HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu bawang memiliki hubungan yang berbanding lurus. Tabel 3 Produktivitas kayu bawang pada setiap petak ukur penelitian No. Pola tanam Umur Kerapatan LBDS Volume Riap volume Biomassa PUP (tahun) (pohon/ha) (m²/ha) (m³/ha) (m³/ha/tahun) (ton/ha) 1 KB + Ps ,4 155,9 19,5 87,3 2 KB + Ps ,1 203,1 25,4 113,7 3 KB + Ps ,6 122,6 15,3 68,6 4 KB + Kp ,6 164,1 12,6 91,9 5 KB + Kp ,3 157,1 13,1 87,9 6 KB + Kp ,2 94,0 10,5 52,7 7 KB + Kp ,4 48,5 6,9 27,2 8 KB + Kp ,8 102,8 11,4 57,6 9 KB + Kp ,5 202,3 16,9 113,3 10 KB + Kp ,4 158,1 15,8 88,5 11 KB + Kp ,2 90,3 10,0 50,6 12 KB + Kp ,4 95,3 13,6 53,4 13 KB + Kp ,4 81,3 11,6 45,5 14 KB + Kp ,3 99,6 14,2 55,7 15 KB + Kp ,2 55,7 8,0 31,2 16 KB + Kp + Kr ,1 98,9 14,1 55,4 17 KB + Kp + Kr ,9 113,6 16,2 63,6 18 KB + Kp + Kr ,6 101,5 14,5 58,8 19 KB + Kp + Kr ,0 61,6 10,3 34,5 20 KB + Kp + Kr ,7 72,6 12,1 40,7 21 KB + Kp + Kr ,8 50,1 8,3 28,0 22 KB + Kp + Kr ,5 27,8 7,0 15,6 23 KB + Kp + Kr ,7 50,8 8,5 28,4 24 KB + Kp + Kr ,8 15,0 5,0 8,4 25 KB + Kp + Kr ,9 15,3 5,1 8,5 Rataan 7,5 452,8 10,5 97,5 12,2 54,7 Ket: KB = Kayu bawang, Ps = Pisang, Kp = Kopi, Kr = Karet Petak ukur penelitian tersebut memiliki umur yang berbeda dan ditanam dengan kerapatan yang berbeda-beda pula. Pertambahan umur tanaman akan

2 26 menyebabkan produktivitas semakin meningkat (Gambar 9), sedangkan dengan meningkatnya kerapatan berarti jumlah pohon per hektarnya semakin banyak, sehingga produktivitas juga meningkat. Gambar 9 Hubungan umur terhadap volume kayu bawang Gambar 10 Hubungan kerapatan terhadap volume kayu bawang Hubungan kerapatan terhadap produktivitas kayu bawang, yaitu volume kayu bawang, disajikan pada Gambar 10. Semakin tinggi kerapatan suatu tegakan maka volume kayu bawang semakin meningkat. Menurut Davis et al. (2001) pada tingkat kerapatan yang tinggi pertumbuhan individu tanaman akan menurun tetapi total pertumbuhan per satuan luas akan meningkat, sedangkan pada tingkat kepadatan yang lebih rendah, total pertumbuhan persatuan luas akan menurun

3 27 namun pertumbuhan individu tanaman meningkat, sehingga dapat menghasilkan kayu lebih berharga. Sampai dengan saat ini, kayu bawang dimanfaatkan untuk kayu pertukangan maka yang diperlukan pertumbuhan individu tanaman yang meningkat dengan pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman sehingga mendapatkan pertumbuhan optimum dalam satuan luas. Faktor-Faktor Tempat Tumbuh Perbedaan umur, kerapatan dan faktor tempat tumbuh sangat mempengaruhi produktivitas kayu bawang, maka dilakukan pengelompokan petak ukur penelitian untuk mengkaji hubungan faktor-faktor tempat tumbuh terhadap produktivitas kayu bawang dengan principal component analysis (PCA). Pengelompokkan petak ukur penelitian didasarkan kemiripan karakteristik yang dimilikinya. Gambar 11 Biplot hubungan antara faktor-faktor tempat tumbuh terhadap produktivitas kayu bawang Kontribusi First Component (PC1) sebesar 36,4 % dan Second Component (PC2) sebesar 14,9 %. Dengan demikian dapat dikatakan sebanyak 51,3 % dari varian dapat tercermin dalam kedua PC tersebut. Gambar 11 menyajikan pola

4 28 penyebaran petak ukur penelitian sepanjang sumbu PC1 dan PC2, terdapat 4 kelompok. Petak ukur penelitian 14, 19, 20, 21, 22, 24 di kelompok I; 7, 11, 12, 13, 15, 18, 23, 25 di kelompok II; 2, 16, 17 di kelompok III; 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10 di kelompok IV. Kelompok IV memiliki nilai PC1 dan PC2 yang semakin tinggi, kelompok I memiliki nilai PC1 dan PC2 yang semakin rendah, sedangkan kelompok II dan III salah satu PCnya ada yang rendah dan ada yang tinggi. Produktivitas kayu bawang, salah satunya dapat dilihat dari volume. Berdasarkan gambar biplot di atas, menunjukkan kecenderungan umur dan kerapatan berkorelasi positif dengan volume kayu bawang. Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata volume tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah kelompok IV sebesar 144,6 m 3 /ha, kelompok III sebesar 138,5 m 3 /ha, kelompok II sebesar 67,3 m 3 /ha dan kelompok I sebesar 54,5 m 3 /ha. Tingginya rata-rata volume kelompok sangat dipengaruhi oleh rata-rata umur kayu bawang, kelompok IV adalah 10,1 tahun, kelompok III adalah 7,3 tahun, kelompok II adalah 6,6 tahun dan kelompok I adalah 5,3 tahun.

5 29 Tabel 4 Data faktor-faktor tempat tumbuh pada setiap kelompok Faktor Satuan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Tempat Tumbuh Rata Rata Rata Rata2 Ketinggian tempat m dpl , , , ,5 Kelerengan % , Keterbukaan kanopi % 8,5 42,6 54,1 26,4 10,6 27,9 28, ,3 10,9 9,1 13,6 13, ,6 23,2 4,4 11,8 11,7 9,3 4,6 5,5 2, ,1 44,2 4,4 18,8 Bulk density g/cm³ 0, ,9 1 0,9 1 0, ,9 1 1,1 1, ,2 1,2 1 1,1 0,9 0,9 0,9 1 1 Liat % 15,8 32,1 27,9 15,8 33, ,7 36,1 33,4 25,7 21,5 33,4 21,6 29,2 44,7 38,1 21,5 34,7 25,6 25,6 27,1 25,7 43, ,7 30,7 Debu % 15,3 17,3 15,2 15,3 13,1 4,5 13,4 8,9 8,7 6,7 13,1 8, ,1 8,9 9,9 25,7 11 6,6 14,4 9,1 9,1 13,2 15,2 9,5 8,9 8,9 8,7 10,3 Pasir % 69 50,6 56, ,2 61,5 60,1 55,1 65,6 57,3 53,2 65,6 67,5 53,2 69,5 60,9 30, , ,2 65,2 59,7 59,1 51,7 55,1 55,1 65,6 59,6 ph 4 3,5 3,8 4 4,1 4,3 4 3,8 4,2 4,1 4,1 4,2 3,8 4, ,3 4,1 4,2 4,2 4,4 3,9 4,5 3,8 3,8 4,2 4,1 KTK me/100g 8,3 9,2 11,1 8,3 11,5 11, , ,8 11, ,5 11,5 14,3 12,5 9,2 6,7 7,6 7,9 7,6 7,6 11,5 12,7 9,5 12,4 12, KB % 44,4 34,5 18,6 44,4 45,3 26,2 35,6 30,4 30,5 26,8 45,3 30,5 19,4 45,3 43, ,6 35,4 38,3 34,8 30,8 30,8 64,2 40,8 22,5 30,8 30,8 30,5 35,1 BO kg/m² 2,7 1,9 4 2,7 5,1 3,7 3,3 3,8 4,6 3,8 5,1 4,6 5,2 5,1 4,4 4,6 2,4 0,2 3,9 2,2 3,4 3,4 4,5 3,3 3,7 3,8 3,8 4,6 3,8 C-organik % 1,6 1,1 2,3 1,6 3 2,2 1,9 2,2 2,6 2,2 3 2, ,6 2,6 1,4 0,1 2,3 1, ,6 1,9 2,2 2,2 2,2 2,6 2,2 N total % 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,2 0,2 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 Umur tahun , , , ,1 Kerapatan pohon/ha Volume m³/ha 99,6 61,6 72,6 50,1 27, ,5 48,5 90,3 95,3 81,3 55,7 101,5 50,8 15,3 67,3 203,1 98,9 113,6 138,5 155,9 122,6 164,1 157, , ,1 144,6

6 30 Topografi dan Iklim Mikro Pengukuran topografi meliputi ketinggian tempat dan kelerengan, serta iklim mikro dilihat dari keterbukaan kanopi. Ketinggian tempat, kelerengan dan keterbukaan kanopi memiliki kecenderungan berkorelasi negatif dengan produktivitas kayu bawang, ditunjukkan dengan garis vektor ketinggian tempat, kelerengan dan keterbukaan kanopi yang membentuk sudut tumpul dengan produktivitas kayu bawang (Gambar 11). Dengan meningkatnya ketinggian tempat, kelerengan dan keterbukaan kanopi akan menurunkan produktivitas kayu bawang. Kelompok I dan II memiliki rata-rata ketinggian tempat, kelerengan dan keterbukaan kanopi yang lebih tinggi dari kelompok III dan IV (Tabel 4) sehingga kelompok III dan IV produktivitasnya lebih tinggi. Ketinggian tempat berkorelasi negatif terhadap produktivitas. Menurut Soekotjo (1976) ketinggian lahan dari permukaan laut berpengaruh terhadap keadaan lingkungan tempat tumbuh tanaman, terutama suhu, kelembaban, kadar oksigen di udara dan di tanah. Keadaan lingkungan tempat tumbuh itulah yang selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Peningkatan kelerengan suatu lahan akan meningkatkan aliran permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya atau terangkutnya tanah di permukaan (erosi). Menurut Hakim et al. (1986) erosi akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Keterbukaan kanopi berkaitan dengan penerimaan intensitas cahaya matahari. Salisbury & Ross (1995) menyatakan jika keterbukaan kanopi dalam kondisi maksimal, maka faktor yang menjadi pembatas efektivitas proses fotosintesis adalah ketersediaan air dari lingkungan sehingga akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Sifat-Sifat Tanah Sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik dan kimia tanah pada setiap petak ukur penelitian. Pengukuran sifat fisik tanah meliputi bulk density, kandungan pasir, debu dan liat tanah. Sedangkan sifat kimia tanah meliputi ph, KTK, KB, BO, C-Organik dan N Total. Berdasarkan Gambar 11, sifat fisik tanah lebih berperan dalam peningkatan produktivitas kayu bawang. Bulk density, kandungan debu dan

7 31 liat tanah berkorelasi positif, sedangkan kandungan pasir tanah, KTK, KB, BO, C-organik berkorelasi negatif. Korelasi negatif BO terhadap produktivitas berkaitan dengan peningkatan kelerengan, ditunjukkan vektor BO yang membentuk sudut sempit dengan vektor kelerengan. Peningkatan kelerengan akan menyebabkan erosi semakin meningkat. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat kimia dan biologi tanah seperti kehilangan unsur hara dan BO, dan meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah (Arsyad 2006). Para ahli menyakini bahwa sifat fisik tanah lebih penting pengaruhnya dalam pertumbuhan dibanding sifat kimia dan biologi tanah. Hakim et al. (1986) menyatakan tekstur tanah akan mempengaruhi sifat tanah yang lain seperti struktur, porositas, kapasitas memegang air dan bulk density. Tabel 4 menunjukkan rata-rata bulk density dan kandungan pasir, liat, debu tanah pada setiap kelompok hampir sama. N total dan ph tidak menunjukkan korelasi terhadap produktivitas kayu bawang (vektor N total dan ph hampir membentuk sudut 90 0 ), hal ini dapat disebabkan N total dan ph tanah pada setiap petak ukur penelitian seragam. Petak ukur penelitian yang digunakan memiliki karakteristik tempat tumbuh yang hampir seragam, yang ditunjukkan oleh banyaknya petak ukur berada di dekat perpotongan antara PC1 dan PC2 di titik 0. Petak ukur yang berada di tengah-tengah tersebut, memiliki nilai yang dekat dengan rata-rata faktor tempat tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa variasi data sifat-sifat tanah yang ada belum cukup menerangkan variasi tempat tumbuh. Petak ukur penelitian yang digunakan memiliki ph tanah berkisar 3,8-4,5. Kriteria penilaian hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kisaran ph tersebut tergolong tanah sangat masam ( 4,5). Kapasitas tukar kation (KTK) petak ukur penelitian berkisar 6,7-14,3 me/100g. Nilai KTK tersebut menunjukkan kemampuan menjerap dan mempertukarkan kation-kation dengan akar tanaman di lokasi penelitian termasuk rendah. Kejenuhan basa (KB) petak ukur penelitian tergolong sangat rendah hingga sedang. Kandungan bahan organik (BO) berkisar 0,2-5,2 kg/m 2 dan C-organik 0,1-3%, termasuk sangat rendah hingga sedang

8 32 (Sulaeman et al. 2005). Berdasarkan data di atas, kayu bawang merupakan tanaman yang mampu tumbuh pada tanah tidak subur, dengan KTK rendah dan tanah yang masam. Hal ini sesuai dengan jenis tanah di lokasi penelitian termasuk tanah ultisol. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua, tanah bersifat masam dan kejenuhan basa rendah (Hardjowigeno 2003). Perlakuan Silvikultur yang telah dilakukan oleh Masyarakat Kayu bawang telah lama dikembangkan di lahan masyarakat secara turun temurun. Pada mulanya menanam kayu bawang merupakan tradisi mempersiapkan bahan kayu bangunan rumah anak mereka dan menjadi investasi masa mendatang. Berdasarkan Tabel 5 menyajikan perlakuan silvikultur kayu bawang yang dilakukan masyarakat pada setiap kelompok meliputi pengadaan benih, pengadaan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan. Perlakuan silvikultur kayu bawang yang dilakukan masyarakat pada setiap petak ukur penelitian masih kurang baik. Sumber benih yang digunakan berasal dari pohon di sekitar desa, dengan kriteria pohon dengan umur 15 tahun, memiliki kenampakan batang tinggi, lurus, bebas cabang tinggi dan kulit batang retak-retak setelah berumur 15 tahun. Bibit yang ditanam umumnya berasal dari anakan alam di bawah tegakan. Jarak tanam dilakukan tidak beraturan (acak). Kegiatan pengolahan tanah, penyiangan, pemangkasan masih jarang dilakukan. Sedangkan kegiatan penyulaman, pemupukan dan penjarangan tidak pernah dilakukan.

9 33 Tabel 5 Perlakuan silvikultur kayu bawang yang telah dilakukan masyarakat Kegiatan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Pengadaan Benih Sumber benih a. Bersertifikat b. Tdk bersertifikat (phn di sekitar desa) Penanganan benih a. Pengunduhan - dipetik dipungut di bwh phn b. Ekstraksi , 3, 4, 5, 9 Pengadaan Bibit Asal bibit a. Benih - tanam langsung 14 12, 13, 18 16, 17 - disemai (polybag) , 3, 4, 5, 9 b. Anakan alam - tanam langsung 19, 20, 21, 22 7, 11, 15, 23 6, 8, 10 - polybag Seleksi bibit , 3, 4, 5, 9 Persiapan Lahan Alat yang digunakan a. Alat berat b. Konvensional - tebas - bakar Pengolahan tanah a. Penggemburan tanah 24 15, , 3, 4, 5, 9 - cangkul 24 15, , 3, 4, 5, 9 - cara lainnya b. Tdk dilakukan 14, 19, 20, 21, 22 7, 11, 12, 13, 18, 23 16, 17 6, 8 Pemupukan a. Ya b. Tdk Penanaman Pola tanam a. Monokultur b. Campuran - Ky bwg + Tan semusim 2 1, 3 - Ky bwg + Kopi 14 7, 11, 12, 13, 15 4, 5, 6, 8, 9, 10 - Ky bwg + Kopi + Karet 19, 20, 21, 22, 24 18, 23, 25 16, 17 Jarak tanam a.ya , 3 b. Tdk (acak) 14, 19, 20, 21, 22 7, 11, 12, 13, 15, 18, 23, 25 16, 17 4, 5, 6, 8, 9, 10 Pemeliharaan Penyiangan a. Alat konvensional b. Herbisida c. Waktu penyiangan - 2 x 1 thn, selama 2 thn x 1 thn, selama 6 thn , 3-6 x 1 thn, selama 1 thn 24 11, 12, 13, 15, 25-9,10-4 x 1 thn, selama 1 thn 19, 20, 21, 22 7, 18, 23 16, 17 4, 5, 6, 8-3 x 1 thn, selama 1 thn sesuai kebutuhan Penyulaman a. Ya b. Tdk Pemupukan a. Kayu bawang b. Tanaman pertanian , 3 Pemangkasan a. Ya 14 12, 13, , 3, 4, 5, 6, 9 b. Tdk 19, 20, 21, 24 7, 11, 18, 23, 25 16, 17 6, 8, 10 Penjarangan a. Ya b. Tdk Rata-rata volume (m³/ha) 54,5 67,3 138,5 144,6 Ket: = dilakukan pada setiap petak ukur penelitian 24, 25, dst = nomor petak ukur

10 34 Rata-rata volume kayu bawang kelompok III dan IV sebesar 138,5 m 3 /ha dan 144,6 m 3 /ha, lebih tinggi dibandingkan rata-rata volume kayu bawang terendah kelompok I dan II sebesar 54,5 m 3 /ha dan 67,3 m 3 /ha. Hal ini dikarenakan pada kelompok III dan IV telah melakukan perlakuan silvikultur yang lebih baik dari kelompok lainnya. Bibit ditanam pada kelompok III dan IV umumnya berasal dari benih yang disemai di polybag, sedangkan kelompok lainnya bibit berasal dari benih yang ditanam lagsung ke lapangan atau anakan alami yang ditanam tanpa proses seleksi bibit. Pada kegiatan persiapan lahan kelompok III dan IV telah melakukan kegiatan penggemburan tanah, penyiangan gulma dilakukan lebih rutin. Pemupukan kayu bawang di lokasi penelitian belum pernah dilakukan, sedangkan pemupukan pada tanaman pertanian, masih sedikit masyarakat yang melakukanya. Pemberian pupuk pada tanaman pertanian akan berpengaruh juga pada tanaman kayu bawang. Pemanenan Tanaman kayu bawang telah dapat dipanen pada umur tahun. Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan kayu untuk berbagai penggunaan, saat ini kayu bawang mulai dipanen umur 12 tahun ke atas, dan ada juga kayu bawang yang dipanen masih umur 10 tahun. Hasil penebangan kayu bawang, apabila untuk pemakaian sendiri kayu dari tanaman kayu bawang disimpan dan disusun rapi di bawah rumah tinggi (rumah panggung) atau dijemur kemudian disusun di bawah atap. Hal ini dilakukan dengan tujuan kayu tetap kering, terlindung dari air hujan sehingga tidak cepat lapuk. Namun ada juga masyarakat yang menjual kayu secara langsung kepada pedagang kayu bawang yang ada di desa atau kepada pedagang depot kayu yang berada di Kota Bengkulu. Harga kayu bawang yang telah dibuat menjadi papan atau kasau per m 3 di lokasi penelitian untuk panjang 2 m sekitar Rp ,- dan 4 m sekitar Rp ,-, sedangkan harga di depot kayu per m 3 kayu kayu bawang tersebut dijual ke masyarakat untuk panjang panjang 2 m sekitar Rp ,- dan 4 m sekitar Rp ,-. Sedangkan, harga jual dari depot kayu ke masyarakat di kota Bengkulu, per m 3 kayu meranti panjang 4 m sekitar Rp ,-. Selisih harga kayu bawang dan kayu meranti yang tidak terlalu jauh

11 35 dan kelangkaan kayu meranti di hutan alam menyebabkan kebutuhan kayu bawang untuk kayu bangunan semakin meningkat. Pengembangan hutan rakyat kayu bawang dapat digunakan mengatasi masalah meningkatnya kebutuhan kayu bangunan. Budidaya kayu bawang oleh masyarakat juga bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang membudidayakannya. Pemanfaatan tanaman kayu bawang Pemanfaatan tanaman kayu bawang berupa pemanfaatan kayu dan nonkayu. Daun kayu bawang dapat dimanfaatkan untuk obat sakit perut, pucuk daunnya dapat dilalap dan ada juga masyarakat yang menggunakan pucuk daunnya untuk campuran tempoyak (makanan khas Bengkulu yang bahan utamanya adalah durian yang difermentasikan). Kayu bawang telah lama digunakan untuk bahan kayu bangunan di Provinsi Bengkulu dan menjadi andalan kayu pertukangan saat ini. Berdasarkan pengalaman masyarakat, kayu bawang yang tua dapat bertahan puluhan tahun (Gambar 12a). Kayu bawang memiliki serat kayu yang halus sehingga mudah diolah dan permukaan kayunya memiliki corak yang khas, sehingga kayu bawang juga dapat digunakan untuk meubel. (a) (b) Gambar 12 Rumah masyarakat yang dibangun menggunakan kayu bawang sebagai bahan kayu bangunan

12 36 Gambar 13 Lemari yang dibuat dari kayu bawang Hubungan antara Faktor-Faktor Tempat Tumbuh dan Perlakuan Silvikultur terhadap Produktivitas Kayu Bawang Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan hubungan faktor-faktor tempat tumbuh dan perlakuan silvikultur terhadap produktivitas kayu bawang pada setiap kelompok petak ukur penelitian. Kelompok I-IV memiliki volume rata-rata yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan rata-rata umur dan kerapatan, faktorfaktor tempat tumbuh dan perlakuan silvikultur yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok III dan IV merupakan kelompok yang memiliki volume ratarata yang lebih tinggi adalah 138,5 m 3 /ha dan 144,6 m 3 /ha, bila dibandingkan kelompok I dan II sebesar 54,6 m 3 /ha dan 67,3 m 3 /ha. Tingginya volume rata-rata kelompok III dan IV disebabkan rata-rata umur dan kerapatan yang lebih tinggi, rata-rata ketinggian tempat, kelerengan dan keterbukaan kanopi yang lebih rendah serta perlakuan silvikultur yang telah dilakukan lebih baik dibanding kelompok I dan II. Produktivitas kayu bawang optimal di lokasi penelitian pada kelerengan berkisar 0-20%, ketinggian tempat berkisar m dpl dan keterbukaan kanopi berkisar 9-19%. Faktor tempat tumbuh lainnya seperti rata-rata bulk density, kandungan liat, debu, pasir, ph, KTK, KB, BO, C-organik, dan N total tidak menunjukkan perbedaan yang jauh di antara kelompok. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat tanah yang hampir sama pada setiap petak ukur penelitian.

13 37 Tabel 6 Hubungan faktor-faktor tempat tumbuh dan perlakuan silvikultur terhadap produktivitas kayu bawang Satuan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Umur tahun 5,3 6,6 7,3 10,1 Kerapatan phn/ha Faktor Tempat Tumbuh Ketinggian tempat m dpl 98,2 84,6 65,3 45,5 Kelerengan % 40 27, Keterbukaan kanopi % 28,3 23,2 9,3 18,8 Bulk density g/cm³ Liat % 26 29,2 34,7 30,7 Debu % 13,4 9,9 14,4 10,3 Pasir % 60,1 60, ,6 ph 4 4 4,1 4,1 KTK me/100g 10 12,5 7,9 11 KB % 35, ,8 35,1 BO kg/m² 3,3 4,6 2,2 3,8 C-organik % 1,9 2,6 1,3 2,2 N total % 0,1 0,2 0,1 0,2 Perlakuan Silvikultur Pengadaan bibit (disemai di polybag) Penggemburan tanah Jarak tanam Penyiangan gulma Pemupukan tan. pertanian Pemangkasan 14,2% 54,5% 21,4% 54,5% 14,2% 27,3% 100% 14,2% 28,6% 100% 27,3% 63,6% Rataan Volume m³/ha 54,5 67,3 138,5 144,6 Tabel 6 menunjukkan 54,5% petak ukur penelitian kelompok III dan IV bibitnya berasal dari benih yang disemai di polybag, 54,5% dilakukan kegiatan pengemburan tanah, 27,3% ditanam menggunakan jarak tanam, 27,3% dilakukan kegiatan pemupukan pada tanaman pertanian dan 63,6% dilakukan pemangkasan. Bila dibandingkan dengan kelompok I dan II, persentase petak ukur penelitian yang dilakukan kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas lebih tinggi. Hal ini diduga menyebabkan produktivitas kelompok III dan IV lebih tinggi. Penggunaan polybag akan mempermudah mengontrol pertumbuhan bibit. Menurut Indriyanto (2008) pengemburan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah agar drainase dan aerasi tanah menjadi baik. Kegiatan penyiangan gulma telah dilakukan pada setiap petak ukur penelitian untuk mengendalikan

14 38 gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Sedangkan pemangkasan bertujuan memperoleh kayu berkualitas, yaitu batang dengan bebas cabang yang tinggi dan bebas dari mata kayu atau mata kayu yang kecil. Pemberian pupuk pada tanaman pertanian akan menambah unsur hara pada lahan sehingga berpengaruh juga pada tanaman kayu bawang. Perlakuan silvikultur penting untuk diperhatikan. Pada kondisi tempat tumbuh yang rendah, produktivitas kayu bawang dapat ditingkatkan dengan perlakuan silvikutur yang baik. Pada tempat yang kelerengannya curam, konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan menggunakan penanaman bentuk Alley Cropping/tanaman lorong (Arsyad 2006).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dibidang kehutanan saat ini terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menjamin kelangsungan tersedianya hasil hutan, demi kepentingan pembangunan industri, perluasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L.) Merr. memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon 31 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan dengan tahapan : menghitung nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominasi relatif (DR) yang penjumlahannya berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Tectona grandis Linn F. Hasil pengamatan menunjukkan tidak semua petani di Kecamatan Conggeang menanam tanaman jati sebagai tanaman pokok pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting untuk dijadikan bahan utama pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman pokok P. falcataria pada 3 (tiga) pola agroforestri menunjukkan rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase Menurut Suripin (2004), drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu komoditas ekspor dari sektor perkebunan hortikutura. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Biofisik Areal Perusahaan HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) merupakan pemegang IUPHHK-HTI dalam hutan tanaman No. 137/Kpts-II/1997 tanggal 10 Maret

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Vegetasi Pada hutan sekunder di Desa Santu un kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan terdapat banyak vegetasi baik yang diketahui maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Sayuran Lahan sayuran merupakan penggunaan lahan dominan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tanaman sayuran yang diusahakan antara lain

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 di kebun Parungaleng, Cijayanti, Bogor dan Laboratorium Fisika, Laboratorium

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkecambahan benih kopi A. Hasil Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benih kopi, dilakukan pengamatan terhadap dua variabel yaitu daya berkecambah

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai komunitas tumbuhan juga memiliki fungsi hidrologis dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci