BAB II LANDASAN TEORI. mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Fraud II Pengertian Fraud Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:7), mendefinisikan fraud sebagai berikut; Secara umum, fraud dapat didefinisikan sebagai satu istilah umum dan mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu individu, untuk memperoleh keuntungan dari orang lain dengan penyajian yang salah. Tidak ada aturan yang pasti dan seragam untuk dijadikan dasar dalam mendefinisikan fraud karena fraud mencakup kejutan, penipuan, kelicikan dan cara cara lain dimana pihak lain dicurangi. Joseph Wells, pendiri dan ketua dari ACFE mendefinisikan fraud sebagai hal hal yang mencakup semua jenis kejahatan untuk mendapatkan sesuatu yang menggunakan penipuan atau kecurangan sebagai modus utama operasinya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fraud adalah tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri maupun pihak tertentu dengan berbagai cara yang tidak benar. II Unsur Unsur Fraud Dalam setiap fraud atau kecurangan, ada tujuh unsur yang dapat teridentifikasi. 7

2 Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:7), tujuh unsur dalam fraud adalah sebagai berikut: 1. Sebuah penyajian 2. Mengenai hal yang material, 3. Yang salah, 4. Dan secara sengaja atau, 5. Yang dipercaya 6. Dan dilaksanakan korban 7. Dan merugikan korban Secara umum, mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:41), setiap fraud memiliki pola sebagai berikut: 1. Tindakan kecurangan (theft), merupakan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh fraudster. 2. Menyembunyikan kecurangan (concealment), biasanya mencakup menyembunyikan bukti bukti yang terkait dengan tindakan kecurangan yang dilakukan. 3. Mengubah aset yang dicuri (conversion), pada tahap ini, pelaku berusaha mengonversikan barang yang dicuri menjadi uang tunai. 8

3 II Jenis Jenis Fraud II Pembagian Fraud secara Umum Untuk dapat memperbaiki maupun mencegah fraud, terlebih dahulu harus dipahami jenis jenis fraud yang ada. Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), jenis-jenis fraud adalah sebagai berikut; Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui jenis fraud yaitu dengan membedakan fraud menjadi: fraud yang merugikan organisasi fraud yang dilakukan oleh organisasi II Occupational Fraud Pembagian fraud yang lain adalah dengan mengikuti definisi occupational fraud dari ACFE. Wells (2007:1). Occupational fraud adalah penggunaan pekerjaan seseorang untuk keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan yang disengaja dari sumber daya atau aset organisasi yang mempekerjakannya. Aktivitas dalam dalam occupational fraud mencakup hal hal berikut: 1. Kegiatan diam-diam. 2. Melanggar kewajiban karyawan terhadap organisasi. 3. Dilaksanakan untuk keuntungan ekonomi si pelaku baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Merugikan organisasi baik berupa aset, pendapatan, atau cadangan. 9

4 ACFE asosiasi pemeriksa fraud bersertifikat membagi occupational fraud menjadi tiga kelompok besar: Penyalahgunaan aset, bisa berupa pencurian atau penyalahgunaan aset perusahaan. Korupsi, dimana pelaku fraud menyalahgunakan pengaruhnya dalam transaksi bisnis untuk memperoleh keuntungan pribadi atau orang lain dengan melanggar hak orang lain. Kecurangan laporan keuangan, berupa penyajian laporan keuangan yang salah dari suatu entitas. II Fraud berdasarkan Korban Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi korban, fraud dikelompokkan menjadi: 1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban Dalam kategori ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok kelompok yang lebih spesifik; a. Penggelapan oleh karyawan pelaku fraud merupakan anggota atau karyawan dari perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku mengambil aset perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan aset secara langsung dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan, peralatan serta aset aset lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga. 10

5 b. Fraud yang melibatkan pemasok pelaku fraud adalah pemasok dari suatu perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain. Pada fraud yang melibatkan pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama dengan bagian pembelian suatu perusahaan. c. Fraud yang melibatkan pelanggan pelaku fraud adalah pelanggan dari suatu perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan biasanya tidak membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu perusahaan atau organisasi untuk memberikan mereka (pelaku) barang yang tidak seharusnya mereka miliki. 2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen korban dari fraud jenis ini adalah pemegang saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan. Fraud yang dilakukan oleh manajemen juga sering disebut sebagai kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen melakukan fraud ini dengan memanipulasi laporan keuangan perusahaan. 3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya korban dalam fraud jenis ini adalah pihak pihak yang kurang berhati hati atau kurang pengetahuan. Para pelaku fraud jenis ini umumnya menjual investasi palsu ke korban. 4. Kecurangan lain lain korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan. II Memerangi Fraud II Kompetensi untuk Memerangi Fraud Untuk dapat memerangi terjadinya fraud, dibutuhkan kompetensi dan pengetahuan yang relevan. Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman 11

6 (2009:16), sebagai seseorang dengan karir pemberantas fraud, kita harus memiliki kemampuan kemampuan berikut: 1. Kemampuan analitis, hal ini diperlukan karena proses deteksi dan investigasi dari suatu fraud merupakan suatu proses analitis dimana pemeriksa mengidentifikasikan jenis fraud yang mungkin terjadi dan gejala yang mungkin timbul serta cara cara untuk memeriksa dan menindaklanjuti gejala gejala fraud yang ditemukan. 2. Kemampuan komunikasi, komunikasi merupakan hal yang penting dalam semua bidang, termasuk juga dalam pemeriksaan fraud. Pemeriksa fraud menghabiskan kebanyakan waktunya dengan melakukan komunikasi baik secara langsung seperti interview maupun secara tidak langsung melalui kuesioner. Informasi yang diperoleh melalui komunikasi tersebut kemudian disampaikan kepada pihak pihak yang terkait. 3. Pengetahuan tentang teknologi, seiring berkembangnya zaman, pemeriksaan fraud tidak lagi hanya terfokus pada dokumen dokumen fisik, tetapi mencakup data data dalam bentuk digital atau data elektronis. Dengan bantuan teknologi, pemeriksa dapat menganalisa data yang berjumlah sangat besar dalam waktu yang sangat singkat. Selain hal hal di atas, ada kemampuan tambahan lain yang dapat membantu para pemeriksa fraud dalam melaksanakan tugasnya: Pemahaman akuntansi dan bisnis, kecenderungan para pelaku fraud adalah menyembunyikan tindakannya dan bukti bukti yang terkait, salah satu caranya adalah dengan mengubah pencatatan akuntansi dan memodifikasi dokumen. 12

7 Pemeriksa yang memahami akuntansi akan dapat menemukan kejanggalan dalam pencatatan akuntansi yang diubah. Pengetahuan mengenai hukum perdata dan pidana, kriminologi, privasi karyawan, hak karyawan, undang undang fraud, dan hal hal lain yang berkaitan dengan fraud, seseorang yang melakukan fraud dapat dituntut secara perdata maupun pidana, pengetahuan ini akan membantu pemeriksa fraud dalam menentukan tuntutan yang akan ditujukan ke pelaku, selain itu pemeriksa fraud juga dapat melaksanakan pencarian bukti dengan cara yang dianggap tidak melanggar hukum, serta kapan penegakan hukum perlu dilibatkan. Kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa asing, seiring mudahnya komunikasi dan transportasi, kecurangan terkadang tidak terjadi di satu negara saja melainkan di negara lain yang berhubungan dengan organisasi atau perusahaan. Hal ini mengakibatkan proses pemeriksaan fraud tidak hanya di satu negara tetapi antar negara. Kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa asing tentu akan sangat membantu dalam proses pemeriksaan. Pengetahuan tentang perilaku manusia, termasuk mengapa seseorang dapat menganggap ketidakjujuran sebagai sesuatu yang benar, bagaimana reaksi pelaku fraud ketika tertangkap, dan apa saja cara yang paling efektif untuk menghalangi seseorang berbuat curang. Pengetahuan seperti ini dapat dipelajari dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti psikologi, psikologi sosial, atau sosiologi. II Strategi Untuk Memerangi Fraud 13

8 Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:70), secara umum terdapat empat aktivitas yang dapat mengurangi terjadinya fraud, aktivitas aktivitas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pencegahan Fraud Pencegahan fraud yang efektif biasanya mencakup hal hal berikut: a. Menciptakan dan menjaga budaya kejujuran dan beretika b. Menilai resiko fraud yang dapat terjadi dan melakukan respon yang tepat untuk mengurangi resiko dan menghilangkan peluang terjadinya fraud Pada umumnya, organisasi menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan budaya kejujuran dan beretika, cara cara tersebut antara lain: i. Memastikan bahwa para manajer memberikan contoh perilaku yang baik dan benar. Seseorang cenderung mengikuti tindakan dari atasannya, atau biasa disebut tone at the top, sehingga, bila atasan bertindak baik, maka bawahan cenderung ikut berbuat yang baik dan sebaliknya. Manajemen dari suatu perusahaan haruslah menjadi contoh yang baik bagi para bawahannya. ii. Mempekerjakan karyawan yang tepat. Untuk mencegah fraud, langkah yang paling awal adalah dengan mempekerjakan orang orang yang jujur dan beretika. Untuk itu perusahaan perlu menetapkan kebijakan dan peraturan untuk mempekerjakan calon karyawan yang bisa memisahkan antara orang yang jujur dan tidak jujur, khususnya untuk posisi yang penting dalam perusahaan. Selain itu perusahaan juga harus proaktif dalam mempekerjakan karyawan, misalnya dengan menelusuri latar belakang calon karyawan secara cermat. iii. Mengomunikasikan harapan yang ingin dicapai organisasi ke seluruh bagian organisasi dan mengharuskan adanya konfirmasi tertulis secara periodik yang 14

9 berisi pernyataan setuju atas harapan harapan organisasi. Mengomunikasikan harapan perusahaan juga termasuk menyampaikan hal hal berikut kepada karyawan: a. Mengidentifikasikan dan membentuk peraturan mengenai nilai nilai dan kode etik yang tepat. b. Pelatihan mengenai fraud apa saja yang mungkin dihadapi karyawan dan bagaimana cara menangani dan melaporkannya. c. Mengomunikasikan hukuman bagi karyawan yang melanggar peraturan. Dalam perusahaan, hal hal diatas tercakup dalam kode etik perilaku atau code of conduct. Agar berjalan dengan efektif, kode etik perilaku harus dinyatakan secara tertulis dan disampaikan kepada karyawan dan semua pihak yang terkait seperti pemasok dan pelanggan. code of conduct juga harus dibentuk dengan tujuan agar karyawan merasa memiliki perusahaan tempat ia bekerja. Konfirmasi secara berkala yang berisi pernyataan memahami harapan perusahaan juga merupakan cara yang efektif untuk menciptakan budaya kejujuran. iv. Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Pada kebanyakan kasus, fraud terjadi jika karyawan merasa terancam atau diabaikan oleh perusahaan, oleh karena itu, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang mendorong orang untuk berbuat jujur dan benar, sehingga karyawan merasa bahagia bekerja di perusahaan tersebut. v. Menciptakan dan menjaga kebijakan yang efektif untuk menangani fraud jika sampai terjadi. Jika fraud terjadi, tidak semua perusahaan konsisten dengan apa yang tertulis di peraturan sehingga pelaku fraud merasa diampuni. Perusahaan 15

10 hendaknya selalu berpegang pada peraturan yang telah disetujui secara bersama jika fraud sampai terjadi. 2. Deteksi Dini Fraud Pendeteksian fraud umumnya dilakukan jika ada gejala tertentu, namun terkadang gejala yang timbul merupakan sebagian kecil dari fraud yang besar layaknya fenomena gunung es. Oleh karena itu, untuk mengurangi terjadiya fraud, perusahaan harus mengubah konsep pendeteksian fraud yang awalnya reaktif atau hanya mencari bila ada gejala menjadi proaktif yaitu melakukan pencarian fraud secara rutin walaupun tidak ada gejala yang nampak karena bisa saja gejala tersebut tidak secara eksplisit. Ada beberapa cara untuk menemukan fraud: a. Karena kebetulan. b. Dengan menyediakan sarana bagi orang yang menemukan fraud untuk melaporkan kepada perusahaan atau organisasi. c. Dengan memeriksa pencatatan transaksi dokumen yang terkait untuk menentukan adanya kejanggalan yang dapat menjadi red flag. 3. Investigasi Fraud Investigasi fraud umumnya hanya dilakukan bila ada gejala yang terdeteksi. Kegiatan ini biasanya meliputi pertanyaan pertanyaan seperti apakah fraud benar benar terjadi, siapa pelakunya, mengapa ia melakukan demikian, bagaimana ia melakukannya, kapan fraud terjadi, dan dimana bagian yang terkait. Investigasi 16

11 berguna untuk menentukan apakah gejala yang nampak benar benar menunjukkan adanya fraud atau hanya kesalahan yang tidak disengaja. Dalam suatu investigasi fraud pasti menghasilkan bukti. Bukti bukti tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: a. Bukti testimoni, bukti berupa pernyataan pernyataan ini diperoleh dengan cara interview, interogasi, dan tes kejujuran. b. Bukti dokumen, bukti jenis ini diperoleh dari dokumen berupa kertas, data komputer dan bukti tertulis dan elektronis lainnya. c. Bukti fisik, bisa berupa sidik jari, bekas alur ban kendaraan, senjata, barang yang dicuri, dan bukti berwujud lainnya yang berkaitan dengan fraud yang terjadi. d. Observasi personal, proses ini melibatkan bukti bukti yang terlihat, terdengar, terasa, yang dirasakan oleh investigator sendiri. Untuk melakukan investigasi fraud, umumnya para ahli mengacu pada fraud triangle; a. Fraud motivation triangle b. Fraud element triangle. 4. Tindakan Lanjutan dan Penyelesaian Fraud Ketika fraud sudah terjadi, pihak yang dirugikan seperti perusahaan maupun stakeholder harus menentukan tindak lanjut apa yang harus dilakukan untuk menangani fraud tersebut, baik secara perdata, pidana, maupun secara kekeluargaan. II Pencegahan Fraud Untuk mencegah terjadinya fraud, mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:109), salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan yaitu 17

12 dengan mengurangi peluang terjadinya fraud dengan memperhatikan hal hal berikut ini: 18

13 1. Memiliki sistem pengendalian yang baik Berkaitan dengan pengendalian internal, Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mengharuskan perusahaan untuk memiliki kerangka pengendalian internal sebagai berikut: a. lingkungan pengendalian yang baik b. penilaian resiko c. aktivitas pengendalian yang baik d. arus komunikasi dan informasi yang baik e. pengawasan Dari kelima unsur yang disebutkan pada kerangka di atas, Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:110) terfokus pada: i. Lingkungan pengendalian, merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau dibentuk oleh perusahaan bagi para karyawan. Unsur unsur lingkungan pengendalian meliputi hal hal berikut: Peran dan contoh manajemen Komunikasi manajemen Perekrutan yang tepat Struktur organisasi yang jelas Internal audit perusahaan yang efektif ii. Arus komunikasi dan informasi yang baik (sistem akuntansi), setiap fraud pasti meliputi tindakan kecurangan, menyembunyikan kecurangan, dan konversi. Sistem akuntansi yang baik dapat menyediakan jejak audit yang dapat membantu fraud 19

14 ditemukan dan mempersulit penyembunyian. Sistem akuntansi yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat mencakup kriteria berikut: sah diotorisasi dengan benar lengkap diklasifikasikan dengan benar dilaporkan pada periode yang benar dinilai dengan benar diikhtisarkan dengan benar iii. Aktivitas atau prosedur pengendalian, agar perilaku karyawan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan, dan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan, diperlukan lima prosedur pengendalian yang utama: pemisahan tugas atau pengawasan ganda sistem otorisasi pengecekan independen pengamanan fisik dokumen dan pencatatan 2. Menghambat terjadinya kolusi 3. Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran telekomunikasi untuk pelaporan fraud 4. Menciptakan gambaran hukuman yang akan diterima bila melakukan fraud 5. Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif 20

15 II Penyebab Terjadinya Fraud II Fraud Triangle Banyak hal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:33), ada tiga elemen kunci yang menyebabkan seseorang melakukan fraud yang biasa dikenal dengan fraud triangle. Ketiga komponen tersebut adalah: 1. Tekanan (pressure) Tekanan atau tuntutan yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud dapat dibagi menjadi lebih spesifik; a. Tekanan keuangan Tekanan keuangan merupakan hal umum yang mendorong seseorang melakukan fraud, hal ini dapat berupa: Keserakahan Hidup dibawah kehendak orang lain Banyak hutang Kerugian ekonomi pribadi Kebutuhan uang yang mendadak. b. Kebiasaan buruk Motivasi melakukan fraud dapat disebabkan karena kegemaran berjudi, obat obatan terlarang, kecanduan alkohol, serta biaya hidup keluarga yang mahal. c. Tekanan berkaitan dengan pekerjaan Seseorang dapat melakukan fraud karena merasa hasil pekerjaannya kurang dihargai oleh perusahaan, takut kehilangan pekerjaan, tidak puas dengan 21

16 pekerjaan, takut tidak mendapat promosi jabatan, dan merasa kurang dihargai secara ekonomi. d. Tekanan lainnya Tekanan lain bisa berupa keinginan pasangan yang ingin hidup mewah, ingin membahagiakan orang tua, serta tekanan lain yang tidak tercakup dalam tiga poin di atas. 2. Peluang (opportunity) Fraud tidak hanya terjadi jika ada tekanan, tetapi juga ketika calon pelaku fraud melihat adanya peluang untuk melakukan kecurangan. Ada beberapa faktor utama yang dapat meningkatkan peluang yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud yaitu: Kurangnya pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi perilaku yang menyimpang Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja dengan tepat Kegagalan dalam mendisiplinkan pelaku fraud Kurangnya informasi Ketidak perdulian, apatis, dan ketidakmampuan Kurangnya jejak audit 3. Rasionalisasi (rationalization) Kecenderungan pelaku fraud adalah membenarkan tindakan yang dilakukannya dengan pola pikir tertentu seperti tidak akan ada yang dirugikan, perusahaan berhutang kepada saya, semua orang juga melakukan hal yang sama, dan alasan alasan lain. 22

17 II Perekrutan Pelaku Fraud Kebanyakan fraud tidak dilakukan seorang diri, tetapi oleh beberapa orang yang bekerja sama atau kolusi, terutama pada penipuan pelaporan keuangan perusahaan. Salah satu cara perekrutan anggota fraudsters yang dilakukan adalah dengan menggunakan kekuasaan. Melalui kekuasaan, seseorang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai kehendak si pelaku fraud tanpa adanya perlawanan. Kekuasaan dalam perekrutan fraud dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok: Kekuasaan dengan imbalan merupakan kemampuan pelaku fraud untuk meyakinkan orang lain bahwa ia akan mendapatkan imbalan jika ikut berpartisipasi dalam fraud yang akan dilakukan. Kekuasaan dengan paksaan merupakan kemampuan dari pelaku fraud untuk membuat seseorang menerima hukuman jika tidak ikut berpartisipasi dalam tindakan kecurangan yang akan dilakukan. Hukuman ini biasanya dengan didasarkan pada rasa takut. Kekuasaan dengan keahlian merupakan kemampuan pelaku fraud untuk mempengaruhi orang lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Kekuasaan dengan legitimasi berkaitan dengan kemampuan pelaku fraud untuk meyakinkan calon anggota pelaku fraud bahwa ia benar benar memiliki kekuasaan atas dirinya. Kekuasaan dengan referensi merupakan kemampuan pelaku fraud untuk berhubungan dengan calon anggota pelaku fraud. 23

18 II. 2. Korupsi Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, korupsi merupakan salah satu jenis fraud yang merugikan perusahaan dan dilakukan dengan memanfaatkan pengaruh seseorang dalam pengambilan keputusan. II Jenis Jenis Korupsi Mengacu pada Wells (2007:281), korupsi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk: 1. Bribery Korupsi jenis ini dilakukan dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan untuk mempengaruhi keputusan bisnis, bukan dengan mengikuti prosedur yang ada. 2. Illegal gratuities Skema ini mirip dengan bribery, perbedaannya, pada korupsi jenis ini, imbalan diberikan kepada karyawan bukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan tetapi sebagai hadiah karena suatu keputusan yang diambil. 3. Economic extortion Pemerasan ekonomi merupakan salah satu bentuk korupsi yang dilakukan dengan cara meminta imbalan dengan ancaman. Misalnya jika perusahaan tidak memberi imbalan, maka tidak akan ada kontrak kerja. 4. Conflicts of interest Skema ini biasa terjadi jika karyawan dari suatu perusahaan memiliki niat atau ketertarikan tertentu baik finansial maupun nonfinansial terhadap suatu transaksi sehingga merugikan perusahaan. 24

19 II Gejala Korupsi Semua kecurangan pada akhirnya pasti akan tercium. Sama seperti kasus fraud lain, korupsi juga memiliki tanda tanda yang dapat terdeteksi; 1. Bagian pembelian umum (general purchasing) Pembelian dilakukan sebelum waktunya (reorder point) Pembelian dilakukan kepada pemasok yang selalu sama Prosedur pembelian tidak diikuti Pembelian dilakukan diatas harga pasar 2. Permintaan sebelum penawaran (prebid solicitation) Menyesuaikan pembelian sesuai dengan kemampuan pemasok, bukan sebaliknya Diskriminasi penawaran pemasok Memecah kontrak menjadi beberapa kontrak kecil Pembelian tidak sesuai dengan spesifikasi pembelian sebelumnya 3. Permintaan penawaran (bid solicitation) Membatasi waktu penyerahan penawaran yang tidak logis sehingga hanya pemasok langganan yang memiliki informasi lebih yang sempat memberikan penawaran Diskriminasi dalam pemberian informasi pada pemasok satu dengan pemasok lain Adanya indikasi kolusi dengan pemasok Adanya komunikasi dan pertemuan tidak formal antara bagian pembelian dan pemasok 25

20 4. Penerimaan penawaran atau kontrak (bid or contract acceptance) Menerima penawaran yang terlambat Memalsukan dokumen pemasok yang terlambat agar diterima Mengekspos harga yang ditawarkan satu pemasok ke pemasok lainnya Membatasi pembelian untuk menghalangi pemasok yang sesuai dengan kualifikasi 5. Profil perilaku dari penerima suap (behavior profile of bribery recipient) Pecandu alkohol atau narkoba Permasalahan ekonomi pribadi Kegemaran berjudi Pengeluaran pribadi yang besar II Pencegahan Korupsi Seorang pemeriksa kecurangan harus memiliki sikap yang skeptis untuk bisa menemukan fraud dan berpikir layaknya seorang pelaku fraud. Dengan berpikir layaknya pelaku fraud, kita bisa mengetahui faktor faktor apa saja yang bisa menghambat pelaksanaan fraud. Mengacu pada Wells (2007:304), berikut beberapa strategi untuk mencegah korupsi: Kebijakan pencegahan korupsi Melarang penerimaan imbalan dari pemasok Wajib lapor bagi pihak yang menerima imbalan Melarang penerimaan diskon dari pemasok untuk pembelian pribadi Melarang pertemuan bisnis yang tidak relevan 26

21 II. 3. Internal Control Mengacu pada Porter, Simon, dan Hatherly (2003:242) dan Arens, Elder, dan Beasley (2012:310), secara umum, pengendalian internal dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan pihak yang terlibat lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian memadai yang berkaitan dengan kategori sebagai berikut: Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasi Pengendalian dalam perusahaan memaksimalkan efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber daya yang dimiliki untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuan. Keandalan dari pelaporan keuangan Manajemen memiliki tanggung jawab baik secara hukum dan profesional untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar pelaporan yang ada. Kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku Section 404 mengharuskan manajemen dari perusahaan publik untuk membuat laporan atas efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. 27

22 II Komponen Internal Control Menurut COSO yang dibahas dalam Arens, Elder, Beasley (2012:314), pengendalian internal yang baik harus memiliki kerangka sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan seluruh tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan perilaku manajemen puncak, para direktur, dan para pemilik perusahaan secara keseluruhan terhadap pengendalian internal dan pentingnya bagi entitas. Lingkungan pengendalian memiliki beberapa subkomponen yaitu: Integritas dan nilai etika Integritas dan nilai etika merupakan produk dari standar etika dan perilaku suatu entitas beserta bagaimana hal-hal tersebut dikomunikasikan dan dilaksanakan. Integritas dan nilai etika mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin dapat membuat pegawai melakukan tindakan tidak jujur, ilegal, atau tindakan yang tidak etis. Komitmen terhadap kompetensi Manajemen harus mempertimbangkan tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana kompetensi tersebut dapat dikembangkan menjadi kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan. Partisipasi dewan direksi atau komite audit Dewan direksi yang efektif harus independen dan harus terus mengawasi aktivitas manajemen perusahaan. Untuk membantu dewan direksi dalam 28

23 tugas pengawasan, dewan direksi membentuk komite audit yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan. Filosofi manajemen dan gaya operasi Melalui aktivitasnya, manajemen memberikan isyarat mengenai betapa pentingnya pengendalian internal. Struktur organisasi Struktur organisasi perusahaan menggambarkan alur tanggung jawab dan wewenang. Dengan memahami struktur organisasi klien, auditor dapat memahami elemen-elemen manajamen dan fungsional dari suatu bisnis dan dapat menilai bagaimana pengendalian yang dilaksanakan. Kebijakan SDM dan pelaksanaannya Hal yang paling penting dalam pengendalian internal adalah sumber daya manusia yang melaksanakannya. Jika seluruh pegawai berkompeten dan dapat dipercaya, pengendalian lainnya dapat dikurangi. 2. Penilaian resiko Penilaian resiko terhadap pelaporan keuangan merupakan identifikasi dan analisis manajemen terhadap resikoyang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan yang mengacu pada standar pelaporan yang berlaku. 3. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan-kebijakan dan prosedur yang membantu perusahaan dalam memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk membantu entitas dalam mencapai tujuan sudah dilaksanakan. Lingkungan pengendalian secara umum memiliki lima tipe berikut: 29

24 Pemisahan tugas dan tanggung jawab Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pemisahan tugas dan tanggung jawab untuk mengurangi kesalahan dan kecurangan: Pemisahan pengawasan aset dari fungsi akuntansi. Pemisahan otorisasi transaksi dengan fungsi pengawasan dari aset yang bersangkutan. Pemisahan tanggung jawab operasi dan pencatatan. Pemisahan bagian IT dengan penggunanya. Otorisasi transaksi dan aktivitas Setiap transaksi harus diotorisasi dengan benar untuk memenuhi tujuan pengendalian. Dokumentasi dan pencatatan Dokumen dan pencatatan merupakan catatan yang memuat transaksi serta mengihktisarkannya. Termasuk di dalamnya tagihan penjualan, purchase order, jurnal penjualan, dll. Pengawasan fisik atas aset dan pencatatan Untuk melaksanakan pengendalian yang baik, aset dan pencatatan harus diawasi. Aset yang tidak dijaga dapat dicuri. Pencatatan yang tidak diawasi dapat dicuri, diubah, dihancurkan, atau hilang yang mengganggu proses proses akuntansi dan operasi bisnis. Independent check pada pekerjaan Pemeriksaan di setiap bagian dilakukan untuk memastikan bahwa setiap prosedur telah dilaksanakan dengan baik. 30

25 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi dan komunikasi akuntansi berguna untuk memulai, mencatat, memroses, dan melaporkan transaksi entitas dan menjaga akuntabilitas aset yang bersangkutan. 5. Pengawasan Aktivitas pengawasan berkaitan dengan penilaian baik secara terus menerus maupun secara periodik terhadap kualitas pengendalian internal yang dilakukan manajemen untuk menentukan apakah pengendalian berjalan sesuai yang direncanakan dan dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan keadaan secara benar. II. 4. Fungsi Pembelian Fungsi ini merupakan salah satu bagian dari siklus pengeluaran. Pada fungsi ini, perusahaan melakukan pembelian barang barang yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasi sehari hari. Menurut Boynton, Johnson (2006:699), proses pemeriksaan terhadap fungsi pembelian dilakukan dengan mengidentifikasi dokumen dan catatan utama yang digunakan untuk memproses transaksi pembelian. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan semua fungsi utama yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencatatan pembelian barang maupun jasa. 31

26 II Dokumen Pendukung Pembelian Mengacu pada Boynton, Johnson (2006:700), ada beberapa dokumen yang terkait dengan transaksi pembelian: 1. Purchase requisition Dokumen ini merupakan permintaan tertulis terhadap suatu barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang maupun departemen yang berhak dan sah yang ditujukan kepada bagian pembelian. 2. Purchase order Dokumen ini merupakan penawaran tertulis yang dibuat oleh bagian pembelian dan ditujukan kepada pemasok. 3. Approved vendor master file Pada perusahaan tertentu, terdapat data mengenai pemasok mana saja yang layak untuk melakukan transaksi. Data ini bisa berupa file komputer maupun pencatatan manual. 4. Open purchase order file Dokumen ini berupa file komputer dari purchase order yang ditujukan ke pemasok dimana barang yang bersangkutan belum diterima. 32

27 5. Receiving report Laporan yang dibuat saat menerima barang yang menjelaskan jenis barang yang diterima, jumlah barang yang diterima, dan informasi lain yang berkaitan dengan barang yang diterima dari pemasok. 6. Receiving file Merupakan data komputer yang berisi informasi tentang jumlah barang yang diterima dari pemasok. 7. Vendor invoice Tagihan dari pemasok yang menyatakan barang yang dikirim atau jasa yang diberikan, jumlah yang harus dibayar, termin pembayaran, dan tanggal penagihan. 8. Voucher Suatu formulir yang digunakan secara internal oleh perusahaan yang berisi informasi mengenai pemasok, jumlah yang harus dibayar, dan tanggal pembayaran. Dokumen ini digunakan sebaga pendukung pencatatan dan pembayaran kewajiban. 9. Exception reports Dokumen ini merupakan laporan yang berisi informasi mengenai transaksi yang perlu ditelusuri lagi. 10. Voucher summary 33

28 Dokumen ini berupa laporan mengenai total jumlah voucher yang diproses dalam jangka waktu tertentu. 11. Voucher register Pencatatan formal dari akuntansi dari kewajiban yang dicatat yang sudah disetujui untuk dibayar. 12. Purchase transaction file Dokumen ini berisi data voucher dari pembelian yang sudah diterima dan sudah disetujui, dokumen ini biasanya digunakan untuk mencetak voucher register dan memperbaharui pencatatan hutang, persediaan, dan jurnal umum. 13. Accounts payable master file Merupakan file komputer yang berisi data mengenai voucher yang sudah disetujui namun belum dibayar. 14. Suspense files Dokumen ini berupa file komputer yang berisi transaksi transaksi yang ditunda karena ditolak oleh application control dari komputer. II Fungsi Terkait Pembelian Secara garis besar, dengan mengacu Boynton, Johnson (2006:701) pada proses pembelian dapat dibagi menjadi tiga fungsi utama: 1. Memulai pembelian 2. Penerimaan barang dan jasa 34

29 3. Mencatat kewajiban 35

30 II. 5. Metodologi Penelitian Untuk memperoleh data yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, penulis melakukan pengumpulan data dengan beberapa teknik sebagai berikut: 1. Penelitian Literatur (Literature Research) Penelitian ini dilaksanakan dengan mencari informasi dari buku buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, internet serta sumber sumber lain yang kemudian dijadikan sebagai landasan teori. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara peninjauan langsung ke objek penelitian. Adapun kegiatan ini meliputi hal hal sebagai berikut: a. Pengamatan (Observation) Penulis mencari informasi dengan mengamati kegiatan yang berkaitan dengan fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan. b. Wawancara (Inquiry) Penulis mencari informasi dengan melakukan wawancara dengan karyawan yang bertanggung jawab atas kegiatan pembelian dan pengelolaan persediaan. c. Dokumentasi (Documentation) Penulis mencari informasi dengan mempelajari dokumen dokumen pendukung yang digunakan dalam proses pembelian dan pengelolaan persediaan. 36

31 d. Pelaksanaan Ulang (Reperformance) Penulis mencari informasi dengan melakukan pelaksanaan ulang atas prosedur pembelian dan pengelolaan persediaan. e. Daftar Pertanyaan (Questionnaires) Penulis mencari informasi dengan membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan pengendalian perusahaan terhadap fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan dan membandingkan antara apa yang dilaksanakan dengan peraturan yang tertulis. 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi Adalah suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, personil lain, yang didesign untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan sebagai berikut: 1. Keandalan laporan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Pembelian dapat juga dikatakan sebagai procurement atau pangadaan barang. Mulyadi (2008:298) mengatakan bahwa Pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama untuk menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa 1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa bumi Badai angin, dan perang 2. Ancaman karena kesalahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan BAB IV PEMBAHASAN IV. Tahap-Tahap Audit Kecurangan IV.1. Perencanaan Audit Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tinjauan Sekilas Pengendalian diperlukan untuk mengurangi exposures. Exposure terdiri dari pengaruh potensi kerugian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL OLEH: ERWIN FEBRIAN (14121005) PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2015 1 A. PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar maupun di dalam organisasi. Fraud biasanya menyangkut penyajian yang secara

BAB I PENDAHULUAN. luar maupun di dalam organisasi. Fraud biasanya menyangkut penyajian yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecurangan atau fraud meliputi serangkaian tindakan-tindakan yang tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk menipu. Tindakan tersebut dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

Keyakinan Etis Kesediaan untuk mempertahankan etika

Keyakinan Etis Kesediaan untuk mempertahankan etika Chapter 3 : Pernyataan Perang terhadap Kecurangan Kecurangan adalah tindakan yang membawa kerugian yang tidak sedikit bagi suatu organisasi. Untuk itu, perusahaan harus mengupayakan suatu tindakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O

SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O SIKLUS PENGELUARAN B Y : M R. H A L O H O Tujuan dari siklus pengeluaran Meyakinkan bahwa seluruh barang dan jasa telah dipesan sesuai kebutuhan Menerima seluruh barang yang dipesan dan memeriksa (verifikasi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu peran auditor eksternal adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring dengan perkembangan dunia perekonomian dalam memasuki era pasar bebas dan globalisasi, setiap perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi persaingan yang ada saat ini.

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

Kebijakan Pengungkap Fakta

Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA 1. Ikhtisar Amcor berkomitmen terhadap standar tertinggi praktik etis dan hubungan yang jujur, serta perlindungan bagi individu yang melaporkan kejadian atau dugaan terjadinya

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA

BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA 4.1 Perencanaan dan tujuan evaluasi pengendalian internal atas prosedur piutang usaha dan penerimaan kas Pada

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kebijakan Anti Korupsi (Sebagaimana yang telah disetujui oleh pertemuan anggota Direksi No.1/2014 tertanggal 12 January 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang telah disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, serta arus kas perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015 SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015 DASAR Peraturan Perundangan: 1. UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Lebih terperinci

Dalam proses pengumpulan data-data perusahaan terdapat beberapa metode yang digunakan

Dalam proses pengumpulan data-data perusahaan terdapat beberapa metode yang digunakan Dalam proses pengumpulan data-data perusahaan terdapat beberapa metode yang digunakan yakni dengan melakukan observasi langsung ke perusahaan, serta mengajukan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan pengendalian

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Tanggal Mulai Berlaku: 2/28/08 Menggantikan: 10/26/04 Disetujui Oleh: Dewan Direksi TUJUAN PEDOMAN Memastikan bahwa praktik bisnis Perusahaan Mine Safety Appliances ("MSA")

Lebih terperinci

Fraud Risk Management

Fraud Risk Management Fraud Risk Management Semua organisasi rentan terhadap fraud Tindak kecurangan adalah risiko yang susah untuk diatasi, kebanyakan pimpinan perusahaan lebih suka percaya bahwa karyawan mereka tidak akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi, dan perekonomian dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi, dan perekonomian dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi, dan perekonomian dunia yang semakin mengglobal telah mengubah iklim usaha dunia di berbagai negara, termasuk di

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Pengendalian dan Pengawasan Intern Sebelum membicarakan unsur-unsur pengawasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan penjualan

BAB II LANDASAN TEORI. para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan penjualan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegitan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan ekonomi saat ini yang merupakan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan ekonomi saat ini yang merupakan hasil dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ekonomi saat ini yang merupakan hasil dari proses pembangunan, telah membuat dunia usaha semakin semarak, kompleks, variatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era teknologi maju dan globalisasi. Bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan yang berhubungan dengan masalah kecurangan, kolusi, nepotisme, dan penggelapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI Dalam mendukung Program Anti Korupsi, BCA mengimplementasikannya dalam beberapa kebijakan yaitu dalam: I. Surat Keputusan Direksi No. 219/SK/DIR/2003 tanggal 10 November

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002

Lebih terperinci

Topik ini akan mengulas tentang:

Topik ini akan mengulas tentang: P engendalian intern bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan, & pencurian yang dilakukan oleh pihak didalam maupun diluar perusahaan.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 KONSEP DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL

PERTEMUAN 7 KONSEP DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL PERTEMUAN 7 KONSEP DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengendalian internal yang meliputi struktur organisasi beserta semua mekanisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA Pengertian Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan data data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis mengenai pengendalian intern terhadap pelaksanaan pemberian kredit usaha kecil

Lebih terperinci

12/3/2012. Contents. Sistem Akuntansi Dasar. Sistem Akuntansi Dasar. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern

12/3/2012. Contents. Sistem Akuntansi Dasar. Sistem Akuntansi Dasar. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern Contents Sistem Akuntansi dan Dosen : Andreani Caroline Barus, SE, M.Si. Beban Studi : 4 SKS 1 2 3 4 5 Sistem Akuntansi Manual Adaptasi Sistem Akuntansi Manual Sistem Akuntansi Berbasis Komputer Sistem

Lebih terperinci

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL DISUSUN OLEH : ZIDNI KARIMATAN NISA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDY SISTEM INFORMASI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai

Lebih terperinci

Muhammad Nasir S.Si.,M.Kom Dr. Nurfit Junus, MM

Muhammad Nasir S.Si.,M.Kom Dr. Nurfit Junus, MM Implikasi Etis Manajemen Sistem Teknologi Informasi Muhammad Nasir S.Si.,M.Kom Dr. Nurfit Junus, MM Magister Manajemen Pendidikan Universitas Riau Copyright 2001 Prentice-Hall, Inc. 5-1 Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Yamatex, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan Audit Internal di PT. Yamatex telah memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Tindakan korupsi di Indonesia semakin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Jumlah kasus korupsi di Indonesia meningkat 12% di sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkan perlu secara terus menerus ditingkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Lampiran 5 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 II. PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Audit dan Jenis-jenis Audit II.1.1. Pengertian Audit Perusahaan-perusahaan harus melakukan audit atas laporan keuangan maupun audit atas operasi dan audit atas ketaatan,

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntansi menghadapi berbagai masalah karena sepanjang musim panas yang terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi korporasi.

Lebih terperinci

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS) P e d o m a n Whistle Blowing System (WBS) A. LATAR BELAKANG Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Bab II Elemen dan Prosedur SIA

Bab II Elemen dan Prosedur SIA Bab II Elemen dan Prosedur SIA Pertanyaan Dalam Merancang SIA 1. Bagaimana mengorganisasi kegiatan agar aktivitas bisnis berjalan dengan efektif dan efisien? 2. Bagaimana mengumpulkan dan memproses data

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN 1

PENGENDALIAN INTERN 1 PENGENDALIAN INTERN 1 Pengertian Pengendalian Intern Standar pekerjaan lapangan yang kedua (PSA No. 01 (SA 150)) menyebutkan Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan yang bermanfaat bagi para pemakainya.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN DALAM PEMBUATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN DALAM PEMBUATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN DALAM PEMBUATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KETUA PELAKSANA: Dra. ENDAH SULISTYOWATI, SE., M.S.A, Ak ANGGOTA: DEMAS RIZKI FAUZI ZAIN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit eksternal. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud PERTAMA KEDUA Memahami pengertian risiko fraud Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud Lord Acton 1887 : Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat.

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Rateksi (2012), menganalisis sistem pengendalian internal fungsi penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai Laporan Keuangan ) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan barang jadi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan barang jadi yang Bab V Kesimpulan Dan Saran 132 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan

Lebih terperinci

TABULASI. Pertanyaan TOTAL

TABULASI. Pertanyaan TOTAL TABULASI Pertanyaan Responden Nilai 4 5 6 7 8 9 0 Ya Tidak 0 0 0 0 0 0 4 0 0 8 5 0 0 6 0 0 7 0 0 0 7 8 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD

PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana atau apa yang hars dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12 Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas Pertemuan 12 Siklus Pengeluaran: Tujuan Utama Sikklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Sistem Nugroho Widjajanto (2001:2) mengartikan sistem sebagai sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kasus kecurangan yang melatar belakangi tindak pencucian uang (Theft Act), red flag yang terdapat dalam transaksi pelaku, modus

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pengeluaran Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian sistem Pada dasarnya sistem digunakan untuk menangani suatu permasalahan atau pekerjaan agar mencapai tujuan perusahaan. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas LAMPIRAN I KUESIONER Responden yang terhormat, Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha) mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

1/28/2012. Menurut Warren Reeve & Fees (1999) Pengendalian

1/28/2012. Menurut Warren Reeve & Fees (1999) Pengendalian Oleh: Eko K. Komara Menurut Mulyadi (2001), Sistem Pengendalian Internal meliputi organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan

Lebih terperinci