PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK"

Transkripsi

1 DIKTAT KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Disunting oleh: Katarina Leba, S.Ag., M.Th (Edisi Revisi) UPT BS MKU UNIVERSITAS JEMBER i

2 KATA PENGANTAR Perguruan Tinggi Umum menyelengarakan Pendidikan Agama Katolik untuk membentuk mahasiswa menjadi Sarjana yang beriman kepada Allah menurut pola Yes us Kristus dengan senantiasa mempertanggungjawabkan imannya dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Sebagai seorang sarjana yang beragama Katolik, seorang mahasiswa diharapkan mampu memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Ia harus unggul secara intelektual, anggun secara moral, berkompeten dibidangnya, menguasai IPTEK, memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai peran sosial yang ada di masyarakat. Dalam buku ajar ini disajikan materi-materi pokok yang berisi tentang berbagai persoalan dasar yang dihadapi manusia dan berusaha untuk memecahkannya dalam rangka membangun hidup yang bermartabat, makna agama dan persoalannya dalam kehidupan, hidup dan karya Yesus Kristus yang dituliskan dalam Kitab Suci dan diwartakan oleh Gereja, wajah Gereja Indonesia sejarah, hakikat dan sifat-sifat Gereja serta situasi kehidupan masyarakat masa kini dengan berbagai persoalannya dan tanggungjawabnya sebagai umat beriman. Materi-materi dalam buku ajar ini diambil dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai bahan ajar dalam Pendidikan Agama Katolik di Universitas Jember. Besar harapan kami semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam menggumuli berbagai persoalan yang berkaitan dengan hidup dan imannya, dan pada akhirnya mampu mewujudkan imannya dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat. Penulis ii

3 RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Capaian Pembelajaran (CP) Prodi: 1. Mampu menguasai konsep tentang asal-usul, hakekat dan tujuan hidup manusia, hidup beragama, hidup dan karya Yesus Kristus, Gereja dan karya perutusannya serta mewujudkan iman yang memasyarakat (Penguasaan Materi/ Kognitif). a. Mempertanyakan asal-usul, hakekat dan tujuan hidup manusia. b. Menganalisis makna hidup beragama dan membangun kerjasama dengan umat beragama lain untuk menanggapi masalah-masalah aktual dewasa ini. c. Mengenal dan memahami hidup dan karya Yesus Kristus yang ditulis dalam Kitab suci dan diwartakan oleh Gereja. d. Menganalisis gambaran Gereja universal dan Gereja Indonesia (lokal) dan menanggapi masalah-masalah aktual dewasa ini. 2. Mampu menerapkan tujuan dari Pendidikan Agama Katolik (Kemampuan kerja/ Psikomotor). a. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nurani. b. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya. c. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Memiliki kemampuan untuk memaknai setiap peristiwa dan pengalaman religious untuk membangun hidup yang lebih baik. e. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan iman di tengah masyarakat/dunia 3. Mampu mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung-jawab (Kemampuan Manajerial). a. Menjadikan nilai-nilai kekatolikan sebagai dasar perilaku dalam kehidupan sehari-hari. b. Bertanggung-jawab dalam mewujudkan iman di masyarakat. 4. Bersikap dengan berlandaskan pada ajaran-ajaran Yesus Kristus (religius, etis, humanis, toleransi, kreatif, komunikatif, kerjasama, dll) (sikap dan tata nilai/ afektif). a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious. b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan etika. c. Berjiwa toleransi/ menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi keadilan. d. Disiplin dalam menganalisis dan menyajikan tugas terkait Pendidikan Agama Katolik. e. Bekerjasama dalam melakukan analisis terkait kehidupan/pembangunan di Indonesia. f. Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. g. Komunitatif dalam penyajian hasil analisis terkait masalah-masalah sosial. h. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri. i. Menerapkan ajaran iman dan moral Katolik dalam kehidupan sehari-hari (di keluarga, kampus dan masyarakat luas). Capaian Pembelajaran M.K : Memahami dirinya dari segi asal-usul dan tujuan hidupnya sebagai citra Allah yang beragama dan beriman akan Yesus Kristus serta sebagai Gereja diutus untuk melanjutkan karya keselamatan di tengah masyarakat iii

4 Deskripsi Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik sebagai Mata Kuliah Dasar Umum yang bersifat wajib bagi mahasiswa merupakan bagian atau cabang ilmu yang mengajarkan tentang ajaran iman serta bagaimana mewujudkan iman di tengah dunia/masyarakat. Penekanannya adalah pada penerapan nilai-nilai kehidupan beragama yang diterapkan dalam melaksanakan profesi mahasiswa, termasuk bersikap dalam kehidupan sosial, dan dalam berbagai lini kehidupan. iv

5 Pertemuan ke Kemampuan akhir yang diharapkan Indikator Bahan kajian Metode Pembelajaran Tugas Mahasiswa Metode Penilaian Bobot Penilaian 1 Kesepahaman dan kesepakatan tentang kontrak kuliah 1. Kontrak Kuliah 2. Dokumen Pembelajaran (RPS, RTM, LKM, LPHB, Kontrak Kuliah 1. Silabus 2. RPS 3. RTM 4. LKM 5. LPHB 6. Kontrak Kuliah Penjelasan Mempelajari kontrak kuliah dan dokumen pembelajaran Memahami arti kata katolik sehingga memiliki sikap mendahulukan kepentingan umum. 1. Ketepatan penjelasan tentang arti kata Katolik 2. Komunikasi lisan dalam menyampaikan sharing 1. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum 2. Menjadi Katolik Penjelasan, diskusi dan sharing 1. Memilih dan membaca sebuah naskah yang berjudul Diberi Nama atau Tidak? atau Memakai Identitas Katolik atau Tidak? 2. Masuk dalam kelompok pilihan yang sama, mengumpulkan alasan mengapa memilih tokoh cerita yang satu dan bukan yang lain 3. Menyusun argumen untuk memperdebatkan pilihan-pilihan itu. Tes lisan Tes Tulis 10 % 3-4 Mampu mempertanyakan asalusul, hakekat dan tujuan hidup manusia sehingga dapat membangun hidup yang lebih bermartabat. 1. Ketepatan penjelasan 2. Komunikasi secara tertulis dan lisan 3. kemampuan menemukan problem solving 1. Beberapa pandangan tentang asalusul manusia. Discovery Learning 1. Mencari, mengumpulkan dan menyusun informasi tentang asal-usul, hakekat dan tujuan hidup manusia. 2. Mengkritisi beberapa pandangan tentang penciptaan manusia dan membandingkan antara Tes lisan Lembar Observasi 10 % v

6 2. Martabat manusia. Cooperaative Learning Sains dan iman 3. Menjelaskan bahwa sains dan iman tidak bertentangan 4. Membuat paper tentang Manusia 5. Membahas dan mengkritisi berbagai masalah yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap martabat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Laporan tertulis Presentasi Tugas 5-6 Mampu menganalisis makna hidup beragama dan membangun kerjasama dengan umat beragama lain untuk menanggapi masalah-masalah aktual dewasa ini 1. Kerjasama 2. Menghargai pendapat orang lain 3. Ketepatan penjelasan 4. Komunikasi (tertulis dan lisan) 1. Pluralitas Agama. 2. Kerukunan antar umat beragama. Small Group Discussion 1. Membentuk kelompok kelompok kecil, (4-6 orang) 2. Memilih bahan diskusi tentang pluralitas dan kerukunan antar umat beragama. 3. Membuat video tentang pluralisme agama yang ada di Indonesia. 4. Mempresentasikan video tersebut melalui youtube Tes lisan Tes Tulis 20 % 7 UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) 10 % 8-11 Mampu mengenal dan memahami hidup dan karya Yesus Kristus yang ditulis dalam Kitab suci dan 1. Kemampuan menemukan sumber-sumber dalam Kitab suci tentang Yesus 1. Kitab Suci sebagai sumber untuk mengenal Yesus Kristus. Contextual Instruction 1. Menelusuri sumbersumber berbicara tentang Yesus Kristus 2. Menemukan alasan munculnya harapan Tes tertulis Lembar Observasi 20 % vi

7 diwartakan oleh Gereja sehingga mampu menghayati pola hidup Yesus Kristus dalam kehidupan nyata Mampu menganalisis gambaran Gereja universal dan Gereja Indonesia (lokal) sehingga memiliki empati dan melibatkan diri di dalamnya serta mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja di tengah masyarakat/dunia. Kristus sebagai pemenuhan harapan mesianis secara tepat 2. Kemampuan menganalisis dan menemukan makna bagi dirinya dan sesama 3. Kemampuan menarik relevansi materi bagi hidupnya 4. Kemampuan menemukan problem solving 1. Kemampuan menggali dan menemukan informasi 2. kemampuan mengidentifikasi masalah sosial serta menemukan problem solvingnya. 3. Kerjasama 4. Menghargai pendapat orang lain 5. Ketepatan 2. Yesus Kristus mewartakan Kerajaan Allah. 3. Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Yesus Kristus. 4. Makna hidup Yesus Kristus bagi manusia. 5. Allah Tritunggal (Bapa, Putera dan Roh Kudus). 1. Gereja 2. Gambaran Gereja dan perutusannya 3. Masalahmasalah sosial Problem Based Learning mesianis dan membandingkan dengan konsep ratu adil di Indonesia 3. Menganalisis warta kabar baik Yesus Kristus dan interpretasinya untuk konteks Indonesia 4. Menguraikan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus dan menginterpretasikan peristiwa kebangkitan Yesus Kristus 5. Menemukan makna hidup Yesus bagi manusia dewasa ini khususnya dalam konteks masyarakat Indonesia 6. Membahas konsep Allah Tritunggal dan perannya serta relevansinya bagi hidup manusia saat ini. 1. Menggali dan mencari informasi tentang Gereja dan karya perutusannya di dunia 2. Menemukan masalahmasalah sosial aktual dewasa ini yang berkaitan dengan kejujuran dan keadilan. 3. Mencari dan menemukan solusi bagi masalahmasalah sosial tersebut. 4. Membuat laporan Tes lisan Presentasi Tugas Lembar Observasi Laporan Tertulis 20 % vii

8 penjelasan 6. Komunikasi (tertulis dan lisan) tentang masalah-masalah sosial yang telah ditemukan beserta dengan problem solvingnya. 4. Iman yang memasyarakat Small Group Discussion 1. Membentuk kelompok kelompok, (6-8 orang) 2. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial di Indonesia 3. Mengambil bahan diskusi tentang 3 masalah besar di Indonesia, yakni korupsi, kekerasan dan kerusakan lingkungan. 4. Membuat makalah tentang 3 masalah besar di Indonesia (setiap kelompok memilih 1 masalah). 5. Mempresentasikan makalah tentang 3 masalah besar di Indonesia dan mendiskusikan di dalam kelas. 16 UJIAN AKHIR SEMESTERN (UAS) 10 % viii

9 RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM ) RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM 1 ) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik SKS : 2 SKS Program Studi : Sistem Informasi Pertemuan : 2 Fakultas : - Komponen Tugas Rincian 1. Tujuan Tugas Mempertanyakan arti kata katolik sehingga memiliki sikap mendahulukan kepentingan umum. 2. Uraian Tugas a. Objek garapan Arti kata katolik, Perbedaan Gereja Katolik dengan Gereja Protestan, Konsekwensi menjadi orang katolik. b. Batasan yang harus 1. Mencari, mengumpulkan dan menyusun informasi dikerjakan tentang Arti kata katolik, Perbedaan Gereja Katolik dengan Gereja Protestan, Konsekwensi menjadi orang katolik. Sumber : a. Ismartono SJ, Pendidikan Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta: Kanisius, b. c. Hasil wawancara 2. Melakukan wawancara dengan Pastor, Suster, Bruder atau Guru Agama dan menganalisis informasi-informasi yang telah dikumpulkan. 3. Semua hasil analisis ditulis dan dibuat dalam bentuk laporan tertulis c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan Mengerjakan tugas sesuai LKM 1, membuat laporan tertulis dari hasil analisis. Laporan berisi tentang: 1) Sejarah Singkat Gereja Katolik, 3) Perbedaan pokok Gereja Katolik dengan Gereja Protestan, 4) Konsekwensi Menjadi Orang Katolik. 3. Kriteria penilaian 1. Ketepatan penjelasan 50 % 2. Komunikasi tertulis yang tertuang dalam hasil laporan 25 % 3. Komunikasi lisan melalui diskusi 25 % ix

10 3.1 RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM 2 ) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik SKS : 2 SKS Program Studi : Sistem Informasi Pertemuan : 3 Fakultas : - Komponen Tugas Rincian 1. Tujuan Tugas Mempertanyakan asal-usul, hakekat dan tujuan hidup manusia sehingga dapat membangun hidup yang lebih bermartabat. 2. Uraian Tugas a. Objek garapan Beberapa pandangan tentang asal-usul manusia berdasarkan Sains dan Kitab Suci. b. Batasan yang harus 1. Mencari, mengumpulkan dan menyusun informasi dikerjakan tentang asal-usul, hakekat dan tujuan hidup manusia Sumber : a. Diktat Kuliah (Katarina, 2011) b. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, 2001 c. Franz Dahler, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2000 d. Josef Bouman SVD, Telaah Pastoral Tentang Manusia. Jakarta Celesty Hironika, 2000, hal e. KWI, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta, Obor, Menganalisis informasi-informasi yang telah dikumpulkan. 3. Hasil analisis ditulis dan dibuat dalam bentuk Paper c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan Mengerjakan tugas sesuai LKM 2, membuat paper dari hasil analisa Paper berisi tentang: 1) Pengertian manusia, 2) pandangan sains tentang asal-usul manusia, 3) Sains Vs Iman, 4) Pandangan Kitab Suci tentang asal-usul manusia, 5) Manusia Imago Dei. 3. Kriteria penilaian 1. Ketepatan penjelasan 50 % 2. Komunikasi tertulis yang tertuang dalam paper 50 % x

11 RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM 3 ) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik SKS : 2 SKS Program Studi : Sistem Informasi Pertemuan : 4 Fakultas : - Komponen Tugas Rincian 1. Tujuan Tugas Mempertanyakan asal-usul, hakekat dan tujuan hidup manusia sehingga dapat membangun hidup yang lebih bermartabat. 2. Uraian Tugas a. Objek garapan Pandangan martabat manusia menurut Kitab Suci dan Ajaran Gereja, dan berbagai masalah yang terjadi berkaitan dengan martabat manusia. b. Batasan yang harus dikerjakan c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan 1. Membaca dan menganalisis beberapa ajaran dari Kitab Suci dan Ajaran Gereja berkaitan dengan martabat manusia. 2. Menganalisis berbagai masalah yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap martabat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sumber : a. Diktat Kuliah (Katarina, 2011) b. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, 2001 c. KWI, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta, Obor, 1996 d. Kliping koran dan majalah tentang pelanggaran terhadap martabat manusia 3. Mendiskusikan dan mengkritisi hasil analisis dalam diskusi kelompok. 4. Semua hasil diskusi ditulis dan dibuat dalam bentuk laporan tertulis dan dipresentasikan. Mengerjakan tugas sesuai LKM 3, membuat laporan tertulis terkait hasil diskusi kelompok. laporan berisi tentang: 1) Ajaran Kitab Suci tentang Martabat Manusia, 2) Ajaran Gereja tentang Martabat Manusia, 3) Berbagai pelanggaran terhadap martabat manusia 4) Upaya dalam mengatasi masalah berkaitan dengan pelanggaran terhadap martabat manusia. 3. Kriteria penilaian 1. Ketepatan penjelasan 25 % 2. Komunikasi tertulis yang tertuang dalam laporan 25 % 3. Komunikasi lisan melalui diskusi 25 % 4. Komunikasi lisan melalui presentasi 25 % xi

12 RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM 4) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik SKS : 2 SKS Program Studi : Sistem Informasi Pertemuan : 5-6 Fakultas : - Komponen Tugas Rincian 1. Tujuan Tugas Menjelaskan tentang pluralitas agama yang ada di Indonesia dan upaya membangun kerukunan antar umat beragama. 2. Uraian Tugas a. Objek garapan Pluralitas agama dan kerukunan antar uman beragama b. Batasan yang harus dikerjakan 1. Mengumpulkan dan menemukan informasi tentang berbagai agama yang ada di Indonesia; menganalisis hubungan antara agam di Indonesia; upaya untuk membangun kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Sumber : a) Diktat Kuliah Pendidikan Agama Katolik (Katarina, 2012) b) Kitab Suci: Efesus 4:1-6 c) Dokumen Konsili Vatikan II, Nostra Aetate, Dokpen KWI dan OBOR, Jakarta1996 d) Kliping koran dan majalah tentang kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia 2. Mendiskusikan informasi-informasi yang telah dikumpulkan. 3. Membuat 1 kegiatan tentang pentingnya PLURALISME di Indonesia yang melibatkan temanteman yang beragama lain. Kegiatan tersebut didokumentasikan dalam bentuk video. 4. Video yang sudah di buat di upload di Youtube. c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan Mengerjakan tugas sesuai LKM 4, membuat Video tentang kerukunan antar umat beragama dan mengupload lewat Youtube. Video berisi tentang: 1) kegiatan yang sedang dilaksanakan 2) macam-macam agama di Indonesia, 3) hubungan antar agama di Indonesia, 4) upaya membangun kerukunan antar umat. 3. Kriteria penilaian 1. Ketepatan penjelasan 50 % 2. Komunikasi tertulis yang tertuang dalam Video 30 % 3. Hasil upload Video lewat Youtube 20 % xii

13 3.2 RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM 5) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik SKS : 23 SKS Program Studi : Sistem Informasi Pertemuan : 8-11 Fakultas : - Komponen Tugas Rincian 1. Tujuan Tugas Mengenal dan memahami hidup dan karya Yesus Kristus yang ditulis dalam Kitab suci dan diwartakan oleh Gereja sehingga mampu menghayati pola hidup Yesus Kristus dalam kehidupan nyata. 2. Uraian Tugas a. Objek garapan Yesus Kristus dan karya Penyelamatan-Nya b. Batasan yang harus dikerjakan 1. Menemukan teks-teks Kitab suci Perjanjian Lama tentang Yesus Kristus sebagai pemenuhan harapan mesianis. 2. Menemukan konsep tentang Kerajaan Allah. 3. Menganalisis makna sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus dalam hidup umat Kristiani. Sumber : a. Diktat Kuliah Pendidikan Agama Katolik (Katarina, 2012) b. Tom Jacobs SJ, Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman akan Yesus Kristus. Yogyakarta: Kanisius, 2000 c. Yos Lalu, Pr. Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Komisi ateketik KWI, 2000 d. Leonardo Boff, Allah Persekutuan: Ajaran Tentang Allah Tritunggal. Ende: LPBAJ, Arnoldus, 1999 e. David Amfostis, SVD, Merenungkan Allah Tritunggal. Jakarta: Celesty Hieronika, 2000 f. Kliping dari media tentang potret krisis multidimensi di Indonesia 4. Menganalisis situasi krisis masyarakat Indonesia saat ini 5. Menginterpretasikan makna hidup Yesus Kristus bagi masyarakat saat ini melalui observasi 6. Hasil observasi dianalisis untuk menemukan problem solving yang tepat dan dibuat dalam bentuk laporan individu. c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan Mengerjakan tugas sesuai LKM 5, melakukan observasi dan membuat laporan tertulis secara individu xiii

14 d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan Laporan berisi tentang: 1) situasi krisis masyarakat dalam bidang ekonomi dan sosial, 2) penyebab masalahmasalah tersebut, 3) upaya untuk mengatasinya, 3) tindakan konkret yang dilakukan mahasiswa 3. Kriteria penilaian 1. Ketajaman menganalisis 25 % 2. Ketrampilan menganalisisis 30 % 3. Kemampuan menemukan problem solving 30 % 3. Komunikasi tertulis dalam bentuk laporan 15 % RANCANGAN TUGAS MAHASISWA (RTM 6) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik SKS : 2 SKS Program Studi : Sistem Informasi Pertemuan : Fakultas : - Komponen Tugas Rincian 1. Tujuan Tugas Menganalisis gambaran Gereja universal dan Gereja Indonesia (lokal) sehingga memiliki empati dan melibatkan diri di dalamnya serta mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja di tengah masyarakat/dunia. 2. Uraian Tugas a. Objek garapan Gereja dan karya Perutusannya b. Batasan yang harus dikerjakan 1. Menganalisis Ajaran Sosial Gereja 2. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial aktual dewasa ini sebagai peluang dalam pembangunan masyarakat 3. Menganalisis tiga masalah besar yang terjadi di Indonesia berdasarkan Nota Pastoral KWI 2004 Sumber : a. Tom Jacobs, SJ. Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius, 1987 b. Franz Magnis Suseno, SJ. Gereja Katolik Indonesia Menjelang Tahun Tantangan dan Harapan, dalam Spektrum XXVIII: 2 (2000)) 75 c. Al. Andang. Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius, 1998 d. B. Kieser, SJ. Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1992 e. Nota Pastoral KWI 2006, Habitus Baru dan Kesejahteraan Bersama. f. tentang Ajaran Sosial Gereja. 4. Berdasarkan hasil analisa, mahasiswa membangun wacana untuk melibatkan diri mengatasi masalahmasalah sosial xiv

15 c. Metode dan cara pengerjaan, acuan yang digunakan d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan 5. Membuat proyek untuk mengatasi masalah masalah sosial aktual masyarakat (memilih 1 dari 3 masalah yang telah dianalisa) Mengerjakan tugas sesuai LK 6, membuat sebuah proyek yang akan dilakukan secara tertulis dan kelompok, dan membuat laporan tertulis tentang hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Rancangan proyek berisi tentang: 1) Latar belakang dan alasan pemilihan masalah, 2) Kajian pustaka 3) analisa tentang masalah tersebut, 3) langkah-langkah konret yang dilakukan, 4) Penutup: evaluasi, saran dan kritik kegiatan. 3. Kriteria penilaian 1. Ketajaman menganalisis 25 % 2. Ketrampilan menganalisis 30 % 3. Kemampuan menemukan problem solving 30 % 3. Komunikasi tertulis dalam bentuk laporan 15 % LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM) LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM 1): Menjadi Katolik Petunjuk Pelaksanaan Tugas: 1. Cari berbagai informasi dengan membaca literature baik dari buku maupun internet dan melakukan wawancara dengan Pastor, Suster, Bruder atau Guru Agama tentang arti kata katolik, sejarah singkat Gereja Katolik (berkaitan dengan waktu penggunaan istilah katolik dan pencetusnya), perbedaan hakiki antara Gereja Katolik dengan Gereja Protestan, dan konsekwensi menjadi orang katolik. 2. Hasil wawancara dan informasi dari literature dianalisis, ditulis dan dibuat dalam bentuk laporan tertulis, dengan pengetikan font Times New Roman/Arial 11/Calibri dengan spasi 1,5 pada kertas ukuran A4 seberat 70 gram maksimal 3 halaman. Laporan diketik menggunakan bahasa Indonesia yang baku, mengikuti kaidah penulisan ilmiah yang berlaku, dijilid rapi dan dikumpulkan pada pertemuan ke Laporan dibuat secara pribadi. xv

16 LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM 2): Manusia Petunjuk Pelaksanaan Tugas: 1. Cari beberapa pandangan tentang asal-usul manusia menurut sains. 2. Kritisi pandangan-pandangan (teori) tersebut berkaitan dengan asal-usul manusia 3. Uraikan bahwa teori evolusi tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar hidup manusia. 4. Cari perikop Kitab Suci tentang penciptaan manusia. 5. Buat analisa tentang penciptaan manusia berdasarkan perikop Kitab Suci. 6. Membuat perbandingan antara sains dan iman (Kitab Suci) tentang asal-usul manusia dan menjelaskan bahwa keduanya bertentangan atau tidak. 7. Temukan dan jelaskan maksud dari Manusia Imago Dei. 8. Tarik implikasi manusia sebagai citra Allah bagi kehidupan bersama. 9. Temukan unsur-unsur konstitutif manusia sebagai citra Allah. 10. Semua hasil telaah (1-9) dimuat dalam laporan tertulis dengan pengetikan font Times New Roman/Arial 11/Calibri dengan spasi 1,5 pada kertas ukuran A4 seberat 70 gram maksimal 7 halaman. Laporan diketik menggunakan bahasa Indonesia yang baku, mengikuti kaidah penulisan ilmiah yang berlaku, dijilid rapi dan dikumpulkan pada pertemuan ke Laporan dibuat berkelompok, per kelompok terdiri dari 5 orang. LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM 3): Martabat Manusia Petunjuk Pelaksanaan Tugas: 1. Baca dan buat analisis mengenai pandangan Kitab Suci (Kej 1:1-2:7; Mazmur 8:1-10; Kitab Yesus Bin Sirakh 17:1-11) berkaitan dengan martabat manusia 2. Baca dan buatlah analisis mengenai Ajaran Gereja (Konsili Vatikan II- Gaudium et Spes art. 12) berkaitan dengan martabat manusia. 3. Temukan dan analisis berbagai masalah yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap martabat manusia dalam kehidupan sehari-hari. 4. Temukan penyebab terjadinyaa pelanggaran terhadap martabat manusia. xvi

17 5. Temukan upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi berbagai pelanggaran terhadap martabat manusia. 4. Hasil diskusi dibuat dalam bentuk laporan tertulis dengan pengetikan font: Times New Roman/Arial 11/Calibri dengan spasi 1,5 pada kertas ukuran A4 seberat 70 gram maksimal 5 halaman. Laporan diketik menggunakan bahasa Indonesia yang baku, mengikuti kaidah penulisan ilmiah yang berlaku, dijilid rapi dan dikumpulkan pada pertemuan ke Laporan dibuat berkelompok, per kelompok terdiri dari 5 orang. LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM 4): Pluralitas Agama Dan Kerukunan Antar Umat Beragama Petunjuk Pelaksanaan Tugas: 1. Temukan informasi tentang berbagai agama yang ada di Indonesia; 2. Temukah kekhasan dari masing-masing agama (Kitab Suci, hari raya, ajaran khas, dan sebagainya) serta semua yang berkaitan dengan agama tersebut. 3. Buat analisa tentang hubungan antara agama di Indonesia. 4. Temukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kerukunan antar umat beragama di Indonesia. 5. Buatlah 1 kegiatan di sekolah baik SD maupun SMP (Katolik atau Kristen) tentang PENTINGNYA PLURASLISME DI INDONESIA. Libatkan teman-teman yang tidak seagama dalam kegiatan tersebut. 6. Semua hasil analisa dan diskusi (1-5) di buat dalam bentuk Video dengan tema utama: PENTINGNYA PLURASLISME DI INDONESIA. Sedangkan judul video dapat ditentukan sendiri berdasarkan tema. Video tersebut berdurasi maksimal 15 menit. Video harus dibuat secara menarik dan di upload di Youtube. Hasil uplod dilaporkan pada pertemuan ke Video dibuat berkelompok, per kelompok terdiri dari 10 orang. xvii

18 LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM 5): Yesus Kristus dan Karya Penyelamatan-Nya Petunjuk Pelaksanaan Tugas: 1. Buat identifikasi/analisa/deskripsi tentang situasi krisis masyarakat Indonesia saat ini. 2. Temukan 1 situasi krisis (Ekonomi dan sosial) yang sangat memprihatinkan masyarakat saat ini 3. Kajilah secara lebih mendalam penyebab dan akibatnya dari situasi krisis tersebut. 4. Lakukan observasi mendalam tentang masalah yang anda pilih. Nilai-nilai Kerajaan Allah yang mana yang kurang dihayati sehingga terjadi masalah tersebut. 5. Hasil observasi dianalisis untuk menemukan problem solving yang tepat (sebutkan bentuk konkret dari problem solvingnya). 6. Hasil analisis (1-6) dibuat dalam bentuk laporan tertulis dengan pengetikan font: Times New Roman/Arial 11/Calibri dengan spasi 1,5 pada kertas ukuran A4 seberat 70 gram maksimal 6 halaman. Laporan diketik menggunakan bahasa Indonesia yang baku, mengikuti kaidah penulisan ilmiah yang berlaku, dijilid rapi dan dikumpulkan pada pertemuan ke Hasilnya dibuat dalam bentuk laporan Kelompok yang beranggotakan 5 orang. LEMBAR KERJA MAHASISIWA (LKM 6): Gereja dan Karya Perutusan-Nya Petunjuk Pelaksanaan Tugas: 1. Baca Nota Pastoral KWI 2004: Keadaban Publik Menuju Habitus Baru Bangsa dan Ajaran Sosial Gereja. 2. Buat analisa tentang tiga masalah besar di Indonesia berdasarkan Nota Pastoral KWI Buat analisa tentang masalah-masalah sosial lokal yang sedang terjadi dan sangat memprihatinkan masyarakat. 4. Deskripsikan 10 kata kunci Ajaran Sosial Gereja 5. Deskripsikan masalah-masalah sosial tersebut sebagai peluang dalam pembangunan masyarakat. xviii

19 6. Bangun sebuah wacana dalam melibatkan diri untuk mengatasi masalah-masalah social yang sudah dianalisa. 7. Buat 1 proyek konkret untuk mengatasi masalah-masalah aktual sosial masyarakat dewasa ini. 8. Membuat laporan tentang proyek yang telah dilaksanakan. Laporan tersebut diketik secara rapi dengan menggunakan kertas A4/70 gram, font Times New Roman/Aria 11 dengan spasi 1,5 maksimal 8 halaman. Laporan tersebut dimpulkan ke dosen terkait 1 minggu setelah pelaksanaan kegiatan. KONTRAK PERKULIAHAN 1. MANFAAT MATA KULIAH Dengan menerima pendidikan Agama Katolik, mahasiswa memperoleh bekal pengetahuan dan pengalaman belajar tentang menjadi orang katolik yang memahami nilai-nilai luhur martabat manusia, membangun hubungan dan dialog antar agama, mengenal hidup dan karya Yesus dan dapat mewujukan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab umat beriman sebagai anggota Gereja 2. DESKRIPSI MATERI Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian atau cabang ilmu yang terkait dengan keyakinan yang melandasi manusia dalam bertindak dan bersikap. Penekanannya adalah pada penerapan nilai-nilai kehidupan beragama yang diterapkan dalam melaksanakan profesi mahasiswa, termasuk bersikap dalam kehidupan sosial dan dalam berbagai lini kehidupan. 3. CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Mampu menguasai konsep tentang manusia dan martabatnya, hidup beragama, hidup dan karya Yesus Kristus, Gereja dan karya perutusannya (Penguasaan Materi/ Kognitif). e. Mempertanyakan tentang manusia dan martabatnya. xix

20 f. Menganalisis makna hidup beragama, membangun kerjasama dengan umat beragama lain dan menanggapi masalah-masalah aktual dewasa ini. g. Mengenal dan memahami hidup dan karya Yesus Kristus h. Menganalisis gambaran hidup Gereja dan karya perutusannya. 5. Mampu menerapkan tujuan dari Pendidikan Agama Katolik (Kemampuan kerja/ Psikomotor). f. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nurani. g. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya. h. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. i. Memiliki kemampuan untuk memaknai setiap peristiwa dan pengalaman religious untuk membangun hidup yang lebih baik. j. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan iman di tengah masyarakat/dunia 6. Mampu mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung-jawab (Kemampuan Manajerial). c. Menjadikan nilai-nilai kekatolikan sebagai dasar perilaku dalam kehidupan sehari-hari. d. Bertanggung-jawab dalam mewujudkan iman di masyarakat. 7. Bersikap dengan berlandaskan pada ajaran-ajaran Yesus Kristus (religius, etis, humanis, toleransi, kreatif, komunikatif, kerjasama, dll) (sikap dan tata nilai/ afektif). j. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious k. Menjunjung tinggi nilkai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan etika. l. Berjiwa toleransi/ menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi keadilan. m. Disiplin dalam menganalisis dan menyajikan tugas terkait Pendidikan Agama Katolik. n. Bekerjasama dalam melakukan analisis terkait kehidupan/ pembangunan di Indonesia. xx

21 o. Bekrjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. p. Komunitatif dalam penyajian hasil analisis terkait masalah-masalah sosial. q. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri. r. Menerapkan ajaran iman dan moral Katolik dalam kehidupan sehari-hari (di keluarga, kampus dan masyarakat luas). 4. ORGANISASI MATERI Gereja dan Karya Perutusannya Iman Yang Memasyarakat GEREJA Hidup dan Karya Yesus Allah Tri Tunggal YESUS KRISTUS DAN KARYA PENYELAMATANNYA Pluralitas Agama Kerukunan Antar Umat Beragama AGAMA SEBAGAI JALAN HIDUP MANUSIA MENUJU KEBAHAGIAAN Pandangan Tentang Asal-usul Manusia Martabat Manusia MANUSIA MENJADI ORANG KATOLIK xxi

22 5. STRATEGI PERKULIAHAN a. Metode: SCL (Penjelasan, sharing, Discovery Learning, Cooperaative Learning, Small Group Discussion, Contextual Instruction, Problem Based Learning) b. Media: LCD Proyektor 6. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN 1. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, Franz Dahler, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Kanisius, Josef Bouman SVD, Telaah Pastoral Tentang Manusia. Jakarta Celesty Hironika, 2000, hal KWI, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta, Obor, Alfra Siauwarjaya, Th. Huber SJ. Mengena Iman Katolik. Jakarta, Obor, KWI, Iman Katolik Buku informasi dan Referensi. Jakarta: Obor dan Yogyakarta: Kanisius, 1996, hal Tom Jacobs SJ, Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman akan Yesus Kristus. Yogyakarta: Kanisius, Yos Lalu,Pr. Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Komisi ateketik KWI, Leonardo Boff, Allah Persekutuan: Ajaran Tentang Allah Tritunggal. Ende: LPBAJ, Arnoldus, David Amfostis, SVD, Merenungkan Allah Tritunggal. Jakarta: Celesty Hieronika, Tom Jacobs, SJ. Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius, Franz Magnis Suseno, SJ. Gereja Katolik Indonesia Menjelang Tahun Tantangan dan Harapan, dalam Spektrum XXVIII: 2 (2000)) Al. Andang. Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius, Nota Pastoral KWI 2004: Keadaban Publik Menuju Habitus Baru Bangsa Tentang Ajaran Sosial Gereja. 16. B. Kieser, SJ. Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1992 xxii

23 7. TUGAS MATA KULIAH Diskusi, laporan hasil diskusi, paper/makalah, presentasi, argumentasi, pengamalan iman Katolik. 8. KRITERIA PENILAIAN MATA KULIAH a. Evaluasi perkuliahan diperoleh dari evaluasi proses perkuliahan dan evaluasi akhir perkuliahan berdasarkan penugasan individual dan/atau berkelompok, ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan observasi kinerja mahasiswa melalui performance lisan dan tertulis. b. Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan oleh pihak universitas sebagai berikut: Nilai dalam Point Rentang skor huruf A 4, B 3, C 2, D 1, E c. Pembobotan nilai adalah sebagai berikut: Nilai Tugas : 30% UTS : 25% UAS : 30% Keaktifan : 10% d. Keterlambatan dalam pengumpulan tugas akan mengurangi point penilaian sesuai dengsn kesepakatan bersama e. Apabila mahasiswa menunjukkan gerak-gerik mencurigakan selama UTS dan UAS tersebut, atau ditemukan mencontek/memberikan contekan, akan mendapatkan akan memperoleh nilai D pada mata kuliah Sistem Operasi sesuai kesepakatan bersama diawal perkuliahan. xxiii

24 f. Mahasiswa diharuskan mengikuti tatatertib perkuliahan seshai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh universitas berpakaian rapi, sopan, bersepatu, disiplin dan datang tepat waktu. g. JADWAL PERKULIAHAN No. Hari/ Tanggal Topik Kontrak Kuliah Menjadi Orang Katolik 2. Persoalan Dasar Manusia Pandangan Sains dan Iman tentang asal-usul manusia Martabat Manusia 1. Pengertian, Fungsi dan makna Agama 2. Motivasi dan masalahmasalah 5. Beragama 3. Kebebasan Beragama dan Hubungan Antar Agama 6. Presentasi 7. UTS Tradisi dan KS: Sumber Untuk 8. Mengenal Yesus Kristus 9. Pribadi, Pewartaan dan Karya Yesus Referensi 1. Diktat Kuliah 2. I.Ismartono,SJ. Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Obor, Franz Dahler, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Kanisius, Josef Bouman SVD, Telaah Pastoral Tentang Manusia. Jakarta Celesty Hironika, 2000, hal Diktat Kuliah 2. KWI, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta, Obor, Kliping koran dan majalah tentang pelanggaran terhadap martabat manusia 1. Diktat Kuliah 2. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, KWI, Dokumen Konsili Vatikan II, Nostra Aetate &Dignitatis Humanae. Jakarta, Obor, Kliping koran dan majalah tentang kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia 1. Diktat Kuliah 2. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, Tom Jacobs SJ, Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman akan Yesus Kristus. Yogyakarta: Kanisius, 2000 xxiv

25 10 M a t e r i K u l i a h P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k - U n i v e r s i t a s J e m b e r Kristus Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Yesus Kristus 11. Allah Tritunggal Wajah Gereja Dewasa ini 2. Sejarah, Hakekat dan Sifat-Sifat Gereja 3. Tugas-Tugas Gereja 13. Ajaran Sosial Gereja 14. Tugas Umat Beriman Dalam Masyarakat 15. Presentasi 16. UAS 4. Yos Lalu,Pr. Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Komisi Kateketik KWI, Kliping dari media tentang potret krisis multidimensi di Indonesia 1. Diktat Kuliah 2. Leonardo Boff, Allah Persekutuan: Ajaran Tentang Allah Tritunggal. Ende: LPBAJ, Arnoldus, David Amfostis, SVD, Merenungkan Allah Tritunggal. Jakarta: Celesty Hieronika, Diktat Kuliah 2. Tom Jacobs, SJ. Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius, Franz Magnis Suseno, SJ. Gereja Katolik Indonesia Menjelang Tahun Tantangan dan Harapan, dalam Spektrum XXVIII: 2 (2000)) KWI, Iman Katolik Buku informasi dan Referensi. Jakarta: Obor dan Yogyakarta: Kanisius, 1996, 1. Tentang Ajaran Sosial Gereja. 2. B. Kieser, SJ. Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, Diktat Kuliah 2. Al. Andang. Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius, Nota Pastoral KWI 2004: Keadaban Publik Menuju Habitus Baru Bangsa Dosen Pengampu Menyetujui, Jember, Mahasiswa Katarina Leba, S.Ag.,M.Th. NIP Mengetahui, Jurusan/Program Studi Ketua NIP xxv

26 xxvi

27 Bab I MANUSIA Pengantar Setiap orang baik yang beriman maupun yang tidak beriman sepakat bahwa segala sesuatu di dunia ini diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncak ciptaan. Apakah manusia itu? Dahulu dan sekarang terdapat banyak pandangan dan pendapat yang sama maupun bertentangan. Manusia seringkali menyanjung dirinya sebagai tolak ukur yang mutlak, atau merendahkan dirinya hingga sampai pada ambang keputusasaan; dan s ebagai akibatnya ia merasa bimbang dan gelisah. Berbagai kesulitan yang dialami manusia turut pula dirasakan oleh Gereja. Berkat karya Allah yang mewahyukan diri, Gereja diterangi sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan seputar manusia, melukiskan keadaan manusia yang sesungguhnya, menjelaskan kelemahan serta martabat dan panggilannya. Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah artinya manusia secitra dengan Allah. Karena itu ia mampu mengenal dan mengasihi penciptanya. Sejak diciptakan, manusia telah ditetapkan sebagai tuan atas ciptaan lain (Kej 1:26; Keb 2:33), untuk menguasai dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir 17:3-10). Penulis Kitab Mazmur melukiskan dengan indahnya tentang manusia: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya (Mzm 8:5-7) A. PANDANGAN TENTANG ASAL USUL MANUSIA 1. Pandangan Sains Tentang Asal-Usul Manusia. a. Teori Evolusi Berbagai pandangan tentang asal-usul manusia di jaman modern ini dikalahkan oleh TEORI EVOLUSI yang muncul pada abad 19. Teori ini mengulas tentang bagaimana asal-usul manusia yang terus berevolusi dari tingkatan yang paling rendah sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Melalui pembuktian-pembuktian dilakukan, para ahli penganut teori evolusi agama bersikap kompromi. Kompromi tersebut dikenal dengan teori evolusi terbatas yang bersifat moderat. Pandangan pokoknya adalah bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia selama ribuan tahun benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit. Namun mereka menolak mengakui adanya penyeberangan antara tingkatan mahluk yang satu menuju tingkatan mahluk yang lain. Jadi mutasi benda tak berhayat menuju tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan menuju binatang, dan dari binatang menuju manusia tetaplah disangkal dengan kerasnya. Yang terutama ditolak adalah gagasan bahwa manusia seluruhnya, jiwa dan badan, berasal dari binatang. Hal ini karena pihak ilmu pengetahuan pun belum bisa membuktikan secara meyakinkan dengan teori missing link nya. 1

28 b. Pandangan filosofis Menghadapi permasalahan hidup seperti tersebut di atas, manusia berusaha dengan berbagai kemampuannya untuk mengatasinya. Pertanyaan besar yang selalu mengganggu pikiran manusia adalah mengenai asal-usulnya. Menurut Frans Dahler usaha untuk menjawab hal ini menjadi pangkal lahirnya mitos-mitos, dongeng-dongeng kuno, berbagai macam filsafat dan agama-agama. Sejak ribuan tahun lamanya, manusia menciptakan gambaran akan asal-usulnya sendiri. Dengan segala kemampuannya, ia berusaha memuaskan nafsu dan kehausan untuk mengetahui asal-usulnya sendiri. Dari manakah manusia berasal? Bagaimana ia diciptakan? Bagaimanakah manusia berkembang sehingga memiliki daya rohani yang agung sekaligus yang membedakannya dengan binatang? Bangsa-bangsa primitif di Afrika, Asia dan Australia bicara tentang semacam Tuhan purba yang menciptakan manusia. Sedangkan agama-agama polytheis dari jaman kuno maupun jaman modern membayangkan adanya Tuhan jamak, dewa-dewi yang menciptakan dunia dan manusia. Sebaliknya ada aliran filsafat yang pengaruhnya terasa pada agama Hindu dan Buddha yang justru menyangkal adanya ciptaan. Manusia dalam pandangan itu dikatakan merupakan unsur dalam Dunia Ilahi yang sudah selalu ada. Alam semesta bersama manusia di dalamnya merupakan kenyataan ilahi, dan alam ini berputar tanpa henti-hentinya dalam lingkaran reinkarnasi, lingkaran tertutup, dari kekal sampai kekal. Demikian pula berdasarkan pengalaman eksistensi manusia yang selalu berhadapan dengan baik dan buruk maka berkembanglah aliran filsafat dualisme yang menyatakan bahwa asal dunia ini dari dua prinsip, dua sumber yaitu sumber kebaikan (Allah) dan sumber kejahatan (Iblis, setan dsb). 1) Pandangan filosofis Kristen, Islam, Yahudi tentang manusia Tuhan menciptakan Manusia berkembang, berjalan menuju tujuan akhir, yaitu Akhirat. 2) Pandangan filosofis timur yang mempengaruhi agama Hindu dan Budha. SIKLUS ALAM Alam semesta selalu ada dalam lingkungan tertutup. Semua akan terulang lagi. Tak ada evolusi, tak ada ciptaan. Tidak ada perbedaan tajam antara Tuhan dan manusia 2

29 3) Pandangan filosofis Dualisme tentang manusia. TUHAN Sumber kebaikan JIWA ROH Tubuh dengan nafsu-nafsu Iblis, setan, benda: sumber kegelapan & kejahatan 2. Sains dan Iman Apakah teori evolusi ini bertentangan dengan iman? Pertama-tama kita harus memegang bahwa karena iman dan akal itu sama-sama berasal dari Allah, maka kita percaya bahwa seharusnya tidak ada pertentangan antara iman dan akal (reason) dan science yang menjadi hasil dari akal tersebut untuk mencapai kebenaran, asalkan pencarian kebenaran tersebut dilakukan dengan tulus tanpa memasukkan ide-ide pribadi yang kemudian dianggap sebagai kebenaran. Teori Evolusi yang kita kenal sebenarnya merupakan suatu hipotesa, yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, agar dapat dikatakan sebagai kebenaran. Sementara ini, bukti ilmiah belum dapat dikatakan mendukung hipotesa tersebut. Ada dua inti besar teori Evolusi- yang dikenal sebagai "Macroevolution/ evolusi makro" yang dipelopori oleh Darwin: a. Semua mahluk hidup berasal dari mahluk sederhana yang terdiri dari satu sel atau lebih, yang terbentuk secara kebetulan. b. Species baru terbentuk dari species lain melalui seleksi alam, dengan melibatkan kemungkinan variasi, di mana variasi tersebut dapat bertahan dan berkembang biak. Dalam abad ke-20, hal ini diperjelas dengan memberi penekanan pada kemungkinan mutasi sebagai cara pembentukan variasi. Posisi ini dikenal sebagai Neo- Darwinism. Bagaimana pandangan Gereja mengenai hal evolusi? Berikut ini adalah beberapa penjelasan yang dirumuskan dalam beberapa point: a. Kita percaya bahwa jiwa manusia diciptakan secara langsung oleh Allah, dari yang tadinya tidak ada jadi ada. Jiwa manusia bukan berasal dari produk evolusi. Dalam surat ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII menolak ide evolusi total (yang menyangkut tubuh dan jiwa) manusia dari kera (primate). Dalam Humani Generis 36, Paus Pius XII mengajarkan bahwa meskipun dalam hal asal usul tubuh manusia, masih dapat diselidiki apakah terjadi dari proses evolusi, namun yang harus dipegang adalah: semua jiwa manusia adalah diciptakan langsung oleh Tuhan. Namun demikian mengenai evolusi tubuh manusia itu sendiri, masih harus diadakan penyelidikan yang cermat, dan tidak begitu saja disimpulkan bahwa manusia yang terbentuk dari 'pre-existing matter' tersebut sebagai sesuatu yang definitif. 3

30 b. Mengenai penciptaan tubuh manusia dari materi yang sudah ada sebenarnya tidak bertentangan dengan sabda Tuhan yang menciptakan tubuh Adam dari tanah/debu, yang kemudian dihembusi oleh kehidupan, yang menjadi jiwa manusia (Kejadian 2:7). Namun hal ini tidak bertentangan dengan penciptaan manusia seturut gambaran Allah, sebab yang dimaksudkan di sini adalah manusia sebagai mahluk rohani yang berakal dan memiliki kehendak bebas. c. Jadi diperbolehkan jika orang berpikir bahwa kemungkinan tubuh kera dapat berkembang mendekati tubuh manusia dan pada titik tertentu (di tengah jalan), Tuhan menghembusi jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu yang kemudian terus berevolusi (evolusi mikro) sampai menjadi manusia yang kita ketahui sekarang. St. Thomas Aquinas I, q.76, a.5, menyebutkan bahwa teori yang menyebutkan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera (evolusi makro), harus kita tolak. Tubuh Adam haruslah merupakan hasil dari campur tangan Tuhan untuk mengubah materi apapun yang sudah ada (pre-existing matter) dan menjadikannya layak sebagai tubuh yang dapat menerima jiwa manusia. Campur tangan ini mungkin saja luput dari pengamatan ilmiah, seperti yang diakui sendiri oleh Monod, saat mengatakan bahwa asal usul hidup manusia adalah suatu tekateki. Tidak mungkin bahwa dalam satu tubuh dapat terdapat dua macam jiwa, yang satu adalah rational (manusia) dan yang kedua, irrational (kera), sebab terdapat perbedaan yang teramat besar, yang tidak terjembatani antara jiwa kera dan jiwa manusia. Lagipula tubuh kera bersifat spesifik yang diadaptasikan dengan lingkungan hidup yang tertentu. Jadi tidak mungkin bahwa tubuh manusia merupakan hasil dari perubahan-perubahan kebetulan dari tubuh kera. Kemungkinan yang lebih masuk akal adalah, jika manusia diciptakan melalui preexisting matter seperti dari tubuh kera sekalipun, terdapat campur tangan Tuhan untuk mengubah tubuh tersebut menjadi tubuh manusia, yang tidak merupakan kelanjutan dari tubuh kera tersebut, seperti halnya terdapat campur tangan Tuhan untuk menghembuskan jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu, yang bukan merupakan kelanjutan dari jiwa kera. Inilah yang secara ilmiah dikenal sebagai lompatan genetik, namun bedanya, ilmuwan mengatakan itu disebabkan karena kebetulan semata, sedangkan oleh Gereja dikatakan sebagai sesuatu yang disebabkan oleh campur tangan Tuhan. d. Cardinal Schonborn dalam artikel di New York Times tgl 7 Juli 2005 menjelaskan bahwa pengamatan pada mahluk hidup yang telah menunjukkan ciri-ciri yang final menyebabkan kita terkagum dan mengarahkan pandangan kepada Sang Pencipta. Membicarakan bahwa alam semesta yang kompleks dan terdiri dari mahluk-mahluk yang ciri-cirinya sudah final ini, sebagai suatu hasil kebetulan, sama saja dengan menyerah untuk menyelidiki dunia lebih lanjut. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa akibat terjadi tanpa sebab. Ini tentu saja seperti membuang pemikiran akal manusia yang selalu mencari solusi dari masalah." e. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa, akal sehat manusia pasti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan yang menyangkut asal usul manusia. Keberadaan Tuhan Pencipta dapat diketahui secara pasti melalui karya-karya ciptaan-nya, dengan terang akal budi manusia KGK no 295 mengatakan, "Kita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-nya. Dunia bukan merupakan hasil dari kebutuhan apapun juga, ataupun takdir yang buta atau kebetulan." 4

31 3. Pandangan Kitab Suci Tentang Asal-Usul Manusia Berawal dari kisah penciptaan seperti terungkap dalam Kitab Suci, manusia menemukan bahwa ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (Kej 1:27). Ia dipanggil untuk mewujudnyatakan kepenuhan citra Allah tersebut. Secitra dengan Allah berarti pribadi manusia diciptakan dalam wujud jasmani dan rohani yang tidak terpisahdan merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam kisah penciptaan manusia, dikisahkan tentang Allah yang menciptakan manusia dari debu tanah lalu menghembuskan nafas kehidupan (Roh) dalam dirinya, sehingga manusia menjadi utuh (bdk. Kej 2:7). Beberapa ungkapan yang dipakai untuk menyatakan nafas hidup antara lain: Nefes atau Nous yang berarti nyawa, nafas, pernapasan (dalam arti: nafas yang keluar dari tenggorokan sebagai tanda kehidupan). Ada juga ungkapan lain yaitu Ruah (roh) yang berarti nafas kehidupan yang menunjukkan keutuhan makhluk. Bahkan Kitab Kejadian menceritakan bahwa manusia pertama yang ciptakan Allah adalah Adam dan Hawa. Adam berarti tanah (manusia yang dibentuk dari debu tanah). Sedangkan Hawa berarti kehidupan (Kej 2:20). Apa yang diberikan Tuhan Allah bukanlah suatu bagian yang dimasukkan kedalam tubuh tetapi merupakan daya kekuatan yang menciptakan dan memberi hidup. Dari semua ciptaan yang ada, manusialah satu-satunya yang mampu mengenal dan mencintai penciptanya (GS art. 12). Hanya manusialah yang dipanggil supaya dalam pengertin dan kehendaknya mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri. Untuk tujuan inilah manusia diciptakan dan inilah yang menjadi dasar dari martabanya yang sungguh luhur dan mulia. Mengapa Allah memberikan keistimewaan kepada manusia dengan mengangkatnya ke dalam martabat yang begitu mulia? Apa maksudnya? Keluhuran dan keagungan manusia sebagai ciptaan tertinggi merupakan cinta yang tak ternilai dari Sang Penciptanya. Karena cinta-nya, Allah menganugerahkan keinginan dalam kodrat kemanusiaan kita suatu keinginan dan kerinduan terdalam untuk berelasi dengan Allah. Kitapun turut mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri. Kita diciptakan oleh Allah dengan tujuan agar kita tetap berada dalam hubungan dengan Allah. Inilh yang menjadi kunci kebahagiaan manusia itu sendiri. 4. Usaha Manusia dalam Menjawab Persoalan Dasar Kehidupannya. Berbagai persoalan dasar yang muncul dalam kehidupan manusia menimbulkan pertanyaan serius tentang dirinya. Manusia mulai memikirkan dan merefleksikan pengalamannya dalam dinamika perjalanan hidupnya. Dalam keterbatasan, manusia berusaha mengetahui asal, tujuan dan makna hidupnya. Refleksi terhadap pengalaman hidupnya membawa manusia pada sebuah kesadaran bahwa ia diciptakan oleh Allah dan terarah kepada-nya. Manusia makin menyadari bahwa Allah terus menariknya ke dalam pelukan-nya, karena itu muncul kesadaran dalam diri manusia bahwa hanya dalam Allahlah manusia dapat menemukan kebenaran dan kebahagiaan yang secara terus menerus dicarinya ( KGK art 28). Allah adalah sumber kehidupan dan hanya pada Allah saja manusia dapat menemukan identitas dirinya. Hal ini ditegaskan dalam pernyataan berikut: Makna paling luhur martabat manusia terletak pada panggilannya untuk memasuki persekutuan dengan Allah. Sudah sejak awal mula manusia diundang untuk berwawancara dengan Allah. Sebab manusia hanyalah hidup, karena ia diciptakan Allah dalam cinta kasih-nya. Dan manusia tidak sepenuhnya hidup menurut kebenaran, bila tidak dengan sukarela mengakui cinta kasih itu, serta menyerahkan diri kepada pencipta-nya. (GS art 19) 5

32 Untuk bisa menjawab persoalan-persoalan dasar yang dihadapinya, manusia berusaha menemukan Allah dalam kehidupannya. Beberapa usaha yang dilakukan misalnya: doa, kurban, upacara, meditasi, dll. Hal ini mau menunjukkan bahwa inti kebahagiaan manusia terletak dalam persatuannya dengan Allah dalam relasi yang mesra. Namun dalam kenyataannya, manusia seringkali mengingkari bahkan menolak hal tersebut karena berbagai sebab. Beberapa penolakan yang dilakukan manusia misalnya: protes terhadap kejahatan yang ada di dunia ini, ketidakpahaman atau ketidakpedulian religious, kesusahan hidup, godaan harta, hawa nafsu, teladan hidup yang kurang baik dari orang beriman, kesombongan manusia yang berdosa sehingga menyembunyikan diri dari Allah karena rasa takut, dsbnya. Walau demikian Tuhan senantiasa memanggil manusia untuk kembali kepadanya; Tuhan berharap agar manusia tidak pernah berhenti mencari-nya sehingga dapat mengalami kebahagiaan bersama Dia. Tuhan selalu membuka jalan bagi manusia untuk mengenal-nya secara lebih dekat. Manusia dapat menempuh berbagai jalan untuk dapat mencapai pengenalannya akan Allah. Jalan-jalan itu disebut juga sebagai pembuktian Allah. Jalan-jalan pengenalan menuju Allah bertitik tolak dari adanya dunia dan segala isinya serta keberadaan manusia itu sendiri. Melalui jalan-jalan itulah manusia dapat menemukan Allah. a. Dunia Dalam diri manusia muncul pertanyaan ketika melihat dunia dengan segala isinya yang begitu menakjubkan. Manusia bertanya tentang asal-usul dunia dan keteraturan yang terjadi di alam semesta juga tentang siapa yang berada dibalik semuanya itu. Melalui berbagai pertanyaan tersebut, manusia dihantar untuk mengenal Allah melalui dunia ini. Dengan melihat gerak dan perkembangan, tatanan dan keindahan dunia ini, manusia dituntun untuk mengenal Allah sebagai sumber dan tujuan alam semesta (KGK, 32). Dunia dapat mengenalkan manusia pada Allah yang adalah sang Arsitek Agung. Dialah yang merancang dunia dan segala isinya sedemikian rupa sehingga manusia dapat mengagumi keindahannya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak manusi bermuara pada satu jawaban yang pasti, yakni adanya Sang Pencipta yang menciptakan dunia. Dialah yang disebut Allah. b. Manusia Dengan keterbukaannya kepada keindahan dunia dan kenyataan akan adanya alam semesta dengan segala isinya; dengan pengertiannya akan kebaikan moral, kebebasan, suara hati; serta dengan kerinduannya akan ketidakterbatasan dan akan kebahagiaan, manusia terus bertanya-tanya akan adanya Allah. Dalam semuanya itu manusia menemukan dalam dirinya adanya tanda-tanda jiwa rohani. Karena benih keabadian yang ia bawa dalam dirinya tidak dapat dijelaskan hanya dengan asal dalam materi saja (GS 18,1),maka jiwanya hanya dapat mempunyai Tuhan sebagai sumber. Manusia dapat sampai kepada realitas yang merupakan Causa Prima (Sebab Pertama) dan Causa Finita (Tujuan Akhir) dari segala sesuatu. Realitas itulah yang dinamakan Allah. Manusia dengan keberadaannya mampu menghantarnya untuk mencari dan menemukan Allah dalam hidupnya. 6

33 c. Hidup Manusia Sangat Bernilai, Indah, namun Terbatas dan Penuh Misteri 1) Hidup Manusia Sangat Berharga Sepanjang hidupnya manusia terus berusaha untuk menggapai kebadian. Ia ingin terus hidup karena bagi manusia hidup itu sangat berarti dan bernilai. Bagaimanapun juga manusia senantiasa berusaha untuk mempertahankan hidupnya. Berbagai cara akan dilakukannya, misalnya: apabila sakit manusia akan berobat atau dengan perawatan; ketika nyawanya teracam karena berbagai sebab ia akan mempertahankannya, jika perlu dengan senjata. Karena hidup itu sangat berharga, masyarakat kita sangat menjunjug tinggi kehidupan. Mereka berusaha mengamankan hidupnya dengan menjaga hubungan yang selaras dengan sesama, alam/lingkungan dan dengan dunia adikodrati. Manusia juga melanggengkan hidupnya melalui keturunan. Kehidupan itu sungguh sangat bernilai. Manusia tidak akan menukarkannya dengan apapun atau menyia-nyiakan hidupnya. Kitab Suci mengatakan, apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya? (Mrk 8:36). Apapun yang ada di dunia ini tidak sebanding dengan hidup. Maka Ayub mengatakan: orang akan memberikan segala yang dipunyainya sebagai ganti nyawanya (Ayb 2:4). Hidup memang sangat bernilai, dan karena itu harus diselamatkan. 2) Hidup Manusia Indah Dan Mengagumkan Hidup tidak hanya bernilai tetapi juga indah. Manusia bisa saja mengatakan bahwa hidup ini terasa pahit karena penderitaan dan tantangan yang dialami. Namun hal ini tidak akan mengaburkan kenyataan yang sesungguhnya bahwa hidup kita indah dan sungguh mengagumkan. Pada saat manusia berada dalam kondisi normal, ia cenderung tidak menyadari keindahan hidup itu. Baru pada saat saat mengalami cobaan, penderitaan, sakit dan mendapat vonis bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, manusia mulai berpikir tentang mutu hidupnya. Pada saat ini segala sesuatu yang dilakukan manusia mempunyai sisi yang lebih tajam dan mereka seakan melihat makna hidup. Bila kita cermati, kita akan menemukan bahwa ternyata sebagian orang tidak pernah menjadi manusia yang sungguh-sungguh utuh sebelum mengetahui bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Berhadapan dengan kematian, manusiabaru menyadari betapai indah dan bernilainya hidup ini. Hidup manusia memang sungguh mengagumkan! 3) Hidup Manusia Terbatas Sekalipun hidup manusia itu berharga dan indah, namun manusia tidak berkuasa atasnya. Manusia akan selalu dihadang oleh berbagai tantangan dan penderitaan, bahkan berakhir dengan kematian. Betapapun kerasnya usaha manusia untuk mencapai keabadian, ia harus menerima kenyataan kalau pada akhirnya ia akan menghadapi maut. Mengapa harus ada penderitaan dan kematian? Apa maknanya?dari dirinya sendiri, manusia tidak dapat memberi jawaban atas pertanyaan yang sangat mendasar itu. Mungkin karena itu pula, 7

34 banyak orang yang menjalani hidupnya dengan pesimis, sehingga pada akhirnya mautlah yang berkuasa. Beberapa penyair seperti Chairil Anwar pernah menuliskan bahwa: Hidup hanya menunda kekalahan! Begitu pula dengan WS Rendra yang mengungkapkan, Kelahiran dan kematian adalah keniscayaan. Namun bagi yang hidup, wafat kerabat adalah kehilangan. Selalu menimbulkan kesedihan. Dalam Kitab Ayub 14:1-2, Ayub menuturkan bahwa: Manusia lahir dari perempuan, singkat umurnya. Ia hilang, lenyap, dan tidak dapat bertahan. Serta dalam Mazmur 90:5-6,10, dikatakan: Hidup manusia hilang lenyap seperti mimpi, seperti rumput yang disabit. Pagi-pagi berkembang dan berbunga, waktu sore layu dan kering. Batas umur manusia tujuh puluh tahun, atau delapan puluh jika kuat. Sebagai orang beriman, kita dapat belajar dari Yesus yang tidak lari dari penderitaan yang menghadang-nya. Bagi Yesus seberat apapun penderitaan yang akan Ia tanggung, Ia harus berani menghadapi-nya sampai akhir. Yesus tidak menjelaskan secara gamblang arti dan makna penderitaan dan maut, tetapi dari Salib dan kebangkitan kita dapat melihat dan menemukan tawaran yang me mberi arti pada penderitaan dan maut tersebut. Bagi orang lain, salib adalah kebodohan, namun bagi kita orang Kristen, salib adalah kekutan Allah (bdk. 1Kor 1:18). Bagi kebanyakan orang, Yesus mati konyol disalib. Tetapi ternyata tidak! Terbukti bahwa Allah membangkitkan Dia dari alam maut. Kebangkitan inilah yang memberi arti dari penderitaan dan kematian itu sendiri. Juga menjelaskan bahwa Allah hadir didalam setiap penderitaan yang dialami manusia. Melalui penderitaan dan wafat Yesus, kita diajar untuk menemukan keselamatan dalam penderitaan dan kematiaan yang kita alami. Karena itu kita boleh berharap dan percaya bahwa: Dalam setiap penderitaan, kegagalan, kekecewaan, dan keputusasaan, kita dapat bertemu dengan Allah karena ia senantiasa ada didekat kita Allah ikut menderita bersama dengan kita. Ia solider dengan kita. Setiap keberhasilan dan kesuksesan yang kita capai belum tentu memiliki makna bagi Allah, namun sebaliknya justru dalam penderitaan, kegagalan, kehinaan, ketidakberdayaan dan kematianlah kita dirangkul oleh kasih setia Allah. Dengan demikian, kita tidak dibebaskan dari penderitaan dan maut. Derita dan maut adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita dan pasti akan kita lalui. Namun kita dapat menerima bahwa derita dan maut bukanlah akhir dari segala-galanya; bukan juga malapetaka yang harus dihindari. Melalui penderitaan kita boleh berharap Allah selalu bersama kita. Allah sendiri akan hidup dengan mereka dan akan menjadi Allah mereka. Ia akan menyeka air mata dari pipi mereka. Kematianpun tidak ada lagi. Sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu (Why 21:4) 4) Hidup Manusia Penuh Misteri Kita telah melihat bahwa hidup manusia itu sangat bernilai, indah namun terbatas. Ketika kita membicarakannya, kita merasakan bahwa masih banyak hal yang tersembunyi dan tidak bisa dimengerti secara tuntas. Hidup manusia memang penuh dengan misteri dan akan tetap menjadi misteri yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran manusia. Akal pikiran dapat merumuskan banyak pengetahuan tentang manusia, tetapi keseluruhan manusia tidak pernah bisa diselesaikan dengan 8

35 tuntas oleh ilmu pengetahuan. Misteri tetap ada didalamnya dan bahkan semakin lama semakin besar untuk disadari. Seorang filsuf dan orang kudus jaman ini yakni Edith Stein pernah mengatakan: Manusia selalu ingin mengerti dirinya. Sejarah peradaban manusia merupakan sejarah ide-ide tentang dirinya. Betapa banyak pengetahuan manusia tentang dirinya dalam kurun sejarah. Namun sampai kini tetap merupakan misteri, rahasia terselubung yang mahabesar. Ia menjadi teka-teki bagi dirinya sendiri. Karena dalam diri manusia memang terkandung banyak keajaiban. Bahwa manusia dapat hidup, bernafas, bergerak, melihat dan merasakan, mendengar, berbicara dan berkomunikasi, berteman, mencintai.dsbnya, merupakan hal-hal yang sangat mengagumkan dan sangat ajaib. Maka hidup manusia sunguh-sungguh penuh dengan misteri. B. MARTABAT MANUSIA Manusia dapat hidup sebagai pribadi terhormat dan mandiri apabila ia mampu menghayati otonominya, membangun dan memelihara kehidupan yang manusiawi dengan penuh tanggung jawab. Sepanjang perjalanan hidupnya, manusia terus bertanya tentang tuntutan-tuntutan pokok yang harus dilakukan agar hidup benar-benar menjadi manusiawi. Jawaban yang diperolehpun beraneka ragam. Kendati demikian, ada satu keyakinan dasar yang diyakini manusia di mana keputusan moral yang mandiri harus berkiblat pada sejumlah tuntutan dasar yakni sejumlah tuntutan yang sesuai dengan ciri khas hidup manusia yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam tradisi Kristen terdapat nilai-nilai yang dipandang sebagai yang utama, yakni hormat terhadap pribadi manusia, daya cipta manusia dan solidaritas dalam membangun paguyuban manusia. Namun nilai-nilai tersebut terkadang tidak sama artinya, karena itu dapat diurutkan berdasarkan tuntutan. Dalam perkembangan zaman, tatanan nilai tidak sama karena mengikuti kebudayaan yang berbeda-beda, maka nilai yang diutamakan juga berbeda-beda. Dewasa ini Gereja berusaha untuk mempermaklumkan dengan resmi hakhak manusia, demi injil yang dipercayakan kepadanya seperti hak-hak perorangan khususnya kaum buruh, hak-hak keluarga dan pendidikan, hormat terhadap kehidupan dan sebagainya(gs art 41). 1. Martabat Manusia Menurut Kitab Suci (Kej 1:1-2:7) Berdasarkan Kej 1:26-28; dan Kej 2:7-8, 15-18, dapat dikatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah Sang Pencipta pada hari ke-6 dengan bersabda dan bertindak. Dalam kisah penciptaan itu manusia diciptakan dalam proses yang terakhir setelah semua yang ada di alam semesta di ciptakan. Hal itu dapat pula berarti bahwa manusia diciptakan sebagai puncak ciptaan Allah. Sebagai puncak ciptaan. manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, dengan karunia istimewa yaitu: akal-budi, hati/perasaan, dan kehendak bebas (bdk. Kejadian 1:26). Adanya karunia akal-budi menjadikan manusia bisa atau memiliki kemampuan untuk memilih, karunia hati/perasaan menjadikan manusia bisa merasakan dan mencintai, dan karunia kehendak bebas menjadikan manusia mampu membangun niat-niat. Karunia-karunia itulah yang menjadikan manusia sebagai mahluk hidup yang memiliki kesadaran dan kebebasan. 9

36 Manusia yang telah diciptakan tidak dibiarkan begitu saja. Oleh Allah, manusia diberi suatu tugas (bdk. Kej. 1:28, 2:15) untuk beranak-cucu, memenuhi bumi, mengolah, memanfaatkan dan memelihara alam semesta; juga dipanggil untuk hidup bersama Allah dalam kebahagiaan (bdk. Kej. 2: 8, 15-17). Gambaran yang paling tepat mengenai siapakah manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat dalam Kitab Mazmur 8:1-10. Demikian juga gambaran siapakah manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat dalam Kitab Yesus Bin Sirakh 17:1-11. Adapun Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut citra-nya. Sebagai citra Allah, ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua mahluk di dunia ini (Kej 1:26; Keb 2:23), untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir 17:3-10). Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya (Mzm 8:5-7) Selanjutnya Kitab Suci menuliskan bahwa: menurut citra-nya diciptakan-nya dia: lakilaki dan perempuan diciptakan-nya mereka (Kej 1:27). Allah tidak menciptakan manusia seorang diri: sebab sejak awal mula Allah mencipatakan pria dan wanita. Rukun hidup mereka merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat sosial dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat-pembawaannya. Maka, seperti kita baca pula dalam Kitab Suci, Allah melihat segala sesuatu yang telah dibuat-nya, dan itu semua amat baiklah adanya (Kej 1:31) Karena secitra dengan Allah, manusia menduduki tempat yang paling istimewa dalam tata penciptaan. Dalam kodratya bersatulah dunia rohani dan jasmani. Manusia memiliki martabat sebagai pribadi; ia bukan sesuatu melainkan seseorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, karena rahmat ia sudah dipanggil kedalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-nya jawaban iman dan cinta yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya (KGK 357). Satu-satunya makhluk yang memiliki martabat adalah manusia. Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah dan berwujud jasmani dan rohani. TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej 2:7). Dari teks ini kita bisa mengetahui bahwa kehadiran manusia seutuhnya dikehendaki dan direncanakan oleh Allah sendiri. Dan manusia inilah yang dipanggil sebagai wakil yang ditentukan Allah untuk menaklukkan dunia. Manusia bertanggung jawab atas tugas yang diberikan Allah kepadanya yakni memelihara dunia dan segala isinya. Martabat luhur yang diberikan Allah ini bertujuan agar manusia berkuasa atas segala ciptaan lain; agar manusia mampu merasakan dan mengabdikan dirinya kepada Allah. Karena kekuasaaan yang dimiliki manusia berasal dari Allah, maka yang dituntut dari manusia adalah berpartisipasi dalam kemahakuasaan Allah. Martabat luhur yang dimiliki manusia semata-mata berasal dari kemahakuasaan Allah sendiri. Penilaian martabat manusia tidak bisa terpisah dari kenyataan bahwa ia diciptakan oleh Allah. Hal itu berarti luhurnya martabat manusia diakui, dihormati dan dijunjung tinggi karena iman akan Allah, maka kepercayaan bahwa Allah itu Sang Pencipta sekaligus mengandung kepercayaan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai mahluk yang mulia dan 10

37 bermartabat luhur. Dalam iman kristiani, martabat manusia baru dikenal sebenarnya di dalam Yesus, putra sulung di antara banyak saudara. Kebenaran tentang manusia hanya dikenal di dalam Yesus Kristus. Karena martabat luhur manusia hanya diakui dalam iman akan Allah sebagai Sang Pencipta dan dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal. Tujuan hidup manusia sangat mempengaruhi martabat manusia. Tujuan hidup manusia itu pada dasarnya di luar segala daya pemikiran manusia, di luar segala perhitungan manusia bahkan di luar pengertian manusia itu sendiri. Tujuan hidup manusia pada dasarnya bersifat transcendental (bersifat ilahi dan mengatasi segala-galanya), yaitu memenuhi kerinduan manusia mencapai kesempurnaan dalam segala-galanya, yaitu suatu kebahagiaan abadi berupa kehidupan kekal. Lihat Yoh 17:1-3; 1 Yoh 3:2; 1 Kor 2:9 Tujuan hidup manusia masing-masing adalah persatuan dengan hidup Allah Tritunggal untuk selama-lamanya. Pandangan Katolik berbeda dengan Yahudi dan Islam yaitu bahwa martabat luhur manusia dilihat dari segi tujuan hidup menjadi jelas (mendapatkan makna definitive) dalam diri Yesus Kristus. (lih. GS. 22) Tujuan hidup manusia mengandaikan juga tugas-tugas hidup yang mesti dijalankan oleh manusia, yaitu memperkembangkan martabatnya. Tugas hidup itu adalah mencapai kesempurnaan dalam panggilan hidup sebagai anak-anak Allah. Hal ini berarti berkembang dalam Yesus Kristus, mengejar persamaan dengan martabat Yesus Kristus. 2. Martabat Manusia dalam Pandangan Konsili Vatikan II Pandangan mengenai martabat manusia secara jelas dikemukakan dalam Gaudium et Spes art. 12. Acapkali manusia melihat dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak atau merendahkan dirinya hingga sampai pada ambang keputusasaan. Hal ini menyebabkan manusia menjadi bimbang dan gelisah. Gereja menyadari kegelisahan dan ikut merasakan berbagai kesulitan manusia yang dialami secara mendalam. Dengan diterangi oleh Allah yang mewahyukan diri, Gereja berusaha untuk menjawab kesukaran-kesukaran tersebut untuk melukiskan keadaan manusia yang sebenarnya, menjelaskan kelemahankelemahannya, agar dapat mengenali dirinya, martabat dan penggilannya (GS art 12). Dari kodratnya manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup dengan sesamanya. Tanpa orang lain manusia tidak dapat hidup dan mengembangkan dirinya dengan segala bakat dan kemampuannya. Manusia yang diciptakan Allah ditempatkan lebih tinggi dari ciptaan lain. Ia dianugerahi keistimewaan berupa akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. a. Manusia sebagai makhluk berakal budi Satu hal yang menjadikan manusia sebagai makhluk bermartabat dan otonom adalah akal budinya. Akal budi adalah ciri khas manusia yang unik dan sekaligus membedakannya dengan makhluk ciptaan lain, khususnya binatang. Akal budi menjadi bentuk keunggulan manusia. Maka hidup dan tindakannya harus didasarkan pada akal budinya. Dengan akal budi yang dimilikinya, manusia mampu mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan empiris, dalam ketrampilan teknis dan dalam ilmu-ilmu kerohanian. Bahkan pada zaman sekarang manusia telah mencapai taraf pengetahuan yang paling tinggi dengan menyelidiki alam bendawi dan menaklukkannyakepada dirinya. Namun demikian ia masih terus mencari dan menemukan kebenaran yang semakin mendalam (GS art 15). Akal budi memperkaya manusia dengan pelbagai kemampuan, seperti: 1) Mengerti dan menyadari dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. 11

38 Ini berarti bahwa manusia sadar akan keberadaannya, tindakannya, sikapnya, dsbnya. Seorang filsuf Perancis (Rene Descartes), pernah berkata: Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada).maka dengan kesadarannya, manusia merefleksikan diri dan tindakannya. Namun ia tidak hanya mengerti dirinya sendiri saja, tetapi juga mengerti akan dunia luar. Artinya, manusia menyadari keberadaan segala sesuatu dalam dunia ini dan hubungan-hubungannya. Dengan akal budinya ia dapat mencari hubungan antara segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. 2) Berkembang, membangun kebudayaan dan menciptakan sejarah. Dengan akal budinya manusia bertanya, lalu mencari jawabannya. Berkat akal budi itu pula manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hasilnya dapat dinikmati saat ini. Manusia juga membangun kebudayaan terutama yang berhubungan dengan kesenian, seperti: seni musik, lukis, bangunan, sastra, suara, tari, dsbnya. Semua itu berasal dari budi dan hati manusia. Selain itu manusia masih dapat menciptakan sejarah. Bukan saja sejarah dunia atau sejarah nasional, tetapi juga sejarah pribadi kita masing-masing. Setiap orang pasti pernah menorehkan sejarah dalam perjalanan hidupnya sendiri. 3) Bekerja Manusia adalah makhluk pekerja. Kerja yang dilakukan manusia memerlukan pemikiran. Maka kegiatan harus diarahkan kepada satu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan kekhasan makhluk berakal budi. Dan hanya manusialah yang dapat merencanakan, mengatur dan menguasai ciptaan lain. Kerja juga merupakan kegiatan insani. Kerja menjadi sarana seorang manusia untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Melalui kerja manusia dapat menuangkan segala ide-ide kreatifnya, gagasannya yang cemerlang, dan segala daya upayanya. Kerja bukan hanya sekedar sarana untuk mencari nafkah, tetapi lebih dari itu merupakan wadah bagi aktualisasi diri. 4) Mengembangkan hubungan yang khas dengan manusia lain Dengan akal budinya manusia dapat bertemu dan bersama dengan sesamanya. Karena itu manusia mampu menciptakan bahasa, membangun cinta, perhatian, harapan, relasi, dsbnya. Manusia dapat hidup bersama dan berkomunikasi; ia mampu menjalin persahabatan dan cinta dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan itulah yang membuat manusia semakin bermutu dan sungguh-sungguh menjadi manusia. Namun tidak dapat disangkal bahwa akal budi telah kabur dan lemah akibat dosa. Maka pada akhirnya, kodrat nalariah manusia disempurnakan oleh kebijaksanaan yang dapat menarik budi manusia untuk mencari dan mencintai yang benar dan baik. Manusia membutuhkan kebijaksanaan untuk memahami hidupnya di dunia, sehingga diharapkan akan semakin dekat dengan Sang Penciptanya. b. Manusia sebagai makhluk berhati nurani. Manusia adalah makhluk yang dikaruniai suara hati. Suara hati/hati nurani inilah yang menjadi hukum yang harus ditaati. Manusia yang anugerahi martabat luhur harus mematuhi hukum tersebut, karena dengan hukum itu pulalah ia akan diadili. Hati nurani adalah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; disitulah ia seorang diri bersama Allah yang 12

39 sapaannya menggema dalam batinnya (GS art 16). Kepekaan untuk mendengarkan suara hati membawa manusia untuk mencari kebenaran. Dalam kebenaran itulah manusia memecahkan berbagai persoalan yang ada dalam hidupnya. Untuk dapat memahami hati nurani secara baik, maka kita perlu melihat beberapa hal berikut: 1) Kesadaran etis. Ketika kita berbicara tentang manusia sebagai makhluk berakal budi, kita sudah menyinggung bahwa dengan akal budinya manusia dapat menyadari dirinya dan tindakannya. Ia dapat menyadari dan menilai kalau tindakannya baik dan benar atau salah dan buruk. Dengan akal budinya manusia dapat memiliki kesadaran etis dan moral. Kesadaran etis adalah kesadaran untuk menilai suatu tindakan itu baik atau buruk. Kesadaran etis ini terdiri atas tiga taraf yang berbeda-beda, yakni: Pertama,taraf naluri. Pada taraf ini segala tindak tanduk manusia didasarkan pada tekanan dan peraturan dari luar, misalnya adat istiadat atau hukum dan bukan oleh kesadaran diri dan hati nurani. Kedua, taraf kesadaran moral. Pada taraf ini tingkah laku etis lebih didasarkan atas kesadaran dan kebebasan. Artinya, sebagai realisasi pribadi manusia yang berakal budi dan berkehendak bebas. Manusia yang otonom. Sifat moralnya adalah khas manusiawi. Ketiga, tingkat kesadaran kristiani. Pada taraf ini kesadaran moral dilakukan dalam rangka mewujudkn diri sebagai manusia yang berakal budi dan otonom. Dalam bertingkah laku, manusia tidak hanya sekedar melakukannya karena tindakan itu baik, tetapi terutama karena didorong oleh cinta kasih kepada kepada Tuhan dan sesama. Maka yang menjadi hukum pokok dalam taraf ini adalah cinta kasih. 2) Tindakan moral Jawaban atas undangan Allah dilaksanakan manusia dalam tindakan-tindakan moralnya. Tindakan-tindakan moral baru dapat disebut tindakan moral apabila dilaksanakan secara sadar dan bebas, sesuatu yang khas manusia. Penilaian obyektif dan benar tentang suatu tindakan hendaknya mempertimbangkan seluruh tingkah laku manusia. Tingkah laku ini seringkali dipengaruhi oleh motivasi dasarnya dan juga oleh sikap dasarnya. Tindakan lahiriah manusia harus diukur pula dari disposisi batinnya. Jadi, selain kesadaran dan kebebasan, tujuan dan motivasi sangat menetukan tindakan moral seseorang. 3) Hati nurani Dalam arti luas, hati nurani dapat diartikan sebagai keinsafan akan adanya kewajiban. Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan bertumbuh dari hati manusia. Kesadaran moral tidak berarti bahwa manusia sudah dibekali dengan aturan yang serba jelas, sehingga ia tahu pasti yang harus ia lakukan. Manusialah yang harus berusaha untuk membuatnya menjadi jelas. Kebiasaan, adat, tradisi serta aturan moral merupakan sarana yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan kesadaran moral. Hati nurani yang terdidik tidak buta terhadap kekayaan tradisi serta norma-norma yang berlaku umum. Sedangkan dalam arti sempit, hati nurani dimaksudkan sebagai kesadaran moral dalam situasi konkret, antara lain menilai suatu tindakan baik atau buruk lalu mendorong kita untuk mengambil keputusan untuk bertindak. Suara hati/hati nurani ini berfungsi untuk mengingatkan manusia untuk melakukan yang baik dan menolak yang jahat, atau mengingatkan kita jika menyimpang dari yang baik. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa hati nurani tersesat karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan yang tak teratasi tanpa kehilangan martabatnya. Karena ketidakpedulian 13

40 dan kebiasaaan berdosa itulah hati nurani seseorang lambat laun akan menjadi tumpul dan buta. Agar tidak terjadi demikian maka hati nurani dan kesadaran moral harus selalu diasah atau dibina. Pembinaan hati nurani dapat dilakukan dengan selalu mengikuti hati nurani dalam segala hal; mencari keterangan pada sumber yang baik (Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, buku-buku yang bermutu atau ikut dalam berbagai kegiatan kerohanian yang ada); koreksi atau introspeks i. c. Manusia sebagai makluk berkehendak bebas. Sebagai citra Allah, manusia dianugerahi pula rahmat kekebasan. Manusia hanya akan berpaling kepada kebaikan apabila ia bebas. Karena itu oleh orang-orang zaman sekarang kebebasan sangat dihargai dan dicari dengan penuh semangat. Namun seringkali terjadi bahwa kebebasan selalu disalah-artikan dengan cara yang salah, juga diartikan sebagai kesewenang-wenangan untuk melakukan apa yang dikehendaki manusia. Sesungguhnya yang harus diusahakan manusia adalah kebebasan yang sejati. Kebebasan sejati merupakan tanda yang mulia gambar Allah dalam diri manusia. Sebab Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri (GS art 17). Dengan pilihan bebasnya, manusia diharapkan mengabdi kepada Allah dalam kebebasan yang sempurna. Allah menghendaki bahwa dengan pilihan bebasnya manusia dengan sadar dan bebas digerakkan oleh hatinya yang paling dalam untuk mencari penciptanya dan mengabdi kepada-nya secara bebas. 3. Implikasi Manusia Sebagai Citra Allah Bagi Kehidupan Sesama a. Manusia sebagai Makhluk Pribadi Berdasarkan penjelasan dari Kitab Suci dan Gaudiem et Spes, Gereja mengajarkan bahwa manusia adalah citra Allah. Sebagai citra Allah manusia adalah mahluk pribadi yang memiliki kodrat sosial. Manusia sebagai pribadi adalah bersifat unik dan menyejarah sekaligus bersifat kekal. Ia memiliki kesadaran akan keberadaan dirinya dihadapan sesama dan lingkungannya. Ia adalah makluk monodualisme: 1 bersifat jasmani dan rohani. Manusia itu bernilai dalam dirinya sendiri. Karena itu dalam segala tingkah-laku perbuatannya pada akhirnya berupaya untuk mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri. Ini bukan berarti manusia hendaknya bersikap pragmatis 2 ataupun egois. Dalam hal ini yang menjadi tujuan akhir manusia adalah memuliakan Allah dan melaksanakan hukum cintakasih. Tuhanlah tujuan akhir hidup manusia, karena di dalam Tuhan terdapat yang didambakan manusia yaitu keselamatan hidup dan kebahagiaan abadi. Dengan demikian tercapailah kemuliaan manusia karena kemuliaan manusia hanya ada pada Tuhan. Oleh karena itu hakekat tujuan hidup manusia terdapat dalam Tuhan, tidak di dunia sekelilingnya. 1) Manusia memiliki kemerdekaan atau kebebasan 1 Monodualisme adalah Satu kenyataan yang berdimensi dua; manusia adalah mahluk yang berbadan dan berjiwa. Pada abad pertengahan banyak filsuf yang cenderung menilai negatif badan manusia sehingga mengatakan bahwa manusia pada hakekatnya adalah jiwa yang bersifat kekal tetapi terpenjara dalam badan yang bersifat jasmani (sumber segala dosa). 2 Pragmatis adalah sifat dari sikap manusia yang hanya mementingkan manfaat yang langsung dapat dirasakan dan dilihat, yang menguntungkan diri sendiri (bersifat egois). Sikap ini begitu kuat dijaman sekarang sebagai perwujudan dari arus sekluarisme (Hal ini dapat dilihat pada Nota Pastoral Keuskupan Agung Semarang Tahun 2002). Oleh karena itu sikap pragmatis cenderung mengabaikan hal -hal yang berbau rohani dan religius, karena manfaatnya tidak bisa dirasakan langsung, tidak bisa diukur dan sebagainya. 14

41 Hakekat dan syarat-syarat bagi manusia yang mulia itu adalah bahwa ia merdeka atau memiliki kebebasan dan bertanggungjawab dalam hal mencari atau mengupayakan tujuan hidupnya. Kemerdekaan manusia pada dasarnya bersifat jasmani dan rohani. Adanya kemerdekaan pada dirinya dikarenakan manusia memiliki akal-budi atau pikiran sehingga ia memiliki kemampuan untuk memilih. Kebebasan bersifat jasmani yaitu bila tubuh manusia tidak terbelenggu untuk melakukan aktifitas yang dimaui, sejauh sesuai dengan kodratnya. Adapun kebebasan yang bersifat rohani mencakup dua hal yaitu kebebasan dalam arti pikiran dan dalam arti moral. 2) Manusia menjadi subyek dari segala perbuatannya Hakekatnya Tuhan menjadikan manusia itu sebagai subyek dan bukan obyek. Sebagai subyek berarti manusia adalah pelaku dan penanggung-jawab segala perbuatannya. Ada ungkapan latin yang mengatakan cogito ergo sum dan cogito ergo passum. Itu berarti manusia itu aktif dan kreatif karena harus memikirkan, merencanakan, yang melakukan dan yang mempertanggung-jawabkan segala apa yang diperbuatnya. Manusia bukan obyek atau yang dikenai tindakan (bersifat pasif). Maka sangatlah keliru besar apabila kita mengobyektivasi sesama kita, karena di sana pasti muncul penindasan martabat manusia dan ketidakadilan. 3) Manusia dituntut untuk bertanggung-jawab dalam hidupnya Oleh karena kesadaran akan keberadaan dirinya termasuk apa yang dipikirkan dan diperbuatnya, dalam kebebasannya, maka dari manusia selalu dituntut untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya. Pertanggungan jawab itu pada dirinya-sendiri (suara hatinya), pada sesamanya (dalam sebuah sistem dan komunitas) dan kepada Tuhan Allah yang menjadi tujuan akhir dari hidupnya (seperti yang diajarkan oleh semua agama). Dalam hal ini manusia diajarkan ajaran moral yaitu bahwa manusia hendaknya bertindak sesala sesuatu dengan kesadaran, kemauan (tidak dipaksa) dan bermotivasi luhur. Bila tidak demikian maka menurut ajaran moralitas, hal itu disebut dosa. b. Manusia Sebagai Mahluk Sosial Manusia hidupnya tergantung satu sama lain. De facto bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian dalam arti yang sebenarnya No man is island, manusia adalah mahluk sosial. Dari bayi hingga dewasa bahkan ketika akan menghadapi kematian, manusia selalu membutuhkan sesamanya. Hidup ditengah-tengah manusia lain adalah fakta yang tidak terbantahkan. Dengan hidup ditengah-tengah sesamanya, manusia memiliki sifat personal yang unik dan menyejarah. Tak terbayangkan kita hidup tanpa hubungan dengan manusia lain. 1) Kenyataan Hidup dalam kebersamaan Ketergantungan hidup pada orang lain sangat jelas pada masa balita. Prosentase ketergantungan pada orang lain itu semakin mengecil dengan bertambahnya usia seturut hukum proses pendewasaan pribadi. Oleh karena itu sebagai citra Allah manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, yang disatu sisi dipandang sebagai anugerah yang layak disyukuri dan dilain pihak mengandung tugas panggilan/perutusan yaitu membangun dan bukan untuk bermalas-malasan. Karenanya kita perlu membangun kesadaran bahwa kita hidup dalam suatu komunitas 15

42 kebersamaan, yang mau tidak mau, yang suka atau tidak suka, adalah fakta. Kesadaran itu hendaknya dihayati dengan sikap-sikap yang menunjang tercapainya kerjasama dan saling pengertian di antara manusia. 2) Sikap-Sikap sebagai Makhluk Sosial. Sebagai makhluk social, hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Seringkali terjadi konflik kepentingan antara satu dengan yang lain karena masing-masing saling berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu dibutuhkan sikap saling pengertian, saling menghormati, dan saling kerjasama menuju suatu tatanan hidup bersama yang baik. Ciri utama sikap yang menekankan semangat sebagai makhluk sosial adalah solidaritas dan subsidiaritas. Dalam hal ini kita perlu waspada pada mentalitas egosentrisme yang mengutamakan bertindak dan mengukur segalanya dengan ke-akuan yang kelewat batas kewajaran (egois). Manusia bukanlah homo homini lupus (manusia menjadi serigala bagi yang lain) yang mementingkan diri sendiri tanpa mengingat nasib dan penderitaan orang lain (individual). Ia adalah homo homini socius (manusia menjadi sesama bagi manusia lainnya). Agar tidak menjadi serigala bagi yang lain maka sikap dasar yang ideal dalam kehidupan bersama adalah cinta yang hakekatnya merangkum segala-galanya dan mendasari sikap solidaritas dan subsidiaritas antar sesama manusia. c. Sikap dalam Memperjungkan Keluhuran Martabat Manusia Sebagai citra Allah yang memiliki martabat luhur, kita dituntut untuk menentukan sikap dalam mewujudkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain atas martabat baik kita. Beberapa sikap yang perlu dikembangkan untuk menghormati martabat manusia antara lain: 1) Mencintai kehidupan Gambaran Allah dalam diri manusia bukan hanya bersifat spiritual saja seperti rasionalitas, afeksi atau daya refleksi, melainkan juga dalam wujud jasmani dan rohani. Allah mengendaki agar manusia memiliki martabat yang istimewa melebihi ciptaan lain. Karena secitra dengan Allah maka manusia memiliki martabat sebagai pribadi. Kesatuan pribadi manusia sebagai jiwa dan raga inilah yang menjadi bait kudus bagi Allah (bdk. 1Kor 3:16-17). Sebagaimana Allah mencintai dan menghargai ciptaan-nya, demikian pulalah manusia harus mencintai dan menghormati ciptaan yang lain. 2) Hormat pada kehidupan Hidup manusia tidak terjadi dan berakhir begitu saja. Karenanya tidak seorangpun boleh merekayasa dan mengakhiri hidupnya sekehendak hatinya. Manusia tidak boleh bertindak sewenang-wenang terhadap kehidupan. Sering kali manusia disebut sebagai makhluk religious (animal religiosum). Ciri ini nampak jelas dalam pola penghayatan religiusnya yang dapat ditemukan disetiap kebudayaan yang ada. Manusia selalu mengusahakan relasi dengan sesuatu yang bersifat adikodrati yang bagi orang Kristen dinamai Allah. Relasi Allah-manusia ini bersifat unik karena sangat personal dan menyangkut dirinya dengan Allah. Berkat anugerah Allah manusia sanggup mengatasi segala sesuatu dan segala peristiwa dalam hidup sehari-hari hingga sampai kepada Allah. 3) Menghargai personalitas manusia 16

43 Manusia bukanlah sesuatu melainkan seseorang. Ia adalah makhluk personal. Unsur personalitas ini nampak jelas dalam keadaan dirinya sebagai individu yang unik. Tingkat keunikan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Manusia dapat memutuskan dan memilih sendiri apa yang penting bagi hidupnya. Dengan demikian manusia menjadi makhluk yang otonom. Personalitas manusia ini juga terlihat dari ketergantungannya pada Allah menyangkut kebenaran dan kebaikan. Personalitas dan kebebasan manusia terarah pada tujuan, sasaran dan nilai-nilai tertentu. Personalitas manusia dimengerti dalam kesatuan antara tubuh dan roh. Kesatuan inilah yang memampukan manusia agar dalam setiap pilihannya mampu bertanggung jawab. Akan tetapi pengertian ini tetap menimbulkan kesulitan tersendiri, terutama pengertian personalitas dan kebebasan bila dikaitkan dengan orang-orang yang tidak dapat menunjukkan fungsi rohnyaseperti: janin, orang idiot, atau yang menderita penyakit. Maka salah satu sikap yang perlu dipupuk adalah menghargai manusia sebagai person karena hal ini sudah mulai memudar ditengah arus zaman dengan segala kompleksitasnya. 4) Memelihara hidup yang adalah suci dan berkualitas Manusia adalah ciptaan Allah. Setiap manusia dipanggil untuk merealisasikan kepenuhan citra Allah tersebut. Manusia bukanlah tuan atas hidupnya. Karena itu setiap individu mempunyai kewajiban etis untuk menghormati kehidupan tanpa syarat. Hidup manusia adalah baik karena berasal dari Allah dan pada hakikatnya hidup manusia itu suci. Dengan menyadari harkat hidup manusia yang agung karena Penciptanya yang Maha Agung, manusiapun tidak boleh semena-mena terhadap kehidupan. 5) Mempertahankan kemurnian hidup. Cinta Allah kepada manusia melebihi ciptaan lain. Karena cinta-nya inilah maka ia mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Melalui Kristus, Allah mau tinggal dan hidup dengan manusia. Kehadiran Kristus ini memberi makna baru pada tubuh manusia sebagai tempat yang kudus bagi Roh Kudus, sehingga disebut juga sebagai Bait Roh Kudus (1Kor 3:16). Dalam arti ini, tubuh tidak lagi dipahami sebagai alat yang dapat diobyekkan, tetapi dipahami sebagai tempat tinggal Allah. Melalui kebangkitan Kristus, hidup manusia diselamatkan dan semakin disucikan. Hidup manusia tidak berakhir didunia, melainkan terarah kepada tujuan tertentu yakni hidup kekal. Dengan kebangkitan Kristus pula, hidup manusia selalu terarah kepada Allah dan semakin dekat dengan penciptanya, sehingga bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristuslah yang hidup di dalam diriku. (Gal 2:20). Demikianlah ungkapan St. Paulus untuk mengatakan bahwa hidup manusia harus selalu terarah kepada Allah. 17

44 Bab II AGAMA SEBAGAI JALAN HIDUP MANUSIA MENUJU KEBAHAGIAAN Pengantar Keinginan terdalam setiap manusia adalah mengalami kebahagiaan dan keselamatan. Sebagai makhluk religious, manusia mengusahakan kebahagiaan dan keselamatan ini dengan menempuh jalan hidup yang berdasar dan terarah pada Yang Ilahi. Jalan hidup inilah yang dikenal sebagai agama. Maka seharusnya agama menjadi jalan hidup bagi manusia. Dalam sejarah hidupnya, terdapat berbagai macam agama yang dianut oleh manusia. Dalam berbagai agama itu, manusia dihantar pada sebuah pengalaman yang menyadarkannya akan tiga hal, yakni: pertama, bagaimana manusia menghidupi nilai-nilai agama sebagai jalan hidup yang baik dan benar; kedua, bagaimana manusia menjaga kemurnian agama terhadap pengaruh hal-hal duniawi; ketiga, bagaimana semua manusia dalam kebebasannya menganut agama yang diyakini dapat hidup rukun dan baik sesuai ajaran agama tersebut. Menarik dicermati bahwa pengenalan yang memadai terhadap agama Katolik sebagai suatu jalan hidup penuh rahmat menuju kebahagiaan, membawa kita untuk menghidupi ketiga hal di atas sebagai pengalaman beragama yang membahagiakan dan menyelamatkan. A. WAHYU, IMAN DAN AGAMA Secara umum kita tahu bahwa wahyu merupakan pernyataan diri Allah kepada manusia. Wahyu adalah inisiatif dari Allah untuk mendekati manusia sedemikian rupa sehingga Allah menganugerahkan diri-nya kepada manusia. Hakekat terdalam dari wahyu Allah adalah Allah yang berkenan menyatakan diri-nya (Revelatio Dei). Pernyataan diri Allah terjadi dalam peristiwa-peristiwa sejarah, baik sejarah manusia secara umum maupun sejarah bagsa Israel secara khusus. Iman merupakan jawaban manusia terhadapa pernyataan diri Allah tersebut. Karena Allah sudah menyingkap rahasia kehendak-nya dan menyatakannya kepada manusia, maka manusia menanggapinya dengan penyerahan diri yang total kepada Allah. Tanggapan ini dilakukan dengan mengakui Allah dan berserah diri kepada-nya agar mengalami keselamatan dan kebahagiaan sesuai dengan maksud pewahyuan Allah tersebut. Singkatnya, kita dapat menyipulkan bahwa iman merupakan tindakan percaya manusia kepada Allah. Wahyu dan iman sama-sama merupakan komunikasi pribadi dan persatuan personal antara Allah dan manusia. Agama adalah bentuk konkret dari keyakinan manusia terhadap Allah yang telah mewahyukan diri. Dengan demikian, agama dicirikan dengan pedoman dan tata ibadat untuk memuliakan Allah, bersyukur kepada Allah dan memohonkan rahmat dari-nya, serta kerangka acuan untuk hidup sesuai dengan iman kepada Allah. Manusia merupakan subyek agama, karena itu kita dapat berkata bahwa manusia merupakan makhluk beragama (a religious being). Melalui gambar dibawah ini, kita bisa melihat hubungan antara wahyu, iman dan agama. Ketiganya berkaitan satu sama lain dan tak dapat di pisahkan. Allah secara nyata mewahyukan dirinya kepada manusia, dan manusia menanggapinya dengan iman. Iman tersebut dinyatakan dalam agama. 18

45 Wahyu. Iman Agama Hubungan antara wahyu, iman dan agama B. PENGERTIAN, FUNGSI DAN MAKNA AGAMA Agama adalah suatu bentuk hubungan manusia dengan Yang Suci. Manusia sadar akan adanya kekuasaan gaib yang mengatasi dirinya dan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. Kekuasaan itu dirasakan sebagai sesuatu yang mistis. Terhadap Yang Suci itu manusia memiliki rasa takut dan merasa tidak pantas. Namun ia juga merasa tertarik karena sifat-sifat-nya yang mempesonakan. Meskipun merasa takut, manusia merasa harus mendekati dan menghubungi-nya. Hal ini disebabkan oleh karena manusia merasa bahwa hidup dan keselamatannya tergantung pada-nya. Yang Suci itu mendapat sebutan yang berbeda-beda, antara lain: Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, zat yang mutlak, Roh Tertinggi, dsbnya. Dari segi moral agama dilihat sebagai kebajikan moral yang mendorong setiap manusia untuk menghormati Tuhan sebagai pencipta dan penguasa tertinggi. Sedangkan dalam agama Kristen, agama adalah jawaban manusia atas kasih Allah menurut ajaran dan teladan Yesus sendiri. Agama sebagai wujud sosial manusia, mengungkapkan bahwa hidup pribadi dan hidup bersama mendapat dasar yang mutlak. Maka agama mencakup banyak hal antara lain: Mengumpulkan orang dengan kepercayaan yang sama Menyediakan guru untuk menasihati dan memimpin Menyediakan sejumlah pokok ajaran untuk dianut, aturan-aturan untuk hidup bersama dan untuk beribadat serta upacara-upacara yang dilakukan bersama dan doa-doa yang diungkapkan sendiri-sendiri. Dengan ajaran dan upacara serta aturan-aturan moral yang disediakan, agama memberikan kerangka acuan bagi hidup dan tindakan manusia khususnya bagi situasi hidup yang tidak stabil atau pada saat-saat yang menentukan atau menakutkan; saat kelahiran dan kematian, perkawinan, pesta-pesta masyarakat, dsbnya. Fungsi Hakiki Agama Pada dasarnya agama berfungsi untuk mewartakan keselamatan, menawarkan arti hidup dan mengajarkan cara hidup. 1. Mewartakan keselamatan Semua agama mewartakan dan menjanjikan keselamatan dan bukan malapetaka. Karena itulah manusia memeluk suatu agama dalam hidupnya. 2. Mewartakan arti hidup Setiap agama memiliki pandangan hidup yang diberikan kepada para penganutnya untuk dihayati. Agama memberikan jawaban atas pertnyaan hidup manusia seperti: dari 19

46 mana asal hidup manusia, apa maknanya, apa tujuan hidup manusia, apa arti hidup sesudah kematian, dsbnya. Dengan menghayati pandangan hidup menurut agamanya, manusia akan selamat dan bahagia. 3. Mengajarkan cara hidup Semua agama mengajarkan cara hidup yang baik dan benar kepada para penganutnya untuk hidup beretika, bermoral, dan hidup yang baik yang akan membahagiakan dan menyelamatkan Makna Agama dalam Kehidupan Setiap masyarakat Indonesia mendambakan kehidupan yang rukun, damai dan harmonis di tengah kehidupan masyarakatnya yang plural. Namun harapan ini masih jauh dari kenyataan karena dibeberapa tempat masih terjadi berbagai kekacauan yang mengatasnamakan agama ataupun pertikaian yang bernuansa agama (Poso dan Ambon). Konflik ini sangat mungkin terjadi karena banyak orang yang menyalahgunakan agama untuk kepentingan tertentu (misalnya kekuasaan). Juga ada banyak orang yang kurang memahami agamanya sehingga mudah diadu domba. Menyaksikan berbagai kekacauan dan kerusuhan yang bernuansa agama, banyak orang mulai mempertanyakan kembali fungsi agama yang sesungguhnya. Bukankah semua agama mengajarkan cinta kasih, kerukunan, persaudaraan sejati, dan kebaikan? Mengapa justru kerusuhan bernuansa agama dapat terjadi dan sering berlangsung sangat lama dan kejam? Melihat kenyataan di atas, kita perlu melihat bagaimana pandangan manusia tentang makna agama dalam hidupnya. Bagi manusia, agama memberi kerangka yang bisa dipergunakan manusia untuk menyatukan pemahamannya tentang diri sendiri, masyarakat, dunia, bahkan alam semesta. Karena itu agama bisa menjadi pemersatu, jalan menuju keselamatan, pegangan hidup dan norma-norma dalam hidup bersama. Secara singkat dapat dikatakan bahwa agama dengan segala ajarannya dapat membina kehidupan yang rukun di antara para pemeluknya. Dalam hal ini, kerukunan bukan hanya sebatas tidak saling bertengkar, tetapi lebih dari itu memiliki makna yang sangat mendalam yakni bahwa setiap orang saling menghargai dan mengormati perbedaan keyakinan yang ada. Juga berarti dengan kerukunan setiap orang dapat hidup berdampingan dengan damai, saling membantu dalam kesulitan, saling berbagi dalam kebahagiaan dan kegembiraan. Dalam masyarakat yang rukun terdapat sikap saling empati, yakni rasa senasib dan sepenanggungan, ikut merasakan penderitaan sesama. Dengan demikian akan terdapat rasa solidaritas yang tinggi. C. MACAM-MACAM AGAMA 1. Agama kodrati (alamiah) Pendiri agama kodrati (alamiah) adalah seorang manusia biasa. Dalam agama kodrati manusia berusaha mencari penciptanya (Tuhan) karena ingin membereskan hubungannya dengan Dia. Isi ajarannya berbobot manusiawi. Walau demikian harus diakui pula bahwa di dalammya terdapat bobot kebaikannya juga. Namun kebenaran-kebenaran yang diajarkan dan yang harus dipercayai hanya bersifat kodrati, dapat dijangkau oleh otak manusia karena kebenaran-kebenaran itu memang berasal dari hasil pemikiran manusia. Sudah barang tentu bahwa pemeluk-pemeluknya dapat menjadi manusia yang baik, berbudi uhur, dapat 20

47 membantu kebatinan. datangnya ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat, contohnya adalah 2. Agama wahyu Pendiri dan pencipta dari agama ini adalah Allah sendiri, yang memperkenalkan diri dan kehendak-nya kepada manusia. Allah membeberkan kehendak-nya secara positif, dan memberitahukan cara bagaimana Ia mau di abdi. Jika dalam agama alamiah manusia mencari Tuhan, maka dalam agama wahyu Allah yang mencari manusia, sehingga isi ajaran yang diterima dan dipercayai manusia juga berbeda. Kecuali sejumlah ajaran yang berbobot manusiawi, masih terdapat sejumlah kebenaran yang bersifat adikodrati (supranatural). Artinya kebenaran-kebenaran tersebut tidak diperoleh dari dunia ini karena ajaran tersebut mengatasi kemampuan daya tangkap manusia dan tak dapat terkejar oleh kemajuan ilmu pengetahuan. D. MOTIVASI DAN MASALAH BERAGAMA Manusia mau menganut suatu agama karena didorong oleh kehendak yang kuat untuk hidup baik dan benar didunia ini sesuai kehendak Tuhan. Oleh karena itu, manusia yang beragama akan menjalin relasi personal dengan Tuhan yang memberi tuntunan untuk hidup suci lewat sabda-nya. Motivasi lain yang juga mendorong manusia bergama adalah dorongan untuk menjalani hidup dengn teratur dan bernilai yang ditunjukkan dalam perbuatan hidup sehari-hari. Terdorong oleh hal ini, maka manusia yang beragama akan sangat memperhatikan pemuliaan Tuhan dan praksis hidup yang menunjukkan akhlak yang baik dan suci. Motivasi beragama yang dimiliki hanya karena takut dicap tidak ber-tuhan atau karena ikut orang tua, atau karena sebab yang lain, bukanlah hal yang memadai untuk disebut sebagai manusia beragama. Bila kita meneliti lebih jauh, masalah hidup beragama bukan hanya sebatas menyangkut aspek lahiriah saja, melainkan lebih dari itu menyangkut aspek iman dan social. Dalam dimensi iman, ajaran yang berbeda (sehingga melahirkan cara hidup dan cara pandang yang berbeda dalam menghayati agama yang dianut) berpeluang untuk menimbulkan bukan hanya diskusi, tetapi juga perbandingan. Maka apabila tidak diantisipasi, umat beragama dapat jatuh pada klaim sebagai pihak yang paling benar dalam beragama. Dalam dimensi sosial, penghargaan terhadap perbedaan agama dan penerimaan terhadap keanekaragaman sikap dalam menunjukkan dan menghidupi keyakinan, dapat juga dipandang sebagai masalah beragama. Maka pada titik motivasi dan permasalahan inilah kita dapat menata kembali kehidupan bersama khususnya dalam masyarakat kita yang majemuk. Apa yang menjadi dasar untuk itu, tetaplah bahwa agama harus dipandang dan dihidupi sebagai jalan hidup menuju kebahagiaan dan keselamatan karena terarah pada Tuhan. E. KEBEBASAN BERAGAMA DAN HUBUNGAN ANTARA UMAT BERAGAMA 1. Kebebasan Beragama menurut Dokumen Gereja (Dignitatis Humanae) Dalam Konsili Vatikan II dikatakan bahwa setiap pribadi manusia berhak dan bebas untuk memeluk suatu agama yang diyakininya. Kebebasan itu berarti bahwa semua orang harus kebal terhadap setiap paksaan yang datang dari luar atau pihak orang perorangan 21

48 maupun kelompok-kelompok sosial dan kuasa manusiawi manapun juga untuk memeluk suatu agama. Dalam hal beragama, seseorang tidak boleh dipaksa untuk melawan suara hatinya atau dihalangi kebebasannya. Kebebasan menganut agama ini harus didasarkan pada martabat manusia itu sendiri. Kebebasan menganut agama ini harus diakui dalam tata hukum masyarakat sedemikian rupa, sehingga menjadi hak sipil. Semua orang sebagai pribadi yang berkehendak bebas, dan oleh kodratnya sendiri terdorong untuk mencari kebenaran terutama yang menyangkut agama. Manusia hanya dapat memenuhi kewajiban moral dan terikat untuk mencari kebenaran terutama menyangkut agama bila mereka memiliki kebebasan psikologis sekaligus bebas dari paksaan (DH 2). Jadi, kebebasan untuk menganut agama tertentu merupakan hak setiap pribadi manusia Adapun kebenaran harus dicari dengan cara yang sesui dengan martabat manusia serta kodrat sosialnya yakni melalui penyelidikan yang bebas, melalui pengajaran atau pendidikan, komunikasi dan dialog (DH 3). Manusia bebas mendengarkan suara hatinya untuk mencapai atau menemukan Allah terutama dalam hal keagamaan. Menurut sifatnya sendiri, pengalaman agama pertama-tama terdiri dari tindakan-tindakan batin yang dikehendaki orang secara pribadi serta bersifat bebas. Dan melalui tindakan-tindakan tersebut seseorang mengarahkan dirinya kepada Allah. Tindakan seperti ini tidak dapat dihalangi oleh kuasa manusiawi semata-mata, sedangkan dari kodrat sosialnya manusia dituntut untuk mengungkapkan tindakan-tindakan batin keagamaannya secara lahiriah, berkomunikasi dengan sesama dalam hal keagamaan dan menyatakan keagamaannya secara bersama-sama (DH 3). Apabila tidak diberi kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan seseorang serta mengamalkannya secara bebas dalam masyarakat, maka hal ini dapat dikatakan sebagai tindakan ketidakadilan terhadap pribadi manusia. 2. Hubungan Antar Umat Beragama Kenyataan bahwa Negara Indonesia adalah negara plural tidak dapat dipungkiri. Indonesia terdiri dari beraneka macam pulau, suku, budaya, bahasa, adat-istiadat dan juga agama. Nostra Aetate artikel 1 dan 2 mengajarkan kepada kita agar hendaknya kita menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebagaimana dalam agama-agama tersebut terdapat pula kebenaran dan keselamatan. Kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam persaudaraan sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat kita tinggal ini. Kerukunan antar umat beragama menjadi tanggungjawab kita semua tanpa kecuali. Di tengah situasi bangsa yang kurang stabil dalam berbagai bidang (politik, ekonomi, social, keamanan dan juga hubungan antar agama) seperti yang terjadi akhir-akhir ini, sangat riskan untuk mengarah kepada disintegrasi bangsa. Di tengah situasi seperti ini kita diharapkan untuk mencari solusi yang terbaik. Di sinilah peranan para tokoh beragama sangat penting, karena mereka bisa mengajak umatnya untuk membina hidup rukun dalam kebersamaan baik dengan yang seiman maupun yang bergama lain. a. Ajaran dan Pandangan Gereja Katolik Pada prinsipnya Gereja Katolik sangat mencintai persaudaraan universal, yang tidak membeda-bedakan suku bangsa, warna kulit, bahasa, agama, dsbnya. Gereja berpedoman pada sikap Yesus sendiri yang semasa hidupnya yang selalu menyapa dan bersahabat dengan siapapun tanpa melihat agama dan kayakinannya, misalnya: Yesus berdialog dengan perempuan Samaria di sumur Sikhar, padahal bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang-orang kafir (bdk. Yoh 4:1-24). 22

49 Yesus menolong hamba perwira Romawi yang sakit, sedangkan bangsa Romawi adalah penyembah berhala (lih. Mat 8:5-13). Yesus mendengarkan permintaan perempuan Siro-Fenesia (orang asing dari suku penyembah berhala) yang anak kerasukan roh jahat (lih. Mrk 7:24-34) Yesus menceritakan kisah tentang orang Samaria yang baik hati untuk menegaskan sikap-nya yang tidak mempersoalkan agama tetapi lebih mengutamakan belas kasih dan persaudaraan. (lih. Luk 10:25-37). Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama bagi orang lain yang sungguh membutuhkan pertolongan tanpa memandang asalusul dan latar belakang hidupnya. Orang yang berbeda suku, agama, cara beribadah dan kebudayaan dikasihi dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan akal budi. Itulah yang disebut persaudaraan sejati. Dalam persaudaraan sejati tidak ada sekat berupa perbedaan suku, bahasa, budaya, agama, ras, dsbnya. Yang ada hanyalah kasih sebagai saudara dan sesama. b. Usaha-usaha membina Kerja Sama dan Dialog Antar Umat Beragama Dunia ditandai dengan pluralisme agama dan budaya. Oleh karena itu perlu dibangun dialog antar agama. Sikap yang penting untuk menanamkan semangat dialog antar umat beragama adalah adanya keterbukaan dari pihak-pihak yang berdialog. Dialog sejati memprasyaratkan pengetahuan agama lain, bahkan pembacaan Kitab Suci agama lain. Dialog sejati tidak sama begitu saja dengan kerukunan. Gereja sendiri pada prinsipnya menempatkan keberadaan umat Kristiani di tengah dunia yang masyarakatnya beraneka ragam suku, bahasa, budaya, adat-istidat, aliran kepercayaan dan agama, sehingga sangat membutuhkan dialog. Beberapa dokumen Konsili Vatikan II yang membahas tentang kerja sama dan dialog antara agama antara lain: LG, GS, NA, AG, UR. Hal ini mau menunjukkan bahwa dialog mendapat perhatian penting dari Gereja. Kata dialog berasal dari bahasa Yunani: dia-logos yang berarti berbicara, berfirmn dari dua arah. Maka dialog berarti saling memberi diri (informasi) dan saling mendengarkan untuk saling memahami (mengerti) secara bergantian. Di sini, perlu usaha untuk menciptakan persaudaraan sejati antar pemeluk agama. Usaha yang dimaksud adalah dengan mengadakan berbagai bentuk dialog dan kerja sama. Beberapa bentuk dialog yang bisa diusahakan dan dikembangkan dengan saudara-saudari umat Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan Agama Asli antara lain: 1) Dialog kehidupan Dialog kehidupan ini dalap dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita sering hidup berdampingan dengan sesama yang beragama lain. Dalam hidup bersama kita selalu saling bertegur sapa, bergaul, saling mendukung dan saling membantu satu sama lain. Hal ini dilakukan tentu saja bukan hanya karena tuntutan etika hidup bersama, pergaulan dan sopan santun, melainkan juga tuntutan iman kita. Melalui hal-hal sederhana semacam itulah kita membangun dialog kehidupan. Selain itu dialog kehidupan tampak nyata antara lain: dalam komunitas buruh, petani, anak jalanan, nelayan, pemberdayaan perempuan, dsbnya. 2) Dialog karya Dalam hidup bersama dengan orang lain kita didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Berbagai kegiatan dapat kita lakukan secara bersama-sama seperti kegitan-kegiatan sosial 23

50 kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsbnya. Melalui kegiatan itulah terjadi interaksi yang dapat menghantar kita untuk saling mengenal lebih dalam dan saling menghargai. 3) Dialog iman Dalam hidup beriman kita dituntut untuk saling memperkaya. Walaupun kita berbeda agama. Banyak ajaran iman juga visi dan misi agama yang sama. Dialog iman ini muncul dalam bentuk forum antar umat beragama, gerakan ekumene dan kerukunan umat. Lebih dari itu, semua orang mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran imannya. Dalam hal inilah kita saling belajar, saling meneguhkan dan saling memperkaya, misalnya: Dari kita umat Katolik, kita dapat memberi kesaksian iman tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai Injil seperti cinta kasih, solidaritas, pengampunan, kebenaran, kejujuran, perdamaian, dsbnya. Dari agama Islam, kita dapat belajar tentang sikap pasrah, kepercayaan yang teguh pada Allah Yang Maha Esa, ketekunan utuk berdoa secara teratur dan sikap tegas dalam menolak kemaksiatan. Dari agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan), kita dapat belajar tentang penekanan pada doa bathin, meditasi dan kontemplasi, yoga dan berbagai seni bermeditasi lainnya yang sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia. Dari agama Konghucu (juga Budha), kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan umatnya pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup yang baik. Maka agama Konghucu dan Budha seringkali disebut sebagai agama moral Dari agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka pada alam dan lingkungan hidup. Agama asli sangat menekankan kepercayaan pada keharmonisan seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupn yang melingkupi seluruh alam raya yang tidak boleh dirusak. Maka umat agama asli selalu membuat upacara sebelum mereka mengolah tanah, menebang pohon, dsbnya. Hal ini dilakukan sebagai semacam tindakan penghormatan dan minta ijin kepada sesama saudara kehidupan. Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini, kita perlu menimba inspirasi dari agama asli ini. Dialog yang sehat tidak hanya melihat kesamaan, tetapi juga mampu melihat perbedaan sebagai kekayaan. Maka sekalipun Gereja memiliki sikap hormat yang tulus terhadap agama-agama lain, Gereja tiada hentinya mewartakan keyakinan imannya bahwa Kristus adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan; dalam Dia juga Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-nya (2 Kor 5:18-19). c. Akar masalah yang dihadapi berkaitan dengan dialog dan kerukunan hidup beragama Setiap orang memiliki cita-cita yang luhur untuk menggalakkan persaudaraan sejati antar pemeluk agama. Dan tidak ada agama yang mengajarkan keburukan dan kejahatan kepada umatnya. Yang diajarkan agama adalah nilai-nilai luhur yang mentor keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungannya serta dengan diri sendiri. Namun dalam upaya membangun dialog dengan sesama yang 24

51 berbeda agama selalu terjadi kesulitan. Beberapa hambatan yang dianalisis berkaitan dengan usaha membangun dialog antar umat beragama adalah: Kurangnya wawasan (pengetahuan) tentang agama lain yang menimbulkan sikap kecurigaan terhadap agama dan umat beragama lain. Keengganan untuk secara aktif menjalin kontak dengan penganut agama lain Para penganut agama sangat tergantung dengan sikap atau gerakan yang diakukan oleh pemimpin masing-masing Kurang digalakkannya kegiatan antar agama (ekstern) 25

52 Bab III YESUS KRISTUS Pengantar Yesus menjadi tokoh yang hidup sepanjang masa. Pembicaraan mengenai hidup, karya dan ajaran Yesus tidak pernah tuntas terpahami oleh manusia. Pengenalan akan Yesus bertitik tolak dari fakta sejarah tentang Yesus sebagaimana diabadikan dalam Kitab Suci. Sejarah mencatat bahwa Yesus benar-benar hidup. Bukti sejarah menunjukkan bahwa Dia lahir pada zaman pemerintahan Kaisar Agustus (27 SM-14 M), ketika Kirenius menjadi wali negeri (gubernur) Syria dan wafat pada zaman Pontius Pilatus. Bukti ini mau menunjukkan bahwa Dia benar-benar hidup pada suatu tempat dan masa tertentu seperti pelaku sejarah lainnya. Persoalan yang muncul berkaitan dengan Yesus adalah di mana letak perbedan antara Yesus yang hidup dalam sejarah (di tempat dan budaya Yahudi) dengan Yesus yang diwartakan Gereja. Yesus dikenal sebagai sosok yang datang dari Nasaret, bahkan di atas salib-nya dipasang tulisan Iesu Nazarenus Rex Iudeorum (INRI) atau Jesus dari Nasaret, Raja orang Jahudi. Sementara itu keraguan atas keaslian kesaksian Yesus sebagai Putera Allah, Raja Israel muncul karena Dia lebih dikenal sebagai orang Nasaret. Selanjutnya dalam hidup bermasyarakat, Yesus harus berhadapan dengan orang-orang Israel yang mengharapkan kemerdekaan politis karena mereka hidup dalam penjajahan Romawi dengan segala kesulitan ekonomi yang dialaminya. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita sampai pada pengenalan akan Yesus? Dengan cara bagaimana kita dapat sampai pada pengalaman akan Yesus yang membawa keselamatan dalam hidup kita? Pengalaman akan Yesus Kristus merupakan sebuah pengalaman pribadi. Pengalaman ini terjadi melalui berbagai cara seperti: jemaat pertama yang langsung mengalami Yesus ketika masih hidup, lalu kisahnya ditulis oleh penulis Kitab Suci; juga melalui pewartaan Gereja. Disini tanggapan manusia bermacam-macam: ada yang langsung menerima Yesus, tetapi ada yang juga terlebih dahulu menolak dan setelah itu baru menerimanya. A. KITAB SUCI: SUMBER UNTUK MENGENAL YESUS KRISTUS Kitab Suci merupakan sebuah karya yang disusun oleh berbagai jemaat Kristen dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Budaya Palestina, Yahudi-Yunani dan Yunani bukan Yahudi merupakan budaya yang secara kuat melatar-belakangi penulisan Perjanjian Baru dengan penekanan yang berbeda-beda. Jemaat Palestina lebih menekankan tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya untuk memenuhi tugasnya sebagai Messiah yakni memenuhi harapan manusia untuk mendapatkan keselamatan di akhir jaman dalam rangka Kerajaan Allah (tekanannya lebih pada masa depan). Jemaat Yahudi-Yunani melihat bahwa tidak hanya masa depan saja yang penting tetapi Kristus juga berperan pada masa kini. Jemaat ini memberi gelar Tuhan pada Yesus. Sedangkan budaya campuran Yunani-Bukan Yahudi menekankan pada masa lampau-masa kini-masa depan. Mereka memperhatikan kehidupan Yesus sebelum hadir ke dunia ini dengan teliti, saat Dia hidup didunia dan masa kemuliaan setelah kebangkitannya. Kitab Suci adalah: 1) Sabda Allah; 2) Sumber segala ajaran agama; 3) Buku pedoman umat Kristen; 4) Rencana karya penyelamatan Allah; 5) Ungkapan iman para pengarang dan umat purba. Manfaat Kitab Suci adalah: mengajar umat, menyatakan kesalahan dan memperbaiki kelakuan (bdk

53 Kitab Suci Perjanjian lama dan Perjanjian Baru memiliki keterkaitan yang sangat erat, seperti di bawah ini: No Perjanjian Lama Perjajian Baru 1. Kisah mengenai hubungan khusus yang terjalin antara Allah dengan para Bapa Bangsa (Abraham, Ishak dan Yakub) dan umat Israel 2. meletakan dasar dan untuk mempersiapkan bangsa Israel untuk kedatangan Mesias yang akan mengorbankan dirinya bagi dosa-dosa mereka 3. Tata keselamatan dalam Perjanjian Lama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus penebus seluruh dunia 4. Mencantumkan ajaran-ajaran luhur mengenai Allah serta kebijaksanaan-nya yang menyelamatkan, tentang peri hidup manusia, dan memuat perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan. 5. Menggambarkan sistem persembahan yang diberikan Allah kepada orang-orang Israel untuk secara sementara waktu Kisah mengenai hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus Melanjutkan dan menyempurnakan KSPL KSPB berisi tentang Perjanjian Baru (bdk. Luk 22:20) yang diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian itu bersifat kekal. Disebut perjanjian karena hubungan Allah dan manusia terjalin secara khusus dan personal dalam bentuk perjanjian. Allah bersatu dengan manusia demi keselamatannya. Tema sentral PB: Yesus Kristus Putera Allah yang menjadi manusia, karya-karya dan ajaran-nya serta pemuliaan-nya. juga awal mula Gereja di bawah bimbingan Roh Kudus. Memperjelas bahwa sistem ini hanyalah kiasan dari pengorbanan Kristus yang melaluinya keselamatan dapat diperoleh (Kisah 4:12, Ibrani 10:4-10). menutupi dosa-dosa mereka. 6. Memperlihatkan firdaus yang hilang Memperlihatkan firdaus yang diperoleh kembali melalui Adam yang kedua (Kristus) dan bagaimana suatu hari itu akan dipulihkan kembali. 7. Menyatakan bahwa manusia terpisah dari Allah karena dosa (Kejadian 3) Menyatakan bahwa manusia sekarang dapat dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah (Roma 3-6). 8. Menubuatkan kehidupan Mesias. Kitab-kitab Injil pada umumnya mencatat kehidupan Yesus dan Surat-Surat menafsirkan kehidupan-nya dan bagaimana kita harus menanggapi segala yang telah dan akan dilakukan-nya. Kitab Suci umat Kristiani terbagi menjadi 2 bagian besar, yakni Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). PL adalah persiapan untuk kedatangan Yesus, sedangkan PB adalah Peristiwa Yesus. Berikut ini adalah isi PL dan PB: 27

54 1. Bagian-bagian PL KSPL yang sekarang kita miliki, pada mulanya berupa kumpulan cerita-cerita tentang pengalaman bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan. Bangsa Israel mengalami Tuhan yang menyertai, melindungi dan menyelamatkan umat-nya. Mereka sungguh mengalami kasih Allah yang besar dalam perjalanan hidup mereka. Pengalaman-pengalaman tentang Allah yang menyelamatkan itu secara turun-temurun diceritakan kepada anak cucu mereka. Akhirnya cerita-cerita yang ditulis para pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh Kudus itu dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah buku yang utuh seperti yang kita miliki sekarang ini. Adapun bagian-bagian KSPL adalah sebagai berikut: Pentateukh Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Kitab Sejarah Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-Raja, 1 & 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester. Kitab Ayub Mazmur Amsal Pengkhotbah Kidung Agung Kebijksanaan Kitab Nabi-nabi a. Nabi Yesaya Yeremia Ratapan Yehezkiel Daniel Besar b. Nabi Kecil Hosea Yoel Amos Obaja Yunus Mikha Nahum Habakuk Sefanya Hagai Zakaria Maleakhi Deuterokanonika Tobit Yudit Tambahan Ester Kebijaksanaan Salomo Putra Sirakh Barukh Tambahan Daniel 1 & 2Makabe Perjanjian Lama meletakkan dasar untuk pengajaran-pengajaran dan peristiwaperistiwa dalam Perjanjian Baru. Tanpa PL, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias datang (lihat Yesaya 53); kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu, sebagai Mesias melalui berbagai nubuat mendetail mengenai Dia (tempat kelahirannya (Mikha 5:2); cara kematiannya (Mazmur 22, khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur 69:21, dll), kebangkitannya (Mazmur 16:10), dan banyak lagi detil pelayanannya (Yesaya 52:13; 9:2, dll). Melalui PL kita dapat memahami dan mengerti banyak hal seperti: Adat istiadat orang-orang Yahudi yang disebutkan secara sambil lalu dalam PB. Pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap hukum Allah saat mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri pada hukum itu. Mengapa Yesus begitu marah ketika Dia menyucikan Bait Allah. Bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama yang digunakan Kristus ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya (baik manusia maupun Iblis). Janji-janji yang masih akan digenapi Allah terhadap bangsa Yahudi. Akibatnya, kita tidak dapat secara tepat melihat bahwa masa kesengsaraan besar adalah masa tujuh tahun di mana Allah akan secara khusus berkarya dengan bangsa Yahudi yang dulunya menolak kedatangan-nya yang pertama namun akan menerima Dia pada kedatangan-nya yang kedua kali. Pemerintahan tahun Yesus adalah sesuai dengan janji-janji-nya kepada orang-orang Yahudi dan juga bagaimana itu cocok dengan bangsa-bangsa bukan Yahudi. 28

55 Bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang belum selesai yang dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana Allah akan memulihkan dunia ini menjadi firdaus sebagaimana yang direncanakan-nya, dan bagaimana kita akan menikmati hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi sebagaimana yang terjadi di taman Eden. PL mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan banyak tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati kehidupan mereka kita didorong untuk percaya kepada Allah apapun yang terjadi (Daniel 3) dan tidak berkompromi dalam hal-hal yang sepele (Daniel 1) sehingga pada akhirnya kita dapat setia dalam hal-hal yang besar (Daniel 6). Kita belajar bahwa paling baik mengaku dosa secepatnya dan dengan sungguh-sungguh serta bukannya melemparkan kesalahan (1 Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak bermain-main dengan dosa karena dosa akan menerkam kita dan gigitannya mematikan (lih. Hakim-Hakim 13-16). Kita dapat pula belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat) kepada Allah jika kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah dalam hidup ini dan firdaus di kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar bahwa jika kita membayangkan hal-hal berdosa, kita sementara mempersiapkan diri untuk berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7). Kita belajar bahwa dosa memiliki konsekwensi bukan hanya untuk diri kita sendiri, namun juga untuk orang-orang sekitar kita yang kita kasihi, dan sebaliknya. Perbuatan baik kita bukan hanya berpahala untuk diri sendiri, namun juga untuk orang-orang yang ada di sekitar kita (Kejadian 3; Keluaran 20:5-6). 2. Bagian-bagian KSPB KSPB berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaan yang disampaikan adalah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan penyelamat. Beberapa orang dipilih Tuhan sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bentuk tulisan inilah yang disebut PB Karena berisi perjanjian antara Allah dan manusia yang terjadi dalam diri Yesus Kristus dan ditulis setelah kebangkitan Yesus. Berikut ini pengelompokan KSPB: Injil Kisah Para Rasul Surat-surat Paulus Surat kepada Orang Ibrani Surat-surat Katolik Kitab Wahyu Matius Markus Lukas Yohanes Kisah Para Rasul Roma, 1 & 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1& 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon. Ibrani Yakobus, 1 & 2 Petrus, 1, 2 & 3 Yohanes, Yudas Wahyu Garis Besar Pewartaan Perjanjian Baru KSPB merangkum keempat Injil, Kisah Para Rasul, Surat-surat Para Rasul dan Wahyu Yohanes. Dalam keempat Injil ini kita dapat melihat seluruh kisah hidup Yesus, mulai dari kelahiran, karya-karya-nya, sengsara, wafat dan kebangkitan-nya sampai kenaikannya ke surga. Dari keempat pengarang Injil, Mateus dan Yohaneslah yang pernah mengikuti Yesus selama hidup-nya, sehingga apa yang mereka kisahkan 29

56 dalam tulisan mereka adalah apa yang mereka saksikan sendiri. Sedangkan Markus adalah murid rasul Petrus yang untuk sementara waktu pernah mengikuti Paulus, dan Lukas adalah murid Paulus. Keempat Injil yang terdapat dalam KSPB memiliki ciri khas dan bentuk pewartaan yang berbeda-beda dalam penyusunan kisahnya. Injil Mateus ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi di Palestina. Mereka ini adalah umat yang telah matang dalam pengetahuan KSPL, karena itu dalam injil Mateus kita menemukan banyak kutipan atau petunjuk-petunuk kepada Taurat dan kejadian-kejadian dalam sejarah bangsa Israel di masa lalu. Yesus sendiri dikisahkan selalu menguti perkataan para nabi PL. selain itu Mateus sangat senang menandaskan bahwa Yesus adalah pemenuhan nubuat para nabi. Markus menulis untuk kepentingan orang-orang Kristen bukan Yahudi. Kepada mereka yang belum mendengar tentang Yesus dari Nazaret, Markus menuliskan kisah-kisah mujizat untuk melukiskan kuasa ilahi-nya. Yesus adalah Mesias. Ia ditolak oleh kebanyakan orang Yahusi, namun dalam kebangkitan-nya Allah mensahkan Dia sebagai Kristus, Mesias yang diurapi, utusan Allah. Lukas menuliskan Injilnya untuk orang-orang yang pada awalanya hidup dalam kekafiran dan yang telah belajar mengenal Allah. Lukas menuliskan kisah masa Kanak-kanak Yesus dan banyak perumpamaan yang tidak ada dalam Injil-injil lainnya. Dalam Injilnya, Lukas pandai bercerita. Ia menghadapkan kita kepada Yesus seakanakan pribadi Yesus sungguh-sungguh hadir sekarang ini, di sini dengan kepribadian dan cara mengajar-nya yang mempesona. Ketiga Injil pertama: Mateus, Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik. Ketiganya terbentuk sekitar tahun sesudah Yesus wafat. Sedangkan Injil Yohanes ditulis menjelang akhir abad pertama. Injil Yohanes tidak menuliskan peristiwa hidup Yesus secara kronologis. Hal itu memang tidak menjadi perhatian utama Yohanes. Keistimewaan injil keempat ini adalah dalam hal cara menggali, mengolah, merenungkan dan menyajikannya dalam semangat kontemplatif. Yohanes merenungkan hubungan manusia Yesus dengan Bapa dalam satu Roh sebagaimana intimnya hubungan Yesus dengan manusia. Yohanes menuliskan Yesus yang mengutus Roh Kudus bagi umat-nya sebagai hasil karya penebusan-nya: hidup, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-nya ke surga. Juga amanat-amanat Yesus yang secara panjang lebar disajikan dalam Injilnya, seperti amanat dan doa Yesus pada malam Perjamuan Terakhir yang mengungkapkan sikap penuh hormat kepada Bapa-Nya dan cinta sehabis-habisnya kepada para murid-nya. Keempat Injil sangat akrab dengan orang kita orang Kristen. Pembacaan dan renungan Injil merupakan sarana yang paling tepat untuk dapat mengenal Yesus secara lebih dekat. Membaca Injil berarti kita menghayati kata demi kata, ayat demi ayat secara perlahan-lahan. Setiap kata atau kalimat bisa menyentuh hati karena dengan kata-kata yang tertulis itu Roh Kudus mengilhami budi dan hati kita sesuai dengan situasi konkret hidup kita. Membaca Injil dengan semangat doa dan kehendak yang kuat untuk berjumpa dengan Tuhan menjadi sumber rahmat bagi kita dalam menghayati hidup Kristen kita dengan kebahagiaan rohani. Dalam Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Lukas, kita dapat melihat pimpinan dan pengaruh Roh Kudus dalam Gereja muda, penyebaran Injil oleh para Rasul, hidup persauudaraan dan semangat missioner Gereja muda itu. Karena itu kitab ini dapat disebut sebagai kisah para rasul dan umat/gereja muda. 30

57 Dalam surat-surat para Rasul kepada jemat-jemaat tertentu, para penulis suci mewartakan dan meneangkan ajaran Yesus lebih lanjut untuk membina dan membangkitkan iman umat yang telah menerima Yesus Kristus sebagai penebus mereka. Selain itu juga untuk membina hubungan yang tetap antara para rasul dengan jemaat yang telah mereka dirikan agar iman umat dapat tetap terpelihara. Umat beriman sendiri tampak berusaha menerapkan ajaran-ajaran Yesus yang diwartakan para rasul dengan penuh semangat dalam hidup mereka setiap hari. Dipihak lain para rasul berusaha menggairahkan harapan mereka akan kedatangan Yesus kembali yang sekarang hidup di antara mereka dalam Roh yang telah dicurahkan-nya ke atas mereka. Kasih persaudaraan, khususnya kepada mereka yang miskin dan kekurangan mendapat tekanan istimewa dalam surat-surat mereka. Renungan dan ajaran para Rasul dalam surat-surat itu masih tetap aktual bagi hidup orang beriman. Itulah yang diajarkan oleh Gereja dan harus menjadi tuntunan bagi hidup beriman kita setiap hari. Wahyu Yohanes merupakan buku terakhir dalam Kitab Suci. Wahyu ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaikat kepada penulis yang menamakan dirinya Yohanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dari Allah dan Malaikat memberikan penjelasan-penjelasan mengenai arti dan maksudnya. Judul aslinya adalah Apokaliptis Yohanes yang artinya penyingkapan atau wahyu. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi itu terutama mengenai masa depan, akhir zaman dan hidup di akhirat. Wahyu Yohanes ini sangat mirip dengan nubuat-nubuat para nabi Perjanjian Lama. Sangat sukar menafsirkan dengan jelas dan tepat, sebab segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang: penglihata-penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Pembaca memerlukan pimpinan dari seorang ahli Kitab Suci. B. YESUS KRISTUS 1. Situasi Masyarakat Yahudi yang Merindukan Mesias Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel dijajah oleh bangsa lain yakni bangsa Persia, Yunani, dan Romawi. Selain ditindas oleh penjajah, bangsa Israel juga ditindas oleh para pemimpin mereka sendiri yang diangkat oleh penjajah. Dalam situasi seperti itulah mereka merindukan datangnya seorang Mesias dari Kerajaan Allah yang dapat membebaskan mereka. a. Situasi sosial politik Setelah masa pembuangan di Babilonia (± 6 abad sebelum Yesus), Palestina tunduk kepada kerajaan Persia, Yunani dan Romawi. Selain para penjajah, ada juga para tuan tanah, kaum aristokrat dan rohaniwan kelas tinggi yang menindas rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering memihak penjajah supaya tidak kehilangan hak istimewa dan kedudukannya serta nama baik merekadidepan penjajah yang sewaktu-waktu bisa mencabut jabatan dan kekuasaan tersebut. Pada masa itu, puncak kekuasaan politik berada ditangan seorang prokurator (wali negri/gubernur) Yudea dan orang itu haruslah orang Romawi.Ia berwewenang menunjuk raja dan imam agung. Sedangkan di Yudea, imam agung tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga di bidang politik sebagai raja. Di Galilea, kekuasaan dipegang oleh seorang raja yang bernama 31

58 Herodes. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran para tentara Romawi dimana-mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi bukan dari kalangan Yahudi. Situasi yang menekan kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga muncul pemberontakan yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea. Namun pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat ditumpas. Penumpasan kaum pemberontak ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak sedikit. b. Situasi sosio ekonomi Penduduk desa masyarakat Yahudi biasanya hanya memiliki lahan-lahan kecil untuk usaha pertanian karena sebagian besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang kaya. Mereka biasanya tinggal dikota-kota dan praktiss menjadi pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan internasional. Lahan-lahan luas yang dikuasai para tuan tanah itu digunakan untuk menanam jagung dan peternakan besar. Rakyat kebanyakan biasanya hanya menjadi penggarap (buruh tani) atau penggembala ternak milik tuan tanah. Masyarakat kecil yang tidak mempunyai tanah biasanya mengalami tekanan hidup yang tidak sedikit karena kondisi ekonomi penduduk yang pas-pasan bahkan kurang untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga. Dalam kondisi yang seperti itu, masyarakat harus membayar berbagai macam pajak dan pungutan untuk pemerintah dan bait Allah yang dibebankan kepada mereka. c. Situasi sosial kemasyarakatan Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat kelas-kelas atau kelompok sosial yakni tuan tanah besar, pemilik tanah kecil, perajin, kaum buruh dan budak. Sedangkan didaerah perkotaan terdapat beberapa lapisan kelas sosial. Lapisan kelas sosial tertinggi adalah kaum arstokrat, imam-imam, pedagang-pedagang besar dan pejabat-pejabat tinggi. Lapisan kelas sosial menengah kebawah adalah kelompok para perajin, pejabat-pejabat rendah, awam dan kaum Lewi. Lapisan kelas sosial paling bawah adalah kaum buruh yang pada umumnya bekerja disekitar Bait Allah.Disamping itu terdapat juga kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan ekonomi, yang terdiri dari orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu hal. Misalnya, para pendosa publik seperti pelacur dan pemungut cukai; orang-orang yang memiliki penyakit tertentu seperti penderita kusta, buta, tuli yang menurut keyakinan Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.selain adanya kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial tersebut, juga terdapat berbagai bentuk diskriminasi seperti rasial, seksual, pekerjaan, dsbnya. Pengelompokan tersebut membawa dampak negatif yang sangat besar terutama bagi kelompok masyarakat bawah. d. Situasi sosio religious Hidup religious masyarakat Yahudi sangat kental diwarnai oleh Hukum Taurat. Kaum Farisi menjaga dengan sangat ketat wariasan dan jati diri orang Yahudi berdasarkan Hukum Taurat. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal dari hukum tersebut. Hukum Taurat diterapkan dalam semua sendi kehidupan. Mereka meyakini bahwa menjadi rakyat Tuhan berarti taat pada 32

59 setiap aturan yang tertulis dalam Hukum Taurat. Orang Farisi gemar memperluas tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam bagi seluruh masyarakat Israel. Mereka menafsirkan dan kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri. Hal ini sering mendatangkan beban bagi masyarakat kecil. Pada saat Yesus hidup, masyarakat Yahudi sangat ditindas secara politis, ekonomi dan bahkan religious. 2. Mengenal Pribadi dan Karya Yesus a. Pengalaman Murid-Murid yang Pertama Ketika melihat Yesus lewat, Yohanes berkata: Lihatlah Anak Domba Allah. Dua orang murid yang mendengar perkataan itu, segera mengikuti Yesus dan tingga bersama Dia. Mereka itu adalah Yohanes dan Andreas. Keduanya yakin bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias. Kemudian ketika Andreas bertemu dengan Simon, ia pun diajak untuk mengikuti Yesus. Yesus memandang Simon dan berkata: Engkau Simon. Engkau akan dinamakan Kefas. Kefas artinya batu karang. Kelak Petrus akan menjadi kepala para rasul. Ketika bertemu Filipus, Yesus berkata: Ikutlah AKu! Filipus segera mengikutinya. Ketika Filipus bertemu dengan Natanael, ia bercerita kalau mereka telah menemukan Mesias yang disebutkan dalam kitab para Nabi, yaitu Yesus anak Yusuf dari Nasaret. Dalam kisah murid-murid yang pertama Yohanes banyak menggunakan istilah melihat. Hal ini dimaksudkan agar kita melihat Yesus dengan mata iman dan terang hati. Dengan memandang Dia kita memikirkan, mengamati bahwa Dia adalah Anak Domba Allah. Dia yang kita pandang dengan berhadapan muka adalah Penebus, Sang Penyelamat dunia. Kabar Injil tetap aktual. Pengalaman para murid yang pertama juga menjadi pengalaman kita saat membaca tentang kisah perjumpaan para murid dengan Yesus. Belajar mengenal Yesus bukan pertama-tama usaha akal budi untuk mencari pengetahuan, tetapi usaha membiarkan hati kita tertarik kepada Dia, melihat dan merenungkan keistimewaan-nya yang mempesona. Mengenal Yesus semakin mendalam adalah buah hasil doa di bawah bimbingan Roh. Pertemuan pertama para murid dengan Yesus merupakan pengalaman yang berkesan dan menjadi momen penting di mana mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Penyelamat itu. Ungkapan mengikuti Yesus mempunyai arti rohani tinggal bersama dengan Dia, terikat dan terpikat pada- Nya dengan memelihara dan menyempurnakan relasi cinta dan persahabatan. Kita mencari dan mengenal Yesus secara mendalam dengan mendengarkan ajaran-ajaran dan karya-karya-nya di Palestina. Membaca dan merenungkn Kitab Suci adalah cara terbaik untuk mengenal Yesus secara sungguh-sungguh. Persahabatan dan persatuan dengan Yesus akan terpelihara, diperdalam dan dimurnikan lewat ibadat dan doa-doa gerejani, terutama lewat Ekaristi Kudus. b. Yesus Guru dan Nabi Yesus memulai karya-nya di depan umum pada usia 30 tahun. Ia berkarya di Palestina sebagai Guru dan Nabi. Ia berkeliling ke seluruh daerah Galilea, mengajar di rumah-rumah ibadat, di serambi Bait Allah di Yerusalem, di atas bukit, di lembah, di dalam perahu, di tepi danau, di rumah-rumah keluarga dan bahkan di jalan. Ia memberitakan Injil Kerajaan Allah, mengusir setan dan 33

60 menyembuhkan banyak penyakit. Yesus berkeliling dengan para murid-nya. Ini merupakan kebiasaan Guru pada jaman itu yang memiliki banyak murid. Para murid tersebut tinggal bersama dengan gurunya, mengikuti ke manapun ia pergi, melihat cara hidupnya, mengambil bagian dalam hidup gurunya. Mereka melihat dari dekat sikap hidup sang guru dan menghirup semangatnya yang sakti. Itu pula yang terjadi dengan para murid Yesus. Sebagai Guru, ia mengajar dengan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pendengar-nya. Dalam pengajaran-nya, Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan. Ia mengumpamakan Kerajaan Allah dengan aneka hal yang telah menjadi pengalaman sehari-hari. Perumpamaan-perumpamaan yang digunakan untuk menggambarkan keajaiban dan kemuliaan Kerajaan Allah diambil dari kehidupan para petani, nelayan, gembala, ibu rumah tangga, alam dan margasatwa. Dengan cara mengajar yang sederhana, orang tertarik dan terpikat untuk mendengarkan ajaran-nya. Kita para murid-nya hendaknya mempelajari cara Yesus mengajar kepada kita karena pengajaran-nya juga ditujukan untuk kita sehingga kita bisa menemukan makna dan pesan yang mau disampaikan kepada kita. Sebagai utusan Allah, Yesus Putera Bapa berwewenang mengajar tentang Kerajaan Allah. Hal ini menandakan bahwa Ia sungguh berasal dari Allah. Ia memberi kesaksian tentang apa yang Ia lihat dan dengar dari Bapa- Nya. Sabda Yesus penuh kuasa ilahi. Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati hanya dengan bersabda. Sabda yang keluar dari mulut-nya penuh kuasa dan berwibawa. Setiap orang yang mendengarkan perkataan-nya akan terpesona oleh cara mengajarnya yang penuh kewibawaan. Mendengar apa yang diwartakan Yesus dalam pengajaran-nya tentang Kerajaan Allah, orang banyak berkata: Sungguh, Yesus dari Nasaret ini nabi. Yesus memang seorang Nabi. Ia adalah Nabi Perjanjian Baru yang berbicara atas kuasa-nya sendiri. Kalau nabi-nabi Perjanjian Lama selalu berbicara atas nama Tuhan: Inilah firman Tuhan, demikianlah firman Tuhan atau Tuhan berfirman kepadaku, lalu mereka menyampaikan apa yang difirmankan Tuhan. Namun Yesus tidak demikian. Ia selalu berkata: Aku berkata kepadamu (bdk. Mat 5: 14-47; 19:9). Hal ini menunjukkan bahwa Ia memiliki kuasa. Sebagai nabi Yesus memiliki kewibawaan penuh sebagai Anak Allah. Atas kuasa-nya sendiri Ia memulihkan peraturan-peraturan yang ada dalam Hukum Taurat. Sebagai Nabi Perjanjian baru, Yesus tidak menghapus Hukum Musa, melainkan menyempurnakannya. Yesus adalah Nabi yang esa sepanjang zaman Perjanjian Baru, yang berlangsung sampai kiamat. Yesus bukan hanya sekedar nabi. Ia adalah sungguh-sungguh nabi. Hal ini terlihat pada saat kemunculannya yang pertama di depan umum. Ia mulai memberitakan Injil Kerajaan Allah dengan berkata: Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mrk 1:15). Seruan ini merupakan seruan dasar seluruh pewartaan-nya. Kadang seruan kenabian-nya terasa keras dan tuntutan menjadi murid bersifat mutlak. Syaratsyarat untuk masuk ke Kerajaan Allah bersifat menyeluruh. Seperti halnya nabinabi Perjanjian Lama, Yesus pun dalam hati-nya bisa marah: dengan gusar Ia mengusir setan, membenci kemunafikan, bertengkar dan marah kepada orangorang Farisi. Para murid yang mendengar-nya menjadi terkejut dan takut mendengar peringatan dan teguran Yesus yang keras dan tak kenal kompromi. 34

61 Yesus menegur dengan pedas dan tajam orang-orang yang tegar hati dan menolak pewartaan-nya. Yesus adalah nabi yang benar yang membawa kebenaran. Karena itu banyak orang yang percaya bahwa Dia adalah utusan Allah. Ia sering memuji orang-orang yang melakukan kebenaran dan menjanjikan Kerajaan Allah kepada mereka. Inti sari ajaran Yesus adalah CINTA KASIH yaitu: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:36-40). Perintah mengasihi Allah lebih besar daripada perintah mengasihi sesama. Allah mengasihi semua manusia tanpa kecuali, karena itu kitapun diajak untuk meneladani Allah Bapa dalam kasih-nya itu. Cinta kasih harus merangkum semua orang termasuk mereka yang memusihi kita (Mat 5:43-48). Pengajaran dan teguran Yesus sehubungan dengan cinta persaudaraan ini memang banyak. Sebuah model pengajaran cinta persaudaraan yang diungkapkan secara singkat dan dengan bahasa yang memikat terdapat dalam Khotbah di Bukit (Mat 5:1-12 atau Luk 6:20-23). Khotbah yang amat terkenal ini diawali-nya dengan ungkapan berbahagialah c. Yesus Bergaul dengan Semua Orang Tampilnya Yesus di Galilea menggemparkan banyak orang yang menyebabkan pergerakan massa yang begitu besar. Hal ini dilukiskan dalam Injil dengan sangat jelas. Banyak orang dari Galilea mengikuti-nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-nya (Mrk 3:7-10). Orang berbondongbondong datang mengikuti Yesus karena terpesona oleh kepribadian, watak, dan hati-nya yang memancarkan baikan dan kebenaran. Kepribadian Yesus itulah yang menyatakan kepada mereka bahwa Dia itu Orang yang berkuasa dari Allah. Pergaulan Yesus tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Ia bergaul dengan siapa saja. Belas kasih-nya terhadap rakyat jelata terutama orang-orang kecil yang miskin dan bersahaja sangatlah besar. Dalam pergaulan, orang-orang ini dipandang rendah dan disingkirkan. Mereka dianggap berdosa. Kemiskinan mereka dianggap sebagai hukuman dari Allah. Tetapi Yesus mendekati mereka dengan penuh perhatian, penghargaan dan cinta kasih yang murni. Tidak mengherankan bahwa orang-orang kecil ini menaruh harapan yang besar kepada Yesus dan kata-kata-nya. Mereka melihat Dia sebagai sahabat, pemimpin dan penyelamat. Sikap ramah tama Yesus membuka hati mereka untuk mendengarkan ajaran-ajaran-nya. Banyak kisah dalam Injil yang menceritakan tentang perhatian Yesus terhadap rakyat jelata, misalnya: kisah penyembuhan seorang perempuan yang sudah 12 tahun mengalami pendarahan (Luk 8:43); Perempuan Siro-Fenesia yang percaya (Mrk 7:24-30); ajakan Juruselamat (Mat 11:28), dst. Perhatian dan cinta Yesus juga ditujukan kepada orang-orang yang sakit dan menderita. Belas kasih itu sangat nyata dari tindakan yang dilakukannya dengan menyembuhkan banyak orang dan melenyapkan segala penyakit. Ia 35

62 menyembuhkan orang bisu, tuli, lumpuh, kusta dan orang-orang yang kerasukan roh jahat dibebaskan-nya. Selama berkarya Yesus banyak sekali melakukan mujizat penyembuhan, dan Injil mencatatnya dengan sangat jelas. Penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan kepada kita belas kasih Yesus yang sungguh luar biasa. Perhatian Yesus tidak hanya pada penderitaan jasmani saja tetapi lebih dari itu Yesus menyembuhkan mereka secara jasmani dan rohani. Orang sakit disembuhkan bukan untuk hidup sementara saja tetapi melepaskan mereka dari pokok segala derita yakni dosa. Dalam melakukan mujizat penyembuhan, Yesus membuktikan Keallahan-Nya. Dan itu dilakukan dengan makna istimewa. Dengan membebaskan orang dari roh jahat dan penderitaan penyakit menandakan awal perkembangan Kerajaan Allah di dunia ini. Kuasa Allah meraja dan manusia memperoleh keselamatan. Pertemuan dengan anak-anak sangat disukai oleh Yesus. Kemurahan hati, kerendahan hati dan keramahtamahan Yesus ditunjukkan dalam pergaulannya dengan anak-anak. Karena itu orang-orang membawa anak-anak mereka supaya Ia meletakkan tangan-nya atas mereka dan memberkati mereka. Kepada para murid yang melarang anak-anak itu datang kepada-nya, ia berkata: Biarkanlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang kepada-ku; sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga; lalu Ia meletakkan tangan-nya atas mereka (Mat 19:13-15; Mrk 10:13-16;Luk 18: 15-17). Sikap Yesus terhadap para pendosa juga sangat menarik perhatian kita. Ia tidak mengucilkan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi. Ia justru bergaul dan bersahabat dengan mereka. Yesus menunjukkan sikap yang penuh kasih dan merangkul mereka. Ia sendiri menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan. Dosa telah menyebabkan manusia hidup terpisah dari Allah Sumber keselamatan. Dosa dan penderitaan berasal dari setan yang menjadi musuh utama Mesias yang datang untuk mendirikan Kerajaan Allah. Karena itu si jahat harus dienyahkan dari hidup manusia agar manusia mencapai keselamatan. Yesus, Yang Kudus dari Allah sangat membenci dosa dan bersikap penuh cinta kepada orang berdosa. Ia memahami bahwa kedurhakaan dosa ialah menolak dan melawan Allah. Karena itulah Yesus berikhtiar untuk membawa kambali orang-orang yang telah jatuh dalam dosa ke dalam pelukan kasih Allah. Dengan tobat dan iman mereka akan memasuki Kerajaan Allah. Untuk mencari dan menemukan orang berdosa, Yesus bergaul dengan mereka, bahkan makan bersama mereka. Namun orang-orang Farisi yang salah mengerti dengan sikap Yesus malah mengecam-nya (lih. Mat 9:9-13). Terhadap para pemungut cukai, Yesus tidak menghakimi mereka karena pekerjaan mereka mudah membawa mereka kepada penipuan dan korupsi. Ia menyapa mereka dan bahkan memanggil untuk menjadi muridnya, seperti yang terjadi pada Zakheus dan Matius. Dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai (Luk 18:19-14) Yesus mengatakan bahwa pemungut cukai yang rendah hati dan mengakui diri orang berdosa dibenarkan oleh Tuhan dan orang Farisi yang angkuh tidak. Dalam Luk 7:36-50 diceritakan tentang seorang perempuan berdosa yang datang menemui Yesus untuk bertobat. Ia membasahi kaki Yesus dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya dan meminyakinya dengan minyak 36

63 wangi. Ketika orang Farisi yang melihat hal itu menghakimi Yes us dalam hati, Yesus menceritakan suatu perumpamaan tentang orang yang berhutang dan kepada perempuan itu Ia berkata: Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat. Belas kasih yang sama juga ditunjukkan Yesus kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi menghendaki agar perempuan itu dihukum selain karena melanggar hukum Musa juga untuk mencobai Yesus. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: Barangsiapa di antara kalian yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali melemparkan batu kepada perempuan ini. Mendengar itu pergilah mereka satu persatu. Dan Yesuspun berkata kepada perempuan itu: Akupun tidak menghukum engkau, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi. Sungguh benar apa yang dikatakan Yesus, Anak Manusia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan. Yesus yang mengajarkan tentang hukum Cinta sungguh menerapkan dalam hidup-nya. Ia mencintai semua orang termasuk mereka yang memusuhi-nya yakni Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bergaul dengan mereka untuk menyadarkan mereka akan keadaan mereka sendiri, juga dengan orang murtad dan kafir supaya mereka menemukan Tuhan. Kasih sayang dan kebaikan merupakan ciri khas Yesus dalam bergaul dengan mereka. Begitu banyak kisah dalam Injil yang melukiskan kepribadian Yesus yang menjadi Sahabat manusia, Penyelamat dunia dan Gembala yang baik. Dalam diri- Nya terpancar kasih Allah. Ia adalah benar-benar gambar Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15). Belajar mengenal Yesus berarti belajar mengenal Allah. Dalam kebaikan dan kemurahan hati Yesus kita melihat cinta kasih Allah. d. Yesus dan Doa 1) Yesus sebagai Pendoa Kehidupan Yesus tidak pernah lepas dari doa, selain mengajar dan berbuat baik. Doa merupakan inti sari hidup Yesus, sumber kekuatan-nya, dan sumber segala perbuatan-nya. Injil banyak mengisahkan tentang doa dalam hidup Yesus. Yesus memiliki semangat doa yang tinggi, setiap saat dan waktu ia selalu menyediakan waktu untuk berdoa. Di tengah kesibukan-nya berkarya, Ia sejenak mengundurkan diri ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Bahkan sebelum memulai sebuah karya penting Yesus terlebih dahulu berdoa. Sebagai seorang Yahudi, salah satu dari Sisa Kecil Israel, Yesus memiliki semangat keagamaan yang kuat. Lebih dari itu Yesus adalah Abdi Allah sejati yang senantiasa hidup di hadirat Allah dan berhubungan erat dengan Allah. Dalam pendidikan anak-anak Yahudi, bacaan dan renungan Kitab Suci mmempunyai tempat dan fungsi yang istimewa. Demikian juga dalam hidup sehari-hari Keluarga Kudus. Tidak heran apabila Yesus bertumbuh dan berkembang dalam kesalehan. Sebagai orang Yahudi yang saleh, Yesus mengambil bagian dalam ibadat-ibadat Yahudi, seperti: Setiap hari sabat Yesus pergi ke rumah ibadat/sinagoga untuk sembahyang. Di sana bersama orang Yahudi lainnya Ia mendengarkan pembacaan Kitab Suci dan bahkan sebagai Nabi, Ia sendiri membacakan Kitab Suci; 37

64 Setiap tahun Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Yesus senantiasa hidup di hadirat Allah. Budi dan hati-nya terarah sepenuhnya kepada Allah dan kehendak-nya yang kudus. Injil senantiasa mengisahkan bahwa untuk berdoa Yesus mengundurkan diri ke tempat yang sunyi pada waktu-waktu tertentu. Seringkali Yesus berdoa sendirian. Pada kesempatan lain Ia mengajar para murid-nya untuk bersama Dia pergi berdoa ke suatu bukit (Luk 9:38). Ia berdoa dengan berkanjang, ada banyak waktu dan kesempatan dan bahkan sepanjang malam. Karya-karya Yesus dijiwai oleh semangat doa-nya. Ketika Ia mengajar dan menyembuhkan, ketika menjelajah seluruh palestina, ketika melaksanakan suatu pekerjaan berat dengan menderita lapar dan haus. Seluruh hidup Yesus diresapi oleh doa. Dalam hidupnya Yesus mengalami banyak hal yang luar biasa dan kejadian penting yang terjadi dalam hidupnya. Injil menceritakan bahwa halhal itu terjadi dalam hidup Yesus. Kisah-kisah tersebut selalu menekankan bahwa dalam suasana yang demikian Yesus mencari kekuatan dalam hubungan mesra dengan Bapa-Nya. Ada kejadian menyenangkan, ada pula kejadian menyedihkan, misalnya: Pada waktu di baptis di sungai Yordan dan pada masa puasa di padang gurun; Pemilihan rasul-rasul-nya; Ketika ketujuh puluh murid diutus ke desa-desa untuk mewartakan kabar gembira itu kembali dan mereka menceritakan kepada-nya bagaimana mereka dapat mengusir setan dan menyembuhkan penyakit serta mentobatkan orang, Yesus sangat terharu, lalu mengucapkan doa syukur; Doa syukur dan penyerahan diri-nya sesudah orang Yunani datang kepada-nya (Yoh 12:20); Kabar pembunuhan Yohanes Pembaptis oleh Herodes yang disampaikan oleh para murid Yohanes. Lazarus dibangkitkan. Doa-doa yang diucapkan Yesus membuka bagi kita rahasia hati-nya dan cinta-nya kepada Allah. Perhatian dan hasrat-nya akan keselamatan kita diperlihatkan dalam doa-doa-nya. Menjelang akhir hidup-nya Yesus berdoa dengan tidak jemu-jemunya. Yohanes menuliskan bagaimana Yesus Sang Pendoa menyampaikan permohanan-permohonan-nya kepada Bapa di Surga. Doa-Nya yang terkenal ialah Doa Yesus Imam Agung (lih. Yoh 17). Dalam doa tersebut kita mengenal jiwa religiusitas Yesus. Dalam bagian pertama dari doa-nya, Yesus berdoa unttuk diri-nya sendiri. Mulai ayat 6, Ia berdoa untuk murid-murid-nya; lalu mulai ayat 20, Yesus mendoakan semua orang yang akan percaya kepada-nya. Setelah perjamuan berakhir, pergilah Yesus bersama murid-murid-nya ke bukit Zaitun. Biasanya Yesus selalu pergi ke sana untuk be rdoa. Dan sesaat sebelum di tangkap Yesus berdoa di taman itu dengan sangat khusuknya. Dalam jam kematian-nya, Yesus berdoa untuk orang-orang yang membawanya sampai pada saat itu. Dan sesudah kebangkitan-nya, Yesus meneruskan doa-doa-nya untuk orang-orang-nya kepada Bapa-Nya. Yesus 38

65 menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa. Hanya melalui Dia kita dapat sampai kepada Bapa di Surga. 2) Ajaran Yesus Tentang Doa Yesus adalah teladan dalam hal doa. Ia yang adalah Guru Ilahi mengajarkan agar kita membangun relasi yang intim dengan Allah. Kita harus berdoa. Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita berdoa. Yesus berkata: Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa dikuduskanlah nama-mu, Datanglah kerajaan-mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya Dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan (Luk 11:1 dst). Dalam Mat 6:9-13, doa ini dimulai dengan memanggil Bapa kami yang ada di surga ditambah dengan ucapan Jadilah kehendak-mu di bumi seperti di surga dan diakhiri permohonan dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Sebelum permohonan terakhir doa ini didahului dengan catatan berilah kami, setiap hari makanan kami yang secukupnya. Ungkapan secukupnya diterjemahkan juga dengan rejeki hari ini. Maksudnya adalah memohon kepada Allah apa yang perlu untuk hidup jasmani dan bukan suatu kekayaan atau kemewahan. Matius menulis lepaskanlah kami dari yang jahat. Ungkan yang jahat dapat dimengerti baik sebagai orang yang jahat, iblis maupun segala yang jahat atau kejahatan. Kata pencobaan di sini tidak berarti perbuatan seseorang yang membawa kepada dosa, karena Tuhan tidak membawa manusia kepada dosa. Itu adalah perbuatan iblis dan keinginan-keinginan jahat manusia. Dalam doa janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, kata pencobaan mengandung maksud suasana hidup kita. Ini berarti bahwa kita diajar untuk meminta kepada Tuhan agar suasana hidup kita di dunia ini jangan membawa kita kepada dosa. Kita memohon agar dalam segala suasana hidup, kita melihat penyelenggaran Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Juga di dalam segala suasana Tuhan menyertai dan membantu kita dengan kasih dan rahmat-nya. Secara keseluruhan, doa Bapa Kami merupakan inti sari ajaran mengenai hubungan kita dengan Bapa. Doa ini adalah doa yang termulia dari segala doa yang ada. Doa ini juga merupakan hati dari Injil. Doa Bapa Kami ini terdiri dari dari dua bagian. Pertama, manusia mengarahkan seluruh perhatian kepada Allah. Kedua, manusia membawa segala kebutuhannya sebagai makhluk ciptaan kepada Allah Sang Pencipta. Pada bagian yang pertama, kita berda bukan untuk Tuhan, melainkan meminta kepada Tuhan agar semua makhluk memuliakan nama Tuhan dan melaksanakan kehendak- Nya yang kudus. Kita meminta agar semua manusia membuka hatinya kepada kebaikan dan kehendak-nya untuk membahagiakan manusia. Jika manusia membukan hatinya kepada Tuhan Sang Penyelamat, ia akan diselamatkan. Sedangkan bagian yang kedua dari doa Bapa Kami mengungkapkan keadaan manusia sebagai makhluk dan anak Allah. Manusia memiliki ketergantungan yang penuh kepada Allah. Dalam situasi itu, 39

66 manusia meminta penyelenggaraan ilahi bagi jiwa dan raganya. Sebagai orang berdosa manusia membutuhkan pengampunan dosa. Permohonan ini menunjukkan dia sebagai makhluk yang berdosa tahu juga mengampuni sesamanya. Atas dasar ini, pastilah betapa lebih besar lagi kerelaan Bapa untuk mengampuni dosanya sendiri. Doa Bapa kami bila didoakan dengan penuh penghayatan, diucapkan dengan sadar dan sungguh-sungguh, menyinggung hidup kita sedalamdalamnya. Doa ini secara langsung menghadapkan kita kepada Tuhan dari muka ke muka, dengan doa ini kita melihat dunia ini, diri kita sendiri dan sesame kita sebagai orang-orang yang dikehendaki dan dicintai oleh Allah. Ajaran-ajaran Yesus mengenai doa masih banyak lagi. Namun yang terutama, Yesus mengajarkan kepada kita agar kita berdoa kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada kemurahan Tuhan. Yesus mengajak kita untuk berdoa dengan penuh iman dan harapan, dengan tekun dan tak hentihentinya. Sebagai contoh lihatlah dan injil Luk 11:5-13, sebuah perumapamaan tentang seseorang yang kedatangan tamu pada tengah malam. Ia tidak mempunyai apa-apa untuk disuguhkan kepada tamunya itu. Karena itu ia mengetuk pintu rumah tetangganya dan meminta roti. Walaupun ia merasa sudah mengganggu tetangganya itu, tapi yang jelas bahwa ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Demikian halnya dengan Bapa yang di surga. Dia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang memintanya. Yesus juga selalu mengajarkan kepada kita agar kita meminta dengan penuh harapan dan dengan perkataan yang sederhana saja, juga dengan rendah hati dan ketekunan. Dalam Mat 7:7-8 dikatakan: Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima, setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Karena itu ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan berkaitan dengan doa: a) Percayalah. Setiap doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan didengarkan oleh Tuhan. Itu berarti bahwa doa yang dilakukan dengan penuh iman dan harapan dalam mencitai Tuhan berkenan kepada-nya. Setiap doa itu dikabulan Tuhan. Artinya, doa menurunkan berkat Tuhan atas kita. Hanya saja tidak setiap doa yang menurut kita baik dikabulkan sesuai dengan pikiran kita. Tuhan akan mengabulkan doa kita menurut rencana-nya, sejauh Dia memandang itu yang terbaik untuk kita. Tentu saja doa dan berdoa tidak pernah percuma. b) 1. Berdoa dan beribadat lebih daripada hanya sekedar memintai bahkan lebih daripada meminta berkat dan bantuan Allah dalam kesusahan kita. Allah tahu apa yang paling kita butuhkan (lih. 12:30). 2. Berdoa dan beribadat, pertama-tama adalah berterima kasih dan bersyukur kepada Tuhan. Hidup kita seluruhnya adalah kasih karunia Tuhan. Karena itu, dengan bersyukur kita mengagungkan Tuhan dan kebaikan-nya. 3. Doa adalah pujian atas kemuliaan dan keagungan Allah 40

67 d) Doa juga bermaksud memohon ampun kepada Allah, karena kita sadar akan kelemahan dan doa-dosa kita. Yesus dan para rasulnya, senantiasa menasihatkan kepada kita untuk terus dan tetap berdoa kapan pun dan di mana pun. Banyak doa yang bisa kita gunakan baik yang sudah ada dalam buku-buku doa maupun yang didoakan secara spontan. Yang terpenting adalah bahwa kita berdoa dengan iman dan kepercayaan yang sungguh-sungguh dengan mengarahkan seluruh diri dan hati kita hanya kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan. e. Makna Pribadi Yesus Kristus dalam Hidup Manusia 1) Yesus adalah Juru Selamat Yesus datang untuk menanggapi dambaan manusia yang paling mendalam, yakni keselamatannya sebagai manusia paripurna. Karena itulah Yesus diberi gelar Juru Selamat atau penyelamat. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru Yesus diakui sebagai Juru Selamat karena Ia membebaskan dan menyelamatkan manusia dari dosa serta mendekatkan manusia kepada Allah. Tidak ada nama lain yang begitu erat dihubungkan dengan keselamatan. Siapa yang menyerukan nama-nya, akan selamat (bdk. Kis 2:21). Keselamatan yang dibawa Yesus berhubungan dengan kasih karunia Allah. Melalui Yesus, Allah menyelamatkan manusia bukan karena manusia berhak diselamatkan melainkan semata-mata karena kasih karunia Allah. Walau keselamatan adalah kasih karunia, namun manusia harus menjawab dan memperjuangkan keselamatan itu. Keselamatan Kristen dihubungkan dengan hidup dan perjuangan Yesus yakni mendekatkan hubungan manusia dengan Allah. Yesus sebagai Juru Selamat datang untuk menolong manusia karena manusia tidak dapat menolong diri-nya sendiri dihadirat Allah. Jika kita mengakui Yesus sebagai Juru Selamat, ini berarti bahwa kita bersedia mengikutinya dan bersedia dibaptis sebagai tanda iman akan tawaran keselamatan dari Yesus. Kita menjadikan Yesus sebagai penolong untuk sampai kepada Allah. Kita percaya bahwa Yesus membebaskan kita dari dosa dan maut dan sungguh-sungguh percaya bahwa kita adalah orangorang yang diselamatkan. Maka untuk hidup sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh diselamatkan, kita harus hidup sesuai dengan firman-nya. 2) Yesus adalah Kristus dan Tuhan Gelar Yesus sebagai Kristus dan Tuhan dibandingkan dengan yang lainnya merupakan gelar yang paling terkenal. Kata Kristus berasal dari bahasa Yunani: Khristos, atau Mesias dalam bahasa Ibrani: MASYIAKH, atau dalam bahasa Aram: MeSHIHA yang berarti: Orang Yang Diurapi. Sedangkan Tuhan (dalam bahasa Yunani: Kyrios) berarti: orang yang mempunyai kuasa untuk mengatur atau memimpin; atau juga orang terkemuka dan terhormat. Gelar Kristus dan Tuhan menunjukkan kedudukan dan peranan Yesus sebagai tokoh yang diurapi oleh Allah (bdk. Luk. 2:11) yang memiliki wibawa mulia dan memiliki kuasa untuk memimpin. Gelar Tuhan juga dikaitkan dengan peranan Yesus sebagai Penyelamat manusia. Yesus memiliki kuasa untuk menyelamatkan. Seruan Yesus Tuhan adalah seruan iman. 41

68 Kepercayaan khas orang Kristen adalah kepercayaan akan Yesus, Kristus Tuhan. Dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan, kita menjadikan Yesus sebagai pemimpin dan junjungan kita yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Kita menjadikan kata-kata Yesus sebagai Sabda Tuhan. Kata-kata Yesus adalah ukuran terakhir dan tertinggi. Maka pengakuan kita terhadap Yesus adalah pengakuan iman yang menjadi semboyan perjuangan kita sampai akhir hayat. Pengakuan terhadap Yesus sebagai Tuhan dan Kristus merupakan suatu sikap penyerahan diri kepada-nya dengan segala resiko. 3) Yesus adalah Anak Allah Menurut Kitab Suci, Yesus adalah Anak Allah. Ini mau menunjukkan hubungan yang khas antara Yesus dan Allah. Tidak ada hubungan yang begitu erat dan mesra seperti hubungan Yesus dengan Allah. Gelar Anak Allah juga menunjukkan antara Yesus dengan Bapa berbeda. Meskipun hubungan Yesus dengan Bapa erat dan mesra, namun Yesus tidak pernah sama dengan Allah Bapa karena mereka memiliki peran yang berbeda pula. Gelar Anak Allah juga mau menunjukkan hubungan antara Anak dan Bapa sebagai hubungan yang istimewa terutama dalam segi ketaatan. Anak taat sempurna kepada Bapa- Nya (bdk. Yoh. 4:34). Yesus datang untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Seluruh hidup-nya hanya diperuntukkan bagi Bapa-Nya. Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Yesus sebagai Anak Allah sungguh memperlihatkan wibawa-nya. Umat Kristiani mengakui dan menghayati Yesus sebagai Anak Allah dalam hidupnya. Ini berarti bahwa Yesus menjadi teladan bagi kita dalam hal ketaatan kepada kehendak Allah dari pada ketaatan pada kehendak sendiri. Yesus adalah pribadi yang menampilkan wibawa dan pesona ilahi. Orang berhadapan dengan Yesus berarti berhadapan dengan wibawa dan pesona ilahi itu. Yesus dekat dengan Allah yang tersuci dan pantas dihormati. Sebutan itu menumbuhkan rasa devosi dan penyerahan diri. 3. Yesus Kristus Mewartakan Kerajaan Allah Yesus memulai pewartaan dan karya-nya di Galilea, suatu daerah terpencil, udik dan sering dicemoohkan. Galilealah daerah pertama yang mendengar Kabar Baik yang diwartakan Yesus. Isinya adalahkerajaan Allah sudah dekat! Inilah pokok pewartaan Yesus. Pada saat Yesus mulai mewartakan Kerajaan Allah, banyak orang mengira bahwa suatu kebangkitan nasional dan kemenangan bangsa Israel untuk membebaskan diri dari kuasa politik orang kafir. Ada pula yang berpikir bahwa Kerajaan Allah merupakan suatu campur tangan Allah yang menggoncangkan kekuatan-kekuatan langit dan akan membangkitkan suatu dunia baru pada akhir zaman. Namun, bukan Kerajaan Allah yang macam itu yang diwartakan Yesus! Ia mewartakan tentang Kerajaan Allah yang sama sekali lain. Karenanya banyak orang mempertanyakan existensinya: Siapakah Dia sebenarnya? Memang Yesus 42

69 menggebrak dengan dahyat! Ia mengawali pewartaan-nya dengan suara lantang: Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat! Tetapi apa itu Kerajaan Allah? Suatu konsep? Suatu cita-cita, yang akan diwujudkan pada akhirat nanti? Tidak! Kerajaan Allah bukan sekedar konsep dan cita-cita yang baru kemudian dapat diwujudkan. Kerajaan Allah itu sesuatu yang aktual dan praktis. Sejak awal karya-nya Yesus sudah mewartakan tentang Kerajaan Allah.Bagi masyarakat Yahudi, kerajaan Allah bukanlah istilah yang baru karena istilah tersebut berakar dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama Yahweh adalah Raja dan Israel adalah rakyat-nya. (Kel 19:6). Kerajaan Allah bukanlah sebuah gagasan atau cita-cita tetapi memiliki wujud yang nyata yang diwujudkan dalam tindakan Yahweh yang memberikan tanah yang subur (Ul 8:7-9). Kerajaan Allah merupakan negeri yang benar-benar ada, nyata, dapat disentuh dan dialami oleh orang-orang Yahudi. Selama hidup di negeri itu mereka bahagia. Dan ketika Tuhan membuang mereka ke luar negeri sebagai hukuman karena tidak setia, mereka mengalami kesengsaraan. (Mzm 37:11, 22). a. Paham Kerajaan Allah Dalam perkembangan selanjutnya beberapa kelompok seperti kaum Zelot, kaum Apokaliptik, para Rabbi, bahkan Yesus sendiri menjelaskan tentang paham kerajaan Allah. 1) Menurut kaum Zelot Paham Kerajaan Allah yang dihayati oleh kaum Zelot bersifat nasionalis. Kegiatan mereka bertujuan untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan. Kelompok ini berjuang untuk mengusir para penjajah yang dipandang sebagai orang kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, kemenangan bangsa Israel dapat tercapai dan Kerajaan Allah dapat terwujud. 2) Menurut kaum Apokaliptik Bagi para Apokaliptik, penghakiman Allah akan datang karena dunia ini sudah jahat, sehingga harus digantikan dengan dunia yang baru. Dalam dunia yang baru, yang baik akan dianugerahi kebakaan dan yang jahat akan dihukum. Menurut aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada akhir zaman. Dunia atau zaman ini sudah terlalu jahat/jelek. Setelah zaman ini hilang/lenyap, akan datang dunia yang baru. Pada saat itulah Kerajaan Allah menjadi nyata dan akanada langit dan bumi yang baru. 3) Menurut para Rabi Para Rabi berpandangan bahwa Kerajaan Allah sudah ada dan sedang meraja secara hukum. Pada akhir zaman Allah akan menyatakan kekuasaan-nya sebagai Raja atas semesta alam dengan menghakimi sekalian bangsa. Bangsa Israel dikuasai oleh orang-orang kafir (Romawi) karena dosa-dosa mereka. Apabila Israel taat melakukan hukum Taurat maka penjajah dapat diusir dan dikalahkan; mereka juga akan menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi jika tidak taat dan setia, mereka akan dikuasai oleh bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Maka menurut para Rabi, hadirnya Kerajaan Allah merupakan tanda kesetiaan bangsa Israel terhadap hukum Taurat. 43

70 4) Menurut Yesus Kerajaan Allah menurut Yesus bukan hanya merupakan sebuah suasana tetapi juga merupakan kerajaan yang memiliki matra tempat dan sungguh nyata. Pengertian ini diperoleh Yesus dari pengertian Kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama. Pengertian tersebut kemudian diperkembangkan lagi oleh Yesus. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ungkapan Yesus yang berbunyi: Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Mat 5:3); Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Surga (Luk 6:20). Dengan mewartakan Kerajaan Allah (Matius: Kerajaan Sorga) Yesus memberitakan tentang suatu daerah baru yang dikuasai oleh Allah sebagai Bapa. Menurut Yesus, Kerajaan Allah terwujud apabila kemiskinan, cinta, damai, kerukunan dan keutamaan-keutamaan lain seperti terdapat dalam Khotbah di Bukit menjadi kenyataan; Kerajaan Allah datang apabila kehendak Bapa yang sebenarnya terlaksana:.datanglah karajaan-mu, jadilah kehendak-mu diatas bumi seperti didalam sorga (Mat 6:10), roh jahat terusir (Mat 12:28), manusia berbalik dari dosa (Mat 4:17) Kerajaan Allah juga memiliki ruang, karena itu Yesus selalu berkata: Masuklah ke dalam Kerajaan Allah. Dan untuk masuk dalam Kerajaan Allah kita harus dilahirkan dari air dan roh (Yoh 3:3-5), menjadi seperti anak kecil (Mat 18:3), menjalani hidup keagamaan dengan benar (Mat 5:20), melaksanakan apa yang kita katakan (Mat 7:21), benar-benar mencintai saudara-saudari kita (Mat 25:31-46). Apa itu sebenarnya Kerajaan Allah itu? Kerajaan Allah merupakan suatu kenyataan bahwa Allah secara radikal menyatakan cinta-nya kepada manusia dan manusia secara radikal pula beriman dan berpasrah kepada Allah yang mencintai itu.kerajaan yang diberitakan Yesus, bukanlah Kerajaan yang belum ada. Kerajaan itu sedang datang. Fajarnya telah merupakan suatu kenyataan di bumi. Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana, sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu (Luk 17:20-21).Walaupun tidak terjadi sesuatupun yang kelihatannya menggoncangkan bumi, namun waktu yang ditetapkan Allah (seperti yang kitabaca dalam nubuat para nabi: Yes 24:21-23; 52:7; Ob 21; Za 14:19) telah genap, telah penuh. Allah sedang bertindak. Allah sedang memperhatikan, mengindahkan dan mencintai manusia. Allah sedang menyelamatkan manusia. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus menyatakan sesuatu tentang Allah dalam relasi-nya dengan manusia dan sekaligus juga tentang manusia dalam hubungannya dengan Allah. Kerajaan Allah itu sudah ada di tengah-tengah manusia. Secara konkret ada dalam diri Yesus sendiri. Dalam pewartaan Yesus selama tiga tahun berkeliling di Palestina, kentaralah bahwa Kerajaan Allah itu sudah ada karena kehadiran Yesus itu sendiri. Di dalam penampilan Yesus, di dalam apa yang dikatakan dan dikerjakan-nya, menyingsinglah fajar Kerajaan Allah itu. Kerajaan Allah merupakan suatu kenyataan, sebab bagi Yesus Pemerintahan Allah bukan sekedar suatu konsep atau ajaran, melainkan terutama suatu kenyataan yang dialami-nya. Yesus tertangkap dan terpikat hati-nya oleh Kerajaan Allah itu 44

71 sedemikian rupa, sehingga seluruh diri, hidup dan karya-nya di satu pihak merupakan sebuah kenyataan dan perayaan Pemerintahan Allah itu dan di lain pihak suatu contoh bagaimana hukum-hukum Kerajaan Allah, misalnya cinta kasih, keadilan dan perdamaian, terlaksana secara sempurna di dalam diri-nya. Cara hidup Yesus membuat Kerajaan Allah menjadi kelihatan/nyata. Yesus memperlihatkan di mana ada cinta sejati, keadilan dan perdamaian, di situ Allah meraja. Oleh sebab itu orang yang menerima warta tentang Kerajaan Allah dituntut untuk hidup sesuai ajaran yang ditetapkan Yesus dalam hukum Cinta Kasih dan Kedelapan Sabda Bahagia. Yesus sendiri menghayati dan memberi contoh bagaimana harus hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Ia berkeliling di Palestina sambil berbuat baik. Ia memihak mereka yang dalam masyarakat tak berdaya dan tak berhak serta orang-orang berdosa. Dalam cara hidup Yesus Kerajaan Allah menjadi konkret, yaitu dalam keterlibatan Yesus demi kesejahteraan manusia, dalam keprihatinan-nya demi keutuhan manusia, termasuk keutuhan jasmani. Ia menyembuhkan penyakit dan mengusir setan. Dengan demikian pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah mempunyai dua dimensi yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Pertama: dimensi ortodoksi, yakni kepercayaan dan pengharapan akan keselamatan dari Allah yang sedang berlangsung di tengah-tengah kita. Kedua: dimensi ortopraksis, yakni cara hidup kita yang tepat untuk menyambut karya penyelamatan Allah itu.menjadi jelaslah bahwa Kerajaan Allah bukan sekedar konsep atau cita-cita, tetapi suatu kenyataan yang sedang dibangun dan kita dituntut terlibat di dalamnya. b. Pokok Warta Yesus mengenai Kerajaan Allah Dalam pewartaan-nya tentang Kerajaan Allah, Yesus mau menyatakan bahwa Allah telah meraja terutama dalam diri Yesus sendiri dan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina dan berkarya dengan segala perbuatan baik, mengajar dan membuat mukjizat, itu semua merupakan bukti bahwa Kerjaan Allah sebenarnya sudah mulai dibangun ditengah umat yang percaya. Maka beberapa pokok warta Yesus tentang Kerajaan Allah adalah sebagai berikut: 1) Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus mengakui kekusaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-nya, sehingga terciptalah kebenaran, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. 2) Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Saat itulah Allah benar-benar meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan tindakan cinta kasih. Mereka yang melakukan tindakan cinta kasih akan masuk kedalam Kerajaan Allah dan berbahagia, sedangkan mereka yang tidak melakukan tindakan tersebut tidak akan diperkenankan untuk masuk kedalam Kerjaan Allah (Mat 25:31-46). 3) Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu sudah dekat. Dapat dikatakan sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Maka orang harus menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada kabar baik (Injil) yang disampaikan Yesus. 45

72 4) Kerajaan Allah adalah warta mengenai masa depan dunia ini yaitu yang miskin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan akan memperolah kelepasan (Mat 5:1-12). Namun perlu diperhatikan bahwa untuk memperoleh masa depan yang demikian dibutuhkan sebuah perjuangan. Untuk itulah selama hidup-nya Yesus berjuang agar kabar gembira itu benar-benar terwujud. Dengan seluruh hidup-nya Yesus menyatakan misi-nya untuk mewartakan Kerajaan Allah bahkan sampai mengurbankan diri-nya di salib. Dengan perjuangan yang demikian, diharapkan orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan dan kebenaran. 5) Agar Kerajaan Allah benar-benar meraja, kepada setiap orang Yesus memberi tugas untuk meneruskan perjuangan-nya itu, yakni dengan mengusahakan damai sejahtera, sukacita, keadilan dan kebenaran ditengah-tengah dunia dan masyarakat. Beberapa hal mengenai Kerajaan Allah yang dapat kita ketahui dari uraian Yesus adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Kerajaan Allah terjadi secara diam-diam, tidak nampak dan rahasia. Seperti benih yang ditaburkan lalu mengelurkan tunas, bertumbuh berkembang dan berbuah sampai tiba waktunya untuk dipanen. Bagaimana terjadinya, tidak ada yang tahu (Mrk 4:26-29). Kegagalan dan keberhasilan Kerajaan Allah. Seperti benih yang ditabur oleh penabur, ada yang jatuh di pinggir jalan, ditanah yang berbatu-batu, ditengah semak berduri dan ditanah yang baik. (Mrk 4:1-9). Permulaan Kerajaan Allah itu kecil, seperti biji sesawi atau ragi (Luk 13:18-21) Kerajaan Allah menuntut orang untuk meninggalkan hal-hal yang sebelumnya dianggap penting, berharga dan mengisi hatinya. Kerajaan Allah begitu menggembirakan sehingga orang yang memperolehnya akan membuang apa saja yang sebelumnya dianggap penting (Mat13:44-46) Kerajaan Allah itu terancam oleh kejahatan yang tidak nampak, seperti ilalang diantara gandum, atau ikan yang buruk diantara ikan yang baik (Mat 13:24-20). Melalui berbagai perumpamaan tentang Kerajaan Allah, Yesus berusaha untuk menyadarkan para murid tentang Kerajaan Allah yang dinamis, tetapi memiliki sifat tersembunyi. Yesus selalu menolak untuk ditarik oleh orang-orang Yahudi yang memanfaatkan pengertian Kerajaan Allah untuk memperolah kemerdekaan politik. Sesungguhnya yang ditawarkan Yesus jauh lebih radikal. Yesus melihat kemungkinan dilahirkannya masyarakat baru yang didasarkan pada nilai-nilai yang tinggi. Dari prinsip-prinsip kebenaran, cinta kasih, pelayanan tanpa pamrih dan kerukunan yang disampaikan oleh-nya, lahirlah strategi yang akan dan harus memperbaharui tata susunan politik. Prioritas Yesus adalah bukan terletak pada tata susunan politik itu sendiri, melainkan pada kesadaran akan nilai-nilai luhur itu dalam diri masing-masing orang sebagai pribadi dan bersama-sama sebagai masyarakat: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33) 46

73 c. Makna Kerajaan Allah Bagi Orang Kristiani Seluruh hidup Yesus merupakan pernyataan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah nyata terutama dalam diri Yesus. Kerajaan Allah merupakan inti pewartaan Yesus tentang kabar baik yang disampaikan-nya kepada manusia. Bagi orang Kristen, Kerajaan Allah tidak berarti kerajaan yang terletak disuatu tempat didunia baka ini dimana Allah menjadi raja. Tetapi yang dimaksudkan adalah kuasa Allah sebagai raja serta martabat kerajaan-nya. Kerajaan Allah berarti Allah sebagai Raja yang berkuasa atas alam semesta (dunia dan manusia). Karena Allah sebagai Raja, maka Ia memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga manusia mengalami kebahagiaan dan keselamatan. Segalanya aman sentosa, damai sejahtera karena semua yang menekan manusia hilang; penderitaan dan sengsara tidak ada lagi. Kerajaan Allah juga berarti Allah memerintah sebagai raja yang dilukiskan oleh Yesus sebagai Bapa. Allah itu adalah Bapa yang sungguh baik hati dan suka mengampuni. Allah meraja dengan kasih, maka manusia dituntut untuk bersikap pasrah dan penuh iman kepada-nya. Allah menjadi sandaran, harapan dan andalan bagi manusia, karena itu manusia tidak boleh mengandalkan harta, kekuasaan, jabatan/pangkat, kedudukan, nama besar bahkan dirinya sendiri. 4. Sengsara, Wafat Dan Kebangkitan Yesus a. Sengsara Yesus. Yesus mengetahui bahwa ia akan menghadapi sengsara dan penderitaan sebagai konsekwensi dari hidup dan pewartaan-nya yang dianggap menggugat kemapanan banyak pihak. Sebelum Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama para murid-nya. Dalam perjamuan itu, Yesus banyak memberikan wejangan dan nasihat serta amanat untuk para murid-nya. Dalam Perjamuan Terakhir itu pula Yesus mendirikan Ekaristi. Dikisahkan dalam Injil bahwa sebelum menderita sengsara Ia berkumpul dengan para murid untuk mengadakan perjamuan. Ia mengambil roti mengucap syukur dan memberikan kepada para murid-nya, seraya berkata: Ambillah dan makanlah. Inilah Tubuh- Ku yang diserahkan bagi kamu. Demikian juga dilakukan-nya dengan piala. Ia mengambil piala dan menyerahkan-nya kepada para murid sambil berkata: Terimalah dan minumlah. Inilah piala darah-ku, darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagi kamu dan bagi semua orang. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku. Tubuh dan darah Yesus adalah Yesus sendiri yang dikorbankan bagi kita manusia. Yesus menyerahkan tubuh dan darah-nya agar kita selamat. Korban inilah yang selalu kita kenangkan setiap kali kita merayakan ekaristi. Yesus menyadari bahwa waktunya sudah dekat. Karena itu sesudah perjamuan, pergilah Yesus dan murid-murid-nya ke taman Getsemani. Di taman Getsemani Yesus mempersiapkan diri secara khusus untuk menerima penderitaan-nya. Ia menyadari bahwa ia harus menghadapi penderitaan-nya dan tidak mungkin untuk menghindar, karena itu ia berdoa kepada Bapa-Nya. Sebagai manusia biasa, Yesus merasakan ketakutan yang luar biasa sehingga keringat dingin-nya mengucur bercampur darah. Dalam situasi seperti ini Ia berseru: Ya Bapa-Ku, jika Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-ku; tetapi bukanlah kehendak-ku, melainkan kehendak-mulah yang terjadi. (Luk 22:42; 47

74 Mat 26:39; Mrk14:36). Ketakutan yang dialami Yesus membuat Dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan saat itu Allah memberikan kekuatan kepada-nya lewat kehadiran seorang malaikat. Doa menjadi bagian hidup dan sumber kekuatan bagi Yesus. Selama hidup-nya, Yesus sering berdoa. Ia bahkan selalu mencari tempat yang sunyi untuk berbicara dengan Allah. Kebiasaan ini pula diketahui oleh para murid-nya karena Yesus juga selalu mengajak mereka. Pada sat Ia sedang berdoa di taman Getsemani itulah Ia ditangkap. Hal ini terjadi karena pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu Rasul dan sahabat-nya sendiri. Ia sudah dijual hanya dengan harga 30 keping perak. Seperti seorang penjahat besar, Yesus ditangkap oleh sejumlah pasukan yang bersenjata lengkap dan didakwa bertubi-tubi. Mula-mula, Yesus dibawa kerumah Imam Besar untuk diadili disana. Yang menjabat sebagai Imam Besar pada saat itu adalah Kayafas. Bersama mertuanya Hanas, Kayafas melakukan pemeriksaan terhadap Yesus dan menanyakan tentang identitas dan ajaran-nya. Yesus memberikan tanggapan yang membuat mereka yang memeriksa-nya dan mengikuti sidang tersebut menjadi jengkel. Sesungguhnya para pemukan agama ingin menjebak Yesus agar dapat menemukan kesalahan yang dapat membawa Yesus pada vonis hukuman mati. Dan jebakan tersebut berkaitan dengan Bait Allah, karena mereka tidak mau Yesus ikut campur tangan. Yesus pernah membuat kegemparan dengan mengusir para pedagang yang berada di Bait Allah (lih. Mat 21:12; Mrk 11:15; Luk 19:45). Bagi orang Yahudi, Bait Allah adalah pusat keagamaan mereka, sedangkan bagi pemuka agama, Bait Allah merupakan pusat kekuasaan, juga pusat penghasilan mereka. Apabila Bait Allah dihancurkan maka mereka akan kehilangan tempat ibadah, kedudukan, jabatan dan kekuasaan serta penghasilan. Karena itu dengan alasan mempertahankan stabilitas sistem keamanan secara nasional, para pemuka agama meletakkan titik kesalahan pada Yesus. Pewartaan dan tindakan Yesus memang baru, dengan merombak ajaranajaran agama Yahudi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaksenangan dalam diri pemimpin agama yang beranggapan bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa. Barangsiapa yang merongrong agama berarti juga merongrong bangsa. Perubahan terhadap ajaran agama dianggap akan mendatangkan murka Allah sehingga riwayat bangsa Yahudi akan berkhir. Di luar pengadilan itu, seorang rasul/sahabat kepercayaan-nya dengan bersumpah mengatakan secara terbuka bahwa ia tidak mengenal Yesus. Nasib sial apa yang menimpa Yesus pada malam itu? Atas nama seluruh bangsa, para rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah untuk diadili. Mereka sudah mengatur skenarionya: Yesus harus mati digantung. Dan itu terjadi. Pengadilan di depan Pilatus itu hanya untuk memenuhi formalitasnya saja. Semua sudah diatur. Pemerintah penjajah pun tidak keberatan. Demi kepentingan politik dan stabilitas, apa artinya satu nyawa dihilangkan. Jadilah Yesus dihukum mati digantung. Pelaksanaan hukuman mati itupun berjalan mulus. Itulah akhir perjalanan hidup Yesus. b. Wafat Yesus Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman kepada Yesus walau Ia tidak bersalah. Murid-murid dan teman-teman Yesus tidak mampu membela- 48

75 Nya.Justru mereka semua meninggalkan Yesus dan membiarkan Dia dihukum mati (disalib). Menurut keyakinan orang Yahudi, mati dikayu salib merupakan tanda bukti bahwa seseorang dibuang oleh Allah sendiri. Mati disalib berarti dibuang oleh bangsanya dan dikutukoleh Allah. Selama tiga tahun Ia telah mengabdikan seluruh hidup-nya bagi Allah dan bangsa-nya. Hampir tidak mempunyai tempat tinggal, sering tidur di bawah langit dan berbantalkan batu, Ia telah menjelajahi seluruh negeri, masuk keluar kota dan dusun, menyusuri pantai dan melayari tasik, mendaki gunung dan menjalani lereng-lereng bukit hanya untuk mewartakan Kabar Gembira dan berbuat baik untuk bangsa-nya. Apakah adil hidup-nya harus berakhir pada sebuah salib? Di manakah orang-orang lumpuh, bisu tuli, para penderita kusta yang telah disembuhkan? Di manakah ribuan orang yang telah memakan roti sampai tersisa itu? Di manakah mereka semua yang telah dihibur-nya, diteguhkan hatinya dan diselamatkan dari gangguan setan-setan? Di manakah murid-murid, yang telah digembleng-nya secara khusus selama tiga tahun? Apakah semua telah menjadi sia-sia? Dan di mana Allah Bapa, yang kehendak- Nya telah ditaati-nya sepatuh-patuhnya? Bukankah hukuman mati di salib merupakan penghinaan yang paling kejam, hukuman yang hanya boleh dikenakan pada para budak dan pemberontak? Bukankah bagi bangsa Yahudi hukuman mati di salib merupakan kenyataan bahwa seseorang telah dibuang oleh bangsanya dan dikutuk oleh Allah? Ya Allah, Ya AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46). Bukankah ini suatu seruan putus asa dari Yesus di akhir hidup-nya? Apakah Ia telah kalah? Apakah akhirnya musuh-musuhlah yang benar dan menang? Bukankah kematian-nya merupakan suatu bukti bahwa Allah tidak di pihak Yesus? Apakah Yesus telah gagal? Ternyata tidak! Yesus tahu, apa yang Dia katakan dan apa yang Dia buat. Dia tahu pula, bahwa apa yang Dia buat dan Dia katakan tidak menyenangkan banyak pihak. Bahkan mengancam kepentingan pihak-pihak itu. Dan pihak-pihak inilah yang berpengaruh dan mempunyai kuasa dalam masyarakat, khususnya dalam bidang keagamaan. Ia tahu pula risikonya kalau menentang golongan yang berkuasa. Tetapi apakah dengan itu Yesus harus mundur atau mengambil sikap kompromistis? Bukankah bijaksana mengelakkan bahaya yang lebih besar? Tetapi tidak dengan Yesus. Ia tidak mundur! Ia konsekuen dengan apa yang dikatakan-nya dan apa yang telah mulai dikerjakan-nya. Ini menyangkut nilainilai fundamental Kerajaan Allah. Ia harus konsekuen. Ia harus maju, apapun risikonya, walau sebagai manusia Ia takut dan gemetar. Ia berusaha maju dengan kepala tegak. Ia berjuang untuk menjadi tuan atas penderitaan-nya. (Kalau kita membaca keempat Injil kesan ini muncul dengan kuat sekali). Yesus rupanya menyadari bahwa penderitaan dan kematian-nya adalah bagian dari misi dan tugas-nya. Kalau Dia mundur, bagaimana dengan nasib Kerajaan Allah yang telah mulai diwartakan dan dibangun-nya itu? Bukankah Kerajaan Allah itu telah mulai direalisir justru dalam diri-nya? Nilai-nilai Kerajaan Allah seperti: cinta kasih, keadilan dan perdamaian mulai menguncup. Apakah semua itu harus mati lagi oleh kekuatan kejahatan? Dan kalau Dia mundur, bagaimana dengan pengikutpengikut-nya kelak? Bukankah Dia ada untuk menolong, mendukung, memajukan, memerdekakan dan membahagiakan orang lain? Tidak!! Yesus sadar bahwa sengsara dan kematian-nya merupakan bagian dari karya penyelamatan. 49

76 Ia merupakan tebusan, seperti yang telah dialami oleh banyak nabi terdahulu. Bukankah Ia telah berkata: Biji gandum harus jatuh dan mati untuk menghasilkan banyak buah? Karena ketaatan-nya kepada kehendak Bapa, kematian Yesus justru menyelamatkan banyak orang dan membawa orang semakin dekat dengan Allah. Ia telah menyatukan antara surga dan dunia berkat wafat-nya. Hal ini terbukti dari cara wafat Yesus. Keempat Injil mencatat kematian Yesus justru disertai dengan tanda-tanda alam yang sangat dasyat, seperti: kegelapan yang meliputi seluruh daerah dan gempa bumi yang menyebabkan terbelahnya tabir Bait Allah menjadi dua. (lih. Mat 27:45-56; Mrk 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Peristiwa ini disaksikan oleh banyak orang termasuk kepala pasukan, sehingga ia memuliakan Allah dan berkata: Sungguh orang ini adalah orang benar. Kuasa kegelapan tampak seakan-akan menunjukkan kekusaannya atas seluruh dunia. Namun pada saat Yesus wafat semua cahaya dipusatkan pada salib. Kegelapan sering dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan dan adanya bahaya. Kegelapan menjadi lambang ketidak-berdayaan. Peristwa kegelapan yang terjadi saat kematian Yesus mempunyai arti khusus yakni keterlibatan Allah atas kematian Yesus. Melalui kegelapan yang diciptakan-nya, Allah mau menyatakan terang kehidupan baru yang akan muncul. Dari kegelapan lahirlah Mesias yang membuka sejarah keselamatan baru bagi semua bangsa di dunia. Tanda lain yang menyertai wafat Yesus adalah terbelahnya tabir Bait Allah menjadi dua. Hal ini membawa perubahan yang radikal. Tabir Bait Allah yang dimaksudkan untuk memisahkan ruang yang dikhususkan bagi para iman dan orang-orang yang tidak percaya, kini dihancurkan. Hal ini menunjukkan bahwa kematian Yesus membawa kedekatan Allah dengan manusia. Allah terbuka bagi semua bangsa. Allah tidak lagi tinggal di tempat terasing, dalam ruang khusus dan tertutup, melainkan berada diantara kita. Ia bahkan sangat dekat dengan kita. Maka semua orang tanpa terkecuali boleh datang kepada Allah. Dipuncak Golgota di atas kayu salib, penyertaan Allah semakin nyata, yakni penyertaan untuk merangkum penderitaan manusia. Manusia tidak perlu takut akan penderitaan karena Allah akan selalu beserta manusia dalam segala situasi. Sengsara dan kematian-nya harus merupakan pengabdian-nya yang terakhir. Pengabdian karena kasih demi Kerajaan Allah, demi manusia. Yesus percaya bahwa kemudian akan bangkit orang-orang seperti Dia untuk membangun Kerajaan Allah. Ia telah memberi jalan. Ia adalah contoh. Ia adalah teladan. Ia adalah idola. Dalam Dia siapa saja dapat melihat bagaimana seorang manusia sejati bertindak. Kiranya jelas bahwa penderitaan dan kematian Yesus adalah kesaksian yang paling final dan paling utama tentang Kerajaan Allah. c. Kebangkitan Yesus Kebangkitan Yesus adalah dasar dari semua iman Kristen. Injil sebenarnya tidak menceritakan kebangkitan Yesus, tetapi hanya menceritakan tentang kubur kosong dan penampakan-penampakan.apa yang diwartakan oleh makam kosong adalah kebangkitan Kritus sebagai misteri penyelamatan. Makam terbuka berarti duka cita dan kegelapan sudah diganti oleh suka cita dan terang kebangkitan. Tanda lain akan kebangkitan Yesus adalah penampakan. Orang-orang pertama yang bertemu dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari 50

77 Magdala dan wanita-wanita saleh yang datang ke pemakaman untuk meminyaki jenasah Yesus (lih. Mrk 16:1) yang dengan tergesa-gesa dimakamkan pada hari jumat karena hari sabat segera tiba. Dengan demikian, para wanita itu merupakan orang pertama yang membawa berita tentang kebangkitan Yesus. Sesudah itu, Yesus menampakan diri kepada para rasul lebih dahulu kepada Petrus, kemudian kepada keduabelas murid-nya. Penampakan Yesus ini sungguh membawa makna, yaitu Yesus memperkenalkan kepada para murid dan gereja-nya suatu cara kehadiran yang baru.untuk tujuan itu penampakan yang terjadi selama 40 hari merupakan masa peralihan. Dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-nya. Yesus yang telah bangkit merupakan alam ciptaan baru di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran yang parmanen, yakni: Melalui Sabda-Nya Sejak bangkit dari alam maut Yesus hadir ditengah-tengah kita melalui sabda-nya, misalnya dalam cerita tentang dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35).Waktu mereka sedang berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh oleh rupa Yesus. Tetap hati mereka mulai berkobar-kobar ketika ia mulai berbicara dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih. Luk 24:32). Dalam sabda mereka berjumpa dengan Yesus. Melalui tanda Yesus membuat para murid mengenal-nya melalui tanda yakni memecahmecahkan roti. Tanda ini oleh gereja diwujudkan dalam Sakramen Ekaristi. Untuk seterusnya, Yesus akan memberikan diri-nya dalam Perayaan Ekaristi Melalui Roh Kudus-Nya Yesus hadir ditengah para murid-nya melalui Roh-Nya.Sebagai tanda kehadiran Roh, Yesus telah menghembusi dan memberikan Roh kepada mereka. Untuk seterusnya mereka akan terus menjumpai Yesus melalu Roh-Nya. Melalui jabatan kegembalaan Petrus dan melalui kuasa apostolik untuk mengampuni dosa Tuhan yang telah bangkit itu tetap hadir ditengahtengah umat-nya. Tidak setiap orang dapat mengalami kehadiran Yesus, sebab untuk mengenal dan mengetahui kehadiran Yesus diperlukan adanya iman. Para murid yang menuju Emaus mengenal Yesus ketika mereka mulai membuka hati bagi sabda-nya. Bukan mata kepala, tetapi mata iman yang menyebabkan pengenalan yang sebenarnya. Bahkan Thomas yang tak percaya sebetulnya orang yang bersedia menyerahkan diri kepada Kristus (Bdk. Yoh 11:16). Maksud cerita penampakan kepada Thomas adalah setiap orang yang menyerahkan diri kepada Yesus boleh merasa pasti dan yakin akan kehadiran-nya, meskipun ia tidak melihat Yesus. Makna kebangkitan Yesus bagi kita: 1. Kebangkitan Yesus mensahkan dan melegitimasi apa yang telah dilakukan dan diajarkan-nya. Semua kebenaran juga yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat kebenaran oleh kebangkitan Yesus. 51

78 2. Dalam kebangkitan Yesus, terpenuhilah janji-janji Perjanjian Lama (Bdk. Luk 24:26-27) dan janji Yesus selama hidup-nya di dunia. Dengan kebangkitan Yesus terpenuhilah nubuat-nubuat Perjanjian Lama. 3. Kebangkitan menegaskan ke-allah-an Yesus. Ia telah mengatakan Apabila kamu meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia (Yoh. 8:28). Kebangkitan Yesus menerangkan bahwa Ia sungguh-sungguh Putra Allah. Kebangkitan Yesus berhubungan erat dengan penjelmaan Putra Allah menjadi manusia. 4. Rahasia paskah mempunyai dua sisi, yakni: dengan kematian-nya Yesus membebaskan kita dari dosa, dan dengan kebangkitan-nya Yesus membuka pintu menuju kehidupan baru. Hidup baru menempatkan kita kembali ke dalam rahmat Allah (Bdk. Rm 4:25), supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati demikian juga kita hidup dalam hidup yang baru. 5. Kebangkitan Yesus adalah dasar kebangkitan kita yang akan datang. Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung (I Kor 15:20). Dengan kebangkitan-nya Yesus masuk ke dalam kemuliaan Ilahi. Kebangkitan Yesus adalah kepenuhan hidup-nya. Namun kebangkitan Yesus dimulai dan diwartakan tidak hanya sebagai kepenuhan hidup Yesus, tetapi terutama sebagai sumber keselamatan manusia. Karena itu wafat dan kebangkitan Yesus harus diwartakan. C. ALLAH TRITUNGGAL Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui satu Allah yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi: Alla Bapa dan Putera dan Roh Kudus, di mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Istilah Tritunggal (Inggris: trinity, Latin: trinitas) mengandung arti tiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah. Istilah "pribadi" dalam bahasa Yunani adalah hupostasis, diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person). Sejak awal abad ketiga doktrin Tritunggal telah dinyatakan sebagai "Satu keberadaan (Yunani: ousia, Inggris: beeing) Allah di dalam tiga Pribadi dan satu substansi (natur), Bapa, Anak, dan Roh Kudus ". Kamus Oxford Gereja Kristen (The Oxford Dictionary of the Christian Church) menjelaskan Trinitas sebagai "dogma sentral dari Teologi Kristen". Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliran-aliran Kristen, seperti:katolik, Protestan, dan Ortodoks. Alkitab, baik dalam Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru, tidak secara eksplisit menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi keberadaan Bapa, Putra dan Roh Kudus tersirat dalam banyak ayat, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan rumusan dalam perintah tentang pembaptisan dimatius 28:19: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.". Doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah berdasarkan Firman Tuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: "Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku", dapat digunakan untuk menjelaskan istilah "pribadi", "sifat", "esensi", "subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para Rasul. 52

79 Etimologi Diagram "Scutum Fidei" atau "Perisai Trinitas" dari simbolisme Kristen Barat tradisional. Kata Trinitas berasal dari Bahasa Latin: "trinus" dan "unitas" yang berarti "tiga serangkai atau tritunggal". Kata benda abstrak ini terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang merupakan kata benda abstrak yang dibentuk dari unus (satu). Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang berarti "satu set dari tiga" atau "berjumlah tiga". Penggunaan tercatat pertama dari kata Yunani ini dalam teologi Kristen (meskipun bukan tentang Trinitas Ilahi) adalah oleh teofilus dari Antiokhia pada sekitar 170. Tertulianus, seorang teolog Latin yang menulis pada awalabad ke-3, yang dianggap menggunakan kata-kata "Trinitas", "persona" dan "substansi" menjelaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah "satu dalam esensi - bukan satu dalam Persona". Sekitar satu abad kemudian, pada tahun 325, Konsili Nicea menetapkan doktrin Trinitas sebagai Ortodoksi dan mengadopsi Pengakuan Iman Nicea, yang menggambarkan Kristus sebagai "Allah dari allah, Terang dari terang, maha Allah dari maha Allah, diperanakkan, bukan dibuat, satu substansi (homoousios) dengan Bapa". Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Allah itu Esa. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ulangan 6:4). Kata TUHAN berasal dari kata bhs Ibrani YHWH. Kata Allah berasal dari kata Ibrani Elohim. Kata esa berasal dari kata Ibrani Echad yang artinya adalah Satu. Maksud satu di sini adalah Unified One, sama dengan kata satu dari dua menjadi satu daging di dalam Kejadian 2:24. Kata satu di sini mengandung arti satu kesatuan (compound unity). Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensi-nya atau keberadaan-nya (YHWH Yg Esa), sedangkan keragaman-nya diekspresikan dalam gelar Elohim (yg merupakan bentuk kata Jamak). Di dalam Perjanjian Lama, ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai ketritunggalan adalah dalam Kejadian 1:26: Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikanikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Selain itu, terdapat juga dalam Kejadian 3:22 dan Kejadian 11:7. Kata Kita merupakan bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak 53

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 1 KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Di Perguruan Tinggi Umum (Edisi Revisi) Diterbitkan oleh: KOMISI KATEKETIK

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Edisi : Januari 2011 MATA KULIAH KODE MATA KULIAH PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI Hlm. 1 Dosen: KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI 612103; 3: 3-0) Semester Ganjil 2016-2017 Universitas Lampung http://staff.unila.ac.id/fxsusilo 1) F.X. Susilo Kantor:

Lebih terperinci

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS Semua FAKULTAS Program Studi Semua Program Studi BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik Kode Mata Kuliah : HUH1C2 SKS : 2 (dua) SKS Semester

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KONTRAK PERKULIAHAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Kode & Nama Mata Kuliah: PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Jumlah sks: Fasilitator: Kontak: Waktu kuliah : Waktu Konsultasi: 2 sks

Lebih terperinci

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI KP hlm. 1 Dosen: KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI 612103; 3: 3-0) Semester Genap Tahun Akademik 2013-2014 Universitas Lampung http://staff.unila.ac.id/fxsusilo 1)

Lebih terperinci

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS Semua FAKULTAS Program Studi Semua Program Studi BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Pendidikan Agama Katolik Kode Mata Kuliah : HUH1C2 SKS : 2 (dua) SKS Semester

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1075 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP GBPP

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP GBPP GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP GBPP 10.05.03 002 Revisi Ke 2 Tanggal 1 September 2015 Dikaji Ulang Oleh Ketua Program Studi Ilmu Gizi Dikendalikan Oleh GPM Disetujui

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS - 1822 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Silabus. MPK 1022 Pendidikan Agama Katolik. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Silabus. MPK 1022 Pendidikan Agama Katolik. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Silabus MPK 1022 Pendidikan Agama Katolik Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi,

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN RANCANGAN PEMBELAJARAN (TUGAS PEDAGOGIK DASAR)

FORMAT LAPORAN RANCANGAN PEMBELAJARAN (TUGAS PEDAGOGIK DASAR) FORMAT LAPORAN RANCANGAN PEMBELAJARAN (TUGAS PEDAGOGIK DASAR) 1) Sampul ( Warna sampul kulit kuning muda ) 2) Diketik ukuran : kertas A4/70 gsm, Jumlah Laporan : 2 eksemplar (jilid) 3) Lembar Pengesahan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah: UM0082/2 sks Program Studi: S 1 Sistem Informasi INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN INFORMATIKA ASIA PERBANAS Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12940,

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KONTRAK PERKULIAHAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Kode & Nama Mata Kuliah: PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Jumlah sks: Fasilitator: Kontak: Pdt. Sundoyo, S.Si, MBA. 081578057600.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Mata Kuliah Semester SKS Pengampu PENDIDIKAN PANCASILA : Pendidikan Pancasila : I (satu) : 2 (dua) : Heniyatun, SH., M.Hum Kompetensi Mahasiswa mampu membangun paradigma baru dalam dirinya sendiri berdasar

Lebih terperinci

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita:

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita: Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING Intro Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita: Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang

Lebih terperinci

Satuan Acara Perkuliahan

Satuan Acara Perkuliahan Satuan Acara Perkuliahan Mata Kuliah Kode Mata Kuliah SKS Waktu Pertemuan Pertemuan Ke : Pendidikan Agama Kristen Prostestan : UM-10-021 : 2 SKS : 100 menit : 1 (ke satu) A. Tujuan 1. Kompetensi Utama

Lebih terperinci

MANUSIA. banjir di Solo

MANUSIA. banjir di Solo MANUSIA Hidup manusia tidak lepas dari berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut baik bersifat pribadi, sosial maupun hingga bencana alam. Masalah yang bersifat pribadi dapat dilihat mulai dari masalah

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 5/09/2016 Tanggal revisi dd/bb/thn Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Kode Prodi:

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU - 554 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA - 980 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN MATA KULIAH ILMU ALAMIAH DASAR

KONTRAK PERKULIAHAN MATA KULIAH ILMU ALAMIAH DASAR KONTRAK PERKULIAHAN MATA KULIAH ILMU ALAMIAH DASAR Oleh: Dra. Mestawati As. A, M.P Drs. Muchlis Djirimu, M.Pd Drs. Syamsu, M.Si. Ritman Ishak Paudi, S.Pd., M.Si Nur aini, S.Pd., M.Pd. Novia S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS - 1927 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1 UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA Fabianus Selatang 1 Abstrak Konsep keselamatan dalam Katolik jelas berbeda dengan pengertian keselamatan dalam agama-agama

Lebih terperinci

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA HINDU SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA HINDU SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA HINDU SEMESTER I Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2014/2015 KONTRAK PERKULIAHAN Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat BAB IV HATI NURANI A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Memahami nilai nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki laki yang memiliki rupa rupa kemampuan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS - 1696 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PENDIDIKAN KARAKTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PENDIDIKAN KARAKTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PENDIDIKAN KARAKTER Mata Kuliah: Pendidikan Karakter Semester : 7 (tujuh); Kode : PMA 509; SKS : 2 (dua) Program Studi : Pendidikan Matematika Dosen : Khairul Umam,

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas.

Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas. Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas. Yusman, SE.,

Lebih terperinci

[Conceptual knowledge, Analyze] C4,P3,A3: Mahasiswa mampu menjelaskan peran Katolik bagi

[Conceptual knowledge, Analyze] C4,P3,A3: Mahasiswa mampu menjelaskan peran Katolik bagi Rencana Pembelajaran Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memiliki iman yang kuat dan ketakwaan yang berkualitas, mampu mengaplikasikan moralitas mulia, dan menjadikan ajaran Katolik sebagai landasan berfikir

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SDLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SDLB TUNANETRA - 27 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Rumusan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertiaan Agama Berbicara tentang agama berarti berbicara tentang Allah. Kadang kalah di pikiran kita timbul apa itu Agama? Agama adalah suatu pencariaan manusia

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak hanya dipahami sebagai individu, melainkan sebagai persona. 1 Sifat individual berarti ia sebagai ada yang dapat dibedakan dengan ada yang lain dari satu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 (oleh aendydasaint.wordpress.com) KURIKULUM 2013 (Kompetensi Inti:) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN

Lebih terperinci

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH Minggu ke-3, ARTI DAN HAKIKAT PENYELAMATAN ALLAH 19. Pert : Apakah yang dimaksud dengan penyelamatan Allah? Jwb : Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (1/10)

Seri Iman Kristen (1/10) Seri Iman Kristen (1/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Penciptaan Alam Semesta Kode Pelajaran : DIK-P01 Pelajaran 01 - PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAFTAR ISI Teks Alkitab Ayat Kunci

Lebih terperinci

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas pimpinan-nya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Sesungguhnya

Lebih terperinci

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI MAGISTER KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI MAGISTER KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI MAGISTER KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 5/09/2016 Tanggal revisi dd/bb/thn Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Kode Prodi

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah 124 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu Antara Lain: Agama Islam Tuhan adalah Allah, Esa, Ahad, Ia merupakan dirin-nya sendiri tunggal dalam sifatnya

Lebih terperinci

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA:

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA: Mata kuliah: Pendidikan Agama (PP043203) / 2 sks CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA: 1. Mahasiswa mampu Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

Agama Sebagai Sarana Mengenal Tuhan POKOK GAGASAN

Agama Sebagai Sarana Mengenal Tuhan POKOK GAGASAN Agama Sebagai Sarana Mengenal Tuhan POKOK GAGASAN Kerinduan manusia akan Tuhan sudah terukir dalam hati manusia sejak awal eksistensinya. Akal budi dan nurani manusia sebagai sarana yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 16/08/2016 Tanggal revisi 24/02/2017 Fakultas Program D III Bisnis Kewirausahaan

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI

KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI Kelompok Kompetensi No KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI Rumusan Kompetensi Elemen Kompetensi*) a b c d e 1 2 3 4 5 7 8 Kompetensi Utama 1 Menjadi manusia akuntansi yang bermartabat, beretika,

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

26. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SD

26. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SD 26. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN (PENDIDIKAN AGAMA)

KONTRAK PERKULIAHAN (PENDIDIKAN AGAMA) KONTRAK PERKULIAHAN (PENDIDIKAN AGAMA) Bobot SKS : 2 SKS Semester : Ganjil 2015/2016 Hari Pertemuan : 16 Dosen Pengampuh : 1. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan

Lebih terperinci

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA KRISTEN KATOLIK SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA KRISTEN KATOLIK SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA KRISTEN KATOLIK SEMESTER I Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2014/2015 KONTRAK PERKULIAHAN Program

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI : SEMUA PROGRAM STUDI

PROGRAM STUDI : SEMUA PROGRAM STUDI FAKULTAS : SEMUA FAKULTAS PROGRAM STUDI : SEMUA PROGRAM STUDI BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: AGAMA DAN ETIKA KONG HU CU Mata Kuliah : Pendidikan Agama dan Etika KONG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN A. IDENTITAS MATAKULIAH DAN DOSEN Nama Matakuliah : PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Kode/Status Matkuliah : TIK15208 / Kompetensi Utama Fakultas SKS

Lebih terperinci

MENDENGARKAN HATI NURANI

MENDENGARKAN HATI NURANI Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Penerapan Model Pembelajaran (Siti Sri Wulandari) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Siti Sri Wulandari Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Keimanan pada Wujud Ilahi

Keimanan pada Wujud Ilahi Keimanan pada Wujud Ilahi Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan

Lebih terperinci

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM. SEMESTER I (extension) Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep PRODI D-III KEPERAWATAN

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM. SEMESTER I (extension) Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep PRODI D-III KEPERAWATAN BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM SEMESTER I (extension) Penanggung Jawab :, M.Kep PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2014/2015 KONTRAK

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Protestan

Pendidikan Agama Protestan SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah: UM0012/2 sks Program Studi: S 1 Sistem Informasi INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN INFORMATIKA ASIA PERBANAS Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12940,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Pendidikan Agama. Non Reg

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Pendidikan Agama. Non Reg RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Pendidikan Agama Non Reg PJMK Dedi Irawandi.,S.Kep.,Ns PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA TA. / 2017 Rencana Pembelajaran Semester

Lebih terperinci

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM SEMESTER I Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA PRODI D-III KEPERAWATAN 2014/2015 KONTRAK PERKULIAHAN

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1238 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci