BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan HTI Sengon Pembibitan Bibit merupakan komponen input penting dalam pembangunan hutan tanaman yang sejak awal harus diperhitungkan pengadaannya, baik dalam hal jumlah maupun sumbernya. Pengadaan bibit merupakan bagian dari rencana strategik yang harus masuk dalam perencanaan jangka panjang, karena lewat bibit peningkatan produktivitas lahan hutan dapat dicapai. Kegiatan pembibitan di PT Nityasa Idola secara umum terbagi menjadi dua macam yaitu pembibitan yang dikelola oleh perusahaan dan pembibitan yang dikelola oleh masyarakat. Untuk pembibitan yang dikelola perusahaan, lokasinya terdapat di site Meranti dan site Bengkayang, sedangkan untuk pembibitan yang dikelola masyarakat, lokasinya terdapat di dua loksai di wilayah Kecamatan Meranti Bagian Selatan. Kegiatan pengadaan bibit yang dilakukan PT. Nityasa Idola dilakukan dengan menggunakan single tube. Media pembibitan yang digunakan adalah akar paku (sagup) yang telah dicincang halus dan dicampur dengan dolomit untuk mengurangi tingkat keasaman media dengan dosis sebanyak 5 kg untuk setiap m 3 media sagup. Selain itu, media tersebut juga dicampur dengan pupuk TSP dengan dosis sebanyak 4 kg untuk setiap m 3 media sagup. Setelah dilakukan pemupukan, media dapat dimasukkan ke dalam single tube. Tiga prinsip dasar dalam kegiatan pengisian media ke single tube adalah penuh, padat dan merata. Pengisian media dalam single tube dipadatkan. Single tube yang sudah diisi disiram dengan air hingga jenuh. Bila permukaan media turun, maka perlu dilakukan penambahan media kembali hingga penuh. Single tube yang sudah diisi kemudian dimasukkan ke dalam tray dan disusun dengan rapi. Setelah media siap, maka tahapan selanjutnya adalah menyiapkan benih untuk ditanam di single tube. Sebelum ditanam, benih harus dipatahkan dormansinya terlebih dahulu yaitu dengan cara direndam dalam air panas selama

2 21 15 menit kemudian dilanjutkan dengan perendaman di air dingin selama 12 jam. Setelah itu benih diseleksi yaitu memisahkan benih yang berkualitas dengan benih yang tidak berkualitas. Setelah benih diseleksi, benih yang berkualitas segera ditanam dalam single tube dengan jumlah masing-masing 1 benih di dalam setiap single tube. Benih yang tumbuh segera dipindahkan di bawah shading net dengan intensitas naungan 50% selama dua minggu. Selanjutnya dipindahkan di bawah shading net dengan intensitas naungan 30% selama dua minggu. Setelah bibit memenuhi kriteria, bibit dipindahkan ke area terbuka. Selama pembibitan, kegiatan pemeliharaan bibit yang dilakukan antara lain adalah penyiraman yang dilakukan 2-3 kali/hari, penyiangan gulma yang dilakukan dua minggu sekali dan pemupukan yang dilakukan dengan jadwal dan dosis seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Dosis pemupukan bibit Hari Ke Jenis Pupuk Jenis Pupuk Hari ke NPK TSP P.Daun NPK TSP P.Daun Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan di PT Nityasa Idola secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 2 sistem yaitu: 1) Sistem penyiapan lahan manual Sistem ini diterapkan pada kondisi lahan yang memiliki slope (kelerengan) lebih besar dari 20% sehingga tidak memungkinkan bagi alat berat (bulldozer) untuk dapat beroperasi. Secara umum kegiatan penyiapan lahan terbagi menjadi tiga kegiatan utama yaitu tebas, tebang dan chemical. Kegiatan tebas dilakukan pada belukar perdu yang memiliki diameter kurang dari 10 cm. Dalam kegiatan tebas, perusahaan mempunyai standar yang ditetapkan yaitu tinggi tebasan kurang dari 10 cm serta batang, cabang dan ranting hasil tebasan direncek. Setelah kegiatan tebas selesai, maka kegiatan dilanjutkan dengan

3 22 kegiatan tebang. Kegiatan tebang dilakukan pada pohon yang memiliki diameter lebih besar dari 10 cm. Sama seperti pada kegiatan tebas, pohon yang ditebang juga direncek dan memiliki standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Tabel 8. Standar rencekan penyiapan lahan manual Diameter Tinggi Tunggul Panjang Rencekan cm 25 cm 3,5 m cm 40 cm 4,0 m cm 100 cm Hanya dipotong ujung & pangkal saja >60 cm 130 cm Hanya dipotong ujung & pangkal saja Setelah semua perdu dan pohon di lahan tersebut ditebas dan ditebang, maka dilakukan pembuatan jalur tanam. Jalur tanam dibuat berselang-seling dengan tumpukan hasil tebas tebang dengan lebar 1,5 m (jarak tanam 3m x 3m). Jalur tanam dibuat dengan arah Barat dan Timur dengan titik tanam tepi berjarak 1/2 jarak tanam dari jalan. Pada jalur tanam dilakukan kegiatan tebas rata tanah. Fase terakhir dalam kegiatan penyiapan lahan secara manual adalah kegiatan chemical yaitu kegiatan pembersihan alang-alang dan gulma dengan cara penyemprotan menggunakan herbisida. Kegiatan ini dilakukan 14 hari pasca kegiatan pembuatan jalur tanam. Adapun herbisida yang digunakan pada kegiatan ini adalah gramoxone (untuk ilalang) dan round up (untuk gulma daun lebar dan kecil). 2) Sistem penyiapan lahan mekanis Sistem penyiapan lahan mekanis dilakukan pada lahan yang memilki kelerengan lebih kecil dari 20% sehingga memungkinkan alat berat (bulldozer) untuk beroperasi. Secara umum, kegiatan penyiapan lahan secara mekanis dilakukan dalam beberapa sub kegiatan yaitu rebah injak; tebang dan rencek; pembuatan jalur tanam dan chemical. Rebah injak dilakukan pada pohon atau vegetasi dengan diameter kurang dari 10 cm. Seperti namanya, pohon atau vegetasi direbahkan dan diinjak menggunakan dozer dengan posisi blade dozer diangkat 10 cm dari permukaan

4 23 tanah agar top soil tidak terkupas. Pohon yang sudah roboh direncek dan kemudian batang dan rantingnya ditinggal di lantai hutan. Tebang dan rencek diawali dengan menebang pohon dengan diameter lebih dari 10 cm dengan membuat takik terlebih dahulu. Pucuk pohon yang ditebang kemudian direncek sedangkan batang utama ditarik dengan winch dozer dan dibuang di tempat yang tidak efektif. Penebangan dilakukan ke satu arah rebah mengikuti kontur alam. Batang, cabang dan ranting dari pohon harus rata permukaan tanah dan terlepas dari tunggul atau pohon lain Penanaman Kegiatan penanaman secara umum terbagi menjadi empat tahapan yaitu seleksi bibit siap tanam, pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam dan penanaman Seleksi Bibit Siap Tanam Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, hal pertama yang dilakukan adalah kegiatan penyeleksian bibit. Kegiatan ini dimaksudkan agar bibit yang ditanam nanti akan dapat tumbuh dengan baik di lokasi penanaman. Tentunya kegiatan penyeleksian ini dilakukan sesuai dengan standar Bibit Siap Tanam (BST) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tabel 9 Standar bibit siap tanam No Bagian Bibit Standar 1 Tinggi Bibit Lebih dari 20 cm 2 Daun Tidak terserang hama dan penyakit tanaman, jumlah daun lebih dari 3 tangkai 3 Batang Lurus, bertajuk 4 Batang berkayu 20% dari tinggi 5 Diameter leher akar Lebih dari 3 mm 6 Perakaran Kompak dan utuh, tidak growong, tidak patah bila diayun 5 kali Pengangkutan Bibit Setelah bibit-bibit di persemaian diseleksi, kegiatan selanjutnya adalah pengangkutan ke lokasi penanaman. Bibit lolos seleksi tersebut diangkut menggunakan alat angkut yang aman dari hal-hal yang menyebabkan kerusakan

5 24 pada bibit saat pengangkutan. Alat angkut yang biasa digunakan dalam kegiatan pengangkutan bibit adalah jonder, mobil operasional kantor atau kalau dalam keadaan yang tidak memungkinkan kendaraan roda empat untuk masuk maka digunakan motor. Bibit disusun rapi dalam rak bibit yang diletakkan di alat transport dan diberi naungan agar bibit tidak kering saat pengangkutan. Bibit dibawa sesuai dengan kapasitas maksimal alat angkut ke tempat penyimpanan bibit sementara yang berada dekat dengan lokasi penanaman. Setibanya di lokasi, bibit disimpan di tempat yang teduh dan aman. Bibit harus diusahakan berada pada lokasi yang dekat dengan sumber air dan maksimum bibit disimpan selama tiga hari di lokasi penyimpanan sementara. Bibit-bibit yang belum ditanam harus dipelihara sesuai dengan standar pemeliharaan di persemaian hingga bibit tersebut ditanam agar tidak mati Pembuatan Lubang Tanam Setelah bibit diangkut ke lokasi penanaman dan lahan sudah siap untuk ditanam, kegiatan beranjak ke kegiatan penanaman. Salah satu bagian penting dari kegiatan penanaman adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam sangat mempengaruhi kemampuan bertahan bibit saat ditanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 20 cm dan kedalaman 20 cm. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran tersebut dimaksudkan agar ruang gerak pertumbuhan akar tidak terlalu sempit sehingga akar dapat berfungsi maksimal dalam mencari unsur hara sehingga pertumbuhan bibit baik. Pastikan bahwa tanah di sekitar lubang tanam harus dicangkul, dibalik dan digemburkan agar kemampuan aerasi tanah tetap terjaga. Lubang tanam tersebut dibuat dengan jarak tanam 3m x 3m sesuai dengan standar yang telah ditetapkan PT Nityasa Idola Penananaman Setelah lubang tanam siap, kegiatan selanjutnya adalah penanaman. Bibit siap tanam yang telah diseleksi sebelumnya dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah dibuat. Sebelum dimasukkan, ujung akar dari bibit siap tanam tersebut harus dipotong terlebih dahulu. Bibit siap tanam harus dalam keadaan tegak lurus dan memiliki perakaran yang kompak, utuh, tidak terlipat dan tidak hancur saat

6 25 dimasukkan ke dalam lubang tanam. Lubang tanam ditimbun dengan tanah yang gembur hingga setengah tinggi lubang tanam. Kemudian dilakukan kegiatan pemupukan dasar menggunakan pupuk TSP dengan dosis 160 gr/lubang tanam. Pemupukan dilakukan di atas kanan dan kiri bibit dengan jarak 10 cm dan kedalaman lubang 10 cm (untuk lahan relatif datar) dan di tanah bagian atas titik tanaman (untuk lahan yang miring). Setelah itu dilakukan penimbunan dengan tanah gembur hingga lubang tanam rata dengan permukaan tanah Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas pohon yang dihasilkan. Pemeliharaan menentukan pertumbuhan riap pohon. Kegiatan pemeliharaan tanaman di HTI PT Nityasa Idola terdiri dari beberapa kegiatan yaitu penyulaman, total weeding, chemical weeding, pemupukan, singling, pruning dan penjarangan. Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu fokus kegiatan PT Nityasa Idola selain penanaman. Kegiatan pemeliharaan saat ini mengalami permasalahan dalam pelaksanaannya karena sumberdaya manusia yang tersedia tidak mencukupi. Akibatnya banyak lahan yang tidak terawat karena keterlambatan pemeliharaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perusahaan mendatangkan pekerja dari pulau Jawa untuk kegiatan pemeliharaan. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di HTI PT Nityasa Idola adalah sebagai berikut: Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan mengganti bibit yang mati atau tumbuh tidak normal di lokasi penanaman dengan bibit baru yang sehat. Penyulaman dilakukan setelah kegiatan pengecekan hasil penanaman yang dilakukan dua minggu setelah kegiatan penanaman Total weeding Total weeding adalah kegiatan membersihkan gulma, tumbuhan bawah, rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya yang tumbuh di lahan penanaman.

7 26 Kegiatan ini dilakukan bila pertumbuhan gulma merata di seluruh areal dan tinggi gulma lebih rendah dari tinggi tanaman pokok. Gulma di seluruh areal tanaman ditebas dengan tinggi tebasan lebih rendah atau sama dengan 25 cm. Tanaman juga dibebaskan dari gulma yang melilit atau liana. Total weeding dilakukan sebanyak 6 kali yaitu pada umur 1-3 bulan, umur 4-6 bulan, umur 7-9 bulan, umur bulan, umur bulan dan umur bulan Chemical Weeding Kegiatan ini dilakukan pada areal yang gulmanya berupa alang-alang. Namun apabila sulit untuk dilaksanakan karena gulma terlalu tinggi, maka terlebih dahulu harus dilakukan total weeding. Herbisida yang digunakan terdapat dua jenis yaitu gramoxone dan round up. Gramoxone digunakan untuk lahan yang tanaman pengganggunya didominasi oleh ilalang. Sedangkan round up digunakan untuk lahan yang tanaman pengganggunya didominasi oleh gulma berdaun lebar. Dosis untuk gramoxone adalah 3 liter/ha/250 liter air. Sedangkan untuk round up dosisnya adalah 3 liter/ha/300 liter air. Kegiatan chemical weeding dilakukan pasca kegiatan total weeding dilaksanakan atau dilakukan sebanyak enam kali dalam satu daur tanam Pemupukan Pemupukan dilakukan pada tanaman umur 3-4 bulan menggunakan pupuk urea dengan dosis sebanyak 40 gr/pohon. Lubang pemupukan dibuat pada jarak 30 cm dari tanaman dengan kedalaman lubang 7-10 cm. Untuk di lahan yang landai, lubang pemupukan dibuat pada dua sisi tanaman dengan dosis pupuk yang dibagi dua. Sedangkan untuk di lahan yang miring, lubang pemupukan hanya dibuat di sisi atas bagian areal yang miring Singling Singling adalah pemotongan salah satu batang pada tanaman yang memiliki batang ganda. Singling dimaksudkan sebagai upaya menghindarkan tumbuhnya lebih dari satu batang kayu dari setiap pohon. Batang yang ditinggalkan adalah batang yang terbaik (diameter besar, lurus dan sehat). Batang

8 27 yang tidak terpilih dipotong dengan menggunakan gergaji. Kegiatan singling dilakukan pada saat tinggi tanaman 1,5-2,5 m (sekitar umur 6-9 bulan Pruning Pemangkasan cabang (pruning) dimaksudkan untuk mencapai tujuan menghasilkan kayu pertukangan yaitu kayu gelondongan yang dihasilkan oleh batang tunggal yang lurus sepanjang mungkin dan relatif silindris. Manfaat pemangkasan cabang dicerminkan oleh makin tingginya nilai ekonomi log. Pruning dilakukan bila diameter batang mencapai 6 cm (diperkirakan sekitar umur 6-9 bulan). Pruning dilakukan pada 40% dari tinggi total tanaman, sehingga tidak ada lagi cabang hingga batas tinggi tersebut. Cabang dipotong dengan menggunakan gergaji pruning yang dilakukan rapat batang dari arah bawah ke arah atas. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya pengelupasan kulit kayu pada batang utama tanaman. Untuk cabang berukuran besar, cara pruning yang dilakukan dengan memotong cabang secara bertahap. Tahap pertama cabang dipotong agak jauh dari batang, selanjutnya pemotongan kedua baru dilakukan rapat batang Penjarangan Sebagai sebuah tindakan silvikultur, penjarangan ditujukan kepada pemaksimalan nilai tegakan sisa. Di HTI PT Nityasa Idola belum dilakukan kegiatan penjarangan baik yang non komersil maupun komersil karena usia tanaman yang belum mencukupi. Namun secara umum kegiatan penjarangan di PT Nityasa Idola terbagi menjadi dua yaitu: a. Penjarangan non komersial Penjarangan ini dilakukan pada umur tanaman 2 tahun dengan meninggalkan 550 batang/ha atau kira-kira 50% dari total jumlah batang. Kriteria utama penjarangan non komersial ini adalah keseragaman ruang tumbuh. Penjarangan ini tidak menghasilkan kayu apapun. Pada penjarangan ini diperkirakan akan dibuang sekitar 40% volume tegakan dalam bentuk kayu dari ukuran-ukuran diameter yang tidak komersial. Setelah penjarangan pre-

9 28 commercial ini, kegiatan pemupukan dan pemangkasan cabang kemungkinan perlu dilakukan. Aplikasi herbisida juga perlu, mengingat kegiatan penjarangan ini telah membebaskan lantai hutan dari naungan tajuk. b. Penjarangan komersial Penjarangan ini dilakukan pada tanaman berumur 4 tahun (tahun kelima sejak tanam). Pada kegiatan penjarangan ini ditinggalkan sekitar 350 batang per hektar. Penjarangan ini akan menghasilkan kayu sekitar 25 m 3 /ha. Beberapa tujuan dilaksanakannya kegiatan penjarangan adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi jumlah pohon dalam tegakan agar pohon yang ditinggalkan mempunyai cukup ruang untuk perkembangan tajuk dan akar sehingga perkembangan riap dapat mencapai ukuran yang dapat digunakan dengan cepat. 2. Untuk menciptakan tegakan yang sehat dilakukan dengan membuang pohonpohon yang mati, terkena penyakit, rusak dan mengurangi kompetisi untuk menghindari stress yang akan merangsang timbulnya penyakit. 3. Untuk menghilangkan pohon-pohon yang jelek pertumbuhannya misalnya bengkok atau menggarpu 4. Untuk mendapatkan pemasukan antara dari penjualan kayu hasil penjarangan. 5.2 Pengelolaan Industri Veneer Proses Produksi Veneer Tahapan awal dalam kegiatan produksi veneer di PT Nityasa Idola adalah melakukan scaling dan grading pada log yang masuk. Scaling adalah mengukur dimensi log yaitu panjang log dan diameter log. Sedangkan grading adalah memisahkan log berdasarkan ukurannya. Log yang masuk harus memenuhi standar ukuran yang ditetapkan PT Nityasa Idola yaitu memiliki diameter > 15 cm dan panjang 130 ± 2 cm. Log yang telah diukur diameter dan panjangnya serta telah memenuhi standar kemudian dipisahkan menjadi dua kelas yaitu log yang memiliki diameter cm serta log yang memiliki diameter > 28 cm. Log

10 29 berukuran diameter cm akan diolah menjadi veneer menggunakan mesin rotary spindless. Sedangkan untuk log yang memiliki diameter > 28 cm akan diolah menjadi veneer menggunakan mesin rotary spindle. Sebelum log diolah menjadi veneer harus dilakukan pengupasan kulit kayu terlebih dahulu. Kegiatan pengupasan log terbagi menjadi dua macam yaitu pengupasan secara manual (untuk log > 28 cm) dan pengupasan mekanis menggunakan mesin round up (untuk log cm). Log berukuran cm harus dikupas secara mekanis menggunakan mesin round up dikarenakan log yang akan diolah menggunakan mesin rotary spindless harus memiliki bentuk yang silindris. Setelah log dikupas, selanjutnya log diolah menjadi veneer menggunakan mesin rottary spindless (untuk log cm) dan rottary spindle (untuk log > 28 cm). Tingkat rendemen rata-rata dari kedua mesin tersebut adalah sebesar 65%. Nilai tersebut berarti mesin akan menghasilkan volume veneer sebesar 65% dari volume log yang diolah. Proses produksi veneer dari log sengon secara umum tersajikan dalam Gambar 5. Log Masuk Scaling & Grading Log d > 28 cm Log d < 28 cm Kupas Kulit Manual Kupas Kulit Round Up Rotarry Spindle Rotarry Spindless Veneer Veneer OOP Random OOP Random Sumber: Hasil pengamatan Gambar 5 Diagram alir produksi veneer

11 Produk Industri Produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu PT Nityasa Idola adalah veneer. Veneer yang diproduksi PT Nityasa Idola memiliki ukuran lebar 126 cm dan ketebalan 2,2 mm. Secara umum veneer produksi PT Nityasa Idola terbagi menjadi dua kelas kualitas yaitu OOP dan Random. Pembagian kelas kualitas tersebut berdasarkan panjang dari veneer yang dihasilkan. Berikut adalah karakteristik dari OOP dan Random: Tabel 10 Perbedaan karakteristik OOP dan random No Karakteristik OOP random 1 Panjang 260 cm p>10 cm & p< 260 cm 2 Lebar 126 cm 126 cm 3 Tebal 2,2 mm 2,2 mm 4 Proporsi Produksi 80% Penerimaan dan Biaya HTI Penerimaan Penerimaan HTI PT Nityasa Idola berasal dari penjualan kayu sengon hasil penjarangan komersil dan pemanenan. Hasil penjualan dihitung dengan mengkalikan volume kayu yang dihasilkan dengan tarif harga jual kayu sengon di wilayah sekitar HTI. Karena PT Nityasa Idola belum melaksanakan kegiatan penjarangan komersil dan pemanenan, maka untuk volume hasil panen kayu per hektar diasumsikan sebesar 25 m 3 untuk penjarangan komersial dan 125 m 3 untuk pemanenan. Asumsi tersebut didasarkan pada target perusahaan yang tercantum dalam buku Rencana Karya Umum PT Nityasa Idola. Untuk harga kayu sengon didasarkan pada harga beli kayu sengon yang ditetapkan Industri Veneer PT Nityasa Idola di Ngabang yaitu Rp /m 3. Tabel 11 menyajikan data dugaan volume kayu dan penerimaan yang didapatkan dari hasil kegiatan penjarangan dan pemanenan setiap tahunnya.

12 31 Tabel 11 Tabel dugaan volume kayu dan penerimaan dari hasil kegiatan penjarangan dan pemanenan Volume Volume Volume Penerimaan Penerimaan Penerimaan Tahun Penjarangan Pemanenan Total Penjarangan Pemanenan Total (Rp) (m3) (m3) (m3) (Rp) (Rp) Pada tahun tahun awal kegiatan pengelolaan HTI Sengon, PT Nityasa Idola belum mendapatkan penerimaan. Penerimaan pertama didapatkan pada tahun 2012 yang berasal dari hasil penjarangan komersial tanaman tahun Besarnya penerimaan adalah sebesar Rp /ha sehingga total penerimaan untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp dari hasil penjarangan komersil lahan seluas 284 ha. Sedangkan penerimaan dari kegiatan pemanenan baru didapatkan pada akhir daur pertama yaitu pada tahun 2016 dengan nilai sebesar Rp /ha Penerimaan terbesar diperoleh pada tahun 2016 yang merupakan hasil penjarangan tanaman tahun 2013 dan pemanenan tanaman tahun Nilai

13 32 penerimaan penjarangan pada tahun tersebut diperkirakan sebesar Rp sedangkan untuk penerimaan pemanenan diperkirakan sebesar Rp Total penerimaan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp Biaya Biaya pengelolaan HTI Sengon PT Nityasa Idola terdiri dari pembangunan sarana dan prasarana, administrasi dan umum, perencanaan, pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan hutan, kewajiban kepada negara, kewajiban kepada lingkungan dan pemanenan. Tabel 12 Biaya pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola No Kegiatan Biaya(Rp/Ha) 1 Pembangunan Sarana dan Prasarana Administrasi Dan Umum Perencanaan Pengadaan Bibit Penyiapan Lahan Penanaman Pemeliharaan Perlindungan Dan Pengamanan Hutan Kewajiban Kepada Negara Kewajiban Kepada Lingkungan Pemanenan Total Biaya Biaya pembangunan sarana dan prasarana ini meliputi investasi bangunan, peralatan dan jalan, biaya pemeliharaan sarana dan prasarana serta depresiasi sarana dan prasarana. Masa pakai sarana dan prasarana diasumsikan selama 15 tahun, sehingga saat masa pakainya telah mencapai masa tersebut harus dilakukan kembali kegiatan reinvestasi. Nilai investasi bangunan, peralatan dan jalan adalah sebesar Rp /ha sedangkan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana adalah sebesar Rp /ha. Kedua nilai tersebut didapatkan dari rataan biaya terendah dan tertinggi dari standar biaya pembangunan HTI

14 33 Departemen Kehutanan, sedangkan untuk nilai depresiasi per tahun didapatkan dari pembagian antara jumlah investasi dengan masa pakainya (15 tahun). Biaya administrasi dan umum terdiri dari biaya pendidikan dan latihan, penelitian dan pengembangan, biaya umum dan biaya penilaian. Biaya pendidikan dan latihan nilainya sebesar Rp /ha. Biaya penelitian dan pengembangan nilainya sebesar Rp /ha. Biaya umum nilainya adalah sebesar Rp /ha dan biaya penilaian sebesar Rp /ha. Komponen biaya perencanaan terdiri dari biaya penyusunan FS dan AMDAL, penyusunan RKU, penyusunan RKT, pelaksanaan Inventarisasi, pelaksanaan tata batas dan penataan areal. Biaya dari setiap sub kegiatan perencanaan berturut-turut adalah Rp /ha, Rp /ha, Rp /ha, Rp /ha, Rp /ha dan Rp /ha. Komponen biaya dalam pengadaan bibit/persemaian terdiri dari biaya pengadaan logistik (media tanam, benih, pupuk, air dan lain lain), upah pekerja di persemaian, serta pengangkutan bibit. Biaya pengadaan bibit diperoleh dari pembagian antara jumlah biaya yang dikeluarkan di persemaian selama sebulan dengan jumlah bibit yang dihasilkan pada bulan tersebut. Nilainya didapatkan sebesar Rp 500/bibit. Dengan demikian untuk satu hektar lahan dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan tingkat penyulaman sebesar 30% dibutuhkan biaya untuk pengadaan bibit sebesar Rp Lahan di PT Nityasa Idola sebagian besar diklaim milik masyarakat sehingga saat ingin membangun HTI di suatu lahan, perusahaan harus membuat suatu program kerjasama dengan masyarakat. Perjanjian tersebut tertuang dalam sebuah dokumen yang bernama Mata beliung. Salah satu poin dalam perjanjian tersebut adalah perusahaan harus membayar uang kompensasi lahan sebesar Rp /ha serta memberikan 21 buah bibit karet unggul/ha lahan dengan harga Rp 3.500/bibit kepada masyarakat. Biaya tersebut merupakan komponen dari kegiatan penyiapan lahan. Kegiatan penyiapan lahan di PT Nityasa Idola terdiri dari dua macam yaitu penyiapan lahan manual dan mekanis. Penyiapan lahan manual dilaksanakan dengan sistem borongan oleh pemilik lahan maupun masyarakat sekitar. Upah borongan penyiapan lahan terbagi menjadi empat kelas sesuai dengan kondisi

15 34 tegakan/vegetasi pada lahan. Tarif upah borongan penyiapan lahan manual di PT Nityasa Idola disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Klasifikasi upah borongan kegiatan penyiapan lahan manual berdasarkan kelas lahan No Kelas Lahan Upah Borongan (Rp/Ha) 1 Ex Ladang Ringan Sedang Berat Untuk penyiapan lahan mekanis, biaya yang dikeluarkan antara lain untuk menyewa alat berat, bahan bakar alat berat serta upah operator alat berat. Adapun standar biaya penyiapan lahan mekanis PT Nityasa Idola adalah sebesar Rp /ha. Unsur biaya dalam kegiatan penanaman adalah untuk pembayaran upah penanaman dan pengadaan pupuk. Kegiatan penanaman di PT Nityasa Idola dilakukan dengan sistem borongan oleh pemilik lahan atau masyarakat sekitar dengan upah sebesar Rp 300/lubang tanam, sehingga untuk lahan dengan luas satu ha dibutuhkan biaya sebesar Rp Selain untuk pembayaran upah borongan, komponen biaya lain adalah untuk pupuk. Untuk setiap lubang tanam dibutuhkan pupuk TSP sebanyak 160 gram. Dengan harga pupuk TSP Rp 4.800/kg, maka biaya untuk pemupukan adalah sebesar Rp 768/lubang tanam atau sebesar Rp /ha. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari tujuh sub kegiatan yaitu penyulaman, pemupukan, total weeding, chemical, pruning, singling dan penjarangan. Untuk kegiatan penyulaman biayanya adalah sebesar Rp /ha dengan asumsi tingkat penyulamannya adalah sebesar 30%. Biaya tersebut adalah untuk pembayaran upah borongan penyulaman sebesar Rp 300/lubang tanam. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat usia tanaman 3-4 bulan. Pemupukan dilakukan secara borongan dengan upah sebesar Rp 60/tanaman, sehingga untuk 1 hektar lahan biaya upah pemupukan adalah Rp Selain untuk upah borongan, kebutuhan biaya lainnya adalah untuk pengadaan pupuk urea. Untuk setiap

16 35 tanaman diberikan pupuk urea sebanyak 40 gr. Dengan harga pupuk urea Rp 2.500/kg, maka untuk pengadaan pupuk dibutuhkan biaya Rp /ha. Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah total weeding dan chemical. Kedua kegiatan tersebut dilakukan secara berurutan. Setelah kegiatan total weeding harus dilakukan kegiatan chemical. Kedua kegiatan tersebut dilakukan sebanyak enam kali, yaitu empat kali di tahun pertama tanam dan dua kali di tahun kedua tanam. Untuk total weeding, upah borongannya adalah sebesar Rp /ha sedangkan chemical upah borongannya adalah Rp /ha. Untuk kegiatan chemical dibutuhkan biaya lain yaitu untuk pengadaan herbisida dan pengadaan air dengan nilai masing masing sebesar Rp /ha dan Rp /ha. Singling dan pruning dilakukan satu kali selama satu daur tanaman. Kedua kegiatan tersebut memiliki upah borongan sebesar Rp 60/tanaman. Sehingga untuk lahan seluas satu ha dibutuhkan biaya sebesar Rp Kegiatan penjarangan terbagi atas dua macam yaitu penjarangan non komersial yang dilakukan pada tanaman berumur dua tahun dan penjarangan komersial pada tanaman umur empat tahun. Untuk penjarangan non komersial, tarif yang ditentukan perusahaan adalah Rp /ha. Sedangkan untuk penjarangan komersil, upah borongannya adalah Rp /m 3. Untuk penjarangan komersil, perusahaan harus memberikan bagi hasil kepada pemilik lahan sebesar Rp 2.500/m 3. Perlindungan dan pengamanan hutan merupakan salah satu kegiatan penting dalam sebuah HTI. Secara umum kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan dapat dibagi menjadi tiga sub kegiatan yaitu pengendalian hama dan penyakit, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan. Karena PT Nityasa Idola belum melaksanakan kegiatan ini, maka untuk biayanya diperoleh dari standar biaya pembangunan HTI Departemen Kehutanan. Untuk pengendalian hama dan penyakit biayanya adalah sebesar Rp /ha, pengendalian kebakaran sebesar Rp /ha dan pengamanan hutan sebesar Rp Selain untuk kegiatan operasional, perusahaan juga harus menyediakan dana untuk memenuhi kewajiban antara lain kewajiban kepada negara dan kewajiban kepada lingkungan. Kewajiban kepada negara antara lain untuk

17 36 pembayaran iuran IUPHHK sebesar Rp 7.200/ha dan PBB sebesar Rp 3.500/ha. Sedangkan untuk kewajiban kepada lingkungan terbagi menjadi dua yaitu kewajiban lingkungan fisik kimia biologi dan kewajiban lingkungan sosial. Untuk kewajiban lingkungan fisik kimia biologi nilainya adalah sebesar Rp /ha sedangkan untuk kewajiban kepada lingkungan sosial nilainya adalah sebesar Rp /ha. Untuk biaya penebangan terdiri dari tiga macam yaitu untuk upah penebangan dan penyaradan, mata beliung dan pengangkutan. Kegiatan penebangan dan penyaradan dilakukan secara borongan oleh kontraktor. Besarnya pendapatan yang diperoleh seorang kontraktor adalah sebesar Rp /m 3. Dalam perjanjian mata beliung antara perusahaan dan masyarakat pemilik lahan, terdapat salah satu poin yang mengharuskan perusahaan memberikan bagi hasil saat pemanenan yaitu sebesar Rp 5.000/m 3. Log yang telah ditebang dan disarad harus diangkut ke industri veneer untuk diolah. Log diangkut menggunakan truk yang telah dimodifikasi bagian bak-nya sehingga memiliki kapasitas angkut sebesar 10 m 3 /truk. Biaya untuk menyewa dan bahan bakar truk adalah sebesar Rp /truk, sehingga biaya pengangkutan adalah sebesar Rp /m Penerimaan dan Biaya Industri Veneer Penerimaan Penerimaan industri veneer PT Nityasa Idola berasal dari penjualan veneer hasil produksi. Penerimaan industri veneer berasal dari penjualan veneer hasil produksi. Industri Veneer PT Nityasa Idola memiliki tingkat recovery (rendemen) produk sebesar 65%, yang berarti untuk setiap 1 m 3 bahan baku, akan dihasilkan 0,6 m 3 veneer. Secara umum veneer hasil produksi PT Nityasa Idola terdiri atas dua macam yaitu OOP dan Random. Proporsi produksi OOP dan Random adalah 80% dan 20%. Nilai jual dari veneer jenis OOP adalah Rp /m 3 sedangkan untuk random adalah Rp /m 3. Jadi untuk setiap 1 m3 log sengon dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp Berikut adalah dugaan volume dan penerimaan dari produksi veneer PT Nityasa Idola.

18 37 Tabel 14 Dugaan volume dan penerimaan dari hasil produksi veneer PT Nityasa Idola Produksi Produksi Produksi Penerimaan Penerimaan Penerimaan Tahun OOP Total Rendem OOP (Rp) Rendem (Rp) Total (Rp) (m3) (m3) Industri veneer baru memulai kegiatan produksi pada tahun 2012 yaitu pada saat HTI PT Nityasa Idola telah menghasilkan log sengon dari hasil penjarangan. Pada tahun tersebut Industri Veneer PT Nityasa Idola menghasilkan penerimaan dari penjualan veneer OOP sebesar Rp dan dari penjualan veneer random sebesar Rp Penerimaan terbesar Industri Veneer PT Nityasa Idola diperoleh pada tahun 2017 yaitu penerimaan dari penjualan veneer OOP sebesar Rp dan penerimaan dari penjualan veneer random sebesar Rp Sehingga total penerimaan pada tahun tersebut adalah sebesar Rp

19 Biaya Secara umum biaya di Industri veneer PT Nityasa Idola dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Data biaya tetap dan variabel yang digunakan dalam analisis finansial PT Nityasa Idola bersumber dari laporan performance cost industri veneer PT Nityasa Idola bulan Januari 2010 Juli Biaya investasi adalah biaya yang digunakan untuk membangun pabrik dan pengadaan sarana dan prasarana. Berdasarkan Statistik Kehutanan 2009, diketahui biaya rata-rata pembangunan pabrik veneer dengan kapasitas efektif produksi m 3 /tahun adalah sebesar Rp Untuk biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja (Gaji, Astek, lembur), biaya depresiasi, biaya perawatan, biaya kebutuhan kantor dan mess dan biaya lain-lain. Nilai biaya tetap ditampilkan pada tabel 15. Tabel 15 Biaya tetap industri veneer PT Nityasa Idola No Biaya Tetap Biaya (Rp/m 3 ) 1 Tenaga kerja Depresiasi (Ʃ investasi/15) 3 Perawatan Kebutuhan kantor dan mess Lain-lain Selain biaya tetap dan biaya investasi, terdapat satu kelompok biaya lagi yaitu biaya variabel. Biaya ini nilainya berbanding lurus dengan produksi inndustri veneer. Biaya variabel terdiri dari empat macam biaya yaitu biaya log, biaya upah, biaya material selain log dan biaya solar. Adapun nilai dari masingmasing biaya tersebut adalah sebagai berikut Tabel 16 Biaya variabel industri veneer PT Nityasa Idola No Biaya Variable Biaya (Rp/m3) 1 Log Upah Material selain log Pengiriman ke jakarta Solar Nilai tersebut didapatkan dari rata-rata biaya investasi dari 3 perusahaan yang bergerak di bidang industri veneer yaitu PT Kutai Timber Indonesia, PT Mustika Buana Sejahtera dan PT Daya Sakti Unggul.

20 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan metode analisis arus tunai yang didiskonto. Perhitungan kriteria kelayakan investasi didasarkan kepada besarnya penerimaan dan biaya selama kegiatan investasi. Masa investasi yang digunakan adalah selama tiga daur tanaman sengon (24 tahun). Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Dalam kegiatan analisis kelayakan investasi digunakan suku bunga 12% (suku bunga kredit bank). Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk HTI dan industri veneer. Besarnya aliran kas dari usaha HTI dan industri veneer PT Nityasa Idola ditampilkan pada Tabel 17.

21 40 Tabel 17 Aliran kas usaha PT Nityasa Idola selama 3 daur (24 tahun) HTI Industri Veneer Gabungan HTI dan Industri Tahun Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

22 41 Perhitungan terhadap ketiga kriteria kelayakan investasi dilakukan dengan menggunakan faktor diskonto terhadap biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh selama tiga daur. Biaya dan penerimaan didiskonto dengan menggunakan tingkat suku bunga. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada HTI PT Nityasa Idola dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 18 Nilai kriteria kelayakan investasi HTI PT Nityasa Idola Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV (Rp) ( ) BCR 0,22 IRR (%) -3,15 Berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola dapat dilihat bahwa kegiatan investasi tidak layak. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang negatif, BCR kurang dari 1 dan IRR lebih kecil daripada suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah (Rp ). Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,22. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah -3,15%. Nilai IRR menunjukkan bahwa investasi baru memberikan nilai NPV=0 (layak dilaksanakan) pada tingkat suku bunga sebesar -3,15%. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 18: Tabel 19 Nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer PT Nityasa Idola Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV (Rp) BCR 1,88 IRR (%) 27,43% Dilihat dari nilai Net Present Value (NPV), investasi Indutri Veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan pada tingkat suku bunga yang berlaku. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai NPV nya yang lebih besar daripada nol. Hal tersebut menggambarkan nilai kini manfaat yang diperoleh industri veneer PT Nityasa Idola lebih besar dari nilai kini biayanya. Nilai NPV yang didapat adalah

23 42 Rp Dari nilai NPV dapat terlihat hubungan antara NPV dengan tingkat suku bunga yaitu semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin rendah nilai NPV. Dilihat dari nilai benefit cost ratio (BCR), investasi industri veneer PT Nityasa Idola juga layak untuk dilaksanakan. hal tersebut dapat dilihat dari nilai BCR-nya yang lebih besar daripada 1 yaitu sebesar 1,88. Sama seperti kriteria kelayakan investasi yang lainnya, nilai IRR dari investasi industri veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari nilai IRR-nya yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi gabungan antara hutan tanaman dan industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 20 Nilai kriteria kelayakan investasi gabungan hutan tanaman sengon dan industri veneer PT Nityasa Idola Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV (Rp) ( ) BCR 0,56 IRR (%) 0,87 Berdasarkan hasil analisis finansial menggunakan tiga kriteria kelayakan investasi, terlihat bahwa pengusahaan HTI dan Industri Veneer sebagai sebuah kesatuan usaha tidak layak atau tidak menguntungkan bagi pemiliknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang lebih kecil dari nol, nilai BCR yang lebih kecil dari satu dan nilai IRR yang lebih kecil dari suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah (Rp ). Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,56. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah 0,87%. Nilai IRR menunjukkan bahwa pengusahaan HTI dan industri veneer PT Nityasa sebagai sebuah kesatuan usaha memberikan nilai manfaat bersih yang sama dengan nilai biaya bersih pada tingkat suku bunga sebesar 0,87%. Jika tingkat suku bunga lebih dari 0,87% maka usaha PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Dari ketiga analisis finansial, dapat terlihat bahwa HTI PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal yang diduga menyebabkan usaha tersebut tidak layak adalah target tanam yang tidak tercapai. Dari target tanam sebesar ha, HTI PT Nityasa Idola hanya dapat melakukan penanaman seluas 284 ha

24 43 pada tahun 2008 dan ha pada tahun Hal tersebut tidak sebanding dengan biaya investasi dan biaya tetap yang dikeluarkan. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kerugian pengusahaan HTI sengon PT Nityasa Idola adalah harga log sengon yang ditetapkan perusahaan rendah yaitu Rp /m 3. Sehingga menyebabkan penerimaan PT Nityasa Idola dari hasil penjualan log menjadi rendah. Namun penetapan harga yang rendah tersebut memiliki dampak positif yaitu PT Nityasa Idola dapat memperoleh log sengon dari hutan rakyat di sekitar perusahaan dengan harga tersebut. Penetapan harga log yang rendah secara finansial berdampak negatif pada HTI, namun harga rendah tersebut secara finansial berdampak positif terhadap industri veneer PT Nityasa Idola. Sebagai sebuah kesatuan usaha, HTI PT dan industri veneer PT Nityasa Idola memang tidak layak jika dilihat dari nilai ketiga kriteria kelayakannya. Namun hal tersebut wajar karena produk yang dihasilkan industri veneer PT Nityasa Idola masih berupa produk setengah jadi yang selanjutnya akan diolah kembali di Industri milik PT Dharma Satya Nusantara yang masih satu grup usaha dengan PT Nityasa Idola. Diduga pada industri akhir tersebut baru didapatkan keuntungan yang besar. 5.6 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh yang terjadi bila ada perubahan di masa yang akan datang pada arus manfaat dan biaya. Skenario yang digunakan untuk melihat tingkat sensitivitas pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola adalah: a. Penurunan biaya total pengusahaan sebesar 10% b. Kenaikan harga log sengon sebesar 10% Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pengusahaan hutan tanaman sengon pada skenario di atas ditampilkan pada Tabel 21 beriku

25 44 Tabel 21 Analisis sensitivitas hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola Kriteria Normal Kondisi Biaya Total Turun 10% Harga Log Naik 10% Nilai Δ (%) Nilai Δ (%) NPV (Rp) ( ) ( ) 19,92 ( ) 9,92 BCR 0,22 0,29 34,12 0,29 30,66 IRR (%) -3,15 0,24 107,48-0,01 99,59 Analisis sensitivitas dengan kondisi biaya total turun 10 % menunjukkan secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak terpenuhinya tiga kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV > 0, BCR > 1 dan IRR > suku bunga yang berlaku. Nilai NPV mengalami kenaikan sebesar 19,92% menjadi (Rp ). Nilai BCR mengalami kenaikan sebesar 34,12% menjadi 0,29. Sedangkan untuk nilai IRR mengalami kenaikan sebesar 107,48% menjadi 0,24%. Untuk kondisi harga log naik 10%, secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola masih tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami peningkatan sebesar 9,92% menjadi (Rp ). Nilai BCR mengalami peningkatan sebesar 30,66% menjadi 0,29, dan nilai IRR mengalami peningkatan sebesar 99,59% menjadi -0,01%. Dari kedua kondisi pada analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa penurunan biaya total sebesar 10% dan kenaikan harga log sebesar 10% tidak berpengaruh besar pada kelayakan finansial hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola walaupun nilai NPV, BCR dan IRR mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi normal. Dilihat dari presentase kenaikannya, kondisi penurunan biaya total sebesar 10% memberikan dampak positif lebih baik dibandingkan dengan kondisi kenaikan harga log sebesar 10%. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa dengan presentase perubahan yang sama, kebijakan penekanan biaya lebih baik dilakukan dibandingkan menaikkan harga log. Untuk industri veneer PT Nityasa Idola, skenario yang digunakan untuk melihat tingkat sensitivitas adalah: a. Kenaikan harga log sebesar 10% b. Penurunan harga veneer sebesar 10%

26 45 Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer pada skenario di atas ditampilkan pada tabel berikut Tabel 22 Analisis sensitivitas industri veneer PT Nityasa Idola Kriteria Kondisi Biaya Log Naik 10% Harga Veneer Turun10% Normal Nilai Δ (%) Nilai Δ (%) NPV (Rp) ( ) -104,60 ( ) -253,28 BCR 1,88 0,96-48,74 0,02-69,59 IRR (%) 28,23 19,10-59,52 Analisis sensitivitas dengan kondisi biaya log naik 10% menunjukkan secara finansial industri veneer PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami penurunan sebesar 104,60% menjadi (Rp ). Nilai BCR mengalami penurunan sebesar 48,74% menjadi 0,96. Sedangkan untuk nilai IRR mengalami penurunan sebesar 59,52% menjadi 19,10%. Untuk kondisi harga veneer turun 10%, secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami penurunan sebesar 253,28% menjadi (Rp ). Nilai BCR mengalami penurunan sebesar 69,59% menjadi 0,02. Dari kedua kondisi pada analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa industri veneer PT Nityasa Idola masih layak untuk dilaksanakan walaupun nilai NPV, BCR dan IRR mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi normal. Dilihat dari presentase penurunan yang terjadi pada kriteria kelayakan finansial, kondisi penurunan harga veneer sebesar 10% memberikan dampak negatif terhadap aspek finansial lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan biaya log.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif. Hal

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU Dusun PENGENALAN TEMPAT Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Sumatera Utara No urut sampel PETUGAS

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Oleh : Iskandar Z. Siregar 3 MODULE PELATIHAN PERSEMAIAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Petani yang mengikuti program Koperasi Hutan Jaya Lestari di Desa Lambakara ini berjumlah 579 orang. Untuk pengambilan sampel digunakan statistik

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dari dalam hutan. Menurut Suparto (1979) pemanenan hasil hutan adalah serangkaian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi untuk mencukupi kebutuhan kayu perkakas dan bahan baku industri kayu. Guna menjaga hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Para Aktor Dalam rantai nilai perdagangan kayu sengon yang berasal dari hutan rakyat, terlibat beberapa aktor (stakeholder) untuk menghasilkan suatu produk jadi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

PENAWARAN MENJADI INVESTOR

PENAWARAN MENJADI INVESTOR PENAWARAN MENJADI INVESTOR INVESTASI POHON JABON SISTEM BERKELOMPOK (13 KELOMPOK INVESTOR) Management : Elfad Investment Ketua Team Pengelola : Eliya Fadiyah, S.Pd. HP : 087878880569 Email : elfad.group@gmail.com

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Pelaksanaan teknis magang yang dilakukan di PT National Sago Prima meliputi persiapan lahan (Land clearing), pengambilan anakan, persemaian, sensus, penanaman dan penyulaman,

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643) Vol. XI No.2, Desember 2016. Hal. 1-8 1 ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH Fierta Tirtajaya, I Nyoman

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PERKIRAAN PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PEKERJAAN HK URIAN VOLUME 1. Lahan Bekas Hutan : Survey dan Blocking (Manual) 3 Peralatan, Bahan dll (PO) Babat - Imas (Manual) 1 o Excavator 6 JK 25, 1,5, 25 1,5,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 - November 2016. Tempat penelitian adalah Lahan Percoban Fakulas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Lahan Percobaan Universitas Muhammadiyah Malang, Desa Pendem, Kota Batu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari -

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun Desa Pujon (1200 meter di atas permukaan laut) Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci