IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kepadatan Populasi dan Biomassa Fauna Tanah Populasi fauna tanah pada lahan tebu transgenik PS IPB 1 menunjukkan kepadatan tertinggi pada lahan PS IPB 1-8 sebesar 4268 individu/m 2. Populasi terendah terdapat pada lahan PS IPB 1-21 dan PS IPB 1-36 dengan kepadatan masing-masing sebesar 64 individu/m 2. Pada lahan tebu non-transgenik PS 851 terdapat populasi fauna tanah dengan kepadatan sebesar 349 individu/m 2. Pada Gambar 1 terlihat ada 12 klon PS IPB 1 yang memiliki kepadatan fauna tanah yang lebih rendah dibandingkan tebu PS 851. Ke-12 klon tersebut secara berurutan dari tertinggi hingga terendah yaitu PS IPB1-6,16,18, 22, 64, 3, 20, 10, 1, 50, 21 dan 36. Kepadatan (Individu/m2) PS Lahan Klon PS IPB 1 Gambar 1 Kepadatan Populasi Fauna Tanah pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 dan Tebu Non-transgenik PS 851 (Kedalaman 0-15 cm) Gambar 2 menunjukkan biomassa fauna tanah tertinggi terdapat pada lahan tebu PS IPB 1-7 sebesar mg/ m 2 dan terendah terdapat pada lahan tebu PS IPB 1-20 sebesar 5.67 mg/ m 2. Sedang biomassa fauna tanah tebu PS 851 menunjukkan nilai sebesar mg/ m 2. Terdapat 10 klon tebu PS IPB 1 dengan biomassa fauna tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan tebu PS 851 yaitu PS IPB 1-22, 3, 16, 36, 1, 21, 64, 10, 50, 20.

2 Biomassa Total (mg/m2) PS Lahan Klon PS IPB 1 Gambar 2 Biomassa Total Fauna Tanah pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 dan Tebu Non-transgenik PS 851 (Kedalaman 0-15 cm) Berdasarkan Gambar 1 dan 2, terlihat bahwa pada lahan tebu PS IPB 1-8 memiliki kepadatan populasi fauna tanah tertinggi tetapi memiliki biomassa yang lebih kecil dari PS IPB 1-7, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh jenis fauna tanah yang dominan pada lahan tebu PS IPB 1-7 dan PS IPB 1-8. Pada lahan tebu PS IPB 1-8 terdapat dua fauna tanah yang dominan yaitu Acari (Oribatida) dengan jumlah 1783 individu/m 2 dan Hymenoptera dengan jumlah 2229 individu/m 2 (Tabel Lampiran 1). Lahan tebu PS IPB 1-7 didominasi oleh populasi Hymenoptera dengan biomassa sebesar mg/ m 2 (Tabel Lampiran 2). Selain itu juga terdapat 5 kelompok fauna tanah yang termasuk makrofauna dengan biomassa individu yang cukup besar pada lahan tebu PS IPB 1-7 seperti terlihat pada Tabel 2. Pada lahan tebu PS IPB 1-8 walaupun terdapat Acari (Oribatida) dengan jumlah tinggi, tetapi memiliki biomassa individu yang kecil dan hanya terdapat 3 taksa fauna tanah yang termasuk kelompok makrofauna dengan biomassa mg/m 2 (Tabel 2 dan 3).

3 Tabel 2 Kepadatan dan Biomassa Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 dan Lahan Tebu Non-transgenik PS 851 Kode Sampel Jumlah Taksa Mesofauna Tanah Kepadatan (Individu/m 2 ) Biomassa (mg/m 2 ) Jumlah Taksa Makrofauna Tanah Kepadatan (Individu/m 2 ) Biomassa (mg/m 2 ) Tebu Non-transgenik PS Tebu Transgenik PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB Rataan PS IPB Dari rataan kepadatan mesofauna dan makrofauna pada klon tebu PS IPB 1 terlihat bahwa jumlah makrofauna lebih tinggi dibandingkan mesofauna. Begitu pula yang terlihat pada lahan tebu non-transgenik PS 851. Tingginya jumlah makrofauna tanah dibandingkan mesofauna tanah diduga disebabkan karena

4 makrofauna tanah yang mendominasi lahan tebu transgenik PS IPB 1 merupakan makrofauna yang berperan sebagai predator bagi mesofauna tanah. 0.5 mm 0.5 mm (a) (b) 0.5 mm 0.5 mm (c) (d) Gambar 3 Makrofauna Tanah yang Dominan pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 : (a) Hymenoptera; (b)aranae; (c) Coleoptera; (d) Pseudoscorpiones Makrofauna tanah yang umumnya mendominasi lahan tebu transgenik PS IPB 1 yaitu Hymenoptera, Pseudoscopiones, Coleoptera dan Aranae (Gambar 3). Menurut Coleman et al (2004), Pseudoscorpiones dan Aranae merupakan predator dalam ekosistem tanah. Pseudoscorpiones adalah predator bagi Mikroarthropoda, Nematoda, dan Enchytraeid. Begitu pula Coleoptera, terutama yang berasal dari famili Carabidae dan Staphylinidae merupakan predator penting pada permukaan tanah dan tumpukan serasah di daerah dengan kelembaban yang cukup tinggi (Wallwork, 1976). Daerah tempat pengambilan sampel, yaitu Lumajang merupakan daerah dengan kelembaban udara antara 70 % hingga 80 %

5 dan tergolong beriklim agak basah hingga sedang (Miza, 2009). Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung populasi Coleoptera pada lahan tebu PS IPB 1 maupun PS 851. Hymenoptera merupakan makrofauna tanah yang muncul pada hampir setiap sampel dan termasuk predator bagi fauna tanah lain yang berukuran lebih kecil (Coleman et al, 2004). Makrofauna ini memberikan kontribusi yang besar terhadap kepadatan populasi fauna tanah pada klon tebu PS IPB 1 dan nontransgenik PS 851. Hal ini dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan 2. Dominannya makrofauna tanah yang berperan sebagai predator dapat disebabkan oleh adanya perakaran tanaman yang berkembang dengan baik terutama pada lahan klon tebu transgenik PS IPB 1, dimana perakaran yang baik menjadi sumber bahan organik bagi mikrob tanah yang pada akhirnya akan merangsang perkembangan fauna tanah yang bersifat predator. Jumlah taksa fauna tanah yang ditemukan pada PS 851 adalah 2 taksa (jenis fauna tanah) mesofauna dan 3 taksa makrofauna tanah. Pada tebu PS IPB 1-7 yang memiliki biomassa tertinggi terdapat 3 taksa mesofauna dan 5 taksa makrofauna tanah. Sedangkan pada tebu PS IPB 1-8 yang memiliki kepadatan populasi fauna tanah tertinggi terdapat 4 taksa mesofauna dan 3 taksa makrofauna tanah. Keragaman taksa mesofauna dan makrofauna tanah tertinggi terdapat pada tebu PS IPB 1-12 dengan jumlah total ada 12 taksa, 6 taksa mesofauna dan 6 taksa makrofauna. 4.2 Frekuensi Kehadiran Fauna Tanah pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 Frekuensi kehadiran suatu taksa fauna tanah dalam sampel tanah total menunjukkan seberapa sering fauna tanah tersebut ditemukan pada habitat yang diamati.. Dari frekuensi ini dapat tergambar penyebaran jenis fauna tanah tersebut dalam habitat (Suin, 2006). Frekuensi kehadiran fauna tanah pada lahan tebu transgenik PS IPB 1 dapat dilihat dalam Tabel 3.

6 Tabel 3 Frekuensi Kehadiran Taksa Fauna Tanah pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 No Taksa Frekuensi Kehadiran Fauna Tanah (%) Mesofauna 1 Acari Acari (Oribatid mites) 31 Acari (Spider mites) 66 Acari Ticks 17 Total Acari 74 2 Collembola Collembola (Entomobrydae) 26 Collembola (Isotomidae) 20 Total Collembola 43 3 Protura 9 4 Symphyla 71 Makrofauna 5 Aranae 29 6 Coleoptera Coleoptera (Carabidae) 11 Coleoptera (lainnya) 23 Coleoptera (larva) 23 Total Coleoptera 49 7 Diplura 11 8 Hemiptera 11 9 Hymenoptera Isopoda Pseudoscorpiones 34 Berdasarkan data Tabel 3, terlihat bahwa mesofauna yang sering muncul pada hampir setiap lahan tebu adalah Symphyla dan Acari ((Gambar 4 (b) dan (c)). Sedangkan makrofauna tanah yang memiliki kehadiran paling tinggi adalah Hymenoptera diikuti Coleoptera dan Pseudoscorpiones. Untuk jenis Acari sendiri yang memiliki frekuensi kehadiran paling tinggi adalah Spider Mites yaitu sebesar 66 %. Symphyla memiliki nilai frekuensi kehadiran sebesar 71 %. Sehingga bila didasarkan pada jenis masing-masing fauna, maka Symphyla merupakan mesofauna tanah dengan frekuensi kehadiran tertinggi pada keseluruhan lahan tebu transgenik PS IPB 1.

7 0.1 mm 0.5 mm (a) (b) 0.5 mm Gambar 4 (c) Mesofauna Tanah yang Dominan pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 : (a) Collembola; (b) Symphyla; (c) Acari Tingginya kehadiran Symphyla diduga karena Symphyla merupakan mikroarthropoda yang umum ditemukan berlimpah pada lahan-lahan yang diolah karena lahan-lahan tersebut umumnya lebih lembab dan kaya akan bahan organik, baik itu dari pemupukan maupun sisa jasad renik (Wallwork, 1976). Symphyla, menurut Umble et al (2006), merupakan fauna tanah berbentuk seperti Centipedes yang hidup dari memakan akar tanaman hidup terutama tanaman pertanian yang kaya akan bahan organik dan dalam jumlah yang besar dapat menjadi hama tanaman. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Miza (2009) didapatkan hasil bahwa tebu transgenik PS IPB 1 yang telah disisipkan gen fitase memiliki aktifitas fitase yang lebih tinggi dibandingkan PS 851. Fitase sendiri menurut Widowati et al (tanpa tahun) adalah suatu fosfomonoesterase (enzim) yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi ortofosfat anorganik dan ester-ester fosfat dari mio-inositol yang lebih rendah. Asam fitat sendiri merupakan bentuk penyimpanan fosfor terbesar pada tanaman serealia dan leguminosa dimana asam

8 fitat ini dalam jaringan tanaman berikatan dengan mineral bervalensi 2 dan protein sehingga menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman itu sendiri. Aktifitas fitase yang tinggi pada tanaman tebu mengakibatkan tercukupinya kebutuhan P tanaman tebu itu sendiri. Hal tersebut berpengaruh pada pertumbuhan tebu, karena adanya peranan P sebagai berikut : (1) berpengaruh pada proses pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin; (2) berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji; (3) berperan dalam kematangan tanaman, melawan pengaruh nitrogen; (4) berpengaruh pada perkembangan akar halus dan rambut akar; (5) membuat tanaman tidak mudah rebah; (6) menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap penyakit (Soepardi, 1983); (7) meningkatnya eksudat akar; (8) meningkatkan pengambilan hara oleh akar; (9) serta meningkatnya interaksi akar dengan fungi Mikoriza (Lambers et al., 2006). Adanya peningkatan produktivitas akar tanaman dan interaksinya dengan Mikoriza akan berdampak pada peningkatan fauna tanah, terutama fauna tanah pemakan fungi seperti Acari dan Collembola. Gambar 4 (a) dan (b). Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya cacing tanah dan rayap. Cacing tanah dan rayap berperan sebagai ecosystem engineer bersama dengan Hymenoptera. Ecosystem engineer menurut Jones et al (1994) adalah organisme yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ketersediaan sumber makanan bagi organisme lain, dengan melakukan perubahan keadaan fisik lingkungan baik biotik maupun abiotik. Cacing tanah dan rayap, melalui aktivitasnya, yaitu membuat lubang dalam tanah, mencampur bahan organik, dan menghasilkan kotoran (casting); akan berdampak pada perubahan komposisi mineral dan organik tanah, siklus hara, drainase tanah, dan komposisi organisme pada habitat tersebut. Tidak ditemukannya baik cacing tanah dan rayap diduga disebabkan oleh jenis bahan organik yang tersedia kurang disukai oleh kedua jenis fauna tanah tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiyarto et al (2004) yang menunjukkan adanya preferensi makrofauna tanah terhadap bahan organik sebagai sumber makanannya.

9 4.3 Keragaman Fauna Tanah Keragaman fauna tanah dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan Shannnon s diversity index (H ). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapatkan hasil seperti pada Tabel 4. Keragaman fauna tanah sendiri dapat dihitung berdasarkan kepadatan populasi maupun biomassa fauna tanah (Widyastuti, 2002). Dilihat dari kepadatan populasi fauna tanah maka indeks keragaman fauna tanah tertinggi terdapat pada lahan tebu PS IPB 1-70 dengan nilai sebesar 1.8. Berdasarkan biomassa fauna tanah, indeks keragaman tertinggi terdapat pada lahan tebu PS IPB 1-17 yaitu sebesar 1.5. Indeks keragaman terendah baik berdasarkan kepadatan populasi maupun biomassa fauna tanah terdapat pada lahan tebu PS IPB 1-36 dan PS IPB 1-55 dengan nilai 0. Hal ini lebih disebabkan karena hanya ditemukan 1 kelompok fauna tanah pada masingmasing lahan tebu tersebut. Berdasarkan kategori nilai Shannon s diversity index yang terdapat pada Magurran (1987) maka keragaman fauna tanah berdasarkan kepadatan populasi pada lahan tebu PS IPB 1-70 adalah sedang. Begitupula lahan tebu non-transgenik PS 851 memiliki keragaman fauna tanah sedang berdasarkan kepadatannya, dengan nilai indeks sebesar 1.5. Dilihat dari biomassa fauna tanah, maka PS IPB 1-17 digolongkan memiliki keragaman sedang, dengan nilai indeks sebesar 1.6. Pada lahan tebu non-transgenik PS 851 hanya didapatkan indeks keragaman berdasarkan biomassa sebesar 1.1 sehingga dikategorikan memiliki keragaman rendah. Dari hasil indeks keragaman fauna berdasarkan kepadatan populasi fauna terlihat bahwa hampir seluruh klon tebu transgenik PS IPB 1 menunjukkan keragaman fauna tanah yang rendah hingga sedang. Dari 35 sampel klon tebu PS IPB 1, hanya 10 sampel yang menunjukkan nilai indeks keragaman lebih besar daripada tebu PS 851. Pada indeks keragaman berdasarkan biomassa fauna tanah, seluruh klon PS IPB 1 menunjukkan keragaman fauna tanah yang rendah kecuali pada lahan PS IPB 1-17.

10 Tabel 4 Indeks Keragaman Populasi Fauna Tanah pada Lahan Tebu Transgenik PS IPB 1 dan Tebu Non-transgenik PS 851 Kode Sampel Jumlah Taksa Kepadatan Biomassa total H'*) (Individu/m2) (mg/m2) Kepadatan Biomassa Tebu Non-transgenik PS Tebu Transgenik PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB PS IPB *) H : Shannon s Diversity Index Pada Tabel 4 terlihat hanya ada 3 sampel lahan tebu transgenik PS IPB 1 yang memiliki nilai indeks keragaman yang lebih tinggi dari tebu PS 851 berdasarkan biomassa fauna tanah, yaitu PS IPB 1-17, 71 dan 46. Sedangkan menurut kepadatan populasi fauna tanah, indeks keragaman PS IPB 1-7 yang

11 memiliki biomassa fauna tanah tertinggi, nilai indeks keragamannya hanya sebesar 0.5 berdasarkan biomassa fauna tanah. PS IPB 1-8 yang memiliki kepadatan populasi tertinggi, hanya menunjukkan indeks keragamanan berdasarkan kepadatan sebesar 1.0. Hal ini disebabkan karena adanya dominasi fauna tanah tertentu dalam habitat, sehingga nilai indeks keragaman menjadi kecil. Nilai indeks keragaman akan maksimal ketika semua individu yang ada dalam habitat dapat terwakili secara merata (Cover dan Thomas, 1991). Pada Tabel Lampiran 1 terlihat bahwa pada lahan tebu PS IPB 1-7 dan PS IPB 1-8 terdapat fauna tanah yang kepadatannya jauh lebih tinggi daripada fauna tanah yang lain. Hymenoptera dan Acari (Spider Mites) mendominasi populasi fauna tanah pada lahan tebu PS IPB 1-7, sedangkan pada lahan tebu PS IPB 1-8 didominasi oleh Hymenoptera dan Acari (Oribatid Mites). Pada lahan tebu PS IPB 1-70 dan PS IPB 1-17 masing-masing taksa fauna tanah memiliki kepadatan populasi dan biomassa yang tidak terlalu jauh berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga walaupun tebu PS IPB 1-70 dan PS IPB 1-17 memiliki kepadatan dan biomassa yang lebih kecil dari PS IPB 1-7 dan PS IPB 1-8, namun memiliki indeks keragaman tertinggi karena kepadatan dan biomassanya lebih merata pada setiap jenis fauna yang ada di dalamnya. Rendahnya nilai indeks keragaman fauna tanah pada klon-klon tebu PS IPB 1, baik berdasarkan kepadatan populasi maupun biomassa fauna,diduga disebabkan karena rendahnya variasi jenis bahan organik yang tersedia sehingga jenis fauna tanah yang ditemukan kurang beragam. Selain itu, Wallwork (1976) menyatakan bahwa pertanian monokultur akan menyebabkan menurunnya keragaman fauna tanah pada lahan tersebut. Pada Tabel Lampiran 1 dan 2 terlihat bahwa di seluruh klon PS IPB 1 ditemukan satu atau dua fauna tanah yang memiliki kepadatan populasi dan biomassa yang jauh lebih tinggi dibandingkan fauna tanah lainnya yang berada pada satu lahan klon tebu PS IPB 1. Umumnya fauna tanah yang mendominasi kepadatan populasi dan biomassa tersebut adalah adalah Hymenoptera dan Acari. Sedangkan Symphyla yang memiliki frekuensi kehadiran tinggi pada lahan tebu transgenik kepadatannya masih kalah dibandingkan Hymenoptera dan Acari.

12 Bervariasinya jumlah dan kepadatan fauna tanah pada lahan tebu transgenik PS IPB 1 kemungkinan tidak hanya dipengaruhi oleh tebu transgenik itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Suin (2006), kehidupan fauna tanah dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Wallwork (1976) menyebutkan bahwa pada areal pertanian akan ada beberapa jenis fauna tanah yang menghilang dan terjadi reduksi pada jumlah Acari dan Collembola. Fauna tanah yang menghilang pada lahan pertanian akan mempengaruhi rantai dan jaringan makanan pada lingkungan tanah. Makrofauna tanah yang ditemukan didominasi oleh fauna yang bersifat predator meskipun ada juga yang merupakan pemakan serasah, fungi dan humus. Pengaruh penanaman tebu transgenik dengan gen fitase terhadap keragaman dan kepadatan fauna tanah pada penelitian ini tidak terlihat dengan jelas. Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan keragaman dan kepadatan fauna tanah yang nyata berbeda antara lahan yang ditanami tebu non-transgenik PS 851 dan tebu transgenik PS IPB 1. Menurut Santosa (2002) kemungkinan adanya penyebaran gen dari tanaman transgenik ke lingkungan luar memang ada, seperti yang terjadi pada kasus tanaman Bt-transgenik. Pada tanaman tebu transgenik dengan gen fitase seperti PS IPB 1, perkembangan akar yang baik karena tercukupinya P dalam jaringan tanaman akan membantu interaksi akar tanaman dengan Mikoriza (Lambers et al., 2006). Interaksi ini dapat berdampak positif pada populasi fauna tanah pemakan fungi seperti Acari dan Collembola.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kepadatan Populasi Fauna Tanah Populasi fauna tanah diamati pada 2 lokasi, yaitu pada lahan yang ditanami padi gogo dengan kemiringan 5% dan lahan dengan kemiringan 15%.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Klasifikasi Fauna Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Klasifikasi Fauna Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Fauna tanah sebagai bagian dari organisme tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof utama dalam tanah (Rahmawaty, 2004). Kelompok ini mendapatkan energi dari substrat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah

Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah LAMPIRAN Lampiran 1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah PROFIL 1 LOKASI : Surya Panel 7 Umur 0 Tahun (lereng atas) KOORDINAT : 00º 33 26.2 LU 117º 29 28.2 BT Uraian deskripsi profil No. Lapang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan, dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Pinus Hutan pinus (Pinus merkusii L.) merupakan hutan yang terdiri atas kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Kingdom Divisio Classis Ordo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas fauna tanah, bertempat pada habitat yang cocok untuk memperoleh makanan, kondisi fisik dan ruangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris karena mempunyai kekayaan alam yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor terpenting dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Sebagai Suatu Komunitas Fauna tanah merupakan organisme yang seluruh atau sebagian besar daur hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah juga permukaan tanah yang berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Lingkungan Hidup Fauna Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Lingkungan Hidup Fauna Tanah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Fauna tanah adalah organisme yang seluruh atau sebagian besar daur atau kegiatan untuk kelangsungan hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah (Poerwowidodo, 1992)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup, baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu termasuk family Graminae, genus Saccharum. Terdapat tiga spesies tebu, meliputi S. officinarum, S. robustum, dan S. spontaneum, serta dua sub spesies, yaitu S. sinense

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH

III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH 12 III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH dari stabilitas, struktur, hidrolik konduktivitas, dan aerasi, namun memiliki sifat kimia kurang baik yang dicerminkan oleh kekahatan hara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum untuk pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum untuk pertumbuhan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.) Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah. Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia, luasnya mencapai 130.609.014,98 ha (Departemen Kehutanan, 2011). Ekosistem tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia (Rahmawaty,

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEPADATAN POPULASI FAUNA TANAH PADA AREAL PERTANAMAN TEBU TRANSGENIK PS IPB 1 DI KEBUN PENELITIAN PG JATIROTO JAWA TIMUR

KERAGAMAN DAN KEPADATAN POPULASI FAUNA TANAH PADA AREAL PERTANAMAN TEBU TRANSGENIK PS IPB 1 DI KEBUN PENELITIAN PG JATIROTO JAWA TIMUR KERAGAMAN DAN KEPADATAN POPULASI FAUNA TANAH PADA AREAL PERTANAMAN TEBU TRANSGENIK PS IPB 1 DI KEBUN PENELITIAN PG JATIROTO JAWA TIMUR FALENTINA MARETHA KUNU PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati merupakan jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Organisme Tanah JASAD HIDUP TANAH DALAM STRUKTUR EKOSISTEM. Komposisi Tanah PRODUSEN (TANAMAN) KONSUMEN (HEWAN, MANUSIA) PEROMBAK (JASAD HIDUP TANAH)

Organisme Tanah JASAD HIDUP TANAH DALAM STRUKTUR EKOSISTEM. Komposisi Tanah PRODUSEN (TANAMAN) KONSUMEN (HEWAN, MANUSIA) PEROMBAK (JASAD HIDUP TANAH) Organisme Tanah Komposisi Tanah Tanah mengandung bahan organik dan bahan mineral yang mendukung kehidupan organisme A healthy soil has abundant biological activity. Biological activity contributes to beneficial

Lebih terperinci

PENGARUH Trichoderma sp. DAN MOLASE TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI PADA LATOSOL DARMAGA DEWI SITI LESTARI

PENGARUH Trichoderma sp. DAN MOLASE TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI PADA LATOSOL DARMAGA DEWI SITI LESTARI PENGARUH Trichoderma sp. DAN MOLASE TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI PADA LATOSOL DARMAGA DEWI SITI LESTARI DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BIOLOGI TANAH. Tanah sebagai tempat kehidupan berbagai jasad hidup (makro, dan mikro)

BIOLOGI TANAH. Tanah sebagai tempat kehidupan berbagai jasad hidup (makro, dan mikro) SIFAT BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH Ilmu yang mempelajari : Organisme yang hidup dalam tanah, klasifikasi dan aktivitas metabolismenya,serta peranannya dalam siklus nutrisi dan perombakan bahan pencemar.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor fisik, kimia terlebih dahulu agar diperoleh gambaran kondisi mikroklimat tanah gambut pada areal penelitian.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fauna Tanah Fauna tanah adalah semua fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah, sebagian atau seluruh siklus hidupnya berlangsung

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam persiapan lahan yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Struktur Komunitas Mesofauna Tanah dan Kapasitas Infiltrasi Air setelah diberi Perlakuan Biostarter Pengurai Bahan Organik

Struktur Komunitas Mesofauna Tanah dan Kapasitas Infiltrasi Air setelah diberi Perlakuan Biostarter Pengurai Bahan Organik BIOMA, Desember 2013 ISSN: 1410-8801 Vol. 15, No. 2, Hal. 81-89 Struktur Komunitas Mesofauna Tanah dan Kapasitas Infiltrasi Air setelah diberi Perlakuan Biostarter Pengurai Bahan Organik Latifah Fitria

Lebih terperinci

DISTRIBUSI VERTIKAL DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN DIENG

DISTRIBUSI VERTIKAL DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN DIENG DISTRIBUSI VERTIKAL DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN DIENG Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Biologi oleh Nur Itsna Rizqiyyah 4411412072

Lebih terperinci

PENGELOLAAN FUNGSI FAUNA TANAH PADA SATUAN LAHAN PEKEBUNAN KAKAO RAKYAT

PENGELOLAAN FUNGSI FAUNA TANAH PADA SATUAN LAHAN PEKEBUNAN KAKAO RAKYAT PENGELOLAAN FUNGSI FAUNA TANAH PADA SATUAN LAHAN PEKEBUNAN KAKAO RAKYAT LA ODE MUHAMMAD HARJONI KILOWASID HASBULLAH SYAF NUR ALI SOLEHAN JUANG RAMADAN MARDIN ARDI DISAJIKAN PADA SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO

IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO IDENTIFIKASI FAMILI SERANGGA DAN DOMINANSINYA PADA TANAMAN TEBU TOLERAN KEKERINGAN DI PG DJATIROTO SKRIPSI Oleh Devia Istikoma NIM 091810401029 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DINAMIKA KELIMPAHAN ORIBATIDA PADA AREA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN BAJUBANG BATANGHARI JAMBI

DINAMIKA KELIMPAHAN ORIBATIDA PADA AREA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN BAJUBANG BATANGHARI JAMBI J. Tanah Lingk., 17 (1) April 2015: 33-38 ISSN 1410-7333 DINAMIKA KELIMPAHAN ORIBATIDA PADA AREA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN BAJUBANG BATANGHARI JAMBI Population Dynamics of Oribatid Mites in

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak berubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong dalam kelompok rumput-rumputan (famili Poaceae). Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah

Lebih terperinci

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH Ilmu yang mempelajari : KULIAH 1 PENDAHULUAN Organisme yang hidup dalam tanah, klasifikasi dan aktivitas metabolismenya,serta peranannya dalam siklus nutrisi dan perombakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOTA TANAH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN LAHAN KERING MASAM

PEMANFAATAN BIOTA TANAH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN LAHAN KERING MASAM Pemanfaatan Pengembangan biota Inovasi tanah Pertanian... 1(2), 2008: 157-163 157 PEMANFAATAN BIOTA TANAH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN LAHAN KERING MASAM Tim Sintesis Kebijakan Balai Besar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Januari sampai April 2010 di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis rumputan (graminae) yang mempunyai batang tunggal dan kemungkinan dapat memunculkan cabang anakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras, sebagai bahan makanan ternak dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro esensial dan secara alami fosfor di dalam tanah berbentuk senyawa organik atau anorganik. Kedua bentuk tersebut merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

Sumani*, Zaidatun Nusroh**, Supriyadi* Soil Department Agriculture Faculty- Sebelas Maret University

Sumani*, Zaidatun Nusroh**, Supriyadi* Soil Department Agriculture Faculty- Sebelas Maret University KERAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DALAM PERTANAMAN PALAWIJA DI LAHAN KERING PADA SAAT MUSIM PENGHUJAN (The Variability of Soil Macrofauna on Palawija Cropping of Dry Land in The Rainfall Season) Sumani*, Zaidatun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4.1. Karakteristik Fisik Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori 4.1.1. Bobot Isi Tanah Hantaran hidrolik merupakan parameter sifat fisik tanah yang berperan dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan nama sweet corn sudah lama dikenal di India dan Amerika. Jagung manis di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

BIODIVERSITAS DAN SIFAT KIMIA TANAH PADA EKOSISTEM LADA DAN UBI KAYU DI LAMPUNG TIMUR ARFI IRAWATI

BIODIVERSITAS DAN SIFAT KIMIA TANAH PADA EKOSISTEM LADA DAN UBI KAYU DI LAMPUNG TIMUR ARFI IRAWATI 34 BIODIVERSITAS DAN SIFAT KIMIA TANAH PADA EKOSISTEM LADA DAN UBI KAYU DI LAMPUNG TIMUR ARFI IRAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu.

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu. 1. PENDAHULUAN Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan ketahanan pangan termasuk di dalamnya kebutuhan akan protein hewani terus meningkat. Salah satu sumber protein yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi

Lebih terperinci

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260 PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260 ADE NENA NURHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,

Lebih terperinci

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE YUNITA LISNAWATI PUSAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN Latar Belakang Pengembangan HTI diawali dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

POPULASI DAN KERAGAMAN FAUNA TANAH PADA AREAL PERTANAMAN PADI GOGO DENGAN TEKNOLOGI PERESAPAN BIOPORI DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB

POPULASI DAN KERAGAMAN FAUNA TANAH PADA AREAL PERTANAMAN PADI GOGO DENGAN TEKNOLOGI PERESAPAN BIOPORI DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB POPULASI DAN KERAGAMAN FAUNA TANAH PADA AREAL PERTANAMAN PADI GOGO DENGAN TEKNOLOGI PERESAPAN BIOPORI DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB NAILAH SA ADAH A14063053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Mega Biodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Asti, (2010, hlm. 1) bahwa Diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

AKTIVITAS DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA TIGA JENIS PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SITUDAUN KECAMATAN TENJOLAYA, BOGOR. Oleh:

AKTIVITAS DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA TIGA JENIS PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SITUDAUN KECAMATAN TENJOLAYA, BOGOR. Oleh: AKTIVITAS DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA TIGA JENIS PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SITUDAUN KECAMATAN TENJOLAYA, BOGOR Oleh: SEFTI ANGRAENI A24104004 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK

TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK ASAM FITAT (PHYTIC ACID) CATOOTJIE LUSJE NALLE, Ph.D. POLITANI NEGERI KUPANG ASAM FITAT Apa itu asam fitat? Asam fitat: Bentuk simpanan fosfor dalam biji2xan. Merupakan garam mio-inositol

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Peranan Pupuk N, P dan K pada Padi Sawah

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Peranan Pupuk N, P dan K pada Padi Sawah 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Sejak Liebig mengemukakan teori tentang kadar unsur hara terhadap daya menghasilkan suatu lahan, penggunaan bahan organik untuk mempertahankan produksi tanaman telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Usaha ekstensifikasi dilakukan dengan cara pembukaan lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

DASAR ILMU TA AH 0 1: 1 K

DASAR ILMU TA AH 0 1: 1 K DASAR ILMU TA AH Materi 01: Konsep Tanah Mengapa kita perlu mempelajari tanah? 1. Untuk mengetahui bagaimana menggunakan dan melestarikan tanah secara benar 2. Untuk memahami bagaimana sifat-fisik fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir ini laju pertumbuhan jumlah penduduk dunia termasuk Indonesia sangat cepat. Berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci