Bab II Teori Dasar Self-potential
|
|
- Irwan Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab II Teori Dasar Transfer energi dan panas pada gunung api aktif memiliki peranan yang sangat penting dalam mengontrol gunung api, yang dikaitkan dengan keadaan sistem hidrotermal pada gunung tersebut. Secara umum energi panas bumi dilepaskan melalui sirkulasi air bawah permukaan (groundwater), emisi gas panas, dan konduksi panas. Hal ini sangat penting untuk mengetahui lingkungan hidrogeologi dan panas yang berasosiasi dengan aktivitas gunung api tersebut. Oleh sebab itu diperlukan metode yang dapat mendeskripsikan sistem hidrotermal, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Dalam tesis ini metode yang digunakan untuk mempelajari sistem hidrotermal tersebut adalah dengan mengunakan metode self-potential, suhu permukaan, 2D DC resistivity, emisi gas CO 2, dan ph Self-potential Dalam metode geofisika, metode self-potential merupakan salah satu metode pasif, yaitu mengukur beda potensial di atas permukaan di antara dua titik. Tujuannya yaitu mendapatkan anomali beda potensial yang berasosiasi dengan struktur bawah permukaan. Anomali self-potential dapat dihasilkan dari berbagai macam mekanisme penghasil anomali tersebut. Sehingga dapat digunakan dalam mengidentifikasi deposit bijih, tren geologi, aliran air bawah tanah, sistem geotermal dan hidrotermal. Amplitudo yang dihasilkannya pun memiliki spektrum yang sangat lebar. Mulai dari beberapa mv hingga 1 sampai 2 V/Km, dan distribusi spasialnya berkorelasi dengan ukuran dari sumber, dengan kedalaman hingga 100 m. Pada awalnya, metode self-potential ini digunakan untuk menentukan daerah prospek pertambangan (Sato and Mooney,1960). Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, self-potential pun dapat digunakan untuk membatasi 4
2 daerah prospek geotermal (Banwell, 1970; Zhody et al., 1973; Corwin, 1976; Revil and Pezard, 1998). Selain itu, aplikasi self-potential pun banyak digunakan dalam studi kegunungapian di seluruh dunia, seperti di Gunung Kilauea, Hawai (Zablocki,1976), Long Valley di Amerika Serikat, (Anderson and Johnson, 1976), Usu di Jepang (Ballestracci and Nishida, 1987; Nishida and Tomiya, 1987), Hokkaido Komaga-take di Jepang (Michiwaki et al., 1995), Miyake-jima di Jepang (Nishida et al., 1996; Sasai et al., 1997; Zlotnicki et al., 2003), Soufrière di Pulau Guadeloupe (Pham et al., 1990; Zlotnicki et al., 1994a), Piton de la Fournaise di Pulau R, union (Malengreau et al., 1994; Zlotnicki et al., 1994b; Michel and Zlotnicki, 1998; Ardisson, 2000), Mount Pelée di Pulau Martinique (Zlotnicki et al., 1998), Vesuvius di Italy (Di Maio et al.,1998). Keberhasilan metode self-potential ini pada beberapa gunung api dapat dijadikan alasan bahwa metode ini merupakan metode yang efektif dalam mengamati perubahan panas dan perubahan sistem hidrotermal pada gunung api aktif. Seperti halnya pada kasus Soufrière di Guadeloupe (Zlotnicki et al., 1994a), Unzen di Jepang (Hashimoto and Tanaka, 1995), Piton de la Fournaise (Michel and Zlotnicki, 1998) atau Miyake-jima di Jepang (Zlotnicki et al., 2003). Sehingga dari kasus-kasus tersebut dapat diketahui mekanisme utama yang menyebabkan timbulnya sinyal selfpotential. Mekanisme utama yang dapat menghasilkan sinyal self-potential pada daerah gunung api, yaitu; efek eletrokimia, efek termoelektrik, efek elektrokinetik (efek topografi dan sirkulasi hidrotermal) Efek Elektrokimia Pada proses pertama adalah difusi kimia yang menghasilkan anomali self-potential, yang dapat menghasilkan nilai self-potential dengan kisaran di atas beberapa puluh mv baik positif ataupun negatif (Nourbehecht, 1963; Cowin and Hoover,1979). 5
3 Pada gunung api, observasi geokimia memperlihatkan adanya keberadaan perbedaan konsentrasi ion gas pada sumber mata air dan area fumarol. Pada umumnya seperti struktur yang mengalami pengaruh hidrotermalisasi dan argilitasi (memprouksi tanah liat). Sehingga proses difusi kimia akan meningkatkan nilai anomali self-potential yang terdistribusi merata pada daerah tersebut dan terpengaruhi oleh aliran lokal. Pada proses kedua, yaitu proses elektrokimia yang melibatkan reaksi kimia. Reaksi kimia antara gas vulkanik yang mengadung hidrogen sulfida (H 2 S), sulfur dioksida (SO 2 ), karbon dioksida (CO 2 ), dan air bawah permukaan dapat menghasilkan ion SO - 4,HCO - - 3, atau CO 3. Kedua proses tersebut belum dapat diketahui lebih mendalam lagi di lapangan. Pada kebanyakan kasus proses difusi dan proses elektrokimia saling mengisi dengan mekanisme lainnya Efek Termoelektrik Efek termoelektrik alami melibatkan mekanisme konduksi termal. Gradien termal yang diterapkan pada batu kering menimbulkan potensial pada sisi batuan tersebut. Koefisien rata-rata termoelektrik 0.2 mv/ o C. Hal ini mengimplikasikan bahwa anomali self-potential 100 mv berkorespondensi dengan 500 o C perubahan suhu. Fenomena ini jarang terjadi di lapangan, terkecuali jika ada fluks dari superheated gas. 1. Efek termoelektrik murni yang terjadi akibat adanya mekanisme konduksi, hanya berlaku pada area di mana fluks dari superheated gas terjadi. 2. Fluks gas, sirkulasi air tanah, dan air hujan memperlihatkan perubahan dari konveksi termal menuju komponen konduksi termal. Hal ini menunjukan adanya efek termoelektrik. 3. Nilai yang dihasilkan pada point 2 adalah bernilai positif. Pada umumnya lemah jika dibandingkan dengan pengamatan pengukuran SP di lapangan. 6
4 Efek Elektrokinetik Ampiltudo positif dari anomali self-potential hingga beberapa ratus mv dapat teramati pada area puncak gunung api aktif, seperti di Piton de la Fournaise (1800 mv, Zlotnicki dkk., 1994b; Michel and Zlotnicki, 1998), Kilauea (1600 mv, Zablocki, 1976), Miyake-jima (800 mv, Nishida dkk., 1996; Sasai dkk., 1997), Vulcano (400 mv, Di Maio dkk., 1997), dan Usu (400 mv, Nishida dan Tomiya, 1987). Anomali tersebut memiliki korelasi yang baik dengan zona rekahan atau puncak kawah atau kerucut. Anomali positif tersebut diimbangi oleh hubungan linier antara potensial dengan elevasi pada daerah yang jauh dari zona yang aktif. Sumber utama berhubungan dengan aliran fluida melalui medium berpori yang menghasilkan arus listrik Efek Topografi Air meteorik adalah air bawah permukaan yang berasal dari atmosfer dan mencapai zona saturasi melalui proses infiltrasi dan perlokasi. Fluida bawah permukaan yang mengalir melalui struktur pada umumnya menaikan nilai arus listrik dalam arah aliran fluida. Observasi tersebut banyak diketahui dan digunakan dalam penelitian sumber air (Corwin, 1990). Pada daerah gunung api, sebagian air hujan mengalami infiltrasi, banyak atau sedikitnya ke struktur geologi tergantung permeabilitasnya. Aliran ke arah bawah umumnya berhenti pada lapisan impermeable (Fournier, 1989; Aubert dkk,1993). Topografi dari struktur geologi memengaruhi aliran yang dikendalikan oleh faktor gravitasi. Efek topografi terjadi jika potensial naik ketika elevasi dari topografi berkurang. Hubungan tersebut memiliki relasi negatif dari φ/ h (mv/m) dan φ/ P 7
5 (mv/mpa), sebagai koefisien kopling elektrokinetik. Sebaran nilai koefisien ini antara -1 hingga -10 mv/m dengan rata-rata nilai berkisar -2 mv/m. Adapun contoh dari koreksi topografi adalah sebagai berikut ini. Gambar II.1. Efek topografik yang teramati pada (a) Gunung Kilauea (Jackson and Kauahikaua, 1987), (b) Piton de la Fournaise (L enat, 1987) dan (c) Mount Pel ee (Zlotnicki et al., 1998). 8
6 Ishido (1988) membuktikan secara teoritik hubungan linear antara potensial dan ketinggian permukaan tanah yang disebabkan oleh aliran ke bawah fluida pada medium homogen. Walaupun aproksimasi efek topografi terkadang tidak dapat sepenuhnya digunakan pada seluruh area, seperti halnya di daerah geotermal, Hohi di Kyushu (Ishido, 1985) atau Gunung Pelée (Zlotnocki dkk 1998). Model numerik Yasukawa dan Mogi (1998) memperlihatkan adanya distribusi heterogen dari permeabilitas hidrolik yang berkaitan dengan kontras resistivitas. Perbedaan koefisien kopling elektrokinetik secara signifikan akan mengganggu hubungan linear topografi. Gambar II.2. Sketsa sumber anomali self potensial pada gunung api (Zlotnicki, 1998). 9
7 2.2. Suhu Permukaan Suhu permukaan merupakan bagian dari penelitian ini. Dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sebaran suhu permukaan secara lateral. Sebaran suhu permukaan yang dituangkan dalam kontur suhu permukaan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam membatasi sistem hidrotermal. Selain itu, suhu permukaan pun dapat dijadikan rujukan dalam menganalisa aktivitas hidrotermal (Finizola, 2003), serta dijadikan suatu input parameter dalam memodelkan sistem hidrotermal D DC Resistivity Pengukuran 2D DC resistivity pada gunung api sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, seperti Finizola (2006) dan Revil (2008). Hal itu dikarenakan sensitivitasnya terhadap porositas, saturasi air, dan keberadaan dari mineral tanah liat dan zeolit. Sehingga 2D DC resistivity dan metode elektromagnet merupakan alat yang efisien untuk menggambarkan struktur bawah permukaan (Fitterman, 1988; Zohdy dan Bisdorf, 1990; Le nat, 2000). Pengukuran geolistrik ini digunakan untuk mengetahui struktur dangkal dari tubuh gunung api. Sehingga dengan diketahuinya nilai resistivitas dari struktur tubuh gunung api tersebut, dapat dijadikan panduan untuk mengetahui material dan sifat fisisnya yang ada kaitannya dengan nilai resisitivitas. Dalam pengukuran 2D DC resistivity, banyak metode yang diberikan, seperti; metode Sclumberger, Wenner, Wenner-Schlumberger, pole-pole, pole-dipole, dan dipole-dipole. Tetapi dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Wenner-Schlumberger. 10
8 Gambar II.3. Skema pengukuran 2D DC resistivity dengan menggunakan metode Wenner-Schlumberger. Pada prinsipnya pengukuran dengan menggunakan metode Wenner-Schulmberger ini memanfaatkan 4 elektroda, yaitu 2 elektoda arus dan 2 elektroda potensial. Arus diinjeksikan melalui elektroda arus dan beda potensial yang teramati akan dibaca oleh voltmeter. Sedangkan besarnya arus akan diinjeksikan, akan dibaca oleh amperemeter. Sehingga dari hasil pembacaan voltmeter dan amperemeter akan diperoleh tegangan (V) dan arus (I). Selanjutnya dengan mengunakan persamaan berikut ini. V ρ a = π n ( n + 1) a (1) I Di mana : = resistivitas semu (ohm.m) n a V I = rasio jarak antara elektroda C1-P1 dan P1-P2 = spasi jarak antara P1 dan P2 = tegangan (V) = arus (ma) Sebaran datum pengukuran 2D DC resistivity dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 11
9 Gambar II.4. Sebaran datum pengukuran 2D DC resistivity dengan menggunakan metode Wenner-Schlumberger. (Res2DInv Manual, 2007) Nilai resistivitas yang diperoleh di lapangan merupakan resistivitas semu. Sehingga diperlukan program inverse untuk mendapatkan nilai resistivitas sesungguhnya. Adapun untuk mendapatkan nilai resistivitas sesungguhnya, yaitu dengan menggunakan software Res2DInv yang didasarkan pada metode smoothnessconstrained least-squares (Constable 1987) untuk memecahkan persamaan : (2) Di mana : F = matrik smoothing J = matrik Jacobian dari turunan parsial r = vektor yang mengandung logaritma dari nilai model resistivitas = damping faktor d g = vektor model pertubasi = vektor discrepancy Vektor discrepancy, g, mengandung perbedaan nilai resistivitas semu terhitung dengan nilai resistivitas terukur. Besar nilai dari vector tersebut didapatkan dengan menggunakan nilai RMS (root-mean-squared). Algoritma dari program tersebut akan mereduksi nilai RMS untuk mendapatkan model yang lebih baik untuk setiap iterasinya. Model vektor pertubasi, d, adalah perubahan pada nilai model resistivitas 12
10 terhitung dengan menggunakan persamaan (2), di mana hasilnya digunakan untuk mendapatkan nilai model yang lebih baik Emisi Gas CO 2 Emisi Gas CO 2 merupakan salah satu bagian dalam penelitian ini. Adapun tujuan digunakannya pengukuran emisi gas CO 2 adalah untuk mengetahui sebaran lateral dari emisi gas CO 2 di kawasan Kawah Domas. Emisi gas CO 2 memiliki peranan yang sangat vital terutama dalam menganalisis keberadaan aktivitas sistem hidrotermal. Selain itu, anomali pada emisi gas CO 2 biasanya berasosiasi dengan zona permeabilitas tinggi, di mana zona tersebut merupakan zona tempat keluarnya panas dan fluida lainnya (Finizola, 2003) ph Pengukuran ph pada penelitian ini merupakan tambahan dari metode-metode sebelumnya. Pengukuran ph ini adalah untuk mengetahui kadar atau tingkat keasaaman dari fluida yang keluar dari sumber mata air panas. Air panas dengan ph netral merupakan air panas bertipe Cl. Sedangkan air panas ber-ph sedikit basa merupakan air panas HCO 3 (Subandrio, 2007). Air panas ber-ph asam merupakan air panas yang kaya dengan H 2 S (Kusnadi, 2006) Sistem Hidrotermal Sistem hidrotermal merupakan istilah yang biasa dipakai dalam pembahasan tentang sistem air-batuan yang mengandung air dengan suhu yang tinggi di laboratorium ataupun di lapangan (Ellis dan Mahon, 1977). Sistem hidrotermal di lapangan biasanya terjadi pada gunung api yang aktif sebagai akibat adanya sirkulasi gas dari magma, panas, dan air meteorik. Akibat adanya air tanah dan batuan permeabel, terjadi pertukaran panas dan memicu pertukaran panas secara konveksi. Sehingga menyebabkan adanya sirkulasi hidrotermal (Novana, 2008). 13
11 Sudarto Notosiswojo (1989) melakukan penelitian terhadap kualitas mata air di daerah Gunung api Tangkuban Parahu, yang diantaranya didapatkan adanya kemunculan sumber mata air panas. Sumber mata air panas ini muncul akibat naiknya gas-gas dan uap di bawah permukaan, akibat proses pendinginan magma. Gas-gas ini selanjutnya melalui rekahan-rekahan naik ke permukaan dan melalui sistem aliran air tanah di sekitar rekahan-rekahan tersebut. Sistem hidrotermal dapat diketahui dengan adanya manifestasi panas bumi di permukaan. Manifestasi panas bumi yang muncul ke permukaan diantaranya dapat berupa solfatara, fumarol, tanah panas, dan sumber mata air panas (Giggenbach, dan Soto, 1992). Sumber panas bumi yang erat kaitannya dengan magma memiliki kapasitas sumber uap relatif tinggi, temperatur tinggi, dan tekanan besar. Secara alami akan menerobos, mengalir melalui bagian yang berpermeabilitas atau berporositas besar sampai ke permukaan, yang muncul berupa manifestasi panas bumi. Magma dalam perut bumi memiliki massa panas yang kaya dengan senyawa kimia gas, diantaranya; CO 2, H 2 S, SO 2, Cl. Komposisi senyawa kimia terlarut dalam air atau uap serta gas pada manifestasi yang ditemui, dapat merupakan produk hasil reaksi yang terjadi antara gas-gas tersebut dengan oksigen (reaksi oksidasi-reduksi), atau hasil interaksi antara fluida panas dengan mineral tertentu yang terkandung dalam batuan (Giggenbach W., 1988). Salah satu cara untuk mengetahui adanya sumber aktifitas panas bumi di bawah permukaan, dapat diketahui dengan menganalisis data yang diambil di permukaan, baik secara geologi, geofisika ataupun geokimia. 14
Bab IV Pemodelan dan Pembahasan
Bab IV Pemodelan dan Pembahasan 4.1. Pemodelan Self-potential Aliran fluida tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut : (3) Di
Lebih terperinciBab III Akuisisi dan Pengolahan Data
Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1. Akuisisi Data 3.1.1. Kawah Domas Kawah Domas merupakan salah satu dari sekumpulan kawah yang ada di Gunung Tangkuban Perahu. Berdasarkan data GPS, Kawah Domas
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR
BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume
Lebih terperinciTESIS. ADHITYA SUMARDI SUNARYA NIM : Program Studi Fisika
PEMODELAN SELF-POTENTIAL UNTUK INVESTIGASI STRUKTUR DANGKAL BAWAH PERMUKAAN DAERAH VULKANIK STUDI KASUS KAWAH DOMAS GUNUNG TANGKUBAN PERAHU-JAWA BARAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciPotensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.
Lebih terperinciMetode Geolistrik (Tahanan Jenis)
Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Kata kunci : Pemodelan Inversi, Resistivitas, Tahanan Jenis. Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari sifat kelistrikan di bawah permukaan Bumi untuk
Lebih terperinciGEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata
GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciGambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data apparent resistivity dan apparent chargeability dengan menggunakan perangkat lunak Res2dInv dan Rockwork 15 sehingga
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE Try Fanny Poerna Maulana 115.140.058 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan
Lebih terperinciBAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi
BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi Metode geologi yang dipakai adalah analisis peta geologi regional dan lokal dari daerah penelitian. Untuk peta geologi regional, peta yang dipakai adalah peta geologi
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 metode geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Dimana kedua metode tersebut saling mendukung, sehingga
Lebih terperinciIdentifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)
Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS
BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL. (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik)
LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik) Oleh : Irwan Romadon (M0212046) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB II Perkembangan Geolistrik
BAB II Perkembangan Geolistrik II.1. Metoda Geolistrik Studi medan listrik dan arus dalam bumi masih tergolong disiplin ilmu geofisika yang muda. Meskipun demikian, metoda geolistrik pada geologi telah
Lebih terperinci8.4 Self-potential (SP) method Introduction
8.4 Self-potential (SP) method 8.4.1 Introduction Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan lokal. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi yang berkaitan dengan gunung api (Layman, 2002). Sistem panas bumi ini dapat dibagi
Lebih terperinciMETODE SELF POTENTIAL
METODE SELF POTENTIAL 3.1 Konsep Dasar Metode Self-Potential Metode SP diprakarsai pada tahun 1830 oleh Robert Fox yang menggunakan elektroda lempeng tembaga yang dihubungkan dengan Galvanometer untuk
Lebih terperinciBAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA
BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA 3.1 Data Geokimia Seperti yang telah dibahas pada bab 1, bahwa data kimia air panas, dan kimia tanah menjadi bahan pengolahan data geokimia untuk menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI
Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI IV.1 Kehilangan Panas Alamiah Dalam penentuan potensi panas
Lebih terperinciCara arus mengalir di bumi Elektronik (Ohmik) Arus mengalir lewat media padat (logam, batuan, dll.)
1 I. PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi endapan bahan galian. Meskipun eksplorasi mineral sudah dilakukan semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi
Lebih terperinciOptimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D
Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D Makhrani* * ) Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin E-mail : rani_anshar@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi
5 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Hidrogeologi Ilmu yang mempelajari interaksi antar struktur batuan dan air tanah adalah hidrogeologi. Dalam prosesnya ilmu ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu fisika dan kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panas bumi (Geotermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Interpretasi Lapisan Akuifer Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Di Kampung Horna Baru Dan Kampung Muturi Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Karmila Laitupa, Putri Nova H.D,
Lebih terperinciYoungster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 41-48
INTERPRETASI POLA ALIRAN FLUIDA PANASBUMI MENGGUNAKAN METODE SPONTANEOUS-POTENTIAL (SP) DAN SUHU PERMUKAAN DANGKAL PADA SISTEM PANASBUMI PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES Yayan Yuliananto dan Agus Setyawan Jurusan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT
BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT 4.1 Tinjauan Umum Manifestasi permukaan panas bumi adalah segala bentuk gejala sebagai hasil dari proses sistem panasbumi
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pengolahan dan interpretasi data geofisika untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi pengolahan data gravitasi (gaya berat) dan data resistivitas (geolistrik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang terdapat di daerah vulkanik, graben (vulkano-tektonik) dan non-vulkanik. Hingga saat ini, telah teridentifikasi 265 daerah
Lebih terperinciSURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)
SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN III.1 Teori Dasar III.1.1 Sistem Panasbumi Sistem geotermal merupakan sistem perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan melalui proses konveksi air meteorik
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN
BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN 6. 1 Hilang Panas Alamiah Dalam penentuan potensi panas bumi disuatu daerah diperlukan perhitungan kehilangan panas alamiah. Hal ini perlu dilakukan
Lebih terperinciPROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009 PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
Lebih terperinciBAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum
BAB V KIMIA AIR 5.1 Tinjauan Umum Analisa kimia air dapat dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter baik untuk eksplorasi ataupun pengembangan di lapangan panas bumi. Parameter-parameter tersebut adalah:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem panas bumi umumnya berkembang pada daerah vulkanik dan non vulkanik. Seting tektonik Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan aktif menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46
BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan kemajuan suatu negara, bilamana suatu negara kekurangan energi maka akan memperlambat perkembangan kemajuan
Lebih terperinciMuhammad Kadri and Eko Banjarnahor Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK. Kata Kunci: metode resistivitas, XRD, dan batu kapur.
PENENTUAN DAN IDENTIFIKASI FLUIDA GEOTHERMAL DAN MINERAL PENYUSUNNYA DI DAERAH GEOTHERMAL TINGGI RAJA SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN PENCITRAAN RESISTIVITAS 2D DAN XRD ABSTRAK Muhammad Kadri and
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Kelistrikan Suatu Batuan Sifat kelistrikan yang terdapat di bumi dapat dimanfaatkan untuk membantu penelitian geolistrik. Aliran arus listrik di dalam
Lebih terperinciANALISIS SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK PADA BEBERAPA JENIS MATERIAL DENGAN METODE POTENSIAL JATUH. Said, M.
ANALISIS SIFAT KONDUKTIITAS LISTRIK PADA BBRAPA JNIS MATRIAL DNGAN MTOD POTNSIAL JATUH ISSN : 1858-330X Said, M. Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Makassar ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran konduktivitas
Lebih terperinciPENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS
PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS Erwin, Pariabti Palloan, A. J. Patandean Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Jl.
Lebih terperinciBAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI
BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI 4.1 Hilang Panas Alamiah Besar potensi panas bumi dapat diperkirakan melalui perhitungan panas alamiah yang hilang melalui keluaran manifestasi panas bumi (natural heat
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA
BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA III.1 Data Geokimia Dengan menggunakan data geokimia yang terdiri dari data kimia manifestasi air panas, data kimia tanah dan data udara tanah berbagai paramater
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Daerah Sumatera merupakan salah satu daerah yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks, baik dari segi sedimentologi, vulkanologi, tektonik dan potensi sumber daya
Lebih terperinciBAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra
BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kupang, Oktober Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih
Lebih terperinciPengukuran RESISTIVITAS batuan.
Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan
Lebih terperinciPEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak
PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO Eko Minarto* * Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang sangat aktif di Indonesia yang terletak di daerah berpenduduk padat di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan
Lebih terperinciPemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole
Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole Sari Dewi Tarigan 1,a), Alamta Singarimbum 2,b) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi serta bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan di permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan energi di Indonesia khususnya energi listrik semakin berkembang. Energi listrik sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
Lebih terperinciPemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR JUNI 007 Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko Eko Minarto Laboratorium Geofisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk
Lebih terperinciSISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]
SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] III.1. Komponen Sistem Panasbumi Menurut Goff & Janik (2000) komponen sistem panasbumi yang lengkap terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan
Lebih terperinciPENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.02 PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE Budy Santoso 1, a), Setianto
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif
Lebih terperinciMETODE EKSPERIMEN Tujuan
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER NURFAIZAH AMATILLAH IMTISAL (1127030055) FISIKA SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 Email : nurfaizah.ifa@gmal.com
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota Surabaya, Jawa Timur.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI Satria Kinayung 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Telah
Lebih terperinciAbstrak
PENENTUAN KARAKTERISTIK ENDAPAN MINERAL LOGAM BERDASARKAN DATA INDUCED POLARIZATION (IP) PADA DAERAH PROSPEK CBL, BANTEN Wahyu Trianto 1, Adi Susilo 1, M. Akbar Kartadireja 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciUntuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek
Lebih terperinciPEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU
PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU M. Imron Rosyid *), Siti Zulaikah **), Samsul Hidayat **) E-mail: imronpoenya@yahoo.com
Lebih terperinciPENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN
PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN Syamsuddin1, Lantu1, Sabrianto Aswad1, dan Sulfian1 1 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciBab IV Sistem Panas Bumi
Bab IV Sistem Panas Bumi IV.1 Dasar Teori Berdasarkan fluida yang mengisi reservoir, sistem panas bumi dibedakan menjadi 2, yaitu sistem panas bumi dominasi air dan sistem panasbumi dominasi uap. 1. Sistem
Lebih terperinciBAB IV GEOKIMIA AIR PANAS
4.1 Tinjauan Umum. BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS Salah satu jenis manifestasi permukaan dari sistem panas bumi adalah mata air panas. Berdasarkan temperatur air panas di permukaan, mata air panas dapat dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup masyarakat dengan penggunaan tertinggi urutan ketiga setelah bahan bakar minyak dan gas. Kebutuhan energi listrik
Lebih terperinciANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA
ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA Muh. Taufik Dwi Putra ˡ, Syamsuddin ˡ, Sabrianto Aswad ˡ. Program
Lebih terperinciPengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)
Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Heni Dewi Saidah, Eko Andi Suryo, Suroso Jurusan Teknik
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. menjadi pusat perhatian untuk dikaji baik untuk menghindari bahayanya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Sistem panasbumi (sistem geotermal) terbentuk atas sumber panas dan formasi geologi permukaan. Sistem ini melibatkan energi
Lebih terperinciBab II Metoda Geolistrik Tahanan Jenis 2D
Bab II Metoda Geolistrik Tahanan Jenis D Metoda Geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metoda geolistrik yang sering digunakan dalam survei geofisika untuk eksplorasi yang relatif dangkal, diantaranya
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk
Lebih terperinciIdentifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-6 Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik
Lebih terperinciModul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS A. PENGANTAR Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua
Lebih terperinciPENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV
PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV Teguh Suroso, Tony Yulianto, Gatot Yuliyanto Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geologi Daerah Penelitian Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N. Ratman dan S. Gafoer. Tahun 1998, sebagian besar berupa batuan gunung api,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar
68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar
Lebih terperinciBAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN
BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Alterasi dan Endapan Hidrotermal Alterasi hidrotermal merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia batuan. Proses tersebut
Lebih terperinciWeek 9 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA
Week 9 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill online books 3.Mandel & Shiftan,
Lebih terperinciAnalisis kuantitatif pemodelan anomali self-potential : metode gradien numerik dan metode least-square
Analisis kuantitatif pemodelan anomali self-potential : metode gradien numerik dan metode least-square Marleni Wirmas 1, a) 1, b), Enjang Jaenal Mustopa 1 Laboratorium Fisika Bumi Kelompok Keilmuan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan warisan budaya yang bernilai tinggi. Warisan budaya itu ada yang berupa bangunan atau monumen, kesenian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar di wilayah pesisir teluk Ambon terdapat dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan tinggi dan satuan morfologi dataran pantai. Daerah
Lebih terperinciELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra
ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)
APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU) Oleh: Ika Yulia Sulistyarini 1, Irjan 2 ABSTRAK: Panas bumi merupakan salah
Lebih terperinciPENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR
PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR Dievy Prastika Putri 1 Sri Cahyo Wahyono 1 Tetti Novalina Manik 1 Tempat Pembuangan
Lebih terperinciEKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA
EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA Tugas Akhir Disusun sebagai syarat menyelesaikan tahap Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang
Lebih terperinciEnvilwan Berkat Harefa dan Pintor Simamora Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan
Jurnal instein disi 1, o. 2, opember 2013 AALISIS RSISTIVITAS BATUA DA FLUIDA DIBAWAH PRMUKAA DGA MTOD GOLISTRIK SCHLUMBRGR DI DARAH PAAS BUMI DSA HUTA BARU SIPIROK TAPAULI SLATA nvilwan Berkat Harefa
Lebih terperinci