 PO Rel

54 77 Tabel Perhitungan Lot for Lot pada Item 9 : 3 Minggu Item : 9 ON HAND : 0 STARTING GR 146 SR Net Req. 146 PO Rec. 146 PO Rel Berdasarkan tabel diatas, jumlah biaya total yang dikeluarkan adalah : TC = 5 x ,00 = ,00 Jadi total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi mould pada periode maret-mei 2014 dengan menggunakan metode lot for lot adalah Rp ,00 Jika diketahui kebutuhan bersifat kontinyu (tiap bulan terjadi 4 permintaan produk mould / 2 mould tiap 2 minggu) maka total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah : Rp ,00 x 6 (6x order) = Rp ,00

55 78 b. Metode EOQ Dalam Metode ini produksi untuk setiap periode atau minggu dianggap konstan, tanpa memperhatikan jumlah kebutuhan perusahaan, selain menimbulkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, biaya kekurangan bahan dan produk juga dapat terjadi. Teknik EOQ ini didasarkan bahwa kebutuhan bersifat continue terhadap pola permintaan yang stabil. Rumus dari metode EOQ adalah Q = Error! Reference source not found. Dimana: Q D A H : Kualitas Pemesanan Ekonomis : Demand rata-rata per periode : Ongkos Pesan : Ongkos Simpan Dalam hal ini dapat dihitung tabel kebutuhan continue produk mould jika diketahui permintaan continue (tiap bulan terjadi 4 permintaan produk mould / 2 mould tiap 2 minggu)

56 79 Tabel Tabel Kebutuhan Bahan Baku Kontinyu Item Periode Perhitungan EOQ untuk produk mould adalah sebagai berikut. Q = Q =

57 80 Q = 36 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 136 = Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 1 : 2 Minggu Item : 1 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

58 81 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 136 = Order Cost = x 4 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 2 : 2 Minggu Item : 2 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

59 82 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 124 = Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 3 : 2 Minggu Item : 3 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

60 83 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 104 = Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 4 : 3 Minggu Item : 4 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

61 84 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 81 = Order Cost = x 5 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 5 : 3 Minggu Item : 5 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

62 85 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 48 = Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 6 : 3 Minggu Item : 6 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

63 86 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 78 = Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 7 : 3 Minggu Item : 7 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

64 87 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 108= Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 8 : 3 Minggu Item : 8 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

65 88 Order Cost (A) = Holding Cost (H) = S = 2 EOQ = 36 Holding Cost = x 132= Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan EOQ pada Item 9 : 3 Minggu Item : 9 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Total Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah : Rp ,00

66 89 c. Metode POQ Teknik POQ ini interval pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan sebagai permintaan pada periode diskrit. Interval pemesanan ini disebut Economic Order Interval (EOI). EOI = x EOQ Tabel Tabel Perhitungan EOI Item Demand/Tahun EOI EOI = x 36 = 1,8 ~ EOI = x 36 = 1,2 ~ EOI = x 36 = 0,7 ~ EOI = x 36 = 1,4 ~ EOI = x 36 = 0,6 ~ EOI = x 36 = 0,5 ~1

67 EOI = x 36 = 0,2 ~ EOI = x 36 = 0,9 ~ EOI = x 36 = 0,3 ~1 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 2 Holding Cost = x 40 = Order Cost = x 5 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 1 : 2 Minggu Item : 1 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

68 91 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 2 Holding Cost = x 110= Order Cost = x 5 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 2 : 2 Minggu Item : 2 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

69 92 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 1 Holding Cost = x 0 = 0 Order Cost = x 9 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 3 : 2 Minggu Item : 3 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

70 93 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 2 Holding Cost = x 40 = Order Cost = x 4 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 4 : 3 Minggu Item : 4 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

71 94 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 1 Holding Cost = x 0 = 0 Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 5 : 3 Minggu Item : 5 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

72 95 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 1 Holding Cost = x 0 = 0 Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 6 : 3 Minggu Item : 6 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

73 96 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 1 Holding Cost = x 0 = 0 Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 7 : 3 Minggu Item : 7 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

74 97 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 1 Holding Cost = x 0 = 0 Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 8 : 3 Minggu Item : 8 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel

75 98 EOQ = 36 Frekuensi Pesan = 24 Interval Pesan = 1 Holding Cost = x 0 = 0 Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan POQ pada Item 9 : 3 Minggu Item : 9 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Dari perhitungan POQ diatas, maka dapat dihitung total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah : Rp ,00 d. Metode Fixed Order Quantity (FOQ)

76 99 Dalam penelitian ini untuk metode FOQ diambil dari intuisi dengan mempertimbangkan permintaan rata-rata per-minggu sehingga diperoleh jumlah optimal untuk ditetapkan sebagai ukuran lot pemesanan. Permintaan rata-rata per-bulan : Tabel Tabel Permintaan rata-rata per-bulan Item Demand/Bulan

77 100 Holding Cost = x 39 = Order Cost = x 8 = Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 1 : 2 Minggu Item : 1 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 48 = Order Cost = x 6 = Total Biaya =

78 101 Tabel Perhitungan FOQ pada Item 2 : 2 Minggu Item : 2 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 81 = Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 3 : 2 Minggu Item : 3 ON HAND : 0

79 102 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 26 = Order Cost = x 6 = Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 4 : 3 Minggu Item : 4 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 81 = Order Cost = x 3 =

80 103 Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 5 : 3 Minggu Item : 5 ON HAND : 0 ST ARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 48 = Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 6 : 3 Minggu Item : 6 ON HAND : 0

81 104 START ING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 222 = Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 7 : 3 Minggu Item : 7 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 12 = Order Cost = x 3 =

82 105 Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 8 : 3 Minggu Item : 8 ON HAND : 0 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Holding Cost = x 12 = Order Cost = x 3 = Total Biaya = Tabel Perhitungan FOQ pada Item 9 : 3 Minggu Item : 9 ON HAND : 0

83 106 STARTING Total GR SR Net Req PO Rec PO Rel Dari perhitungan FOQ diatas, maka dapat dihitung total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah : Rp ,00

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH PT. INDONESIA STANLEY ELECTRIC

BAB II SEJARAH PT. INDONESIA STANLEY ELECTRIC BAB II SEJARAH PT. INDONESIA STANLEY ELECTRIC 1.1 Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Stanley Electric atau sering disingkat PT. ISE berdiri pada September 2001, dengan luas tanah 40.000 m, luas bangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini Gambar 4.25.Moving Plate - Pembuatan Spacer Plate 1 Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini digunakan untuk membuat jarak antara moving plate dengan lower plate. Tujuan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram pemecahan masalah dapat dilihat pada diagram 3.1 Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - Data Produksi - Data Kebutuhan bahan baku - Inventory Master

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Perusahaan Plastik X adalah perusahaan penghasil plastik injection process dengan orientasi pasar lokal, sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitasnya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

Studi Kasus. Tabel 1. Data Penjualan Periode. Penjualan Periode (Unit) Penjualan. (Unit)

Studi Kasus. Tabel 1. Data Penjualan Periode. Penjualan Periode (Unit) Penjualan. (Unit) Studi Kasus 1. Gambaran Perusahaan PT. TIGA PUTRA adalah sebuah perusahaan yang bergerak sebagai produksi sepatu. Perusahaan yang berada di Sidoarjo ini telah terkenal mampu memasarkan produk dengan baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisis Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaann Kebutuhan Material atau MRP dimulai setelah inputnya yaitu Jadwal Induk Produksi, Struktur Produk dan Catatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Teknik Part Period Balancing Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HUB TIPE SUPRA PADA PT ASTRA HONDA MOTOR

PENERAPAN SISTEM PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HUB TIPE SUPRA PADA PT ASTRA HONDA MOTOR PENERAPAN SISTEM PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HUB TIPE SUPRA PADA PT ASTRA HONDA MOTOR Yusuf Arifin ; Siti Nur Fadlillah 2 ABSTRACT Planning system of customer needs in Astra

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dengan tetap mempertahankan dari segi yang menguntungkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dengan tetap mempertahankan dari segi yang menguntungkan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin pesat pada era sekarang menjadikan suatu negara berada pada suatu kondisi dimana perdagangan bebas dan terbuka yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan biasanya dilakukan melalui pendekatan reaktif sbb : a. Reorder

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Kurnia Teknik adalah sebuah CV spesialis moulding dan juga menerima jasa CNC, EDM, INJECT, dan DIGIT. CV. Kurnia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha A B S T R A K Negara Indonesia saat ini masih menyandang status sebagai negara berkembang dan masih terus melakukan pembangunan besar-besaran di berbagai bidang. Termasuk pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) 2.1 Sejarah Perusahaan A. Sejarah Aisan Nasmoco Industri di Indonesia Pada tahun 1997, Aisan Co. Ltd mendirikan manufaktur anak perusahaan di Indonesia bekerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI Nama : Haga Ardila NPM : 23410094 Jurusan : Teknik mesin LATAR BELAKANG Perkembangan teknologinya dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. pecahan dari PT. KGD, pecahan PT. KGD yang lainnya antara lain adalah Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. pecahan dari PT. KGD, pecahan PT. KGD yang lainnya antara lain adalah Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Stanley Electric atau sering disingkat dengan PT. ISE adalah pecahan dari PT. KGD, pecahan PT. KGD yang lainnya antara lain adalah Indonesia

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP) PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Retro Gemilang Internasional Sidoarjo) 2009 Adib Fahrozi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN:

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN: ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN LINE CONVEYOR UNTUK MEMINIMALISASIKAN BIAYA PERSEDIAAN Juliana Program Studi Teknik Informatika,Universitas Indraprasta PGRI Email: Kallya_des@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT KYODA MAS MULIA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan spare part yang memiliki pasar sasaran baik untuk domestik maupun mancanegara. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

Ekonomi & Bisnis Manajemen

Ekonomi & Bisnis Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 12Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) PPB Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan sebuah perusahaan penghasil kertas yang dalam kegiatan produksinya, perusahaan tersebut menerapkan

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE ( TOR ) REPAIR JOURNAL SHAFT

TERM OF REFERENCE ( TOR ) REPAIR JOURNAL SHAFT JASA ASSEMBLY PENDAHULUAN/ LATAR BELAKANG Dalam pengoperasian PLTU Paiton unit 1 dan 2, terjadi beberapa kerusakan pada journal shaft assembly. Kerusakan tersebut antara lain terjadinya keausan pada journal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING 3.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses design molding plastik,penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Outlet Holcim Solusi Rumah Cilodong yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Outlet Holcim Solusi Rumah Cilodong yang 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Outlet Holcim Solusi Rumah Cilodong yang tepatnya beralamat di Jl Abdul Gani Raya, No.60, kelurahan Kalibaru, kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan zaman yang kian cepat dan kompleks persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan zaman yang kian cepat dan kompleks persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi perkembangan zaman yang kian cepat dan kompleks persaingan dunia industri akan semakin ketat maka setiap industri akan terus dituntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PROSES PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU PADA PRODUK LEMARI PAKAIAN

MEMPELAJARI PROSES PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU PADA PRODUK LEMARI PAKAIAN MEMPELAJARI PROSES PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU PADA PRODUK LEMARI PAKAIAN TIPE LP 7200 BEECH DI PT ATISHAR PANEL Nama : Heruji NPM : 32409787 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot.

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. XYZ Muhamad Adi Sungkono, Wiwik Sulistiyowati

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Taruna Jaya JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2013

Disusun Oleh : Taruna Jaya JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2013 Analisis Sistem Material Requirement Planning Pada Proses Perakitan Front Door RH Kijang Innova Di PT. TOYOTA Motor Manufacturing Indonesia Karawang Plant Disusun Oleh : Taruna Jaya 3040818 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama : Syaiful Ma arif NPM : 37412250 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Sebelum penggunaan MRP, perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI Analisis Perencanaan Pengadaan Material Bahan Bangunan pada PT Dhaha Jaya Persada Menggunakan Metode MRP (Material Requirements Planning) Guna Efisiensi Biaya Nazar J Kristiawan Dr. Lilia Pasca Riani,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan kendaraan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Studi Pendahuluan Dalam memulai penelitian ini, mula-mula dilakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan

Lebih terperinci