BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor fisik, kimia terlebih dahulu agar diperoleh gambaran kondisi mikroklimat tanah gambut pada areal penelitian. Hal ini disebabkan karena keberadaan Mikroartropoda tanah sangat dipengaruhi oleh interaksi kondisi fisik dan kimia lingkungannya... Faktor Fisika, Kimia Hasil pengukuran faktor fisik, kimia yang dilakukan pada area penelitian pada parameter suhu tanah, ph, kadar air dan kadar bahan organik tanah disajikan pada tabel dibawah ini. label. Hasil Pengukuran Faktor Fisik, Kimia Tanah Pada Areal Penelitian Parameter Fisik Permukaan Tanah Dalam Tanah Kimia Bervegetasi Tidak Bervegetasi Bervegetasi Tidak Bervegetasi Suhu 6,6,8 5,6 6, ph,6,5,5,60 Kadar Air 69,0 6,6,0 0,58 Bahan Organik 9, 89,9 9,5 9,98 6

2 Dari tabel diatas terlihat bahwa kondisi faktor fisik kimia pada permukaan tanah dan di dalam tanah menunjukkan adanya perbedaan yang kecil. Begitu juga dengan hasil pengukuran kondisi fisik, kimia antara biotop bervegetasi dan tidak bervegetasi menunjukkan adanya perbedaan yang kecil. Hasil pengukuran suhu tanah menunjukkan kondisi permukaan tanah pada biotop bervegetasi lebih tinggi (6,6 C) dibandingkan dalam tanah (5,6 C) Sedangkan suhu pada permukaan tanah pada biotop tidak bervegetasi lebih tinggi (,8 C) dibandingkan dengan dalam tanah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang sampai pada permukaan tanah akan lebih besar dibandingkan dengan dalam tanah. Perbedaan dapat juga disebabkan oleh terbentuknya naungan dari kanopi vegetasi yang terbentuk menyebabkan sinar matahari tidak langsung menembus permukaan tanah. Hasil pengukuran ph tanah menunjukkan bahwa kondisi areal penelitian sangat masam, dengan kisaran ph pada ke dua biotop,60 -,5. Rendahnya nilai ph dapat disebabkan oleh tingginya konsentrasi ion-ion H* sebagai hasil dan proses dekomposisi an aerob oleh mikroorgisme tanah seperti Bakteri dan Fungi yang menghasilkan asam-asam humic (Buckman and Brady, 98). Dengan nilai ph yang sangat rendah tentu sangat mempengaruhi kehidupan Mikroartropoda tanah, sekaligus sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembanganya.

3 Hasil pengukuran kadar air tanah menunjukkan bahwa tanah gambut mempunyai kemampuan yang besar dalam menyimpan air tanah. Menurut Buckman and Brady (98) menyebutkan bahwa tanah gambut mampu menyimpan air -5 kali volume tanah gambut itu sendiri. Pada areal penelitian kisaran kadar air tanah baik pada permukaan dan dalam tanah baik biotop bervegetasi maupun tidak bervegtasi menunjukkan nilai 6,6 -,0. Hasil pengukuran kadar bahan organik tanah menunjukkan kadar yang tinggi yaitu berkisar antara 89,9-9,5. Kadar bahan organik pada areal penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan yang besar antara biotop bervegetasi dengan tidak bervegetasi, begitu juga antara permukaan dan dalam tanah. Tongginya bahan organik pada tanah gambut merupakan kharakteristik yang dimiliki oleh tanah gambut. Dimana gambut meruapakn kumpulan bahan organik sebgai hasil dekomposisi serasah yang bersal dari tumbuhan atau hewan yang telah mati (Buckman and Brady, 98). Hasil pengamatan dan identifikasi terhadap komposisi dan keanekaragaman Mikroartropoda tanah yang ditemukan selama penelitian disajikan pada pada bagian berikut ini... Komposisi Mikroartropoda Tanah Pengamatan terhadap Mikroartropoda tanah dilakukan pada biotop bervegetasi dan tidak bervegetasi di tanah gambut troposaprik dilakukan pada Mikroartopoda tanah permukaan dan dalam tanah. 8

4 Komposisi Mikroartropoda tanah disajikan dengan membuat daftar jenis, cacah individu dan proporsi. Dimana proporsi menyajikan cacah individu tiap jenis dengan jumlah total seluruh individu yang ditemukan, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komposisi jenis dan cacah individu serta proporsi Mikroartropoda tanah antara permukaan dan dalam tanah. Begitu juga komposisi Mikroartropoda tanah antara biotop bervegetasi dan tidak bervegatasi menunjukkan komposisi yang berbeda baik cacah jenis, individu maupun proporsi. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel dibawah ini. 9

5 Tabel. Komposisi Mikroartropoda Permukaan Tanah pada Biotop Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi pada Tanah Gambut Pada Areal Peneitian. No. Daftar Jenis Biotop. Collembola -Isotomidae -Entomobrydae Sminthurus sp Onychiurus sp. Hymenoptera -Formicidae -Cephidae -Pampilidae Xantoplmpla sp. Araneida -Tomisius sp -Tetranaghta sp -Oxyopes javanus -Plexippus sp. Coleoptera -Scotylidae Ophionea sp -Elatiridae 5. Acarina -Mesostigmata -Criptostigmata -Prostigmafa -Astigmata 6. Orthoplera 'Acrida sp -Grylus sp -Blatidae. Diptera -Cecidomydae -Simuliidae -Phoridae Leptogaster sp -Chironomidae 8. Hemiptera -Anthocoridae -Reduviidae -Pentatomidae Bervegetasi Tidak Bervegetasi Cacah Ind. Proporsi Cacah Ind. Proporsi ,, 8, 0,89 0, 8,5 8,9 5,5,58,69 0, 0,6,69,6 0i89,6,56 0,6 0,,0,56,, 0,89 0,6 0, 0, 0, 0,89 0,6 9. Isopoda,56-0. ' Homoptera -Aphididae -Cycadidae Nilaparpata sp. Lepidoptera -Pyralidae Hellotis sp 0, 0, 0, 0,6 0,. Anura 0, ,08 6,5,9,,,6,,05,,85,58,85,05,05,,58 0,9,96, 0,5,58,05,05 0,5 0,6 0,9 0,5 0,6 0,5 0,6 0,6 Jumlah

6 Dari tabel diatas terlihat bahwa komposisi jenis Mikroartropoda pada tanah gambut troposaprik yang ditemukan pada permukaan tanah selama penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara biotop bervegetasi dengan tidak bervegetasi. Pada Biotop bervegetasi cilterwul^arv W\\Vkroai^rQ\iQ^a. tau^u sejumlah ordo dengan cacah jenis 6 spesies dengan total individu 6. Sedangkan pada biotop tidak bervegtasi ditemukan ordo dengan cacah jenis spesies dengan total individu sebanyak 8. Karena keterbatasan dalam melakukan identifikasi terhadap jenis yang ditemukan maka perhitungan cacah jenis digabungkan dengan memperhitungkan jumlah kelompok pada klasifikasi famili. Perbedaan komposisi Mikroartropoda pada tanah gambut troposaprik antara biotop bervegetasi dengan biotop tidak bervegetasi diduga disebabkan oleh adanya tanggapan yang berbeda terhadap kondisi mikroklimat lingkungan. Menurut Wallwork (90) Mikrortropoda tanah mempunyai toleransi yang berbeda terhadap faktor fisikokimia lingkungan. Perbedaan ini dapat juga disebabkan oleh kandungan materi organik antara biotop bervegetasi dengan tidak bervegetasi. Kondisi Vegetasi pada suatu habitat sangat mempengaruhi keberadaan Mikroartropoda, karena sebahagian besar Mikroartropoda merupakan Fitophagus yang mengkonsumsi serasah yang berasal dari tumbuhan yang telah mati (Borror and Delong, 95). Kompoisi Mikroartropoda tanah yang dijumpai menunjukkan adanya perbedaan pada cacah jenis yang ditemukan. Pada Biotop ben/egetasi jenis

7 Collembola menempati proporsi yang tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. Hal ini disebabkan oleh Collembola sangat toleran terhadap kondisi tanah masam. Russell (988) menyebutkan bahwa Collembola merupakan Mirkroartropoda tanah yang paling melimpah baik jumlah maupun keanekaragamannya serta memilii agihan yang luas. Selanjutnya Takeda (98) menyebutkan bahwa Collembola merupakan Mikroartropoda yang dominan pada habitat tanah.selain itu Collembola menyukai habitat permukaan tanah yang banyak mengandung serasah dari jatuhan daun, ranting serta bagian tumbuhan lainnya. Hymenoptera merupakan Mikroartropoda selain Collembola yang dijumpai dalam jumlah yang besar. Pada biotop tidak bervegetasi Ordo Hymenoptera menempati jumlah proporsi yang besar dibandingkan dengan ordo lainnya. Umumnya jenis-jenis dari Ordo Hymenoptera berasal dari Famili Formicidae yang mempunyai proporsi 0, %. Hal ini disebabkan oleh Formicidae lebih menyukai tempat yang terbuka tanpa naungan vegetasi, karena Formicidae umumnya bertindak sebagai pemangsa kelompok serangga lainnya (Suin, et al., 990); (Borror and Delong, 95). Sedangkan ordo-ordo Mikroartropoda lainnya dijumpai dalam jumlah yang kecil, seperti Ordo Araneida, Acarina, Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Hemiptera, Lepidoptera dan Anura juga ditemukan pada permukaan tanah. Hal ini disebabkan oleh peran Mikroatropoda yang bertindak sebagai dekomposer pada tingkatan trofik pada suatu habitat (Walwork, 90).

8 Tabel. Komposisi Mikroartropoda Dalam Tanah pada Biotop Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi pada Tanah Gambut Pada Areal Penelitian. No. Daftar Jenis Biotop. Acarina -Mesostigmata -Criptostigmata -Prostigmata -Astigmata Coliembollao -Isotomidae Lepldhipanus sp Sminthurus sp Onychiurus sp Hypograstudae. Coleoptera -Ophionea sp Scotylidae Bervegetasi Tidak Bervegetasi Cacah Ind. Proporsi Cacah Ind. Proporsi , 0,,6 0,5,,9 5, 0, 5,9,9, ,9 0,66 6,5 0, 8,8,,, 5,5,8.5. Diptera -Cecidomydae -Phoridae -Bombyliidae 5. Orthoptera -Blatidae -Grylus sp Acrida sp 6. Hymenoptera -Formicidae -Cephidae -Pampilus sp Xantopimpla sp. Araneida -Tomisius sp -Tetranaghta sp -Oxyopes sp -Salcitidae 8. Hemiptera -Reduviidae -Pentatomidae -Anthocoridae ,5,6 0,,5,09,09,9 0,8,6,09 0,5,09 0,,09 5 0,, 0,6,0,0,, 0,,5. 0,.8, 9 " Isoptera 6,6, 0. Homoptera -Aphididae 0,5 -. Symphyla 0, Neuroptera - -, Jumlah

9 Dari tabel diatas terlihat bahwa komposisi jenis Mikroartropoda pada tanah gambut troposaprik yang ditemukan pada dalam tanah selama penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara biotop bervegetasi dengan tidak ben/egetasi. Pada Biotop bervegetasi ditemukan Mikroartropoda tanah sejumlah ordo dengan cacah jenis 8 spesies dengan total individu 66. Sedangkan pada biotop tidak bervegtasi ditemukan 0 ordo dengan cacah jenis 6 spesies dengan total individu sebanyak Perbedaan komposisi Mikroartropoda dalam tanah gambut troposaprik antara biotop ben/egetasi dengan biotop tidak ben/egetasi diduga disebabkan oleh adanya tanggapan yang berbeda terhadap kondisi mikroklimat lingkungan. Menurut (Borror and Delong, 95); Wallwork (90) menyebutkan bahwa Mikrortropoda tanah mempunyai toleransi yang berbeda terhadap faktor fisikokimia lingkungan. Perbedaan ini dapat juga disebabkan oleh pengaruh perbedaan faktor fisik,kimia antara biotop bervegetasi dengan tidak bervegetasi. Kondisi Vegetasi pada suatu habitat juga sangat mempengaruhi keberadaan Mikroartropoda, karena sebahagian besar Mikroartropoda merupakan Fitophagus yang mengkonsumsi serasah yang berasal dari tumbuhan yang telah mati. Kompoisi Mikroartropoda tanah yang dijumpai menunjukkan adanya perbedaan pada cacah jenis yang ditemukan. Pada Biotop bervegetasi dan tidak bervegetasi jenis Acarina dan Collembola menempati proporsi yang tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. Hal ini disebabkan oleh Acarina dan

10 Collembola sangat toleran terhadap kondisi tanah masam. Wallwork (90) menyebutkan bahwa Acarina dan Collembola merupakan organisme yang toleran terhadap tanah masam dibandingkan dengan Mikroartropoda tanah lainnya, Sedangkan Russell (988) menyebutkan bahwa Acarina dan Collembola merupakan Mirkroartropoda tanah yang paling melimpah baik jumlah maupun keanekaragamannya serta memiliki agihan yang luas. Selanjutnya Takeda (98) menyebutkan bahwa Acarina dan Collembola merupakan Mikroartropoda yang dominan pada habitat tanah. Selain itu Acarina dan Collembola menyukai habitat dalam tanah yang banyak mengandung bahan organik yang tinggi. Sedangkan ordo-ordo Mikroartropoda lainnya dijumpai dalam jumlah yang kecil, seperti Ordo Coleoptera, Orthoptera, Diptera, Hemiptera, Araneidea, Isoptera, Symphyla, Neuroptera dan Anura juga ditemukan pada dalam tanah. Keberadaan mikroartropoda tanah sangat erat kaitannya dengan peran Mikroatropoda yang bertindak sebagai dekomposer pada tingkatan trofik pada suatu habitat (Walwork, 90); (Suin, et al., 990); (Borror and Delong, 95). Sedangkan bila dibandingkan komposisi Mikroartropoda pada tanah gambut antara permukaan tanah dengan dalam tanah menunjukkan adanya perbedaan komposisi jenis yang dominan. Suin et al.,; Walwork (90) dan Kuhnelt (90) menyatakan bahwa faktor fisikokimia lingkungan yang mempengaruhi komposisi Mikroartropoda tanah adalah suhu tanah, ph tanah, 5

11 kadar bahan organik tanah dan kadar air tanah. Dimana salah satu faktor dapat berperan sebagai pemicu {trigger factor) dalam mempengaruhi kehidupan Mikroartropoda tanah tersebut, tetapi dapat juga berupa interaksi dari faktor-faktor lingkungan tersebut secara bersama-sama. Pada kenyataannya hal ini sangat sulit diamati pada kondisi lapangan. Dengan demikian keberadaan Mikroartropoda pada tanah gambut sangat dipengaruhi oleh faktor fisikokimia lingkungan tersebut... Indeks Keanekaragaman Mikroartropoda Tanah Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Mikroartropoda pada tanah gambut baik pada biotop bervegetasi dan tidak bervegetasi disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel. Indeks Keanekaragaman Mikroartropoda pada Tanah Selama Penelitian. Gambut No. Biotop Indeks Keanekaragaman Permukaan Tanah Dalam Tanah. Bervegetasi,6,05. Tidak Bervegetasi,08.9 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman Mikroartropoda di permukaan tanah menunjukkan nilai yang rendah, dimana pada biotop bervegetasi lebih tinggi dibandingkan biotop tidak bervegetasi 6

12 pada tanah gambut. Pada biotop bervegetasi indeks keanekaragaman sebesar,6, sedangkan pada biotop tidak bervegetasi sebesar,08. Sedangkan indeks keanekeragaman Mikroartropoda dalam tanah menunjukkan pada biotop bervegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan biotop tidak bervegetasi. Pada biotop bervegetasi indeks keanekaragaman sebesar,05, sedangkan pada biotop tidak bervegetasi sebesar,9. Secara umum indeks keanekaragaman pada biotop bervegetasi menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan biotop tidak bervegetasi. Indeks keanekaragaman Mikroartropoda pada tanah gambut menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor fisikokimia yang membatasi pertumbuhan dan keberadaan mikroartropoda di tanah gambut, seperti ph tanag yang sangat masam. Odum (9) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis cenderung rendah dalam suatu ekosistem yang secara fisik terkendali, yaitu ekosiistem yang dipengaruhi oleh faktor pembatas fisikokimia yang kuat.

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MIKROARTROPODA TANAH SEBAGAI BIOINDIKATOR KARAKTERISTIK BIOLOGI PADA TANAH GAMBUT ABSTRACT

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MIKROARTROPODA TANAH SEBAGAI BIOINDIKATOR KARAKTERISTIK BIOLOGI PADA TANAH GAMBUT ABSTRACT KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MIKROARTROPODA TANAH SEBAGAI BIOINDIKATOR KARAKTERISTIK BIOLOGI PADA TANAH GAMBUT Suwondo Program studi Biologi PMIPA, FKIP, Universitas Riau Diterima 2-1-2002 Disetujui 10-3-2002

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan, dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB IV. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rimbo Panjang Kecamatan. Desa Rimbo Panjang merupakan salah satu Desa di Kecamatan

BAB IV. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rimbo Panjang Kecamatan. Desa Rimbo Panjang merupakan salah satu Desa di Kecamatan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2000

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kepadatan Populasi Fauna Tanah Populasi fauna tanah diamati pada 2 lokasi, yaitu pada lahan yang ditanami padi gogo dengan kemiringan 5% dan lahan dengan kemiringan 15%.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kepadatan Populasi dan Biomassa Fauna Tanah Populasi fauna tanah pada lahan tebu transgenik PS IPB 1 menunjukkan kepadatan tertinggi pada lahan PS IPB 1-8 sebesar 4268 individu/m

Lebih terperinci

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( )

Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar. Mariatul Qiptiyah ( ) Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran Blitar Mariatul Qiptiyah (10620075) Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

Populasi mesofauna tanah (ekor) I II III

Populasi mesofauna tanah (ekor) I II III LAMPIRAN 38 Tabel 4. Populasi mesofauna tanah (ekor) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. Perlakuan Populasi mesofauna tanah (ekor) I II III Jumlah Rata-rata ±SD P

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 52 ekor yang berasal dari ordo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas fauna tanah, bertempat pada habitat yang cocok untuk memperoleh makanan, kondisi fisik dan ruangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO SKRIPSI Oleh Devia Istikoma NIM 091810401029 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Pinus Hutan pinus (Pinus merkusii L.) merupakan hutan yang terdiri atas kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Kingdom Divisio Classis Ordo

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Klasifikasi Fauna Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Klasifikasi Fauna Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Fauna tanah sebagai bagian dari organisme tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof utama dalam tanah (Rahmawaty, 2004). Kelompok ini mendapatkan energi dari substrat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN FUNGSI FAUNA TANAH PADA SATUAN LAHAN PEKEBUNAN KAKAO RAKYAT

PENGELOLAAN FUNGSI FAUNA TANAH PADA SATUAN LAHAN PEKEBUNAN KAKAO RAKYAT PENGELOLAAN FUNGSI FAUNA TANAH PADA SATUAN LAHAN PEKEBUNAN KAKAO RAKYAT LA ODE MUHAMMAD HARJONI KILOWASID HASBULLAH SYAF NUR ALI SOLEHAN JUANG RAMADAN MARDIN ARDI DISAJIKAN PADA SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRY

Lebih terperinci

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung. 32 Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x 10 5 ekor/liter dan total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air rendaman kangkung sebesar 3,946 x 10 5 ekor/liter.

Lebih terperinci

Hubungan Keragaman Mesofauna Tanah dan Vegetasi Bawah pada Berbagai Jenis Tegakan di Hutan Jobolarangan

Hubungan Keragaman Mesofauna Tanah dan Vegetasi Bawah pada Berbagai Jenis Tegakan di Hutan Jobolarangan B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 2, Nomor 2 Juli 2001 Halaman: 140-145 Hubungan Keragaman Mesofauna Tanah dan Vegetasi Bawah pada Berbagai Jenis Tegakan di Hutan Jobolarangan Relationship

Lebih terperinci

1 EFEKTIVITAS FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN Typha angustifolia TERHADAP KOMPOSISI DAN DIVERSITAS MIKRO ARTHROPODA TANAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR Dewi Warniaty 1,

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biodiversitas Biodiversitas mencakup keseluruhan ekosistem. Konsep tersebut mencoba untuk menekan variasi habitat yang diterapkan pada suatu area. Biodiversitas meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelimpahan Collembola Tanah Total jumlah individu Collembola tanah yang digunakan dalam model adalah 816 individu (Tabel 2). Pada penelitian ini, hutan alam memiliki kelimpahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Sebagai Suatu Komunitas Fauna tanah merupakan organisme yang seluruh atau sebagian besar daur hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah juga permukaan tanah yang berperan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI 15-133 IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI Identification of Land Macrofauna Place in the Final Disposal Zone Passive Klotok City Kediri Budhi Utami,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH DI BAWAH TEGAKAN VEGETASI PINUS (Pinus merkusii) TAHURA POCUT MEURAH INTAN Lisa Fatmala 1), Samsul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tabel Pengamatan Tabel 1. jumlah kumulatif serangga yang ditemukan di kebun jeruk

Lampiran 1 Tabel Pengamatan Tabel 1. jumlah kumulatif serangga yang ditemukan di kebun jeruk Lampiran 1 Tabel Pengamatan Tabel 1. jumlah kumulatif serangga yang ditemukan di kebun jeruk No. Ordo Famili Jumlah Kumulatif Semi Organik Anorganik 1 Diptera Tipulidae 37 30 2 Diptera Chironomidae 48

Lebih terperinci

Biodiversitas Hewan Permukaan Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar

Biodiversitas Hewan Permukaan Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar B I O D I V E R S I T A S ISSN: -33X Volume 3, Nomor Januari Halaman: 9- Biodiversitas Hewan Permukaan Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

DINAMIKA KEPADATAN DAN DISTRIBUSI VERTIKAL ARTHROPODA TANAH PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

DINAMIKA KEPADATAN DAN DISTRIBUSI VERTIKAL ARTHROPODA TANAH PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI J. Pilar Sains () Juli 00 Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ISSN DINAMIKA KEPADATAN DAN DISTRIBUSI VERTIKAL ARTHROPODA TANAH PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Suwondo Laboratorium Zoologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan

Lebih terperinci

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE YUNITA LISNAWATI PUSAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN Latar Belakang Pengembangan HTI diawali dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda tanah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pencuplikan sampel dilakukan pada tanggal Juli 2014 di empat lokasi

BAB VI PEMBAHASAN. Pencuplikan sampel dilakukan pada tanggal Juli 2014 di empat lokasi BAB VI PEMBAHASAN Pencuplikan sampel dilakukan pada tanggal 08-11 Juli 2014 di empat lokasi subplot yang telah ditentukan sebelumnya. Secara berurutan, distribusi kelimpahan pada subplot I, II, III dan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA BUMIAJI KOTA BATU. Aniqul Mutho

KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA BUMIAJI KOTA BATU. Aniqul Mutho KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA BUMIAJI KOTA BATU Aniqul Mutho Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan hewan yang mendominasi kehidupan di bumi jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel, 2005). Secara antroposentris serangga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah

Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah LAMPIRAN Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah PROFIL 1 LOKASI : Surya Panel 7 Umur 0 Tahun (lereng atas) KOORDINAT : 00º 33 26.2 LU 117º 29 28.2 BT Uraian deskripsi profil No. Lapang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan satwa endemik di Kalimantan Tengah. Distribusi owa (H. albibarbis) ini terletak di bagian barat daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup, baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. Siregar (2009), menyebutkan

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN COLLEMBOLA SERTA ARTHROPODA TANAH DI LAHAN SAWAH ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA MASA BERA

KERAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN COLLEMBOLA SERTA ARTHROPODA TANAH DI LAHAN SAWAH ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA MASA BERA 110 J. HPT Tropika. ISSN 14117525 Vol. 8, No. 2: 110 116, September 2008 KERAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN COLLEMBOLA SERTA ARTHROPODA TANAH DI LAHAN SAWAH ORGANIK DAN KONVENSIONAL PADA MASA BERA Indriyati 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia, luasnya mencapai 130.609.014,98 ha (Departemen Kehutanan, 2011). Ekosistem tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi Agroekosistem perkebunan merupakan ekosistem binaan yang proses pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini

I. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara produsen kopi dunia terbesar keempat setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini kontribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Lingkungan Hidup Fauna Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Lingkungan Hidup Fauna Tanah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Fauna tanah adalah organisme yang seluruh atau sebagian besar daur atau kegiatan untuk kelangsungan hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah (Poerwowidodo, 1992)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di desa Candi Rejo dan desa Sidomulyo, Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian

Lebih terperinci

KOMPOSISI ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH DI KAWASAN PENAMBANGAN BATUBARA DI KECAMATAN TALAWI SAWAHLUNTO

KOMPOSISI ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH DI KAWASAN PENAMBANGAN BATUBARA DI KECAMATAN TALAWI SAWAHLUNTO KOMPOSISI ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH DI KAWASAN PENAMBANGAN BATUBARA DI KECAMATAN TALAWI SAWAHLUNTO Drs. Nurhadi, M.Si dan Rina Widiana, S.Si., M.Si (Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT. (Diversity of Soil Arthropods in Gunung Walat Education Forest)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT. (Diversity of Soil Arthropods in Gunung Walat Education Forest) Media Konservasi Vol. XII, No. 2 Agustus 2007 : 57 66 KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (Diversity of Soil Arthropods in Gunung Walat Education Forest) LAILAN SYAUFINA 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara tropis yang dilalui garis ekuator terpanjang, Indonesia memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya tersebar

Lebih terperinci

INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN. Fakhrah 1*) ABSTRAK

INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN. Fakhrah 1*) ABSTRAK INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN Fakhrah 1*) 1 Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: fakhrah_88@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan berbagai kekayaan alam lainnnya yang tersebar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek dan Lokasi Penelitian 1. Profil Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah jenis zooplankton yang ada di estuari Cipatireman pantai Sindangkerta Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati. Salah satu bentuk keanekaragaman hayati Indonesia adalah ekosistem karst. Ekosistem karst adalah kesatuan komunitas

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya issu hangat yang banyak dibicarakan dalam beberapa tahun belakangan ini, yaitu berkaitan dengan spesies eksotik invasif. Perhatian banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) (Natawigena,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari 7 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuari

Lebih terperinci

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari CIFOR dan LEI, maka yang termasuk dalam indikator-indikator ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiopoetro (1996, dalam Putri, 2014, h. 2) mengatakan bahwa ada 20.000 spesies laba-laba yang hidup dalam lingkungan yang bermacammacam mulai dari pantai hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga (Kelas Insekta) merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari separuh jumlah spesies makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 71-77 KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG

Lebih terperinci

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( ) EKOSISTEM KOLAM Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( 13196 ) PENGERTIAN EKOSISTEM Ekosistem merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi daripada komunitas atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

BIOMA, Desember 2013 ISSN: Vol. 15, No. 2, Hal

BIOMA, Desember 2013 ISSN: Vol. 15, No. 2, Hal BIOMA, Desember 2013 ISSN: 1410-8801 Vol. 15, No. 2, Hal. 90-97 Perbedaan Kualitas Lahan Apel Sistem Pertanian Intensif dengan Sistem Pertanian Ramah Lingkungan (Studi Kasus Di Kelompok Tani Makmur Abadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang terdiri atas ph, DO (Dissolved Oxygen atau Oksigen Terlarut), kejernihan dan temperatur air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

KOMPOSISI SERANGGA TANAH PADA KEBUN KARET DI NAGARI PADANG XI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

KOMPOSISI SERANGGA TANAH PADA KEBUN KARET DI NAGARI PADANG XI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN KOMPOSISI SERANGGA TANAH PADA KEBUN KARET DI NAGARI PADANG XI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : Fitri Elisa, Jasmi dan Abizar Program Studi Pendidikkan Biologi Sekolah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2) HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Eh dan ph Ketika tanah digenangi, air akan menggantikan udara dalam pori tanah. Pada kondisi seperti ini, mikrob aerob tanah menggunakan semua oksigen yang tersisa dalam tanah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan analisis dari bab I dan bab IV guna menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Maka hasil penelitian yang menjadi titik tekan sehingga kesimpulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alqur an merupakan petunjuk suci untuk umat islam dalam semua aspek kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi tentang ayat-ayat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indek Dominasi (C)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indek Dominasi (C) 114 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indek Dominasi (C) Tabel 1. Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indek Dominasi (C) Fauna Tanah Pengamatan Langsung pada Perkebunan Jambu Biji

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang BIOMA, Juni 2015 ISSN: 1410-8801 Vol. 17, No. 1, Hal. 21-26 Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Roma

Lebih terperinci