PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN INSTALASI RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN INSTALASI RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 1 PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN INSTALASI RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Yanuardani Wijayanti Putri R PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELASS MARET Surakarta 2011

2 2

3 3 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakan. Surakarta, 2011 Yanuardani Wijayanti Putri R

4 4 ABSTRAK Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Yanuardani Wijayanti Putri¹, Arsita Eka P²., Agus Widiyatmo³. Tujuan : RSUP Dr. Sardjito adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat sedangkan dokter dan perawat menyebut rumah sakit sebagai lahan untuk mencari nafkah. Lama seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umunya 6-10 jam. Sisanya dipergunakan dalam kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh shift kerja terhapa kelelahan kerja pada karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yaitu penelitian. Subjek penelitian adalah semua perawat di bangsal bugenvil yang jumlah sampel 30 orang pada shift pagi dan 30 orang pada shift malam. Penelitian mengunakan kriteria inklusi pada pengambilan sampel yaitu usia antara tahun, masa kerja lebih dari 1 tahun, dan jenis kelamin perempuan. Pengambilan sample dengan mengunakan simple random samplin dan pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Hasil : Hasil dari uji statistik chi-square antara shift pagi dan shift malam menunjukkan bahwa hasil p value = 0,037 yaitu p value > 0,01 tetapi p value 0,05 yang berarti adanya pengaruh shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa shift kerja dapat mempengaruhi kelelahan kerja pada karyawan terutama pada karyawan yang memperoleh shift kerja malam yang cenderung lebih lelah dibandingkan dengan karyawan yang bekerja pada shift kerja pagi. Kata kunci: Shift kerja, kelelahan kerja

5 5 ABSTRACT Effect of Shift Work Against Work Fatigue In Employee Inpatient Installation I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Yanuardani Wijayanti Putri¹, Arsita Eka P²., Agus Widiyatmo³. Objective: The hospital is a place for people who are sick to seek treatment while doctors and nurses call the hospital as land for a living. Old one works fine in 6-10 hours a day in general. The remaining employed in the family and community life, rest, sleep, and others. The purpose of this study is to determine the effect of shift work on employee work exhaustion against RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Methods: The study was observational analytic study is research. Research subjects were all nurses in the wards bougainvillea sample size of 30 people on the morning shift and 30 people on the night shift. The study inclusion criteria on the use of sampling between years of age, working period of more than 1 year, and female gender. Sampling by using simple random sampling and data retrieval is done by distributing questionnair. Results: The results of the chi-square test statistic between the morning shift and night shift showed that the results of the p value = p value> 0.01 but p value 0.05, which means the influence of the work shift work on employee fatigue RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Conclusion: From this study it can be concluded that shift work can affect fatigue in employees working primarily on getting employees working the night shift who tend to be more tired than the employees working on shift work in the morning. Keywords: Shift work, work fatigue

6 6 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Ipop Sjarifah, M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Arsita Eka P., dr., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Agus Widiyatmo S.E., M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Hardjanto MS, Sp.Ok selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 6. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku tim skripsi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 7. Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito selaku pimpinan rumah sakit yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Staf dan karyawan Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama melakukan kuliah dan penyusunan skripsi. 10. Bapak, Ibu, adik dan semua keluarga yang penulis sayangi. Terima kasih atas doa, dorongan dan semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan. Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup penulis berikan untuk membalas segala cinta, kasih dan pengorbanan yang diberikan. 11. Sahabat-sahabat sejatiku terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan terimakasih telah menjadi teman-teman terbaikku. 12. Semua teman-teman angkatan 2007 Program Diploma IV Kesehatan Kerja. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

7 7 Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Surakarta, Juli 2011 Penulis, Yanuardani Wijyantai Putri

8 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan... 4 D. Manfaat... 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 6 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi dan waktu penelitian C. Populasi Penelitian D. Teknik Sampling E. Sampel Penelitian F. Identifikasi Variabel Penelitian G. Definisi Operasional Variabel penelitian H. Desain Penelitian I. Alat dan Bahan Penelitian J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan B. Karakteristik Subjek Penelitian Usia Masa Kerja Status Gizi Jenis Kelamin C. Hasil Pengukuran D. Uji Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta BAB V. PEMBAHASAN

9 9 A. Analisa Univariat Umur Masa Kerja Status Gizi Kelelahan Kerja B. Analisis Bivariat BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengukuran Sampel Kelelahan... 3 Tabel 2. Tabel Kategori IMT Tabel 3. Distribusi Umur Tenaga Kerja Tabel 4.Distribusi Masa Kerja Tabel 5.Distribusi IMT Tabel 6. Distribusi Kelelahan Kerja Tabel 7. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift di RSUP Dr. Sardjito 42 Tabel 8. Hasil uji statistik Chi-Square... 43

11 11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian Lampiran 2. Surat Konfirmasi Ijin Penelitian Lampiran 3. Surat Ethical Clearance Lampiran 4. Infomed Concen Lampiran 5. Kuesioner Uji Ukur Kelelahan Kerja Lampiran 6. Hasil Kuesioner Shift Pagi Lampiran 7. Hasil Kuesioner Shift Malam Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Chi-Square Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian

12 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat sedangkan dokter dan perawat menyebut rumah sakit sebagai lahan untuk mencari nafkah. Menurut WHO, bahwa Rumah Sakit adalah suatu usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang diberikan atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang menderita sakit, terluka dan mereka yang mau melahirkan (Jarpadi, 2002). Disamping itu usaha perlindungan terhadap karyawan dan orang lain yang berada di area rumah sakit. Perlindungan yang dimaksud meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan kesehatan dan keselamatan tersebut dimaksud agar setiap orang berada di lingkungan rumah sakit dalam keadaan sehat dan selamat (Suma mur, 2009). Dalam sebuah pekerjaan waktu kerja sangatlah dibutuhkan pada karyawan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan

13 13 kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan akan timbul kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasan (Suma mur, 2009). Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi lama seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja dengan istirahat, waktu kerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi, siang, sore) dan malam hari (Suma mur, 2009). Dalam periode waktu bekerja siang atau malam sangatlah banyak terdapat masalah terutama masalah kerja malam. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar yang disebabkan antara lain oleh faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan sebab penting lain adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis (Suma mur, 2009). Pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat 3 kali pergantian shift yaitu shift pagi, siang dan malam yaitu pada shift pagi dimulai pukul WIB, shift siang WIB dan shift malam WIB. Setiap shift pada waktu bekerja memiliki perbedaan baik pada waktunya ataupun jumlah jam yang harus dilampaui oleh pekerja. Misalnya perbedaan jumlah jam kerja pada shift pagi, siang berbeda dengan perbedaan jumlah jam kerja pada shift malam hari. Survei terhadap shift kerja yang dilakukan oleh Tepas, dkk yang disadur oleh Pulat dalam Setyowati (2010) memperhatikan bahwa pada shift ketiga (waktu bekerja malam hari) waktu bekerja istirahat pekerja sedikit. Pada shift kedua (waktu kerja siang hari) pekerja dilaporkan bahwa pekerja istirahat cukup lama sedangkan pada shift pertama

14 14 (waktu kerja pagi hari), pekerja dilaporkan istirahat lebih lama dibandingkan dua kelompok lainnya. Pada survei awal yang dilakukan wawancara pada 10 orang karyawan di IRNA I pada shift pagi dan shift malam diketahui bahwa karyawan mengalami kelelahan disimpulkan dari data-data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap karyawan. Perawat yang mendapatkan shift kerja pada malam hari kurang mendapatkan istirahat yang cukup pada mestinya karena karyawan harus menghadapi pasien-pasien yang berada pada rumah sakit. Maka dari itu perlunya tenaga ekstra yang dibutuhkan oleh para karyawan. Selain melakukan wawancara penulis juga mengadakan pengukuran dengan mengunakan kuesioner kepada 10 responden. Penulis mengukur tingkat kelelahan tenaga kerja responden pada shift pagi dengan shift malam dan dapat diketahui skor sebagai berikut: Tabel 1. Pengukuran Sampel Kelelahan Shift Pagi Shift Malam Responden Skor Responden Skor Sumber: Data Primer Mei 2011 Hasil pengukuran skor kelelahan menunjukkan bahwa tenaga kerja pada shift malam lebih leleah dibandingkan dengan tenaga kerja shift pagi. Selain itu pada penelitian sebelumnya oleh Normawati (2009) menunjukkan adanya perbedaan tingkat kelelahan kerja yang signifikan antara shift pagi dengan shift malam.

15 15 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti: adakah pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja di rumah sakit. b. Menganalisa adanya pengaruh shift kerja pagi dan shift kerja malam terhadap kelelahan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja.

16 16 2. Manfaat Aplikatif Adapun manfaat dari kegiatan penelitian yang diharapkan dapat berguna bagi : a. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta pengembangan dan aplikasinya di dalam praktek. b. Tenaga Kerja Bagi tenaga kerja diharapkan dapat mengatur waktu istirahat atau waktu tidurnya dengan baik agar tidak mengalami kelelahan. c. Rumah Sakit Bagi pihak rumah sakit diharapkan, dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dalam upaya memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja sehingga pekerja terhindar dari kelelahan kerja.

17 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Shif Kerja a. Pengertian Shif Kerja Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Setyawati, 2010). ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/ shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus menerus (4X8), untuk hari biasa diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus menerus (3X8). Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek. Masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem juga merupakan sistem rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari, untuk 2 shift lainnya dilaksanakan 2 hari, dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari siklus ini bergiliran untuk setiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan mempertimbangkan faktor

18 18 sosial dan psikologis untuk industri yang bergerak pada bidang manufaktur yang kontinyu (Grandjean, 1993). b. Pembagian Shift Kerja Jurnal The Desigt of Shift Systems dalam Setyawati (2010) disebutkan bahwa terdapat 5 faktor utama yang harus diperhatikan dalam penentuan shift kerja, yaitu: 1) Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam. 2) Panjang waktu tiap shift kerja. 3) Waktu yang dimulai dan diakhirinya suatu shift. 4) Distribusi waktu istirahat. 5) Arah perubahan shift kerja. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah: a) Tersedianya waktu libur akhir pekan, minimal 2 x dalam sebulan. b) Setiap selesai shift kerja malam pekerja mendapat liburan minimal 2 hari. c) Jadwal dibuat secara sederhana dan mudah diingat. Merancang shift kerja ada dua macam hal yang harus diperhatikan yaitu kekurangan istirahat atau tidur harus ditekan sekecil mungkin untuk menghindari pekerja dalam terjadi kelelahan kerja. Shift kerja adalah pembagian kerja dalam waktu 24 jam meliputi kerja pagi, sore dan malam yang dilaksanakan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan memenuhi dan meningkatkan produksi, kepentingan masyarakat

19 19 (pelayanan/ jasa). Menurut William (1992) dikenal 2 macam sistem shift kerja terdiri dari: 1) Shift permanen, tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur disiang hari. 2) Shift rotasi, tenaga kerja bekerja tidak terus menerus ditempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift yang paling mengganggu terhadap cyrcardian rhythm dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang. ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/ shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus menerus (4X8), dan diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus menerus (3X8). c. Pengaruh Shif Kerja Pulat (1992) mengutarakan beberapa pengaruh shift kerja terhadap tubuh sebagai berikut : 1) Adanya pengaruh pada kualitas tidur. Tidur pada siang hari tidak seefektif tidur pada malam hari. Biasanya dibutuhkan dua hari istirahat sebagai kompensasi kerja pada malam hari. Survei terhadap shift kerja yang dilakukan oleh Tepas, dkk yang disadur oleh Pulat dalam

20 20 Setyowati (2010) memperhatikan bahwa pada shift ketiga (waktu bekerja malam hari) waktu bekerja istirahat pekerja sedikit. Pada shift kedua (waktu kerja siang hari) pekerja dilaporkan bahwa pekerja istirahat cukup lama sedangkan pada shift pertama (waktu kerja pagi hari), pekerja dilaporkan istirahat lebih lama dibandingkan dua kelompok lainnya. 2) Kapasitas kerja fisik saat bekerja pada malam hari kurang. 3) Shift kerja juga mempengaruhi kapasitas mental. Johnson dalam Pulat (1992) melaporkan bahwa kapasitas mental menurun, kewaspadaan dalam bekerja berkurang misalnya kejadian pada quality control dan pengawasan lain. Lebih lanjut Kelly dan Schenieder dalam Pulat (1992), mengutarakan bahwa terjadi kesalahan yang meningkatkan secara bermakna yaitu 80 sampai 180 persen pada pelaksanaan shift kerja yang panjang. 4) Gangguan kejiwaan dilaporkan dapat terjadi pada pekerja shift malam. Alasan utamanya adalah kompensasi tidur pada siang hari dan dampak sosial yang ada. Dampak sosial ini dapat mengganggu kehidupan rumah tangga dan berkurangnya kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman dan masyarakat. 5) Gangguan pencernaan dapat terjadi pada pekerja shift malam hari (Setyawati, 2010). Disisi lain shift kerja dapat disesuaikan waktu

21 21 maupun lamanya, namun akan lebih baik jika disesuaikan dengan beban jenis fisik dan beban mental pekerja (Setyawati, 2010). Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Hal ini berhubungan dengan circadian rhythem Fungsi tubuh yang ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia tersebut menunjukkan siklus harian yang teratur. Shift kerja malam dapat menimbulkan akibat yang cukup menggangu pekerja khususnya apabila pekerja mengalami kurang tidur. 2. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kerja Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengaruh kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma mur, 2009). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue (Budiono, S., et al., 2003). Setyawati (2010) dengan menyadur dari beberapa penulis lain menyatakan bahwa kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas

22 22 tetapi dapat dirasakan oleh para pekerja. Terdapat pengertian kelelahan kerja, antara lain: a. Kelelahan adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Grandjean, 1995). b. Dari sudut neurofisiologi diungkapkan bahwa kelelahan dipandang sebagai suatu keadaan sistematik saraf sentral, akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan anatara sistem aktivasi dan sistem inhibisi pada batang otak (Grandjean dan Kogi, 1971). c. Perasaan lelah pada pekerja adalah semua perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pekerja serta merupakan fenomena psikososial. Latar belakang psikososial sangat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja dan diutamakan oleh Yoshitake (1971) bahwa terdapat hubungan yang erat antara derajat gejala kelelahan dan derajat perasaan lelah. d. Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap stress psikososial yang dialami dalam suatu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja itu cenderung menurunkan prestasi maupun motivasi pekerja bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan

23 23 kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja (Cameron, 1973). e. Chavalistsakulchai dan Shahvanaz (1991) mengutarakan bahwa kelelahan kerja adalah suatu fenomena yang kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Kelelahan umum ditujukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan pesarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis (Suma mur, 2009). Kelelahan dapat dikurangi ataupun ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang ditunjukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan lingkungn kerja di tempat kerja (Suma mur, 2009). b. Gejala Kelelahan Kerja Menurut Grandjean dan Kongi dalam Setyawati (2010) berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan ada dua macam yaitu: kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Dalam hal kelelahan terjadi berlanjut bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut:

24 24 1) Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan presepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif. 2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan. Disamping gejala-gejala yang tidak spesifik berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur (Gilmer, 1996 dan Cameron, 1973). Kelelahan kerja terjadi tidak hanya sore hari setelah bekerja saja tetapi juga telah terasa sebelum mulai bekerja. Kelelahan kerja ini disebut juga clinical fatigue, dan umumnya diderita oleh pekerja yang mengalami kesulitan-kesulitan psikososial. Oleh sebab itu sangat sulit untuk membedakan apakah kelelahan tersebut disebabkan oleh karena faktor luar atau oleh faktor dalam. Disebut juga bahwa kelelahan kerja merupakan kelelahan umum, dan sering disebut sebagai psychic fatigue atau nervous fatigue (ILO, 1983). Gejala-gejala kelelahan kerja adalah: kelelahan bersifat umum, kehilangan inisiatif, tendensi depresi, kecemasan, peningkatan sifat mudah tersinggung, penurunan toleransi, kadang-kadang perilaku bersifat asosial (Setyawati, 2010). Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyektif dan objektif antara lain perasaan lesu, ngantuk dan

25 25 pusing, tidak atau berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono, S., et al., 2003). c. Jenis Kelelahan Menurut Suma mur (2009), kelelahan dapat dibagi menjadi dua macam : 1) Kelelahan Umum Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (Budiono, S., et al., 2003). Sebab-sebab kelelahan secara umum adalah monotoni, intensitas dan lama kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh ini berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma mur, 2009) 2) Kelelahan Otot (Muscular fatigue) Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar

26 26 (External sign). Tanda-tanda kelelahan otot pada percobaanpercobaan, otot dapat menjadi lelah adalah sebagai berikut: a) Berkurangnya kemampuan untuk menjadi pendek ukurannya. b) Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi. c) Memanjangnya waktu laten yaitu waktu di antara perangsangan dan saat mulai kontraksi (Budiono, S., et al., 2003). d. Penyebab Kelelahan Dalam kehidupan sehari-hari kelelahan menpunyai berbagai macam penyeban yang berbeda. Waters dan Bhattacharya pada Tarwaka (2010) menyatakan kelelahan bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang atau repetitive (Nurmianto, 2004). Pekerjaan

27 27 dengan keadaan baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik (Budiono, S., et al., 2003). Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur, 2009). Faktor psikologi juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah (Suma mur, 2009). Kelelahan dapat dihilangkan dengan berbagai cara, yaitu melakukan rotasi sehingga pekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama selama berjam-jam, memberi kesempatan pada pekerja untuk berbicara dengan rekannya, meningkatkan kondisi lingkungan kerja, memperbaiki lingkungan kerja (Budiono, S., et al., 2003) dan memberikan waktu istirahat yang cukup (Nurmianto, 2004). e. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kelelahan tidak dapat terjadi begitu saja tanpa ada sebab dan akibatnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yang dialami oleh para tenaga kerja yaitu antara lain: 1) Faktor Internal a) Usia Menurut Lambert and David (1996) dalam Suma mur (2009) kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia

28 28 pertengahan 20-an dan kemudian menurun secara perlahanlahan tapi pasti. Pada usia yang meningkat akan diikuti oleh proses degerasi dari organ, sehingga dalam hal ini kemampuan organ menurun. Dengan penurunan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan. b) Jenis Kelamin Jenis kelamin juga mempengaruhi kelelahan yang dialami oleh para pekerja. Menurut Adriana Pusparini dalam (Budiono, S., et al., 2003) mengemukakan bahwa pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya kondisi fisik maupun psikisnya. Hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada laki-laki. c) Riwayat Penyakit Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu antara lain: (1) Penyakit ginjal Pengaruh kerja pada faal ginjal terutama dihubungakan dengan pekerjaan yang perlu mengarahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja yang panas. Kedua-duanya mengurangi peredaran darah pada ginjal

29 29 dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal (Suma mur, 2009). Pengeluaran keringat yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat sehingga kelelahan akan mudah terjadi (Suma mur, 2009). Tekanan mekanis multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresi zatzat ini. Penambahan air yang berlebihan pada cairan ekstraseluler yaitu dengan berkeringat (Guyton, 1997). (2) Penyakit Tekanan Darah Rendah Berkurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung, berakibat berkurangnya pula jumlah oksigen sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi adanya kelelahan (Nurmianto, 2003). Penurunan kapasitas karena serangan jantung memungkinkan menyebabkan tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa sehingga menyebabkan darah tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun kebagian tubuh yang lain (Soeharto, 2004). Maka dari itu asupan oksigen

30 30 kurang dan menyebabkan kelelahan terjadi pada para tenaga kerja. (3) Penyakit Tekan Darah Tinggi Penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor terjadinya kelelahan kerja yang dimana menurut Soeharto (2004) tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami suatu proses pengerasan. Pengerasan pembuluh-pembuluh tersebut dapat juga disebabkan oleh endapan lemak pada dinding. Proses ini menyempitkan lumen (rongga atau ruang) yang terdapat di dalam pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan (Santoso, 2004). (4) Penyakit jantung Saat bekerja jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaanya menjadi meningkat (Guyton, 1997). Selain itu jika ada beban ekstra yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat

31 31 mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung. Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit (Soeharto, 2004). Kekurangan oksigen jika terus-menerus, maka akan terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anerobik dimana akan mengalami asam laktat yang mempercepat kelelahan (Santoso, 2004). (5) Keadaan Psikologis Faktor psikologis memainkan peranan besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Budiono, S., et al., 2003). (6) Sikap Kerja Sikap kerja harus mendapat perhatian yang layak, karena sikap kerja dapat menjadi penyebab dari lelah, sakit, sampai kecacatan (Suma mur, 2009). Untuk menghindari tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis (Tarwaka, 2010). Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan

32 32 efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Ramadhani Srie dalam Budiono, dkk., 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain: nyeri, kelelahan dan bahkan kecelakaan (Santoso, 2004). (7) Status Gizi Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur, 2009). IMT = Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

33 33 Tabel 2. Kategori IMT NO Kategori IMT 1 Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 2 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 3 Normal 18,5 25,0 4 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 27,0 5 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 (I Dewa Nyoman Supriasa, dkk., 2002) 2) Faktor Internal a) Beban Kerja Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proposional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi asam laktat (Nurminanto, 2003). Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini mempercepat pula kelelahan seseorang (Suma mur, 2009). b) Masa Kerja Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama tenaga kerja mulai bekerja hingga saat penelitian dilakukan yang mana masa kerja dihitung dengan satuan tahun.

34 34 c) Monotoni Suatu kerja yang berhubungan dengan hal sama dalam periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan produktifitas (Pusparini dalam Budiono, dkk., 2000). d) Keadaan Lingkungan (1) Kebisingan Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Heru Setiarto, 2002). (2) Penerangan Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang

35 35 lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma mur, 2009). Menurut Habsari Diana dalam Budiono, dkk (2003) penerangan yang buruk dapat mengakibatkan: (a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. (b) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata. (c) Kerusakan indera mata. (d) Kelelahan mental. (e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan f. Pengendalian Kelelahan Kerja Beberapa hal yang patut mendapat perhatian dan diselenggarakan sebaik-baiknya agar kelelahan dapat dikendalikan adalah : 1. Lingkungan kerja yang bebas dari zat-zat yang berbahaya, pencahayaan yang memadahi, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi pekerja, pengaturan udara di tempat kerja yang adekuat di samping bebas dari kebisingan dan getaran. 2. Waktu kerja yang berjam-jam harus diselingi oleh istirahat yang cukup untuk makan dan keperluan khusus lainnya.

36 36 3. Kesehatan umum pekerja harus baik dan selalu dimonitor, khususnya untuk daerah tropis dimana banyak pekerja yang cenderung mengalami kekurangan gizi dan menderita penyakit yang serius. 4. Disarankan pula agar kegiatan yang menegangkan dan beban kerja yang berat tidak terlalu lama. 5. Jarak tempat tinggal dan tempat kerja diusahakan seminimal mungkin dan bila perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya yaitu berupa pengedaan trasportasi bagi pekerja dari dan ketempat kerja. Diseyogyakan dalam rangka mencegah kelelahan kerja yang melebihi maka perlu disarankan agar jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja, masa kerja/ melaksanakaan tugas serta kembali ke tempat tinggal dari tempat kerja menghabiskan waktu kurang lebih 13 jam per hari kerja, sehingga terdapat cukup waktu untuk bersosialisasi dan melaksanakan kehidupan pribadi. 6. Pembinaan mental para pekerja di perusahaan secara teratur maupun berkala dan khusus perlu dilaksanakan dalam rangka stabilitas pekerja, dan harus ditangani secara baik di lokasi kerja. Fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat direncanakan secara baik dan berkesinambungan. Cuti dan liburan diberikan kepada pekerja dan dilaksanakan sebaik-baiknya. 7. Perhatian khusus bagi kelompok pekerja tertentu perlu diberikan, yaitu kepada pekerja usia muda, wanita-wanita yang hamil dan menyusui,

37 37 pekerja usia lanjut, pekerja yang menjalani shift kerja malam, pekerja yang baru pidah dari bagian lain. 8. Pekerja-pekerja bebas dari alkohol maupun obat-obatan yang membahayakan serta yang menimbulkan ketergantungan. g. Pengukuran Derajat Kelelahan Kerja Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan kerja secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja (Tarwaka, dkk., 2004). Menurut Granjean (1993) metode pengukuran tingkat kelelahan kerja ada beberapa cara, antara lain: 1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. 2. Uji Psiko-motor Pada metode ini pengukuran yang digunakan adalah perhitungan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya suatu kegiatan.

38 38 3. Uji Fliker Fusion Dalam kondisi yang lelah kemampuan tenaga kerja untuk melihat kedepan akan berkurang. Semakin lelah maka semakin panjang waktu yang tipe perasaan kelelahan secara subjektif Subjective Self Rating test dari Industrial Fatique Research Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan. 4. Uji mental Pada uji ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Pengukuran tingkat kelelahan kerja pada penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja. h. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Kerja Pengaruh antara shift kerja terhadap kelelahan kerja sangat erat sekali. Karena pola pembagian shift kerja yang kurang baik antara waktu satu dengan yang lain akan memicu terjadinya kelelahan kerja yang mana sangat membahayakan keselamatan bagi para pekerja. ILO 1983 menyatakan tingkat kecelakaan menurun tetapi tingkat keparahan kecelakaan naik 35% pada shift malam dibandingkan shift pagi dan sore. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Carpenter dan Camazian (1978), pada kecelakaan yang terjadi pada industri metal, tingkat

39 39 keparahan terjadi pada malam hari. Kelelahan kerja malam relative sangat besar sebabnya antara lain ialah faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan sebab penting lain adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyaratan simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis (Suma mur, 2009). Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umunya 6-10 jam. Sisanya (14-18 jam). Dipergunakan dalam kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidak puasan (Suma mur, 2009). Menurut Wicken (2004) kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythm akibat jet lag atau shift work. Menurut Jarpadi (2002) gangguan tidur yaitu gangguan di mana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat

40 40 berhubungan dengan cyrcardian rhythm. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan cyrcardian rhythm antara lain temperatur badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadaan normal fungsi cyrcardian rhythm mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/ aktivitas. Siklus cyrcardian rhythm ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Keduanya dapat mengganggu irama tidur cyrcardian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan pada fase REM. Menurut Granjean (1993) sebagaimana kita ketahui, sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhythm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbulah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.

41 41 B. Kerangka Pemikiran Shift kerja (pagi, malam) Cyrcardian Rhythm Gangguan Siklus Biologi Irama Tidur-Bangun Faktor Internal 1. Jenis kelamin 2. Status Gizi 3. Usia 4. Masa kerja Fungsi Faal Tubuh Kelelahan kerja Faktor Eksternal 1. Keadaan Lingkungan (penerangan dan kebisingan) 2. Beban kerja 3. Psikis 4. Sikap kerja C. Hipotesis Ada Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

42 42 BAB III METODOLOGI PENDIDIKAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasar pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Sugiyono, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap I pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, pada bulan Juli C. Populasi Penelitian Pada penelitian kali ini, populasi penelitian adalah perawat yang bekerja pada Instalasi Rawat Inap I yang berjumlah 288 orang. Kriteria inklusi populasi penelitian yaitu: a. Umur pekerja yang berusia tahun b.masa kerja lebih dari 1 tahun c. Jenis kelamin perempuan.

43 43 D. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Porbability Sampling yaitu dengan Sampling Kuota untuk menentukan jumlah kuota yang diinginkan agar mendapatkan jumlah populasi sampel yang diinginkan. Sebelum melakukan Sampling Kuota karena melihat banyaknya sample maka dilakukan Simple Random Sampling untuk menentukan kuota yang diinginkan oleh peneliti. Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2004). Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2004). Pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling pada penelitian ini peneliti mengunakan cara yaitu dengan mengambil daftar secara acak dari daftar hadir yang berada pada tempat kerja. E. Sample Penelitian Untuk sampel penelitian diambil dari jumlah populasi yang ada di Instalasi rawat Inap I yang berjumlah total 288 yang kemudian dilakukan criteria inklusi pada populasi penelitian maka diperoleh data sebanyak 192 pekerja, kemudian dilakukan teknik Non Probality Sampling dengan mengunakan Sampling Kuota untuk memperoleh sampel penelitian. Pengambilan Sampling Kuota mengunakan teknik Simpel Random Sampling

44 44 untuk memilih secara acak pekerja yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Maka diperolehlah sampel penelitian untuk shift pagi sebanyak 30 sampel orang shift pagi dan 30 sampel orang pada shift malam. Dengan jumlah total sampel yaitu 60 pekerja yang berada pada Instalasi rawat Inap I RSUP Yogyakarta. F. Identifikasi Variabel Penelitian 1.Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift kerja 2.Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja. 3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu : a. Variabel pengganggu terkendali : usia, jenis kelamin, status gizi, masa kerja, beban kerja, sikap kerja, penerangan, kebisingan. b. Variabel pengganggu tidak terkendali : psikis tenaga kerja.

45 45 G. Definisi Oprasional Variabel Penelitian 1. Shift kerja Shift kerja adalah kerja yang dibagi dalam tiga waktu kerja dan terdiri dari tiga kelompok kerja, yaitu : a. Shift pagi Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai dari pukul WIB. b. Shift malam Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari dimulai dari pukul WIB Skala pengukuran : Nominal 2. Kelelahan Kelelahan adalah pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh akibat melakukan suatu pekerjaan yang meliputi sensasi kelelahan, motivasi, aktivitas mulai turun sampai tidak kuat lagi bekerja. Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : nominal Kategori : 0 = lelah (jumla skor kuesioner antara 0-42) 1= tidak lelah (jumlah skor kuesioner antara 43-85).

46 46 H. Desain Penelitian Populasi (N) Subjek (n) Simple Random Sampling Shift pagi Shift malam Lelah Tidak lelah Tidak lelah Lelah Chi-Square test Gambar 2. Desain Penelitian I. Alat dan Bahan Penelitian Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kelelahan subjek penelitian yang dibuat oleh Setyawati pada tahun 1994 yang telah diuji validitasnya. 2. Alat tulis Alat untuk mencatat hasil pengukuran

47 47 J. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik chisquare dengan mengunakan program komputer SPSS versi 16.0 dengan tingkat signifikan 95%, maka interpretasi hasil sebagai berikut: a. P 0,01= sangat signifikan b. P > 0,01 tetap P 0,05= signifikan c. P > 0,05 = tidak signifikan (Hastono, 2001).

48 48 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah salah satu Rumah Sakit Umum Pemerintah dengan produksi yaitu jasa kesehatan bagi para masyarakat yang membutuhkan penyembuhan penyakit ataupun perawatan kesehatan. Pada RSUP Dr. Sardjito untuk pelayanan kesehatan rawat inap pasien rumah sakit terbuka secara umum selama 24 jam dalam satu minggu, sehingga pekerja dituntut memiliki stamina yang baik dan sehat agar tidak terjadi kelelahan pada waktu bekerja. Untuk mencegahnya, maka pihak rumah sakit menjalankan shift kerja untuk para pekerja pada bidang rawat inap. Shift kerja pada rumah sakit Dr. Sardjito khususnya bagian rawat inap menggunakan pergantian shift sebanyak 3 kali pergantian yaitu pagi pukul WIB, siang pukul WIB, malam pukul WIB. RSUP Dr. Sardjito berdiri sejak tahun 1954 sampai sekarang dengan alasan dirasakan adanya kebutuhan mendesak perlunya Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) guna mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jawa Tengah bagian Selatan.

49 49 B. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui umur tenaga kerja pada Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan jumlah sampel 20 orang pada shift pagi dan 20 orang pada shift malam dengan jumlah total yaitu 40 orang secara keseluruhan, tersaji dalam tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Umur Tenaga Kerja Umur Shift Pagi Shift Malam (tahun) Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase % 3 15 % % 8 40 % % 6 30 % % 3 15% % 0 0% Jumlah % % Sumber: Data Primer Juni 2011 Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa responden pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk shift pagi usia tahun berjumlah 5 orang (25%), usia tahun berjumlah 5 orang (25%), usia tahun berjumlah 2 orang (10%), usia tahun berjumlah 3 orang (15%), usia tahun berjumlah 5 orang (25%), dengan persentase terbanyak yaitu ada pekerja di usia 20-25, dan tahun sebanyak 5 orang (25%). Sedangkan untuk shift malam yaitu tahun sebanyak 3 orang (15%), usia tahun sebanyak 8 orang (40%), usia tahun sebanyak 6 orang (30%), usia tahun sebanyak 3 orang (15%), usia tahun sebanyak

50 50 0 orang (0%), dengan persentase terbanyak yaitu pada pekerja di usia dan tahun sebanyak 8 orang (40%). 2. Masa Kerja Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui masa kerja tenaga kerja pada Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan jumlah sampel 20 orang pada shift pagi dan 20 orang pada shift malam dengan jumlah total yaitu 40 orang secara keseluruhan, tersaji dalam tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Masa Kerja Shift Pagi Shift Siang (tahun) Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase % 4 20 % % 4 20 % % 5 25 % % 5 25 % % 2 10 % Jumlah % % Sumber: Data Primer Juni 2011 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk shift pagi pada masa kerja 1-5 tahun sebanyak 2 orang (15%), 6-10 tahun sebanyak 4 orang (20%), tahun sebanayak 5 orang (25%), tahun sebanyak 5 orang (25%), tahun sebanyak 2 orang (15%), dengan persentase terbanyak yaitu pada masa kerja tahun dan tahun dengan jumlah masing-masing 5 orang (25%). 3. Status Gizi Status gizi responden dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi kuadrat tinggi

51 51 badan (TB²). Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui status gizi tenaga kerja pada Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan jumlah sampel 30 orang pada shift pagi dan 30 orang pada shift malam dengan jumlah total yaitu 60 orang secara keseluruhan, tersaji dalam tabel berikut: Tabel 5. Distribusi IMT IMT Shift Pagi Shift Malam Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase % 0 0% 18,5-25, % 15 75% 25,5-27,0 3 15% 4 20% > % 1 5% Jumlah % % Sumber: Data Primer Juni 2011 Berdasarkan tabel Status gizi pekerja dengan nilai IMT responden pada shift pagi 70 % berada pada kisaran 18,5-25,0 dalam kategori status gizi baik. Sedangkan 15 % berada pada kisaran 25,5-27,0 dalam kategori status gizi kelebihan berat badan tingkat ringan. Sedangkan pada shift malam 75 % berada pada kisaran 18,5-25,0 dalam kategori gizi baik. Sedangkan 20% berada pada kisaran 25,5-27,0 untuk kategori status gizi kelebihan berat badan tingkat ringan. 4. Jenis Kelamin Bedasarkan kuesioner pada RSUP Dr. Sardjito dan telah diadakan kriteria inklusi pada waktu pengambilan sampel penelitian maka diperoleh pekerja dengan jenis kelamin perempuan pada shift pagi sebanyak 20 orang,dan shift malam sebanyak 20 orang.

52 52 C. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui kelelahan kerja yang dialami oleh tenaga kerja pada Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan jumlah sampel 20 orang pada shift pagi dan 20 orang pada shift malam dengan jumlah total yaitu 40 orang secara keseluruhan, tersaji dalam tabel berikut: Tabel 6. Distribusi Kelelahan Kerja Tingkat Shift Pagi Shift Malam Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Lelah % % Tidak Lelah % % Jumlah % % Sumber: Data Primer Juni 2011 Berdasarkan hasil dari tabel diatas didapat responden di bagian Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, pada shift pagi yang mengalami kelelahan pada waktu bekerja sebesar 45.0% sedangkan yang tidak mengalami kelelahan sebesar 55.0%. Untuk shift malam sebelum bekerja yang mengalami kelelahan sebesar 85.0% sedangkan yang tidak mengalami kelelahan sebesar 15.0% Kelelahan dapat diukur dengan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). Kuesioner ini digunakan untuk mengukur perasaan subyektif kelelahan tenaga kerja. Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui kelelahan kerja yang dialami oleh tenaga kerja pada Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan jumlah sampel 20 orang pada shift pagi dan 20 orang

53 53 pada shift malam dengan jumlah total yaitu 20 orang secara keseluruhan, tersaji dalam tabel berikut Tabel 7. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta No Jumlah Skor Kuesioner Kelelahan Kerja Shift Pagi Keterangan Shift Malam Keterangan 1 60 Tidak lelah 33 Lelah 2 65 Tidak lelah 40 Lelah 3 81 Tidak lelah 55 Lelah 4 79 Tidak lelah 49 Lelah 5 66 Tidak lelah 40 Lelah 6 68 Tidak lelah 44 Lelah 7 55 Lelah 35 Lelah 8 49 Lelah 39 Lelah 9 51 Lelah 45 Lelah Lelah 69 Tidak lelah Lelah 29 Lelah Tidak lelah 35 Lelah Tidak lelah 67 Tidak lelah Lelah 39 Lelah Lelah 30 Lelah Lelah 50 lelah Tidak lelah 39 Lelah Tidak lelah 44 Lelah Lelah 50 Lelah Tidak lelah 72 Tidak lelah Sumber: Data Primer Juni 2011 Berdasarkan tabel diatas diketahui perolehan skor kuesioner Kelelahan Kerja. Dengan jumlah skor kelelahan kerja untuk kategori lelah antara 0-56, sedangkan untuk karyawan tidak lelah dengan jumlah skor Dari tabel diatas diperoleh data yaitu karyawan lelah pada shift kerja pagi sejumlah 9 orang sedangkan yang tidak lelah berjumlah 11 orang. Untuk shift kerja malam diperoleh data yaitu karyawan yang mengalami kelelahan sejumlah 17 orang sedangkan yang tidak mengalami lelah sejumlah 3 orang.

54 54 D. Uji Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji Chi Square, dengan kategori nominal untuk shift kerja dan nominal untuk kelelahan kerja menurut Riyanto (2009) maka didapatkan nilai p value = 0,022 yang berarti p > 0,01 tetapi p 0,05 sehingga hasil uji menunjukkan nilai yang signifikan yaitu adanya pengaruh antara variabel bebas dan terikat. Berarti terdapat pengaruh yang diakibatkan oleh shift kerja terhadap kelelahan kerja di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Tabel 8. Hasil Uji Chi-Square Nominal by Nominal Symmetric Measures Contingency Coefficient Value N of Valid Cases 40 Approx. Sig Sumber: Data Primer Pengukuran Statistik Kelelahan Kerja Uji Chi-Squar 2011 Perbedaan Antara Kelelahan Sebelum Kerja Pada Shift Pagi dengan Kelelahan Kerja Pada Shift Malam. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 menggunakan uji chi-square antara kelelahan kerja pada shift pagi dengan kelelahan kerja pada shift malam diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,022 maka Ho ditolak artinya

55 55 signifikan, artinya ada pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

56 56 BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Umur Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara tahun. Dalam penelitian ini umur yang diambil adalah umur antara tahun, sehingga usia tersebut masih termasuk usia kerja yang produktif. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa umur responden di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta paling banyak adalah usia tahun pada shift pagi yaitu 5 orang (25%) dan usia tahun pada shift malam dengan jumlah masing-masing 8 orang (40%). Menurut Astrand dan Rodhal (1977), Gradjean (1993), Genaidy (1996) dan Konz (1996) dalam Tarwaka (2010) umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun. Pada umur tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%. Kemampuan sensoris menurn sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan; VO 2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat

57 57 keputusan dan kemampuan meningkat jangka pendek. Dengan demikian pengaruh umur harus dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada seseorang. Heru dan Haryono (2007), semakin tua semakin sulit merespon panas karena penurunan efisiensi cardiovascular (jantung). Makin tua makin sulit berkeringat sehingga memperkecil kemampuan untuk menurunkan suhu inti. Pada pekerjaan yang sama, tenaga kerja yang berusia tua mempunyai suhu inti lebih tinggi daripada tenaga kerja yang berusia muda. Untuk pemulihan kondisi tubuh selama istirahat membutuhkan waktu lebih lama. Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan kelelahan. 2. Masa Kerja Masa kerja karyawan di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta antara 1-25 tahun. Menurut tabel 4 diketahui bahwa masa kerja responden pada Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang paling banyak adalah antara tahun dan tahun dengan jumlah masing-masing 5 orang (25%). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja sudah memiliki keterampilan dan kemampuan. Menurut Nitisemito (1996), masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan dengan bidangnya. Menurut Soekidjo

58 58 Notoatmojo (2002) semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini peneliti mengambil responden yang telah bekerja lebih dari 12 bulan untuk menghindari tenaga kerja yang kurang terampil atau kurang berpengalaman, hal ini menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari faktor internal yang mempengaruhi kelelahan kerja dapat dikendalikan. Jadi, kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor masa kerja. 3. Status Gizi Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Budiono, dkk, 2003). Jika kita tidak menyerap gizi secukupnya, tingkat tenaga kita akan rendah dan menyebabkan kelelahan (Yayasan Sprita, 2010). Dalam penelitian ini mengambil responden yang memiki status gizi baik menurut IMT. Jadi, kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh Status gizi. 4. Kelelahan Kerja Hasil pengukuran Kelelahan Kerja di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berdasarkan Tabel 6 terdapat 11 responden mengalami kelelahan, 9 responden tidak mengalami kelelahan pada saat bekerja di shift

59 59 pagi. Sedangkan untuk pekerja yang memperoleh shift kerja pada malam hari terdapat 17 responden mengalami kelelahan, 3 responden tidak mengalami kelelahan. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa ada tenaga kerja yang mengalami kelelahan dan tidak mengalami kelelahan. Kelelahan kerja tersebut dapat terjadi karena perbedaan shift kerja. Perbedaan kelelahan kerja tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor dimana salah satunya disebabkan oleh jadwal shift kerja yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Untuk menurunkan tingkat kelelahan kerja telah dilakukan pembatasan populasi untuk homogenitas populasi penelitian. Masih adanya kelelahan kerja pada tenaga kerja kemungkinan disebabkan karena faktor-faktor lain yang tidak dikendalikan misalnya: Keadaan Lingkungan (penerangan dan kebisingan), beban kerja, psikis, sikap kerja yang monoton, intensitas dan ketahanan kerja fisik dan mental, cuaca ruang kerja, tanggung jawab, ketegangan dan konflik, penyakit dan gizi, circadian rhytm. Kelelahan berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh, selain itu juga menyebabkan seseorang berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis berakibatkan tertidur. Kelelahan mudah ditiadakan dengan beristirahat. Tetapi, jika dipaksakan terus, kelelahan akan bertambah dan mengganggu kesehatan (Suma mur, 2009). Menurut Budiono (2003), gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan obyektif antara lain: perasaan lesu,

60 60 ngantuk dan pusing, tidak/berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani. B. Analisa Bivariat Pengukuran pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilakukan dengan uji statistik dengan Chi- Squar. Dari hasil pengujian statistik Chi-Square didapatkan nilai p value 0,022, maka p value > 0,01 tetapi p value 0,05 maka dinyatakan signifikan. Dasar pengambilan keputusan ini adalah jika p value > 0,05 maka Ho ditolak artinya tidak signifikan, yaitu ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat yang berarti ada pengaruh antara shift kerja dengan kelelahan kerja di Istalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wijaya, dkk (2006) dalam penelitian yang berjudul hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur dan kelelahan kerja perawat instalasi rawat darurat rumah sakit dr. Sardjito Yogyakarta hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ada hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur dan kelelahan kerja perawat instalasi rawat darurat Rumah Sakit Dr. Sardjito. Hal tersebut juga telah sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Andaru Jati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

61 61 Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Antara Shift Kerja Siang dan Shift Kerja Malam di Bagian CPA JOB Pertamina-Petrochina East Java di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Sesuai dengan teori yang sudah ada yang dikemukakan oleh Granjean (1993) bahwa secara fungsional seluruh organ tubuh pada siang hari adalah dalam keadaan siap beraktivitas (ergotropic phase), sedangkan pada malam hari adalah sebaliknya (trophotropic phase) yaitu fungsi tubuh secara alamiah akan beristirahat untuk penyegaran. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbulah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Tenaga kerja shift malam memiliki waktu istirahat/ tidur yang kurang karena banyaknya gangguan dan aktivitas pada siang hari. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain. Oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhnya

62 62 menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari (Suma mur, 2009). Berger dan Hobbs (2006) menyarankan untuk melakukan tidur siang pada pekerja shift malam, menghilangkan kerja lembur hingga lebih 12 jam dan mengerjakan tugas sebelum jam 4 pagi untuk shift malam. Pada waktu akhir shift malam setelah jam 4 pagi, terjadi perubahan tingkat cortisol, suhu badan dan tingkat melatonin yang akan berpengaruh pada kinerja pekerja. Menurut Arora dkk, (2006) tidur sebentar dalam tugas shift malam berdampak positif untuk mengurangi kelelahan tanpa mengurangi kinerja.

63 63 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Ada pengaruh shift kerja terhadap kelelahan tenaga kerja yang signifikan p value 0,022 yaitu p value > 0,01 tetapi 0,05, pada karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menunjukkan adanya pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja. B. Saran 1. Bagi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, agar dipertimbangkan kembali pembagian waktu kerja pada tiap shift kerja, yang saat ini pembagian kerjanya adalah shift pagi bekerja selama 7 jam dan shift malam bekerja 9 jam, menjadi shift pagi 8 jam, shift sore 8 jam, dan shift malam 8 jam. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak dari shift kerja dan kelelahan kerja terhadap produktivitas dan daya tahan tubuh pada tenaga kerja. 3. Bagi tenaga kerja, agar membiasakan diri berolahraga ringan seperti menggerak-gerakkan kepala, tangan dan kakinya di sela sela pekerjaannya ataupun pada saat istirahat. Kemudian tenaga kerja sebaiknya mempergunakan waktu istirahat yang telah diberikan oleh perusahaan yaitu 1 jam dengan sebaik baiknya jangan digunakan hanya untuk mengobrol.

64 64 DAFTAR PUSTAKA Andaru Jati, Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Antara Shift Siang dan Shift Malam di Bagian CPA JOB Pertamina-PetroChina East Java di Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Skripsi). Surakarta: Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Arora, V., Dunphy, C., Chang, V.Y, Ahmad, F.,Humphrey, H.J., Meltzer, D., The Effect on-duty Naping on Intern Sleep Time Fatique, Annals of internal Medicine.144(11). Berger, A. M., dan Hobbs, B., 2006 A Impact of shift work on health and safety on nurses and patients, Clinical Journal of Ocology Nursing, 10(4). Budiono, S., et al., 2003 Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Cameron, C A Theory of Fatique. Ergonomis. Val 16 No. 5: Chavalitsakulchai, P., dan Shahnavaz, H Musculokeletal Discomfort and Feeling of Fatique Among Female Professional Workers ;The Need for Ergonomics Consideration. J. Human Ergol. 20: Granjean Etienne, Fitting the task to the man. Taylor & FrancisLondon. New York. Granjean, E., dan Kogi, K Introductory Remarks. Kyoto Symposium on Methodologi of Assessment. Japan. Guyton, Arthur C Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC. Hastono, Analisis Data, Jakarta : FKM UI. Heru Setiarto Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pengemudi bus jurusan Grabag borobudur, Skripsi. Semarang : UNDIP Heru Subaris, Haryono Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

65 65 ILO 1983 Encyclopedia of Occupational Healt and Safety. Volume I. International Labour Office. Geneva. Jarpadi Iskandar, Gangguan Tidur, (Diakses pada tanggal 1 Mei 2011) Lambert and David Tubuh Manusia. Jakarta: Arcan. Margatan and Arcole Kiat Hidup SEhat BAgi Usia Lanjut. Solo. CV. Aneka. Nitisemito. A. S Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Nurmianto, E., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya. Normawati Widyaningtyas, Perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift 1 dan shift 2 di departemen production finishing Pt. Panasonic gobel energy indonesia (pecgi) Bekasi (Skripsi).. Surakarta : Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS. Santoso, S., SPSS Versi 10. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo Setyawati., L., Books Selintas Tentang Keselamatan Kerja. Yogyakarta. Amara Suma mur, P.K.2009 Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Sagung Seto Soekidjo Notoatmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV Rineka Cipta. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. Bandung. Afabeta Soeharto, I., Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tarwaka, Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Ditempat Kerja. Surakarta. Harapan Press Wicken, C,D., Lee, J. D., Liu, Y., Becker, S.E.G., (2004). An Introduction To Human Factors Engineering, Prentice Hall, New Jersey.

66 66 Wijaya, Lientje Setyawati, dan Endang Suparniati, Hubungan Antara Shift Kerja dengan Gangguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana Universitas Gjah Mada. Yayasan Sprita, Kelelahan. Jakarta : Yayasan Sprita

67 Lampiran 1 67

68 68 Lampiran 2

69 Lampiran 3 69

70 Lampiran 4 70 SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONCENT) Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Umur : Alamat : Menyatakan bahwa: 1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian:.. (Diisi judul penelitian) 2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondiai: a. Data yang yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan haya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah. b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/ tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alas an apapun. Saksi Yogyakarta, Yang membuat pernyataan (..) (..)

71 Lampiran 5 71 KUESIONER ALAT UKUR PERASAAN KELELAHAN KERJA Kursioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja I (Dibuat, diuji validitas dan diuji reliabilitasnya oleh: Dr. dr. Lientje Setyawati K. Mauris, MS. SpOk. Pada Tahun 1994 di Yogyakarta) Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan : a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah Lingkarilah jawabab sesuai dengan keadaan anda Nama Bagian Berat Badan : : : Tinggi Badan :. Masa Kerja Usia :. :. Shift I/ II/ III * (* : Dipilih sesuai shift kerja saat ini) 1. Apakah anda merasa sukar berpikir? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau

72 72 f. Tidak pernah 2. Apakah anda merasa lelah berbicara? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 3. Apakah anda merasa gugup menghadapi sesuatu? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 4. Apakah anda merasa tidak pernah berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 5. Apakah anda merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 6. Apakah anda merasa cenderung lupa terhadap sesuatu? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau

73 73 c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 7. Apakah anda merasa kurang percaya terhadap diri sendiri? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 8. Apakah anda merasa tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan anda? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 9. Apakah anda merasa enggan menatap mata orang lain? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 10. Apakah anda merasa enggan bekerja dengan cekatan? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah

74 Apakah anda merasa tidak tenang bekerja? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 12. Apakah anda merasa lelah seluruh tubuh? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 13. Apakah anda merasa bertindak lamban? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 14. Apakah anda merasa tidak kuat lagi berjalan? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 15. Apakah anda merasa belum bekerja sudah lelah? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau

75 75 d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 16. Apakah anda merasa daya pikir menurun? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah 17. Apakah anda merasa cemas terhadap sesuatu hal? a. Ya, sangat sering atau b. Ya, sering atau c. Ya, agak sering atau d. Jarang atau e. Jarang sekali atau f. Tidak pernah Pernyataan: Apakah anda bersedia menjadi responden? Jawab: bersedia/ tidak bersedia

76 Lampiran 6 76 Hasil Kuesioner Shift pagi No Nama Usia BB TB Skor IMT 1 AB CD EF GH IJ KL MN OP QR ST UV WX YZ BA BB BC BD BE BF BG

77 77 Lampiran 7 Hasil Kuesioner Shift Malam No Nama Usia BB TB Skor IMT 1 AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ AR AS AT

78 Lampiran 8 78 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent shift kerja * kelelahan kerja % 0.0% % shift kerja * kelelahan kerja Crosstabulation kelelahan kerja lelah tidak lelah Total shift kerja pagi Count Expected Count % within shift kerja 45.0% 55.0% 100.0% % within kelelahan kerja 36.0% 73.3% 50.0% % of Total 22.5% 27.5% 50.0% malam Count Expected Count % within shift kerja 80.0% 20.0% 100.0% % within kelelahan kerja 64.0% 26.7% 50.0% % of Total 40.0% 10.0% 50.0% Total Count Expected Count % within shift kerja 62.5% 37.5% 100.0% % within kelelahan kerja 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 62.5% 37.5% 100.0%

79 79 Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 40 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient N of Valid Cases 40

80 Lampiran 9 80

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan MARYANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapanya yang

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Liana Kusumawardani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan DWI NUGRAHENI

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nina Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Margaretta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM JAHIT PADA PEKERJA BAGIAN GARMEN DI PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM JAHIT PADA PEKERJA BAGIAN GARMEN DI PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM JAHIT PADA PEKERJA BAGIAN GARMEN DI PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV. HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.X GARMEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Ummy

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO Jesi S.V. Rampengan*, Paul A. T. Kawatu *, Budi T.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Maharany Dhyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Pengertian Perawat Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR TUGAS AKHIR HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Eka Dian Prasetya R0010038 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Kata lelah memiliki arti tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan Gatt yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001). BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Novita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan EKA FEBRIYANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kini menghadapi persaingan dunia kerja hingga bekerja dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RSUI YAKSSI GEMOLONG

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RSUI YAKSSI GEMOLONG PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RSUI YAKSSI GEMOLONG Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Anna Okta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Andhika Yuli Pratama R.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA SHIFT KERJA PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RSU. HERMANA LEMBEAN Beatrice C. Winerungan *, Benedictus S. Lampus,*, Paul A.T Kawatu, * *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE DAN SHIFT MALAM DI RUANG PUSAT PENGENDALI KILANG (RPPK) PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN INDRAMAYU, JAWA BARAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Renny Nur Chasanah R.0211043

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA Oleh: KARINA WAHYU ANDRIANI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2016 SKRIPSI HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN SAFETY HELMET PADA PEKERJA PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS PROYEK DR

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN SAFETY HELMET PADA PEKERJA PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS PROYEK DR HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN SAFETY HELMET PADA PEKERJA PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS PROYEK DR. OEN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGARUH HIGIENE PERSONAL TERHADAP KELUHAN IRITASI KULIT PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PLASTIK DI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH HIGIENE PERSONAL TERHADAP KELUHAN IRITASI KULIT PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PLASTIK DI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH HIGIENE PERSONAL TERHADAP KELUHAN IRITASI KULIT PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PLASTIK DI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana SainsTerapan Kestiana

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Aulia Ganes Pramudita R0210004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Chriswanto Wisnu Nugroho R.

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks dan memberikan manfaat serta kemudahan bagi manusia, tetapi di lain pihak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI digilib.uns.ac.id 6 PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SANTI EKASARI

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Iwing

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci