II. TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Surya Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup, baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada dalam sistem tanah. Fauna tanah merupakan salah satu makhluk hidup heterotrof yang hidupnya tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen utama di dalam tanah (Richards, 1974). Fauna tanah merupakan bagian ekosistem tanah yang kehidupannya tidak sendiri, melainkan berinteraksi dengan faktor lain di dalam lingkungan. Adanya interaksi tersebut dapat mempengaruhi keberadaannya, penyebaran dan kepadatan fauna tanah. Fauna tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam, mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda hingga Vertebrata (Suin, 2006) Klasifikasi Fauna Tanah Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran tubuh, kehadiran dalam tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya (Suin, 2006). a) Ukuran Tubuh Sebuah klasifikasi umum mengkelaskan ukuran fauna tanah berdasarkan panjang tubuhnya: mikrofauna, mesofauna, makrofauna dan megafauna. Klasifikasi ini mencakup rentang ukuran dari yang terkecil sampai terbesar. Lebar tubuh fauna itu berhubungan dengan mikrohabitatnya (Coleman et al., 2004). Sistem klasifikasi fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya, menurut Van der Drift (1951) dalam Widyastuti (2002), dibedakan menjadi mikrofauna (ukuran tubuh <0,2 mm), mesofauna (ukuran tubuh 0,2 2 mm), makrofauna (ukuran tubuh 2 20 mm) dan megafauna (ukuran tubuh >20 mm). Menurut Wallwork (1970), kisaran ukuran tubuh fauna tanah cukup besar, membentang sekitar 20 μm sampai lebih dari 200 mm, dapat dikategorikan menjadi:
2 4 (1) Mikrofauna, memiliki rentang ukuran tubuh 20 μm sampai 200 μm. Hanya ada satu kelompok pada kategori ini, yaitu Protozoa, meskipun ukuran terkecil dari Tungau, Nematoda, Rotifera, Tardigrada dan Crustacea dapat dimasukkan pada rentang ukuran tubuh ini. (2) Mesofauna, memiliki rentang ukuran tubuh 200 μm sampai 1 cm. Kelompok Mikroarthropoda (Acari/tungau dan Collembola) adalah anggota penting dalam grup ini yang juga meliputi Nematoda, Rotifera, Tardigrada serta sebagian besar kelompok Araneida (laba-laba), Chelonethi (kalajengking), Opiliones, Enchytraeidae, larva serangga, ukuran terkecil dari kaki seribu dan Isopoda. (3) Makrofauna, memiliki ukuran tubuh lebih dari 1 cm. Kategori ini meliputi kelompok Lumbricidae, Mollusca, serangga, Arachnida yang berukuran besar dan vertebrata kecil penghuni tanah. b) Keberadaan dalam Tanah Pengelompokan fauna tanah berdasarkan keberadaannya di dalam tanah dibagi menjadi empat kategori, yaitu transient, temporary, periodic dan permanent. Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengelompokkan Fauna Tanah Berdasarkan Keberadaan di dalam Tanah Kategori Keterangan Contoh Fauna Transient Fauna yang meletakkan telur dan Beberapa insekta kepompongnya di dalam tanah, tetapi ketika masuk tahap kehidupan yang aktif tidak lagi berada di dalam tubuh tanah Temporary Periodic Permanent Awal kehidupan aktifnya berada di dalam tanah, sedangkan kehidupan selanjutnya berada di luar tanah Fauna yang sering sekali keluar masuk tanah Seluruh siklus hidupnya berlangsung di dalam tanah Larva dari insekta Beberapa insekta Collembola, Acari Sumber: Hole (1981) dalam Ma'shum et al. (2003)
3 5 c) Habitat Berdasarkan habitatnya, fauna tanah ada yang digolongkan sebagai epigeon, hemiedafon dan euedafon. Hewan epigeon hidup pada lapisan tumbuhtumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah dan euedafon hidup pada tanah lapisan mineral (Suin, 2006). d) Perilaku Makan Beberapa fauna tanah merupakan herbivora, karena mereka memakan langsung akar tanaman hidup, tetapi paling banyak yang memakan bahan tanaman mati, mikroba yang berasosiasi dengan akar tanaman mati, atau kombinasi dari keduanya. Fauna tanah lainnya adalah karnivora, parasit dan predator (Coleman et al., 2004). Wallwork (1970) membagi fauna tanah berdasarkan perilaku makannya menjadi: (1) Carnivore, yaitu predator (Carabidae, Pselaphidae, Scydmaenidae, kumbang Staphylinidae, tungau Mesostigmata dan Prostigmata, laba-laba, kalajengking, lipan, Nematoda serta Mollusca) dan binatang parasit (Ichneumonidae, Diptera parasit dan Nematoda). (2) Phytophagous, yaitu fauna pemakan tumbuhan (Mollusca dan larva Lepidoptera), fauna pemakan akar tanaman (Nematoda parasit tanaman, Symphylidae, larva Diptera, Coleoptera, Lepidoptera, Mollusca dan Orthoptera pelubang) serta fauna pemakan kayu (rayap, larva kumbang dan tungau Pthiracaroidae). (3) Saprophagous, yaitu fauna pemakan tanaman mati dan bahan organik yang busuk (Lumbricidae, Enchytraeid, Isopoda, Milipedes, tungau, Collembola dan serangga). Beberapa dari mereka juga merupakan pemakan feses (coprophages), pemakan kayu (xylophages) dan pemakan bangkai (necrophages) yang seringkali disebut sebagai detritivor. (4) Microphytic-feeders, yaitu fauna pemakan jamur, alga, lichens dan bakteri, misalnya tungau Saprophagous, Collembola serta serangga pemakan fungi. (5) Miscellaneous-feeders, yaitu fauna pemakan tanaman atau hewan, misalnya Nematoda, tungau Cryptostigmata, Collembola, larva Diptera dan larva Coleoptera.
4 Contoh Fauna Tanah Penting a) Cacing Cacing tanah merupakan fauna tanah yang umum dijumpai, salah satu fauna tanah yang penting dan berpengaruh besar dalam sistem tanah. Fauna tanah ini memiliki tubuh yang lunak, terdiri dari beberapa segmen dan rentang ukuran tubuh yang luas, yaitu dari beberapa milimeter sampai 1 meter. Cacing tanah memproduksi kotoran (kasting) yang berpengaruh bagi struktur tanah (Coleman et al., 2004). Iswandi (1990) menyebutkan bahwa cacing tanah sangat sensitif terhadap kemasaman tanah. Cacing tanah menyukai habitat yang lembab. Mereka memerlukan bahan organik dan akan hidup baik di daerah yang dapat menyediakan banyak bahan organik (Soepardi, 1983). Menurut Richards (1974), cacing-cacing Oligochaeta kecil (Enchytraeid) berwarna putih, sering hadir dalam tanah dengan jumlah yang sangat besar dan tidak terdistribusi secara merata, melainkan membentuk kelompok-kelompok. Enchytraeid sangat sensitif terhadap kekeringan dan paling banyak ditemukan pada tanah di daerah beriklim basah. Jumlah Enchytraeid maksimum ditemukan pada tanah masam dengan kandungan bahan organik yang tinggi, dimana populasinya kemungkinan mencapai 10 5 /m 2. b) Semut dan Rayap Semut terdapat hampir di semua habitat, dimulai dari tempat yang lembab sampai panas (Wallwork, 1970). Semut dan rayap merupakan serangga sosial yang hidup secara berkoloni dan membentuk sarang atau gundukan tanah sebagai tempat berlindung. Biasanya jumlah koloni dari serangga sosial ini terdiri dari ratusan, ribuan sampai jutaan individu (Wallwork, 1982). Menurut Richards (1974), rayap dapat dikelompokkan berdasarkan makanannya, yaitu rayap pemakan kayu, pemakan humus atau perombak organik dan pemakan fungi. Rayap dapat hidup pada habitat yang kering. c) Coleoptera (kumbang) Coleoptera merupakan salah satu dari insekta yang tinggal di dalam atau di atas tanah dalam bentuk larva dan dewasa. Kebanyakan merupakan hewan kecil predator, tetapi dapat juga memakan bahan-bahan tumbuhan, jamur, alga, kayu,
5 7 kotoran, bangkai dan sebagainya. Jumlah kumbang sangat besar dan habitatnya bervariasi. Beberapa spesies menghabiskan hidupnya di dalam sampah, sedangkan yang lainnya menggali tanah dengan kedalaman beberapa sentimenter serta membawa kotoran atau bentuk bahan organik lainnya ke dalam tanah tersebut (Adianto, 1993). d) Collembola dan Acari Collembola hanya ada pada keadaan yang lembab, tetapi beberapa dari mereka dapat tahan terhadap kekeringan sampai batas tertentu. Makanan Collembola sangat bervariasi, yaitu bakteri, jamur, hifa dan spora, mendekomposisi bahan organik, kotoran, tanaman serta hewan. Collembola tidak berperan langsung dalam penyediaan nutrisi tanah, tetapi mereka aktif dalam fragmentasi serasah tanaman dan dalam hal ini dapat berperan langsung terhadap tanah (Richards, 1974). Collembola hidup pada habitat yang tersembunyi, seperti reruntuhan daun, di bawah kulit kayu, kulit kayu yang membusuk dan pada jamur. Collembola merupakan fauna tanah dengan persentase yang besar dan penting dalam menghancurkan zat-zat organik dan mendorong kesuburan tanah. Acari ditemukan di dalam tumpukan daun, di bawah kulit kayu, di bawah tanah serta batu-batu (Borror et al., 1992). Acari/tungau merupakan fauna tanah yang keberadaannya paling banyak diantara fauna tanah lainnya. Acari terdiri dari empat jenis, yaitu: Prostigmata, Mesostigmata, Astigmata dan Cryptostigmata. Anggota tungau Prostigmata dan Mesostigmata biasanya aktif berkembang di dalam tanah dan beberapa diantaranya bersifat predator. Beberapa tungau Cryptostigmata berukuran lebih kecil, pergerakannya lambat dan bersifat detritivor. Tungau Astigmata tidak selalu berada di dalam tanah (Richards, 1974) Peranan Fauna Tanah Wardle (2002) dalam Coleman et al. (2004) mengemukakan tiga tingkat partisipasi fauna tanah terhadap proses terbentuknya tanah. Sebagai perekayasa ekosistem, seperti cacing tanah, rayap dan semut dapat mengubah struktur fisik tanah serta mempengaruhi ketersediaan nutrisi dan aliran energi bagi organisme
6 8 lain. Sebagai transformator serasah, seperti microarthropods, fragmen serasah yang membusuk dapat meningkatkan ketersediaan mikroba. Sebagai mikrojejaring makanan, termasuk kelompok mikroba dan mikrofauna predator (Nematoda dan Protozoa). Ketiga tingkat partisipasi ini beroperasi pada ukuran, tata ruang dan skala waktu yang berbeda. Fauna tanah berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi bahan organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba dan perbaikan struktur agregat tanah. Walaupun pengaruhnya terhadap pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum fauna tanah dapat dipandang sebagai pengatur terjadinya proses dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan P tersedia tanah dan jumlah kation, menurunkan rasio C/N, mengeliminir Al dalam tanah, meningkatkan ruang pori total, menurunkan bulk density serta meningkatkan pori drainase dan permeabilitas tanah (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2008). Serangga pemakan bahan organik yang mambusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang meluangkan sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan makanan. Tanah diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuhtubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror et al., 1992). Biota tanah seperti Oligochaeta, Collembola dan Acari berperan dalam dekomposisi bahan organik, distribusi hara, pencampuran tanah dan pembentukan agregat tanah. Cacing tanah yang dalam siklus hidupnya dapat membuat lubang dalam tanah dapat mencegah pemadatan tanah, mempertebal tanah lapisan atas dan meningkatkan ketersediaan hara (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2008). Masuknya cacing tanah ke dalam tanah mengakibatkan perubahan beberapa sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kandungan bahan organik, kandungan unsur hara tersedia dan kapasitas tukar
7 9 kation. Hal ini disebabkan kotoran cacing tanah mengandung lebih banyak unsur hara dan C-organik daripada tanah aslinya. Kotoran cacing berpengaruh terhadap keragaman populasi mikroorganisme (Ma shum et al., 2003). Pengaruh fauna tanah terhadap sifat tanah dalam ekosistem dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Fauna Tanah terhadap Sifat Tanah dalam Ekosistem Fauna Tanah Aktivitas Pengaruh terhadap Tanah Mikrofauna Mengatur populasi bakteri dan fungi Mempengaruhi struktur agregat tanah dan berinteraksi dengan mikroflora Perombakan unsur hara Mesofauna Makrofauna Mengatur populasi fungi dan mikrofauna Perombakan unsur hara Menghancurkan sisa tanaman Menghancurkan sisa tanaman Merangsang kegiatan mikroorganisme Menghasilkan fecal pellets Menciptakan biopore Meningkatkan humifikasi Mencampurkan bahan organik dan bahan mineral Penyebaran bahan organik dan mikroorganisme Menciptakan biopore Sumber: Hendrix et al. (1990) dalam Coleman et al. (2004) Meningkatkan humifikasi Menghasilkan fecal pellets 2.3. Pengukuran Aktivitas Fauna Tanah Pengukuran aktivitas fauna tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Litterbag dan Bait Lamina (feeding activity). Dalam mempelajari pengaruh penggunaan lahan terhadap kesuburan tanah, kualitas tanah dan siklus hara serta peranan fauna tanah dalam mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, dapat digunakan metode Litterbag. Pendekatan metode ini berdasarkan perbedaan ukuran tubuh fauna tanah dalam proses dekomposisi. Pendekatan ini menunjukkan pentingnya peranan fauna tanah dalam dekomposisi bahan organik antar lokasi. Litterbag memungkinkan untuk mengevaluasi peranan mikroflora (Bakteri, Fungi dan Actinomycetes), mikrofauna (Protozoa dan Nematoda),
8 10 mesofauna (Collembola dan tungau) dan makrofauna (Arthropoda dan cacing) dalam proses dekomposisi bahan organik (Killham, 1994). Laju dekomposisi dipelajari dengan menggunakan litterbag yang terbuat dari stainless-steel, berukuran 20 x 20 cm dengan ukuran mesh yang berbeda, yaitu mm, 0.25 mm dan 10 mm. Litterbag yang berukuran mesh 10 mm melibatkan semua ukuran fauna tanah, mesh 0.25 mm tidak melibatkan makrofauna dan mesh mm tidak melibatkan mesofauna maupun makrofauna (Widyastuti, 2002). Litterbag merupakan metode yang berharga dalam mempelajari perbandingan laju dekomposisi. Litterbag yang berisi serasah daun dan sejenisnya ditempatkan pada suatu lahan, kemudian litterbag tersebut dikumpulkan pada suatu waktu dan dihitung sisa serasah yang ada dalam litterbag (Coleman et al., 2004). Untuk mengetahui kelimpahan, biomassa dan keanekaragaman fauna tanah serta aktivitasnya di hutan, kebun dan sawah tadah hujan dapat juga dievaluasi dengan menggunakan metode Bait lamina (Torne, 1990a dalam Widyastuti, 2002). Bait lamina merupakan metode sederhana, tidak mahal dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam mengukur aktivitas fauna tanah. Bait lamina terbuat dari lempengan plastik berukuran 120 x 6 x 1 mm, dengan potongan runcing di ujungnya. Pada bagian bawah, terdapat 16 lubang berdiameter 5.5 mm yang diisi dengan bahan-bahan campuran antara selulosa, agar-agar, serbuk dedak dan sedikit karbon aktif. Bait lamina dimasukkan ke dalam tanah selama 2 hari. Metode ini didesain untuk mengukur tingkat dekomposisi bahan organik yang melibatkan fauna tanah. Aktivitas fauna tanah dihitung dari banyaknya lubang yang kosong (sebagai lubang yang isinya sudah dimakan) pada akhir waktu eksposisi (Widyastuti, 2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Fauna Tanah Aktivitas fauna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh ph, kelembaban dan suhu tanah, reproduksi dan metabolisme, kandungan bahan organik (Wallwork, 1970) serta kehadiran pesaing, pemangsa dan struktur tanah (Purwowidodo, 2005). Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian
9 11 suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Keberadaan dan kepadatan fauna tanah juga sangat tergantung pada ph tanah. Fauna tanah ada yang dapat hidup pada tanah dengan ph masam dan ada pula yang senang pada tanah yang ph nya basa (Suin, 2006). Agroekosistem dengan pengolahan lahan yang secara fisik mempengaruhi agregasi tanah juga mempengaruhi dinamika organisme tanah. Pengaruh penghancuran agregat tanah dalam pengolahan berkaitan erat dengan peningkatan laju dekomposisi bahan organik yang akhirnya berkaitan dengan aktivitas biota tanah. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas organisme tanah adalah ketersediaan hara dalam tanah, air tanah, atmosfer tanah, potensi redoks tanah, kemasaman (ph) tanah, temperatur tanah dan cahaya dalam tanah (Makalew, 2001). Tian et al. (1997) menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber energi bagi fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Fauna tanah berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah. Mikro flora dan fauna tanah saling berinteraksi karena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh Dekomposisi Bahan Organik Bahan organik adalah semua fraksi bukan mineral. Bahan organik merupakan sisa tanaman dan binatang sebagian atau seluruhnya yang telah mengalami dekomposisi oleh jasad mikro tanah (Soepardi, 1983). Kononova (1966) menyatakan bahwa bahan organik adalah bagian dari tanah merupakan sistem yang komplek dan dinamis, yang terus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor biologi, kimia dan fisika. Semakin banyak bahan organik, makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah. Dekomposisi bahan organik yang lebih cepat terjadi pada suhu tinggi menyebabkan penurunan ketersediaan serasah.
10 12 Dekomposisi serasah adalah perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh organisme tanah (bakteri, fungi dan hewan tanah) atau sering disebut juga mineralisasi yaitu proses penghancuran bahan organik yang berasal dari hewan dan tanaman menjadi senyawa-senyawa anorganik sederhana (Sutedjo et al., 1991). Ma shum et al. (2003) menyatakan proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah memiliki beberapa tahapan proses. Tahapan pertama adalah tahap penghancuran bahan organik segar menjadi partikel yang berukuran kecil-kecil yang dilakukan oleh cacing tanah dan makrofauna yang lain. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan transformasi, dimana pada tahap ini, sebagian senyawa organik akan terurai dengan cepat, sebagian terurai dengan kecepatan sedang dan bagian yang lain terurai secara lambat System of Rice Intensification (S.R.I.) System of Rice Intensification (S.R.I.) merupakan suatu inovasi metode dengan menggunakan cara-cara yang tidak biasa, tetapi secara bersamaan dapat meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja, air dan investsi modal dalam produksi padi sawah (Uphoff, 2008). Metode S.R.I. pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di Madagaskar antara tahun oleh Fr. Henri de Laulanie, seorang Pastor asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Metode ini dalam bahasa Prancis dinamakan Le Systme de Riziculture Intensive disingkat S.R.I. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification (Mutakin, 2009). Di Indonesia, teknik S.R.I. pertama dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Penelitian di Sukamandi, Jawa Barat pada musim kemarau tahun 1999 dengan hasil 6,2 ton/ha dan pada musim hujan dengan hasil rata-rata 8,2 ton/ha. Teknik S.R.I. sudah diperkenalkan dan diterapkan di sejumlah daerah di Indonesia, antara lain Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Hasil penerapan budidaya padi S.R.I. di Kabupaten Garut dan Ciamis, menunjukkan bahwa: (1) budidaya padi S.R.I. mampu meningkatkan hasil produksi dibanding budidaya padi konvensional, (2) meningkatkan pendapatan, (3) terjadi efisiensi
11 13 produksi dan efisiensi usaha tani secara finansial dan (4) pangsa harga pasar produk lebih tinggi (Anugrah et al., 2008). Berkelaar (2001) memaparkan penjelasan ilmiah secara singkat terkait penerapan S.R.I., antara lain sebagai berikut: (1) Adanya proses fiksasi biologis nitrogen. Bakteri-bakteri di dalam dan sekitar akar padi memiliki kemampuan menyediakan dan menguraikan nitrogen untuk tanaman, tetapi potensi ini tidak akan nyata bila penggunaan pupuk N kimia diteruskan atau kondisi tanah anaerob dan tergenang. (2) Mempertahankan tanah agar tetap teraerasi, lembab dan tidak tergenang, agar akar dapat bernafas. (3) Tranplantasi bibit muda untuk mempertahankan potensi pertambahan batang dan pertumbuhan akar yang optimal serta menanam pada jarak tanam yang cukup lebar serta satu bibit per titik tanam dapat mengurangi kompetisi tanaman dalam serumpun maupun antar rumpun. (4) Tanaman dengan akar yang bebas menyebar dapat menyerap hara apapun di dalam tanah. Pertumbuhan akar yang bebas hanya mungkin terjadi pada akar bibit muda yang punya banyak ruang dan oksigen. Kondisi aerob yang kaya bahan organik akan menjadikan perubahan keragaman organisme tanah, terutama yang melakukan proses dekomposisi. Pada saat bersamaan, perakaran memberikan stimulus pada sitokinin segera membuat formasi baru untuk mengatur pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman (Agustamar dan Syarif, 2007). Agar bekerja efektif, organisme tanah yang berkisar dari ukuran mikroskopis sampai makro, membutuhkan kondisi yang mendukung untuk meningkatkan kelimpahan, keragaman dan aktivitasnya. Aktivitas tersebut antara lain meliputi: memperbaiki struktur tanah, menjaga kelembaban tanah, menjaga tingkat kesuburan dan dinamika sistem tanah serta mempertahankan tingkat kondusif bahan organik, oksigen dan temperatur. Kondisi lingkungan S.R.I. sangat mendukung keberadaan organisme tanah tersebut (Uphoff, 2007).
PENGELOLAAN HAYATI TANAH UNTUK MENINGKATKAN PERAN FAUNA TANAH DALAM PROSES DEKOMPOSISI JERAMI PADI PADA BUDIDAYA SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION
PENGELOLAAN HAYATI TANAH UNTUK MENINGKATKAN PERAN FAUNA TANAH DALAM PROSES DEKOMPOSISI JERAMI PADI PADA BUDIDAYA SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (S.R.I.) DI KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR NESYA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Pinus Hutan pinus (Pinus merkusii L.) merupakan hutan yang terdiri atas kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Kingdom Divisio Classis Ordo
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Fauna tanah adalah semua fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah, sebagian atau seluruh siklus hidupnya berlangsung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Sebagai Suatu Komunitas Fauna tanah merupakan organisme yang seluruh atau sebagian besar daur hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah juga permukaan tanah yang berperan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan, dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu sehingga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Lingkungan Hidup Fauna Tanah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Fauna tanah adalah organisme yang seluruh atau sebagian besar daur atau kegiatan untuk kelangsungan hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah (Poerwowidodo, 1992)
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kepadatan Populasi dan Biomassa Fauna Tanah Populasi fauna tanah pada lahan tebu transgenik PS IPB 1 menunjukkan kepadatan tertinggi pada lahan PS IPB 1-8 sebesar 4268 individu/m
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian
Lebih terperinciPENGUKURAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH MENGGUNAKAN METODE LITTERBAG PADA TIGA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA.
PENGUKURAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH MENGGUNAKAN METODE LITTERBAG PADA TIGA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA Oleh : DWI EKA MARIA AVELINA A24104063 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Klasifikasi Fauna Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Fauna tanah sebagai bagian dari organisme tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof utama dalam tanah (Rahmawaty, 2004). Kelompok ini mendapatkan energi dari substrat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kepadatan Populasi Fauna Tanah Populasi fauna tanah diamati pada 2 lokasi, yaitu pada lahan yang ditanami padi gogo dengan kemiringan 5% dan lahan dengan kemiringan 15%.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Tanah Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah umumya tersusun oleh senyawa anorganik, senyawa organik, udara, air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing ekosistem mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.
38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)
Lebih terperinciIII. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH
12 III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH dari stabilitas, struktur, hidrolik konduktivitas, dan aerasi, namun memiliki sifat kimia kurang baik yang dicerminkan oleh kekahatan hara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati merupakan jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan
Lebih terperinciTANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.
TANAH Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per
Lebih terperinciDISTRIBUSI VERTIKAL DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN DIENG
DISTRIBUSI VERTIKAL DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN DIENG Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Biologi oleh Nur Itsna Rizqiyyah 4411412072
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia (Rahmawaty,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras, sebagai bahan makanan ternak dan bahan
Lebih terperinciMikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam
BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH Ilmu yang mempelajari : KULIAH 1 PENDAHULUAN Organisme yang hidup dalam tanah, klasifikasi dan aktivitas metabolismenya,serta peranannya dalam siklus nutrisi dan perombakan
Lebih terperinci9/26/2013. TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) PEROMBAK BAHAN ORGANIK
TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) Bahan Organik Tanah Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi A. Tanaman Tembakau a.1. Klasifikasi Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan klasifikasi menurut Steenis (2005) sebagai berikut:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol
27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol tergolong tanah yang subur. Tanah Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah sehingga dapat digunakan untuk pertanian
Lebih terperinciOrganisme Tanah JASAD HIDUP TANAH DALAM STRUKTUR EKOSISTEM. Komposisi Tanah PRODUSEN (TANAMAN) KONSUMEN (HEWAN, MANUSIA) PEROMBAK (JASAD HIDUP TANAH)
Organisme Tanah Komposisi Tanah Tanah mengandung bahan organik dan bahan mineral yang mendukung kehidupan organisme A healthy soil has abundant biological activity. Biological activity contributes to beneficial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik
Lebih terperinciS U N A R D I A
EFEKTIVITAS PEMBERIAN STARBIO TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii) Giant PADA MEDIA TANAM CAMPURAN AKAR PAKIS DAN SEKAM BAKAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBIOLOGI TANAH. Tanah sebagai tempat kehidupan berbagai jasad hidup (makro, dan mikro)
SIFAT BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH Ilmu yang mempelajari : Organisme yang hidup dalam tanah, klasifikasi dan aktivitas metabolismenya,serta peranannya dalam siklus nutrisi dan perombakan bahan pencemar.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis rumputan (graminae) yang mempunyai batang tunggal dan kemungkinan dapat memunculkan cabang anakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum untuk pertumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah. Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum untuk
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIOTA TANAH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN LAHAN KERING MASAM
Pemanfaatan Pengembangan biota Inovasi tanah Pertanian... 1(2), 2008: 157-163 157 PEMANFAATAN BIOTA TANAH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN LAHAN KERING MASAM Tim Sintesis Kebijakan Balai Besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan
TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas fauna tanah, bertempat pada habitat yang cocok untuk memperoleh makanan, kondisi fisik dan ruangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan suatu asosiasi tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohonan atau vegetasi berkayu lainnya, yang menempati suatu areal yang cukup luas sehingga
Lebih terperinciKomponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan
Rantai Makanan Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dalam proses makan dan dimakan dengan satu arah. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciII. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH
5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Agroindustri Limbah organik dari industri sering menjadi masalah lingkungan yang sulit dalam penanganannya. Semetara itu limbah industri dapat dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris karena mempunyai kekayaan alam yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor terpenting dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisme Tanah dan Bahan Organik Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang dapat dibedakan menjadi jenis hewan (fauna)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan
Lebih terperinciJenis-Jenis Hewan Tanah Pada Lubang Biopori Di Perumahan Lancang Kuning Sejahtera Umban Sari Rumbai
19 Jenis-Jenis Hewan Tanah Pada Lubang Biopori Di Perumahan Lancang Kuning Sejahtera Umban Sari Rumbai Martala Sari 1), Raudhah Awal 2), Ermina Sari 3) 1 Universitas Lancang Kuning email: martalasari@unilak.ac.id
Lebih terperinci2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )
PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bahan padatan, cair dan gas. Bahan padatan dapat berupa pasir, debu dan abu
TINJAUAN PUSTAKA Abu Vulkanik Tanah vulkanik merupakan tanah yang berasal dari hasil letusan gunung api, dimana pada saat gunung api meletus mengeluarkan tiga jenis bahan berupa bahan padatan, cair dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman yang banyak mengonsumsi pupuk, terutama pupuk nitrogen (N) adalah tanaman padi sawah, yaitu sebanyak 72 % dan 13 % untuk palawija (Agency for Agricultural Research
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi
31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Organik Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang unik antara faktor fisik, kimia, dan biologi. Komponen utama tanah terdiri dari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Tanah merupakan benda alam yang bersifat dinamis, sumber kehidupan, dan mempunyai fungsi penting dari ekosistem darat yang menggambarkan keseimbangan yang unik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. S.R.I. (System of Rice Intensification) Budidaya S.R.I. pertama kali ditemukan oleh seorang biarawan Yesuit asal Perancis bernama FR. Henri de Laulanie, S. J. di Madagaskar pada
Lebih terperinciIV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH
20 IV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH Bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah, baik secara langsung sebagai pemasok hara bagi organisme autotrof
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya
TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah
Lebih terperinciBAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH
BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH 6.1. Pendahuluan Tanah merupakan sumber hara tanaman. Bahan yang merupakan sumber hara tanaman ada yang berbentuk organik dan anorganik. Bahan organik dalam tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Usaha ekstensifikasi dilakukan dengan cara pembukaan lahan
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas
Lebih terperinciPEMBUATAN PUPUK ORGANIK
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Lebih terperinci