APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA"

Transkripsi

1 APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Alzara Zetiara NIM F

4 ABSTRAK ALZARA ZETIARA. Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). Dibimbing oleh DWI SETYANINGSIH. Pemanfaatan gliserin dan gel aloevera sebagai pelembab pada produk pembersih tangan antiseptik diharapkan akan memberikan kesan berbeda pada produk, sehingga produk dapat memberikan kesan lembab yang lebih lama di kulit. Tujuan umum penelitian ini yaitu mendapatkan produk handsanitizer terbaik dengan penambahan formulasi pelembab menggunakan gliserin dan gel aloevera, mengetahui efektivitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan dan mengetahui umur simpan produk handsanitizer. Formulasi bahan pelembab tersebut menghasilkan enam jenis formulasi. Berdasarkan hasil uji kesukaan (hedonik) panelis terhadap sampel produk pembersih tangan, telah didapatkan hasil formulasi pelembab dengan konsentrasi gliserin 0.1 % dan gel aloevera 0.5%. Formulasi tersebut memiliki karakteristik: ph 5.11; viskositas 6533 cp: densitas g/ml. Hasil uji mikroba diketahui bahwa produk handsanitizer mampu mengurangi cemaran mikroba pada tangan. Berdasarkan parameter kadar air dan etanol pada suhu 70 o C, pendugaan umur simpan produk handsanitizer dalam kemasan aluminium foil pada suhu ruang adalah selama 215 hari (7.16 bulan). Kata kunci: gel aloevera, gliserin, hedonik, pelembab, umur simpan ABSTRACT ALZARA ZETIARA. Application of Aloevera Gel and Glycerin as Moisturizer on Hand Cleaner Product (Handsanitizer). Supervised by DWI SETYANINGSIH. The use of glycerin and aloevera gel as moisturizer on antiseptic handsanitizer product is expected to give different impression to the product, so the product can give longer moist impression in the skin. The aims of this research are to obtain an antiseptic handsanitizer product with the addition of glycerin and aloevera gel formulation as moisturizer materials, to know the effectiveness of the product in reducing microbial contamination on hands and shelf life of handsanitizer product. There were six moisturizing formulations. Based on hedonic test, sixth formulation was the best moisturizing formulation which consisted of 0.1% glycerin and 0.5% aloevera gel. It was characterized by ph of 5.11; viscosity of 6533 cp; density of g/ml. Microbial test showed that the product was able to reduce microbial contamination in hand. Based on parameter of water dan ethanol content (70 o C) from shelf life analysis, the product can be stored at 25 o C or room temperature using aluminium foil packaging for 215 days (7.16 months). Keywords: aloevera gel, glycerin, hedonic, moisturizer, shelf life

5 APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handasanitizer) Nama : Alzara Zetiara NIM : F Disetujui oleh Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi Pembimbing I Diketahui oleh Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah pembuatan produk berbasis gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab, dengan judul Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dwi Setyaningsih STP, M.Si selaku pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si dan Bapak Drs. Purwoko, M. Si yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penuls sampaikan kepada Ibu Egnawati Sari dari Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, Ibu Rini Purnawati, S.TP, M.Si dari Laboratorium Teknologi Proses dan Ibu Dyah Purnawati dari Laboratorium Pengawasan Mutu yang telah membantu selama kegiatan penelitian di laboratorium. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah memberi dukungan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Hi. Raden Mansus, SE, Ibunda Hj. Mirza Triutami, SE, Adik Kharisma Putri dan Crisnina Handayani, Nenek Hj. Hayuna dan Hj. Musyah Mochtar serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Alzara Zetiara

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODOLOGI 2 Waktu dan Termpat Penelitian 2 Bahan 2 Alat 2 Metode Penelitian 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Karakteristik Produk 7 Uji Hedonik 9 Penentuan Produk Terbaik 13 Pengujian Efektivitas Produk 15 Pendugaan Umur Simpan 16 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 43

11 DAFTAR TABEL 1 Formulasi pelembab handsanitizer Hasil pengujian karakteristik formulasi handsanitizer Persentase kelembaban produk handsanitizer Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan Nilai-nilai laju persentase kadar air dan etanol suhu 70 o C DAFTAR GAMBAR 1 Alat pengukur kadar air dan etanol 7 2 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kejernihan handsanitizer 9 3 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekentalan handsanitizer 10 4 Persentase panelis skala 1-3 pada parameter kelengketan handsanititzer 11 5 Persentase panelis skala 1-3 pada parameter kelembaban handsanitizer 12 6 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan keseluruhan 13 7 Grafik persentase rata-rata kadar air dan etanol pada suhu 70 o C 18 8 Grafik hubungan In K dengan 1/T 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan 22 2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan 23 3 Hasil uji Friedman produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic Hasil uji lanjut one way anova produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic Nilai kepentingan uji hedonik 34 6 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan 35 7 Hasil uji efektivitas produk pembersih tangan 36 8 Hasil uji pearson correlation produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic Hasil uji lanjut one way anova pengujian efektivitas produk Dokumentasi Produk Hasil pengujian susut bobot, kadar air dan etanol pada suhu 70 o C dan 105 o C Grafik dan persamaan regresi susut bobot Grafik dan persamaan regresi kadar air dan etanol suhu 105 o C 42

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perilaku hidup sehat dan bersih apabila tidak diperhatikan dengan baik dapat menjadi ancaman bagi kegiatan masyarakat. Ancaman tersebut berupa masuknya penyakit ke dalam tubuh. Perilaku hidup sehat dan bersih dapat dimulai dengan ritual sederhana seperti kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun. Mencuci tangan dapat mencegah resiko penularan penyakit seperti influenza, diare bahkan SARS (Severe Acute Respository Syndrom) hingga 50% (Rhamadanti, 2004). Kegiatan membersihkan tangan dapat dilakukan menggunakan air, sabun, tissue, sapu tangan dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka alternatif dalam hal kepraktisan pun berkembang. Munculnya produk pembersih tangan (handsanitizer) merupakan perkembangan dari kegiatan mencuci tangan dan bentuk handsanitizer berupa gel menjadi sediaan yang cukup digemari. Handsanitizer memiliki komposisi terbesar bahan penyusunnya yaitu alkohol sebagai bahan antiseptik. Selain aman di gunakan pada kulit, alkohol merupakan antiseptik yang kuat dan menghambat pertumbuhan mikroba dengan cepat. Selain bahan antiseptik, bahan pelembab juga berperan penting dalam pembuatan handsanitizer. Bahan pelembab dapat mencegah atau mengurangi kekeringan kulit, mengurangi penguapan air baik dari kemasan saat produk dibuka dan mengikat air agar tetap lembab pada saat produk digunakan di tangan. Pelembab yang dapat digunakan yaitu gliserin. Sifat gliserin yang dapat menyerap air membuat gliserin dapat melembabkan kulit dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin juga digunakan untuk mengentalkan larutan dan melembabkan permukaan ketika dioleskan pada kulit ataupun rambut (Poedjiadi, 2006). Selain gliserin, gel aloevera dapat dijadikan bahan pelembab alami yang dapat meningkatkan fungsi pelembab pada kulit. Gel aloevera mampu menjaga kelembaban dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponenkomponen larut air (Reynold and Dweck, 1999). Pemanfaatan gel aloevera sebagai pelembab dalam berbagai bidang dengan model inovasinya khususnya pada produk pembersih tangan masih menjadi hal baru untuk diteliti. Aplikasi gel aloevera sebagai bahan pelembab dalam produk pembersih tangan selain dinilai lebih aman juga disebabkan masih sedikitnya penelitian mengenai aplikasi pelembab pada produk pembersih tangan. Oleh karena itu, gel aloevera dan gliserin menarik untuk diteliti dan dilakukan pengembangan untuk dijadikan sebagai pelembab pada produk pembersih tangan (handsanitizer). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi bahan pelembab dan sifat sensori terbaik pada produk handsanitizer dengan gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui efektivitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan dan mengetahui umur simpan produk handsanitizer.

14 2 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah formulasi gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab pada produk pembersih tangan menggunakan uji sensori dan pengujian karakteristik produk dilihat dari ph, viskositas dan densitas. Produk terbaik dari hasil uji hedonik dilakukan pengujian kelembaban menggunakan skin moisture analyzer, efektivitas produk dan umur simpan produk handsanitizer menggunakan kemasan aluminium foil pada penyimpanan suhu 25 o C, 35 o C dan 50 o C. Penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain tahapan formulasi pelembab pada produk handsanitizer, pengujian karakteristik produk, pengujian secara sensori, pengujian efektivitas produk dan pendugaan umur simpan. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2014 hingga April Penelitian dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, Laboratorium Teknologi Kimia dan ruang Organoleptik, Departemen Teknologi Industri Pertanian Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah carbomer, gel aloevera, gliserin, dan bioetanol. Carbomer digunakan sebagai bahan pembentuk gel (gelling agent), berperan dalam membentuk sifat kekentalan produk. Carbomer memiliki karakteristik bubuk berwarna putih, ringan dan mudah lengket jika terkena air. Gel aloevera dan gliserin digunakan sebagai pelembab yang akan menjaga kelembaban kulit tangan. Bioetanol merupakan etanol (golongan alkohol) yang diproduksi dari bahan alami dan bahan baku yang biasa digunakan untuk memproduksi bioetanol yaitu ubi kayu dan tetes tebu (molases). Bioetanol digunakan sebagai bahan yang bersifat antiseptik. Bahan tambahan yang digunakan yaitu minyak atsiri sebagai bahan pemberi aroma produk. Minyak atsiri yang digunakan yaitu minyak jeruk nipis dan minyak green tea yang diperoleh dari toko online shop Lansida. Selain minyak atsiri, bahan tambahan lain yang digunakan yaitu aquades, NaOH 1 N digunakan sebagai penetral carbomer, larutan garam fisiologis, media Plate Count Agar (PCA), dan swab cotton. Alat Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan produk pembersih tangan antara lain: neraca digital, gelas arloji, penangas, stopwatch, pipet volumetrik, labu ukur, sudip, pengaduk, kertas timbang, gelas piala, gelas ukur, magnetic stirer, dan alat pengaduk (homomixer), sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian

15 karakteristik produk antara lain: viskometer, ph-meter dan piknometer. Dalam pengujian efektivitas produk digunakan alat antara lain: inkubator dan autoklaf. 3 Metode Penelitian Pengambilan Gel Aloevera Jenis tanaman lidah buaya yang termasuk ke dalam suku Liliaceae yang paling banyak dimanfaatkan dan tumbuh di pekarangan adalah jenis Aloe barbadensis miller. Jenis tanaman lidah buaya tersebut mengandung 75 zat aktif yang dibutuhkan manusia. Tanaman ini memiliki ciri-ciri yaitu batang tidak terlihat jelas, bentuk daun lebar di bagian bawah dengan pelepah bagian atas yang cembung, lebar daun 6-13 cm dan duri berada di bagian pinggir daun dengan panjang daun cm. Pengumpulan dilakukan dengan cara daun lidah buaya dipotong sedekat mungkin dari batangnya, kemudian dibilas dengan aquades dan permukaannya dikeringkan. Pangkal daun lidah buaya dipotong sekitar satu cm dan bagian berduri sepanjang daun lidah buaya juga dipotong. Daun lidah buaya dikupas melalui sisi dimana duri lidah buaya telah dibuang sebelumnya. Pada penampang yang lebar dibelah memanjang menggunakan pisau hingga menjadi 2 bagian. Bagian yang berisi daging buah diletakkan menghadap keatas dan gel dikeruk dari atas ke bawah, dari ujung ke bagian pangkal lidah buaya. Tahap tersebut diulangi hingga beberapa kali sampai seluruh gel terlepas dari kulit lidah buaya. Gel lidah buaya segera diblender dan hasilnya berupa ekstrak kasar berbuih banyak segera dimasukkan ke dalam lemari es. Ekstrak kasar gel lidah buaya disaring sehingga hanya didapat cairannya saja. Formulasi Bahan Pelembab Formulasi bahan pelembab yang akan digunakan sebagai pelembab pada produk handsanitizer menggunakan gel aloevera, gliserin dan kombinasi keduanya. Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi rendah sebesar 0.1% dan konsentrasi tinggi sebesar 0.5%. Konsentrasi pelembab pada handsanitizer yang direkomendasikan berada pada kisaran 0.1% - 1%. Tabel 1 menjelaskan formulasi pelembab yang digunakan. Tabel 1 Formulasi pelembab handsanitizer Formulasi Konsentrasi Gliserin Konsentrasi Gel Aloevera A 0.1% - B 0.5% - C - 0.1% D - 0.5% E 0.5% 0.1% F 0.1% 0.5% Pembuatan Produk Pembersih Tangan Pembuatan produk pembersih tangan dilakukan dengan cara terlebih dahulu melarutkan carbomer sebanyak 0.5% dalam 450 ml aquades. Pelarutan carbomer ini dibantu dengan menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan pengadukan

16 4 ±1200 rpm selama 30 menit pada suhu o C. Carbomer yang telah larut sempurna pada air selanjutnya ditambahkan 7.5 ml basa NaOH 1 N secara perlahan untuk menetralkan larutan carbomer. Kemudian campuran diaduk secara manual selama ±5 menit hingga diperoleh gel yang kental dan bening. Formulasi bahan pelembab terlebih dahulu dilarutkan dalam bioetanol 95% sebanyak 675 ml kemudian ditambahkan ke dalam larutan. Setelah itu dihomogenkan dengan homomixer dengan kecepatan 2000 rpm selama satu jam pada suhu o C. Penambahan Aroma Minyak Atsiri Setelah didapatkan produk handsanitizer dengan formulasi bahan pelembab, tahapan terakhir yaitu penambahan minyak atsiri untuk meningkatkan aroma. Minyak atsiri yang digunakan yaitu campuran antara minyak jeruk nipis 0.1% dan minyak green tea 0.015% (Widyastuti, 2013). Karakteristik Produk Pengujian karakteristik produk handsanitizer meliputi viskositas, ph, dan densitas. Pengukuran viskositas menggunakan viscometer Brookfield. Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam gelas piala, kemudian pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Spindle yang digunakan adalah spindle nomor 4 dengan kecepatan sebesar 30 rpm. Nilai ph diperoleh dari pengukuran menggunakan alat ph-meter. Sampel sebanyak 10 g dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian diaduk untuk melarutkan sampel. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diukur menggunakan ph meter yang telah dikalibrasi. Densitas produk diukur menggunakan piknometer. Hal tersebut dilakukan karena sampel handsanitizer memiliki aliran sehingga masih dapat diukur bobot jenisnya menggunakan piknometer. Bobot piknometer kosong dan tutup ditimbang setelah itu diisi dengan sampel hingga penuh dan ditimbang kembali. Nilai densitas dihitung dengan rumus berikut: Densitas Sampel = bobot sampel(gr) bobot air (gr) x densitas air ( g ml ) Pengujian Sensori Produk (Hedonik) Uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan yang menggunakan minimal 30 panelis untuk panel tidak terlatih maupun panel konsumen (Setyaningsih, dkk., 2010). Uji hedonik dilakukan dengan ke enam formulasi tersebut terhadap responden sebanyak 30 orang. Parameter yang dinilai dalam pengujian hedonik meliputi kejernihan, kekentalan, kelengketan, kelembaban, dan penerimaan secara keseluruhan. Kemudian panelis akan memilih formulasi pelembab yang disukai berdasarkan kelima parameter tersebut. Formulir uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 2. Panelis uji hedonik kali ini dilakukan dengan panelis yang sebagian adalah wanita, hal ini dikarenakan wanita cenderung lebih peka dibandingkan laki-laki.

17 Penentuan Produk Terbaik Penentuan produk terbaik dilakukan dengan metode pembobotan Bayes dengan modifikasi (Soraya 2007). Metode pembobotan didasarkan pada hasil uji hedonik yang telah dilakukan. Parameter uji hedonik yang digunakan meliputi parameter kejernihan, kekentalan, kelengketan, kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan. Untuk menentukan produk terbaik maka setiap parameter uji hedonik diberikan skala 1 sampai 7 berdasarkan nilai kepentingannya. Semakin penting parameter tersebut maka nilai yang diberikan semakin besar. Nilai kepentingan kemudian dibobotkan dalam persen. Nilai kepentingan tiap parameter ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Pertimbangan-pertimbangan diputuskan melalui expert judgment. Nilai hasil analisis parameter uji hedonik diurutkan berdasarkan rangking terbaik. Peringkat terbaik diberi nilai terbesar dan peringkat terendah diberi nilai terkecil. Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat dikalikan dengan bobot setiap parameter kesukaan. Nilai total kemudian dirangking hingga diperoleh perlakuan terbaik. Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik non-parameterik. Analisis statistika deskriptif dilakukan terhadap semua data yaitu data hasil pengujian sensori, hedonik, viskositas, densitas, ph dan data hasil uji efektivitas produk. Analisis dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis statistik non-parametrik dengan uji Friedman dilakukan untuk menganalisis data hasil pengujian sensori dengan uji hedonik. Uji friedman adalah uji dalam statistik non parametrik yang mensyaratkan tidak ada ulangan bagi perlakuan yang diberikan terhadap unit-unit percobaan. Uji ini dilakukan apabila data-data hasil pengamatan berupa ranking (misalnya uji organoleptik), maka friedman test lebih tepat digunakan karena data berupa ranking tergolong tipe data ordinal (Santoso, 2002). Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu: H0 : Perbedaan formulasi pelembab tidak memberikan perbedaan antar sampel H1 : Perbedaan formulasi pelembab memberikan perbedaan antar sampel Pengujian Efektivitas Produk Setelah didapatkan formulasi produk terbaik dari hasil uji hedonik, sampel terbaik dilakukan pengujian efektivitas produk. Pengujian tersebut dilakukan menggunakan metode swab (Radji, 2010). Dalam melakukan pengujian, terlebih dahulu kedua telapak tangan responden dicuci dan diberikan suatu benda untuk dipegang agar kandungan bakteri di kedua telapak tangannya sama, kemudian dengan swab kapas steril yang telah dibasahi dengan larutan NaCl 0.85% diusapkan atau disapukan dengan cukup kuat pada telapak tangan responden, berlawanan arah dengan garis telapak tangan. Swab kapas tersebut kemudian dibilaskan ke dalam air pengencernya dan dilakukan pengenceran hingga Masing-masing pengenceran diambil 0.5 ml dan ditanam pada agar Plate Count 5

18 6 Agar dalam cawan petri. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam dan koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan dicatat. Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali kemudain dilakukan pengolahan analisis statistik parametrik dengan software SPSS Analisis statistik parametrik menggunakan Pearson Correlation karena lebih cocok digunakan untuk data berskala interval atau ratio untuk melihat perbedaan apakah kondisi tangan responden mempengaruhi jumlah mikroba pada tangan. Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu: H0 : Perbedaan kondisi responden tidak memberikan perbedaan jumlah bakteri pada tangan H1 : Perbedaan kondisi responden memberikan perbedaan jumlah bakteri pada tangan Pendugaan Umur Simpan Produk Handsanitizer Setelah didapatkan formulasi produk terbaik dari hasil uji hedonik, sampel terbaik dilakukan pengujian umur simpan. Pengujian dilakukan dengan sampel disimpan pada 3 suhu yang berbeda yaitu suhu 25 o C, 35 o C dan 50 o C. Sampel tersebut dikemas menggunakan kemasan aluminium foil dengan isi per kemasan sebanyak 20 ml. Pengujian untuk ketiga suhu dilakukan pada waktu yang berbeda. Penyimpanan pada suhu 25 o C dilakukan pada 6 titik penyimpanan yaitu pada waktu 0, 6, 12, 18, 24 dan 30 hari. Penyimpanan pada suhu 35 o C dilakukan pada 9 titik penyimpanan yaitu pada waktu 0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28 dan 32 hari. Penyimpanan pada suhu 50 o C dilakukan pada waktu 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28 dan 30 hari. Pendugaan umur simpan pada ketiga suhu dilakukan dengan melihat susut bobot pada sampel dengan cara sampel beserta kemasannya ditimbang sebelum dan sesudah penyimpanan. Menurut Larasati (2012), pengukuran susut bobot dilakukan secara gravimetri yaitu membandingkan selisih bobot sebelum penyimpanan dengan sesudah penyimpanan. Kehilangan bobot selama penyimpanan dapat dihitung berdasarkan rumus: Susut Bobot % = W Wa x 100% W Keterangan: W : Bobot bahan awal penyimpanan dengan kemasan (g) Wa : Bobot bahan akhir penyimpanan dengan kemasan (g) Sesudah penyimpanan, kemasan dibuka dan sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram untuk melihat persentase kadar etanol maupun air yang masih tersisa pada suhu 70 o C dan 105 o C. Persentase tersebut dapat dilihat menggunakan moisture analyzer atau alat pengukur kadar air dengan metode oven dengan cara dipanaskan dan diukur kandungan bahan yang menguap. Bahan menguap sebagian besar terdiri dari air dan etanol yang merupakan bahan terbesar penyusun handsanitizer. Alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

19 7 Gambar 1 Alat pengukur kadar air dan etanol Pengujian susut bobot, kadar air dan kadar etanol pada suhu 70 o C dan 105 o C untuk ketiga suhu penyimpanan dilakukan dengan metode duplo kemudian diambil rata-rata dari hasil tersebut. Analisis laju persentase susut bobot, persentase kadar air dan etanol pada suhu 70 o C dan 105 o C dapat dilakukan dengan mengukur nilai energi aktivasi (Ea) pada suhu T ( o K) menggunakan persamaan arhenius sebagai berikut: k = k 0. e -Ea/RT atau dilogaritmakan menjadi: In k = In k 0 (Ea/RT) Keterangan: k = konstanta laju penurunan/peningkatan pada suhu T k 0 = konstanta (tidak tergantung suhu) Ea = energi aktivasi (J/mol) R = konstanta gas ideal (8.314 J/K/mol) T = suhu absolut (K) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Produk Setelah didapatkan ke enam formulasi dan kontrol, dilakukan pengujian karakteristik sampel yang dilihat dari parameter kekentalan, ph dan densitas. Pengujian karakteristk sampel tersebut dilakukan sebelum diujikan secara hedonik ke panelis untuk mengetahui sifat kimia produk terhadap kulit. Berikut hasil pengujian karakterisitik sampel dilihat dari parameter ph, viskositas dan densitas. Tabel 2 Hasil pengujian karakteristik formulasi handsanitizer Parameter Satuan Sampel formulasi handsanitizer A B C D E F K ph Viskositas cp Densitas g/ml

20 8 Produk handsanitizer yang termasuk kedalam produk personal care diharapkan memiliki nilai ph atau derajat keasaman produk pada rentang atau sesuai dengan nilai ph kulit manusia (Tranggono dan Latifa, 2007). Berdasarkan data nilai ph pada Tabel 2, nilai ph tiap sampel terletak pada rentang 5-6. Jika dibandingkan dengan handsanitizer merk X sebagai kontrol, nilai ph sampel tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukan bahwa nilai ph masih dapat diterima terutama oleh kulit karena masih dalam batasan yang diharapkan. Hal yang berpengaruh pada nilai ph produk pembersih tangan adalah basa penetral yang digunakan (Widyastuti, 2013). Basa penetral yang digunakan dalam pembuatan produk handsanitizer ini adalah larutan NaOH 1 N. Penambahan basa penetral berfungsi untuk menetralkan carbomer yang direaksikan dengan air dalam suasana asam sehingga produk handsanitizer sesuai dengan ph kulit manusia yaitu pada rentang Penggunaan carbomer pada sampel handsanitizer mempengaruhi viskoitas yang dihasilkan dan penggunaan carbomer aman sebagai penggunaan topikal. Berdasarkan Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No 6 mengenai Pengentalan (2008), viskositas polimer asam akrilat akan meningkat bila mengalami netralisasi. Polimer asam akrilat memiliki viskositas yang lebih tinggi dalam air daripada dalam pelarut. Selain itu, viskositas juga akan mengalami peningkatan jika konsentrasi polimer asam akrilat yang digunakan meningkat. Carbomer adalah istilah yang digunakan untuk serangkaian polimer asam akrilat yang tersusun dari monomer asam akrilat. Carbomer memiliki karakteristik berwarna putih, bubuk halus dan banyak digunakan dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi. Kelebihan carbomer sebagai gelling agent yaitu mudah terdispersi di dalam air membentuk larutan koloid yang bersifat asam dan berwarna bening. Selain itu, dalam konsentrasi yang kecil (0.5%-2%) dapat dijadikan basis gel dengan konsistensi yang cukup dapat memberikan penampilan yang baik pada masing-masing formulasi sediaan (Rowe, 2006). Pada penelitian ini, carbomer yang digunakan dalam pembuatan formulasi gel handsanitizer sebesar 0.5%. Menurut Meilianti (2009), kisaran viskositas gel etanol yang dapat mengalir yaitu 2381 cp hingga cp. Berdasarkan pengukuran kekentalan, keenam formulasi diatas masih berada dalam rentang viskositas gel yaitu 2381 cp hingga cp. Karaktersitik produk handsanitizer juga dilakukan pengukuran densitas. Penetapan densitas bertujuan untuk menentukan atau mengidentifikasi suatu zat, baik dalam bentuk padat maupun cair. Produk handsanitizer merupakan salah satu produk yang berbahan baku bioetanol. Bioetanol memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan air. Semakin tinggi densitas produk maka kadar bioetanolnya semakin rendah (Widyastuti, 2013). Berdasarkan data pada Tabel 2, hasil pengujian sampel dan kontrol terletak pada rentang g/ml. Jika dibandingkan dengan kontrol yang berupa produk handsanitizer yang telah ada di pasaran dengan nilai densitas g/ml, sampel masih memenuhi kriteria sebagai produk pembersih tangan yang mengandung etanol. Nilai densitas ini dapat diartikan sebagai persentase kandungan etanol yang cukup sebagai bahan antiseptik.

21 9 Uji Hedonik Produk 1. Kejernihan Parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh larutan. Parameter ini menandakan homogenitas bahan telah tercampur secara sempurna. Adanya partikel yang tersuspensi, emulsi atau gelembung udara dapat mempengaruhi kejernihan. Pada parameter kejernihan dilakukan pengujian hedonik terhadap keenam formulasi dan sampel kontrol. Sampel kontrol merupakan produk handsanitizer merk X dimasukkan ke dalam penilaian parameter kejernihan. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala yaitu agak jernih-jernih-sangat jernih. % Tingkat kesukaan Panelis 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 33,33% 26,67% 6,67% 43,33% 36,67% 0% 46,67% 30% 10% 43,33% 26,67% 33,33% Gambar 2 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kejernihan handsanitizer. Perbedaan konsentrasi pelembab berpengaruh nyata terhadap kejernihan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kejernihan yaitu formulasi B dibandingkan formulasi D. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi B mendapatkan persentase tingkat kesukaan kejernihan tertinggi, sedangkan formulasi D mendapatkan persentase terendah sehingga formulasi B memiliki perbedaan paling signifikan dibandingkan formulasi D. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bahan pelembab gliserin yang dinilai lebih jernih oleh panelis jika dibandingkan pelembab gel aloevera. 2. Kekentalan Parameter yang dapat dilihat secara visual yang menentukan produk mudah dikeluarkan atau tidak serta mudah tumpah atau tidak. Kekentalan mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel ketika digunakan pada kulit. Pengujian hedonik untuk parameter kekentalan agak berbeda dengan pengujian parameter kejernihan. Pada parameter kekentalan diberi kontrol yaitu produk handsanitizer merk X sebagai pembanding karena parameter kekentalan merupakan parameter yang 30% 6,67% 16,67% 20% 0% 0% 50% 26,67% K A B C D E F Formulasi Skala 5 Skala 6 Skala 7 10%

22 10 memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi yang kental atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala yaitu agak kental-kental-sangat kental. %Tingkat kesukaan panelis 50,00% 45,00% 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 20,00% 30,00% 3,33% 36,67% 33,33% 6,67% 26,67% 13,33% 20,00% 20,00% 0,00% 0,00% 43,33% 6,66% 6,67% 30,00% 26,67% A B C D E F Formulasi Skala 5 Skala 6 Skala 7 3,33% Gambar 3 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekentalan handsanitizer. Perbedaan konsentrasi pelembab berpengaruh nyata terhadap kekentalan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kekentalan yaitu formulasi B dibandingkan dengan formulasi C, D dan E. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi B mendapatkan persentase tingkat kesukaan kekentalan tertinggi dibandingkan formulasi C, D dan E. Hal ini juga sesuai dengan uji viskositas menggunakan viskometer brookfield bahwa formulasi B mendapatkan nilai viskositas agak tinggi yaitu sebesar 6233 cp. Menurut Widyastuti (2013), panelis lebih menyukai formulasi handsanitizer yang agak kental agar produk tidak mudah tumpah saat produk digunakan atau dituang ke tangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekentalan suatu larutan adalah kehadiran zat lain. adanya bahan tambahan seperti suspensi meningkatkan viskositas cairan (Bird, 1993). Adanya bahan tambahan yaitu bahan pelembab gliserin yang ditambahkan pada formulasi B memiliki tingkat kekentalan yang disukai oleh panelis. 3. Kelengketan Parameter kelengketan dilakukan dengan menyentuhkan sampel ke tangan kemudian dinilai kesan lengket yang dirasakan. Pengujian parameter kelengketan diberikan penilaian terhadap ke enam formulasi sampel dengan sampel kontrol sebagai pembanding. Penggunaan kontrol yaitu produk handsanitizer merk X pada parameter kelengketan diberikan karena parameter ini memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi yang lebih lengket atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala yaitu sangat tidak lengket-tidak lengket-agak tidak lengket.

23 11 % Tingkat persentase panelis 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 33,33% 33,33% 30,00% 30,00% 26,67% 26,67% 26,67% 26,67% 23,33% 16,67% 16,67% 13,33% 10,00% 6,66% 3,33% 3,33% 0,00% 0,00% A B C D E F Formulasi Skala 1 Skala 2 Skala 3 Gambar 4 Persentase panelis (skala suka 1-3) pada parameter kelengketan handsanitizer. Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap kelengketan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kelengketan yaitu formulasi D dibandingkan dengan formulasi C, E dan F. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi D mendapatkan persentase tingkat kesukaan ketidaklengketan tertinggi yang disukai panelis dibandingkan formulasi C, E dan F. Secara umum panelis lebih menyukai sampel produk yang tidak lengket setelah penggunaan produk (Widyastuti, 2013). Berdasarkan hasil uji hedonik, formulasi D adalah formulasi yang disukai panelis karena mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar 70% dengan rincian 33.33% panelis menilai formulasi D memiliki kesan tidak lengket. Hal ini disebabkan karena bahan pelembab gel aloevera 0.5% memiliki tingkat kelengketan lebih rendah dibanding sampel dengan bahan pelembab gliserin dan kombinasi keduanya. 4. Kelembaban Kelembaban merupakan parameter yang dapat dilihat secara langsung dengan mengoleskan sampel ke tangan kemudian memberikan penilaian terhadap kesan lembab. Kesan lembab tersebut digunakan untuk mengetahui lamanya sampel kering di tangan setelah beberapa menit pemakaian sampel. Pengujian parameter kelembaban menggunakan kontrol sebagai pembanding karena parameter ini memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi yang lebih lembab atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala yaitu sangat lebih lembab-lebih lembab-agak lebih lembab.

24 12 %Tingkat kesukaan panelis 50,00% 45,00% 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 43,33% 30,00% 26,67% 33,33% 30,00% 26,67% 26,67% 26,67% 23,33% 20,00% 20,00% 20,00% 10,00% 6,66% 6,66% 3,33% 0,00% 0,00% A B C D E F Formulasi Skala 1 Skala 2 Skala 3 Gambar 5 Persentase panelis (skala suka 1-3) pada parameter kelembaban handsanitizer. Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap kelembaban sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kelembaban yaitu formulasi F dibandingkan dengan formulasi A, B dan C. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi F mendapatkan persentase tingkat kesukaan kelembaban tertinggi yang disukai panelis dibandingkan formulasi A, B dan C. Berdasarkan hasil uji hedonik, panelis menyukai sampel handsanitizer dengan kelembaban yang tinggi agar kesan lembab pada tangan masih dapat dirasakan setelah beberapa menit pemakaian. Sampel yang terdiri dari bahan bioetanol yang termasuk kedalam golongan alkohol memiliki sifat yang mudah menguap dan cepat kering jika digunakan pada kulit. Oleh karena itu diperlukan bahan pelembab agar pemakaian handsanitizer masih memberikan kesan lembab lebih lama dan tidak cepat kering. 5. Penerimaan Secara Keseluruhan Parameter penerimaan secara keseluruhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk berdasarkan penilaian dari parameter-parameter sebelumnya. Penilaian keseluruhan panelis ini akan memberikan kesimpulan sampel produk yang disukai (Widyastuti, 2013). Parameter penerimaan secara keseluruhan, semua sampel dilakukan pengujian hedonik termasuk sampel keenam formulasi dan sampel kontrol. Sampel kontrol dimasukkan kedalam penilaian parameter penerimaan secara keseluruhan karena dapat dipastikan bahwa panelis menyukai sampel yang ditandai dengan pemberian nilai yang tinggi. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala yaitu agak suka-suka-sangat suka terhadap formulasi.

25 13 %Tingkat persentase panelis 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 46,67% 50,00% 36,67% 36,67% 26,67% 23,33% 30,00% 30,00% 30,00% 26,67% 20,00% 26,67% 20,00% 26,67% 10,00% 0,00% 3,33% 6,67% 3,33% 6,66% 6,66% K A B C D E F Formulasi Skala 5 Skala 6 Skala 7 Gambar 6 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter penerimaan secara keseluruhan handsanitizer Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap penerimaan secara keseluruhan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter penerimaan secara keseluruhan yaitu formulasi D dibandingkan dengan formulasi F. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi F mendapatkan peringkat tertinggi untuk formulasi handsanitizer yang disukai panelis sedangkan formulasi D mendapatkan peringkat terendah sehingga kedua formulasi tersebut berbeda signifikan. Penentuan Produk Terbaik Penentuan produk terbaik didapatkan dari metode pembobotan Bayes yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil menunjukkan bahwa formulasi F dengan kombinasi pelembab gliserin 0.1% dan gel aloevera 0.5%. Formulasi tersebut mendapat nilai tertinggi dari perhitungan Bayes yaitu sebesar 6.23 dengan parameter kejernihan, kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan mendapatkan peringkat tertinggi. Ketiga parameter tersebut mendapat persentase berturut-turut sebesar 87%, 80% dan 83%. Namun disisi lain, berdasarkan hasil metode pembobotan bayes formulasi F mendapatkan persentase tingkat kesukaan untuk parameter kelengketan terendah yaitu sebesar 43.33%. Hal ini disebabkan jika kombinasi pelembab digabungkan akan meghasilkan kelengketan yang tinggi. Formulasi F yang menjadi formulasi terbaik selanjutnya digunakan untuk mengukur kelembaban kulit dengan alat skin moisture analyzer. Pengukuran dilakukan terhadap 5 panelis dengan menempelkan alat tersebut pada telapak tangan sebelah kanan untuk mengetahui persentase kelembabannya. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian sampel. Standar baku mutu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 261 yaitu kelembaban ideal berkisar antara 40-

26 14 60%. Persentase kelembaban sebelum dan sesudah pemakaian sampel dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3 Persentase kelembaban produk handsanitizer No Panelis Pemakaian Sebelum Sesudah % 46,.9% % 52.4% % 46.0% % 48.7% % 50.6% Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa kelembaban telapak tangan meningkat setelah pemakaian sampel handsanitizer. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel handsanitizer membuat kulit lebih lembab sesudah pemakaian. Hasil yang didapatkan sesudah pemakaian sampel masih dalam kisaran kelembaban ideal kulit yaitu 40-60%. Sampel handsanitizer yang digunakan merupakan sampel yang memiliki tingkat kelembaban tertinggi. Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gelnya yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu lembab. Keadaan tersebut disebabkan sifat gel lidah buaya yang mampu meresap ke dalam kulit, sehingga dapat menahan kehilangan cairan yang terlampau banyak dari dalam kulit (Suryowidodo, 1988). Kandungan lignin di dalam gel lidah buaya mampu melindungi dan menjaga kelembaban kulit. Lignin merupakan senyawa polifenol yang banyak ditemukan pada tumbuhan dan memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Gugus hidroksil tersebut dapat mengikat air dan memungkinkan penyerapan air pada kulit (Fengel D dan Wagener G, 1995). Selain itu, gliserin memilik sifat higroskopis yang dapat melembabkan kulit dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin merupakan pelembab yang baik karena dapat berfungsi sebagai penarik, penahan, penyimpan dan penyuplai sumber air pada celah lapisan permukaan kulit. Kemampuan mengikat air oleh gliserin disebabkan oleh adanya tiga gugus hidroksil yang dimilikinya, sehingga gliserin mampu mengikat air lebih besar dibandingkan jenis gula lain. Penambahan konsentrasi gliserin yang semakin besar menyebakan air yang diikat semakin banyak, karena gliserin memiliki kemampuan mengikat/menahan air (Barnett, 1972). Hal tersebut menyebabkan gliserin dan gel aloevera memiliki kemampuan sebagai bahan pelembab dan menjadi kombinasi pelembab terbaik yang disukai panelis. Namun kombinasi bahan pelembab tersebut menyebabkan lengket di tangan. Hal tersebut disebabkan karena gliserin akan berinteraksi dengan lignin menyebabkan senyawa yang lebih besar dan gugus hidroksil pada kedua kandungan pelembab tersebut bertemu sehingga menyebabkan kelengketan yang kurang disukai oleh panelis.

27 15 Pengujian Efektivitas Produk Pengujian efektivitas produk menggunakan uji swab. Bakteri yang didapatkan dari hasil usapan pada setengah telapak tangan dan sela-sela jari pada tangan kanan. Jumlah bakteri didapatkan dengan membagi total koloni yang tumbuh pada media Plate Count Agar dengan luas permukaan tangan (cm²). Luas permukaan telapak tangan adalah 180 cm² dan luas permukaan sela-sela jari adalah 41 cm² (Supeni 2009). Luas permukaan tangan yang diambil adalah setengah dari jumlah luas telapak tangan dan sela-sela jari, maka luas permukaan tangan yang diambil adalah cm². Hasil dibandingkan dengan jumlah normal bakteri pada tangan yaitu sebesar 847 CFU/cm² pada telapak tangan dan 223 CFU/cm² pada jari-jari tangan (Fierer 2008), sehingga total bakteri normal ratarata adalah 1070 CFU/cm². Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Widyastuti (2013), hanya setengah dari luas permukaan yang diambil usapan, sehingga hasil normal rata-ratanya adalah 535 CFU/cm². Tabel 4 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan Kondisi responden Ulangan jumlah bakteri (CFU/cm²) rata-rata (CFU/cm²) 10 ¹ 10 ² Cuci tangan + pakai air biasa Cuci tangan + pakai handsanitizer merk X Cuci tangan + pakai handsanitizer Kondisi responden sebelum dilakukan pengujian diharuskan mencuci tangan terlebih dahulu sehingga mikroba di tangan sebagian besar telah menurun, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Girou et al. (2002) membuktikan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%. Berdasarkan uji statistik parametrik pada Lampiran 8 didapatkan nilai (P<0.05), maka disimpulkan tolak H o dan terima H 1. Hal tersebut dapat diartikan perbedaan kondisi responden mempengaruhi cemaran mikroba pada tangan. Berdasarkan hasil kondisi tangan responden mempengaruhi jumlah cemaran mikroba pada tangan, selanjutnya dilakukan uji lanjut one way anova untuk mengetahui perbedaan paling signifikan diantara ketiga kondisi tangan responden. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 9, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan rata-rata kondisi tangan responden yaitu kondisi responden dengan cuci air biasa dan cuci tangan menggunakan formulasi handsanitizer, sedangkan untuk cuci tangan menggunakan handsanitizer X tidak memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan cuci air biasa dan cuci menggunakan formulasi handsanitizer.

28 16 Pendugaan Umur Simpan Produk Handsanitizer Umur simpan suatu produk adalah rentang waktu antara produk mulai dikemas atau diproduksi sampai digunakan dengan mutu yang masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi (Robertson, 2010). Pendugaan umur simpan pada produk handsanitizer menggunakan formulasi F yang menjadi formulasi terbaik dari hasil uji hedonik. Sampel tersebut dilakukan pengamatan terhadap perubahan pada suhu 25 o C, 35 o C dan 50 o C dengan parameter susut bobot, persentase kadar air dan etanol pada suhu 70 o C dan 105 o C. Perubahan susut bobot diamati selama penyimpanan dengan tujuan untuk mengetahui besar bobot produk yang hilang ketika penyimpanan dengan suhu normal dan suhu tinggi. Selain penyusutan bobot, penyusutan kadar air dan etanol juga menjadi parameter pengujian umur simpan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui persentase penurunan kadar air dan etanol yang menguap pada suhu 70 o C dan 105 o C. Produk handsanitizer yang memiliki komposisi bahan sebagian besar tersusun dari air dan etanol memiliki karakteristik mudah menguap. Etanol akan mudah menguap pada suhu 70 o C, sedangkan air akan menguap pada suhu o C. Namun pada produk handsanitizer, karena air dan etanol telah bercampur dan sulit untuk dibedakan, maka pada suhu 70 o C tidak murni etanol yang menguap dan pada suhu 105 o C tidak murni air yang menguap. Oleh karena itu pengujian diukur kadar air dan etanol pada suhu 70 o C dan 105 o C untuk mengetahui persentase penurunan kadar air dan etanol yang menguap. Pengukuran kadar air dan etanol menggunakan alat moisture analyzer. Alat tersebut memiliki prinsip kerja sama dengan oven, namun memiliki kelebihan dibandingkan dengan oven yaitu lebih akurat, terkalibrasi dan pengukuran dapat dilakukan dengan cepat. Pendugaan umur simpan produk menggunakan persamaan arhenius untuk mengetahui apakah produk masih layak diterima oleh konsumen. Persamaan arhenius menunjukkan laju reaksi terhadap suhu penyimpanan. Keadaan suhu penyimpanan sebaiknya tetap dari waktu ke waktu (Syarief dan Halid, 1993). Penentuan persamaan arhenius bertujuan untuk mengetahui berapa lama produk dapat disimpan dalam penyimpanan suhu yang diinginkan. Penyimpanan produk handsanitizer pada ketiga suhu tersebut mneggunakan kemasan alumnium foil 20 ml. Foil adalah bahan kemas dari logam, berupa lembaran aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0.15 mm. Foil mempunyai sifat hermetis, fleksibel dan tidak tembus cahaya. Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Foil dengan ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap. Sifat alufo yang tipis dapat diperbaiki dengan memberi lapisan plastik atau kertas menjadi foil-plastik, foil-kertas atau kertas-foil-plastik (Syarief et al., 1989). Aluminium foil didefinisikan sebagai aluminium murni (derajat kemurnian tidak kurang dari 99.4%) yang dapat diperoleh dalam bentuk campuran yang berbeda-beda. Kemasan aluminium foil digunakan sebagai bahan pengemas primer produk handsanitizer karena barrier aluminium foil yang baik dengan dua lapis yakni plastik dan aluminium tipis. Kemasan primer tersebut akan melindungi produk dengan baik dan tahan lama (Puspasafitri, 2014).

29 Persentase Susut Bobot Pada perhitungan susut bobot, jika persentase susut bobot diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis lurus meningkat. Data rata-rata penyusutan bobot sampel pada suhu 25 o C, 35 o C dan 50 o C dapat dilihat pada Lampiran 11. Grafik peningkatan susut bobot dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan grafik peningkatan susut bobot, garis linier antara suhu 35 o C dan 50 o C terlihat berimpit sehingga tidak dapat dilihat perbedaan jelas diantara kedua suhu tersebut. Hasil koefisien determinasi (R 2 ) untuk peningkatan susut bobot sebesar Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar nilai X dapat menjelaskan nilai Y atau seberapa nilai X dapat mempengaruhi nilai Y. Pada grafik hubungan In K dan 1/T yang diperoleh dari persamaan arhenius dapat dilihat pada Lampiran 12 juga menunjukkan hasil grafik yang kurang baik dan nilai In K berada diluar garis linier. Oleh karena itu data peningkatan susut bobot tidak dijadikan sebagai acuan pendugaan umur simpan. Persentase Kadar Air dan Etanol pada Suhu 105 o C Pada persentase kadar air dan etanol pada suhu 105 o C, jika persentase kadar air dan etanol diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis lurus menurun. Hasil persentase kadar air dan etanol pada suhu 105 o C menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dari parameter susut bobot. Grafik penurunan kadar air dan etanol tersebut dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada grafik suhu 25 o C dan 35 o C berimpit dan tidak dapat dilihat perbedaan diantara kedua penurunan suhu tersebut. Hal ini juga didukung dari grafik persamaan arhenius dari grafik hubungan In K dengan 1/T yang didapatkan hasil koefisien determinasi (R 2 ) rendah yaitu sebesar Berdasarkan grafik persamaan arhenius pada Lampiran 13 terlihat bahwa koefisien determinasi (R 2 ) yang didapatkan sebesar Koefisien determinasi menunjukkan bahwa keragaman dari nilai In kurang baik dijelaskan oleh model regresi linier tersebut sehingga parameter kadar air dan etanol pada suhu 105 o C tidak dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan pendugaan umur simpan. Persentase Kadar Air dan Etanol Pada Suhu 70 o C Pada persentase kadar air dan etanol pada suhu 70 o C, jika persentase kadar air dan etanol diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis lurus menurun. Persentase tersebut dilakukan dengan interval waktu yang berbeda selama 32 hari ditunjukkan pada Gambar 7 dibawah ini: 17

30 18 % Kadar air dan etanol 100,00% 98,00% 96,00% 94,00% 92,00% 90,00% 88,00% 86,00% Lama Penyimpanan (hari) Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50 Gambar 7 Grafik persentase rata-rata kadar air dan etanol pada 70 o C selama penyimpanan Berdasarkan grafik diatas, pola persentase kadar air dan etanol pada ketiga suhu penyimpanan dapat dikatakan sama, yakni menurun selama penyimpanan dan mengikuti garis linier. Pola grafik diatas dapat dikatakan baik karena ketiga grafik tidak berhimpit dan terlihat jelas perbedaan pola penurunan ketiga grafik tersebut. Oleh karena itu, parameter kadar air dan etanol pada 70 o C dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan pendugaan umur simpan. Pendugaan umur simpan menggunakan persamaan arhenius dengan melihat laju persentase kadar air dan etanol pada suhu 70 o C dapat dilakukan dengan mengukur nilai energi aktivasi (Ea) pada suhu T ( o K). Tabel 5 memuat data-data yang digunakan untuk menentukan laju persentase kadar air dan etanol. Nilai k didapat dari kemiringan garis persamaan regresi. Grafik persamaan arhenius yang menjelaskan hubungan In K dengan 1/T (K) dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 5 Nilai-nilai laju penurunan persentase kadar air dan etanol pada suhu 70 o C Suhu Persamaan Regresi In K 1/T ( O K) Persamaan Arhenius 25 o C Y = X In k = (1/T); R 2 = o C Y = X o C Y = X Ea k 0 (J/mol) , ,0031 0, ,0032 0, ,0033 0, ,5 In K -1-1,5-2 -2,5 1/T (K) Linear (1/T (K)) y = -5460x R² = Gambar 8 Grafik hubungan In K dengan 1/T (K)

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni secara in vitro. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI

APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental laboratorium dan eksperimental survey.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental laboratorium dan eksperimental survey. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan eksperimental survey. B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris post test with control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rempah basah (bawang putih, bawang merah, lengkuas, kunyit, dan jahe) serta rempah kering (kemiri, merica,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Pembuatan sirup rosella dilakukan di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun 2017 diawali dengan persiapan ekstrak pegagan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro. Formulasi

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. B. Populasi dan Sampel 1. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1) Total bakteri Rancangan penelitian total bakteri menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan waktu penyimpanan selama 0, 3, 6, 9, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Ikan teri (Stolephorus sp) asin kering yang dijadikan sampel berasal dari

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Prosedur Penelitian BAB III METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan Agustus dan November 2011, yang berlokasi di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Februari 2012, bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan hand sanitizer ini memiliki beberapa tahapan proses yaitu pembuatan ekstrak, pembutan hand sanitizer dan analisa hand sanitizer, adapun alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 21 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai april 2011 sampai dengan juni 2011 di Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta) BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang. 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris 3.2 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Fatokimia Fakultas Farmasi UH & Laboratorium Mikrobiologi FK UH 3.3 WAKTU PENELITIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf 24 L yang merupakan alat hasil rancangan tugas akhir angkatan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi. 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian perbedaan jenis kemasan terhadap total bakteri dan sifat organoleptik ikan Pari asap yang diproduksi di Bandarharjo Semarang adalah eksperimen

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter 1 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang diambil termasuk jenis eksperimen dalam ruang lingkup teknologi pangan yang ditunjang dengan studi literatur. B. Tempat dan Waktu Tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci